World Teacher chap 22 B. Indonesia

Chapter 22 Hari Cerah Setelah Hujan
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel





Bagian 1


---Sudut pandang Emilia---


Erina-san, ibu kami, sudah meninggal.

Kemarin, kami kembali ke rumah setelah menyelesaikan pemakaman. Hanya saja, suasana didalam sangat sunyi seolah-olah semua api telah padam karena angin yang berhembus kencang.

Sirius-sama berperilaku seperti tidak ada apapun yang terjadi, namun dari pandanganya, dia seakan berada ditempat lain. Ini tidak mengherankan, seseorang yang mengawasinya sejak lahir sudah meninggal. Dia pasti merasa lebih sedih daripada kami semua.

Meski begitu, Sirius-sama berinisiatif merapikan kamar Erina-san dan membimbing kami, yang berkabung, dengan memberi perintah. Dia sungguh kuat.

Dee-san masih sama seperti sebelumnya, walaupun agak bermasalah dengan pengapian ketika memasak. Namun tetap saja dia bergerak menangani pekerjaan, membuatku akhirnya bertanya apakah dia baik-baik saja tanpa ragu. Sambil tersenyum agak pahit, dia berkata 'sudah terbiasa tentang hidup dan mati sebagai seorang petualang'. Aku juga setuju, diriku mampu berpikir tenang mungkin karena pernah menyaksikan ayah dan ibuku meninggal di depan mata.

Ini pasti apa yang disebut 'membiasakan diri', tapi aku tidak ingin terbiasa dengan hal seperti itu.

Reus dan onee-chan sangat mudah dimengerti.

Setelah kembali dari pemakaman mereka menangis dan tertekan sepanjang waktu. Tapi, di pagi harinya, keduanya berlarian mengelilingi kebun. Aku pikir perasaan itu pada akhirnya akan meledak, mereka berlari sambil meneriakkan nama Erina-san dan mengucapan terima kasih padanya.

Untuk mampu menumpahkan perasaan dengan berani, itu sedikit membuat iri.

Sarapan akan segera tiba, semoga saja suasana menjadi lebih ringan.

Sedangkan diriku, berdiri di depan kamar Sirius-sama.

Kalau ini jadwal biasanya, kami akan dipanggil untuk berlarian di kebun pagi-pagi sekali, tapi hari ini aku belum menangkap sosoknya, apalagi bicara. Kupikir dia mungkin masih tidur di kamar.

Dulu, aku sering terbangun di tengah malam setelah memimpikan kedua orang tuaku, dan takut untuk kembali terlelap. Sirius-sama pasti terjaga dan tidur terlambat karena hal yang sama. Aku terselamatkan berkat dirinya, jadi kali ini, akulah yang akan menyelamatkannya.

....Tak ada jawaban, walaupun sudah mengetuk berkali-kali.

Tanpa reaksi apapun, aku memutuskan membuka pintu setelah menyiapkan diri.

"Selamat pagi, Sirius-sa....ma?"

Aneh, dia tidak ada disini. Pakaian yang Sirius-sama gunakan sebagai piyama dibiarkan begitu saja di kasur, tapi tak ada jejak kalau dia keluar lewat pintu. Alasan kenapa aku mengetahui itu adalah karena ras serigala perak memiliki indra penciuman yang tajam.

Tidak mencium apa pun di sekitar pintu, aku lalu menghampiri kasur dan mendekatkan wajahku ke piyama. Sepertinya ini sudah lama dilepas karena suhunya agak dingin.

Kemana bau ini mengarah....

"....Ah?!"

Tidak, tidak*, aku secara tidak sadar memeluk piyama Sirius-sama. Baunya terlalu memikat, ya.
[Lucu ya. Dia bilang "Ikenai ikenai" XD]

Saat mencoba mengikuti baunya, itu mengarah ke jendela. Apa dia keluar lewat sana? Sirius-sama mungkin pergi untuk berlatih di puncak gunung dan akan kembali untuk sarapan pagi, jadi sebaiknya aku membantu Dee-san.

Fakta bahwa aku mencium piyamanya sekali lagi sebelum pergi adalah sebuah rahasia.


☆☆☆☆


Hal yang serius terjadi.

Sudah waktunya sarapan pagi, namun tak peduli berapa lama aku menunggu, Sirius-sama belum kembali juga. Dia biasanya akan pulang dengan melintasi langit.

Saat pergi ke ruang tamu dan mengatakan hal ini, wajah Reus dan onee-chan yang usai berlatih, memucat.

"Itu buruk~!! Dia pasti melampiaskan seluruh perasaannya dari kehilangan Erina-san dan berkeliaran dilangit!!!"

"Aniki sedang menghadapi sesuatu! Sial, aku akan membantunya segera!!"

"Kalian berdua, tenanglah"

Sirius-sama akan baik-baik saja melawan apapun. Hanya saja, firasat menjijikkan terus lahir satu demi satu. Meski ini tidak mungkin, seandainya Sirius-sama juga pergi seperti Erina-san, kami....aku....

