Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 8 : Soal Kedua
Jawaban
Himeji Mizuki
"①
Hamlet, ② King Lear, ③ Othello, ④
Macbeth."
Komentar
guru
Benar. Shakespeare
memiliki karya-karya terkenal lainnya seperti 'Romeo dan Juliet' dan 'Merchant
of Venice', dan keempat karya tadi dikenal sebagai '4 tragedi besar'. Meskipun
Romeo dan Juliet adalah karya yang paling terkenal, ingatlah bahwa keempat ini
adalah 4 tragedi besar.
Jawaban
Yoshii Akihisa
"①
Hamlet, ② King Lear, ③ Romeo dan Juliet, ④
Kehidupan pernikahan ayahku."
Komentar
guru
Seperti apa ayahmu
diperlakukan di rumah!?
Jawaban
Tsuchiya Kouta
“①
Dompet hilang, ② Memori habis. ③ Debu masuk ke mata
pada saat kritis ketika akan mengambil foto, ④ Hard disk rusak."
Komentar
guru
Jika ④
benar-benar terjadi, mungkin sensei akan menangis juga.
***
"Fuuwaa~...
kenapa setiap pagi bawaannya selalu ingin tidur..."
“Tidak boleh,
Akihisa-kun. Kamu harus tidur nyenyak di malam hari atau tubuhmu akan sakit.”
Di senin pagi,
Himeji-san dan aku jalan berdampingan satu sama lain ketika kami membicarakan ini.
"Tapi buku itu sangat
menarik, jadi tanpa sadar — hoaaaahm~"
"Dasar... Lihat,
Akihisa-kun, dasi kamu miring."
"Eh? Benarkah?"
Kugeser dasiku
sedikit. “Gimana?”
"Ah, sekarang
kerahnya berantakkan... coba sini menghadapku?"
"Ahh, tidak usah
repot-repot."
"Tidak. Kalau
kamu tidak bisa memakai bajumu dengan benar, Nishimura-sensei akan memarahimu.”
Setelah itu,
Himeji-san berbalik menghadapku dan mengulurkan tangannya untuk merapikan dasi
dan seragamku. Uu, uuu... kenapa aku merasa sedikit malu...
"..."
"Himeji-san?"
"..."
“Erm... Himeji-san?"
"..."
"Himeji-san, apa
kamu mendengarku?"
"Eh? Ah,
iya!"
"Ada apa? Kamu
diam saja dan wajahmu merah. ”
“Ah, bukan apa-apa.
Itu hanya... sedikit malu... "
Oh, jadi bukan aku saja
yang malu. Merapikan dasi seperti ini terlihat seperti suami istri...
“A, ah iya,
Akihisa-kun. Kamu bawa saputangan?"
Supaya suasana
berubah, Himeji-san mengganti topik. Oh, sapu tangan, sapu tangan...
"Ah! Aku lupa.”
Aku tidak ingat menaruh
saputangan di dalam tas. ATAU lebih tepatnya, aku selalu lupa membawanya.
"Kalau begitu, pakai
punyaku."
Mendengar aku tidak bawa
sapu tangan, Himeji-san langsung mengeluarkan sapu tangan dari tasnya dan
memberikannya kepadaku. Dia sungguh meminjamkan sapu tangannya?
"Ah, tidak
perlu. Tidak masalah kalau aku tidak bawa. Lagi pula, Himeji-san, kalau kamu
meminjamkannya padaku, kamu tidak punya sapu tangan, kan?"
"Tidak apa-apa. Aku
bawa dua."
Himeji-san mengatakan
itu sambil mengeluarkan saputangan lain dari sakunya. Dia sangat siap sedia.
"Uu, kalau kamu
bilang begitu..."
Kalau begitu, akan
kuterima niat baiknya. Kuulurkan tanganku untuk menerima saputangannya.
"Di sini, laki-laki
tidak boleh meremehkan hal-hal sepele seperti ini, kalau tidak, kamu tidak akan
populer di kalangan perempuan—"
Entah kenapa,
Himeji-san tiba-tiba terdiam dan menggenggam saputangan erat-erat.
"Himeji-san?"
"...Kurasa ...tidak
apa-apa kalau kamu tidak bawa!"
"?"
Setelah mengatakan
itu, Himeji-san buru-buru menaruh saputangannya kembali ke saku.
Aku sama sekali tidak
mengerti apa yang dia maksud, tapi karena aku bisa ngobrol dengan Himeji-san
dengan santai pagi ini, aku merasa senang.
—Dan itulah satu-satunya
kenangan indah yang kudapat hari ini.
***
"Dan sekarang,
kita akan mulai menginterogasi si kafir Yoshii Akihisa."
Kira-kira 5 menit
setelah itu, aku ditangkap oleh FFF.
Aku ditarik paksa
menjauh dari Himeji-san yang kebingungan, diikat dari atas sampai bawah lalu
dibanting ke atas tatami kelas 2-F tanpa belas kasihan.
"Yoshii Akihisa,
ada kata-kata terakhir?"
“Aku hanya bertemu
dengan Himeji-san di jalan! Aku mengaku salah... tapi kesalahanku tidak seberat
yang kalian kira, jadi kumohon kurangi hukumanku!!"
"..."
Setelah mendengar
penjelasanku, pemimpin FFF tampaknya merenung sejenak. FFF akan memberi hukuman
paling berat pada anak laki-laki yang berinteraksi dengan anak perempuan, tapi
aku cuma bertemu dengannya tanpa sengaja dalam perjalanan ke sekolah, bukannya
itu terlalu berat? Jika mereka iri hanya karena ini, itu tidak akan pernah
berakhir! Jangan bilang mereka dibutakan cemburu hanya karena hal sepele
seperti ini? Aku pikir mereka akan menyuruh 5 anggota untuk mencubit tanganku
dengan ibu jari dan jari tengah sebagai hukuman—
“—Kalau begitu, 10
anggota berikan tendangan ke Yoshii Akihisa.”
Sepertinya mereka
lebih cemburu dari yang kukira!
“Tu, tunggu! Bukannya
hukuman ini terlalu berat!? Jika kalian ingin menghukumku, apa yang akan
terjadi jika sesuatu yang serupa terjadi pada kalian?"
"Uu..."
Pemimpin terdiam
lagi. Dia harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa ‘hal yang sama mungkin akan terjadi
pada mereka '.
"Pemimpin, saya
pikir apa yang dikatakan terdakwa masuk akal."
"Kita bukan
iblis tanpa belas kasihan. Untuk pelanggaran setingkat ini, saya pikir kita
bisa menutup mata dan memaafkannya.”
"Mungkin suatu
hari nanti, kesempatan jalan ke sekolah bersama gadis seperti ini akan terjadi
pada kita juga."
"Dan juga, aku tidak
ingin dihukum setiap hari hanya karena melirik gadis-gadis."
Seluruh anggota
berkumpul di sekitarku. Tampaknya pembelaan 'hal seperti ini mungkin terjadi
pada kalian' berhasil.
"Karena itu,
kami berharap hukuman terdakwa diubah menjadi sebuah sentilan di dahi oleh
pemimpin."
Tepat ketika aku
menghela nafas lega karena hukuman dikurangi begitu banyak—
"Tolong tunggu sebentar!"
Himeji-san berteriak sambil
berlari ke ruang kelas. Hm? Apa yang sedang terjadi? Apa Himeji-san lari buru-buru
karena mengkhawatirkan aku?
“Akihisa-kun tidak
melakukan kesalahan apapun! Aku-"
Himeji-san tersipu malu
ketika dia dengan putus asa mencoba menjelaskan kepada semua orang.
"—Aku memaksanya
jalan ke sekolah bersamaku hari ini!"
"20 anggota berikan
German Suplex."
"""DITERIMA!!!"""
Apa yang barusan
terjadi? Apa yang Himeji-san katakan mengubah hukumanku dari sentilan di dahi menjadi
German Suplex, dan jumlahnya berubah dari 1 menjadi 20! Perubahan drastis macam
apa ini?!
"Hi, Himeji-san,
aku bersyukur karena kamu membelaku, tapi apa yang kamu katakan hanya akan memperburuk
situasi..."
"Tapi, itu niat
egoisku untuk memperbaiki kerah Akihisa-kun dan membiarkan tangan kita saling
bersentuhan! Ini tidak ada hubungannya dengan Akihisa-kun, itu sama sekali
bukan kesalahan Akihisa-kun..."
“ANGKAT TATAMI ITU!
HAJAR KEPALA NYA LANGSUNG KE LANTAI!”
"SIAP! TATAMI DI
SINI SUDAH DIANGKAT!"
"KITA BISA
TAMBAHKAN BEBERAPA PAKU UNTUK MENAMBAHKAN EFEK DARAH!"
"PAKU
SIAP!"
Sialan! Sekarang orang-orang
ini berniat menguburku yang sedang terikat ini! Aku harus segera menjelaskannya
kalau tidak... Ah iya! Aku hanya perlu membuat mereka berpikir ini bukan
apa-apa! Aku hanya perlu menjelaskan kepada mereka bahwa yang kulakukan adalah
sesuatu yang sepele dalam kehidupan sehari-hari—
“Semuanya, tenang!
Jika kalian menghukumku karena ini, bagaimana dengan Yuuji? Bukannya kalian
sering melihatnya datang ke sekolah bersama Kirishima-san?"
"Kalau begitu,
kita akan menghukum Sakamoto Yuuji juga."
Maaf Yuuji,
sepertinya kata-kataku membuatmu dihukum juga.
Kukirimkan permintaan
maafku lewat hati kepada sahabat terburukku. Kemudian, TAK, pintu ruang kelas terbuka ke samping.
"Pagi~ hoaaahm...
ngantuk banget..."
Ahh, Yuuji, kenapa
kamu harus muncul di saat seperti ini?
"Hm? Akihisa?
Ada apa? Kamu ditangkap FFF lagi? Pagi-pagi sudah sial — OIOIOIOI, APA YANG
KALIAN LAKUKAN!? KENAPA KALIAN MEMELINTIR TANGANKU!?”
Yuuji, yang terlihat
mengantuk ketika masuk ke kelas, langsung dicengkram dari belakang oleh anggota
FFF dengan tangan kekar mereka.
"Himeji-san, bisa
kamu lihat ke arahku?"
"Eh? Ah,
baiklah."
Kucoba untuk mengalihkan
tatapan dan konsentrasi Himeji-san ke arahku.
Di sudut ruang kelas,
tubuh Yuuji melambung indah di udara dan mendarat tepat di tengah-tengah sekelompok
iblis, dan pada saat yang sama, 'THOMP', 'THOMP', 'THOMP', terdengar suara
benda tumpul. Itu sudah tiga kali...
“Selamat pagi — UAAAAAH,
ADA APA INI? KENAPA YUUJI ADA DI LANTAI DENGAN WAJAH BERDARAH-DARAH!?”
Sudah 17 kali?
"APA YANG SEDANG
KALIAN LAKUKAN!? CEPAT KEMBALI KE KURSI KALIAN!!”
Ketika suara benda
tumpul terdengar untuk ke-18 kalinya, Tetsujin muncul dan mengakhiri keributan
ini. Ah, gawat. Setelah kepala Yuuji dihajar dua kali lagi, berikutnya adalah giliranku...
***
"Sialan, pagi-pagi
sudah ketiban durian busuk!"
Setelah pelajaran
pagi berakhir, istirahat siang akhirnya dimulai. Yuuji yang telah sadar duduk
di depanku dengan bekal di tangannya.
"Meskipun itu hal
yang biasa, melihatnya pagi-pagi sangat tidak baik untuk jantung..."
Orang yang mengatakan
itu adalah seorang gadis bishoujo yang datang menghampiri sambil membawa bekal
— Hideyoshi. Dia memiliki rambut halus dan mata lebar seperti anak anjing.
Hideyoshi sendiri sudah sangat imut, tapi sejak tahun kedua dimulai, aku mulai
merasa kalau Hideyoshi terlihat jauh lebih manis. Apakah ini yang disebut masa
muda? Apakah ada orang yang disukai Hideyoshi?
