Baka to Test:Volume3.5 Aku, Preman dan Sebuah Surat Cinta, B. Indonesia

Diterjemahkan oleh I-Fun Novel, -MrStar-

“Halo Yoshii Akihisa-kun:

Maaf kalau baru menulis surat untukmu sekarang, tapi aku ingin sekali mengatakan ini kepada Akihisa-kun. Jadi karena itulah aku mulai menulis surat ini.

Akihisa-kun masih ingat denganku? Kita ada di kelas yang sama saat kelas 3 SD. Saat itu, aku selalu merasa kalau Akihisa-kun cowok yang menarik, dan orang yang selalu menyemangati kami. Tidak peduli apapun yang terjadi, kamu selalu berdiri untuk menyemangati semua orang. Saat aku jadi ketua kelas, kamu banyak sekali membantuku. Aku berpikir Akihisa-kun benar-benar menganggumkan. Walaupun aku tidak ikut bermain denganmu, hatiku selalu terasa hangat ketika melihatmu, baik itu di kelas maupun di lapangan.

Ketika kita SMP, walaupun kita tidak sekelas, aku terus mendengar kabar tentangmu. Ketika kita bertemu, hatiku selalu berdegup kencang. Bukankah itu aneh, kenapa ini terjadi? Aku sering bertanya pada diriku sendiri.

Mungkin ini kebetulan, tapi saat kudengar kamu masuk sekolah yang sama denganku, aku benar-benar merasa senang.

Saat perang Syokanju, kamu segera melangkah maju untuk melindungiku. Saat itu, aku tidak bisa lagi membohongi diriku sendir i- Kupikir, mungkin aku mencintaimu... Sampai sekarang aku akhirnya menyadari perasaanku padamu.

Aku mencintaimu.

Sekarang, aku mengumpulkan semua keberanianku untuk menyatakan perasaanku padamu. Tapi aku bertanya-tanya apakah bagus jika aku memberi tahu Akihisa-kun agar memahami perasaanku padamu dan perlahan menyatukan perasaan kita?

Surat ini berisi semua perasaanku padamu. Jadi jika kamu sudah memiliki seorang kekasih atau orang yang kamu suka, aku benar-benar minta maaf.

Tapi tetap saja, pada akhirnya, aku benar-benar mencintaimu. Aku sangat mencintaimu.”


"Ooo ~ bagaimana bisa aku datang ke sekolah lebih awal hari ini?"

Langit yang sangat cerah, udara yang bersih dan sinar matahari yang menghangati tubuh saat aku berjalan.
Tidak ada yang aneh ketika aku pergi ke sekolah lebih awal, seakan-akan aku sedang berjalan di jalan yang kosong. Sangat menyegarkan.

"Ada pepatah yang mengatakan burung yang paling cepat bangun yang paling banyak mendapatkan cacing.Tidak tahu apa yang akan aku dapatkan hari ini~."

Sepulang sekolah kemarin, aku berpikir untuk tidur sore, anehnya aku tidur sampai pagi, akhirnya aku bangun 2 jam lebih awal dari biasanya.
Setelah bangun, tanpa pikir panjang aku langsung berangkat ke sekolah. Namun, cuaca hari ini sangat cerah, kalau tahu begini seharusnya aku cuci baju dulu.

"Mari kita lihat, apa yang harus kulakukan dahulu - hm?"

Ketika sedang berpikir sambil berjalan,tiba-tiba aku menemukan sosok yang tidak asing di depan gerbang sekolah. Rambut pendek, kulit coklat dan otot yang kekar; bukannya itu Tetsu- biar kucoba lagi, bukannya itu Nishimura-sensei? Walaupun tampangnya begitu, dia masih wali kelasku. Lebih baik aku menyapanya.

"Pagi, sensei!"

Aku menyapanya dengan penuh semangat dari belakang. Tetsujin berbalik dengan senyum ramah yang belum pernah kulihat sebelumnya.

"Oh, pagi. Ada latihan pagi? Bagaimana-"

Dia berhenti.

"Sensei?"
"-Maaf, aku salah."
"Sensei mengira saya orang lain, ya? Ya ampun, tidak perlu meminta maaf, kok."
"Ngapain kamu datang ke sekolah pagi-pagi, Yoshii?"

Ketika dia mengatakan itu, senyum ramah di wajahnya berubah menjadi ekspresi tegas.

"Eh... jadi yang salah adalah sikap Sensei padaku?"

Apa aku sudah melakukan begitu banyak hal buruk...?

"Sebagai guru, sudah jelas kalau aku harus tegas kepadamu, tapi bagus kamu sudah datang. Dengan kemampuan 'Kansatsu Shobusha' milikmu, aku punya beberapa pekerjaan kecil untukmu…"
"Woah, gara-gara aku 'Kansatsu Shobusha', sensei memaksaku bekerja?"
"Benar. Sekarang pergi ke lapangan…"
"Ya ampun, seharusnya aku tidak datang pagi-pagi..."

Desahku.
‘Kansatsu Shobusha'-adalah metode hukuman dengan menggunakan 'Sistem pemanggilan Syokanju' yang digunakan Akademi Fumitzuki. Tujuan utamanya untuk mematuhi perintah guru dan melakukan segala macam pekerjaan kasar.
'Sistem pemanggilan syokanju' adalah sebuah teknologi yang mencampur antara ilmu pengetahuan dan supernatural. Untuk mempromosikan Sistem Pemanggilan Syokanju, Fumitzuki Gakuen adalah sekolah percobaan yang menggunakan sistem ini sebagai dorongan untuk siswa supaya belajar lebih rajin. Caranya dengan menggunakan shoukanju untuk bertarung, dan ini pasti akan memompa siswa lebih baik daripada ujian biasa.

"Kamu seharusnya menyesali sikapmu yang akhirnya membuatmu menjadi 'Kansatsu Shobusa', bukan karena datang ke sekolah lebih awal, ya kan?"