"....Apa yang sedang kalian ributkan?"

Menoleh ke arah suara itu berasal, matahari kami, Sirius-sama, ada di sana.

Meskipun diriku tahu....

Meskipun diriku sungguh tahu....

Tanpa bisa melepaskan rasa buruk itu, aku langsung melompat ke dadanya. Reus dan onee-chan juga ikut. Semua orang cemas karena Erina-san telah pergi.

Sirius-sama mungkin mengerti situasinya, dia mulai menggaruk kepala.

"Aku menyesal karena membuat kalian khawatir. Aku pulang terlambat karena mampir sejenak untuk melihat kuburan kaa-san"

"Tidak, tidak, mohon maafkan kami karena menunjukkan sesuatu yang memalukan"

"Tidak masalah jika aniki aman"

"Kalau begitu, ayo semuanya"

Dengan ajakan Dee-san, sarapan kami dimulai.

Hanya saja, sebelum sempat meraih hidangan, Sirius sama menepukkan kedua tangannya untuk mengumpulkan perhatian. Dia kemudian tiba-tiba menunduk.

"Aku pikir kalian sudah tenang, jadi aku akan mulai dengan meminta maaf kepada semua orang"

Apa yang dia maksud adalah karena terlambat untuk sarapan? Tidak perlu meminta maaf kepada para petugas untuk sesuatu seperti itu....mulutku ingin memberitahukannya, tapi ini mungkin berbeda.

"Sebenarnya obat yang diminum kaa-san adalah sesuatu yang disiapkan olehku. Aku membuat itu setelah menjelaskan efek-efeknya, tapi aku merasa harus menjelaskan ini kepada semua orang. Maaf"

Dia pun menunduk untuk kedua kali. Tentu saja, Sirius-sama tidak perlu meminta maaf karena itu adalah suatu hal yang Erina-san putuskan sendiri. Walaupun agak disesalkan ketika dia tidak membahasnya juga dengan kami.

"Tolong angkat kepalamu, Sirius-sama! Kemungkinan besar yang terjadi masih akan sama, bahkan jika kami tahu"

"Ya, aniki. Sebaliknya, kamilah yang harus meminta maaf karena tidak dapat melakukan apapun"

"Kita tinggalkan saja sebagai kesalahan dari kedua belah pihak"

"Ya, Dee-san benar~! Kedua belah pihak harus disalahkan, kedua belah pihak!"

"....Agak melegakan ketika kalian mengatakan begitu"

Entah bagaimana berhasil membuatnya mengangkat kepala, kamipun menarik napas lega. Sepertinya Sirius-sama masih memiliki sesuatu yang ingin diutarakan. Kamipun bersiap untuk mendengarkannya.

"Aku akan mengucapkan ini dengan tegas. Pastinya aku merasa sedih karena kaa-san, Erina sudah pergi. Namun dia meninggal setelah berkata bahwa dirinya sangat puas dan bahagia. Kalian ingat wajahnya saat itu?"

Semua orang mengangguk. Aku juga ingat wajah Erina-san, dan itu masih terpatri dengan jelas. Senyuman cerah yang takkan membuatmu mengira dia akan pergi ke tempat yang sangat jauh.

"Aku tidak bersedih kepada seseorang yang meninggal dengan sangat puas. Sebaliknya, dia sangat bahagia hingga membuatmu merasa iri, ya kan?"

Erina-san yang sudah tiada lagi memang menyedihkan, tapi ketika wajahnya melintas di pikiran membuatku merasa sedikit ringan. Un....Ini adalah pemikiran yang tidak-tidak, tapi aku juga ingin mati sambil tersenyum seperti dia.

"Selain itu, ada segunung hal yang aku dapatkan darinya. Hari-hari dihabiskan dengan penuh kasih sayang dan kegembiraan, semuanya hidup dalam diriku. Kalian juga memperoleh sesuatu dari Erina, kan?"

"Iya, Erina-san memberiku banyak hal. Dan itu sekarang tinggal di hatiku"

"Begitupun diriku"

"Aku! Kepalaku sering ditepuk oleh Erina-san!!"

"Aku juga diberi banyak hal oleh Erina-san~"

Dia mengajari berbagai pengetahuan. Tidak hanya teknik seorang petugas, terkadang juga memberi nasehat saat diriku tidak tahu harus berbuat apa dan merupakan panutanku. Tanpa adanya Erina-san, aku pasti sudah akan menangis, bahkan tidak tahu bagaimana harus berbicara dengan Sirius-sama.

Semua yang aku terima darinya, tertanam di kedalam diri ini.

"Jadi....aku takkan berkabung lagi. Langkahku akan terus berpijak kedepan, hidup dengan cara yang tidak membuat kaa-san merasa malu"

Ketika dia mengatakan itu, Sirius-sama tersenyum tanpa menunjukkan sedikitpun rasa suram. Ini bukan hal yang tidak berperasaan, melainkan dia memanglah orang yang kuat.