"...Kebahagiaan
orang lain adalah racun. Itulah motto FFF."
Setelah itu, orang
yang mendekati kami tanpa suara setelah membeli onigiri dari toserba adalah
Tsuchiya Kouta, dijuluki 'Muttsurini'. Dia teman sekelasku dengan tubuh pendek
dan kecil yang mampu bergerak tanpa bersuara.
"Aneh sekali. Kamu
tidak ikut eksekusi pagi ini, Muttsurini?"
"...Aku pergi
untuk menyelidiki beberapa hal."
“Tidak disangka
algojo dan terdakwa saling berteman. Bahkan aku merasa ini terlalu aneh...”
"Benarkah? Bukannya
ada pepatah yang mengatakan 'musuh kemarin adalah teman hari ini'?"
"Maksudku...
cara kalian beralih antara musuh dan teman terlalu ekstrim."
Dari pengalaman
pribadiku, semenjak kami berteman, 90% waktu dihabiskan untuk menjadi musuh dan
sisa 10% dalam bahaya kritis.
"Kalian selalu
mengulangi hal yang sama berulang kali."
"Kupikir ini
akan menjadi kelas yang damai begitu aku naik kelas dua..."
Kuncir kuda Minami
bergoyang saat dia menghampiri kami, dan Himeji-san mengikutinya dari belakang.
Setelah memindahkan
beberapa meja pendek bersama-sama, kami berenam langsung menyantap bekal makan
siang kami seperti biasa. Kumpul-kumpul seperti ini sudah menjadi hal umum sekarang.
"Eh? Aki, kamu bawa
bekal hari ini?”
Ketika kubuka bekalku
di atas meja, Minami bertanya.
"Jarang-jarang
Akihisa bawa bekal sendiri."
"Ya, ada banyak
lauk yang tersisa kemarin."
Aku tidak sengaja
masak terlalu banyak kemarin. Untungnya, ini semua hidangan yang bisa dimakan
dingin.
“Kalau begitu ayo
mulai. Batu, gunting..."
"""Kertas!"""
Muttsurini mengeluarkan
gunting. Semua orang mengeluarkan batu.
"... Uuh..."
Muttsurini menatap
tangannya yang mengeluarkan gunting dengan wajah menyesal. Sepertinya dia sangat
kesal.
“Jarang-jarang kita
dapat pemenangnya dalam sekali jalan. Aku teh Oolong."
"Aku Oocha."
"Aku ingin soda
lemon."
"Aku ingin teh
susu."
"Maaf, tolong belikan
aku teh merah tanpa gula."
Semua orang
mengeluarkan koin 100 yen dan memberikannya ke Muttsurini.
"...Kalau
begitu, aku beli minuman dulu."
Setelah menerima
uang, Muttsurini pergi sendirian ke klub wirausaha untuk beli minuman.
Permainan hukuman seperti kacung ini adalah hal yang biasa selama istirahat
makan siang.
"Ah~ aku
lapar."
Yuuji membuka bekal
yang dibawanya, dan begitu juga dengan semua orang. Ini adalah aturan dasar
untuk tidak menunggu kacung kembali dan makan duluan. Kalau tidak, kita akan
merasa bersalah dan menyiksa diri kita.
"Akihisa, bekal
kamu terlihat enak."
"Punyamu juga,
Yuuji."
Jarang-jarang Yuuji
dan aku bawa bekal jadi tanpa sadar kami saling membandingkan. Lauk Yuuji
adalah sapi teriyaki... kelihatannya enak.
“Apa itu tuna... tuna
goreng jahe? Lumayan…"
Kata Yuuji dari
samping. Sepertinya dia sudah mengincar targetnya.
"Oke, Akihisa, ayo
tukeran."
"Oke, kamu mau
apa?"
“Aku ingin tuna
goreng jahe. Kamu?"
"Aku ingin sapi teriyaki
itu."
"Oke, deal."
"Sip. Ini tuna
goreng jahe."
"Oh, ini sapi
teriyaki."
Masuk : tangkai tomat
ceri (dicelupkan ke dalam saus teriyaki)
Keluar : batang cabai
(rasa Jahe)
"KAMU NGAJAK
RIBUT, HAH!!!??"
"SENDIRINYA JUGA
SAMA, BANGSAT!"
Kami berdua saling
mencengkeram kerah masing-masing. Orang ini benar-benar picik! Tidak bisakah sekali
saja dia membiarkan aku menang?
"Kalian berdua
seperti bocah..."
Melihat Yuuji dan aku
saling bertengkar dan menyambar kerah masing-masing, Hideyoshi hanya bisa
menghela nafas dengan nada lelah.
"Tidak, bukan begitu,
Hideyoshi. Aku sudah dewasa, tapi Yuuji yang bajingan hina!"
"Hideyoshi,
jangan bandingkan aku dengan Akihisa, oke? Si bangsat ini yang punya otak anak SD!"
""!""
(Melebarkan mata dan saling melotot)
"Kalian berdua
seperti anak-anak karena tingkah kalian sekarang... dasar..."
Hideyoshi menghela
nafas lalu menggunakan sumpitnya—
"Segini
cukup?"
""AH!""
Tepat ketika Yuuji
dan aku saling menarik kerah dan melototi satu sama lain, Hideyoshi sudah menukar
lauk kami.
"Tentu saja, aku
akan kasih bagianku juga."
Kata Hideyoshi sambil
menggunakan sumpitnya untuk membagikan potongan sapi goreng yang dia bawa juga.
Sekarang semua bekal tampak jauh lebih menarik dan menggugah selera.
"Kalau sudah
begini, mau gimana lagi. Karena Hideyoshi yang bilang, aku akan memaafkanmu kali
ini, Yuuji terkutuk."
"Itu kalimatku!"
Tanganku melepaskan
kerah Yuuji dan kembali duduk dengan tenang. Daripada melakukan hal bodoh dan
tidak berarti, lebih penting untuk memasukkan makanan ke perut.
"Dasar... bisa
tidak kalian berdua makan bekal kalian sendiri dengan tenang?"
"Kalau ada yang
mau menyiapkan bekal untukku, tentu saja aku akan makan bekalku sendiri."
“Tidak ada kejutan
ketika aku menyiapkan bekalku sendiri. Rasanya agak sepi."
"Kalau begitu, kenapa
kalian tidak tukeran bekal kalian dari awal saja..."
Jika Yuuji dan aku
akan membawa bekal kami sendiri, biasanya kami sendiri yang menyiapkannya.
Memang enak kalau bisa memilih menu kami sendiri, tapi rasanya akan berbeda ketika
kami membuka kotak bekal, dan itu sedikit terasa hampa.
Selain itu, opsi
untuk bertukar lauk dengan tenang tidak pernah ada sejak awal. Karena jika itu
terjadi, kami tidak bisa menambah porsi bekal kami. Jangan remehkan perut anak
SMA!
"Mizuki,ada lauk
yang bisa ditukar?"
"Ah. Kalau
begitu... ayo tukeran lauk..."
"Oke. Ini
punyaku."
"Ini, pilih aja
beberapa."
Melihat keributan
kami, tampaknya para gadis juga ingin mencobanya. Himeji-san dan Minami ingin mencoba
kesenangan bertukar lauk dengan menyerahkan kotak bekal mereka satu sama lain. Ketika
anak perempuan melakukan hal yang sama itu terlihat jauh lebih damai dan sangat
enak dilihat.
“Heh, lauk punyamu
terlihat enak. Apa tuna ini... tuna goreng jahe?"
"Iya."
"Hm? Tuna
goreng jahe?"
"ACK!"
Aku tersedak makananku
sendiri.
SI, SIALAAAAAAAAAAAAN!
Aku lupa, aku juga yang menyiapkan bekal Himeji-san, jadi hidangan di dalamnya
benar-benar mirip dengan milikku! Aku harus menghilangkan kecurigaan mereka bagaimana
pun caranya!
"Wa, wah itu
kebetulan sekali, Himeji-san! Apa ibumu menonton acara 'Memasak Sederhana' kemarin?"
Sedetik berikutnya, kubuat
alasan menonton acara yang sama. Tolong, Himeji-san, tolong ikuti apa yang kukatakan
supaya topik ini berakhir!
"Eh?
Akihisa-kun, apa kamu lupa? Bekal ini ka— UU!"
"Himeji-san, aku
ingin bicara denganmu sebentar!"
Dia terlalu naif!
Dengan panik kubungkam
mulut Himeji-san dan pindah ke sudut ruang kelas. Aku sedikit menyadarinya
beberapa waktu lalu, tapi Himeji-san memang bodoh dalam membaca situasi!
(Kamu tidak boleh
memberi tahu mereka, Himeji-san! Kalau kamu memberi tahu mereka, mereka pasti
akan sadar kalau kita tinggal serumah, ya kan?)
(Eh? Kita tidak boleh
memberi tahu orang lain kalau kita tinggal bersama?)
(Tidak boleh! Sama
sekali tidak! Kita tidak boleh memberi tahu orang lain tentang ini!)
Demi reputasi
Himeji-san dan nyawaku sendiri.
(Ah... benar. Sama
sekali tidak baik kalau pihak sekolah tahu kalau kita tinggal bersama.)
(Benar, benar. Baguslah
kalau kamu mengerti.)
(Aku mengerti. Kalau
begitu , ini akan menjadi rahasia kecil kita.)
Himeji-san
mengepalkan tangan mungilnya di depan dada.
Sekarang aku baru ingat,
aku belum bilang untuk merahasiakan kalau kami tinggal serumah. Meski begitu...
dia sama sekali tidak memikirkannya. Sepertinya Himeji-san memang sedikit aneh.
Dia bilang kalau dia mirip ibunya, itu pasti tentang kenaifannya yang begitu
tinggi hingga hampir seperti gadis bodoh.
(Akihisa-kun, ayo
kita berjuang untuk menyembunyikan rahasia ini!)
(Un, ayo lakukan yang
terbaik.)
Setelah Himeji-san
mengerti situasi, kami kembali ke tempat duduk. Mulai sekarang, kami harus
melindungi rahasia ini dengan kunci baja!
"Apa-apaan,
Akihisa, apa kamu yang membuat bekal untuk Himeji?"
Tapi serangan pertama
langsung membuatku bingung.
"Ahh, tidak.
Itu... eh..."
Di saat-saat seperti
ini Yuuji bisa menebak kalau aku berbohong dengan mudah. Apalagi ada Hideyoshi
di sampingnya. Tidak disangka aku langsung dapat masalah!
Tepat ketika aku
sedang berpikir—
"Kenapa kamu
khawatir? Himeji cuma membantu kamu menghabiskan bahan seafood yang kemarin
kamu dapatkan, kan?"
"Itu sangat
banyak."
Sepertinya Yuuji dan
Hideyoshi tidak terlalu memikirkannya. Aneh sekali. Jadi aku bisa lolos pakai
itu?
(Kamu pasti bilang ke
Himeji 'karena masih banyak sisa makanan, aku akan memasak sesuatu untukmu
sebagai ucapan terima kasih' dan memberinya bekal sebelum berangkat ke sekolah
bareng dia, bukan? Otakmu kadang-kadang cepat berpikir, Akihisa.)
(Aku benar-benar
salah menilaimu, sepertinya aku harus menilaimu lebih tinggi.)
Mereka sengaja
mengatakan itu sambil berbisik. Jadi begitu, jadi ada kesalahpahaman seperti
itu. Pokoknya, syukurlah kalau mereka berpikir seperti itu.
"Bener banget. Kalian
semua sama sekali tidak menghabiskan semua bahan di acara hotpot."
"Mau bagaimana
lagi. Banyak hal yang terjadi waktu itu."
“Hotpot berubah menjadi
hotpot gelap yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan seafood.
Satu-satunya menggunakan bahan seafood cuma Shimada dan yang lainnya, kan?”
