Kusoge chap 2 (3) B. Indonesia

Chapter 2 (3)
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel



Di dalam dungeon itu lautan cerah lava terbakar. Berbeda dengan namanya yang bagai dongeng, dinding, lantai, dan langit-langit di 'The Cave of the End of Start' tertutup batu berwarna merah darah. Dungeon dengan suasana neraka.

Sasaraki dan Alice (juga Fury) yang melihat pemandangan gua dari dalam sebuah ruangan kecil. Itu memiliki perasaan penuh cyber dengan semua monitor dan tombol. Layar dibagi menjadi beberapa kotak lebih kecil yang menunjukkan angka dari semua pemain di dungeon. Tampaknya ini ruang kontrol dungeon. Jika kau bertanya tujuan ruangan di sini, maka menurut Fury, 'Agar gamemaster bisa mengalahkan para pemain menyedihkan sampai mati dan membuat mereka menikmati diri mereka sendiri, kau tahu~? ☆'.

Ruangan semacam ini benar-benar sering muncul dalam manga dan novel bergaya permainan kematian.

"Aku ingin tahu apakah kita akan dieksekusi oleh para pemain dengan layak suatu hari...."

"Akan menjadi hebat jika begitu, kan?"

Alice tertawa.

"Baiklah, Sasaraki. Apakah kau siap?"

Dia menelan ludah.

Sasaraki sudah gugup dari tadi. Sekarang dia akan membunuh para pemain yang ia tidak tahu apa-apa tentang mereka. Untuk menyembunyikan fakta bahwa lantai dua belum dirancang. Dia tahu bahwa itu adalah suatu keharusan untuk memastikan kelanjutan game ini.

Dia memahaminya, tapi, akankah ia dapat mengurus suatu perbuatan jahat seperti itu? Meskipun, dia tidak punya pilihan.

"Lihatlah, Sasaraki, laga pemain dimulai"

Alice menunjuk ke arah plaza yang terasa besar bahkan pada peta. Enam pemain telah berkumpul di sana. Salah satu penanda adalah merah. Merah menunjukkan monster yang sedang dalam pertarungan dengan pemain.

Sasaraki memanipulasi 'Master Screen' dan pertempuran muncul. Disana adalah kolam dengan lava terbakar, hampir sebesar taman. Melonjak di atas lava itu sebuah batu besar sekitar lima meter, seperti batu pijakan. Mungkin cara agar bisa pergi ke sisi lain kolam merah adalah dengan menggunakan batu itu.

Menggantung di tepian batu adalah seorang gadis, yang terlihat akan jatuh.

Dia tampak akrab. Itu Tiolis, yang telah memberikan pidato di pintu masuk dungeon. Seekor Orc pemegang tombak sedang menendang tangannya. Mahkluk itu disebut 'Pigman Fighter'. Kau tidak akan mengharapkan sesuatu dengan penamaannya yang pasaran, tapi itu adalah monster brutal. Sasaraki telah dibunuh olehnya berkali-kali.

'Kuu....Aku-Aku tidak akan kalah padamu---....'

Ekspresinya menyatakan kesedihan, tapi matanya terbakar dengan aspirasi. Bagaimana menjelaskannya---ya, dia benar-benar penuh dengan harapan.

'Jangan menyerah, Tiolis! Kami datang untuk menyelamatkanmu!'

'Seolah-olah kami akan membiarkan Orc melakukan apa pun yang diinginnya pada Tiolis kami!'

'Bertahan sedikit lebih lama, Tiolis-chan! Kami akan mengurus itu!'

Kepala Sasaraki merasakan pusing. Apa-apaan dengan para petualang penuh gemerlapan ini?.

"Membunuh pemain itu akan bermanfaat, benar kan?"

"Kau sudah menjadi terlalu jahat...."

"Fufufu. Kalau begitu, Raja Iblis Besar Sasaraki, aku akan meninggalkannya di tanganmu"

Itu pastinya akan dilakukan. Tidak ada pilihan selain untuk menyelesaikannya.

Setengah putus asa, Sasaraki mengoperasikan 'Master Screen'. Mata Orc yang mengurus tangan Tiolis menyala berwarna perak.

'UOOOOOOOH!!! Jauhkan kakimu dari Tiolis---!!'

Seorang pemuda mencoba melompat ke orc yang dekat dengan Tiolis.

"SEKARANG!!!"

Sasaraki memerintahkan Orc dengan teriakan.

Orc menunjukkan reaksi hebat. Dia berbalik ke arah prajurit yang melompat dan berjuang kembali dengan tombaknya. Pedang dan pemiliknya dipentalkan terbang. Begitu pria itu jatuh dan kakinya menyentuh lava, asap membumbung dan damage yang diambilnya muncul pada layar. 1280.

Tubuhnya berubah menjadi asap dan Sasaraki bisa melihat efek kematian.

'AAAAAAAAAARS?!'

Tiolis berteriak dalam kesedihan.

"Emmm. Aku harus memasang bendera pidato di sini. Beberapa kata penjahat konyol...."

'Master Screen' bahkan memiliki semacam permintaan di tangan. Menurut Fury, peri didalamnya memberikan yang terbaik.

'Gu-fu-fu-fu....rencana san-dera bekerja sem-purna!'