Terus maju membawa suka dukanya.

Sungguh orang yang hebat dan tak dapat diduga. Kami juga harus melakukan yang terbaik.

"Masih lama sebelum kita beranjak pergi dari sini, ada banyak hal yang harus dilakukan. Semua orang, aku ingin kalian mengikutiku"

""""Ya!!!""""

Tidak peduli apa yang terjadi, aku akan mengikutimu.


☆☆☆☆


Setelah itu, seusai sarapan dan menyiapkan teh, Sirius-sama tiba-tiba memanggil Dee-san.

"Dee. Bukankah kau memiliki sesuatu yang perlu dilakukan?"

"....Baiklah"

Dee-san berdiri dengan ekspresi kaku dan berjalan menuju onee-chan. Sambil kaget dengan aksi mendadak itu, onee-chan juga berdiri.

"....Noel"

"Ada apa?"

"Me....Menikahlah denganku!"

"Heh?"

....HHAAAAA?!?!

Aku mengeras, meski bukan orang yang terlibat.

Onee-chan masih membeku. Dee-san mendadak meraih tangannya dan meletakkan cincin disana. Sangat indah, itu permata yang bersinar biru.

"A....uh....itu....aku....?"

"Ya kau"

"Tapi....aku dari ras binatang, kau tahu....?"

"Aku tidak peduli. Aku....jatuh cinta padamu. Aku tidak akan berkata ini demi Erina-san, namun aku pasti akan melindungimu. Jadi, tolong....beritahukan jawabanmu"

"....Aku....Iya. Aku....mau menjadi istri Dee-san...."

Onee-chan tersenyum dan menempel padanya sambil meneteskan air mata. Dee-san dengan canggung memeluknya juga.

Uwaa....Uwaa....Romantisnya....

Aku juga ingin dilamar seperti itu suatu hari nanti. Tentu saja, pasanganku adalah....

"Apa?"

Tunggu, tunggu, aku seorang petugas. Ini sudah cukup dengan bisa berada di sisinya. Jika dia memelukku suatu hari nanti, aku akan puas.

"Noel, Dee. Selamat"

"Kau berhasil, Dee-nii!"

"Selamat!"

"Terima kasih...."

"Sirius-sama, semuanya....terima kasih~"

Erina-san meninggal, tapi kami senang.

Jika memiliki Sirius-sama dan semua orang, kami bisa terus tersenyum.

Erina-san....semua orang baik-baik saja sekarang.

Jadi....tolong terus awasi kami.


☆☆☆☆

Bagian 2


---Sudut pandang Sirius---


Astaga, aku tidak tahu berapa tahun yang dibutuhkan untuk sampai ke titik ini, tapi akhirnya Dee mengutarakan itu sendiri.

Noel takut untuk mengakuinya, karena dia merasa tertekan telah terlahir sebagai seorang dari ras binatang dan mantan budak, jadi itu semua adalah rintangan awal yang harus Dee hadapi. Kata-kata terakhir kaa-san mungkin telah memberikan dorongan bagi Dee untuk membuat keputusan. Mulai saat ini dia akan melindungi Noel. Membuatku merasa lega, bahkan jika kami meninggalkan rumah dan berpisah.

Ah, tidak, daripada memperhatikan keduanya berpelukan, aku harus membaca suasanannya. Dengan menepuk bahu Emilia, yang melihat dengan ekspresi merona dan Reus, yang tampak senang, aku membimbing mereka keluar menggunakan isyarat tangan. Kami pun diam-diam menyelinap keluar dari ruang tamu.

"Aku senang. Benar-benar senang, onee-chan"

"Ini pertama kalinya aku melihat wajah sebahagia itu dari Noel-nee"

"Apa kalian ingin membuat keduanya lebih bahagia? Sebenarnya, aku memiliki suatu rencana...."

Untuk anak-anak yang duduk di kebun dan berbagi kesan mereka tentang hal barusan, aku melontarkan suatu saran. Mendengar itu, mereka melonjak dipenuhi motivasi.

"Aku mau. Ayo kita lakukan itu, Sirius-sama!"

"Aku juga akan bekerja keras! Beritahu aku apa yang harus dilakukan, Aniki!!"

"Reus, kau akan mencari bahan-bahannya. Pergilah mengumpulkan buah-buahan termasuk Apu, dan unggas berukuran sedang. Kembalilah sebelum siang hari"

"Mengerti!!"

Anak itu masuk ke kamarnya melalui jendela, dan setelah bersiap, dia melesat menerobos hutan. Baginya, rimbunan pohon disekitar sini seperti halaman belakang. Jadi bahkan jika sendirian, dia mungkin akan kembali dengan hasil yang diharapkan.

"Emilia, aku ingin kau menyiapkan suatu pakaian. Aku akan menjelaskannya sambil kita kembali"

"Baiklah"

Aku pergi dengan Emilia ke kamarku, lalu mengambil pena dan kertas untuk menggambar sketsa kasar dari pakaian yang dimaksud.

