Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 8 : Soal Ketiga

Dari gambar berikut, tentukan nama susunan Sistem Kasta India dari 1 – 4! 



Jawaban Himeji Mizuki:
1) Brahmana 2) Ksatria 3) Waisya 4) Sudra

Komentar Guru:
Benar. Jika diterjemahkan, dari atas mereka disebut ‘Pendeta’, ‘Bangsawan’ atau ‘Prajurit’, ‘Rakyat’ dan ‘Budak’. Sangat baik mengingat artinya supaya lebih mudah memahami sistem kasta India.

Jawaban Tsuchiya Kouta:
1) Raja Brahmin 2) Ksatria Brahmin 3) Rakyat Brahmin 4) Brahmin

Komentar Guru:
Bisakah kamu mengingat selain nama Brahmin?

Yoshi Akihisa:
1) Brahmin (Ibu) 2) Brahmin (Kakak Perempuan) 3) Brahmin (Orang lain) 4) Brahmin (Adik laki-laki) 5) Brahmin (Bapak)

Komentar Guru:
Bapak kamu diperlakukan seperti apa di rumah?

***

Tidak ada hal buruk yang terjadi setelah itu, dan hari berakhir begitu saja. Keesokan harinya, Himeji-san dan aku pura-pura bertemu di jalan dan pergi ke sekolah.

Karena Himeji-san hari ini piket, jadi dia harus ke ruangan guru terlebih dahulu. Maka aku pergi ke kelas sendirian dan melihat tubuh menyedihkan Yuuji di mejanya.

“Pagi Yuuji – Wah, kenapa wajahmu?”

Kudekati dia dan menyapanya, tapi yang kutemukan adalah wajahnya yang dipenuhi lebam berbagai ukuran dan itu membuatku terkejut. Benar sekali. Wajahnya penuh luka dan lebam. Ada apa dengannya?

“Ah, pagi, Akihisa. Aku cuma jatuh dari tangga gara-gara kurang tidur.”

“Kurang tidur… Gara-gara main game semalaman?”

“Yeah… game paling real yang pernah aku mainkan. Sekali saja aku ketangkap, aku akan dikunci di dalam kamar yang tidak ada bedanya dengan penjara.”

“Ho~ aku tidak tahu ada game seperti itu.”

Apa itu game yang baru saja keluar?
                                                    
Aku tidak pernah ingat ada game seperti itu. Mungkin karena aku jarang main game semenjak Nee-san tinggal bersamaku?

“Tapi kalau kamu sampai tidak tidur seperti ini, itu pasti game yang sangat menarik, ya kan?”

“Tidak, ini bukan soal menarik atau tidak. Yaaah… Lebih mirip seperti game survival yang memaksaku bermain meski ingin berhenti.”

“Oh… begitu. Aku akan coba main kalau begitu.”

“Gampang, serahkan padaku. Meski kamu tidak mau, akan kubuat kamu main sampai tamat. Kita akan mulai setelah pulang sekolah.”

Dari nada bicara Yuuji, terdengar kalau dia sangat bersemangat. Jarang-jarang Yuuji menyarankan game begitu serius. Apa game itu sangat menarik? Aku jadi tidak sabar.

“Ah, ngomong-ngomong…”

“Apa?”

Anehnya mata Yuuji berbinar-binar, mungkin dia sedang memikirkan isi game barusan. Untuk jaga-jaga, kubuat suaraku serendah mungkin dan menanyakan pertanyaan yang dari tadi ingin kutanya.

(Yuuji, kamu belum memberi tahu siapapun soal kemarin, kan?)

Tentu saja, yang kumaksud adalah rahasia kalau aku tinggal bersama Himeji-san. Kalau itu tersebar, aku akan dikejar-kejar orang satu kelas, jadi aku harus menyembunyikannya apapun yang terjadi dan bagaimapun caranya.

(Aku tidak kasih tahu siapapun. Sudahku bilang kamarin, bukan?)

Setelah mengatakan itu, wajah penuh luka Yuuji memancarkan senyum cerah.

Yup, seperti yang kuduga dari orang yang paling terpecaya ketika kami sedang senasib. Begitu orang ini mau bantu, keamananku terjamin.

(Thanks, senang mendengarnya.)

Setelah berterima kasih, aku kembali ke mejaku.

Aku terpaksa bertanya untuk jaga-jaga, tapi dari awal aku tidak perlu khawatir kalau dia akan menyebarkan rahasiaku.

Karena kelas terasa lebih sunyi dari biasanya, aku merasa tidak ada peristiwa yang akan terjadi. Karena jika orang-orang ini tahu kalau aku tinggal bersama Himeji-san, mereka tidak akan bisa duduk dengan tenang. Orang-orang ini akan langsung melompat ke arahku di saat aku muncul, dan mereka tidak melakukannya, itu berarti rahasiaku tidak ketahuan.

“Eh? Ada apa? Hari ini lebih tenang dari pada kemarin.”

“Ah, pagi, Hideyoshi.”

“Oh, Hideyoshi, datang juga.”

“Pagi, Akihisa, Yuuji.”

Sepertinya dia habis latihan pagi makanya dia datang lebih telat dari biasanya. Dia melihat-lihat ke sekeliling ketika komentar. Kemarin memang sangat berisik…

“Kalau itu terjadi setiap hari, itu sama sekali tidak baik untuk kesehatan. Ya kan, Yuuji?”

“Ya, benar.”

“Hm…”

Mungkin Hideyoshi merasakan sesuatu sambil memasang wajah curiga.

“Apa ini yang namanya ‘tenang sebelum badai’…”

Hideyoshi bergumam sendiri, dan entah kenapa, kata-katanya terngiang-ngiang di telingaku.

***

Firasat Hideyoshi tidak terbukti, dan tidak terjadi apapun sampai kelas bubar.

“Kelas selesai. Jangan nongkrong di jalan. Buruan pulang dan belajar.”

Dengan begini kelas selesai. Tetsujin tidak berlama-lama dan langsung pergi meninggalkan kelas.

“Baiklah, kalau begitu aku pergi ekskul dulu.”

Seakan ingin mengejar Tetsujin, hideyoshi membawa tasnya dan pergi ekskul.

“Maaf, aku dipanggil ke ruang guru. Jadi kalian pergi saja duluan.”

Dan setelah itu, Himeji-san merapihkan barang bawaannya dan meninggalkan ruang kelas. Dia pasti bakalan merasa bersalah jika aku menunggunya di sini, jadi aku akan pulang duluan.

“Ayo pulang, Yuuji!”

“Hm? Ah, tunggu sebentar.”

Yuuji bilang tunggu, tapi dia tidak mengambil tasnya. Ada apa?

“Muttsurini, sekarang?”

“…Tidak ada orang di dekat sini  yang akan menghentikan kita. Tidak masalah.”

Yuuji menutup matanya dan mengangguk mendengar jawaban Muttsurini? Tidak ada yang akan menghentikan kita? Mereka ngomong apa?

“Semuanya, maaf membuat kalian menunggu.”

“Tidak, aku sama sekali tidak menunggu lama…”

Hm? Mata Yuuji terlihat menatap sesuatu di belakangku—

“MARI MULAI FESTIVALNYA!!!”


“““YEAH! MARI BERPESTA!”””


Aura membunuh!

Sebelum aku memikirkannya, tubuhku reflek lompat ke samping. Ketika kulihat, ada meja terbalik di tempat aku berdiri. Apa? Apa maksudnya melempar meja ke arahku?

“Yuuji! Ada apa?!”

“Akihisa! Hari ini adalah hari kematianmu! Kembalilah ke neraka dan sesali karena telah terlahir ke dunia ini!”

“Setelah Sakamoto mengatakannya tadi pagi, kami semua dengan tenang menanti saat-saat ini, Yoshii!”

“Kami menunggu sampai kelas selesai supaya tidak ada yang mengganggu kita. Tenang saja, akan kubuat kamu melihat neraka dengan jelas! MATI! KAMU! YOSHII! AKIHISAAAAAAAAAA!!”

“BERANI-BERANINYA KAMU TINGGAL BERSAMA HIMEJI! KAMI HANCURKAN KEBAHAGIAANMU ITU!!”