'Be-Beraninya kau! Beraninya kau melakukan itu pada Ars! Aku tidak akan memaafkanmu!!'

Tiolis berkata marah dengan air mata.

"Oooh!"

Alice mengangkat suara dalam kegembiraan.

"Kerja bagus, Sasaraki!"

"....Aku benar-benar melakukannya...."

"Selamat atas pencapaian pertama!"

Alice bertepuk tangan sambil tersenyum sembarangan.

"Harusnya bagus. Aku mau mencoba juga---"

"Kalau begitu aku akan menyerahkan Master Screen untukmu, ya?"

"Aku tidak bisa menggunakannya. Sudah kukatakan bahwa aku tidak memiliki hak debugging, kan?"

Alice mengatakan sedikit kesepian. Namun, senyumnya segera kembali.

"Dan Jadi kau harus melakukan yang terbaik menggantikanku"

"....Ya, baiklah, aku akan mencoba"

Bahkan jika Alice mengatakan untuk melakukan yang terbaik. Itu adalah pembunuhan besar-besaran pada kelompok Raid.

"Jadi? Bagaimana? Apa pendapatmu sejauh ini?"

Dia melanjutkan memanipulasi monster dan membawa para pemain untuk berlutut. Jika dia harus memasukkannya ke dalam kata-kata....

"....Ini....sedikit menyenangkan, aku kira"

Hatinya sakit saat melihat pemain berjalan di lingkaran kepanikan. Tetapi pada waktu yang sama rasanya cukup bagus untuk mengendalikan mereka.

"Fufufu, kau akhirnya bangkit juga, ya?"

"Yah, tapi, apakah semua kekerasan ini benar-benar baik-baik saja ...?"

"Tidak apa-apa. Sebuah kematian romantis mengalahkan kehidupan yang membosankan. Lihatlah orang yang meninggal di awal"

Katanya, dan kemudian titik respawn di pintu masuk dungeon ditampilkan.

Prajurit muda yang telah meninggal sebelumnya sudah mengirimkan pesan yang mengatakan, {Tiolis! Buat kematianku menjadi satu-satunya! Aku percaya padamu!}. Dan beberapa detik kemudian, ia memiliki senyum lepas pada wajahnya.

'Baiklah. Harusnya itu membuat Tiolis mengingatku. Mungkin dia akan mengambil tanganku atau sesuatu nanti'

Prajurit itu berkata dengan senyum yang memperlihatkan motif tersembunyinya. Aku baru saja mendengar sesuatu yang tidak seharusnya....

"Lihat, lihat? Apakah mereka tidak senang~?"

Alice bertingkah seperti anak kecil dan tampaknya memiliki kesenangan lepas pada dirinya sendiri.

"Ah, pastinya begitu bagus ~ Aku ingin juga ~"

"Eh, kenapa tidak?"

Dia berpikir bahwa dia jelas jauh lebih cocok untuk ini daripada dirinya sendiri.

"Apa boleh buat. Aku bilang, aku tidak memiliki hak debugging"

Alice mengulurkan tangan ke arah 'Master Screen', tapi pergi melewatinya. Gumamnya dengan sedikit sedih, 'Yah, apa boleh buat'.

"Dan begitulah, Sasaraki. Masukkan usaha untukku juga, aku akan menyerahkan kepadamu, ya?"

"....Ya"

"Bunuh mereka semua dalam 30 menit berikutnya!"

"Jika seseorang mendengar itu, mereka akan berpikir ngeri tentangmu, kau tahu?!"


☆☆☆☆


Pekerjaan pembunuhan dilanjutkan.

"Kau harusnya bisa membunuh party di kanan depan!"

Dia menatap layar yang Alice tunjuk. Ada empat monster seperti taurus, 'Oxhead King' disana.

Dia bisa mendengar dua gadis dikelilingi oleh monster-monster itu, berbicara.

'Apa yang harus kita lakukan?! Kita sedang dalam kesulitan, Seshiriko-chan!'

'Tenanglah, Sarapi. Aku memikirkan rencana yang sangat mudah'

'Kau?! Seperti yang diharapkan dari si cerdas tak berguna Seshiriko-chan!'

'Sarapi, tarik empat monster sementara aku melarikan diri'

'Aku mengerti, rencana yang luar biasa---Tunggu Seshiriko-chan yang pintar, KAU PIKIR AKU AKAN TERTIPU DENGAN ITUUUUUUU!!!!!'

Keduanya bertengkar. Mereka tampaknya disebut Seshiriko dan Sarapi.

"Hmmm....bagaimana kalau....kalian, empat Oxhead King, fokus ke Sarapi"

Sasaraki memerintahkan, dan para monster mengarahkan senjata mereka pada Sarapi.

'Seperti yang diharapkan dari Sarapi. Ambil pukulan mereka untukku. Selamat Tinggal!!'

'KAU PENGHIANAATTT!!!! TUNGGUUU!!!! SELAMATKAN AKUUUU!!!!!'

Seshiriko kabur. Dia berbalik memunggungi para monster.

"Baiklah. Sekarang tusuk dari belakang Seshiriko"

Salah satu Oxhead King berbalik pada kecepatan cahaya dan mengejar Seshiriko. Tusukan itu terhubung, serangan dari belakang mendapatkan dua kali damage.