Tetsujin terlihat seakan-akan dia sudah menyerah sambil menghela napas dalam-dalam.

"Uu... tapi aku tidak melakukan sesuatu yang sangat buruk sehingga langit pun tidak memaafkannku..."
"...Kamu benar-benar punya nyali untuk mengatakan itu. Cukup ngobrolnya, cepat ke lapangan?"
"Ya, ya."

Dengan Tetsujin di depan, aku memasuki lapangan dengan kesal. Mereka yang sedang lari di lapangan, apa mereka anggota Klub Lari yang sedang latihan? Mereka terlihat sangat bersemangat.

"Sekarang giliranmu, Yoshii."
"Ya--summon."

Dari izin Tetsujin, aku memanggil shoukanju milikku.
Sebuah lingkaran sihir bersinar di sampingku, dan versi mini-ku muncul. Tubuh mungil setinggi tiga kepala, tapi jangan sekali-kali meremehkan kekuatannya. Meskipun kekuatan syokanju yang dipanggil ditentukan oleh poin pemiliknya. Poinku masih cukup untuk membuatnya lebih kuat beberapa kali lipat daripada pria normal. Namun, kekuatan super itu hanya digunakan untuk pekerjaan kasar.

"Bagus,angkut tiang gawang itu."
"Ya~"

Shoukanjuu mematuhi perintahku dan dengan mudah mengangkat tiang gawang yang beberapa kali lebih tinggi dari padanya.

"Bawa ke tempat pembuangan sampah di luar kota."
"SENSEI PIKIR SEBERAPA JAUH TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH DI LUAR KOTA, HAH?"

Setidaknya pinjami aku sebuah truk!
"Bercanda. Letakkan di dekat gerbang sekolah… Hati-hati, jangan sampai menghalangi pintu masuk."
"Haaa, membuatku takut saja~"
"Kalau kamu pikirkan tentang kerusakan yang kamu perbuat, hukuman ini g ada apa-apanya."
"Huuuhhh..."

Soal itu, aku agak menyesal, oke? Tapi paling tidak pahami situasiku...

"Jaringnya harus dilepas."
"Cih... Sepertinya tidak akan ada hal yang baik hari ini..."

Burung yang paling pagi yang mendapatkan cacing – siapa sih yang ngomong?


Aku mengikuti instruksi Tetsujin dan melepaskan jaringnya. Lalu kupindahkan gawang ke gerbang sekolah. Tidak terasa aku hampir terlambat masuk kelas. Tidak ada waktu untuk memindahkan jaringnya ke gudang, jadi bawa ke kelas saja lah.
Ketika membuka loker sepatu, sepertinya ada sesuatu yang terlihat seperti surat cinta.

"A...APA-APAAN INIIIIII!!!"

Perkembangan tidak terduga ini membuatku teriak tanpa sadar. Te-te-te-tenang, Yoshii Akihisa! kamu akan mati jika kamu ketahuan! Coba cek isinya dulu--

"Yo, Akihisa, ngapain?"
"WAAHH!!"
Seseorang memanggilku. Secara reflek kumasukkan surat itu ke kantong. Hampir saja!

"Ah, ahh, ternyata Yuuji. Pagi..."
"Pagi."

Yang menaikkan tangannya sambil menyapaku adalah teman sekelasku, Sakamoto Yuuji. Orang ini tidak terlihat punya otak, tapi dia tetap ketua Kelas F.

"A, ara~ Pagi yang baik. Terasa ada sesuatu yang baik akan terjadi pagi ini!"
"...Kenapa kamu senang banget?"
"A, a-aku nggak senang sama sekali!"
"Boong kan? Tadi kamu kelihatan sedang megang surat atau apalah itu..."

Ugh! Dia lihat? Kalau orang lain melihatku mendapatkan surat, anak laki di kelasku akan membunuhku karena cemburu!

"Cuma brosur kok! Lupakan, kita akan telat kalau nggak cepat-cepat!"

Untuk menghindar, aku langsung mengangkat jaring gawang dan lari duluan. Memang benar kalau kami hampir telat.

"Oh, sudah jam segini? Padahal sudah di sekolah, rugi kalau telat."

Yuuji lari dibelakangku. Bagus, sepertinya aku berhasil menghindar.
Masalah selanjutnya adalah--- Dimana aku bisa baca surat ini? Bakal ada masalah kalau di tempat ramai... gimana nih?


"Kudou."
"Hadir."
"Kubo."
"Hadir."

Kami berhasil sampai di kelas sebelum bel berbunyi. Sebelum kami sempat istirahat sebentar, Tetsujin masuk kelas dan mulai membacakan absen. Dia orang yang tepat waktu walaupun tidak terlihat dari mukanya.

"Kondo."
"Hadir."
"Saito."
"Hadir."

Pembacaan absensi yang tenang dan membosankan adalah kebiasaan setiap hari, jadi semuanya menjawab Tetsujin dengan nada ngantuk.
Ini adalah saat-saat yang tenang di kelas. Di pagi musim semi, sama seperti hari-hari sebelumnya, kami menyambut keseharian yang damai-

"Sakamoto."
"...Sepertinya Akihisa dapat surat cinta."

"BUNUH DIA!!!"

—Tapi kata-kata Yuuji menghancurkan kedamaian itu

"Yu, Yuuji, kamu ngomong apa!?"

Aku pasti menurunkan suaraku, tapi sepertinya tidak lepas dari telinga semuanya. Aku benar benar merasa ada yang aneh dengan murid murid di kelas ini.

"APA-APAAN INI!? GIMANA MUNGKIN YOSHII DAPAT SURAT CINTA!?"
"KARENA DIA MENDAPATKAN SURAT, KITA HARUSNYA JUGA! CEPAT CARI PASTI ADA SURAT CINTA DI TEMPAT DUDUK KITA!!"
"NGGAK KETEMU! YANG ADA CUMA ROTI BASI SAMA ROTI YANG SETENGAH KEMAKAN!?"
"CARI LAGI!"
"...KETEMU! ROTI YANG MASIH BARU!"
"KAU NYARI APAA!!?"