"Renda-renda ini harusnya sudah membuatnya terkesan cukup manis. Kalau waktunya terlalu sedikit, aku ingin kau setidaknya menjahit dengan kain yang digunakan Erina"

Yang aku minta adalah gaun pengantin. Dekorasi seperti manik-manik atau pakaian berlapis banyak tidaklah mungkin tercipta hanya dalam setengah hari. Namun lain lagi jika menambahkan kain atau renda pada pakaian yang sudah ada. Seharusnya akan terlihat bagus.

Dia mulai mengerti seusai aku menjelaskan sampai sejauh itu.

Yang ingin aku lakukan adalah mengadakan upacara pernikahan untuk Noel dan Dee.

Memang tak ada tamu yang akan hadir selain kami, tapi aku ingin meninggalkan pengalaman seperti ini sekali seumur hidup dalam ingatan mereka. Terutama apa yang dikenakan, gaun pengantin sangatlah penting.

"Serahkan itu padaku, aku akan menyelesaikannya secara sempurna dan tepat waktu"

Jawabannya sangat bisa diandalkan.

Aku akan bertugas memasak. Aku agak menyesal karena beban terbesar diserahkan padanya.

"Haa....onee-chan akan memakai ini, ya. Betapa beruntungnya...."

Um....Ini bukan saatnya melihat ilustrasi yang aku gambar sambil termenung, kan? Aku bukannya tidak merasakan kekagumanmu tapi....entah kenapa kekhawatiranku muncul.


☆☆☆☆



Emilia kembali ke kamarnya dan mulai membuat pakaian, sedangkan diriku beralih ke dapur dan memasak.

Masalahnya ada pada gaun itu. Sambil membuat persiapan, aku memikirkan cara untuk mengatasi persoalan ini. Kami tidak bisa begitu saja menyuruh mereka untuk membantu....tidak, tunggu dulu. Jika dipikirkan lagi, di duniaku dulu ada orang yang membuat gaun pengantin mereka sendiri, jadi bukankah bagus jika mereka dapat membantu?.

Awalnya aku berpikir untuk membuat ini sebagai kejutan, tapi akan sangat menyedihkan jika apa yang mereka kenakan memiliki ukuran yang salah atau berujung pada hasil aneh lainnya. Haruskah aku berbicara pada mereka terlebih dahulu?.

Akan merepotkan untuk masuk tiba-tiba dan menemukan suatu adegan yang memalukan, jadi aku mencoba merunduk agar tidak ketahuan sambil mengintip ke ruang tamu.

Keduanya sedang duduk di sofa sambil meringkukkan bahu mereka dalam suasana mendamaikan hati. Dilihat dari kejauhan, terbungkus dalam udara penuh kemesraan, mereka pasti sudah berciuman. Ketika aku dengan ringan mengetuk pintu, keduanya secara sontak memisahkan diri dari satu sama lain.

"Aku merasa tidak enak dengan hal ini, hanya saja, bolehkah aku mengganggu kalian sebentar?"

"Y-Y-Y-Y-Ya~~!! Uhh, jangankan sebentar, kau bisa mengatakannya kapanpun kau mau...."

"Ja-Jadi....apa itu?"

Oh, oh, sangat merona, betapa polosnya. Aku bisa menggoda mereka sedikit lebih lama, namun waktunya sudah mepet. Akupun membuat penjelesan singkat tentang upacara pernikahan itu.

"Demi kami?....Terima kasih banyak~!!"

"Benarkah....apa ini tidak apa-apa?"

"Kami lah orang yang ingin melakukan sesuatu. Hanya saja, aku merasa buruk karena membuat kalian harus membantu dalam persiapannya, meskipun ini adalah pernikahan kalian sendiri. Jika Noel bebas, aku ingin kau menolong Emilia"

"Baiklah~!! Pernikahan~, gaun pengantin~....ufufu~"

Dia mungkin sedang membayangkannya ketika menuju ke tempat Emilia sambil melompat-lompat. Bersemangat dalam keadaan seperti ini membuatku lebih khawatir.

"Nah, selanjutnya Dee, tapi...."

"Aku akan menulisnya"

Dengan buku catatan dan pena di tangan, dia berdiri dengan wajah penuh harap. Mungkin mengerti bahwa aku akan membuat sebuah hidangan baru. Benar juga, dia sangat serakah pada persoalan makanan.

"Tidak apa-apa, kau tidak diizinkan untuk membantu dalam hal itu. Karena ini pernikahanmu"

"....Sangat disayangkan, tapi aku mengerti. Aku akan menerimanya untuk hari ini"

Terlepas dari masalah gaun, aku belum mau menyerah dalam hal membuat hidangan. Ini hanya lima orang, bukan masalah besar jika makanan yang paling sulit bisa diselesaikan terlebih dahulu.

Akupun menuju dapur bersama Dee.