"Ya, rasanya
enak banget."
Aku ingat makanan
pembuka yang dibuat Minami, Kirishima-san, dan Kudou-san untuk kami waktu itu.
Ada hidangan dingin makanan laut, tiram kukus dan salad seafood. Masing-masing menu
terasa sangat enak.
"Benar benget.
Minami, saus yang kamu buat— ”
Aku ingin menanyai
Minami bagaimana dia membuat saus itu. Tapi…
"Humph!"
Aku menyadari Minami menatapku
tidak senang.
"Ada apa,
Minami?"
"...Tidak ada."
Meskipun dia
mengatakan itu, jelas sekali kalau dia sedang tidak senang. Hmm, apa Minami mau
dibuatkan bekal juga? Kami pernah makan bekal buatan minami dulu, tapi tidak
ada tanggapan, dan aku hanya membuat bekal untuk Himeji-san, jadi itu agak
tidak adil bagi Minami. Ternyata itu. Kalau begitu...
"Kalau kamu mau,
Minami, aku akan membuatkan bekal untukmu."
"Eh? Serius?"
"Hu uh, tidak
masalah apa itu untuk 3 orang atau 4 orang."
Tidak masalah apakah aku
masak satu orang atau lebih. Kalau situasi bisa selesai hanya dengan membuat bekal,
itu sama sekali tidak berat.
"Begitu. Aku
akan memberi tahumu resep untuk hidangan dingin itu~ untuk sausnya, jangan
tambahkan terlalu banyak cuka balsamik, dan juga— "
Minami melupakan
kesedihannya dan dengan senang hati memberitahuku cara membuat saus hidangan
dingin buatan dia.
“Cuka balsamik? Apa aku
harus menambahkan pestisida suling ke asam asetat?"
Di sampingku,
Himeji-san menggumamkan sesuatu yang sangat menakutkan. Kalau dia bilang ingin
membuat hidangan dingin seafood, aku harus berhati-hati! Sekali lagi aku menemukan
bahan bahaya yang tersembunyi di dalam masakan Himeji-san.
Pokoknya, kesampingkan
itu dulu. Ini pertama kalinya aku mencoba membuat tuna goreng jahe, dan tanpa
kuduga, rasanya tetap enak ketika dingin. Mungkin ini cocok untuk ditambahkan ke
dalam daftar menu bekal makan siang.
"…Aku
kembali."
Tepat ketika semua
orang sedang ngobrol sambil makan, Muttsurini membawa begitu banyak minuman dengan
kedua tangannya ketika kembali.
“Oh, tumben lama. Banyak
yang ngatri di klub wirausaha?"
Yuuji bertanya ketika
menerima teh Oolong dari Muttsurini. Lumayan lama kali ini, dan untuk
Muttsurini yang cepat dan gesit, ini sangat jarang terjadi.
"...Ada orang
yang mengajakku ngobrol ketika aku pergi membeli minuman."
"Siapa yang—"
—mengajakmu ngobrol?
Tepat ketika aku hendak bertanya, seseorang tiba-tiba muncul dari belakang
Muttsurini.
"Tidak perlu,
Tsuchiya-kun. Aku sendiri yang akan bicara dengan mereka."
Berambut pendek
sebahu dengan potongan rapi dan ekspresi dingin. Lengan terlipat di depan sambil
menatap kami yang sedang duduk di tikar tatami. Gadis di depan kami adalah—
"Halo, semua
murid di kelas F."
"Hm? Tidak
disangka kita kedatangan tamu yang langka."
—ketua kelas C,
Koyama-san. Seperti yang Yuuji katakan, dia benar-benar tamu yang langka.
"Kalau begitu,
orang yang mengajak Muttsurini ngobrol adalah—"
“Ya benar, itu aku. Tapi,
alih-alih ngobrol, bisa dibilang kami kebetulan ketemu di depan klub wirausaha,
jadi aku menanyai dia beberapa pertanyaan."
"...Sepertinya
dia ingin tahu tentang rencana kelas F untuk perang syokanju."
"Rencana kelas
kita?"
“Kudengar
‘maintenance’ sistem sudah selesai, dan kita bisa mengajukan perang syokanju
dua hari lagi. Jadi aku ingin tahu apa yang akan kelas F lakukan.”
Perang syokanju yang
seharusnya diizinkan setelah semester kedua dimulai harus menjalani beberapa perbaikan
karena perubahan peralatan dan hal lainnya (alasan yang diberikan sekolah adalah
mereka ingin mengubah peralatan syokanju). Perang syokanju yang tertunda cukup
lama akhirnya akan dimulai lagi dalam dua hari. Tujuan kelas F kami tentu saja
untuk membalas dendam setelah kalah di semester pertama.
Meski begitu, tidak disangka
dia beneran datang untuk memeriksa kami, kelas terburuk.
"Kamu terlalu
waspada."
Kata Yuuji dengan
nada mengejek. Soal itu, aku sependapat dengan Yuuji.
"Waspada? Kalian
kelas F sudah membuat keributan di semester pertama, dan itu tidak ada bedanya
dengan mata angin topan. Wajar kalau aku lebih berhati-hati, bukan?"
Koyama-san tidak
terpengaruh oleh nada mengejek Yuuji dan membalas dengan senyuman.
"Itu penilaian
yang cukup tinggi untuk kami... lalu apa? Setelah semester kedua dimulai, kelas
C akan mendapatkan kembali fasilitas asli mereka, tapi tidak disangka kamu malah
memikirkan perang syokanju..."
Kata Yuuji ke
Koyama-san dengan nada mengkritik.
Salah satu aturan
perang syokanju adalah 'fasilitas yang ditukar setelah kalah perang syokanju akan
dikembalikan setelah semester baru dimulai'. Tentu saja, jika kelas kelas atas kalah
dari kelas bawah maka fasilitas kelas mereka akan ditukar, tapi jika kelas
bawah kalah maka kualitas fasilitas mereka akan menurun, dan peralatan kelas
yang kalah akan kembali seperti semula begitu semester baru dimulai.
"Ngomong-nogmong,
kelas C kalah dari kelas A waktu itu dan peralatan mereka diturunkan ke kelas
D, kan?"
“Kalau begitu kelas C
seharusnya bisa mendapatkan kembali peralatan kelas C begitu semester baru
dimulai, kan?”
Sekolah menekankan aturan
ini. Tujuan utamanya adalah supaya para siswa mau mengambil bagian dalam perang
syokanju dengan antusias. Karena jika perang syokanju dimulai di akhir
semester; kelas bawah akan menantang kelas atas tanpa banyak risiko.
Bahkan jika kami
ingin melakukan perang syokanju setelah di-reset, perbedaan poin antara kami dengan
mereka terlalu besar, dan biasanya, kami akan kesulitan ketika perang. Sekolah
berharap para siswa akan belajar keras sambil menyesali fasilitas kelas mereka dan
belajar sampai akhir semester untuk merebut fasilitas yang lebih baik. Tapi,
kami dengan seenaknya memulai keributan di awal semester, dan dengan maintenance
sistem syokanju dan beberapa acara, akhir semester jadi agak sepi dari biasanya.
“Apa maksudmu dengan
memulai perang syokanju? Aku tidak pernah bilang kalau aku akan mengambil
inisiatif untuk perang. Aku hanya ingin tahu rencana kelas F, karena kalian pelaku
utama keributan semester awal."
“Kata-katamu terlalu
berbelit-belit. Dengan kata lain, jika kami tidak memberi tahu rencana kami, kamu
tidak akan mengatakan apa-apa, kan?"
"Kamu bisa
menafsirkannya seperti itu."
Koyama-san
menyeringai sombong ketika mengatakan itu.
Apa dia ingin membuat
aliansi? Aku rasa tidak. Dia hanya ingin membuat kesepakatan dengan kami. Dia akan
memberi tahu rencana kelas C, dan sebagai gantinya, kami harus memberitahunya
rencana kelas F. Tidak akan ada masalah jika kami tidak saling bertentangan.
Jika tidak, kami bisa memikirkan rencana pencegahan dan menghindari saling
serang jika kami tahu apa yang akan terjadi.
"Kalau begitu,
kenapa kamu tidak tanya saja langsung ke Yuuji?"
Kenapa kamu malah nanya
ke Muttsurini?
"Yah, kalau aku
bertanya langsung ke Sakamoto-kun, aku harus buat kesepakatan seperti ini. Aku
lebih memilih untuk tidak memberikan informasi apapun kalau bisa."
Seakan menjawab
keraguanku, Koyama-san tidak bergeming dan menjawab dengan jujur. Itu dia
banget.
"Hm... Yuuji, bagaimana
menurutmu?"
"Oke. Aku terima."
"Benarkah? Bagus
kalau begitu."
Koyama-san terlihat seakan-akan
dia tahu kalau Yuuji tidak akan menolak dari awal dan mengatakan terima kasih
secara tidak langsung.
"Aku hanya perlu
memberitahumu kelas yang ingin kami lawan, kan?"
"Itu tidak
cukup. Kamu perlu memberi tahu kapan kamu akan menyerang. Kalau cuma target, aku
tidak perlu datang kemari dan bertanya padamu."
Koyama-san benar.
Tujuan utama kelas F kami adalah mengalahkan kelas A, dan semua orang tahu itu.
Tidak ada gunanya mengajukan kesepakatan kalau dia tahu siapa yang ingin kita
serang.
Yuuji menunjukkan
ekspresi sedikit ragu saat ditanya kapan dia ingin menyerang. Jangan bilang kalau
dia belum memikirkannya sejauh itu? Tapi bukan Yuuji namanya kalau dia bilang
kami akan menang tanpa membuat rencana.
"Untuk kelas A,
sekitar seminggu setelah perang syokanju diizinkan — 2 minggu paling lambat.
Itu rencanaku."
"Un... Begitu..."
Aneh sekali. Kenapa
kami harus menunggu selama itu... Aku kira kami akan langsung menyerang begitu
perang syokanju diizinkan.
Aku ingin menanyakan
itu, tapi Yuuji menatapku tajam 'jangan bicara'. Diam-diam perang informasi
telah dimulai bahkan sebelum perang dimulai. Kalau begitu, aku akan biarkan
Yuuji yang menangani ini.
“Dan bagaimana dengan
kelasmu? Kalau kelasmu mengincar kelas A, berati kita musuh."
“Kami tidak begitu ambisius.
Kami hanya ingin menyerang kelas B. Kira-kira hampir sama dengan kalian,
kemungkinan besar, sekitar satu atau dua minggu setelah perang syokanju
diizinkan."
"..."
Kelas C mengincar kelas
B? Kedengarannya memang itu adalah keputusan yang agak logis. Mereka tidak bisa
menang dari kelas A waktu itu, jadi mereka ingin melawan kelas B. Aku paham
itu.
"Tapi tidak
apa-apa? Kelas B Nemoto-kun... dia itu kan—"
"Kubunuh kamu
kalau berani ngomong."
Sepertinya aku salah karena
mengungkit masa lalunya yang tak terlupakan.
"Aku suka orang
pintar, dan bukan cuma orang yang pintar belajar."
"Bener banget. Si
Nemoto cuma sampah ga berotak."
"Untuk
mendapatkan kemenangan, lebih efektif menggunakan segala macam taktik licik,
bukan? Aku agak suka... tapi aku sudah muak dengan orang itu."
Koyama-san tertawa. Ternyata
dia suka cowok licik. Sepertinya semua orang punya selera yang berbeda-beda...
"Aku paling
lambat pas main janken."
"Apa katamu!? Kamu
selalu lambat pas main janken tapi selalu kalah. Itu namanya payah. Nggak
sepertiku, aku bakalan pura-pura sakit perut setiap giliranku piket!"
"Ckckck, aku yang
paling licik."
"Bah, mana
mungkin. Aku yang paling licik di sini."
“...Sebenarnya, aku
punya sepupu laki-laki yang seumuran. Aku pernah nanya ke dia soal kencan, terus
dia memperkenalkan teman-teman sekelasnya kepadaku.”