Auman marah menggema ke seluruh kelas. Sudah kutebak ini akan terjadi...

"SEMUA DIAM!"

- D i a m . . .

Auman kasar Tetsujin membungkam seluruh murid. Ho, bagus, bagus.

"Tezuka."
"Harus bunuh Yoshii!"
"Todo."
"Harus bunuh Yoshii!"
"Tozawa."
“Harus bunuh Yoshii!"

"SEMUANYA TENANGLAH! KENAPA KALIAN SEMUA MENJAWAB 'HARUS BUNUH YOSHII'!?"
"DIAM KAMU YOSHII!!"
"SENSEI, KENAPA SENSEI MEMARAHIKU? KALAU TETAP SEPERTI INI, SEMUA ORANG DIKELAS BAKAL MEMUKUL, MENENDANG DAN MENYIKSAKU!"
"Nitta."
"Harus bunuh Yoshii!"
"Fuda."
"Harus bunuh Yoshii dengan kejam!"
"Negishi."
"Harus bunuh Yoshii dan mencincangnya!"

Nggak, nggak ada yang ngedengerin... kenapa mereka semua ngerepotin banget sih.

"Oke, tidak ada yang telat atau absen hari ini, jadi kuharap kalian belajar giat hari ini."

Setelah pembacaan absen selesai, Tetsujin berjalan keluar kelas. Orang ini nggak merasakan aura membunuh di kelas ini apa?

"TUNGGU, SENSEI! JANGAN PERGI! JANGAN TINGGALKAN MURIDMU YANG MANIS INI!"

Untuk melindungi diriku, aku mencoba sebisanya untuk menahan Tetsujin. Nggak ada waktu untuk menjaga nama baik.

"Kau salah, Yoshii."

Tetsujin menaruh tangannya di pintu sambil menjawab. Aku salah? Maksudnya apa?

"Kamu sangat sangat jelek."
"AKU NGGAK INGIN MENDENGAR ITU DARIMU, DASAR BODOH!"
"Semua, belajarlah sendiri-sendiri dengan tenang."
"TUNGGU!! SENSEI!!! SENSEI!!!"

Lolongan kesedihanku sedikitpun tidak didengar oleh Tetsujin. Sepertinya aku hanya bisa pasrah menerima aura membunuh yang menyelimuti seisi kelas. Sebelum guru jam pelajaran pertama datang, bakal terjadi hujan darah duluan.

"Aki~ bisa tolong jelaskan?"

Tiba-tiba sesuatu yang kuat hampir memutuskan sendiku ketika sebuah tangan menggenggam pundakku.

"Ah, ah haha... Minami, kamu menyeramkan, tau?"
"Kau menerima surat? Siapa yang tulis? Apa isinya?"

Walaupun dia tersenyum, tangannya gemetaran dengan kuat. kuncir kupu-kupu di rambutnya terlihat seperti tanduk iblis. Ekspresinya sangat mengerikan.

"Ah...itu...itu..."

Sejujurnya karena aku sedang buru-buru jadi aku belum baca, jadi aku tidak tahu apa isinya. Ngomong-ngomong aku ingin tahu itu surat apa. Uu~aku benar-benar ingin bersembunyi dan membaca isinya!

"Jangan kebanyakan ngomong, cepat serahkan jarimu--eh, suratnya!"

APA!? JARIKU!? Kalau aku nggak mau gimana?

"Itu, Yoshii-kun..."

Suara lembut seperti dering bel perak terdengar di belakangku.

"Hm? Ya?"

Yang bicara adalah mawar diantara sampah-sampah di kelas kami---Himeji Mizuki-san. Rambut yang halus, dada yang kelihatan empuk, dan wajah yang manis; melihatnya seperti ini, aku rasa hari ini para cowok akan berusaha mengejarnya.

"Anu...kalau bisa, itu...aku juga mau baca suratnya..."




Himeji-san yang kelihatan malu-malu sangat manis! Tapi walau bagaimana juga aku tidak akan memperbolehkannya.

"Erm...maaf."

Jadi, aku minta maaf dengan jujur, karena aku tidak mau memperlihatkan isi surat itu.

"Tapi... tapi..."

Aku sudah menolak, tapi Himeji-san tetap tidak menyerah. Namun-

"Walaupun itu permintaan Himeji-san, aku tidak bisa melakukannya."
"Tapi, aku tidak mau melakukan sesuatu yang kejam padamu!"
"TUNGGU BENTAR! HIMEJI-SAN INGIN IKUTAN MENYIKSAKU!?"

Nggak mungkin...Himeji-san sudah bergabung dengan kelas F yang bernilai rendah...

"Semuanya, tenang dulu."

Tiba-tiba suara tepukan terdengar dari podium di depan. Yang bicara adalah ketua kelas F, teman terburukku, Sakamoto Yuuji.

"Saat ini, masalahnya bukan surat yang didapat Akihisa."

Kata-kata Yuuji memang terdengar meyakinkan. Hmm, itu benar! Walaupun dia orang paling busuk sedunia, dia tetap temanku!

"Masalahnya adalah-SIKSAAN PALING MENYAKITKAN APA YANG AKAN KITA BERIKAN PADA AKIHISA!!!"
"PROPOSALNYA SALAH, BANGSAT!!!"

Aku langsung mengambil tasku dan lari keluar kelas secepat kilat. Aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri sekarang.

"JANGAN KABUR KAU AKIHISA! BUAT KELOMPOK DAN BURU DIA!"
"AMBIL SURATNYA!!! BUNUH YOSHII!!"
"CARI DAN BUNUH!!!"
"KITA HARUS MENGHANCURKANNYA!!!"

