108 Maidens chap 14 B. Indonesia
Chapter 14 NONE OF YOU HAVE THE QUALIFICATION
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Tempat peninggalan Telaga Gunung memiliki desain yang cukup menarik. Dindingnya terhias dengan lukisan bercat dan ukiran, samar-samar mengisyaratkan masa lalu yang megah.
Pada ujung lorong panjang, terdapat ruangan persegi. Kamar itu bersih dari barang-barang yang berharga. Satu-satunya hal yang tersisa adalah ilustrasi dari pegunungan dan danau pada dinding-dindingnya. Namun, masih ada sebuah blok panjang batu berbaring dalam ruangan. Batu itu adalah sejenis yang umum ditemukan di air terjun. Kata-kata terukir disana.
{Pahamilah pegunungan sebagai pegunungan, danau sebagai danau. Lihatlah pegunungan bukan sebagai pegunungan, danau bukan sebagai danau. Kenali bahwa pegunungan masihlah pegunungan, dan danau masihlah danau}
"Hal ini tampaknya sudah dalam keadaan sangat bobrok"
Shu Jing berbicara. Setelah berlama-lama di ruangan untuk beberapa waktu, ia mulai menatap lukisan dinding yang hendak runtuh pada saat itu.
"Teman, aku mendengar bahwa sebelumnya ada banyak kultivator yang gagal untuk memecahkan teka-teki di sini. Mereka hanya merubah tempat ini menjadi kacau balau, tapi bahkan gagal menemukan Teknik Jiwa yang biksu ahli tinggalkan"
Xun Tian tersenyum dan menjelaskan.
"Jika mereka merusak sejauh ini dan masih tidak menemukan apa-apa, Teknik Jiwa harusnya telah ditemukan oleh orang yang jauh lebih dulu disini. Orang itu harusnya telah berpura-pura tidak ada yang terjadi, membuat orang lain membuang-buang waktu mereka"
Shu Jing dengan santai berkata. Biksu ini mengangguk.
"Itu pasti kemungkinannya!"
"Tapi tidak ada perangkap tersembunyi atau suatu formasi aneh di sini?"
Shu Jing jelas ingat bahwa di tempat Pisau Relik ada yang disembunyikan karena Naga Banjir Penelan Roh dalam Permata Astral. Dengan perangkap seperti itu, siapapun yang masuk akan mengalami kesulitan.
Tapi sekilas, tempat peninggalan Telaga Gunung hanya menjadi reruntuhan terlupakan, benar-benar rusak dan bobrok. Sisa-sisanya menyebabkan Shu Jing untuk mengingat sebuah pepatah: Segala kecantikan bisa layu, segala keinginan bisa memudar.
"Mungkin dulu ada satu perangkap atau semacamnya, tapi mungkin sudah hancur"
Jawab Xun Tian.
"Oh, aku bertanya-tanya apakah biksu taois bisa mengungkap makna dibalik kata-kata itu?"
Si tentara bertanya.
"Memalukan, kemajuanku dalam kultivasi terlalu sedikit. Juga, aku masih belum tercerahkan tentang hal ini"
"Biksu taois!"
Salah satu kultivator laki-laki berteriak memperingatkan ketika ia melihat Xun Tian dan Shu Jing berdiri di sekitar dan berbasa-basi.
Biksu ini meminta maaf dan kemudian berbalik, berjalan pergi. Sekelompok orang kemudian menekan suara mereka untuk berbisik, sehingga Shu Jing gagal mendengar apa yang mereka bicarakan.
Mata si tentara kembali ke paragraf pegunungan dan danau di dinding ruangan.
"Tuan muda, kau tahu arti dari tulisan itu?"
Song Lu melihat ekspresi merenung yang muncul pada wajah Shu Jing dan bertanya ingin tahu.
"Tempat ini memang memiliki hubungan yang kuat dengan teka-teki kalimat gunung dan danau. Tapi sayangnya, banyak hal telah hancur sampai hampir tak bisa dikenali. Setelah bertahun-tahun, bahkan jika awalnya ada beberapa petunjuk, itu mungkin sudah menghilang. Ingin mencari tahu sesuatu akan sangat sulit"
Jawab Shu Jing dengan cara putus asa.