Tanpa kusadari, semua teman sekelasku telah membuat beberapa lapis pagar betis di sekitarku.

Bagaimana ini bisa terjadi! Orang berotak kecil tapi agresif ini bisa menahan diri sampai kelas selesai hanya untuk membunuhku!

“Kalau kami semua menyerangmu di pagi hari, kami pasti akan diganggu oleh pelajaran, kalau itu terjadi, terpaksa eksekusi harus ditunda sementara. Jadi aku tidak akan membiarkan kamu lepas dengan mudah. Akihisa, nikmatilah game survival setelah sekolah ini dengan semua orang!”

Mata Yuuji menyiratkan tatapan jahat yang tidak menyenangkan. Kemarin dia tidak menyerangku ketika dia mengetahui rahasiaku, bahkan dia bilang kalau dia akan membantuku merahasiakan ini. Apa itu semua bohong?

“Yuuji! Kenapa kamu mengkhianatiku!? Bukannya kamu sudah janji?”

“Sayang sekali, janjiku hanya berlaku jika aku diuntungkan. Ketika aku tidak lagi diuntungkan bahkan menyebabkan malapetaka bagiku, yang tersisa hanya amarah! Aku tidak akan mendapatkan apapun dengan membunuhmu, tapi amarahku tidak akan sirna jika aku tidak lakukan ini…”

Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan sama sekali, tapi niat membunuhnya sangat kental – dan aku yakin akan hal itu. Orang ini… dia sungguh-sungguh ingin melemparku ke neraka!

“Semuanya! Tenang dulu! Yuuji sudah pasti berbohong! Bagaimana mungkin Himeji-san tinggal di rumahku? Itu cuma kebohongan Yuuji!”

Supaya bisa kabur dari bencana ini. Aku dengan putus asa melemparkan pernyataan tanpa dasar.

Setelah itu—

“Ya. Semuanya, tunggu dulu.”

Satu-satunya gadis yang tetap tinggal di kelas – Minami berbicara.

“Mi, Minami, kamu percaya padaku?”

“Bukankah kamu menolongku menjaga Hazuki kemarin? Aku harus berterima kasih dengan benar.”

Kata Minami sambil tersenyum. Syukurlah! Aku selamat! Setelah kupikir-pikir, setiap kali aku berada dalam bahaya, ini adalah pertama kalinya ada orang yang membelaku.

“Aki, terima kasih untuk kemarin. Karenamu, Hazuki tidak terkena demam.”

Melihat ini membuatku lega, Minami menggoyangkan kuncir kudanya dan sedikit membungkuk padaku.

“Tidak, tidak, kamu tidak perlu berterima kasih.”

Malahan, itu tidak ada apa-apanya. Hazuki-chan adalah adik perempuan Minami dan temanku, jadi kami harus saling membantu.

“Tidak, kamu sangat membantuku. Karenanya, aku…”

“’Aku’…”

“…AKU YAKIN KALAU MIZUKI TINGGAL DI RUMAHMU!”

“TOLONG! TOLONG AKU! MATA MINAMI SAMA SEKALI TIDAK NORMAL!”

“TUNGGU…! JANGAN KE SINI, YOSHII! KAMI BAKALAN KENA JUGA!”

“SHI, SHIMADA! KAMU INGIN MEMBANTAI YOSHII, KAN? KAMI TIDAK BERSALAH!”

Aura membunuh yang terpancar dari mata Minami membuat semua orang di sekitarku mundur. Inikah yang namanya berterima kasih dan menyerang dengan benar? Apakah Minami berniat berterima kasih dan membunuhku ketika dia bilang ‘tunggu’ pas aku masih sadar?

“Aku kira Hazuki salah mengira Akira-san dengan Mizuki, tapi setelah mendengar Sakamoto, sepertinya Hazuki tidak salah. Aki, kamu pandai sekali membuatku marah.”

Si Yuuji… Kenapa dia menyebarkan rahasiaku! Kalau dia tidak bilang, Minami pasti mengira kalau Hazuki salah dan tidak mempedulikannya, dan situasi tidak akan memburuk… ah, aku tidak bisa membiarkan ini terjadi! Aku harus kabur! Selagi semua orang ketakutan akibat aura Minami, ini kesempatan yang bagus buat kabur!

“Aku tidak boleh mati di sini!”

“Ah! Yoshii! Jangan kabur kamu!”

“Si bangsat sialan itu! Jangan kira bisa kabur kamu!? Sakamoto, apa yang harus kita lakukan?”

“Jangan panik. Kirim 5 orang untuk mengejarnya. Sisanya jaga setiap pintu keluar dan perkecil peluang dia kabur. Kita masih punya banyak waktu untuk menangkapnya. Jangan panik!”

“““DIMENGERTI!!!”””

Rencana mereka dapat terdengar dari belakangku. Aku mungkin bisa kabur kalau mereka semua mencariku asal-asalan. Yuuji sialan… mungkin karena dia selalu melarikan diri jadi dia tahu semua rencana yang akan dipakai orang untuk melarikan diri. Aku berpikir kalau dia adalah orang yang paling menjijikan ketika kami di sisi yang sama, tapi sekarang dia orang paling menyebalkan ketika dia jadi musuhku.

“Yuuji… akan kubalas perbuatanmu hari ini!”

Kebencian ini… AKAN KUBALAS SEMUA INI DENGAN NYAWAMU!

Bukan pria kalau tidak balas dendam. Aku bersumpah pada diriku dalam hati dan berlari secepatnya ke gedung sekolah baru untuk menghindari jangkauan Yuuji.

***

“Sialan! Mereka ada di sini juga…?”

Setelah menghindari lima pengejar, aku sampai di lantai 1 dan melihat ke sekitarku, tapi aku selalu melihat murid Kelas F di mana-mana.

“Sialan… Aku tidak bisa kabur kalau begini.”

Aku sangat cemas sampai mengigiti kukuku sendiri.

Biasanya Yuuji itu ‘Idiot’, tapi tidak peduli seberapa idiot dia, aku tidak bisa mengabaikan dia yang dulu pernah disebut ‘anak jenius’. Taktik yang dia pakai sangat tepat sampai membuat kesal, dan semua jalan keluar (bahkan jendela) dijaga. Mereka tidak saja menjaga jalan keluar, mereka bahkan memperkecil jangakauan mereka. Sekalipun aku sengaja menunjukkan diriku supaya formasi mereka berantakkan, tapi orang-orang ini tidak memakan umpanku, dan komunikasi mereka tidak terputus sambil perlahan mendekatiku, perlahan tapi pasti. Mereka bergerak dengan efisien ketika mendekatiku, dan aku tidak bisa bersembunyi dan menerobos pertahanan mereka. Ini buruk, ini sangat buruk!

“Kalau begitu, aku harus pakai jendela lantai 2 untuk lompat…”

Aku tidak ingin melakukannya, tapi mau bagaimana lagi. Sebaikanya aku ke kelas 1 dan melompat dari kelas mereka.

Begitu pikirku dan langsung menuju lantai 2 sambil melihat-lihat situasi. Tiba-tiba---

“Bagaimana di sana? Kamu lihat dia?”

“Ya, aku melihatnya. Kita sudah pasti mengepung dia di dalam gedung.”

“Oke, kita lanjutkan rencana Sakamoto.”

Kulihat murid Kelas F sedang mencariku di lantai 2. Jadi mereka sudah mengecilkan jangkauan mereka… bahkan mengantisipasi rencanaku untuk lompat dari lantai 2 dan mengepungku perlahan seperti ini… Si Yuuji sialan itu!

Saat ini sangat berbahaya melarikan diri dari lantai 2. Sekarang, aku hanya bisa pergi ke lantai 3 atau 4, atau mungkin ke atap. Tanpa persiapan, mustahil bisa bertahan hidup.

“Sialan. Tanpa sadar, aku sedang dikendalikan.”

Aku merasakan perasaan tidak berdaya ketika dipojokkan. Kalau seperti ini, aku akan benar-benar dipojokkan. Kalau ada hal yang ingin kulakukan sebelum mati, yang kuinginkan adalah membunuh si Yuuji sialan itu… Tapi sialnya, kesempatan seperti itu sama sekali tidak ada.