Aku bisa dengar auman dari koridor. Sekali lagi, aku sendiri yang merasakan kekuatan persatuan Kelas F yang sangat solid dengan tubuhku.



"TEMUKAN YOSHI!! DIA KABUR KE KELAS KOSONG!"
"ROGER! CEPAT TANGKAP DIA! JANGAN BIARKAN DIA KABUR! AKU AKAN BERITAHU YANG LAIN!"
"OK! SQUAD B MAJU DARI DEPAN, SQUAD C CEGAT DIA DARI SAMPING!"
"ROGER!"

Saat berlari melewati koridor, aku bisa mendengar percakapan mereka.
Mereka beneran bisa membuat kelompok dalam sekejap ketika memburuku. Kenapa Kelas F harus bersikap berlebihan untuk hal sepele nggak berguna ini sih!?
Oke, karena kalian maunya seperti ini, aku tidak akan beri ampun!

"SERAHKAN SURAT ITU YOSHII!!!"
"KAU MENDAPAT KEBAHAGIAAN, JANGAN BERHARAP!"
Lime orang teman sekelasku sudah memblokir jalan. Mereka pasti dari grup yang diperintahkan untuk mengepungku, dan ada beberapa orang di belakangku.
Tidak bisa melakukan apapun, aku hanya bisa bersembunyi di kelas yang kosong, dan semua yang mengejarku memblokir kelas ini dengan ketat.
Melihatku sembunyi di dalam, semua orang berdiri di jalan masuk agar aku tidak bisa kabur. Tapi untukku yang dikejar, ini adalah kesempatan bagus.

"Makan ini!"

Aku mempersiapkan diri untuk menyerang.
Seranganku adalah net gawang yang kuambil tadi pagi. Aku melemparkannya pas di kepala mereka.

"Apa-apaan nih?"
"Tenang! Ini cuma net! Yang diluar, cepat kejar Yoshii!"
"Sialan, netnya basah. Nempel di badan!"

Tidak bisa bergerak dan tidak bisa membuat keputusan yang benar dengan cepat, itulah rencanaku. Tapi kalian benar benar terlambat!

"Istirahatlah di UKS."

Aku memegang sesuatu yang berbahaya. Teman sekelasku membelalak melihat apa yang kupegang.

"APA!? YOSHII, ITU..."
"LARI! KELUAR DARI NETNYA!!!"
"Selamat tidur, semua."

Aku melemparkan Taser ke net yang basah. Setelah itu, ada suara meledak-ledak dan bau hangus.

"WWWAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH!!!!!!!"

Mendengar temanku berteriak sekarat, aku berjalan dengan santai keluar kelas.
Kalau aku mau baca surat ini di tempat yang sepi, aku harus menahan semua murid Kelas F. Jika begitu, aku hanya bisa bertarung sampai titik darah penghabisan.


"Yoshii lari kemana? Aku tadi lihat dia lari ke bawah sini!"
"Hati-hati, dia pasti sembunyi di dekat sini."
"Squad F dan G sudah kalah. Musuh kita cuma satu, tapi jangan lengah."

Teman sekelasku terdengar sedang berbicara di gudang buku lama di bangunan sekolah lama. Mereka mungkin mulai hati-hati setelah aku mengalahkan beberapa grup dengan cara yang sadis. Aku mengintip dari rak buku, dan melihat mereka berdiri back-to-back untuk memeriksa setiap titik buta.
Tapi kalau mereka sedekat itu, mereka akan lebih kerepotan, kan? Apa mereka tidak mengerti?
Aku menahan napas sambil pindah ke rak buku di dekat mereka. Lalu mengambil satu buku dan melemparnya ke sudut lain-BAM!

"Suara apa itu?"
"Apa itu Yoshii?"

Semuanya bereaksi ke asal suara sambil menoleh berbarengan. Tuh, jadi ada titik buta, kan?

"Si~ap!"

Selanjutnya, yang kuperlukan hanya tinggal menjatuhkan rak bukunya.

"APA!"
"SIALAN—!"

Saat ini perhatian mereka sudah beralih ke tempat lain, bahkan jika mereka sadar kalau rak buku sedang rubuh, mereka tidak akan bisa kabur tepat waktu, dan semuanya tertiban rak buku.

"HAHAHA! SEMUA YANG MENCOBA MENGHALANGI JALAN CINTA ORANG LAIN AKAN BERAKHIR SEPERTI INI!"

Dari sudut mataku, aku melirik temanku yang sedang mencoba merangkak keluar dari bawah rak buku ketika aku berjalan keluar dari gudang buku tua.

"SIALAN KAMU, YOSHII! DASAR PENGKHIANAT!"
"JANGAN KAMU LUPAKAN INI! KAMI AKAN MENGHANCURKAN KEBAHAGIAANMU!"
"...Dasar, orang-orang ini merepotkan banget sih?"

Setelah aku berjalan keluar dari gudang buku tua, aku langsung mengambil sapu untuk menahan pintu masuk dan memblokir seluruhnya. Sepertinya seluruh pengejar sudah diamankan.

"Bagus bagus, sekarang tinggal-WAAAHHH!!!"

Keberadaan seseorang membuatku mundur beberapa langkah. Di tempat aku berdiri tadi kulihat banyak pulpen dan pisau tajam tertancap di lantai.

"Siapa disana!"
"...Pengkhianat harus membayar dosanya dengan kematian."

Yang sedang memegang segala macam alat tulis di tangannya adalah temanku Tsuchiya Koouta. Orang ini punya kebokepan yang luar biasa, tapi dia mencoba menyembunyikannya. Panggilannya adalah Muttsulini (Ninja Mesum), dan dia temanku - tunggu, dia bukan temanku lagi, tapi musuh yang harus kutaklukkan.

"Bersiaplah, Muttsulini!"