'Haguau....'

Seshiriko roboh ke tanah dan tewas.

'Ha-ha-ha, kau melihat iittuuu? Itulah kematian seorang penghianaattt!!'

"Kau Selanjutnya"

'....Ha---'

Sarapi meninggal lima detik kemudian dari serangan terfokus mereka.

"Kinerja yang megah, Sasaraki!"

Alice memberinya acungan jempol dan tersenyum menyegarkan.

"100 Aturan Menjadi Gamemaster, aturan nomor 6! Berikan makna pada kematian pemain!"

"Bukankah diantara 100 itu, ada terlalu banyak yang berhubungan dengan sekaratnya pemain?"

Dan sebagainya pergi bertukar kata mereka sementara mereka terus membunuh para pemain dalam mode 'romantis'.

30 menit kemudian.

"Sepuluh yang tersisa, haruskah kita bersiap-siap untuk berpindah untuk melawan bos?"

"Tapi mereka tidak memasuki ruang bos, kau tahu?"

Melihat layar, delapan orang termenung di depan pintu ruang bos. Dua yang tersisa tampaknya telah menyimpang ke suatu tempat.

"Apakah mereka sedang bersiap?"

Sasaraki mengoperasikan layar untuk mendapatkan tampilan yang lebih baik dari tempat kejadian.

Dalam dinding-dinding, terbuat dari batu bata hitam dan diterangi oleh lilin yang memancarkan cahaya biru, delapan orang telah membentuk lingkaran dengan Yutanga sebagai pemimpin. Di balik Yutanga adalah pintu ke ruang bos, lapisannya terukir gambar iblis yang sama seperti yang terlihat di pintu masuk gua. Sasaraki bisa mendengar diskusi mereka.

'Yutanga, bagaimana di sana?'

'Tidak bagus. Disana tidak ada pintu ataupun saklar tersembunyi'

Yutanga mengetuk pintu dengan punggung tangannya, mengerutkan kening.

"Hei, tidak mungkin kan pintu ini terkena bug lalu tertutup?"

"....Kemungkinannya sangat menakutkan tinggi, ya?"

Sasaraki dan Alice menatap Fury.

Peri itu meletakkan kedua tangannya ke pipi dan menggeliat, bertindak malu-malu.

"Oh, hentikan~ ☆ Ini bukan bug, melainkan adalah fitur ☆ Anda perlu kata ajaib ☆"

"....Bagaimana kata ajaibnya?"

"Yang Masterku sebelumnya atur. '857' ☆"

"Apa arti dari angka-angka yang kau sebutkan? Apakah ada suatu petunjuk untuk mereka?"

"Angka itu adalah tiga ukuran tubuh bagus Fury-chan ☆"

"Itu tak ada hubungan logis dengan apapun, kan?!"

Alice mendesah dan berkata kepada Sasaraki.

"Ayo kita ber-teleport ke sana. Mereka tidak mungkin tahu kata ajaibnya, kita yang akan membuka pintu"

"Hmm....tapi tidakkah lebih baik jika kita meninggalkan mereka begini saja?"

Jika mereka tidak bisa membuka ruang bos, mereka tidak akan mampu untuk menyelesaikan lantai.

Tujuan Sasaraki dan Alice adalah untuk menghalangi jalan mereka dalam mengalahkan bos. Laki-laki ini merasa bahwa itu baik-baik saja untuk meninggalkan mereka. Namun, Alice menggeleng.

"Kita tidak bisa melakukan itu. Bukankah kita akan sama seperti Fury jika hanya diam? Kita sudah dengan benar memberi imbalan pada sepuluh orang yang berhasil menyelesaikan dungeon"

Alice mengangkat jari telunjuknya.

"Sebagai Gamemaster, kita tidak harus menganggap remeh upaya dari para pemain!"

Dia mengarahkan tatapan penuh kasih sayang pada Yutanga dan kelompoknya di sisi lain dari layar.

"Aku ingin membiarkan orang-orang itu pergi melalui kesulitan menyelesaikan game kita dengan bertemu bos"

Dan kemudian dia tersenyum.

"Ayo kita musnahkan mereka dengan kekuatan luar biasa bos!"

"....Kau memang bersenang-senang, ya, Alice?"

"Menjadi gamemaster mencakup segala kesenangan!"

Alice mengumumkan penuh percaya diri, dia benar-benar terlihat menikmati dirinya sendiri.


☆☆☆☆


Iblis berdiri di tengah aula sebesar gimnasium dan dindingnya berkilauan dengan lava.

Bos lantai satu (lebih seperti, bos akhir game ini) berbeda dari yang biasa 30 jenis monster dan warna mereka yang bervariasi, dia benar-benar terasa pada setiap bagiannya.

Lagipula, monster itu besar.

Sekitar tiga kali lebih besar dari 'Balrog' yang Sasaraki telah kalahkan sebelumnya. Dia bernama 'Balrog Rev./Level 35 Boss HP x10'. Penamaannya mungkin memang setengah-setengah, tapi ia besar, merah, dan kuat.

Itu hanya gambaran kecilnya, tapi---pemain memasang pertarungan yang bagus.