☆☆☆☆


"Pertama adalah kue"

Kue tidak bisa dipisahkan dalam acara pernikahan. Aku akan menyiapkan beberapa hidangan lain, hanya saja hidangan unggas masih perlu kepulangan Reus dulu. Ayo mulai dengan membuat kue pertamaku di dunia ini.

"Kue?! Hal semacam itu....Sirius-sama sungguh akan membuat sesuatu yang hanya disiapkan untuk bangsawan kelas atas?"

"Aa, ya Jadi kue itu sangat mewah, ya"

Ini adalah makanan lumrah di duniaku dulu, tapi sangat berharga disini. Menurut informasi yang aku kumpulkan dari buku-buku, kue di dunia ini tampaknya sederhana tanpa rasa yang menonjol.

Mencampurkan gula ke dalam adonan roti, memotong roti yang telah dipanggang menjadi bentuk kue melingkar, dan diberi beberapa buah di atasnya. Terdengar seperti lelucon, tapi hanya itu. Tampak sederhana jika dilihat sekilas, namun dari sudut pandang orang jelata, hal ini terlalu menghabiskan banyak gula yang bernilai tinggi. Mereka lebih memilih memproduksi roti secara massal daripada membuat kue.

Para bangsawan memiliki tradisi menumpuk potongan kue, ketinggiannya dijadikan semacam simbol yang melambangkan kekayaan. 'Apa-apaan itu'....begitulah yang aku pikirkan secara serius setelah mengetahuinya.

Tentu saja, aku tidak akan membuat kue aneh seperti itu. Aku berencana menciptakannya dari awal dengan menggunakan adonan mentega dan telur, whipped cream* sebagai pelapis, dan memberikan berbagai warna dari buah-buahan yang Reus akan bawa kembali nanti.
[Krim kocok. Dari lemak susu yang dikocok hingga kental]

Yang paling penting adalah proses pemanggangan. Karena tidak ada alat mudah seperti oven, aku saling menempelkan sekat-sekat besi dan menciptakan sebuah kotak yang mampu menahan temperatur tinggi. Tingkat panas dan durasi pemanggangan belum bisa dipastikan karena ini adalah usaha pertama. Aku harus sangat berkonsentrasi.

Dee yang berada disampingku menghafal seluruh langkah sambil sungguh terfokus.

Tiga puluh menit berkonsentrasi, dasar-dasar dari kue pun selesai dengan lancar. ketika aku akan melanjutkan dengan melapisi whipped cream, suara Reus bergema dari luar.

"Anikiii!!! Aku sudah mendapatkannyaaaa!!!"

"Kerja bagus....tunggu, berapa banyak yang kau bawa?!*"
[Aku ato penerjemah Englishnya kagak tau kalimat apa yang pas. Siapa Donsuke?? Atau apa itu Don Daigake?? Bingung. Kalimatnya berupa tsukkomi sih, jadi ngikut english aja kayak gitu]

Kau terlalu bersemangat! Di kedua genggaman, dia membawa enam unggas tampak seperti bebek. Sedangkan dipunggungnya, tas itu seolah akan membeludak karena isinya yang terlalu penuh dengan buah-buahan. Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, itu untuk sepuluh orang, bukan lima. Ini mungkin disebabkan karena aku tidak menentukan jumlahnya. Sekarang aku sangat paham, Reus tidak bisa dibiarkan bertindak sesuai naluri.

Pada akhirnya, bahan yang tidak dapat kami gunakan bertambah, masalah menjadi semakin sulit melebihi perkiraan.


☆☆☆☆



Sore hari tiba, upacara pernikahan Noel dan Dee diadakan pada ruang tamu yang telah di dekor ulang.

Aku berdiri di atas panggung sederhana sambil mengenakan jubah untuk memainkan peran sebagai pendeta atau pastor. Sedangkan Dee mengenakan pakaian bagus, dan menunggu Noel dengan gelisah.

"Dee-nii, tenanglah. Noel-nee tidak akan melarikan diri"

"Aa....aku mengerti itu"

Melipat lengan, menggaruk kepala, dia benar-benar gugup. Mungkin karena merasakan sensasi upacara pernikahan yang sesungguhnya, kau tidak dapat berbuat apa-apa disaat seperti ini meskipun selalu tenang.

Sementara aku mengamatinya dengan tatapan hangat, pintu bergerak terbuka. Noel muncul darisana, mengenakan gaun pengantin buatan sendiri.

"Maaf untuk membuatmu menunggu, Sirius-sama~"

Emilia memegangi tangan disampingnya dan tersenyum penuh kepuasan.

Ini pertama kali aku melihat dia memakai gaun, namun penampilan Noel sebagai seorang pengantin sangatlah cantik. Yah, memang tidak berkilauan ataupun menonjol dibandingkan dengan duniaku dulu, tapi untuk sesuatu yang dibuat dalam keadaan darurat, itu sungguh menakjubkan. Benang yang saling menghubungkan, ornamen-ornamen dengan memanfaatkan tonjolan pada kain, ini adalah karya indah yang menggunakan pengetahuan dari Erina.