Aku mengepalkan tanganku dan berlari maju. Maaf, tapi kamu harus beristirahat dengan tenang disini.

"...Selanjutnya akan ku pisau lipat.”
"Oke, mari kita bicarakan baik-baik."

Aku tidak bisa menggunakan kekerasan pada teman baikku.

"...Oke."
"Sebutkan permintaanmu."

Walaupun aku berkata seperti itu, aku tahu apa yang dia inginkan. Dia akan bilang 'serahkan surat itu'. Biar kupikir cara negosiasi dengannya...

"...Permintaanku adalah-"

Muttsulini mengatakan permintaannya dengan nada dingin.

"-nyawamu."
"SEBENTAR! KENAPA KAMU LANGSUNG INGIN MEMBUNUHKU!?"

Aku tidak pernah negosiasi sesulit ini sebelumnya.

"...Negosiasi batal."
"Sialan! Sepertinya aku harus melakukan ini dengan kekerasan."

Aku berkonsentrasi dan membidik pisau lipat ditangannya.
Ngomong-ngomong, itu hanya surat cinta. Kenapa harus sampai membunuh teman?

"...Jangan khawatir. Aku tidak akan membidik matamu."
"Muttsulini, aku bukan idiot yang akan santai setelah mendengar itu."
"...serius?"

Whoosh! Pisau lipatnya dilempar sambil mengeluarkan suara seram. Targetnya adalah - MATA KANANKU!!!

"Ka, kamu BOHONG!"

Aku pakai tanganku untuk menangkis pisau, dan pisau lipatnya jatuh ke lantai. Eh? Meleset? Pisaunya belum dikeluarkan?

"...Kesempatan."
"Uu!"

Muttsulini menerjang saat aku sedang teralihkan.

"Muttsulini, kamu tahu ukuran dada Himeji-san?"

Untuk melindungi nyawaku, aku tiba tiba menyebutkan sesuatu yang diminati Muttsulini. Ambil umpan ini, penggila bokep sialan!

"...Itu pengetahuan umum!"

Sial aku tidak bisa mengguncang konsentrasinya. Lho memang itu pengetahuan umum!? Aku nggak tau lho!

"Kalau gitu, kalau aku dapat pacar, aku kirim harta berhargaku padamu, mengerti?"
"...(berhenti.)"

Muttsulini tiba tiba berhenti. Bagus, dia mengambil umpannya!

"...Kapan?"

Temanku yang satu ini tidak bisa diremehkan. Dia langsung mengkonfirmasi waktu bukannya isi dan jumlahnya.

"Biar kupikir... minggu depan?"
"...Deal."

Aku akan menggunakan trik menyogok ini lain kali kalau aku melawan Muttsulini lagi.

"Kalau begitu aku pergi dulu."

Saat aku melangkah untuk pergi, dia mengulurkan tangannya untuk menghalangiku. Apa lagi?

"...Pakai ini untuk bertahan."

Muttsulini menyodorkan tas kecil padaku.

"Bertahan?"
"...Ada pisau di dalamnya. Gunakan jika terjadi sesuatu."

Kalau boleh jujur, pisau ini seharusnya illegal. Tapi ini adalah benda yang membuatku senang, karena masih ada beberapa orang yang belum kukalahkan, dan mereka pasti berniat memutilasiku.

"Thanks. Akan kugunakan saat keadaan sulit."
"...(mengacungkan jempol)."

Setelah mengacungkan jempolnya, Muttsulini berbalik dan pergi. Aku tidak bisa tetap diam disini. Aku harus mencari tempat untuk membaca surat ini. Bakal buruk kalau tulisannya 'Aku akan menunggumu di atap saat istirahat makan siang' dan baru kubaca sore hari.

"Oh iya. Aku lebih baik pergi ke atap dan mengecek semuanya."

Seharusnya tidak ada yang di atap. Jika begitu aku bisa baca dengan tenang. Mungkin juga di sanalah tempat nembak akan terjadi. Oke, jadi ayo ke atap.

Sekarang aku di lantai 2. Harus naik tangga jika ingin kesana.
Dan, saat di tangga-

"Akhirnya kutemukan kau, Aki!"
"GACK! MINAMI!?"

Musuh abadiku ada disini.
Aura pembunuh yang keluar dari tubuhnya membuat otot-otot diseluruh tubuhku keram, dan kelihatannya akan meledak saat dia menyentuhku.
Aku mengencangkan syarafku, mencari cara melewati tangga lantai dua. Ternyata dia tetap lanjut melangkah maju dengan sikap tenang, menyebutkan pilihan dan memaksaku untuk memilih.

"Terserah kamu mau berikan suratnya dan biarkan aku membunuhmu atau biarkan aku membunuhmu sebelum kuambil suratnya. Pilih satu."

Aneh. Kenapa nggak ada pilihan aku masih hidup pada akhirnya?

"MAKSUDMU APA!? AKU DAPAT SURAT KAN NGGAK ADA URUSANNYA DENGANMU!"

Pada dasarnya, ini salahnya. Kalau aku bisa meredakan situasi akan sangat bagus.

"Nggak ada hubungannya denganku? Benarkah... kau benar benar berpikir begitu, Aki..."
"Eh?"

Minami sepertinya sedang terluka atau semacamnya. Aku memikirkan apa yang barusan kubilang tadi. Memang salah kalau aku punya pacar?

"Maksudmu..."
"Fakta ini memalukan, jadi aku tidak bilang, tapi aku... kamu...."

Sangat beda dengan ekpresi menyeramkan tadi, sekarang Minami kelihatan kasihan. Tanpa mengetahui sebabnya apa hatiku mulai berdebar. Perasaan apa ini?

"Karena kamu, aku mendapat peringkat 3 di 'Cewek yang tidak mau kamu ajak kencan'!"
"Daaah~~!"