Sebaiknya aku segera ke lantai 3 dan mencari jalan keluar. Mungkin ada sesuatu yang bisa kugunakan…

“Yoshii, sedang apa kamu?”

Tiba-tiba terdengar suara dari belakangku yang hampir membuatku jantungan.

Sialan! Apa aku ketahuan?

Dengan gugup aku menoleh – melihat orang yang memanggil namaku. Dia adalah seorang gadis berambut pendek dengan mata tajam.

“Eh? Bukannya kamu ketua Kelas C… Koyama-san?”

“Iya benar, itu aku.”

Koyama-san menjawab dengan ekspresi tidak bersemangat. Bagaimana bilangnya ya? Dia terlihat seperti tidak ingin memanggilku, tapi kenapa dia malah memanggilku?

Tidak, sekarang bukan waktunya memikirkan itu. Yang terpenting sekarang adalah melarikan diri dari situasi bahaya ini.

“Aku sedang melarikan diri untuk menyelamatkan hidupku karena berbagai alasan. Kalau tidak ada perlu, aku pergi dulu!”

Begitu aku ingin pergi-

“Tunggu dulu. Apa kamu sedang dikejar murid kelas F?”

“Ya, benar.”

Koyama-san mulai bertanya entah kenapa.

“Kenapa?”

Alasannya… karena rahasiaku tinggal bersama Himeji-san terbongkar, jadi-

“Hmm… intinya, karena cemburu.”

“Cemburu ya? Owh… begitu.”

Aku melihat sedikit kilatan cahaya di mata Koyama-san.

“Bertindak lebih cepat dari padaku. Seperti yang kuharapkan dari Kelas F…”

Koyama-san mulai bergumam dengan dirinya sendiri? Ada apa?

“Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan bantu kamu melarikan diri.”

“Eh?”

Tidak kusangka dia akan mengatakan itu, dan membuatku curgia. Dia ingin membantuku melarikan diri? Koyama-san ini? Dia ingin membantuku?

“Jangan salah paham. Intinya, kalau Kelas F membuat keributan lagi di situasi seperti ini, reputasi angkatan kita akan semakin buruk. Aku tidak melakukan ini untukmu.”

Jawab Koyama-san dengan dingin.

Ahh, begitu, jadi itu alasannya. Memang benar kalau Kelas 3 suka memandang rendah Kelas 2. Sebagai anak satu angkatan, dia tidak bisa diam saja dan membiarkan itu semua.

Yah, apapun alasannya, aku tidak peduli. Pokoknya,

“Koyama-san, kamu serius ingin membantuku?”

“Ya, aku akan buat pengecualian kali ini.”


Syukurlah! Ada orang yang ingin membantuku! Dan dia adalah orang yang tidak terduga. Pasti Yuuji tidak akan menduganya, jadi mungkin kali ini aku bisa melarikan diri dan bertahan hidup.

“Jadi intinya, kamu lagi diburu teman sekelas kamu?”

“Ya, kira-kira begitu. Dan mereka memburuku dengan perlahan tapi pasti. Sekarang, aku hanya bisa melarikan diri ke lantai 4 dan atap.”

“Hm… kalau begitu…”

Krusuk krusuk, Koyama-san mencari sesuatu.

“Pakai baju dan wig ini. Supaya bisa menghindari pemburumu, kamu bisa menyamar jadi perempuan, ya kan?”

Koyama-san mengeluarkan seragam perempuan dan sebuah rambut palsu, satu paket kostum seragam perempuan. Eh… Kenapa Koyama-san punya benda seperti ini?

“Koyama-san, kenapa…”

“Apa? Ada yang tidak kamu suka?”

“Apa kamu sebenarnya adalah… laki-laki?”

“Kenapa kamu berpikir seperti itu?!”

Dia marah.

“Alasanku tidak ada hubungannya denganmu, ya kan? Mau pakai tidak?”

Kata Koyama-san dengan nada tidak senang. Ugh… seragam perempuan… sebenarnya aku tidak mau. Aku sama sekali tidak ingin berpakaian seperti perempuan.

Tapi,


“Dasar, si Aki, kemana perginya dia? Aku akan memaafkan dia kalau aku mendorongnya dari atap. Kalau dia masih hidup, begitu kutangkap, akan kulempar dia sekali lagi dari atas atap! Aku tidak akan bisa meluapkan amarah ini!”


-- terdengar bisik-bisik di telingaku, ‘pilih yang mendingan’. Dibandingkan harga diriku, nyawaku lebih penting sekarang! Saat ini, tidak ada yang perlu kuragukan meski aku harus melakukan ini satu atau dua kali.

“Kalau begitu, terima kasih, Koyama-san. Aku pinjam ini dulu.”

“Seharusnya kamu bilang begitu dari awal. Merepotkan. Ini pakai.”

Meski Koyama-san sedikit menggerutu, dia tetap menyerahkan kostum penyamaran. Aku tidak punya waktu untuk protes.

“Ngomong-ngomong, tidak apa-apa nih meminjamkan ini padaku?”

“Tidak apa-apa. Ini memang khusus untukmu.”

“Eh? Untukku?”

“Ah! Bukan, bukan apa-apa! Jangan khawatir!”

Koyama-san terlihat sedikit panik sambil menggerakkan tangannya. Un… Aku tidak mengerti…

“Pokoknya terima kasih banyak, Koyama-san.”

“Aku pikir anak Kelas F belum memeriksa kelas kosong di gedung lama. Kamu ganti baju di sana saja.”

“Oke, aku ganti baju dulu.”

Setelah menerima seragam dan wig dari Koyama-san, aku berjalan menuju kelas kosong. Area pencarian mereka semakin mengecil, dan tidak ada waktu buat ragu-ragu.

“Kalau begitu, berusahalah lebih keras… dari pada aku.”

Kata-kata Koyama-san mengandung makna tersembunyi.

Seragam perempuan… laki-laki biasanya nggak akan berurusan dengan ini…

Aku berlari menuju lorong yang menghubungkan gedung sekolah baru dan lama sambil memikirkan itu. Untungnya, seperti kata Koyama-san, pengejarku kayanya belum mengepung kelas kosong.

“Okee… percuma mengeluh. Waktunya ganti baju…”

Buru-buru menuju kelas kosong, kututup pintu rapat-rapat dan mulai ganti baju.

“Em… gimana makainya?”

Memakai seragam perempuan sangat rumit, dan aku sama sekali tidak tahu caranya, tapi kalau aku terlalu lama dan mereka masuk ke kelas ini, bakalan gawat. Pokoknya , sebaiknya aku pakai dulu wig ini.

Sambil memikirkan ini, aku melepas semua bajuku sampai tinggal pakai boxer dan wig ditanganku.

“Ah, Aki-cha—Yoshii-kun!”

“Apa!”


Aku melihat seorang gadis yang kukenal masuk ke dalam kelas. Tidak mungkin! Si pengejar!

“Seperti kata Koyama-san! Aki-cha… Yoshii-kun benar-benar ada di sini!”

Wajah gadis yang terlihat pendiam dan sopan dengan kepang tiga di depanku berwajah sangat merah ketika menatapku. Apa dia pembunuh sewaan Yuuji… Tidak, orang ini tidak mungkin pengejar. Mana mungkin gadis normal ini bergabung dengan FFF yang mengerikan itu?

Lalu kenapa gadis ini mengejarku dan masuk ke dalam kelas? Dari kata-katanya, aku tahu kalau dia mengincarku.

“Seperti yang kuduga… sangat manis…”

“Ha?”

Ada apa ini? Kenapa tatapan gadis ini membuatku gelisah?

“Um… Aku Tamamo Miki dari Kelas D.”

“Ah, ya, aku Yoshii Akihisa dari Kelas F.”

Kami menundukkan kepala kami di dalam kelas kosong dan memperkenalkan diri. Padahal nyawaku sedang di depan pintu neraka. Apa yang sedang kulakukan…

“Um… Bisa kita bicara sebentar?”

“Maaf, aku sedang buru-buru sekarang, dan aku hanya memakai boxer. Kalau bisa, kita bicara nanti, oke?”