Maju selangkah demi selangkah tanpa mengucapkan sepatah katapun ke arah Dee, Noel tersenyum saat mereka saling berhadapan.


"Bagaimana~? Apa aku terlihat cantik?"

"Aa....sangat cantik"

Tercengang dan merasa malu, dia benar-benar terpesona olehnya.

Tangan yang digenggam Emilia kemudian diserahkan kepada Dee. Pasangan ini lalu berpaling ke arahku. Rasanya, bagian dalam hidungku serasa gatal ketika melihat mereka berdua berdiri didepanku. Entah bagaimana aku merasa bagaikan seorang ayah yang memberikan putrinya.

Tidak, ini bukan saatnya untuk merasa sentimen. Aku harus menjadi pendeta dengan benar.

"Kalian berdua yang berada disini"

"Iya. Kami akan memberikan janji suci pernikahan kepada dewa, kan?"

Pernikahan di sini nampaknya terdiri dari mengundang kerabat dan kenalan, membuat sumpah kepada dewa melalui pendeta di depan semua orang, dan setelah itu berpesta ria....itu memang bagus. Tapi aku berencana untuk melakukannya seperti di duniaku dulu.

"Aku akan menanyakan ini kepada kalian berdua terlebih dahulu. Ada cara lain dalam melakukannya di budaya lama. Boleh aku menerapkan itu?"

"Sirius-sama yang menyiapkan pernikahan ini. Aku akan menyerahkannya padamu"

"Aku juga~. Karena aku merasa seperti Sirius-sama akan menjadikannya sebagai sebuah upacara yang indah"

"Terima kasih. Kalian berdua hanya perlu menjawab pertanyaanku"

Aku pernah mendapat izin menyamar sebagai pendeta dalam operasi mata-mata, namun tidak pernah menyangka harus menjadi yang sungguhan. Aku benar-benar berterima kasih kepada pengalaman masa lalu, karena itu membuatku ingat apa yang harus diucapkan. Aku akan mencampurkan ini dengan sedikit gayaku.



"Kita berkumpul di sini untuk bergabung bersama Deemas dan Noel. Dewa* yang menyaksikan upacara pernikahan kedua insan ini, terimalah sumpah mereka. Sebelum kita mendengarnya, aku akan bertanya kepada para tamu yang berkumpul"
[Aku menggunakan kata "Dewa". Lebih cocok sama kesan fantasy ketimbang tuhan]

"Apa itu?"

"Ada apa, Aniki?"

"Deemas dan Noel akan segera bersatu. Jika ada di antara kalian yang keberatan, bicaralah sekarang"

"Tidak ada!"

"Pastinya, tidak ada!!"

Mata Noel mulai berkaca-kaca karena kata-kata mereka yang tegas. Memang tidak mungkin ada keberatan, tapi ini hanya sekedar kewajiban.

"Tentu saja, aku juga tidak....Baiklah, mempelai pria, Deemas. Apakah kau akan bersumpah untuk mencintai mempelai wanita, Noel dalam suka maupun duka, dan mendukungnya sampai kematian memisahkan?"

"A....Aku....Aku bersumpah!!"

"Mempelai wanita, Noel. Apakah kau akan bersumpah untuk mencintai mempelai pria, Deemas, dalam suka maupun duka, dan mendukungnya sampai kematian memisahkan?"

"....Ya, aku bersumpah~!"

"Apakah kalian berdua akan berjanji untuk mengabdikan diri satu sama lain?"

""Aku berjanji!""

"Kalau begitu, mempelai pria, tolong berikan cincin pada mempelai wanita"

Aku menyajikan cincin dari batu mulia safir yang sebelumnya ku temukan kepada Dee. Dia kaku karena gugup, tapi entah bagaimana berhasil memasangkan cincin itu di jari manis Noel.

"....Aku, akan melakukan yang terbaik. Noel....Aku akan membuatmu selalu bahagia"

"Tidak, aku juga akan melakukan yang terbaik. Aku akan mendukung Dee-san, jadi tolong lindungi diriku"

"Ah....aku pasti akan melindungimu"

Mereka bertukar kata dengan cara yang menyenangkan, suasana tempat ini telah memanas hingga maksimal. Kalau begitu, ayo kita menuju sentuhan akhir.

"Sekarang, kau diperbolehkan mencium sang mempelai wanita"

""Eh?....EEEHHHH?!?!?!""

Oh, kalian tidak bisa melakukannya? Baiklah, seperti saling memakaikan cincin, ciuman itu adalah ritual penting, jadi akan bermasalah jika tidak dilakukan. Sambil berdiri tanpa ekspresi, aku terus menekan pria ini dengan tatapanku.

Dee yang pada akhirnya bertekad meraih bahu Noel....dan merampas bibirnya.

"Kyaaa!!!"

"Oooooh?!"

Kakak beradik itu sangat ribut disana. Adegan ini harusnya sunyi, tapi aku akan membiarkannya karena mereka anggota keluarga.