Perasaan apa ini? Apa ini yang namanya firasat buruk ketika menatap mata monster!?
Aku mengikuti insting dasarku untuk kabur. Walaupun aku ingin ke atap, aku melompati 3 anak tangga sekaligus untuk pertama kalinya, ini semua karena ingin melarikan diri dari iblis menyeramkan ini.

"Masih berpikir untuk kabur? Kamu tidak akan kubiarkan lari untuk mendapatkan kebahagiaan setelah kamu membuatku menderita begini!"
"Masih ada yang mengalahkan peringkatmu! Bukannya itu bagus!?"
"APANYA YANG BAGUS!? Berapa banyak yang di bawahku memang!?"

Hmm, ada kira kira 300 murid di kelas 2, jadi-

"150-an mungkin?"
"Seratus limapu... GIMANA CARA MEMPERBAIKINYA!? TANGGUNG JAWAB!!!"
"Yah walaupun kamu minta seperti itu, aku nggak bisa!"
"Bodo amat, serahin surat itu sekarang!"
"NGGAK MAU! PASTI NANTI KAMU SOBEK SOBEK!"
"NGGAK AKAN! AKU AKAN COPY PULUHAN KALI DAN KUSEBAR KE SELURUH SEKOLAH BIAR INI NGGAK TERJADI LAGI!!!"
"ITU LEBIH KEJAM!!!!"

Sialan! Aku benar-benar ingin kabur, tapi susah kabur dari dia. Aku harus cari cara untuk menghentikan Minami!

"Oh iya, Minami, saat lari turun tangga aku tahu-"
"Apa?"
"-kau pakai putih hari ini!"
"Ap..."

Minami tiba tiba berhenti dan menekan roknya dengan kedua tangannya. Bodoh, di situasi ini ngapain aku ngintip daleman kamu?

"WOOOHHH!!"

Menggunakan kesempatan emas ini, aku langsung melebar jarak antara aku dan Minami, kesempatan ini akan habis sebentar lagi.
Setelah lari turun tangga, aku lari lewat koridor.

"Ah, Yoshii-kun. Jangan lari di koridor!"

Ahh, tidak ada pelajaran sekarang kah? Guru bahasa inggris yang sedang berjalan pelan melihat keberadaanku. Jadi itu Endo-sensei. Muncul di saat yang tepat.
"Maaf, Endo-sensei! Tapi aku diminta mengerjakan tugas."

Aku berdiri di depan sensei untuk meminta maaf.

"Kamu diminta mengerjakan tugas?"
"Ya, para guru memintaku pergi ke kelas kosong untuk memindahkan meja."

Pastinya itu bohong. tapi Endo-sensei percaya tanpa ragu.

"Benarkah? Tapi jangan lari di koridor!"
"Akan saya ingat itu. Sensei, saya ada permintaan."
"Apa itu?"
"Mejanya agak berat. Bisa beri saya izin untuk memanggil syokanju?"

Aku harus minta izin guru untuk Summon Shoukanjuu.

"Aki! Beraninya kamu menipuku!"

Sialan, Minami mulai mengejar!

"Sensei, tolong ikut aku sebentar!"
"Eh? Ah...oke."

Aku menarik sensei ke kelas terdekat. Baguslah banyak kelas terbengkalai di bangunan tua. Selamat untuk sekarang.

"Sensei! Tolong, cepat berikan saya izin!"
"Uu... Aku tidak mengerti apa yang terjadi... oke, aku akan izinkan."
"Bagus! Summon!"

Dari panggilanku, Shoukanju milikku muncul dari lingkaran  sihir. Selama ada anak ini, Minami pun bukan masalah.

"Aku memakai dalaman warna hijau-rumput hari ini! Bisa bisanya kamu bilang putih!"

Sedetik kemudian, Minami muncul. Aku nggak begitu peduli tapi...

"Minami, kamu seharusnya tidak perlu memberitahuku."
"Ah!"

Komentarku membuat Minami tersipu malu. Kalau Muttsulini mendengar ini pasti dia akan senang.

"KESEMPATAN!"
"WAH!"

Saat Minami gugup, aku mendorongnya ke pojok ruangan dan-

"Heyo~ terima ini!"

Aku sudah mempersiapkan Shoukanjuu-ku dan mempersiapkan lemari di belakang kelas untuk memblokade.

"Oi, kamu ngapain!? Ini licik! Keluarkan aku!"
DUK DUK DUK!!! Minami menggedor lemari. Dengan kekuatannya, harusnya dia tidak bisa memindahkan benda besar ini. Akhirnya Minami kalah.

"Apa yang kamu lakukan, Yoshii-kun!"

Melihat ini, Endo-sensei mengomeliku, dan Shoukanjuu-ku hilang karena izin pemanggilan dicabut.

"Maaf, tapi ini darurat!"
"Ah tunggu!"

Mengabaikan sensei, aku lari lagi di koridor. Dan sebentar lagi, akhirnya aku bisa membuka suratnya... memikirkan ini kakiku terasa ringan saat berlari menuju atap.

"Aku sudah menunggumu, Yoshii."

Teman sekelasku, Sugawa-kun sudah mengambil posisi bertarung sambil menungguku.

"Sugawa-kun, kamu ingin menghentikanku?"
"Sudah pasti, dan aku ingin kamu mati sekarang."

Sambil ngomong ini, dia menarik sesuatu dari punggungnya.

"Pe, pedang kayu...”
"Aku pinjam ini dari klub kendo hanya untuk menghentikanmu!"
"WAH! WOAH~~"

Tanpa basa-basi, Sugawa-kun langsung menerjang ke arahku tanpa ragu. Aku langsung menhindar ke samping, nyaris tidak bisa menghindari serangannya.

"SERAHKAN SURAT ITU, YOSHII!"
"Uu..."

Aku tanpa sadar menggigit bibirku. Nggak disangka orang ini akan menyiapkan senjata. Sekarang tidak ada kesempatan menang kalau aku nggak pakai tenaga penuh. Kalau aku punya senjata... hm? Senjata?