“Yah, sebenarnya aku-“

“Hallo, apa kamu dengar? Aku bilang ‘aku sedang diburu’ dan ‘aku cuma pakai boxer’. Intinya aku tidak bisa ngobrol denganmu! Kenapa kamu masih ngomong?”

Dia terlihat seperti gadis yang sopan, tapi dia adalah orang yang suka bertindak mengikuti keinginannya. Orang seperti dia sangat sulit diatur…

“Sebenarnya, aku menyukai seseorang.”

“O, oh, begitu. Baguslah. Pokoknya bisa kamu berputar sebentar?”

“Orang yang kusukai sangat manis~”

“Orang yang manis. Bagus. Pokoknya bisa kamu berputar sebentar?”

“Dan dia sedikit bodoh.”

“Aku mengerti! Aku tahu kalau kamu suka seseorang! Tapi bisakah aku mengganti bajuku dulu?”

Aku sekarang sangat malu dan di posisi yang canggung, tapi dia sama sekali tidak berniat mengalihkan tatapannya. Candaan macam apa ini!

“Tapi, orang itu terlihat sangat ceria setiap hari~”

“Ahh, oke.”

Terpaksa. Aku tidak mengerti apa yang dia pikirkan, tapi sepertinya dia sedang tidak fokus padaku, jadi sepertinya aku bisa memakai pakaianku diam-diam.

“Aku merasa bahagia setiap kali di dekatnya. Itu yang kudapatkan dari laki-laki itu.”

Laki-laki itu? Kata-katanya terdengar aneh, tapi sekarang, yang terpenting adalah buru-buru ganti baju sebelum bicara dengannya. Ini sangat memalukan memakai baju perempuan di depan perempuan, rasanya jadi ingin mati… tapi, kalau aku tidak pakai, aku benar-benar mati…

“Jadi dia laki-laki seperti itu.”

Aku menjawab tanpa rasa peduli, dan ketika aku mengambil kemeja seragam perempuan, aku berpikir. Kalau kemeja, sepertinya laki-laki dan perempuan tidak ada bedanya, ya kan? Kalau begitu, mending aku pakai kemejaku sendiri.

Ketika aku ingin mengambil kemeja seragamku yang barusan aku lepas,

“Benar sekali! Dia sangat manis! Dia yang terbaik!”

Tanganku yang ingin mengambil kemeja tiba-tiba dipegang. Ehhhh!? Apa dia dengar kata-kataku tadi!?

“Tu, tunggu dulu, Tamano-san! Tenanglah dan biarkan aku ganti---”

“Dia sangat manis! Manis banget! Sampai-sampai aku ingin memakannya!”

Aku tahu orang itu sangat manis! Jadi buruan lepaskan tanganku dan serahkan kemejaku!

Mungkin dia terlalu bersemangat sampai-sampai dia memegangi tangan dan kemejaku. Tunggu… Seperti apa situasinya sekarang? Kenapa aku sedang memakai boxer dan merebut kemeja dari tangan seorang gadis di kelas kosong?

“Dia sangat manis sampai membuatku lupa jenis kelaminnya!”

Sebagai perbandingan dengan nada memaksanya, tenaga yang dia pakai buat menarik kemejaku sangat kuat, dan alhasil kemejka berhasil dia rebut. A, aku kalah kuat melawan perempuan…

Sebagai seorang laki-laki, aku sangat terkejut dengan kenyataan itu, tapi melihat situasi ini, sangat sulit merebut kemejaku darinya. Aku hanya bisa memakai kemeja pemberian Koyama-san. Ini sangat buruk… Aku tidak ingin mengotori kemeja pinjaman ini!!!

“Dan laki-laki itu punya banyak penggemar, laki-laki dan perempuan!!”

“TUNGGUTUNGGUTUNGGU DULU! KENAPA KAMU HARUS MEREBUT KEMEJAKU!? KUMOHON, BURUAN, KEMBALIKAN KEMEJAKU! AKU SANGAT KEREPOTAN KALAU TIDAK PAKAI KEMEJA ITU!”

Gadis di depanku merebut kemeja seragam perempuan pemberian Koyama-san dengan kecepatan yang mengejutkan. Gadis ini terlihat sedang berada di dunianya sendiri, tapi dia selalu menatapku! Kalau begini, aku tidak bisa muncul dihadapan siapapun apa lagi anak kelas F!

“Kalau aku menunda terus, orang lain akan mengambil inisiatif… jadi, aku, aku memutuskan untuk mengumpulkan keberanianku dan menyatakan cintaku!”

“Ahhh! Bahkan jasnya… Tamano-san, aku mohon! Setidaknya berikan celanaku!”

Tamano-san merebut satu per satu pakaian dan menggantungnya di lengannya.

Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi kalau cuma memakai boxer, tapi setidaknya aku tidak akan ditangkap polisi. Sekarang aku harus bertahan dengan pertahan terakhirku…

“Ini pertama kalinya bagiku, tapi aku akan berusaha keras!”

“Aku paham! Aku akan bantu kamu! Aku tidak mengerti apa yang terjadi, tapi aku akan bantu kamu sekuat tenaga, jadi tolong jangan memaksa.  Kalau kamu ingin aku membantumu, setidaknya berikan celanaku!?”

Permohonanku makin jadi, tanpa kusadari, semua pakaianku ada di tangannya. Mungkin dia memang asasin yang dikirim Yuuji? Yuuji sudah tahu kalau aku terjebak di situasi seperti ini, dan merebut pakaianku. Itu trik yang sangat tercela.

“Tidak apa-apa, tidak apa-apa… aku sudah melatih ini di rumah…”

Tamano-san terengah-engah di hadapanku. Seragam yang dia rebut telah dilempar ke tempat yang tidak bisa kuraih. Sepertinya aku tidak bisa merebut mereka kembali.

Pokoknya, karena situasi sudah jadi begini, sebaiknya aku selesaikan urusanku dengannya sampai selesai. Setelah puas, dia pasti akan mengembalikan seragamku.

Meski aku hanya mengenakan boxer, sebaiknya aku tidak mempedulikannya dan mendengarkan apa yang ingin dia katakan.

“Kalau begitu… kamu ingin… mendengarkan aku?”

“Ya, katakan.”

Melihat gadis seserius dia, aku mengangguk sambil memegangi wig yang baru saja kulepas. Jangan khawatirkan hal kecil ini! Sekarang, aku harus memikirkan bagaimana caranya keluar dari situasi berbahaya ini!

“Baguslah… kalau begitu, Aki-cha- Yoshii-kun!”

“Tamano-san, kupikir sebaiknya aku katakan ini dulu. Kamu dari tadi diam-diam memanggilku, ‘Aki-chan’, kan?

“A, aku menyukai seseorang!”

“Tidak, kamu sudah mengatakannya tadi. Pokoknya, kamu harus memanggilku dengan benar-“

“Jadi, Aki-ch… Akiko-chan!”

“Tidak! Aku tidak ingin berakhir dengan nama itu! Namaku Akihisa!”

Apa yang ingin dia katakan padaku? Mau nge-bully? Apa ini semacam acara jebakan betmen? Apa semua orang sedang bersembunyi entah di mana dan menertawakan aku di saat aku sedang kesusahan?

Aku tidak paham apa keinginan dia, tapi Tamano-san berkata dengan nada yang sangat menggebu-gebu.

“Kumohon! Kumohon tetaplah untukku!”

“… … … … Apa?”

Percakapan ini berubah ke arah yang tidak jelas, mendengar kata-kata itu dari mulutnya membuat pikiranku kosong.

Untukku? Apa? Apa maksud dia?

“Em… maksudmu… denganmu?”

“A, aku… da… dan Aki – Aki-chan…”

Aki-chan yang dia maksud pasti… aku? Aku, Tamano-san, pacaran? Bukannya ini pernyataan cinta!?

“Ehh!? Ada apa? Kenapa Tamano-san menyukai orang sepertiku…”

“Tolong jangan bilang ‘orang sepertiku’! Yoshii-kun mungkin tidak tahu ini, tapi Aki-chan adalah orang yang sangat menarik!”