Song Lu tampak agak kecewa. Melihat ekspresi itu, pria ini tertawa diam-diam dalam hatinya.
Dia bertanya dengan santai.
"Song Lu, kau tahu jumlah tulisan yang terhubung ke tempat ini?"
"Aku mendengar ada 17"
"Sebanyak itu?"
Yingmei bertanya heran.
"Sangat banyak. Setahuku, beberapa orang bahkan menemukan hingga tiga puluh jenis kata-kata gunung dan danau yang terhubung ke tempat ini"
Song Lu menggeleng. Shu Jing mengangguk sambil mengembalikan perhatiannya ke lukisan dinding.
Setiap orang yang masuk memandangi kalimat atau lukisan danau dan gunung untuk menemukan petunjuk. Namun, Shu Jing hanya sebentar tertarik. Dia memeriksa dengan cepat sebelum berpindah ke daerah lain, sikapnya cukup riang. Sepintas, orang dapat mengatakan bahwa ia tidak benar-benar peduli.
"Biksu taois?"
Mata kultivator perempuan itu tampak sedingin es. Xun Tian mengangkat lengannya, memberi sinyal untuk mereka agar lebih bersabar.
Dia mulai berfokus mencari petunjuk. Ketika orang lain melihat kultivator paling kuat di sana, biksu ini, saat dia tidak mengatakan apa-apa, wajah mereka hanya bisa menggelap dan diam.
Beberapa saat kemudian, Shu Jing mendecakkan bibir dan menguap berlebihan.
"Yingmei, ayo kita pergi. Tak ada yang bisa dilihat disini"
Shu Jing berbalik dan pergi. Xun Tian menyapa mereka.
"Teman, apa kau sudah selesai memeriksa tempat ini? Jadi, apa ada sesuatu yang menarik?"
"Telaga Gunung telah berdiri selama ratusan tahun, tapi sampai sekarang orang-orang yang datang tidak menemukan apapun. Lalu, apa yang bisa kemampuan deduktif-ku lakukan?"
Shu Jing tertawa dan berkata. Penampilan luar nya sudah seperti orang yang telah benar-benar kehilangan minat pada situs bersejarah ini.
"Sayangnya, aku juga tidak memiliki metode apapun untuk memecahkan misterinya"
Biksu taois berbicara menyesal.
"Kalau begitu, ayo kita tinggalkan tempat ini"
Shu Jing membawa Lin Yingmei dan Song Lu untuk pergi.
Senyum Xun Tian lalu berubah berbahaya sambil melirik mata dari ketiga orang lainnya. Mereka segera paham apa yang di pikirkan biksu ini, mengungkapkan ekspresi sengit.
"Kita mulai!!"
Semua dari mereka bertindak pada saat yang sama. Empat pisau baja kecil terbang langsung ke arah punggung Shu Jing tanpa keraguan. Suara dari tubrukan logam terdengar. Pisau-pisau kecil itu telah dibelokkan oleh kilatan cahaya biru.
Yingmei yang berjaga sepanjang waktu, berbalik dengan tampilan biasa. Tanpa mengangkat lengannya, dia telah memutuskan semua serangan mereka.
"Teman-teman, apa yang kalian coba lakukan?"
Shu Jing tersenyum dingin.
Melihat Lin Yingmei dengan mudahnya membelokkan serangan, wajah orang-orang itu tertegun untuk sementara. Hanya ketika ingat bahwa mereka semua memiliki keuntungan dari tingkat kuktivator yang lebih tinggi, mereka menjadi tenang.
"Kami hanya ingin tercerahkan oleh Master Bintang. Apakah tidak berbahaya untuk berjalan-jalan dengan Ksatria Bintangmu di tempat terbuka?"
Si biksu membuat pembicaraan kecil.