"Oh ya, Aku masih punya itu!"

Aku merogoh kantongku dan mengambil tas kecil. Benar, ini yang diberikan Muttsulini tadi, tas berisi pisau.

"Uu! Jadi kamu menyiapkan senjata juga!"

Sugawa-kun kelihatan ragu begitu tahu dia tidak unggul lagi.

"Bagus! Sekarang kita adil."

Aku mengambil pisau dari tas dan langsung memperpendek jarak dengan Sugawa-kun.
Ayo kita selesaikan sekarang, Sugawa-kun!

"Sial! Aku belum kalah!"

Sugawa-kun mengayunkan pedang kayunya. Sayangnya-

"Lambat!"

Aku melangkah kesamping, dan serangannya nyaris mengenaiku, tapi meleset. Dan dia sangat terbuka setelah menyerang di depanku. Banyak cela dimana-mana.
Aku tak melewatkan kesempatanku sambil mengarahkan gunting kuku-ku ke Sugawa-kun—

"Apa apaan, gimana aku bisa menang pake gunting kuku, dasar bodoh!"

Aku rubuh ke lantai. Walaupun memang gunting kuku adalah sejenis pisau.

"Yoshii... kamu memang bego..."

Sugawa melihatku dengan tatapan iba.

"Si, sial! Kalau begitu aku akan pakai gunting kuku ini untuk menyerangmu! Seenggaknya lebih mending daripada tangan kosong!"
"Nggak, gimanapun juga kamu pasti lebih baik tangan kosong!
"DIAM!"

Di lantai tiga bangunan tua yang tenang ini, Sugawa-kun dan aku saling meraung.

"WAHH! KUKU! KUKU-KUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!"

Dari atas, aku memelototi Sugawa-kun yang lumpuh dan memegangi tangannya penuh kesakitan.
Aku nggak pernah mengira aku bakal menang.

"Aku sendiri malah kaget.Tapi yang penting adalah ke atas. Maaf."
"Yo, Yoshii... kamu pengkhianat..."

Meninggalkan Sugawa-kun, yang ribut sendiri padahal cuma kupotong kukunya, aku langsung naik tangga dan ke atap. Kalau aku bisa lewat lantai 4 dan ke atap-

"Jadi kamu datang juga, Akihisa!"
"Yoshii-kun, tolong menyerah dengan tenang."
"Yuuji dan Himeji-san."

Saat naik tangga, yang menghalangiku adalah raja iblis,Yuuji, dan Himeji-san.

"Gimana kalian tahu aku akan kemari?"
"Karena atap adalah tempat terbaik untuk nembak. Dengan otak goblokmu itu kamu pasti pikir kalau kamu bisa lihat semuanya dari sini, jadi kutebak kamu pasti akan kesini."

Sialan! Dia menebak pikiranku dengan tepat!

"Kau bisa sembunyi di toilet dan baca tanpa gangguan, kan?"

Ah!

"Maaf, Yuuji. Aku tiba tiba sakit perut. Harus ke toilet..."
"Yoshii-kun. Jangan bilang kamu belum sadar?"

Himeji-san melihatku dengan wajah khawatir. Jangan menatapku dengan tatapan ituuuuu!

"Yuuji, kenapa kamu harus menghentikanku? Ini juga nggak ada untungnya buatmu, kan?"
Supaya dia tidak ikut campur lagi, aku harus menjelaskannya.
Yuuji kelihatan serius saat menjawabku.

"Benar, aku nggak bakalan untung. Sebelumnya juga aku nggak ada niat ingin punya pacar."
"Kalo gitu, kenapa?"
"Bukan itu masalahnya, Akihisa, aku cuma..."

Teman terburukku menatapku tanpa ragu dan melanjutkan,

"-benci melihatmu mendapat kebahagiaan!"
"Dasar teman sampah."

Bahkan aku mulai curiga apakah kami benar-benar berteman atau tidak.

"Akihisa, aku tidak akan mengatakan sesuatu yang norak seperti 'serahkan surat itu'. Tunjukan kemampuanmu dan lawan aku."

Yuuji melepas jas seragam dan dasinya. Melihat fisik teman terburukku ini, tidak ada lemak berlebih di tubuhnya. Tubuh berotot seperti itu adalah impian semua pria.

"Bisa kamu pegangi jasku, Himeji?"
"Ah, oke."

Setelah memberikan jasnya ke Himeji-san dan melepas dasinya, tanpa ada yang menghalangi, Yuuji langsung mengambil kuda-kuda sambil meluncurkan beberapa pukulan. Whoosh, suaranya lumayan tajam. Hanya dengan itu saja, aku sudah tahu perbedaan amatir dan pro. Orang ini... Dia serius ingin membunuhku.

"Yoshii-kun, menyerahlah..."

Himeji-san berjalan ke sebelahku dengan ekspresi khawatir sambil menatap wajahku. Jelas sekali kenapa hanya dia yang khawatir padaku; dari tampangnya saja, Yuuji sangat terbiasa berantem, dan aku sama sekali tidak punya kesempatan menang jika aku melawan dia langsung. Tapi—

"Terimakasih telah mengkhawatirkanku, tapi aku tidak berniat menyerah."

Untuk cewek yang telah memberikan keberaniannya untuk menulis surat ini untukku, untuk masa depanku, aku tidak bisa lari dari pertempuran!

"Baiklah... aku mengerti. Aku tak akan mencoba menghentikanmu lagi."
"...Maaf, aku tahu kamu melakukan ini untukku."
"Tidak... karena ini adalah sifatnya Yoshii-kun."
"Sifatku? Oh ya, bisa tolong pegang ini?"
"Ah, oke."