Dengan berani dia mengatakan itu. Ini pertama kalinya dalam seumur hidupku seorang gadis menyatakan cintanya padaku. Yah… gimana bilangnya ya…

“Karena Aki-chan sangat tampan dan manis! Entah itu kulit halus dan putihnya, mata besarnya atau wajah meronanya dan ekspresi malunya ketika dipaksa mengenakan pakaian perempuan, itu semua sangat manis! Yoshii-kun pasti mengerti pesonanya!”

Tamano-san yang sangat bersemangat mendekatiku dengan kecepatan yang sangat mengerikan.

“Ah… ma, maaf.”

Mungkin dia sadar kalau dia terlalu kasar, Tamano-san langsung menarik diri dan mundur sambil membungkuk.

“Jadi, begitu…”

Setelah berhenti sejenak, Tamano-san berkata…

“Kumohon, kumohon jadilah… milikku dan menjadi Aki-chan satu-satunya untukku!”

Ini sangat aneh. Aku seharusnya senang karena ada seorang gadis yang menyatakan cintanya padaku, tapi kenapa aku malah tidak bisa menjawabnya ketika aku ditembak?

Sebenarnya, tidak perlu bertele-tele. Karena dia sangat serius meminta aku hanya untuk dirinya, aku harus lebih waspada dan berpikir bagaimana membalasnya.

Dalam otakku, aku membayangkan bagaimana jadinya jika aku pacaran dengannya.


“Yo, lama menunggu?”

“Tidak, aku baru saja tiba—hei, apa-apaan bajumu?”

“Eh? Ini jeans dan kaos biasa.”

“Tidak pakai wig dan rok? Keterlaluan! Aku ingin kita pergi ke toko aksesori untuk membelikanmu aksesoris.”

“Tidaktidaktidak, Tamano-san, aku sama sekali tidak tertarik dengan itu semu---ARGH! Nafsu membunuh!?”

“Yoshii Akihisa… berani-beraninya kamu mendapatkan pacar. Sudah lupakah kamu dengan sumpah FFF…”

“Tunggu dulu! Hubungan kami masih belum jelas!!!”

“Kubur dia hidup-hidup!”

“““Siap!!!”””


Mengejutkannya, itu bukan peristiwa yang menyenangkan.

Masalahnya bukannya aku suka atau benci Tamano-san, tapi sudah ditakdirkan kalau kami tidak akan bisa bersama. Aku tidak bisa pacaran dengannya.

Setelah menentukan pilihanku, kuangkat wajahku dan menatap Tamano-san.

“Maaf, Tamano-san. Aku sama sekali tidak-“

Tanpa menungguku selelsai, Tamano-san langsung berkata,

“A, aku akan berusaha keras! A, aku akan membuat lebih banyak pakaian manis untukmu! Setiap minggu – tidak, setiap hari! Aku akan membuat pakaian manis yang Aki-chan suka!”

Mungkin mendengar kata ‘maaf’ dia langsung memamerkan kemampuan terbaiknya. Tidak… bagaimana bilangnya. Kalau ada yang bilang ‘aku akan menjadi pacarmu’ setelah mendengar dia mengatakan itu… apakah Tamano-san akan bahagia mendapatkan pacar seperti itu?

“Bukan itu maksudku. Maaf. Aku tidak bisa pacaran denganmu.”

Mendengar jawabanku, Tamano-san terdiam, dan sedetik kemudian, dia bertanya,

“Tidak bisa pacaran denganku, jangan bilang… karena kamu sudah menyukai orang lain…”

Tidak peduli apakah aku sudah menyukai orang lain atau tidak, jawabanku tetap tidak akan berubah.

Meski begitu, karena sekarang dia memasang wajah serius ketika menanyakan itu, aku merasa tidak enak jika aku tidak menjawab dia dengan serius. Uu… bagaimana aku menjawabnya? Aku tidak berpengalaman soal ini…

“Yaah… kalau ditanya, aku punya…”

Aku merasa sulit mengucapkannya. Tidak… dari pada dulit menjawabnya, lebih tepat aku tidak tahu bagaimana menjawabnya. Lagipula, aku tidak pernah memikirkannya dengan serius.

“Kalau begitu, orang yang disukai Aki-chan adalah…”

“Eh, d, dia…”

Suaraku terbata-bata. Ini sangat sulit. Aku tidak tahu harus jawab apa.

Ngomong-ngomong, kenapa aku malah dipojokkan di situasi seperti ini?

Mungkin dalam hidupku, tidak akan ada yang namanya pernyataan cinta yang indah, tapi yang ada adalah pernyataan cinta dengan aku memakai boxer dan sedang dalam bahaya yang mematikan. Dan juga, bukan aku yang ditembak, tapi diriku yang memakai pakaian perempuan. Bagaimana bisa takdir memainkan diriku seperti ini?

Untuk menghindari masalah di hadapanku, untuk melarikan diri dari kenyataan yang sulit dihindari ini, aku harus menggunakan setiap sel dalam otakku untuk menemukan pelaku dari semua masalah ini.

Di mana salahnya? Bagaimana rantai reaksi masalah ini mulai muncul?

“Orang itu…”

Setelah memikirkannya, seorang muncul dalam pikiranku. Benar. Semua ini berawal dari orang yang mengkhianatiku!

Amarah muncul dari dalam bawah kaos kutangku. Ini semua salah dia! Aku tidak akan biarkan dia hidup ketika aku melihatnya!

Aku mulai mencari cara untuk membunuh musuhku.

Saat ini, si biang keladi dari semua masalahku muncul di koridor, mungkin dia ingin memeriksa sendiri dan muncul di hadapanku. KETEMU! Jadi dia datang sendiri! Karena aku sudah menemukanmu, maka kamu mati! Aku akan membunuhmu tanpa belas kasihan dan mencurahkan seluruh amarahku!

“YUUUUUUUUUUUUUUUJIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!”

“EH…EEEEEH?”


Tanpa sengaja aku berteriak meluapkan seluruh amarahku. Begitu aku berteriak, mungkin semua pengejarku akan menemukan aku. Tapi! Siapa yang peduli!

“Yu, Yuuji… maksudmu Sakamoto Yuuji? Yoshii-kun suka Sakamoto Yuuji-kun?”

Tamano-san sepertinya terkejut karena sesuatu, tapi pikirkan itu nanti. Aku harus menangkapnya dan menghajarnya sampai mati!

Berubah menjadi Asura dan menerjang ke arah koridor. Yuuji, hari ini kamu akan mati!

Kukerahkan semua tenagaku dan berlari ke kporidor, dan ketika berlari, aku mendengar seseorang sedang gemetaran dan bergumam pelan,

“I, ini… berita yang sangat besar…!”

***

Aku ke kelas kosong untuk mengambil beberapa peralatan drama, tapi sesuatu terjadi… mengetahui hal mengejutkan seperti ini, aku tidak tahu harus berbuat apa…

“…Hideyoshi, ada apa?”

“Mu, Mu… Muttsurini… sebenarnya, aku… aku cuma ingin mengambil peralatan drama, tapi aku mendengar sesuatu yang mengejutkan.”

“…Sesuatu yang mengejutkan?”

“Ini sesuatu yang sangat besar yang tidak boleh diketahui orang lain, tapi aku tidak bisa tenang… Muttsurini, kamu mau dengar?”

“…Baiklah. Muttsurini bersumpah akan menjaga rahasia ini.”

“Oke, itu sangat membantu. Sebenarnya…”

“…Un.”

Murid perempuan itu – kalau tidak salah namanya, Tamano dari kelas D, bukan?

Gadis itu bernama Tamano,

“Suka dia!”

“…Siapa?”

“Akihisa!”

“…”

Tidak disangka, ternyata bukan cuma Himeji dan Shimada. Bocah itu baru saja ditembak gadis lain… itu sangat menjutkan…

“…I, ini… berita yang sangat besar…!”

***

Ketika aku pergi ke ruangan klub, aku melewati sebuah kelas, dan mendengar Muttsurini dan yang lain membicarakan suatu hal… itu sangat mengejutkan…

“Aiko? Ada apa?”

“Ah… Yuuko. Sebenarnya… itu… aku baru saja lewat gedung lama buat ke ruang klub dan mendengar sesuatu yang sangat mengejutkan.”