'Yutanga! Sepuluh detik lagi sampai cooldown*-nya selesai!'
[Durasi jeda waktu untuk menggunakan kembali suatu skill atau item]

'Mengerti! Semua orang, menyebar!'

Para prajurit menjauh dari Yutanga. Beberapa detik kemudian, bos melepas dampak gelombang merah. Berkat penundaan mereka, Yutanga adalah satu-satunya yang disambar.

'Baiklah, berkumpul bersama lagi! Kita akan memenangkan ini dalam lima menit!!'

Seperti yang Yutanga katakan, HP iblis itu terus menurun. Benar-benar tampak seperti monsternya akan kalah---berbicara dari perspektif bos.

"Alice, apa yang harus kita lakukan?"

Mereka berdua telah menambahkan Skill khusus 'Flame Blaze' ke bos, mengangkat kecepatan, dan meningkatkan kekuatan serangan ketika pengukur HP-nya turun dibawah setengah. Pada dasarnya mereka telah sangat memperkuat monster ini sebelumnya. Namun, Yutanga-san merencanakan serangan balik untuk semua orang dan bereaksi dengan sesuai.

Dia benar-benar tahu kemampuannya sendiri. Ke tingkat yang hanya master dari guild yang serius berupaya untuk menyelesaikan game ini bisa.

Alice melipat tangannya dan tertawa.

"Fufufu, tidak buruk. Tidak buruk sama sekali"

"Haruskah kita menyembuhkan dia?"

"Hmm, itu akan menjadi terlalu rendah dan mengecewakan mereka"

Sasaraki dan Alice pastinya tidak akan mencapai tujuan asli mereka seperti itu.

"Kita ingin membiarkan mereka menikmati diri mereka sendiri. Jadi sangat tidak di anjurkan untuk memberikan bos tanpa alasan kekuatan lebih"

"Tapi dia akan dipukuli jika begini terus...."

'Balrog Rev./Level 35 Boss HP x10'. HP-nya sudah turun di bawah 30%. Jika terus berlanjut, iblis ini mungkin bahkan tidak akan bertahan selama dua menit.

"Pikirkanlah sesuatu. Contohnya, saat-saat terakhir yang indah dan sesuai bagi para pemain"

"Saat-saat terakhir....?"

Sasaraki menatap laga. Para pemain bergerak di sekitar dalam formasi yang sempurna.

Pemimpin mereka mengkoordinasikan semua itu, dia tentunya sangat mengagumkan. Kenyataannya dia telah merekrut pemain yang akan menyelesaikan dungeon penuh dengan jebakan maut bagi mereka sementara party-nya akan mengatasi pertempuran bos tanpa cedera.

Dia adalah seorang yang dengan cepat datang dan melepaskan strategi sistematis bahkan dalam kusoge sejenis ini.

Apa saat-saat terakhir yang cocok untuk seseorang seperti dirinya?.

'BAIKLAAAHHHH! SATU DORONGAN AKHIRRRR!!!!'

Raungan Yutanga bergema.

'KITA JUGA AKAN MEMENANGKAN INI DEMI TIOLIS DAN LAINNYA YANG TELAH MENINGGAL UNTUK KEPENTINGAN KITA!!!!!'

Yel-yel rekan-rekannya 'terdengar serentak.

Dalam sekejap, sesuatu terjadi ke Sasaraki.

Demi Tiolis dan orang lain yang telah mati untuk mereka. Kata-kata itu memiliki sesuatu.

"Alice, bagaimana dengan ini....?"

Dia membisikkan rencana yang dia pikirkan sekarang ke telinganya.

Alice mengangguk berulang kali seperti binatang kecil dan kemudian menjentikkan jari.

"Itu benar-benar terasa bagus! Ayo kita bunuh dia dengan cara ini!!"

Sasaraki memiliki senyum kaku di wajahnya. Kami benar-benar iblis, ya....?

Namun, tidak ada jalan kembali sekarang. Sasaraki mengoperasikan 'Master Screen' dan memulai 'Revisi Data NPC'. Dia menambahkan skill khusus untuk 'Balrog Rev./Level 35 Boss HP x10'. Kemudian, dalam keheningan, ia berharap untuk pidatonya akan mengaduk sebanyak mungkin kebencian.

'Aku mengerti'

Sebuah balasan bersedia datang dari bos.

Ternyata dia sudah mengerti dengan hanya sebanyak ini. Teknologi yang menakjubkan namun sia-sia.

Dalam kasus apapun, 'Balrog Rev./Level 35 Boss HP x10' mengepakkan sayap raksasanya dan naik ke udara. Ketika dia telah mendapatkan jarak yang cukup dari Yutanga dan kelompoknya, monster itu mendarat dengan keras. Lalu mengangkat taringnya sampai ke atas kepala dan berteriak.

'Gunuhahaha....Kalian bodoh karena telah melakukan kesalahan besar!!!'

Itu pesan yang Sasaraki telah minta padanya untuk katakan. AI memiliki kemampuan akting yang luar biasa, memang.

'Kesalahan?!'

'Sekarang aku akan memakan jiwa mereka - sebagai esensi dari 'Hell Plague'!'