""BAJINGAN!
KUBUNUH KAU!""
"...Tapi dia
sekolah di sekolah khusus laki-laki."
"...Ini, minum
jus ini."
"...Aku akan
mentraktirmu takoyaki pas kita pulang nanti."
"...Terima kasih
sobat..."
Teman-teman sekelas
kami mulai membual tentang betapa liciknya mereka. Orang-orang kami paling
paham soal ini.
"Begitu, jadi
Koyama-san suka laki-laki yang pintar."
“Itu benar, Himeji-san,
aku suka orang pintar. Fufufu~”
Koyama-san memasang senyuman
penuh arti.
"Kalau begitu...
bukannya Sakamoto-kun juga pintar?"
""...(matimatimatimatimati)!"""
“Oi, kalian! Jangan tusuk-tusuk
tatami pakai pisau pahat. Itu sama sekali tidak nyaman dilihat!"
Beberapa teman
sekelas kami di pojokan kelas menusuk-nusuk tikar tatami. Kalau saja mereka lebih
berani, yang bakalan berlubang bukan cuma tatami, tapi tubuh Yuuji.
“Pokoknya... Jadi
begitu? Satu, dua minggu setelah izin diberikan... baiklah..."
Koyama-san bergumam seakan-akan
mengerti, dan Yuuji kelihatan terkejut ketika menatap Koyama-san.
“Terima kasih buat
informasinya. Sepertinya target kita berbeda. Kalau begitu, semoga beruntung."
Setelah mengucapkan
perpisahan, Koyama-san melipat tangannya, berbalik dan meninggalkan kelas F.
Sekarang kami tahu kalau kami tidak akan bertarung dengan kelas C di perang
syokanju berikutnya, setidaknya satu musuh berkurang.
"Sepertinya
kelas-kelas lain sudah pada siap buat perang syokanju."
“Sudah lama sekali
sejak terakhir kelas kita ditukar. Meski sekarang fasilitas kelas diubah, nggak
ada yang berbeda, ya?"
Terakhir kali, cuma
kelas F yang mengambil inisiatif. Tapi sekarang, perang syokanju yang sebentar
lagi akan dimulai sepertinya bakalan menimbulkan kekacauan di kelas 2. Apakah
itu baik atau buruk bagi kami...
"Ah, bicara soal
perang syokanju, katanya peralatan syokanju diubah? Ada yang tahu diubah
seperti apa?"
Di sampingku, Minami
memiringkan kepalanya dan bertanya. Benar juga, seperti apa bentuk syokanju
kami sekarang?
"Peralatan
diubah... kita harus mencari tahu supaya kita bisa mengendalikan perang
syokanju dengan baik."
"...Sepertinya
sistemnya sudah diperbaiki."
"Berarti sekarang
kita bisa memanggil syokanju kita, kan?"
"Biar kutebak. Kamu
ingin mencobanya? Tapi guru mana yang mau— "
Ngomong-ngomong, kami
harus mendapatkan izin dari seorang guru untuk memanggil syokanju.
Mungkin ini waktu
yang tepat ketika guru wali kelas kami, yang dijuluki Tetsujin (Ironman) —
Nishimura-sensei terlihat sedang jalan di koridor...
"Terpaksa kalau
begitu..."
"Ya, istirahat
makan siang sebentar lagi selesai."
"Oke...
Nishimura-sensei!"
"Hm? Yoshii,
Sakamoto, ada apa?"
Begitu kupanggil, Tetsujin
masuk ke dalam kelas. Dia mengerutkan kening dengan jengkel. Sikap itu terasa seperti
‘bakalan ada masalah kalau mereka mengajak ngomong duluan’. Yang benar saja!
“Maaf, tapi bisa
[TIDAK] izinkan [TIDAK BOLEH] kami memanggil syokanju? [DITOLAK] Larangan
memanggil syokanju [TIDAK INGIN] sudah dilepas [MENYERAH SAJA] jadi kami ingin mencoba
syokanju baru [JANGAN PAKSA AKU]… oi, berapa kali kamu menolak, hah? Aku cuma minta
satu hal, dan kamu menolak enam kali bahkan sebelum aku selesai ngomong. Ini
pertama kalinya aku ketemu orang kaya gini, mengeselin banget!”
"Itu karena
kalian bocah tidak pernah mendengarkan aku, mengerti?"
Tidak, aku pikir itu sama
sekali tidak ada hubungannya. Sensei bahkan tidak mendengarkan aku...
"Sudah kubilang sebelumnya
kalau syokanjumu tidak bisa dipanggil kapan pun kamu mau, ya kan?"
"Tapi..."
Syokanjuku berbeda
dari yang lain, karena ia dapat menyentuh benda fisik. Karena aku punya
syokanju spesial yang dapat menyentuh benda fisik dan beberapa kali lebih kuat
dari orang biasa, tidak heran kalau Tetsujin sangat khawatir. Tapi-
"Sensei, jangan
khawatirkan soal itu. Apa kami pernah membuat masalah sampai sekarang?"
"Aku ingat
kalian berdua sudah menulis lebih dari 100 surat penyesalan di semester
pertama, kan? Biar kuhitung... itu 1 per hari. Itu cukup untuk membuat satu buku!
Lagipula, berapa banyak yang sudah kalian tulis...?"
Dari 100 surat, 99 pasti
ulah si Yuuji!
"Selain itu, setiap
kali kalian memanggilku 'sensei', itu pertanda kalau kalian akan berulah lagi. Rencana
busuk apa lagi yang ingin kalian lakukan?"
Tetsujin menatap
Yuuji dan aku dengan tatapan curiga. Apa-apaan ini, jadi cara kami memanggilnya
salah.
Gampang kalau begitu.
Kami hanya perlu mengubah cara kami memanggilnya.
"Tolong, Sou-kun~
(KRACK!)"
"Kumohon,
Souichi~ (KRECK!)"
"SIAPA YANG SURUH
KALIAN PANGGIL PAKAI NAMAKU, HAH!?"
""AAAAAA
TANGANKUUUUUUU!!!""
Seperti itulah,
lengan kami yang sedang dalam pose memohon dipelintir oleh tangan berotot
Tetsujin. Kalau tidak boleh memanggilnya seperti itu, kami harus gimana?
Kami memegangi tangan
kanan kami dan berguling-guling di lantai karena kesakitan, lalu dari belakang
kami, Himeji-san dan Minami maju ke depan Tetsujin.
"Bisa izinkan
kami, Nishimura-sensei? Kami tidak ingin melakukan sesuatu yang buruk. Kami
hanya ingin memanggil syokanju kami dan melihat apa yang berubah."
"Seperti kata
Minami-chan, sensei. Kami tidak akan memanggil syokanju kami untuk main-main."
"Tapi…"
""Kami
mohon, Nishimura-sensei.""
"Haah... Baiklah,
aku mengerti perasaan kalian soal peralatan baru."
Ketika dua siswi
teladan di kelas kami memohon dengan sungguh-sungguh, sikap Tetsujin perlahan-lahan
melunak.
Oke, sekarang, sekali
lagi!
“Tolong ya, Tetsu (KRACK)
☆”
"Makasih,
Te-chan (KRECK) ♪"
Sekarang tangan kiri
kami, yang baik-baik saja, dipelintir. Sialan! Bagaimana mungkin ada orang sekeras
kepala kaya dia!?
"Dasar, kalian
berdua... oke, cepatlah."
"Eh? Apanya yang
cepat?"
"Aku lagi sibuk.
Buruan panggil. Dasar…"
Tetsujin menghela
nafas ketika mengatakan itu. Apa, pada akhirnya dia tetap setuju.
"Selain itu, meski
aku menolak, kalian akan pakai gelang platinum Sakamoto, ya kan? Kalau begitu, lebih
baik kalau aku sendiri yang memberi izin dan mengawasi kalian, jadi... aku bisa
merasa lebih tenang."
Begitu, jadi ada
alasan seperti itu. Tapi, kalau begitu...
"Terus, kenapa
tidak izinkan kami dari awal?"
“Ya, dan tanganku
dipelintir. Itu benar-benar tidak ada gunanya.”
"Kalau aku kasih
kalian izin begitu saja, kalian pasti akan banyak maunya."
Tentu saja kami tidak
akan... hm, mungkin?
"Sudahlah, setidaknya
kita dapat izin."
"Ya, pada
akhirnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan."
"...(Mengangguk
kepala)."
"Aku jadi tidak
sabar. Aku penasaran bagaimana penampilan syokanjuku."
"Aku hanya
berdoa semoga ini bukan tembok beton seperti yang terakhir kali..."
"Kalau begitu
ayo kita panggil, siap—"
"""SUMMON!"""
Seluruh anggota geng
kami berteriak. Segera, susunan berpola muncul di bawah kaki kami, dan syokanju
yang mirip dengan penampilan kami muncul.
"Wow... baju
besi yang bagus... ini benar-benar terlihat sangat menakjubkan."
“Tombak perang dan
baju besi? Aku berevolusi jadi ksatria? Keres sekali... aku senang tidak pakai talenan
lagi sebagai perisai. Ini benar-benar hebat!”
"Oi, Yuuji,
lihat punyaku. Seragamku ada gambar naganya." (Kecebong)
"Lihat, Akihisa,
punyaku macan."
“Pedang panjang dan jubah...
aku jadi Shinsengumi. Kelihatan sangat kuat."
"...Aku naik jadi
jonin."
Hm, begitu. Jadi
peralatan semua orang ditingkatkan jadi lebih baik.
""OI,
TUNGGU DULU, SIALAN!!""
"Apa lagi,
Yoshii, Sakamoto? Kalian sangat berisik."
“TENTU SAJA KAMI
INGIN KOMPLAIN! INI SANGAT TIDAK ADIL!”
"Tidak adil?"
"Ya! Lihat saja
perubahan pada syokanju Himeji-san!”
"Eh, armorku
terlihat lebih kuat dari sebelumnya, dan senjataku jadi lebih panjang dan lebih
besar."
"Minami?"
"Seragam militerku
berubah jadi seragam ksatria, dan tombakku menjadi tombak perang."
"Lalu
Hideyoshi?"
"Prajurit
Naginata jadi anggota Shinsengumi."
"Muttsurini!"
"...Aku naik
dari Chunin ke Jonin." (Ninja Lv2 > Lv3)
"Tapi Yuuji dan
aku—"
"Yang berbeda
cuma ada gambar di seragam sekolah kami!"
""INI
SANGAT ANEH!!""
Yuuji dan aku berteriak
serempak. Ini sangat berbeda dari yang lain! Kenapa peralatanku dan Yuuji
hampir sama seperti sebelumnya!
"Eh, Akihisa,
tunggu, aku berbeda darimu. Senjataku juga berubah."
"Eh? Benarkah?"
"Ya. Knuckel besiku
berubah menjadi pentungan."
“ITU NGGAK ADA
BEDANYA!”
Sepertinya, tidak
peduli berapa banyak perubahan yang terjadi, aku selalu diberi peralatan preman.
Atau lebih tepatnya... apa yang sedang dilakukan kepala sekolah?
"Oke, kalian
sudah puas, kan? Aku akan mencabut izinnya."
Begitu Tetsujin
mengatakan itu, area pemanggilan menghilang dan pada saat yang sama, syokanju
kami juga ikut menghilang. UUUUGH…! AKU TIDAK BISA TERIMA INI...!
"Istirahat makan
siang hampir berakhir. Jangan main-main dan bersiap untuk pelajaran
selanjutnya."
Kata Tetsujin lalu meninggalkan
ruang kelas.
"Aki dan
Sakamoto sama sekali tidak tumbuh lebih dewasa."
"Shimada, jangan
samakan aku dengan si idiot ini. Itu sama sekali tidak sopan."
“Ya, Minami. Otak aku
berbeda dari otak Yuuji dan dada Minami, aku sudah tumbuh— (KRACK).”
"Apa yang baru
saja kamu katakan?"