"Dari sekarang, kalian telah menjadi suami istri. Oh dewa, tolong sampaikan berkat kekal kepada keduanya. Lalu, semua orang, silakan memberi ucapan selamat"

""Selamat!!!"""

Atas tepuk tangan para saudara dan kata-kata restu mereka, pasangan ini menjawab sambil tersenyum.

"Terima kasih"

"Sirius-sama, Emi-chan, Reu-kun~....aku sangat senang....Terima kasih, sungguh, terima kasih"

Upacara pernikahan mereka berakhir dalam bentuk yang indah.

Pada satu kursi tambahan yang berada tak jauh dari sini, kaa-san bertepuk tangan dan mengirimi ucapan berkat-nya....atau seperti itulah yang aku rasakan....


☆☆☆☆

Bagian 3



Setelah upacara selesai, ini waktunya menyantap hidangan.

Noel, meski warna yang dia kenakan tidak berbeda, setelah berganti menjadi pakaian pembantu yang biasa, dia memakan masakanku.

"Nn~?....Seperti yang diharapkan dari Sirius-sama. Daging ini yang terbaik karena sangat lembut dan memiliki rasa yang langsung meresap di lidah"

Kali ini aku membuat sesuatu seperti kalkun panggang. Sekarang memang bukan natal, tapi memiliki kesan yang cocok untuk perayaan. Bahkan itu bagus karena rasanya lebih enak daripada kalkun sungguhan. Setelah menyiapkan bahan, merebus dengan saus khusus, lalu dipanggang dulu permukaannya, begitulah.

"Noel-nee, walaupun itu sangat cocok untukmu, kau sudah berganti?"

"Pakaian itu adalah sesuatu yang dibuat bersama Emi-chan dan diberkati oleh semua orang. Aku ingin menghargainya, jadi aku tidak mau itu sampai kotor~"

"Itu benar. Lagipula, aku sangat senang untukmu, Noel-nee"

"Ya, terimakasih sekali lagi. Sirius-sama yang merencanakan dan memasak hidangan, Emi-chan membuat gaunnya, Reu-kun berburu dan membantu persiapan, sedangkan Dee-san menggandeng tanganku. Aku benar-benar orang yang beruntung~"

Diiringi aura kegembiraan yang pulih sepenuhnya, Noel melenyapkan makanan dengan kecepatan luar biasa. Apakah sifat dietnya berubah tergantung pada mood? Kuharap berat badannya tidak bertambah karena menjalani kehidupan harmonis.

"Onee-chan, meskipun kau sudah menikah dengan Dee-san, kau tidak mengubah cara memanggilnya?"

"Benar juga. Hmm~.... Seperti yang diharapkan, aku harus melakukan 'itu' di sini, ya?....Masakan Sirius-sama sangat lezat, kan, Sa~ya~ng~~♪"

"GUFUUU?!?!"

Dee yang awalnya makan disampingnya dengan sunyi dan malu-malu, secara mendadak tersedak. Itu merupakan hal fatal baginya yang hanyalah seorang pemula. Namun, serangan Noel belum berakhir.

"Ini, Sayang. Aann~~...."

"Oi....Noel"

Tampaknya pembatas kebagiaan Noel telah terlepas. Dia membawa garpu tertusuk unggas panggang mendekati sang suami sambil tersenyum, menunggu dia membuka mulut.

"....Baiklah"

"Sayang~~....Aku sungguh gembira~~"

Hmmmm, ruang yang dipenuhi tanda hati merah muda terbentuk mengelilingi pasangan itu, hingga membuat pemandangan serasa terdistorsi. Emilia tampak mengagumi mereka, sedangkan Reus agak mundur. Karena aku tidak keberatan, kupikir ini baik-baik saja asal keduanya bahagia.

"Aniki, entah bagaimana aku kesulitan mendekati mereka, apa hanya aku yang merasakannya?"

"Tidak, itu bukan hanya kau. Dunia untuk mereka sendiri telah tercipta, jadi abaikan saja"

"Jika Aniki berkata begitu. Walaupun agak aneh melihat Noel-nee 'berwarna pink'"

"Haaaa....bagus sekali. Onee-chan, betapa indahnya...."

Kekaguman Emilia melampaui batas, dia mulai menggelengkan kepala sambil menatap garpu yang menusuk pada makanannya.

"Tidak, itu tidak benar. Aku adalah petugas dan bukan istri, ini berbeda....Tapi, karena aku akan menjaganya....Uun, tidak, tidak!!"

Halo, Emilia-san? Kau menyangkalnya sambil mengatakan ini dan itu, tapi garpumu bergerak ke arah mulutku. Sementara terkagum sendiri melihat siswa yang tidak memiliki kontrol diri, aku pikir diriku terlalu lunak karena tetap saja memakannya.

"Hehehe....aku bahagia...."

"Hah? Nee-chan juga mulai 'berwarna pink'. Ada apa ini?"

"Abaikan saja"

Kau akan mengerti setelah dewasa....mungkin.


☆☆☆☆


Setelah menyantap hidangan, saatnya kue untuk muncul.