Sebuah aura hitam dibebaskan dari ujung taring iblis. Segera, aura terkonsentrasi di satu tempat dan berubah menjadi sebuah bola. Bola hitam dengan diameter hampir satu meter. Kau bisa melihat gemerlap kilauan di dalamnya.

'Aku akan menjelaskannya kepada kalian. Keuntungan dari sihir ini adalah menyerap kekuatan dari setiap pemain yang telah jatuh di dungeonku!'

Itu sangat baik dari bos untuk menjelaskannya.

'Apa?! Kau menyembunyikan kartu truf semacam itu?!?!'

Tidak, ia tidak menyembunyikan apa pun. Aku hanya mengatur skill itu beberapa detik yang lalu.

Sasaraki telah ingat Tiolis dan yang lain dari sebelumnya, membuat ide ini terpicu. Yutanga dan kelompoknya telah mampu berjuang sampai ke bos dengan mengorbankan para pemain lain. Dan Sasaraki ingin mencoba dan mengubah pengorbanan mereka agar berbalik melawan kelompok yang masih bertarung.

Ternyata mereka tidak mencurigai apa pun.

'Sialan, strategi kita berbalik?!'

'MAATTTIIIILLLAAAAAAAHHHHH!!!!!!!!!'

(BOOOMMMM!!!!!!)

Kamar yang luas terpanggang keseluruhannya dengan api hitam. Beberapa detik kemudian, bos adalah yang terakhir berdiri, dengan para pemain mati tersebar di kakinya. Semua dari mereka menampilkan efek kematian yang terdiri dari tubuh seperti hantu dan berkilaun. Beban pemrosesan dunia tumbuh lebih berat.

Sasaraki dan Alice pergi ke ruangan. Berkat kemampuan gamemaster mereka yang dapat memunculkan 'Tak terkalahkan' dan 'tak terlihat', jadi 'Balrog Rev./Level 35 Boss HP x10' tidak menargetkan mereka.

Menyurvei lingkungan sekitar, Alice tersenyum.

"Mh, mereka semua dibasmi, kan? Mission complete!"

"Kita melakukannya, Alice!"

Mereka saling memberi tos.

"Tunggu, kenapa kita bersorak ketika kita habis memusnahkan seluruh kelompok....?"

Gumamnya sambil melihat mayat Yutanga dan kawan-kawan di dekat kakinya. Sekarang dia benar-benar merasakan itu. Para Gamemaster, dalam dua kata, penjahat super.

"Tidak apa-apa, aku memberitahumu. Kau akan mulai terbiasa tentang hal itu pada akhirnya"

"Kau tahu, caramu menempatkan itu benar-benar aneh....Ayo kita kembali untuk saat ini"

"Yap"

Sasaraki mengoperasikan 'Master Screen' untuk mempersiapkan teleport. Ketika tiba-tiba....

"Puaaah, kita akhirnya sampai.... Tunggu, Sasaraki?! Kenapa kau di sini?!"

Dia mendengar suara dari belakang. Berbalik reflek, dua wajah yang dia sangat ketahui terlalu baik berdiri di jalan. Seorang gadis dengan dua pedang sihir yang memancarkan aura, dan seorang gadis dengan rambut merah muda.

"Eh? Azrael?! Lizna, juga?! Kalian tidak pergi?!"

"Harusnya kami yang bertanya, mengapa kau?!---Sasaraki! Di belakang mu!"

Ekspresi Azrael berubah, dia datang gagah ke arahnya. Bos menyerang pada Azrael. Dia mengentikannya dengan pedang sihir.

"Tunggu...! Alice dan aku akan baik-baik saja! Kalian berdua larilah!!"

Berkat pengaturan saat ini, Sasaraki dan Alice tidak bisa ditargetkan. Jika keduanya tidak di sini, serangan bos itu harusnya berhenti. Namun ...

"AA?! Ja-Jangan meremehkanku, ya?!"

Azrael berteriak ketidakpuasan. Matanya sedikit berair.

"Eh?"

Sementara 'Pedang Sihir Gram' terus berdesak-desakan dengan pedang bos, dia berteriak....

"JIKA ALICE BAIK-BAIK SAJA, AKU JUGA AKAN BEGITU!!!"

....Mungkinkah dia marah?.

"Tidak, emmm, bukan itu yang aku maksudkan dengan lari...."

"Lalu apa maksudmu?!"

Jika aku hanya bisa mengatakannya, dari awal tidak akan ada masalah.

"Itu sudah cukup dengan pertengkaran kekasihmu, Sasaraki-kun!"

Lizna memotong percakapan. Dia menyapu gada raksasa ke samping dan memaksa bos ke belakang.

"Sekarang saatnya bagi kita berempat untuk bergabung dan mengalahkan bos!"

Tidak, itu akan mengganggu jika kami melakukan itu.

"Ayo kita mundur! Kita tidak bisa memenangkan ini!"

"HP-Nya di bawah 10%! Kita bisa melakukannya!"

"Errr, ah, be-benar! Monster itu punya jurus pamungkas, sehingga itu berbahaya!"

"Alice ada di sini, dia bisa melindungi kita terhadap api dengan skill miliknya!"

Omong kosong, kami sudah mengatakan dia memiliki skill seperti itu sebelumnya!.