"Aku tidak
mengatakan apa-apa."
"Akihisa sama
sekali tidak pernah tumbuh dewasa..."
Kupegangi tanganku
yang terpelintir sampai batasnya dan menahan rasa sakit yang tajam yang datang
dari persendian sambil melanjutkan pelajaran sore.
☆
Waktu berlalu begitu
cepat dan kini sudah waktunya pulang.
“Setelah sekian lama,
akhirnya bisa pulang sekolah dengan tenang seperti ini."
Dengan mengantung tas
sekolah yang tidak terlalu berat di pundak, Yuuji berjalan di sampingku dan
bergumam.
"Karena kita selalu
disuruh tinggal buat pelajaran tambahan setelah sekolah baru-baru ini."
Sekolah memungkinkan muridnya
yang akan mengikuti perang syokanju untuk mendapatkan pelajaran tambahan. Kami
harus mengambil pelajaran tambahan dan juga harus mengikuti ujian untuk mengisi
kembali poin kami.
"Itu karena
kalian selalu bolos atau tidur akhirnya kalian dapat pelajaran tambahan lebih
banyak daripada yang lain."
Aku sama sekali tidak
mengerti apa yang dikatakan oleh Minami.
"...Kita harus
bersyukur karena kita bisa pulang sekolah dengan tenang."
"Ngomong-ngomong,
sepertinya waktu luang kita diperpanjang. Rasanya seperti dapat hadiah.”
Muttsurini dan
Himeji-san menyahut dengan bahagia. Sebagai catatan, Hideyoshi pergi latihan di
klub drama. Dia satu-satunya di antara kami yang ikut kegiatan klub, jadi sangat
jarang dia bisa ikut pulang bareng kami.
“Jarang-jarang kita
bisa pulang lebih cepat. Mau mampir ke suatu tempat dulu?"
Yuuji ngasih ide
biasa seperti ini karena kami tidak pernah bikin rencana main bersama.
Biasanya, aku pasti
setuju buat nongkrong, tapi...
“Nggak bisa. Aku harus
ke supermarket.”
"Kamu mau belanja?
Kupikir masih banyak sisa makanan laut yang kemarin."
“Masih, tapi aku mau
masak daging. Aku ingat telur dan daging harganya lebih murah di hari Senin.”
Ditambah, ada 3 orang
di rumah, seafood yang aku dapat hampir habis. Tidak apa-apa kalau nee-san dan aku
ada di rumah, tetapi karena Himeji-san tinggal di rumahku sekarang, aku harus
lebih berusaha lebih baik. Karena kami sudah makan seafood selama beberapa hari
ini, aku mau masak daging.
"Serius? Kalau
begitu aku ingin daging juga"
Hari ini Yuuji yang
masak juga (mungkin lebih tepat pakai kata 'lagi')? Dia kelihatannya sedang memikirkannya.
"Oh iya. Kamu mau
masak apa malam ini?”
"Hm... Apa ya..."
Ini sangat membingungkan.
Meski aku bilang aku ingin masak daging, aku tidak tahu apa yang ingin aku masak...
dan setiap menu harus bervariasi, benar-benar membingungkan... ah, benar juga!
"Himeji-san, kamu
mau makan apa malam ini?"
"Eh? Aku?"
Aku bertanya ke
Himeji-san yang jalan di belakangku. Jarang-jarang dia menjadi tamuku, jadi aku
ingin dengar apa yang ingin dia makan. Dengan begini aku bakalan dapet ide.
"Tidak ada
makanan yang aku suka atau benci... tapi dari pada itu, Akihisa-kun, kamu mau makan
apa? Akihisa-kun yang masak kemarin, jadi hari ini aku— "
“Tidak, tidak, tidak,
tidak, tidak! Masak adalah tugasku! Kamu nggak usah khawatir soal itu!"
Sebelum Himeji-san
mengatakan sesuatu yang lebih berbahaya, aku buru-buru memotongnya. Aku yang masak;
tidak mungkin aku biarkan dia masak!
"""..."""
Di saat aku sedang mendiskusikan
makan malam dengan Himeji-san, Yuuji dan yang lain menatap kami.
"Oi,
Akihisa."
"Apa,
Yuuji?"
"Kenapa kamu nanya
ke Himeji apa yang mau dia makan untuk makan malam?"
"Eh?"
Sekarang setelah
Yuuji mengatakannya, Himeji-san dan aku tanpa sadar saling pandang.
Sial! Aku sedang
memikirkan menu makan malam malam ini dan tanpa sadar bilang kalau kami sedang tinggal
satu atap! Bisa-bisanya aku membuat kesalahan sepele seperti ini! Pokoknya, aku
harus tenang! Aku harus menemukan cara untuk memperbaiki ini!
“Itu, itu karena itu!
Benar, Himeji-san?”
"I, iya! Itu karena...
karena Akihisa-kun hanya ingin tahu apa yang aku suka buat referensi menu makan
malam malam ini. Bukan untuk aku makan!"
"""..."""
Setelah mendengar
penjelasan Himeji-san, tatapan mereka dipenuhi keraguan dan kecurigaan yang
lebih besar.
"Eh... itu...
aku akan ke supermarket. Aku pergi dulu ya!"
“A, aku punya urusan
lain yang harus kulakukan. Maaf, aku harus pergi!"
Sebelum ada yang
berkomentar, kami lari duluan. Meskipun tidak ada satupun yang mengejar,
tatapan di punggungku begitu menusuk sampai terasa sangat sakit.
"Ba, bagaimana? Kita
tidak ketahuan, kan?"
"A, aku rasa baik-baik
saja. Kita menjelaskannya dengan baik tadi.”
Setelah kabur,
Himeji-san dan aku saling menatap. Sulit sekali menyembunyikan rahasia dari
orang lain...
“Kalau begitu,
bagaimana kalau kamu pulang dulu, Himeji-san? Aku akan kembali setelah aku
selesai membeli bahan makanan."
“Tidak, aku harus
ikut kalau kamu ingin belanja. Kamu sudah memperlakukan aku dengan sangat baik,
dan aku merasa sangat tidak enak menerimanya.”
"Tapi sangat
berbahaya kalau kita belanja bersama..."
“Bagaimana kalau kamu
biarkan aku yang belanja? Aku yang masak malam ini dan Akihisa-kun belajar
untuk besok..."
"Baiklah, kalau
begitu ayo pergi belanja! Apa yang kamu mau buat makan malam nanti?”
"Ah,
Akihisa-kun, tunggu aku!"
Himeji-san masak dan aku
belajar... bukannya itu skenario paling buruk? Tidak masalah kalau sebaliknya...
***
"Akihisa-kun, kudengar
terong sedang diskon hari ini."
Saat aku sedang
menenteng keranjang belanjaan di supermarket, Himeji-san berkata ketika melihat
area sayuran di dekat pintu masuk.
"Terong... bagus.
Apa kamu suka terong, Himeji-san?”
"Ya, aku sangat
suka terong!"
Himeji-san menjawab
dengan senyum lebar.
Sekarang sudah masuk musim
gugur, dan ini adalah saat-saat terong terasa paling enak. Kalau harganya sedikit
lebih murah, aku jadi ingin beli. Mungkin harus kugoreng lalu rebus, atau
mungkin aku tambahkan paprika hijau dan irisan daging lalu menggorengnya jika aku
ingin rasa musiman. Rasanya enak sekali kalau kutambahkan kecap jahe setelah
digoreng. Mulutku mulai berair ketika aku membayangkannya.
"Miso yakitori
juga enak... eh, kita juga bisa mengukusnya dengan ayam..."
"Kedengarannya enak.
Terong memiliki kalori rendah dan sangat sehat, dan karena ini musim gugur, ini
adalah musim terbaik untuk makan terong."
"Benar
sekali."
Tepat ketika kami ingin
membeli terong, seorang karyawan toko jalan mendekat dan berteriak dengan penuh
semangat.
“DI SINI, DI SINI! BARANG
MURAH DAN SEHAT ADA DI SINI! COBA LIHAT!”
Sepertinya aku pernah
mendengar suara misterius ini sebelumnya... apa karyawan toko ini orang asing?
Di saat Himeji-san dan
aku melebarkan mata kami karena rasa ingin tahu, karyawan toko terus berteriak
di depan kami.
“SAYURAN HARI INI SANGAT
MURAH! APA LAGI—”
Tiba-tiba dia
berhenti.
Mata karyawan toko
menatap terong yang dia pegang di tangannya sambil sedikit memiringkan
kepalanya sebelum berteriak lagi.
“APA LAGI...
bagaimana aku menyebutnya? Ehmm... APA LAGI SAYURAN BERWARNA UNGU INI! INI
SANGAT LEZAT!"
Apa orang ini tidak
tahu apa itu terong?
“SUDAH MATANG DAN
PENUH DENGAN MADU! INI MANIS DAN LEZAT!"
Ada apa dengan terong
itu? Apa yang mereka masukkan di dalamnya!?
“Ohh, pengantin baru di
sana! Bagaimana pendapatmu tentang... benda ungu ini? Mau beli?”
Mungkin kami terlihat
terlalu menarik karena karyawan toko yang berteriak itu langsung melihat kami.
Sial. Orang ini sama sekali tidak terlihat normal. Yang terbaik adalah
melarikan diri sebelum kami terlibat...
"Pe, pengantin
baru..."
Himeji-san di
sampingku memerah dan aura di sekelilingnya terasa empuk, dan tidak ada niat
untuk melarikan diri.
Omong-omong,
Himeji-san benar-benar seperti seorang gadis. Tampaknya perempuan tidak berdaya
melawan kata-kata seperti 'pengantin wanita' atau 'pengantin baru'.
"Mari, lihat
kemari! Apa pendapatmu tentang benda ungu ini, nak? Murah dan matang! Ini sangat
manis! "
"Maaf. Kalau
bisa, tolong jangan beri aku yang matang dan manis."
Aroma harum dan tektur
lembut yang tidak wajar itu pasti karena bagian dalamnya sudah busuk, kan?
"Tidak, tidak, nak,
kamu tidak harus begitu baik padaku! Rasa manis benda ungu ini adalah yang
terbaik! Ini, eh... ini memiliki label 'produk lokal'! Ini memiliki banyak
kalori, dan tidak ada hubungannya dengan nutrisi sama sekali! Dan juga-"
Karyawan toko ini
bahkan tidak mendengarkan aku sama sekali sambil terus meneriakkan kata-kata sampah...
Himeji-san belum pulih. Terpaksa aku harus meladeni orang ini...
“...Dan lain-lain.
Ini sayuran yang sangat dicintai dari dulu! Setelah sayuran ini digunakan di
kutub utara 800 tahun yang lalu..."
Ketika aku berdiri di
depan karyawan toko yang terus menembakkan kata-kata, aku sedang berpikir
keras. Coba kuingat… selain bahan untuk makan malam ini, apa lagi yang perlu kubeli?
"Ah,
ngomong-ngomong, nak..."
Serbet masih ada, dan
kertas toilet dan sikat gigi masih cukup.
"Aku ingin tahu
nama sayuran ungu ini?"
Kalau begitu, itu
satu-satunya benda yang hampir habis pas terakhir kali kami memakainya...
"-Pembersih
toilet…"
"Oh! Begitu!
Terima kasih banyak!"
"Hm?"
Begitu aku sadar, aku
menemukan si karyawan toko berdiri di depanku, sambil memegang tanganku dan
berterima kasih kepadaku. Ahh, jadi dia sudah selesai?
"Kalau begitu
aku ambil satu kantong. Ayo pergi, Himeji-san."
"Ah, oke, sayangku
— tidak, Akihisa-kun!"
Himeji-san akhirnya
pulih. Aku mengambil sekantong terong, dan segera setelah itu, meninggalkan
bagian sayuran.
“KAMI MENJUAL
PEMBERSIH TOILET MURAH UNTUK ANDA! PEMBERSIH TOILET MATANG DAN MANIS SEKARANG
DIJUAL! KALAU INGIN SAYUR MANIS, PILIH PEMBERSIH TOILET!”