"Ah, Ksatria Bintang? Apa yang kalian sedang bicarakan?"
Song Lu sedang terkejut. Shu Jing menatapnya sebentar, lalu merubah ekspresinya sambil berbalik ke arah para kultivator.
"Apa maksudmu?"
"Hei biksu, kenapa kau membuang-buang perkataan dengan kultivator tidak berguna ini? Kita bunuh saja dia langsung"
Seorang kultivator botak tampak tidak sabar. Dia menghantamkan palu-nya yang memancar kuat dengan niat membunuh, mengubah udara menjadi kaku.
Kultivator tahap Stardust Tengah juga ingin cepat beraksi. Dia benar-benar berencana untuk membunuh dalam satu gerakan. Meskipun berada di ruangan sempit tanpa jarak untuk mundur, Shu Jing tetap tenang saat senjata terbang menuju dahinya.
Bahkan hampir terlihat seakan tentara ini mengabaikannya.
Suara bentrokan logam tajam terdengar dalam tempat peninggalan sunyi, bunyi yang menusuk ke telinga.
Tombak perak menghentikan palu besar ditengah ayunannya.
Ada kilatan cahaya, dan seseorang muncul di antara palu dan Shu Jing. Rambut panjang yang mengalir, aura cerah dingin mencapai tulang. Disana, tentu saja, Lin Yingmei dengan Tombak Ularnya.
"Aku tahu itu, kau adalah Ksatria bintang!"
Teriak kultivator itu, terlihat gelisah.
"Lihatlah saat aku mengubahmu menjadi daging cincang!!"
Orang besar itu tertawa, semua kekuatannya berkonsentrasi pada palu. Tekanan yang dia berikan seolah-olah itu adalah gunung.
Yingmei mendengus jijik dan memutar tombaknya berlawanan arah jarum jam. Suatu cahaya dingin menebas seolah-olah adalah sang dewa kematian.
Pada saat itu, palu tiba-tiba terbelah dua. Senyum pria besar segera tergantikan oleh tampilan tertegun. Semacam ketakutan sudah menembus jauh ke dalam jiwa.
Dia bergegas untuk memikirkan cara membalas. Tapi rasa menggigil karena dingin telah sampai ke hatinya, menyebabkan ia merasa seperti membeku. Benar-benar menghentikannya dari membuat gerakan apapun.
Hampir tak ada orang di sana yang tahu bagaimana ini terjadi.
Lin Yingmei dengan lembut menarik tombaknya. Diam-diam, ujung tajam Tombak Ular telah memperlihatkan niat menusuk langsung ke jantung si pria besar. Kultivator itu terguncang ketakutan.
"Hati-hati!! Dia Ksatria Bintang yang khusus dalam pertarungan!!"
Biksu taois menjadi waspada. Sekilas dia bisa memberitahu bahwa Yingmei adalah seorang gadis yang luar biasa.
Xun Tian segera berlari, melepaskan aura seorang kultivator tahap akhir dengan kekuatan suatu Teknik untuk membantu pria besar itu. Aura yang dikeluarkan mengelilingi dinding tempat peninggalan sempit.
Dua kultivator lainnya juga melepaskan kekuatan mereka. Sebuah pisau kecil dan pedang yang diikuti angin terbang ke arah Shu Jing.
Mereka juga memahami bahwa cara termudah ketika berurusan dengan Ksatria Bintang adalah dengan menghabisi Master mereka.
Lin Yingmei tersenyum dingin. Dia melompat ringan, Tombak Ular Bintang Utaranya memporak-porandakan senjata mereka dengan mudah.
Melihat masing-masing senjata yang hancur begitu cepat, wajah para kultivator menjadi lebih takut. Mereka sekarang menyadari bahwa Ksatria Bintang di hadapan mereka bukanlah kultivator tahap Stardust Awal biasa.
"Ingin membahayakan Masterku? Tak satu pun dari kalian memiliki kualifikasi!"
Lin Yingmei dengan dingin menegaskan.