Sementara mereka berdebat, Azrael dan Lizna terus menyerang bos. Namun, mereka berada di sebuah kelemahan seperti yang kau harapkan, dan dengan serangan mereka hanya hampir mencapai, pengukur HP bos tidak bergeming. Level mereka terlalu rendah. Seperti ini, mereka akan hancur tidak lama.

"Sasaraki, apa yang akan kita lakukan?"

Alice berbisik kepadanya. Mereka memiliki dua pilihan. Menyelamatkan mereka, atau menonton mereka mati. Dan Sasaraki enggan untuk memilih salah satunya. Jika mereka mengalahkan bos, lantai kedua akan terbuka. Di sisi lain, jika ia menonton mereka mati, Azrael tidak akan pernah memaafkannya.

Kalau begitu---

Sasaraki telah mengerjakan sesuatu melalui kepalanya pada kecepatan ekstrim dan berteriak....

"GEEEEEEEH!!!!"

Dia menendang tanah dan menyerang bos dengan teriakan perang.

"Azrael! Serang dari depan! Lizna, Alice, dan aku akan mengambil serangannya!"

"Eh?"

"Titik lemahnya adalah perut!! Kau harusnya mampu menembus armornya dengan 'Pedang Sihir Gram!!!'"

Azrael membeku sesaat, tapi ia segera menyatakan senyum kekanak-kanakan.

"Fu-Fufu! Sasaraki, pada akhirnya kau tampaknya telah mengerti!"

Azrael mengambil Pedang Pedang Gram di kedua tangannya dan mengangkatnya tinggi.

"O Gram, jawablah panggilanku! 'INVOKE!!'"

Aura ungu menyembur dari bilahnya. Sekarang akan menaikkan kesempatan hit critical + 50%.

"Ayo kita pergi, semua orang! Kita akan mengalahkannya!!"

Sasaraki mengangguk dan berlari pertama.

Ini sudah diputuskan bagaimans akhirnya. Sasaraki dan yang lain akan menyerang bos tapi dimusnahkan dalam sekejap mata. Dia akan mati dengan mereka.

Itu bukan karena tidak adanya kasih sayang atau apa pun, melainkan untuk menyembunyikan status gamemaster nya dan....karena cara ini akan jauh lebih menyenangkan bagi mereka.

Lalu Alice berteriak....

"Ah, SASARAKI, TUNGGU!!!!"

"Maaf, Alice! Tolong bermainlah bersama, ikuti saja arusnya!"

"Bukan itu, aku tahu apa yang kau coba lakukan, tapi pertama-tama---"

Gadis itu mengatakan sesuatu, tapi tidak ada waktu untuk mendengarkan.

"Aku di sini, 'Balrog Rev./Level 35 Boss HP x10'!!!"

Sasaraki menyerang dan karenanya akan ditargetkan juga sekarang. 'Balrog Rev./Level 35 Boss HP x10' mengayunkan pedangnya ke bawah sekali. Dia berhenti itu. Itu sangat berat.

"KOOOOOOOOOH!!!!"


Sebuah suara aneh bergema dari atas. Monster itu menyiapkan apinya. Bahkan Yutanga dan pemain tingkat tinggi lain telah kehilangan setengah HP mereka ketika terpukul, Sasaraki dan yang lainnya mungkin akan mati seketika. Mereka akan dibunuh oleh api ini....tapi tepat sebelum itu.

"Azrael! Sekarang!!"

Dia membungkuk tubuhnya kebelakang untuk bersiap menyembur, yang membuat titik lemahnya, yaitu perut terbuka.

Itu adalah saat yang ideal untuk Azrael menyerang.

"Rasakan ini!!!! AAYYYOOOOOO!!!!!"

Azrael meraung dari belakang dengan semangat juang.

Bagus. Ini harusnya bisa. Sasaraki akan melindungi dirinya dan Azrael akan mendaratkan pukulan. Tapi bos tidak akan mati. Dia menyerap jiwa pemain untuk pulih. Pada akhirnya, mereka berempat akan benar-benar dimusnahkan. Itu adalah skenario yang Sasaraki pikirkan.

Tepat saat itu....

"Eh....? A-Apa ini?!"

Gerakan Azrael berubah menjadi gerakan lambat.

Apa sekarang? Pertanda kematian mungkin? Tidak, tidak ada yang seperti itu dalam game ini. Namun, tumpukan pemain yang mati di sekitar Azrael berada, memancarkan efek menghilang persis sama sampai sekarang. Itu benar-benar indah. Terlalu indah. Itu adalah lag.

Dan jadi, objek-objek mulai berpindah lokasi.

Pedang Sihir Gram, awalnya ditargetkan pada iblis, sekarang melenceng dan menunjuk pada satu-satu lelaki dalam kelompok mereka. Saat mata pedang hendak mencapai kepalanya, penghalang emas muncul mengelilingi Sasaraki, pedang sihir itu dengan mudahnya terpental.

"Eh? Tung---SASARAKI?!?!"

Azrael berteriak kaget. Tatapannya bergeser ke atas penghalang, menuju kata yang muncul.

{Immortal Object}

""Hah?!""

Azrael dan Lizna sama-sama berkata terkejut.

Dalam sekejap Sasaraki panik dan mencoba untuk membatalkan itu, mulut bos terbuka.