Karyawan toko yang tadi
berteriak di belakangku akhirnya mengucapkan barang yang dia jual.
"Akihisa-kun,
apa yang dijual karyawan toko tadi?"
"Aku juga tidak
tahu..."
Aku mendengar pembersih
toilet atau manis atau sesuatu. Apakah mereka menjual produk baru, pembersih
toilet yang dapat dimakan?
"Oh ya,
Akihisa-kun, kamu tahu?"
"Hm? Apa
itu?"
"Apakah kamu
tahu pepatah 'jangan biarkan istrimu makan terong di musim gugur [4]'..."
"Ah, kayanya aku
pernah mendengar itu sebelumnya."
Asal pepatah ini
karena bibi merasa kalau 'Sia-sia kalau terong lezat di musim gugur diberikan
kepada pasangan yang menjengkelkan', pikirku. Itu pepatah yang kasar.
Tapi karena Himeji-san
terlalu memikirkan pepatah ini, jadinya dia menanyaiku. Mungkin dia serius tanya
apakah dia bisa makan terong.
"Himeji-san,
kamu tidak usah mengkhawatirkan soal pepatah itu. Itu cuma pola pikir generasi
tua."
"Be, benar juga.
Aku seharusnya tidak perlu memikirkan hal ini dan berusaha keras untuk
melahirkan bayi yang sehat dan enerjik!"
Kenapa bayi? Aku sama
sekali tidak mengerti apa yang dia katakan.
“Akihisa, kupikir aku
harus menjelaskannya padamu. Ungkapan 'jangan biarkan istrimu makan terong di
musim gugur' adalah karena 'terong memiliki sedikit biji, dan mereka takut
kemungkinan untuk hamil jadi rendah', makanya mereka mencegah istri mereka
makan terong."
"Heh~ begitu.
Ternyata Yuuji pintar ya."
"Bukannya aku pintar,
tapi kamu saja yang tidak punya akal sehat."
Benarkah? Aku tidak
tahu itu — HEI, TUNGGU DULU!
“Yu, Yuuji? Ngapain kamu
di sini?"
“Sa, Sakamoto-kun!
Kapan kamu datang ke sini?"
"Tidak ada, aku
ke sini cuma buat beli bahan untuk makan malam..."
Ngomong-ngomong,
Yuuji sempat bilang kalau dia harus masak makan malam juga... tidak ada banyak
supermarket dari sekolah ke rumah, jadi tidak terlalu mengejutkan kalau kami
akan bertemu di sini. Kami berpisah cuma gara-gara kami membuat kesalahan besar
tadi...
"Katakan! Apa
yang sebenarnya terjadi?"
"A, apa yang
kamu katakan? Himeji-san dan aku kebetulan bertemu di supermarket dan pergi
bersama!”
“Itu benar,
Sakamoto-kun. Kami kebetulan bertemu di pintu masuk supermarket!”
"Hoho? Benarkah,
kalian berdua bilang kalau kalian ingin membeli bahan untuk makan malam
bersama. Sepertinya kalian punya hubungan yang lumayan dekat ya.”
"Bukan begitu.
Ini sama sekali tidak seperti itu!"
"Ngomong-ngomong,
sangat mencurigakan mendengar kalian berdua bertemu di masuk supermarket. Kalian
pasti menyembunyikan sesuatu, ya kan?”
Melihat Himeji-san
dan aku bersikap aneh karena kata-katanya, Yuuji memasang pose berpikir dengan
tangan di bawah dagunya dan menatap tajam.
"Makan malam
kemarin, makan siang hari ini dan makan malam malam ini semuanya sama...
sepertinya kalian berdua sudah makan hidangan yang sama bersama-sama... dan
kalian berdua datang ke sekolah bersama-sama..."
AAAAAAAA!! Yuuji hampir
menebak rahasia kami! Aku harus menemukan cara untuk mengubah topik!
“Ngo,
ngomong-ngomong! Ada banyak berita sosial setiap hari!"
"Ya ya! Seperti berita
serangan teroris, penerbangan dihentikan dan semua itu! ”
"Itu sangat
buruk! Banyak orang tidak bisa kembali ke Jepang jika bandara berhenti
beroperasi!"
Himeji-san dan aku berusaha
mengalihkan topik ke berita terbaru. Tapi setelah mendengar apa yang kami
katakan, Yuuji mengerutkan kening lebih keras.
"...Bandara
berhenti beroperasi... Himeji harus tinggal di rumah Akihisa dua hari yang
lalu... kalian berdua..."
Kemungkinan besar,
Yuuji menyadari beberapa fakta penting pas dia secara tidak sengaja membelalakkan
matanya. Apa, apa? Apa dia tahu tentang itu?
“Oi, Akihisa, jawab
aku dengan jujur! Jangan bilang— "
"A, apa yang
ingin kamu tanya?"
"—Kamu tinggal sama
Himeji...!?"
KAMI KETAHUAN SECEPAT
INI!?
“TIDAK, TIDAKTIDAKTIDAKTIDAK,
TENTU SAJA TIDAK! BAGAIMANA BISA! TIDAK MUNGKIN ITU BISA TERJADI, YA KAN!?”
“I,I,I,I,I,I,I,ITU BENAR,
SAKAMOTO-KUN! ITU MUSTAHIL. MANA MUNGKIN ITU TERJADI! KAMU TIDAK PERLU KHAWATIR
SOAL ITU!"
"Ka, kalian
berdua... kenapa kalian harus pilih di waktu seperti ini!?”
Bantahan kami sama
sekali tidak disanggah oleh Yuuji yang menatap kami dengan dendam. Sial! Jika
ada satu orang saja yang tahu tentang hal-hal bahagia yang akan terjadi dalam
hidupku, aku akan membuat semua orang iri padaku dan membunuhku...
Aku memperkirakan
serangan yang akan Yuuji lancarkan dan diam-diam mengambil pose bertahan. Tapi-
“Bagaimana ini... ini
sangat buruk! Ini sangat buruk! Sial…!"
Yuuji memegangi
kepalanya dengan gemetaran dan tidak melakukan sesuatu yang kejam kepadaku. Eh?
Aneh sekali.
"Ada apa
denganmu, Yuuji?"
“KAMU BERANI TANYA
ADA APA DENGANKU!? SIAL... APA YANG SUDAH AKU... KENAPA WAKTU ITU AKU
MENGATAKAN ITU!? AKU BENAR-BENAR INGIN MEMBUNUH AKIHISA DAN DIRIKU SEKARANG..."
Kalau kamu
benar-benar ingin melakukannya, kenapa tidak bunuh saja dirimu sendiri dan
jangan bawa-bawa aku?
"Ah terserah,
tidak ada gunanya menggerutu tentang hal itu. Oi, Akihisa. Tidak ada yang tahu tentang
kalian berdua tinggal bersama, kan?"
“Uu, ah, ya. Aku rasa
tidak ada orang lain yang tahu selain Yuuji."
“Itu adalah hal
terbaik yang aku dengar dalam kesialan ini. Kalau kamu merasa ini bakalan
ketahuan, langsung beri tahu aku, aku akan berusaha melindungi rahasiamu."
"Eh... Ah, un,
terima kasih kalau begitu."
Tidak kusangka Yuuji
akan mengatakan hal seperti itu. Aku pikir dia akan mengamuk 'Jangan sombong
dulu, Idiot' dan menghajarku.
“Tapi, jangan pernah
biarkan orang lain tahu kalau kalian berdua tinggal bersama! Pastikan kamu
berhati-hati, mengerti!?”
"Aku pasti akan
berusaha sebaik mungkin untuk tidak membiarkan orang lain tahu..."
"Ada apa dengan nada
monoton itu!? Kamu sama sekali tidak meyakinkan! Akihisa, dengarkan! Kamu
harus, sama sekali, tidak pernah membiarkan orang lain mengetahuinya!”
"Uu... ya, aku
mengerti."
Yuuji memelototiku
dengan tajam sambil terus mengingatkanku berulang-ulang.
"Jika orang lain
mengetahuinya, aku akan menghajarmu sampai mati, atau aku tidak akan bisa
menghapus amarah dalam diriku!"
Ada apa ini? Apa
sesuatu akan terjadi pada Yuuji jika Himeji-san dan aku ketahuan tinggal di
tempat serumah?
"Oke, Yuuji. Aku
akan menjaga rahasia ini bagaimanapun caranya."
"Tolong. Aku tidak
mau buang-buang waktu buat balas dendam padamu! Cepat dan kembali sebelum orang
lain melihat kalian."
"Oke. Kalau
begitu, ini hadiahnya."
Setelah memberikan
terong di tanganku, kami mengucapkan selamat tinggal pada Yuuji. Tidak apa-apa.
Meski dia bilang kalau akan terjadi sesuatu, tapi tidak ada yang akan tahu kalau
Himeji-san dan aku tinggal bersama!
"Aku khawatir, mau
bagaimana lagi... aku harus menyembunyikan rahasia ini demi mereka bagaimanapun
cara—!"
"...
Yuuji."
"…………………………………Apa?"
"...Kamu ingat
janji kita?"
"Ha... haha,
ha... Shouko, sejak kapan kamu... ada di sana..."
“...Sejak awal.
Karena Yuuji tidak ingin pulang bersamaku, aku datang untuk memberi Yuuji
hukuman."
"O, oh begitu...
aku minta maaf..."
"...Jangan
khawatir. Itu tidak masalah sekarang."
"Benar banget. Kalau
begitu-"
"...Un."
"Selamat
tinggal!"
"...Jangan
lari. Kamu tidak akan bisa melarikan diri."
"SIALAAAAAAN,
AKIHISAAAAAA!!! INI SEMUA SALAHMUUUUUUUUUUUU!!!"
Aku merasakan sedikit
niat membunuh di belakangku… kemungkinan cuma khayalanku.
Setelah keluar dari
supermarket, Himeji-san dan aku jalan berdampingan menuju rumah. Dasar, gara-gara
Yuuji tiba-tiba muncul aku jadi lupa belanja...
“Ah, iya. Aku belum beli
bahan untuk makan malam!"
"Ah, benar."
Butuh fokus tinggi
untuk mencari jalan keluar alhasil aku lupa membeli sayuran. Gawat.
"Ya sudah kalau
begitu. Aku akan balik lagi ke supermarket. Kamu pulang saja duluan, Himeji-san.”
"Tidak bisa, aku
harus ikut..."
“Jangan, kita baru
saja ketahuan oleh Yuuji. Aku tidak tahu apa yang akan dia katakan kalau kita kembali
ke supermarket berdua."
"Begitu…"
"Kalau begitu
aku balik lagi."
"Baiklah. Hati-hati."
Aku melambaikan
tanganku dan mengucapkan perpisahan pada Himeji-san. Oke, waktunya beli bahan
untuk makan malam dan bergegas pulang.
***
Jadi, setelah membeli
semua bahan untuk makan malam, aku jalan pulang ke rumah.
"Sebentar lagi
hujan bakalan turun, tapi..."
Aku sudah merasa kalau
udara terasa agak lembab, dan tidak lama, hujan mulai turun seperti yang kukira.
"Gawat, aku
tidak bawa payung..."
Dari pengalamanku, tidak
boleh ada air hujan yang masuk ke kantong belanjaan yang berisi bahan-bahan
makan di dalamnya. Pokoknya, lebih baik sekarang pergi ke toko terdekat untuk
menghindari hujan. Jarak dari sini ke rumah tidak begitu jauh, dan aku
baik-baik berlari pulang sambil hujan-hujanan, tapi aku melihat beberapa manga
yang baru-baru ini dirilis — mungkin aku akan pulang pas hujan reda.
Aku memperhatikan
situasi di luar ketika aku mengambil majalah untuk dibaca. Unn, akan ada banyak
game yang keluar bulan depan. Aku tidak tahu apa aku bisa mendapatkan uang dari
nee-san tanpa ketahuan...