“Sesuatu yang mengejutkan?”

Dari cara dia bicara, ini pasti soal adik Yuuko – Kinoshita Hideyoshi.

Si Kinoshita Hideyoshi-

“Suka dia!”

“Siapa?”

“Yoshii-kun!”

“…”

“…Mi, Miharu baru saja mendengar sesuatu yang besar…”

***

Aku mengejar Yuuji sekuat tenaga, tapi aku langsung kehilangan jejak dia begitu saja. Sialan, aku menunjukkan posisiku ketika berlari. Ditambah, meski dia aneh, tidak pantas meninggalkan seorang gadis yang baru saja menyatakan cintanya padaku di kelas sendirian.

“Sebaiknya aku kembali ke kelas kosong dan menjelaskan semuanya…”

Ah, ketika sedang bergumam sendiri, aku sadar kalau aku cuma pakai boxer doank! Dari pada memikirkan dia, lebih baik aku pakai pakaian dulu!

Aku langsung kembali ke kelas kosong supaya bisa memakai pakaian. Tamano-san sepertinya sudah pergi, dan hanya tinggal seragam laki-laki dan perempuan di ruang kelas. Sepertinya aku sudah bersikap buruk pada Tamano-san.

Karena aku baru saja ditembak, aku jadi tidak ingin lagi pakai pakian perempuan, jadi aku langsung ambil seragamku dan memakainya. Aku harus kembalikan seragam perempuan ke Koyama-san…

“Serius… rasanya seperti kemarin. Banyak hal yang terjadi…”

Kujepit seragam pinjaman di bawah ketiak dan mengeluh. Koyama-san masih di sekolah tidak ya?

Sambil waspada dengan pengejarku, aku pergi ke kelas C—


“““BUNUH YOSHIIIIIIIIIIIIIIIII”””


Auman amarah terdengar dari bawah. Ada apa ini?

“BUAT APA KITA KEPUNG DIA DENGAN CARA LELET SEPERTI INI!! AKU AKAN CARI DIA SENDIRI DAN MEMBUNUHNYA BEGITU KETEMU! AKAN KUBUAT DIA MERASAKAN SELURUH PENDERITAAN DI MUKA BUMI INI!!!”

“SI SIALAN ITU! …TIDAK CUKUP TINGGAL BERSAMA HIMEJI-SAN! DIA BAHKAN DISUKAI TAMANO, KINOSHITA DAN KUDOU… JANGAN BERCANDA! GARA-GARA SAMPAH SEPERTI DIA AKU TIDAK BISA DAPAT PACAR!”

“BUNUH DIA! BUNUH YOSHII AKIHISA DENGAN SEMUA CARA TERKEJAM YANG ADA!”

Kalau niat membunuh memiliki bentuk, Akademi Fumitzuki sudah pasti bakalan hancur saat ini juga.

Suasana mengerikan dapat terasa dari lantai bawah, bahkan aku tidak berani melihat ke sana… tidak, ini bukan dari bawah. Niat membunuh mengerikan dan pekat ini jelas-jelas mendekatiku!

“Yoshii-kun. Ketemu~ kubunuh kamu~ tidak apa-apa, kan?”

“!@#(&!(@#&!*@&#*!&@#*(!&*#&!(“

“CINCANG DIA TENDANG DIA TUSUK DIA TEBAS DIA GANTUNG DIA HANTAM DIA CEKIK DIA!!!”

Semua murid kelasku berjalan sambil bergoyang-goyang seperti zombie di depanku. Mereka mengabaikan seluruh perintah Yuuji, dan sekarang menjadi sekelompok Berseker. Apa yang terjadi pada mereka?

“Apa? Ada apa ini?”

Sepertinya amarah mereka sudah mencapai batas dan situasi menjadi sangat berbahaya sampai tidak bisa lagi dikontrol. Kepala mereka terlihat begitu berat dengan semua amarah dan kebencian sampai-sampai aku takut kalau leher mereka patah. Teman sekelasku bergoyang sana sini sambil mendekatiku, terlihat seperti zombie yang baru muncul dari dalam tanah, menjijikan dan mengerikan.

“I, ini tidak boleh terjadi! Aku harus kabur duluan!”

Tidak ada waktu untuk memprediksi gerakan mereka. Aku hanya bisa kabur melarikan diri dari mimpi buruk ini!

“KETEMU! YOSHII!”

“TANGKAP DIA! BUNUH DIA! JANGAN BIARKAN DIA KABUR!”

“YANG BISA LARI 100M DALAM 11 DETIK KEJAR DIA! YANG LAIN JEGAT DIA! KEPUNG DIA! KITA ADALAH BERSEKER DAN TIDAK ADA YANG BISA MENGENDALIKAN KITA! BUNUH SEMUA ORANG!”

Setidaknya ada komando normal terdengar dari belakang mereka.

Ada apa ini? Kenapa semua orang meneriakkan bunuh, tangkap dan penggal atau semacamnya, tapi setelah mendengar semua teriakkan mereka, aku merasa lega. Jadi tidak semua orang berubah menjadi berseker. Syukurlah…

“OI, YOSHII, BERHENTI KAMU! JANGAN KABUR!”

“JELASKAN SEMUANYA! APA-APAAN RUMOR ITU!”

“BAGAIMANA BISA KAMU DITEMBAK GADIS-GADIIIIIIIIS!!!”

“SIALAAAAAAN! KENAPA AKU SELALU MENDAPATKAN KESIALAN SEPERTI INI SETIAP HARIIIII!”

Aku lari dengan putus asa dari kejaran teman sekelasku yang bangga dengan kekuatan kaki mereka.

Tiba-tiba—


“SIALAAAAAAN! KENAPA AKU SELALU MENDAPATKAN KESIALAN SEPERTI INI SETIAPHARIIIII!”


Entah kenapa, sahabat terburukku terlihat sedang berlari dari sesuatu dan muncul dari belakangku.

“…Yuuji, ngapain kamu?”

“Kamu tidak lihat, hah? Aku sedang melarikan diri!”

“Eh? Melarikan diri dari apa?”

“Iblis!”

“…Yuuji, aku tidak akan memaafkan kamu karena selingkuh di hari pertama kita hidup bersama.”

Setelah dilihat dengan teliti, diantara laki-laki yang berlari dengan cepat, ada seorang gadis berrambut hitam yang berlari dengan kencang. Sejak kapan Kirishima-san…

“Selingkuh? Apa yang kamu lakukan kali ini?”

“Mana aku tahu!?”

“Dan apa-apaan hidup bersama?”

“ITU GARA-GARA KAMU AKU DIPAKSA TINGGAL SAMA ORANG ITU!”

“MATI SANA!”

“KAMU JUGA! INI SEMUA TERJADI GARA-GARA KAMU! MATI SANA!”

“SIAPA YANG MAU MATI! DEMI KIRISHIMA-SAN, AKU TIDAK AKAN MATI SEBELUM KAMU!”

Kami saling menyerang sambil berlari, saat ini, beberapa orang muncul di depan kami. Itu mereka si zombie. Mereka…

“Jangan kabur~ Merepotkan~ apa sebaiknya kita bunuh mereka? Mati sendirian pasti terasa sepi!”

“!@#*!&(@*#!*(@&#(*!^@*(#^*(!@&#*(!&”

“CINCANG DIA TENDANG DIA TUSUK DIA TEBAS DIA GANTUNG DIA HANTAM DIA CEKIK DIA!!!”

“Akihisa, ayo kerjasama. Mereka tidak terlihat sehat.”

“Oke, Yuuji! Yang terpenting sekarang ini adalah menyelamatkan nyawaku!”

Untuk melarikan diri dari para berseker, kami langsung berlari ke lantai satu.

Tapi tidak disangka, mereka muncul dengan membawa pipa besi dan tongkat berpaku yang entah dapat dari mana.

“…Yuuji, apa Yoshii lebih baik dariku? Apa rumor itu benar…”

“Tunggu, Yuuji! Rumor apa yang Kirishima-san maksud? Kenapa namaku tiba-tiba muncul?”