(GOOOOOOOOH!!!!)

Dia memuntahkan kobaran api hitam. Api hitam yang dilepas dalam bentuk kerucut membakar orang-orang pada hitungan detik, dengan pengecualian Sasaraki. Yang hanya menyisakam dirinya berdiri. Melihat ke kiri, Lizna sudah tewas. Menengok ke kanan, Azrael juga telah tewas, dan efek kematian baru saja dimulai.

Kesampingkan Sasaraki, itu kehancuran total.

Bos terus mengayunkan pedangnya.

Dan setiap kali, tebasannya akan tertolak oleh Barrier Tak terkalahkan Sasaraki.

"Itu sebabnya aku bilang untuk mematikan 'Tak terkalahkan' milikmu...."

Kata Alice sambil menghela napas. Sasaraki tidak bisa membalasnya.

"Jangan-jangan aku telah....mengacaukannya?"

"Kau mengacaukan waktu besarnya"

Sekitar sepuluh detik kemudian, ia mendengar pemberitahuan sistem.

{Anda telah menerima pesan dari pemain Azrael dan Lizna}

Dengan berat hati, ia menekan tombol putar.

'Tunggu sebentar, Sasaraki! Apa-apaan Immortal Object itu?!'

'Azrael-san, aku pernah mendengar hal itu sebelumnya!'

'Kau tahu tentang ini, Lizna?!'

'Ya. Para Gamemaster tampaknya memiliki Barrier Tak terkalahkan ketika pengujian!"

'Para Gamemaster....Itu---Tunggu!! Kenapa dia---?!'

"........................Uwah...."

Suaranya bocor tanpa berpikir.

"Maaf, peringatanku terlambat"

Nah, itu bukan kesalahan Alice. Sasaraki telah menjadi seseorang yang lupa untuk menonaktifkan Barrier Tak terkalahkan.

Dalam keheningan, 'Balrog Rev./Level 35 Boss HP x10' terus memukul-mukulkan diri pada penghalang Sasaraki. Tanpa kata, Sasaraki mengaktifkan 'Tak terlihat'nya, membuat serangan bos berhenti. Ketika dia berbalik, ia berfokus pada sosok bos.

Pupil matanya yang kecil seakan mengatakan, 'Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?'.

Jangan bercanda. Apa yang aku lakukan sekarang?.



☆☆☆☆


Mereka berempat berdiri di titik respawn pada pintu masuk 'The Cave of the End of Start' di tengah badai salju.

Hati Sasaraki terasa sangat dingin, juga. Atau lebih tepatnya, tatapan menusuk yang dia terima. Lizna disamping, tatapan Azrael hampir membekukannya.

"Umm, dengan kata lain...."

Lizna menunjuk Sasaraki tajam.

"Sasaraki-kun adalah seorang gamemaster"

Dia mengangguk. Pada akhirnya, penyelidikan mereka telah mengungkapkan rahasia Sasaraki dan Lizna. Bahwa para pengembang telah melarikan diri, bahwa akhir layanan sudah dekat, bahwa ia telah diundang oleh Alice menjadi gamemaster. Dan bahwa ia menjadi dalang kejahatan yang membunuh semua pemain di dungeon kali ini.

Sasaraki melirik tiga gadis. Alice memiliki matanya masih tertutup dan lengan terlipat. Sebelumnya ia berkata, 'Aku akan meninggalkan apa yang akan kita lakukan untukmu'. Dia mungkin ingin dirinya menggunakan kepalanya sendiri sebagai seorang gamemaster.

Apa yang harus dilakukan-tidak peduli seberapa keras kau berpikir tentang hal itu, hanya ada satu hal.

Minta maaf. Jika dia menjelaskan keadaan, mereka akan pastinya mengerti.

Dan tepat setelah ia bertekad pada dirinya sendiri....

"Sasaraki-kun, kami minta maaf"

"Heh?"

Alih-alih Sasaraki, Lizna adalah seorang yang menundukkan kepala.

"Eh....? Tidak, kenapa kau meminta maaf, Lizna?"

"Karena kami salah paham pada dirimu, Sasaraki-kun"

"Salah paham pada diriku?"

"Kenyataannya, kau benar-benar bukan lolicon curang yang bahkan tidak akan mencoba untuk menyelamatkan kami"

"Itu salah pahamnya?!"

Dengan ekspresi serius Lizna mengangguk dalam-dalam.

"Tapi kau berbeda. Kau hanya murid Alice-san, tetapi ketika datang ke gadis yang kau sukai, kau benar-benar mengkhususkan pada Azrael-san setelah semua, kan? Pria benar-benar mencintai payudara besar, strategiku adalah di tempat, kan?!"

"Apanya yang strategi?! Sebenarnya, itu bukan masalahnya di sini!"

"Eh? Lalu apa?"

Lizna memiringkan kepalanya.

"Alice-san, ada masalah?"

"Tentu saja tidak ada masalah sama sekali"

Alice tersenyum dengan lengannya masih terlipat.

"TidakTidakTidak! Aku menipu dan membunuh kalian berdua, kan?"

"Begitukah?"

"Jadi....?! Kau tidak marah?"