Ke Halaman utama 108 Maidens of Destiny
Ke Chapter selanjutnya
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Tempat peninggalan Telaga Gunung memiliki desain yang cukup menarik. Dindingnya terhias dengan lukisan bercat dan ukiran, samar-samar mengisyaratkan masa lalu yang megah.
Pada ujung lorong panjang, terdapat ruangan persegi. Kamar itu bersih dari barang-barang yang berharga. Satu-satunya hal yang tersisa adalah ilustrasi dari pegunungan dan danau pada dinding-dindingnya. Namun, masih ada sebuah blok panjang batu berbaring dalam ruangan. Batu itu adalah sejenis yang umum ditemukan di air terjun. Kata-kata terukir disana.
{Pahamilah pegunungan sebagai pegunungan, danau sebagai danau. Lihatlah pegunungan bukan sebagai pegunungan, danau bukan sebagai danau. Kenali bahwa pegunungan masihlah pegunungan, dan danau masihlah danau}
"Hal ini tampaknya sudah dalam keadaan sangat bobrok"
Shu Jing berbicara. Setelah berlama-lama di ruangan untuk beberapa waktu, ia mulai menatap lukisan dinding yang hendak runtuh pada saat itu.
"Teman, aku mendengar bahwa sebelumnya ada banyak kultivator yang gagal untuk memecahkan teka-teki di sini. Mereka hanya merubah tempat ini menjadi kacau balau, tapi bahkan gagal menemukan Teknik Jiwa yang biksu ahli tinggalkan"
Xun Tian tersenyum dan menjelaskan.
"Jika mereka merusak sejauh ini dan masih tidak menemukan apa-apa, Teknik Jiwa harusnya telah ditemukan oleh orang yang jauh lebih dulu disini. Orang itu harusnya telah berpura-pura tidak ada yang terjadi, membuat orang lain membuang-buang waktu mereka"
Shu Jing dengan santai berkata. Biksu ini mengangguk.
"Itu pasti kemungkinannya!"
"Tapi tidak ada perangkap tersembunyi atau suatu formasi aneh di sini?"
Shu Jing jelas ingat bahwa di tempat Pisau Relik ada yang disembunyikan karena Naga Banjir Penelan Roh dalam Permata Astral. Dengan perangkap seperti itu, siapapun yang masuk akan mengalami kesulitan.
Tapi sekilas, tempat peninggalan Telaga Gunung hanya menjadi reruntuhan terlupakan, benar-benar rusak dan bobrok. Sisa-sisanya menyebabkan Shu Jing untuk mengingat sebuah pepatah: Segala kecantikan bisa layu, segala keinginan bisa memudar.
"Mungkin dulu ada satu perangkap atau semacamnya, tapi mungkin sudah hancur"
Jawab Xun Tian.
"Oh, aku bertanya-tanya apakah biksu taois bisa mengungkap makna dibalik kata-kata itu?"
Si tentara bertanya.
"Memalukan, kemajuanku dalam kultivasi terlalu sedikit. Juga, aku masih belum tercerahkan tentang hal ini"
"Biksu taois!"
Salah satu kultivator laki-laki berteriak memperingatkan ketika ia melihat Xun Tian dan Shu Jing berdiri di sekitar dan berbasa-basi.
Biksu ini meminta maaf dan kemudian berbalik, berjalan pergi. Sekelompok orang kemudian menekan suara mereka untuk berbisik, sehingga Shu Jing gagal mendengar apa yang mereka bicarakan.
Mata si tentara kembali ke paragraf pegunungan dan danau di dinding ruangan.
"Tuan muda, kau tahu arti dari tulisan itu?"
Song Lu melihat ekspresi merenung yang muncul pada wajah Shu Jing dan bertanya ingin tahu.
"Tempat ini memang memiliki hubungan yang kuat dengan teka-teki kalimat gunung dan danau. Tapi sayangnya, banyak hal telah hancur sampai hampir tak bisa dikenali. Setelah bertahun-tahun, bahkan jika awalnya ada beberapa petunjuk, itu mungkin sudah menghilang. Ingin mencari tahu sesuatu akan sangat sulit"
Jawab Shu Jing dengan cara putus asa.