Sama seperti Yuuji, aku melepas jasku. Pergerakanku lebih luwes sekarang. Ngomong ngomong, sudah lama aku tidak bertarung dengan serius, dan sekarang lawannya Yuuji. Tubuhku pasti akan gemetar, dan bukan karena aku melepas mantelku.

"...Akihisa."
"Ayo, Yuuji."

Kukepalkan tanganku dan mengambil pose bertarung.
Kalau aku mengalahkan orang ini, aku bisa baca surat itu tanpa—

"...Kau benar benar goblok."
"Eh?"

Yuuji kelihatan lesu, tidak menatapku tapi-mantel yang dipegang Himeji-san.

"Surat, surat itu pasti ada di kantong... boleh kubaca?"

Himeji-san menarik surat itu keluar dari kantong jasku. Eh~ itu...

"NGGAK, NGGAK!!! MEMBACA SURATKU TANPA BERTARUNG, NGGAK ADIL!!!"
"KAU ITU, SEBERAPA GUOBLOKNYA SIH!? LUPAKAN ORANG INI, HIMEJI! BUANG SURAT ITU!"

Yuuji memegangiku pas sebelum aku pas sebelum aku berhasil meraih Himeji-san.
Sialan! Aku tak bisa lepas! Dasar homo berotot!

"Eh? Ini bukannya..."

Himeji-san kelihatan ragu dengan surat ditangannya. Mungkin dia berpikir itu terlalu mudah diambil dan takut dengan isinya.

"..."

Tidak, itu tidak benar. Harusnya nggak begitu. Himeji-san akan memperlihatkan ekspresi itu karena dia terlalu baik dan tidak tahan membaca surat yang ditulis orang lain atau menghancurkannya tanpa perasaan. Jadi masih ada kesempatan menang!

"Himeji-san."
"Eh! Ah, ya, ada apa?"
"Sejujurnya aku tahu Himeji-san yang lembut ini tidak akan menyakiti perasaan orang lain, jadi kumohon—"
"-robek surat itu."
"BUKAN! BUKAAAAN! LICIK KAU, YUUJI! JANGAN NAMBAHIN KATA SEMAUNYA! INI NGGAK ADIL!"
"Oke, aku mengerti."
"Nggak, kamu seharusnya nggak jawab 'oke' begitu saja kan? HIMEJI-SAAAN! JANGAN ROBEK SURAT ITU! AKU NGGAK AKAN BISA BACA SURAT ITU! BALIKIN! BALIKIN MASA DEPAN BAHAGIAKU DAN APA YANG KUKATAKAN 4 BARIS YANG LALU!"

Ketika aku berteriak dengan putus asa, surat itu dirobek, dan berubah menjadi sampah.

"Serius, nggak nyangka Himeji akan benar benar merobeknya... maaf Akihisa."
Yuuji kaget melihat Himeji-san dan meminta maaf padaku. Aku juga kaget. Pastinya karena aku tahu Himeji-san tidak akan melakukan hal seperti itu.

"Setidaknya biarkan aku bereskan ini."

Yuuji bilang sambil mengambil sampah di lantai.
Ya, ini bukan waktunya menyerah

"Terima kasih, Yuuji. Aku akan coba memperbaiki surat ini."
"-Akan kuhancurkan harapan terakhirmu."

Whoosh... terbakar...
Ahh, hangatnya~ api yang berkobar itu sepertinya mencairkan hatiku yang dingin...

"GYAH! APA-APAAN!? KENAPA KAMU MEMBAKARNYA!? BUAT APA-HAH!? KALO GITU, AKU NGGAK PUNYA KESEMPATAN MEMBACA SURAT ITU!? KEMANA MASA DEPANKU INI!?"
"Akihisa, kamu mungkin nggak ngerti..."
"APA!? LUPAKAN ITU, AMBILKAN AIR!"
"Hal yang paling kubenci adalah kebahagiaanmu."
"SIAPA YANG NGERTI, BEGO!? BANGSAT!!"

Bagaimanapun aku mencoba, surat itu berubah menjadi setumpuk debu.

"Sakamoto-kun tidak ingin tahu siapa yang menulis surat itu?"

Melihat surat itu terbakar, Himeji-san mulai terlihat tenang saat bertanya ke Yuuji.

"Nggak tertarik, aku cuma ingin menghancurkan kebahagiaan Akihisa. Lagian-"
"La, lagian apa?"
"Aku bisa tebak siapa yang menulisnya."
"Eh?"
"Kalau yang kamu robek adalah 'surat dari orang lain', kamu pasti akan merasa bersalah, kan?"
"Itu, anu... ini, ini..."

Aku nggak terlalu ngerti apa yang mereka bicarakan. Mereka tahu siapa yang menulisnya?

"Yuuji! Ulangi lagi!"
"Ah! Yoshii-kun kamu tak boleh dengar!"
"GYAH!!!"
"Himeji, lehernya sepertinya sudah oleng kebelakang"
"Ma, maaf! aku tidak sengaja!"
"Ya sudah kamu tak usah khawatir tentang itu. Lagipula kalau dia selamat sekarang toh dia akan dibunuh mereka juga."
Kupaksakan setitik kesadaranku yang tersisa dan aku melihat arah yang ditunjuk Yuuji.

"A~KI~ BERANINYA KAMU MELAKUKAN ITU PADAKU~"
"AKU AKAN PASTI MEMBUNUHMU YOSHII!!!"
"""BUNUH DIA!!! BUNUH DIA!!!"""

Oh tuhan, hambamu mohon, izinkan hamba melihat matahari esok...


Bagaimana itu? Surat hilang itu ada di loker sepatu Yoshii-kun! Seseorang pasti menemukannya dan memasukannya untukku...
Karena aku, kamu menderita hal seperti ini... Aku sangat meminta maaf, Yoshii-kun.
Tapi seperti yang kamu bilang, aku harap aku bisa menyatakan perasaanku tanpa surat, tapi langsung padamu.
Jadi, tolong tunggu aku.



Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]