Dalam sebuah VRMMO, karakter adalah, seperti yang dikatakan, dirimu sendiri. Membunuh karakter dengan cara kejam itu biasanya menjadi sesuatu yang akan membuatmu marah. Dijelaskan hal itu, Lizna meletakkan jarinya ke dagu dan tenggelam ke dalam pikiran.

"Mh....Aku mengerti....mhhh, jadi...."

Lizna bertepuk tangan dan tersenyum.

"Sasaraki-kun, apakah kau mau melepaskan barrier dari sebelumnya?"

"Kenapa?"

"Itu menghalangi"

Dia tidak benar-benar mengerti, tapi Lizna tersenyum manis.

Untuk sekarang, Sasaraki mencengkeram 'Immortal Pendant' nya.

"Immortal Barrier, off"

Gumamnya, dan tepat setelah itu, untuk sesaat penghalang emas berkelebat di sekitar dirinya dan kemudian larut ke udara dengan suara mekanik. Begitu penghalang telah benar-benar menghilang, Lizna mengangkat gada nya tinggi-tinggi dengan suara tak menyenangkan.

"Eh?"

"TAAAAHHH!!!!!"

Gada datang terbang ke arah Sasaraki, dan membagi kepalanya terbuka. Tentu saja, tidak ada rasa sakit. Sebaliknya, suara seakan katak telah hancur bergema. Di hadapannya kata-kata '285 Damage', membuat pandangannya mengguncang. Maka, dunia berubah abu-abu.

Penglihatannya lalu dipenuhi dengan sekumpulan huruf berukuran besar.

{Anda Meninggal. Alasan: Pemain Lizna (Senjata: Death Avenger)}

Pikirannya masih belum menangkap, adegan di depan matanya berubah.

Sasaraki berdiri di titik respawn. Dengan kata lain, tepat di mana ia baru saja berada. Segera disampingnya, ada tiga orang. Lizna tersenyum dari telinga ke telinga. Alice tersenyum manis seperti biasa.

"Sekarang kita impas, ya ~?"

Lizna tertawa tampaknya malu.

"Ehehe ~"

Darah turun dari gada-nya, menetes ke salju dan direndam merah. Bukti membunuh pemain.

"Tapi Sasaraki-kun, aku pikir kau belum mengerti sesuatu"

Lizna tertawa pada Sasaraki yang masih bisu.

"Hal biasa untuk mati dalam game ini, jadi....tidak ada orang yang akan marah jika mereka terbunuh, kau tahu?"

Lizna tertawa dengan cara yang riang. Yah, aku pikir itu hanya kau yang berpikiran begitu.

"Dengar, Azrael-san merasa sama, kan?"

"Eh?"

Ketika ia berpaling ke arah Azrael, dia tampak berbicara tentang sesuatu dengan Alice.

"Kau ingin melihat statusku? Tentu, kita lihat"

Alice mengangguk dan menjentikkan jari-jarinya, jendela profil muncul di udara. Namanya mengatakan Alice. Job miliknya 'The Creator'. Levelnya untuk beberapa alasan hanya tertera 'FFFFFFFFFFF'.

"Apa ini?"

"Levelku sekitar 4.300.000.000, sehingga layarnya terkena bug, ya kan?"

"Empat-koma-tiga-milyar?!"

Azrael menelan ludah keras.

"Luar bia---.... Kau benar-benar pencipta....dunia game ini, penguasa mutlak...!"

"Nah, err ... Azrael?"

Ketika Sasaraki memanggilnya, Azrael berbalik kepadanya dengan penuh semangat.

"Sasaraki!!!"

"Waah! Ma-Maaf!!"

"Ti-Tidakkah kau memiliki sesuatu yang ingin dikatakan padaku?"

Azrael membungkuk tubuhnya ke depan dengan tangan terlipat. Dia terlihat ingin melampiaskan sesuatu pada dirinya.

"Emmm, ah, iya. Aku benar-benar menyesal, aku telah menipu dan membunuhmu"

"Bukan itu!!"

"Heh?"

Lalu bagaimana?.

"Ayolah, ada hal lain yang harus kau katakan, kan?!"

"Emmm....maaf telah berbohong kepada dirimu?"

Azrael menelan sesuatu.

"Itu benar juga, tapi....sekarang, ada masalah penyebab semua pengembang lari, kan?"

"Masalah besar, memang"

"Jadi, lihat, kau tahu, kau membutuhkan bantuan lebih lanjut, kan?"

"....Iya"

"Terutama bantuan pemain yang berpengetahuan karena berada di beta!"

"Akan jadi hebat jika kami mendapatkannya"

Sesaat keheningan lain berlalu. Azrael menggigit bibirnya dan menatap Sasaraki sambil membocorkan 'Gununu'.

"Sasaraki-kun tidak mengerti hati seorang gadis"

"Tindakan jahat, memang ya?"

"Lizna dan Alice, juga?!"

Aku sudah benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Dengan kata lain...."

Lizna mengambil langkah maju menunjuk pada dirinya sendiri sambil tersenyum manis.

"Kau akan kami bantu sebagai Gamemaster juga, mengerti?"


☆☆☆Chapter 2 berakhir disini☆☆☆



Ke Halaman utama Kusoge Online (BETA)
KeChapter selanjutnya

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]