Song Lu tampak agak kecewa. Melihat ekspresi itu, pria ini tertawa diam-diam dalam hatinya.
Dia bertanya dengan santai.
"Song Lu, kau tahu jumlah tulisan yang terhubung ke tempat ini?"
"Aku mendengar ada 17"
"Sebanyak itu?"
Yingmei bertanya heran.
"Sangat banyak. Setahuku, beberapa orang bahkan menemukan hingga tiga puluh jenis kata-kata gunung dan danau yang terhubung ke tempat ini"
Song Lu menggeleng. Shu Jing mengangguk sambil mengembalikan perhatiannya ke lukisan dinding.
Setiap orang yang masuk memandangi kalimat atau lukisan danau dan gunung untuk menemukan petunjuk. Namun, Shu Jing hanya sebentar tertarik. Dia memeriksa dengan cepat sebelum berpindah ke daerah lain, sikapnya cukup riang. Sepintas, orang dapat mengatakan bahwa ia tidak benar-benar peduli.
"Biksu taois?"
Mata kultivator perempuan itu tampak sedingin es. Xun Tian mengangkat lengannya, memberi sinyal untuk mereka agar lebih bersabar.
Dia mulai berfokus mencari petunjuk. Ketika orang lain melihat kultivator paling kuat di sana, biksu ini, saat dia tidak mengatakan apa-apa, wajah mereka hanya bisa menggelap dan diam.
Beberapa saat kemudian, Shu Jing mendecakkan bibir dan menguap berlebihan.
"Yingmei, ayo kita pergi. Tak ada yang bisa dilihat disini"
Shu Jing berbalik dan pergi. Xun Tian menyapa mereka.
"Teman, apa kau sudah selesai memeriksa tempat ini? Jadi, apa ada sesuatu yang menarik?"
"Telaga Gunung telah berdiri selama ratusan tahun, tapi sampai sekarang orang-orang yang datang tidak menemukan apapun. Lalu, apa yang bisa kemampuan deduktif-ku lakukan?"
Shu Jing tertawa dan berkata. Penampilan luar nya sudah seperti orang yang telah benar-benar kehilangan minat pada situs bersejarah ini.
"Sayangnya, aku juga tidak memiliki metode apapun untuk memecahkan misterinya"
Biksu taois berbicara menyesal.
"Kalau begitu, ayo kita tinggalkan tempat ini"
Shu Jing membawa Lin Yingmei dan Song Lu untuk pergi.
Senyum Xun Tian lalu berubah berbahaya sambil melirik mata dari ketiga orang lainnya. Mereka segera paham apa yang di pikirkan biksu ini, mengungkapkan ekspresi sengit.
"Kita mulai!!"
Semua dari mereka bertindak pada saat yang sama. Empat pisau baja kecil terbang langsung ke arah punggung Shu Jing tanpa keraguan. Suara dari tubrukan logam terdengar. Pisau-pisau kecil itu telah dibelokkan oleh kilatan cahaya biru.
Yingmei yang berjaga sepanjang waktu, berbalik dengan tampilan biasa. Tanpa mengangkat lengannya, dia telah memutuskan semua serangan mereka.
"Teman-teman, apa yang kalian coba lakukan?"
Shu Jing tersenyum dingin.
Melihat Lin Yingmei dengan mudahnya membelokkan serangan, wajah orang-orang itu tertegun untuk sementara. Hanya ketika ingat bahwa mereka semua memiliki keuntungan dari tingkat kuktivator yang lebih tinggi, mereka menjadi tenang.
"Kami hanya ingin tercerahkan oleh Master Bintang. Apakah tidak berbahaya untuk berjalan-jalan dengan Ksatria Bintangmu di tempat terbuka?"
Si biksu membuat pembicaraan kecil.
"Ah, Ksatria Bintang? Apa yang kalian sedang bicarakan?"