Meski teksturnya agak keras, ini sudah mirip kue yang ku tahu. Kecuali Dee, ketiganya melihat krim yang dibentuk indah, dengan mata berbinar-binar.

"I-Ini kue~~? Sangat berbeda dengan yang aku lihat ketika bersama Aria-sama"

"Apa ini? Polanya sangat indah, tapi bagaimana cara membuat hingga bisa seperti itu?"

"Menakjubkan!!!"

Ah, sial. Seharusnya aku memotong kue ini selama upacara berlangsung. Sekarang memang belum terlambat, tapi mereka sudah berganti pakaian. Ketika menyaksikan mata ketiga orang yang tampak bagai karnivora, aku menyerah.

"Fufufu, ini sedikit berbeda dari apa yang diharapkan, tapi aku yakin dengan cita rasanya"

"""Yaay!!"""

Mendengar itu, ketegangan para ras binatang menembus puncak. Karena Noel dan Dee merupakan pemeran utama, aku memberikan irisan yang lebih besar kepada keduanya. Semua orang lalu dengan segera mengunyah kue.

"....Lezat. Jadi ini yang dinamakan kue....seenak dan semanis ini...."

"....Owaaa~~....ini yang terbaik~~~"

"Inih shahngatt lezwat Anikyu"

Aku senang mendapat pujian setinggi itu. Mungkin Reus berusaha mengatakan 'Sangat lezat, aniki!', namun jangan berbicara ketika mulutmu penuh. Aku memang mencicipinya sedikit disaat membuatnya tadi, hanya saja memakan hidangan yang sudah siap memberikan nuansa berbeda. Mungkin krimnya terlalu banyak, tapi tidak berlebihan.

"Sayang~! Kau tentunya...."

"Aku sudah mencatatnya dengan sempurna. Lain kali aku akan mencoba membuat ini"

"Kau yang terbaik, sayang~~!!"

Dialog seperti itu tetap tidak berubah bahkan setelah menikah, ya. Mereka pasti akan menjadi pasangan suami istri yang harmonis karena memiliki kecocokan yang bagus dan sudah lama bersama.

Dan begitulah, pesta kami berlanjut sampai larut malam.



☆☆☆☆


Nah, sekarang....untuk sentuhan akhir.

Setelah membuat Emilia dan Reus tidur dengan obat bius, aku memanggil kedua orang yang hendak meninggalkan ruang tamu.

"Kalian berdua, Emilia dan Reus tertidur karena ramuan yang aku diam-diam berikan. Sedangkan aku akan tidur dengan penyumbat telinga. Jadi akan baik-baik saja meski kalian membuat sedikit kebisingan"

"....Hah?"

"Eeh~?!"

"Juga, gunakan alat kontrasepsi sesuai kebutuhan. Kalau begitu, bersenang-senanglah"

"Tu-Tunggu~!! Sirius-sama, dari mana kau mendapatkan pengetahuan itu....Ap---, hei, Sirius-samaaa~~!!!!"

Aku sadar bahwa diriku terlibat terlalu dalam. Tapi, mereka sudah membuatku kesal dari tadi. Sebut saja ini hukumannya*.
[Yah, kalimat terakhir jepangnya emank bukan begitu. Sungguh, karena bingung kubuat aja kayak gini]

Nikmatilah malam pertama kalian dengan baik.


☆☆☆☆


Pagi selanjutnya.

"Noel...."

"Sayang....aku mencintaimu~"

Dan....kemesraan mereka sudah berubah ke tingkat super.


☆☆☆Chapter 22 berakhir disini☆☆☆

>Catatan penulis : Jika 'Kebahagian' itu seperti ini....berarti aku berhasil.

Ngomong-ngomong, rangkaian kata sumpah pada upacara ini adalah apa yang diatur oleh tokoh utamanya sendiri. Perlu diketahui bahwa ini berbeda dari yang asli.


>Catatan penerjemah : Ada bagian mengharukan, ya. Terutama di bagian Sirius yang merasakan sosok Erina menyaksikan mereka dari sebuah kursi kosong.....

....Sisanya....sungguh, beberapa kali aku ingin memasukkan reverensi (*) pada beberapa bagiannya dan berkata [CUIH!!!!]....nerjemahin dua orang yg lagi mesra-mesraan bikin gerah hati....napa aku masih jomblo -_- ....

Dan pertanyaan untuk kalian. Kenapa mempelai pria, Dee, dipanggil Deemas?? Apa ini merupakan hal lumrah?? Maaf, aku sungguh gak tau


Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya


Comments

  1. makasih bang min..
    Di tunggu lanjutannya....

    ReplyDelete
  2. Top 10 Casino Apps - Casinoworld
    In this section we'll walk titanium ring you through our aprcasino selection 토토 사이트 추천 of top casino apps, and 바카라사이트 hopefully www.jtmhub.com you'll find plenty of useful information on the top How do you use PayPal?Are there any deposit bonuses at your casino?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]