Aku melihat-lihat
majalah selama beberapa saat dan menemukan banyak laporan menarik, tapi ketika aku
berhenti membaca dan membawanya ke kasir, aku melihat—
—ZAAAAAAAAAAAAAAAA!!!
Hujan di luar makin
deras mengguyur, dan hampir terasa sedang badai. Kayanya... Aku akan kebasahan
tidak peduli apa aku bawa payung atau tidak...
Kukeluarkan ponselku
dan memeriksa laporan cuaca. Halaman website bilang kalau aku harus waspada
terhadap hujan lebat. Ini buruk. Aku berpikir terlalu keras supaya tidak
membiarkan Himeji-san masak sampai-sampai lupa untuk memeriksa berita cuaca.
Tapi untungnya Himeji-san sudah pulang duluan.
"Kayanya hujan
ini bakalan lama..."
Dilihat dari curahnya,
sepertinya akan semakin deras. Terpaksa kalau begitu, aku harus lari...
Aku bersiap-siap
untuk basah kuyup begitu keluar dari toko. Majalah pasti basah diguyur hujan
selebat ini. Lain kali saja.
ZAAAAAAAAAASH. Hujan
terus mengguyurku dengan lebat sampai jalan di depanku tidak bisa terlihat.
Uuugh... kalau aku tidak buru-buru mandi, aku bisa masuk angin...
Genangan air hujan yang
terkumpul di aspal dengan mobil-mobil yang bergerak membuat mereka terlihat
seakan-akan sedang mengarungi sungai. Suara hujan dan angin berputar-putar di daun
telingaku, penglihatan serta pendengaranku ditutupi oleh hujan deras di
sekelilingku.
Pada saat itu-
"Uuuuh..."
Sepertinya aku
mendengar suara perempuan.
Hm? Kayanya pernah
dengar...
Aku fokuskan
konsentrasiku untuk mendengarkan suara itu lebih jelas.
"Uuuuuh...
dingin... dingin..."
Terdengar seperti suara
gadis yang sedang menangis.
Untuk mencari pemilik
suara itu, aku harus melebarkan mataku yang tertutupi hujan lebat di
sekelilingku dan mencari sumber suara. Suara itu... sepertinya berasal dari
taman.
Karena sudah terlanjur
basah, aku pergi ke taman.
Melihat ke dalam kubah,
"Hazuki-chan?"
"Ah... baka
onii-chan?"
Aku menemukan
Hazuki-chan, basah kuyup dan terlihat hampir menangis.
"Kenapa kamu ada
di sini? Kamu akan masuk angin."
“Hazuki mau ketemu
baka onii-chan! Hazuki pikir Hazuki bisa ketemu onii-chan di sini, makanya
Hazuki ke taman!"
"Eh? Kamu mau
ketemu aku?"
Ah, benar juga. Dulu
aku bertemu Hazuki-chan untuk pertama kalinya di taman ini.
"Tapi kenapa
kamu mencariku?"
"Onee-chan jahat.
Onee-chan selalu berbohong dan melarang Hazuki pergi ke rumah baka onii-chan."
Setelah dia
mengatakan itu, Hazuki-chan membusungkan pipinya karena sedih.
"Jadi Hazuki diam-diam
pergi mencari baka onii-chan!”
“Tapi tiba-tiba turun
hujan, dan Hazuki tidak tahu di mana rumah onii-chan, jadi kamu neduh di bawah
kubah?"
"Iya..."
Dan ini murni
kebetulan. Tapi karena aku bisa bertemu Hazuki-chan di sini, kurasa itu hal
terbaik.
"Achi."
Hazuki-chan gemetaran
karena kedinginan dan mengeluarkan suara bersin yang menggemaskan.
Aku pernah pergi ke rumah
Minami sebelumnya, dan aku rasa rumah Minami tidak sedekat itu dibandingkan
dengan rumahku. Apalagi sangat sulit bagi Hazuki-chan untuk pergi sendirian di
cuaca seperti ini.
"Kalau begitu
ayo pergi ke rumahku. Kamu akan masuk angin kalu terus di sini."
“Boleh? Yay! Hazuki sangat
senang!"
"Ugh!!"
Sepertinya dia
benar-benar bahagia karena dia memelukku dengan kuat dan kepalanya langsung
menghantam dadaku. Karena perbedaan tinggi badan, satu hantamannya langsung mengenai
titik terlemahku. Aku tahu Hazuki-chan tidak memiliki niat buruk, tapi jika dia
selalu seperti ini setiap bertemu aku, hidupku mungkin dalam bahaya...
"Hazuki-chan, sebaiknya
kamu cepat tumbuh dewasa..."
"Hm?"
Dengan begitu, kepalamu
tidak akan mengenai dadaku.
"Ah, begitu,
jadi itu keinginan baka onii-chan. Hazuki mengerti. Hazuki akan berusaha yang
terbaik. Hazuki akan berusaha tumbuh lebih besar!"
"Kamu
mengerti?"
"Iya! Hazuki
ingin cepat-cepat tumbuh besar dan menjadi pengantin yang cantik!”
Yup, dia salah paham.
"Tapi Hazuki
tidak percaya diri soal ukuran dada Hazuki..."
Hazuki-chan
meletakkan tangannya di dadanya dan berkata dengan agak sedih.
Itu tidak benar — aku
ingin menghiburnya seperti itu, tapi aku tidak bisa mengatakannya. Aku ingat
Muttsurini pernah bilang sebelumnya kalau ini kemungkinan besar adalah gen...
“Lagipula, sekarang
yang terpenting kamu harus mengeringkan badanmu. Ayo pergi, Hazuki-chan."
"Baik!"
Untuk melarikan diri
dari hujan yang sangat deras ini, aku menggenggam tangan Hazuki-chan dan mulai
berlari lagi.
***
“Akihisa-kun, kamu
akhirnya kembali. Hujan di luar sangat lebat — oh?”
"Ah! Onee-chan
cantik!”
"Aku pulang,
Himeji-san."
Himeji-san, yang pulang
lebih dulu ke rumah, menyambutku di pintu masuk dengan handuk besar, tapi dia
melebarkan matanya terkejut setelah melihat Hazuki-chan datang bersamaku.
“Aku menemukannya di
taman di dekat sini. Dia tidak bisa pulang sendirian gara-gara hujan lebat,
jadi aku bawa dia ke rumah. Benar, kan, Hazuki-chan?”
"Iya!"
"Begitu ya. Kalian
nanti kena demam. Buruan mandi, aku sudah siapkan air panas.”
Terdengar suara
sandal ketika Himeji-san kembali ke dalam untuk mengambil handuk lain. Dia
bahkan sudah menyiapkan air panas. Dia benar-benar gadis yang perhatian.
"Kamu mandi
dulu, Hazuki-chan, aku akan cari baju yang bisa kamu pakai di kamar nee—"
"Oke!”
Hazuki-chan
menganggukkan kepala dan ingin melepas baju basahnya. Eh? Apa yang dia pikirkan?
"Um...
Hazuki-chan, tidak masalah kalau lantainya basah, tapi kamu harus melepas
bajumu di ruang ganti."
“Eh? Hazuki tidak boleh
melepas baju di sini?"
"Iya.
Hazuki-chan bukan anak kecil lagi. Jadi tidak boleh melepas pakaian di depan laki-laki."
Aku tidak akan
memiliki nafsu jahat dengan anak sekecil ini (mungkin), meskipun begitu, dia
tidak boleh melepas pakaiannya tepat di depanku seperti itu. Meskipun
Hazuki-chan anak yang naif dan riang, terkadang pemikirannya terlalu bebas.
"Oke, tapi Hazuki
mandi bareng baka onii-chan, kan?"
"Kamu mau mandi
denganku!?"
"Eh? Hazuki
sering mandi dengan onee-chan, seperti habis nonton acara TV yang menakutkan, kami
akan selalu mandi bersama.”
Minami... kalau kamu
sangat takut sampai harus mandi dengan anak SD setelah menonton film horror, sebaiknya
jangan nonton dari awal...
"Dan Hazuki juga
kadang mandi dengan papa dan mama."
"Bukan begitu,
itu sama sekali tidak masalah kalau dengan keluarga..."
"Kalau begitu
tidak apa-apa, karena baka onii-chan adalah suami Hazuki, jadi onii-chan juga
keluarga!"
Kedengarannya masuk
akal, tapi percakapan kami nggak nyambung. Uuh... aku harus ngomong apa
sekarang?
"Atau
jangan-jangan, baka onii-chan tidak suka mandi dengan Hazuki?"
Hazuki-chan menatapku
dengan tatapan memelas. Tidak tidak tidak tidak. Akan bahaya kalau aku memiliki
hasrat seperti itu!
"Itu tidak
benar! Tidak ada orang yang bisa menjaga emosi dan tetap tenang sepertiku!"
"Hebat. Kalau
begitu kita bisa mandi bersama!"
"Tentu
saja!"
……………………… Eh?
"..."
“??? Baka onii-chan,
ada apa?"
Me, meskipun tidak
mustahil, tapi apa aku...
“Aku kalah debat
dengan anak SD? Bagaimana ini bisa terjadi..."
"Hazuki tidak mengerti,
tapi Hazuki senang baka onii-chan mau mandi bareng Hazuki!"
"MY GOOOOOD!!!"
Apa aku baru saja
kalah debat melawan anak SD? Padahal aku anak SMA!
"Hazuki-chan,
itu tidak boleh. Akihisa-kun itu laki-laki, kenapa kamu mau mandi dengannya?
Itu tidak baik."
Tepat ketika aku sedang
memegangi kepalaku akibat hasil yang tidak bisa diterima ini, Himeji-san datang
dengan handuk lain.
"Uu... tidak boleh?"
"Benar.
Hazuki-chan itu seorang gadis, jadi kamu harus lebih waspada terhadap
laki-laki."
"Baiklah. Hazuki
ingin mandi dengan onee-chan cantik kalau begitu!”
"Eh? Mandi
denganku?"
"Iya!"
Hazuki-chan tersenyum
senang. Perempuan boleh mandi bersama, dan itu sangat membantuku. Siiiiip, siiiip—
“Akihisa-kun. Nanti aku
ingin bicara denganmu soal mandi bersama."
Di saat menyerahkan
handuk padaku, mata Himeji-san memancarkan aura misterius.
“Kalau begitu,
Hazuki-chan, ayo mandi!"
"Baik!"
Himeji-san menggandeng
Hazuki ke kamar mandi. Tiba-tiba tubuhku gemetar kedinginan dan buru-buru
menggunakan handuk untuk menyeka rambutku yang basah sebelum masuk ke rumah.
Sementara mereka mandi, aku harus mengeringkan badanku dan ganti baju... ah,
sebelum itu, aku harus menelpon Minami terlebih dahulu. Pasti dia
mengkhawatirkan Hazuki-chan.
Setelah mengeluarkan
ponsel, kuseka layar yang basah dengan handuk dan mencari nomor kontaknya.
Namun, telepon berdering beberapa kali lalu beralih ke kotak surat, jadi aku
hanya bisa meninggalkan pesan di kotak suratnya ‘Aku menemukan Hazuki-chan di
taman, jadi aku akan mengantarnya pulang nanti. Jangan khawatir '. Sepertinya
itu cukup.
“Waa~ onee-chan
cantik sangat luar biasa! Jauh berbeda
dari onee-chan-ku!"
"Hazuki-chan,
kamu akan masuk angin kalau kamu tidak berendam."
"Hazuki akan
masuk kalau Hazuki boleh menyentuh payudara one-chan!"
"Tidak~! Aku
akan membiarkan kamu menyentuhnya nanti. Berendam dulu— ”
"Uwaaaaa... luar
biasa... payudara onee-chan sangat kenyal..."
"Aaah, dasar... kamu
ini. Sudah puas, kan? Buruan berendam."
"Baik!"
"..."
Oke, sekarang aku
harus...