“Aku juga tidak tahu! Kudengar dari Tamano Miki kelas D yang menembak kamu, kamu menolak dia pakai alasan yang berhubungan denganku, itu yang bikin rumor gila ini!”

“…”

Kucoba mengingat kembali peristiwa yang baru saja terjadi.

Coba kuingat… percakapanku dengan Tamano-san tadi seperti—

“Kalau begitu, orang yang disukai Aki-chan adalah…”

“Eh, d, dia…”

“Orang itu…”

“YUUUUUUUUUUUUUUUJIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!”

Oh, begitu…

“Itu cuma rumor tidak jelas oke! Semua orang pasti bakal salah paham gara-gara sifat burukmu!”

“Kamu pasti tahu penyebabnya, kan!?”

“Tentu saja tidak! Kalau ada yang minta aku jujur apakah aku suka atau benci Yuuji, sudah pasti akan kujawab ‘Aku benci dia sampai-sampai ingin kucabik-cabik dia jadi serpihan’!”

“Aku juga berpikiran yang sama! Kalau ada yang tanya apa aku suka atau benci kamu, langsung kujawab ‘Aku ingin mencincang dia menjadi makanan babi!”

“Benarkah? Ternyata kita sehati!”


“Oi, mereka sudah tinggal satu rumah dengan gadis dan pernah ditembak, tapi mereka sepertinya saling menyukai satu sama lain…”

“Gila, itu bahaya banget!  Demi kebaikan umat manusia di muka bumi, kita harus mengubur mereka dalam-dalam di gunung.”

“…Yuuji, tidak akan kumaafkan kamu.”

Aku tidak serius pas bilang ‘sehati’! Tapi tidak peduli bagaimana aku menjelaskannya, mereka tidak akan mendengarkan.

“Yuuji, kita harus kabur lebih cepat. Ke kanan!”

“Oke!”

Kami masih lari dari zombie berseker itu! mengerikan! Teman sekelasku sangat mengerikan!

“Jangan kabur~ Jangan lari~ Kalian tidak akan selamat~”

Melihat pipa besi yang mereka bawa akan menghantamku,

“Lihat aku!”

Kami langsung menghindar ke dalam ruang kelas. Mungkin cuma sebentar, tapi mereka pasti kehilangan Yuuji dan aku. Buru-buru aku menutup pintu ruangan ini.

“Oke, buruan cari senjata…”

Mereka bukan cuma zombie berseker, mereka juga membawa senjata, jadi kami harus mencari senjata untuk melawan mereka!

Sambil memikirkan itu, Yuuji dan aku berusaha keras mencari senjata yang bisa kami pakai.

Akan tetapi, saat ini, sebuah tubuh yang kuat dan kekar dengan aura petarung muncul di depanku.

“…”

Benar. Ini adalah guru yang sedang menatap kami dengan enggan. Guru itu dipanggil ‘Tetsujin’.

…Tetsujin?

Melihat ke sekeliling kelas, apa yang muncul di mataku adalah tumpukan buku dengan sampul bertulis “Konseling Hidup.”

““Maaf, kami salah kelas!””

Yuuji dan aku merinding ketika kami membungkuk dan ingin putar balik.

Sayangnya.

“Yah, kalian sudah sering masuk ke ruangan ini berkali-kali, jadi kalian pasti sangat mengerti…”

Suara kasar dan berat terdengar dari belakang.

“—Pintu ruangan konseling tidak bisa dibuka dari dalam tanpa kunci.”

Tidak peduli bagaimana kami mencoba memutar knob pintu, pintu besinya sama sekali tidak mau bergeming.

“Buka! Buruan buka! Aku tidak ingin tinggal di neraka!”

“Si, sialan! Sialan bangsat! Buka!”

Krak krak krak. Kami berusaha keras memutar knob pintu, tapi yang kami dapati hanya sentuhan dingin dari gagang besi.

“Baiklah, kalian berdua. Aku tidak tahu apa yang sudah kalian perbuat kali ini, tapi melihat kalian suka rela masuk ke dalam ruang konseling, itu sangat mengharukan.”

“Tidaktidaktidak, kamu salah! Ini Yuuji—si idiot Sakamoto Yuuji bilang kalau dia ingin ke ruangan konseling, jadi aku ikut mengantarnya!’

“Tunggu dulu, sialan! Berani-beraninya kamu mengkhianatiku dan kabur! Tetsujin, jangan salah paham! Orang ini—“

“Tidak perlu bertengkar. Kalian berdua kemari, meski aku sibuk. Aku bisa memberi kalian tes remedial tambahan.”

““NGGAK MAUUUUUU!””

Tangan keras dan kuat melilit leherku dan Yuuji. Lepaskan aku! Lepaskan aku! Seseorang tolong aku!

Seakan menjawab doaku, pintu yang sama sekali tidak bergeming ketika aku dobrak terbuka dari luar. Ini, jangan-jangan… keajaiban!

“…Sensei, aku ingin ikut tes remedial juga!”

Ketika kirishima-san mengatakan itu, pintu dibelakangnya perlahan tertutup kembali. Dalam kiasan, pintu itu adalah pintu masa depan kami.

“Kirishima-san, kamu tidak perlu mengikuti remedial, ya kan?”

“…Kalau begitu, izinkan aku mengajarkan Yuuji pendidikan kesehatan dan akal sehat.”

“Begitu? Kalau begitu, itu sangat membantu. Jadi sensei bisa fokus dengan Yoshii-kun.”

Pintu masa depan kami tertutup sambil mengeluarkan nada horror lalu tertutup sempurna.

“Tunggu, Shouko! Aku tidak butuh bantuanmu! Apalagi soal akal sehat!”

“Sensei, ini keterlaluan! Kenapa Yuuji bisa dapat pelajaran dari gadis cantik seperti Kirishima-san, dan aku malah dapat pelajaran 1-1 dengan Tetsujin? Aku ingin tukeran!”

“Ngomong apa kamu? Kirishima-san adalah yang pertama menawarkan diri. Kalian harus mencontohnya.”

“…Sensei, kami akan pindah ke sofa di sana. Aku ingin mengajarkan Yuuji praktik pendidikan kesehatan.”

“Kamu dengar itu, Tetsujin? Barusan dia mengatakan sesuatu yang gila! Aku tidak butuh remedial! Buruan lepaskan aku!”

“Siapa yang kamu panggil Tetsujin?”

“Oi! Kenapa kamu cuma mendengar bagian itu saja? Kamu tidak dengar apa yang Shouko katakan!?”

“Itu benar, sensei! Yang terpenting adalah sampah ini menipu Kirishima-san! Sebagai seorang guru, bukannya sensei harus mengarahkan kami ke jalan yang benar!?”

“Kalian sangat berisik! Tutup congor kalian dan duduk!”

““NGGAK MAU!””


“““…”””

“…Sepertinya mereka berdua tidak bisa keluar hari ini.”

“Kalau begitu kita eksekusi mereka besok.”

“Sayang sekali. Aku ingin membunuh mereka hari ini~!”


Pada akhirnya, kami dipaksa menerima pelajaran spesial Tetsujin hingga sekolah tutup.

***

“Hari ini hujan lagi…”

Begitu pelajaran spesial Tetsujin selesai, aku jalan menuju gerbang sekolah, dan langit mulai gerimis.

Aku tidak bawa payung lagi, tapi setelah peristiwa kemarin, aku memutuskan untuk tidak mencari tempat berteduh, dan langsung pulang ke rumah. Akan tetapi, berbeda dengan kemarin, kali ini hujan berhenti sebelum aku sampai rumah. Dasar…

“Aku pulang…”

Kubuka pintu rumahku sambil menghempaskan air hujan di kepalaku.

“Se, selamat datang, Akihisa-kun!”

“Ah, aku pulang, Himeji-saNNNNNNNNNN!?”

Himeji-san, yang pulang lebih dulu, menyambutku di depan pintu. Hebat… ini sangat hebat…

“Yah, Himeji-san…”

“Y, ya!”

“Kenapa pakai baju itu?”

“I, ini yang biasa aku pakai! Ini baju rumahku!”