Song Lu sedang terkejut. Shu Jing menatapnya sebentar, lalu merubah ekspresinya sambil berbalik ke arah para kultivator.
"Apa maksudmu?"
"Hei biksu, kenapa kau membuang-buang perkataan dengan kultivator tidak berguna ini? Kita bunuh saja dia langsung"
Seorang kultivator botak tampak tidak sabar. Dia menghantamkan palu-nya yang memancar kuat dengan niat membunuh, mengubah udara menjadi kaku.
Kultivator tahap Stardust Tengah juga ingin cepat beraksi. Dia benar-benar berencana untuk membunuh dalam satu gerakan. Meskipun berada di ruangan sempit tanpa jarak untuk mundur, Shu Jing tetap tenang saat senjata terbang menuju dahinya.
Bahkan hampir terlihat seakan tentara ini mengabaikannya.
Suara bentrokan logam tajam terdengar dalam tempat peninggalan sunyi, bunyi yang menusuk ke telinga.
Tombak perak menghentikan palu besar ditengah ayunannya.
Ada kilatan cahaya, dan seseorang muncul di antara palu dan Shu Jing. Rambut panjang yang mengalir, aura cerah dingin mencapai tulang. Disana, tentu saja, Lin Yingmei dengan Tombak Ularnya.
"Aku tahu itu, kau adalah Ksatria bintang!"
Teriak kultivator itu, terlihat gelisah.
"Lihatlah saat aku mengubahmu menjadi daging cincang!!"
Orang besar itu tertawa, semua kekuatannya berkonsentrasi pada palu. Tekanan yang dia berikan seolah-olah itu adalah gunung.
Yingmei mendengus jijik dan memutar tombaknya berlawanan arah jarum jam. Suatu cahaya dingin menebas seolah-olah adalah sang dewa kematian.
Pada saat itu, palu tiba-tiba terbelah dua. Senyum pria besar segera tergantikan oleh tampilan tertegun. Semacam ketakutan sudah menembus jauh ke dalam jiwa.
Dia bergegas untuk memikirkan cara membalas. Tapi rasa menggigil karena dingin telah sampai ke hatinya, menyebabkan ia merasa seperti membeku. Benar-benar menghentikannya dari membuat gerakan apapun.
Hampir tak ada orang di sana yang tahu bagaimana ini terjadi.
Lin Yingmei dengan lembut menarik tombaknya. Diam-diam, ujung tajam Tombak Ular telah memperlihatkan niat menusuk langsung ke jantung si pria besar. Kultivator itu terguncang ketakutan.
"Hati-hati!! Dia Ksatria Bintang yang khusus dalam pertarungan!!"
Biksu taois menjadi waspada. Sekilas dia bisa memberitahu bahwa Yingmei adalah seorang gadis yang luar biasa.
Xun Tian segera berlari, melepaskan aura seorang kultivator tahap akhir dengan kekuatan suatu Teknik untuk membantu pria besar itu. Aura yang dikeluarkan mengelilingi dinding tempat peninggalan sempit.
Dua kultivator lainnya juga melepaskan kekuatan mereka. Sebuah pisau kecil dan pedang yang diikuti angin terbang ke arah Shu Jing.
Mereka juga memahami bahwa cara termudah ketika berurusan dengan Ksatria Bintang adalah dengan menghabisi Master mereka.
Lin Yingmei tersenyum dingin. Dia melompat ringan, Tombak Ular Bintang Utaranya memporak-porandakan senjata mereka dengan mudah.
Melihat masing-masing senjata yang hancur begitu cepat, wajah para kultivator menjadi lebih takut. Mereka sekarang menyadari bahwa Ksatria Bintang di hadapan mereka bukanlah kultivator tahap Stardust Awal biasa.
"Ingin membahayakan Masterku? Tak satu pun dari kalian memiliki kualifikasi!"
Lin Yingmei dengan dingin menegaskan.
Ke Halaman utama 108 Maidens of Destiny
Ke Chapter selanjutnya
Min world teachernya dong .. hehe sangkyuu
ReplyDelete