"Himeji-san."
"Ah iya. Ada
apa, Akihisa-kun?”
"Aku ingin lari
beberapa putaran di luar."
"Eh? Bukannya
sekarang masih hujan?"
“Dan juga, aku tadi beli
lauk sebelum pulang. Kamu bisa makan duluan bareng Hazuki-chan. Tidak perlu
menungguku."
"Ah? Akihisa-kun!
Kenapa kamu tiba-tiba..."
"Kalau begitu
aku ke luar dulu..."
Terdengar suara
terkejut Himeji-san dari belakang, tapi aku sudah berlari keluar rumah. Tidak!
Ini bukan nafsu jorok, tetapi aku dipenuhi dengan gairah besar anak muda dan nafsu
melecehkan ibu rumah tangga... itu saja!
Aku bergumam pada
diriku sendiri di tengah hujan dan berlari selama beberapa menit, lalu menjawab
panggilan Minami di jalan. Saat aku tiba di rumah, otak dan tubuh aku terasa
dingin.
☆
"Fuu... hangatnya..."
Rasanya sangat enak mandi
air panas setelah basah kuyup karena hujan, dan tanpa terasa aku berendam di bak
mandi terlalu lama. Itu adalah rejeki yang besar karena bisa mandi air hangat
di cuaca dingin.
"Onii-chan, Onii-chan
terlihat hangat sekarang setelah mandi!"
Ketika aku kembali ke
ruang keluarga, Hazuki-chan, yang mengenakan piyama, berlari ke arahku.
“Apa kamu kedinginan,
Hazuki-chan? Mau pakai jaket?”
"Tidak apa-apa!"
Hazuki-chan tersenyum
ceria ke arahku. Melihatnya tersenyum seperti ini, aku jadi tidak khawatir dia akan
terkena flu.
"Loh, di mana
Himeji-san?"
"Onee-chan
cantik sepertinya sedang mengeringkan pakaian Hazuki."
Dengung pengering terdengar
dari kamar. Himeji-san perlu menggunakan setrika dan pengering rambut untuk
mengeringkan pakaian Hazuki-chan.
"Hazuki bilang
Hazuki yang akan melakukannya, tapi onee-chan cantik bilang kalau itu berbahaya
dan melarang Hazuki..."
"Itu benar.
Pengering rambut tidak masalah, tapi setrika sangat berbahaya buat Hazuki."
Mungkin Hazuki-chan
bisa mengeringkan pakaiannya sendiri, tapi lebih baik menyerahkan ini pada
Himeji-san. Setelah tinggal bersama Himeji-san selama beberapa hari terakhir
ini, aku mengerti bahwa Himeji-san pandai di pekerjaan rumah tangga kecuali
memasak.
"Hazuki-chan, mau
nonton tv?"
"Mau!"
Kuambil remot kotrol
dan duduk di sofa di ruang keluarga. Lalu Hazuki-chan duduk di sampingku. Unn, tingkah
makhluk kecil ini sangat menggemaskan.
"Kamu mau nonton
apa, Hazuki-chan?"
"Erm... Hazuki
ingin menonton drama!"
"Drama? Yang
mana?"
Aku tidak sering
menonton drama, jadi aku agak terkejut mendengarnya mengatakan itu. Apa anak
jaman sekarang suka menonton drama?
"Hazuki tidak tahu
mau nonton apa... tapi Hazuki ingin drama!"
Hazuki-chan gonta
ganti saluran sebelum menjawab. Oh, aku mengerti... jadi dia berusaha terlihat
seperti orang dewasa? Hazuki-chan kemungkinan besar menonton pertunjukan lain.
"Tapi ada juga
beberapa acara menarik di saluran lain."
"Hazuki tidak
ingin menonton acara anak-anak. Hazuki ingin menonton acara romansa!"
Hazuki-chan bersikeras
menyuarakan pendapatnya. Hm... sepertinya caraku memberi saran salah. Mungkin
aku harus memilih acara yang mungkin diminati Hazuki-chan. Lagipula, aku merasa
sebaiknya seperti itu.
"Kalau begitu, ayo
kita cari drama menarik yang ada..."
Aku mencari di
program menu, tapi waktunya tidak tepat, sehingga tidak ada acara drama
sekarang.
"Tidak ada
drama."
"Ahh..."
"Oh iya."
Aku ingat aku tidak
sengaja merekam beberapa drama konyol karena gagal merekam acara yang ingin
kutonton. Sepertinya belum kuhapus... oh, ketemu.
“Mau tonton ini, Hazuki-chan?
Ini seperti drama.”
"Hazuki mau nonton
ini!"
Setelah menjengar
jawabannya, aku menekan tombol putar di remot. Segera, melodi pembukaan
terdengar dari layar, dan kemudian drama itu ditayangkan. Drama ini berjudul ‘Menunggu
Kamu Di Bawah Pohon Legendaris’...hmm, ayo kita tonton.
"Shinji, aku
minta maaf karena memukulmu. Aku berpikir kamu tidak akan menerima cintaku, aku
tidak bisa menahan emosiku..."
"Ini bukan
sesuatu yang bisa diselesaikan dengan meminta maaf."
“Sebagai permintaan
maaf, aku menyiapkan bekal untukmu. Apakah Kamu mau memakannya?"
"Ini bekal yang
mencurigakan. Apakah kamu meracuni bekal ini?"
"Ba, bagaimana
aku bisa melakukan hal seperti itu?"
"Sudah kuduga. Akan
kuperiksa dulu. (Jilat) Ini... obat bius!"
"Sial! Ternyata
kamu bisa tahu... benar! Itu adalah anestesi kuat yang akan membuatmu mati rasa
hanya dengan menjilatnya. Seperti yang diharapkan dari George, ternyata kamu
bisa mengetahuinya!”
"Fufu, aku sudah
menebak jalan pikiranmu (pingsan)."
Hah... drama ini sangat
membosankan... kami mulai dari tengah, jadi aku tidak tahu drama apa ini, dan
sampai sekarang, isinya cuma laki-laki...
"...(Angguk,
angguk)."
Di sampingku,
Hazuki-chan mengangguk-anggukkan kepala karena mengantuk dan bersandar ke
pundakku.
"Aku juga
kelelahan gara-gara lari tadi. Dan baru saja mandi air hangat. Rasanya ingin
tidur..."
Kesadaranku terasa
seperti melayang dan kelopak mataku terasa berat...
☆
"Hm? ...Ah."
Ah, gawat. Aku
ketiduran!
Nyawaku belum terkumpul
semua, tapi aku masih mencoba untuk bangun, dan melihat—
“Eh... ah, waaaa!
Akihisa-kun!”
Himeji-san ada di
depanku, terlihat terkejut.
"Eh...
Himeji-san, ada apa?"
"Eh, em, yah...
Aku baru selesai dan melihat kalian berdua sedang tidur, jadi aku ingin
bergabung..."
"Tapi kamu tidak
tidur..."
“Bu, bukan begitu! Aku
baru saja datang! Aku tidak menatap wajah Akihisa-kun!”
Himeji-san mencoba
menyangkal dengan kedua tangannya. Benarkah? Kalau begitu aku yang salah kira.
"Hm... baka
onii-chan?"
"Ah,
Hazuki-chan, kamu sudah bangun?"
"Iya..."
Menggosok matanya
dengan mengantuk, Hazuki-chan duduk tegak di sofa. Aku melihat jam dan
menemukan jarum menit antara '9' dan '10'.
“Ah, kita tidur
kelamaan. Hazuki-chan, sudah waktunya pulang.”
"Ya..."
Aku menyerahkan
Hazuki-chan yang masih mengantuk ke Himeji-san dan memintanya mengganti pakaian
Hazuki-chan. Aku bangkit untuk ganti baju untuk mengantar Hazuki-chan pulang.
"Maaf lama."
Setelah menunggu di
koridor selama beberapa menit, Hazuki-chan yang masih mengantuk berjalan ke
arahku sambil mengenakan pakaiannya yang sudah kering.
"Aku akan mengantarnya
pulang, Himeji-san."
"Aku ikut..."
"Tidak tidak tidak.
Kalau kamu ikut, Minami akan tahu kalau kita berdua tinggal serumah.”
"Ahh... iya. Aku
akan jaga rumah dan menunggu Akira-san kalau begitu.”
"Oke, tolong ya."
Aku mengambil dua
payung dan membuka pintu.
"Selamat malam,
Hazuki-chan."
"Selamat malam,
onee-chan cantik."
Hazuki-chan
melambaikan tangannya dan mengucapkan selamat tinggal pada Himeji-san sebelum
mengikutiku ke luar rumah.
Hujan deras sudah
berhenti meninggalkan rintik-rintik hujan. Di bawah hujan gerimis, kugandeng
tangan Hazuki-chan sambil berjalan perlahan di jalan malam.
"Hazuki-chan,
kamu masih mengantuk?"
"Sedikit..."
Hazuki-chan berjalan
sambil berusaha memegangi payung dan melawan kantuk.
"Kalau begitu,
aku akan memberimu layanan khusus."
Aku berlutut di depan
Hazuki-chan, yang mengantuk, dengan punggungku menghadap ke arahnya. Dia langsung
mengerti maksudku.
"Terima kasih,
onii-chan..."
Kata Hazuki-chan sambil
naik ke punggungku.
"Hup!"
Aku menyandarkan
payung di tangan di pundakku dan menggendong Hazuki-chan. Tubuhnya terasa
hangat dan nyaman.
Kemudian kami lanjutkan
perjalanan di bawah gerimis.
“Aki! Hazuki!"
Sesampainya di
persimpangan dekat rumah Minami, seseorang memanggil nama kami.
"Ah, Minami,
maaf lama."
“Tidak, aku yang
seharusnya minta maaf karena tidak membawanya kembali."
Bahaya bagi seorang
gadis berjalan sendirian di malam hari. Meskipun Minami ingin datang ke rumahku
untuk menjemput Hazuki-chan, aku yang melarangnya, jadi dia tidak perlu meminta
maaf padaku. Minami juga sopan.
"Sini, biar aku
yang gendong."
"Tidak perlu,
biar aku yang gendong sampai rumahmu."
“Tidak apa-apa di
sini. Rumahku dekat.”
"Baiklah."
Kuserahkan Hazuki-chan
ke Minami. Hazuki-chan terbangun sebentar, setelah melihat Minami yang menggendongnya
dia kembali ke alam mimpi.
"Hazuki, ucapkan
terima kasih kepada Aki."
Minami mengguncang
Hazuki-chan dengan lembut, memintanya untuk berterima kasih padaku.
“Tidak perlu. Dia
masih tidur. Kamu tidak perlu khawatir tentang itu."
"Itu tidak boleh.
Oi, Hazuki, berterima kasih ke Aki. "
"Um...
onii-chan, terima kasih banyak..."
Meskipun dia setengah
sadar, Hazuki-chan mengucapkan terima kasih dengan sopan.
"Tidak, tidak,
tidak apa-apa."
Aku menjawab kembali,
Lalu-
"Hazuki titip
salam buat onee-chan cantik juga..."
"Eh? Onee-chan
cantik? Maksudmu Akira-san?"
Minami bertanya ke Hazuki
yang setengah sadar. Argh, anggap saja dia sedang mengigau!
"O, oke, aku
mengerti! Akan kusampaikan salam Hazuki-chan ke nee-san!”
Buru-buru aku
menekankan kalau one-chan cantik yang Hazuki-chan maksud adalah nee-san dan langsung
mengakhiri topik ini.
Tapi-
"Aneh. Seingatku
onee-chan cantik dipakai buat Mizuki...”
Minami masih curiga. Mau
bagaimana lagi, wajar kalau dia berpikir seperti itu!
"Kalau begitu
aku pulang, Minami! Sampai jumpa di sekolah besok!"
"Ah! Tunggu
sebentar, Aki!”
Waktunya mundur! Aku
melarikan diri secepat mungkin sebelum Minami semakin curiga.
Comments
Post a Comment