Dia mengenakan kaos yang begitu terbuka dibagian pundak, rok mini yang menunjukkan begitu banyak pemandangan berbahaya kalau dia menekuk pinggangnya! Dilihat dari manapun, ini sangat terbuka! Gimana bilangnya? Ini membuat Himeji-san terlihat begitu menggoda… dadanya begitu besar dan ditambah pakaian yang begitu terbuka di bagian pundak, penampilannya sekarang menunjukkan begitu banyak sisi yang tidak akan membuat orang tenang. Jika kaosnya melorot dari pundaknya, itu sama sekali tidak akan aneh…

“Kamu biasa pakai ini di rumah? Tapi sepertinya kamu tidak pernah memakai ini kemarin…”

Hingga kemarin, Himeji-san selalu memkai kaos yang tidak menunjukkan begitu banyak bagian tubuhnya, dan roknya sedikit lebih panjang. Tiba-tiba memakai kaos yang begitu berani, ada apa dengannya?

“Kemarin… y, ya, kemarin lebih dingin dari biasanya! Karena hari ini suhunya sudah lumayan, jadi aku pakai baju yang biasa aku pakai!”

Memang kalau hari ini terasa lebih hangat dari pada kemarin, tapi tidak perlu sampai merubah pakaiannya sampai segitunya, kan? Dan hari ini juga turun hujan meski sebentar. Meski lebih hangat, ini masih termasuk dingin hari ini.

“Ada apa?”

“Tidak ada! Ini aku yang biasanya!”

Suara Himeji-san meninggi seakan gelisah. Melihatnya seperti ini, pasti ada sesuatu.

Ngomong-ngomong, aku adalah laki-laki, jadi tentu saja aku senang melihat Himeji-san memakai baju yang begitu seksi dan terbuka seperti itu. akan tetapi, jika aku tidak memikirkan keamanan diriku. Kalau aku melihat Himeji-san memakai pakaian seperti itu dan tinggal bersamaku, Nee-sanku pasti akan mematahkan satu atau dua tulang jariku. Juga… melihat Himejisan seperti ini, aku mungkin bisa saja kehilangan akal sehatku dan melalukan sesuatu yang tercela!

“Lupakan soal itu. Yoshii-kun, mau makan dulu? Apa makan dulu? Atau… kita makan dulu?”

Itu terdengar seperti percakapan romantis pengantin baru, tapi terdengar sedikit aneh jika Himeji-san yang mengatakannya. Itu terdengar seperti ‘Mati atau mati. Pilih yang kamu mau’ yang pernah seseorang beritahu aku.

“Sebagai catatan, aku sarankan—“

“Aku pilih mandi kalau begitu.”

“Ma, mandi?”

Mendengar jawabanku, Himeji-san terlihat seperti sedang menarik semua keberanian dia dan terhenti di tengah.

“Ka, kakakaakalau begitu – biar aku yang menggosok punggungmu!”

Apa yang nona ini katakan?

“…ha?”

Tanpa sadar aku mengluarkan nada bingung. Eh… apa yang barusan Himeji-san katakan?

“Tidaktidaktidak, Himeji-san. Aku sendiri yang akan menggosok punggungku.”

“Maaf. Aku tahu masuk ke kamar mandi dengan handuk itu tidak boleh, tapi aku tidak berani jika telanjang bulat…”

“KAMU SAMA SEKALI TIDAK MENDENGARKU! TIDAK, MEMANGNYA KAMU INGIN MASUK KE KAMAR MANDI BERSAMAKU?”

Apa dia beneran berpikir tidak akan terjadi apapun jika dia menggosok punggungku…?

“Yo, Yoshii-kun jangan marah!”

“Tidak, aku tidak marah!”

“Ja, jangan menatapku seperti itu. Se, sebenarnya aku…”

Himeji-san terbata-bata, tapi sepertinya dia sangat berusaha keras ingin mengatakan sesuatu padaku sambil memaksa suaranya lalu protes.

“Da, dadaku… lumayan… besar, loh…”

Mungkin karena begitu memalukan Himeji-san menundukkan wajahnya setelah mengatakan itu. Ada apa ini? Kenapa tingkah dia seperti ini? Bahkan dia tidak pernah menyinggung kalau dadanya besar. Aku sudah tahu betapa besar dadanya.

“Tunggutunggutunggu dulu, tenang dulu, Himeji-san! Ada apa?”

“Tidak ada! Ini hal yang normal ketika perempuan bertemu laki-laki! Itu lebih sehat dari pada laki-laki bertemu laki-laki!”

Kata Himeji-san. Hm? Laki-laki ketemu laki-laki? Sehat? Apa dia…

“Himeji-san. Apa kamu mendengar rumor aneh di sekolah atau semacam—”

“Ra, rasanya sedikit panas ya, Akihisa-kun?”

Aku bahkan belum selesai ngomong, Himeji-san sudah ganti topik.

Mungkin karena dia merasa gugup makanya dia mengipas-kipas dadanya dengan kikuk, dan mungkin dia berusaha menunjukkan dadanya untuk membuatku bergairah. Tapi Himeji-san sama sekali tidak tahu caranya mengipasi tubuhnya dan cuma mengipasi dengan asal.

“Yah, Himeji-san… Kamu pasti merasa malu, bukan? Sebaiknya jangan paksakan dirimu.”

“Malu? Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti!”

Tapi dia memaksa menyandarkan tubuhku padaku. WAH! Kerah kaos Himeji-san sangat lebar, kalau dia sampai membungkuk ke depan, aku bisa melihat banyak hal yang tidak boleh kulihat!

“Bentuk adalah kekosongan, dan kekosongan juga adalah bentuk… Kosongkan pikiranku, pikiran mesum pergilah!”

“?”

Melihatku mencoba menyingkirkan pikiran jahat dari kepalaku, mata Himeji-san terbelalak. Kenapa gadis ini menggodaku pakai cara jahat seperti ini! Kalau kena, damage-nya bakalan tinggi banget!

“Uu… Akihisa-kun sama sekali tidak tertarik padaku… apa perlu kulakukan semua yang tertulis di buku…”

Himeji-san membalikkan badannya dan bergumam sendiri sambil mengeluarkan buku referensi yang disita Nee-san – OI, TUNGGU DULU!

“Himeji-san, apa yang kamu baca? Itu bukan buku yang pantas dibaca perempuan! Buruan kembalikan!”

“Ah… tapi, kalau Akihisa-kun menyimpan buku ini, bukannya berarti Akihisa-kun juga tertarik pada perempuan? Tapi Akihisa-kun tidak bereaksi dengan godaanku, itu berarti Akihisa-kun mengabaikan aku… uuu…”

“Sekarang kamu nangis? Seharusnya aku yang menangis di sini!”

“Ini keterlaluan… Akihisa-kun keterlaluan…”

Himeji-san menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis tersedu di hadapanku.


“Aku pulang~”


Terdengar suara Nee-san dari arah pintu.

“Ahh! Nee-san sudah pulang! Pokoknya, Himeji-san, tolong berhenti menangis dan ganti bajumu dengan yang lebih tertutup!”

“Menyuruhku memakai baju yang lebih tertutup. Akihisa-kun tidak tertarik padaku sama sekali… itu sangat keterlaluan…”

“Si, sial! Kalau begitu, setidaknya berikan buku itu padaku—”

“Tidak! Aku akan kebingungan kalau buku ini diambil! Ini satu-satunya cara supaya Akihisa-kun tertarik pada perempuan!”

“Jangan mengatakan sesuatu yang ambigu – Himeji-san, kumohon berhenti melawan dan berikan itu padaku!”

“TIDAK!”

Himeji-san terus memeluk buku porno di dadanya. Terpaksa. Kalau begitu, meski sedikit keras, aku harus…

Begitu kuraih lengan Himeji-san.

“…Kira-kira aku tahu apa yang sudah terjadi di sini.”

Sayangnya, waktuku sudah habis.

“Ah, Nee-san, selamat datang.”

“Selamat datang, Akira-san.”

“Ya, aku pulang.”

Nee-san memasang senyum lembut.

“Aki-kun, pilih jari yang kamu mau.”

Di situasi seperti ini, jika hanya satu jari yang patah itu sudah bagus… apa perlu kukatakan itu?


<<Prev                      Next>>

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia