World Teacher chap 25 B. Indonesia
Chapter 25 Masalah hanyalah suatu peristiwa yang lain
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Bagian 1
"Kalian!! Jangan berani bergerak!!"
Orang yang harusnya mengawal kami tengah menahan leher Emilia dan menyodorkannya pisau.
"Sialan....Mengambil sandera pada saat ini, kalian adalah kaki tangan mereka?!"
"'Seperti itulah. Cepat buang senjatamu!!"
"Apa kau tidak malu menyandera anak kecil? Aib bagi seorang pria!"
"Berisik, menang adalah hal terpenting!! Aku tidak akan menjamin apa yang terjadi pada ojou-chan ini jika kau tidak membuang senjatamu!!"
Ketika Zack dengan marah membuang pedang di pinggulnya, aku memutuskan melakukan hal serupa. Jika situasi diperhatikan dengan seksama, Emilia tampak hanya merasa jengkel tanpa kesakitan. Ada tas berisi air di genggamanya, mungkin gadis ini tadinya ingin menyerahkan itu padaku.
"Kami sudah tidak punya senjata apapun, jadi cepat turunkan anak itu!"
"Belum! Beritahu bocah di kejauhan agar juga membuangnya!"
Biasanya, kejadian yang muncul adalah Reus bergegas menuju kami dan menghajar mereka tanpa berkata apapun. Tapi, aku menyuruhnya menunggu dikejauhan untuk mengawasi para bandit. Masih ada waktu sampai orang-orang itu tiba disini. Untuk sekarang, ayo mengumpulkan informasi dulu.
"Uhhh....Onii-san seorang petualang, kan?"
"Apa, tidak bisakah kau mengerti hanya dengan melihat?"
"Para petualang adalah orang yang kuat, kan? Lalu kenapa mereka takut pada anak bersenjata? Jadi aku berpikir mungkin saja salah"
"Bocah ini....hei kau, lindungi punggungku! Abaikan yang di luar!!"
Dia lalu menyuruh kawannya untuk mengawasi titik buta sedangkan dirinya memperhatikan kami.
....Lucu, dia tertipu terlalu cepat. Yang penting, aku bisa mencegah Reus melucuti senjatanya.
"Apa tujuan kalian? Jika itu uang, aku bisa memberikan semua barang bawaan di kereta, biarkan anak-anak pergi!"
Ooh, kau orang yang baik ya, Zack-san. Seorang pedagang memprioritaskan keselamatan kami daripada barang bawaannya. Kau pria menakjubkan.
"Hah! Itu tidak perlu karena kami akan merampok semuanya! Bocah-bocah disini memiliki penampilan yang tidak buruk, harusnya bisa terjual sebagai budak dengan harga layak!"
Mendengar kata 'budak', wajah Emilia memucat. Mungkin trauma lama menghantamnya lagi. Tubuh kecil itu mulai gemetar, menunjukkan gejala berbahaya.
Haruskah aku menembak kepala preman ini? Tidak, perlakuan itu agak terlalu kasar. Aku akan membiarkan Emilia mengatasinya.
"Emilia, dengar baik-baik"
"....Ya...."
"Tutup mulutmu, bocah! Daritadi kau terus mengomel!"
"Kau telah menjadi kuat. Ingatlah hari-hari pelatihanmu"
Aku mengabaikan pria yang mulai berteriak itu dan terus berbicara dengan Emilia. Tampak mengingat, gadis ini terpejam. Setelah beberapa detik, dia perlahan membuka mata. Tanda-tanda ketakutan yang sebelumnya tertempel di wajah sekarang telah sirna.
"Sudah ingat? Kalau begitu, lakukanlah! Orang-orang setingkat mereka dapat kau kalahkan dengan mudah!"
"Ya!"
Pada momen ketika pria itu terkejut dan lengah karena suara nyaring dari sandera, Emilia menyelinap keluar dari lengan yang menahannya.
Memegangi tangan orang yang menggenggam pisau, dia menggunakan Aiki*, membuat pria itu terpelanting dan jatuh. Aku kira dia akan menjauh, tapi ternyata serangannya belum selesai.
[Menurut sekumpulan literatur yang pernah kubaca, Aiki adalah prinsip utama dari senibeladiri seperti Aikido, judo, taichi, dll. Agak panjang ngejelasinnya. Anggap aja Emilia menggunakan teknik bantingan dari Aikido, karena itu juga mengandung Aiki]
"Satu-satunya yang bisa menyentuhku....hanya Sirius-sama!!"
Melanjutkan dengan teknik seoi-nage*, dia melemparkan orang itu. Sambil menabrak pria dibelakangnya, dua preman terbang bebas diudara, keluar dari kereta.
[Lemparan bahu. Kayak gini . Btw, yg kurang paham dimana tepatnya adegan ini terjadi, ingat kalo kedua petualang, Emilia, Sirius dan Zack berada dalam kereta. Hanya Reus yg berlari (sebagai bentuk latihan) diluar. Jadi adegan Emilia yg membanting kedua petualang itu berlangsung didalam kereta. Rangkaian kalimat dari penulisnya juga sempet buat aku bingung]
"Haah?! Pria itu baru saja terbang....Eehhh?!"
Sambil meninggalkan Zack, yang ternganga, aku mendekati Emilia dan membelai kepalanya. Dia terengah-engah, tapi tenang saat mendapat belaianku dan perlahan tersenyum.
"Sirius-sama....aku, berhasil"
"Ya, kau melakukannya dengan baik. Emilia bukan lagi gadis lemah yang hanya menunggu untuk menjadi budak lagi. Kau sudah membuktikannya"
"Itu berkat Sirius-sama"
"Salah, inilah hasil kerja kerasmu. Sekarang, tinggal mengurus musuh yang tersisa"
"Ya!"
Emilia mundur. Aku menepuk bahu Zack lalu menyerahkan peralatan yang dia jatuhkan.
"Zack-san, apa kau baik-baik saja?"
"A-Aah, Danna....siapa anak ini?"
"Penjelasannya nanti saja. Untuk sekarang ayo keluar dari kereta dan bertarung. Musuh akan muncul"
"Tidak, jumlah mereka bukan hanya beberapa. Daripada melawan, kita harus pergi dari sini...."
"Dengan kereta berisi barang-barang berat, kita tidak akan lari lebih cepat dari mereka. Jadi, ayo keluar dan menghadapinya"
"Kemampuan berpedangku tak terlalu bisa diandalkan. Tergantung lawannya, lebih dari dua akan jadi mustahil"
"Tidak masalah. Selama kau bisa melindungi dirimu sendiri, Reus dan Emilia akan membereskan sisanya"
Aku mengalihkan pandangan ke Emilia. Wajahnya dilimpahi motivasi, seolah berkata 'Serahkan padaku!'. Baiklah, sepertinya dia telah kembali normal.
"Ngmong-ngomong, ayo. Kita tidak bisa mengurus musuh di dalam kereta, barang-barang disini akan rusak"
"Yah, benar juga"
Sikapnya tampak enggan, namun Zack mengikuti saat kami keluar.
"Aniki, Nee-chan, kalian baik-baik saja?!"
Tepat setelah keluar, anjing setia Ha---*....bukan. Reus berlari, aku menenangkannya juga dengan tepukan di kepala. Para petualang yang tergeletak ditanah mulai bangun dengan goyah. Mungkin lemparan tadi terlalu berlebihan untuk mereka.
[Mau bilang Hachiko, si anjing setia Wiki. ]
"Aniki, apa mereka kita anggap Musuh?"
"Ya. Orang-orang bodoh itu mencoba menjual Emilia dan dirimu sebagai budak lagi. Bersihkan saja mereka semua sekaligus teman-temannya yang akan segera tiba"
"Jadi begitu! Aku akan melakukannya!!"
Melepaskan geraman seakan dirinya akan bertransformasi lagi, dia melotot tajam pada para petualang. Yah, pihak lain juga marah karena merasa kalah.
"Si-Sialan....Apa-apaan bocah itu?"
"....Aku tidak tahu juga, tapi dia kuat. Apa mereka belum sampai?"
Mereka mulai waspada meski tahu kami hanya anak-anak dan memilih menunggu bala bantuan. Penilaian akan situasi orang-orang ini kurasa sudah biasa diantara para petualang.
"Apa yang akan kita lakukan, Danna? Lebih baik mereka disingkirkan sebelum teman-teman mereka datang, ya kan?"
"Itu sudah terlambat. Kita akan melanjutkan rencana semula"
Aku bisa merasakan kehadiran mereka bahkan tanpa {Search}. Sekumpulan orang yang memiliki kesan berbahaya mulai berkumpul dan menghadang jalan didepan maupun belakang. Para petualang itu berlari kearah seorang pria yang mungkin pemimpin kelompok. Mereka mulai melaporkan situasinya.
"Oi oi, apa yang terjadi? Tugas kalian seharusnya melucuti senjata mereka kan?"
"Mereka lebih kuat dari yang kami duga. Ini akan berakhir jika kau lengah karena penampilan mereka yang seperti bocah biasa"
"Menyedihkan, kau menyalahkan bocah-bocah itu atas ketidak becusanmu sendiri....Hei, kau yang disana!! Kesini sebentar!!"
Mungkin memang pemimpinnya, dia mulai memberikan perintah. Seorang pria lalu maju menuju ke arah kami.
Pria itu berhenti di depan Reus, dan melotot dengan ancaman. Para preman ini sangat mudah dimengerti.
"Oi bocah, cepat jatuhkan senjatamu. Jika tidak, kau akan kesakitan"
"Hei, apa kalian bandit?"
"Ya, bandit. Bandit terhormat yang akan menjual kalian dengan harga tinggi"
"Kalau begitu, aku tidak akan sungkan"
"Aah? Apa yang kau---GEFUUGHHH?!?!"
Tinju Reus tenggelam ke pusat wajah lawan. Pria itupun pingsan tanpa mengetahui apa yang terjadi.
Pria itu terus bergulung ditanah, lalu berhenti tepat di depan kaki pemimpin mereka sambil mimisan.
"Reus, teruslah seperti itu. Emilia akan mengurus musuh yang ada di depan gerbong"
Kecuali yang baru saja pingsan, jumlah musuh adalah sepuluh orang. Enam di belakang kereta, tiga di depan. Sisanya....
"Sirius-sama, bagaimana dengan yang di atas sana?"
Terdapat seseorang yang bertengger disebuah pohon sebelah kiri. Mungkin dia bertugas menyerang dari jauh dengan busur. Namun jujur saja, tak ada gunannya jika mereka hanya menugaskan satu orang.
Aku lalu mengambil sebuah batu seukuran kepalan.
"Aku yang akan mengurusnya. Jadi, apa kalian sudah siap?"
Postur tubuh Reus berubah serendah mungkin dengan tanah seolah tertarik gravitasi. Disisi lain, Emilia menghunus pisaunya dan mulai fokus. Sedangkan diriku membidik menggunakan batu, mengincar target pria di pohon itu.
Menggunakan segenap kekuatan dorongan tanganku, batu inipun melesat membelah udara.
"Mulai bertempur!!"
""YAA!!!""
Bersamaan dengan orang yang kubidik jatuh, Reus berlari.
Tak seperti Emilia, anak ini berlatih tanding melawanku dan Lior hampir setiap hari. Orang biasa mungkin sudah tidak akan mampu bertahan. Tapi dia mirip dengan Lior, suka bertarung dengan yang kuat.
Dia terus mengulangi pertarungan sambil memikul trauma ketika menjadi budak. Ini memang pertama kalinya dia menebas manusia, tapi jika itu menyangkut keselamatan saudaranya, dia takkan belas kasihan.
Setelah menendang bumi, sosoknya melecut kencang. Selesai memotong lengan penyerang dihadapannya, dia langsung melompat ke dekat si pemimpin.
"A-Apa?!"
"URRRAAAAA!!!!!"
Keheranan dan terkejut dengan apa yang terjadi, pemimpin itu mengayunkan kebawah pedang besarnya, menghadapi Reus yang menebas ke atas. Seiring dentangan tinggi suara logam, kedua senjata mereka bertabrakan tepat ditengah. Reus kemudian mengambil jarak sambil mendecakkan lidah.
"Sial, aku belum bisa mengenainya!"
Benar saja. Jika ini Lior, musuhmu memiliki pedang berbilah besar bukanlah masalah, pria tua itu pasti mampu membelah orang sekaligus senjatanya.
Tingkat kemampuan Reus memang sudah tinggi, namun dia masih nampak berkecil hati.
"Seperti yang kukatakan!! Hei kalian, kita akan menahannya!! Kau, serang bocah berambut hitam itu!!"
"Anak itu sepertinya pemimpin mereka. Jika kita menyanderanya, yang lain pasti berhenti juga"
"Jauhkan tanganmu dari aniki!!!"
Kedua petualang bekerja sama dan mengurus serangan Reus.
Aku juga mengajarinya sedikit beladiri tangan kosong. Namun karena tidak terlalu mahir, anak itu berhasil dicegah pergi oleh mereka.
Pemimpinnya kembali mengangkat pedang. Hanya saja, Zack berdiri seolah melindungiku dan membalas dengan menghunus pedangnya sendiri.
"Aku tidak bisa hanya mengandalkan anak-anak. Takkan pernah kubiarkan kau mendekatinya!!"
"Pergi kau, pedagang rendahan!!!"
Semangatnya sungguh luar biasa. Hanya saja dari perkiraanku, kemampuan bertarung Zack berada dibawah pemimpin para bandit. Aku tidak ingin pria baik ini terluka....apa boleh buat.
"Kau pikir aku tidak bisa bertarung hanya karena seorang pedagang?! Itulah kesalahan besarmu!!"
"Kau pikir bisa menang melawan---AGGGAHHH?!?!"
....Si pemimpin mendadak jatuh di punggungnya, membuat kepalanya terbentur dan berhenti bergerak.
Meski merasa tidak enak kepada Zack yang masih bersiap dengan pedangnya, aku malah mengakhiri ini dengan cepat....
Biar kujelaskan, apa yang kulakukan hanya melilitkan {String} di kaki si pemimpin lalu menariknya dengan kuat.
"HEYYAAAA!!!!"
Di saat, bersamaan seorang petualang terhantam tepat didagunya. Pukulan itu cukup keras untuk menyingkirkan kesadaran, sedangkan yang lain terlihat sudah tegeletak ditanah. Jika ada sebuah gong disini, mungkin akan berbunyi dengan nada indah.
"Maaf, aniki! Aku tidak bisa menahannya!"
"Jangan khawatir. Kau membereskan hampir semua dari mereka sendirian, itu sudah cukup bagus"
"Un. Haah....aku berharap ada pedang yang lebih baik...."
Aku agak menyesal karena tidak memiliki pedang yang cocok untuk kemampuan Reus. Dia mencoba mengambil pedang dari para bandit dan mencoba mengayunkannya, tapi langsung dimasukkan ke sarungnya sambil menggeleng.
Begitu sampai di Elysion, aku akan mencarikannya senjata yang bagus.
"Tidak, tidak, apa yang kau keluhkan? Reus sungguh luar biasa. Aku belum pernah melihat seseorang yang kuat di usia ini"
"Aku sudah banyak belajar, Zack-nii. Aniki bahkan lebih menakjubkan!"
"Ha, haa....Danna, ya. Tunggu, dimana Emilia-chan?!"
"Harusnya sudah berakhir. Lihat, itu dia"
Mengalihkan pandangan ke depan kereta, disana....Emilia menari dengan indah.
Tak seperti Reus, serangannya lemah. Namun itu berbeda ketika dia menggunakan sihir melawan orang lain. Sebuah {Air Slash} yang dilepaskan ke arah sembarangan bisa berubah menjadi alat eksekusi dan mencincang musuh dalam sekejap. Aku menyuruhnya agar sebisa mungkin tidak membunuh, itulah kenapa gadis ini menahan kekuatannya. Meski begitu, dia mengurus tiga orang dengan reflek dan kecepatan yang sudah terlatih. Mencari celah dan menebas titik vital mereka menggunakan sebilah pisau.
Selain itu, dia menggunakan sihir untuk lebih mempercepat dirinya sendiri. Setiap kali rambut Emilia melambai sambil meninggalkan kemilau perak, luka tebasan di tubuh tiga bandit bertambah
"Apa-apaan dia ini?!?!"
"Walaupun aku bisa melihatnya, seranganku tak pernah kena!! Kenapa---UGHH?!?!"
"AH!! Menjauh! Menjauuhhh!!!"
Memang hanya menimbulkan setumpuk luka ringan, tapi itu sudah cukup untuk melenyapkan keinginan bertarung mereka. Emilia pun terdiam ketika menemukan waktu yang tepat lalu menunjuk dengan pisaunya.
"Selanjutnya adalah tenggorokan kalian. Namun, jika kalian menjatuhkan senjata dan menyerah, aku akan berhenti. Bagaimana?"
Hmmm, senyum itu memang manis....sekaligus menyeramkan. Karena berasal dari anak kecil, kesannya menjadi lebih menakutkan*. Melihat ini, ketiga bandit dengan panik membuang senjata mereka.
[Entah kenapa aku jadi teringat boneka Chucky]
"Sirius-sama! Aku sudah selesai!"
"Kerja bagus. Sekarang, kita ikat tangan bandit-bandit ini dan mengumpulkan mereka di satu tempat"
"Mengerti. Zack-san, apa kau punya sesuatu sebagai pengikat?"
"A-Aah. Kurasa ada di dalam kereta"
"Aku juga akan membantu!"
Sementara ketiga bandit sedang diikat....satu orang lagi muncul.
Aku telah sadar akan keberadaan orang ini, namun hanya membiarkannya. Itu karena selama apapun waktu berlalu, dia tak pernah menampakkan diri.
Kenapa dia baru muncul sekarang?
"....Seseorang memohon, dengan mengorbankan nyala lilin sendiri. Untuk mewujudkan reinkarnasi api sesungguhnya---"
"Mantera!? Ini buruk! Dia penyihir!!"
"Aniki!!!"
"Sirius-sama!!!"
Penyihir….seseorang yang mampu menggunakan sihir tertentu, julukan ini biasanya disematkan pada orang yang mampu menggunakan sihir tingkat menengah.
Kami tidak berpikir dikelompok bandit akan ada seorang penyihir. Sontak, setiap orang mencoba menjauh, yah kecuali diriku. Dia mungkin menunggu kami lengah sambil bersembunyi.
"---Tombak api yang siap menembus siapapun, melesatlah {Fire Lance}!!"
Disaat nama mantra terucap, tombak dari api berukuran sekitar tinggi badanku muncul.
Hmm, ini pertama kali aku melihat pengguna sihir selain para petugasku. Lagipula, inikah sihir dasar dua tingkat lebih tinggi dari pemula, {Fire Lance}? Penyihir itu melotot padaku yang sedang terkagum, lalu membuka mulutnya sambil meluncurkan tombak api.
"RASAKAN INIIII!!!! PEMIMPIN DARI PARA MONSTERRR!!!!!"
Oh ayolah, anak-anak ini adalah para siswa manisku yang menjadi kuat karena usaha sendiri. Bukankah agak kejam memanggil mereka monster?
"{Impact}"
Karena Zack juga melihat, aku memutuskan untuk mengahiri ini dengan sihir normal dan bukan dengan sihir pistol. {Impact} yang aku tembakkan kecil, dan tampak bukan sesuatu yang bisa menandingi tombak api. Namun, saat keduanya bertabrakan, bola padat Mana akan menguraikan api dan menyebarkannya ke segala arah.
Tombak api pun lenyap.
"Ap---?!....Sihirku?!"
"Pengubahan aliran Mana menjadi sihir masih kurang. Setingkat ini bisa di imbangi dengan sihir kecil seperti barusan. Baiklah....sayangnya tak ada 'lain kali'"
Penyihir itu melangkah mundur melihat seringaiku, tapi kau tidak boleh pergi. Catatan kriminalmu adalah menista para siswaku, jadi ayo kita adakan sedikit pendidikan konseling.
Sementara diriku berjalan mendekatinya sambil memikirkan isi konseling, dua bayangan terbang melesat dari sisi dan melewatiku.
"Kepada Sirius-sama,---"
"Kepada Aniki,---"
Diiringi raungan, kakak beradik menerjang dengan kecepatan penuh menuju pria itu. Berpisah menjadi dua sisi dan mengepungnya.
""---BERANINYA KAUUU!!!!"
Emilia menargetkan perut, sedangkan Reus menargetkan wajah. Mereka menghantamnya dari kedua sisi.
Seperti yang diharapkan dari kakak beradik, waktunya sangat tepat. Pria itupun jatuh sambil memuntahkam darah. Dari caranya yang langsung jatuh, kau bisa memperkirakan seberapa tingginya teknik kedua bersaudara. Berdasarkan bunyinya saja, aku tahu itu sangat keras. Dia tidak mati, kan?.
"Nee-chan, orang ini sepertinya masih hidup? Kita akan menyelesaikannya?"
"Kita buat dia menyesal karena masih bernafas. Reus, ayo lakukan"
Tunggu tunggu!! Apa-apaan ini!!
Mata gelap itu, mereka serius. Meski pria ini telah pingsan, Reus meraih leher dan menggoyang-goyangkannya, sedangkan Emilia menatap dengan tatapan dingin sambil memegangi pisau. Oh omong kosong, benar-benar konyol.
"Emilia, Reus. House*!"
[Ini adalah perintah yg digunakan untuk anjing. Mungkin kayak 'kemari~!'. Aku juga gak terlalu tau sih karena gak punya anjing]
""Yaaa!!""
Aku menepuk kepala keduanya yang langsung menghampiriku. Sebenarnya, aku ingin mendengar beberapa hal dari mereka, hanya saja para bandit ini sudah kewalahan oleh pertarungan. Jadi, aku akan mengakhirinya disini.
"....Bagaimana ya, aku tidak bisa berkata apapun"
Meninggalkan penjelasan untuk Zack yang bingung nanti, aku akan mengurus terlebih dahulu para siswa.
"Kalian berhasil. Ada banyak hal tak terduga, tapi kalian mampu menyelesaikannya. Inilah hasil dari latihan keras kalian"
"Yaayy!"
"Aku melakukannya!"
"Hanya saja, ketika aku diserang jangan bereaksi terlalu berlebihan. Kalian takkan bisa membuat keputusan terbaik jika tidak tenang"
Kali ini kedua bersaudara beruntung karena si penyihir panik tanpa bisa melemparkan serangan balik. Namun jika lawan kami tidak kebingungan, dia pasti akan melontarkan sihir sebelum kakak beradik mampu mencapainya.
"Sirius-sama ditargetkan. Aku takkan bisa tenang!"
"Orang yang menyerang aniki adalah musuh! Aku akan menjatuhkan mereka semua!!"
"Kalian....aku memang senang dengan ini, tapi akan lebih membuatku senang jika kalian dapat mengubah cara berpikir itu. Diskusikan dulu apa yang akan kalian lakukan dengan teman satu tim, prioritaskan untuk melumpuhkan musuh. Selanjutnya, kalian boleh menghajarnya sesuka hati, mengerti?"
"Ya. Kami harus melumpuhkan dulu, dan membuat mereka menyesal telah hidup"
"Aku paham! Kita bisa berbuat apapun selanjutnya, ya!"
"....Anak-anak ini, bukankah mereka agak ekstrem?"
Aku tidak bisa menyangkal kata-kata Zack. Tapi kami telah diserang tanpa alasan. Wajar saja jika kami membela diri atau bahkan membalas.
Setelah itu, aku memutuskan mengumpulkan mereka dan melakukan interogasi.
Ada masalah tanggung jawab dengan serikat petualang yang mengirim mereka sebagai pengawal, dan aku perlu membuat mereka menumpahkan penjelasan tentang jumlah bandit.
Setelah memberi perawatan minimal dan mengirim burung pembawa pesan ke kota Almest, Zack menanyai si pemimpin.
"Oi, apa kalian bandit yang berkeliaran di sekitar sini baru-baru ini?"
"Bagaimana jika benar?"
"Aku akan memaksamu meludahkan segalanya tentang jumlah dan dimana tempat persembunyian kalian. Gara-gara kalian bisnis kami berhenti berkembang, ini masalah yang serius"
"Persetan dengan itu"
"Bahkan sekarang?"
Zack mengancam si pemimpin dengan mendekatkan bilah tajam pedang ke lehernya, tapi pria ini hanya menatap Zack sambil tertawa.
"Hahaha! Lakukan saja jika kau mau. Kau takkan mengetahui apapun kalau aku mati. Seorang pedagang kecil takkan bisa berbuat sesuatu yang tidak biasa dia perbuat"
"Kuh...."
Sepertinya dia tepat sasaran, Zack menyingkirkan pedangnya sambil frustrasi. Tapi dia cepat pulih, dan mulai beralih untuk berbicara kepada para petualang sekarang.
"Apa kalian tidak malu? Menyandera anak kecil dan bekerja sama dengan bandit? Aku heran kenapa kalian menyebut diri sendiri sebagai para petualang yang terhormat"
"Aku tidak ingin mendengar itu dari pedagang yang diselamatkan oleh beberapa bocah"
"Dan aku tidak ingin mendengar itu dari seorang pria yang tangannya terikat. Bekerja sama dengan para bandit merupakan tindakan yang membuat serikat sebagai musuh, apa yang kalian mau?"
"Berisik! Sebuah perusahaan yang didirikan oleh mantan petualang tua tak berhak mengatur kami!"
"Apa?! Berani-beraninya kau menjelek-jelekkan Aniki!"
"Baiklah, waktunya berhenti"
Aku memaksa masuk ke percakapan karena ini hanya akan menjadi perkelahian.
Menenangkan diri setelah menjauh dari petualang itu, Zack menggaruk kepalanya merasa malu.
"Maaf, Danna. Aku tidak tahan jika Aniki di olok-olok"
"Aku sangat tahu perasaan itu!"
"Karena kau seorang pedagang, cobalah mengurusnya dengan sedikit lebih tenang. Kita masih belum tahu apa-apa"
"Aku menyesal karena bertindak memalukan. Akhir-akhir ini para pedagang menjadi target kejahatan bandit"
"Bukankah itu karena pedagang punya lebih banyak uang?"
"Meski begitu, tak ada korban di antara para pelancong. Karena mereka dengan santainya menyerang gerbong yang dijaga, Aniki mengira ada alasan lain dibalik ini. Jika kami bisa mendapatkan bukti dari orang-orang ini...."
Tapi kau tidak pandai dalam persoalan interogasi, karena itulah kau terjebak tanpa memperoleh satupun informasi.
Terus terang, kami bisa pergi ke Elysion tanpa perlu terlibat dengan preman-preman ini. Namun, mereka sempat memberitahu sesuatu tentang menjual kami sebagai budak di atas melibatkan orang yang tidak terkait. Kupikir aku akan membantu sedikit sambil memberi pelajaran kepada orang-orang ini.
"Zack. Boleh aku menginterogasi mereka?"
"Eh? Yah, aku tidak keberatan...."
"Terima kasih dan maaf. Sepertinya aku akan menggunakan sedikit barang dari kereta"
Setelah mendapatkan cat merah yang digunakan untuk melukis, aku berdiri di hadapan si pemimpin bandit.
"Apa yang bocah, dengan kedua ras 'bukan manusia' inginkan?"
Mengabaikannya perkataannya yang menyebalkan, aku menggambar lingkaran dengan cat di lengannya dan menulis 'Idiot' dalam bentuk kanji. Dari sudut pandangku, ini hanyalah keisengan. Tapi bagi mereka yang tidak mengenal bahasa jepang, pasti tampak seperti suatu pola misterius.
"Baiklah, ini selesai"
"Mencorat-coret seenaknya, aku pasti akan membuatmu menyesali ini"
"Kaulah yang akan menyesal. Lagipula, ini bukan sekedar coretan....melainkan kutukan"
"....Apa yang kau bicarakan"
Meskipun wajah dari si pemimpin menampakkan ketidaksenangan, aku memegang erat lengan dimana pola itu terukir seakan tak membiarkannya protes. Awalnya dia membuat ekspresi keheranan, namun disaat aku menggenggamnya lebih kuat, semua itu memudar dan kulitnya berubah pucat.
"A-Apa ini? Apa yang terjadi?"
Selanjutnya, aku mengambil sebuah pisau dan memotong sekitar bagian yang kupegang dengan ringan. Walau hanya menderita luka dangkal, dia bergetar.
"Hei, ada apa? Kau takut hanya karena luka setingkat ini?"
"Tidak! Ini tidak sakit! Meskipun tanganku digenggam sangat kuat, meskipun berdarah, ini tidak sakit sama sekali!!"
Terakhir, aku menusukkan pisau lebih dalam. Aliran deras darahpun mengalir, pria itu mulai menjerit saat berkeringat.
"A-Apa ini?! Kalian, apa lenganku benar-benar melekat?!?! Tak ada rasa sakit atau sensasi semacam itu!!!"
"Aku mengatakannya tadi kan? Ini kutukan"
Untuk sekarang, aku menghentikan pendarahannya dan menatap langsung mata si pemimpin sambil tersenyum. Apa yang tercermin disana adalah kebingungan....dan sedikit ketakutan. Di situasi tak masuk akal sekarang, senyumanku pasti tampak mengerikan.
"Aku mempelajari kutukan sebagai hobi dan ini telah kusempurnakan beberapa hari yang lalu. Singkatnya, jika aku menuangkan Mana pada pola yang telah kubuat....kau akan sepenuhnya mati rasa"
"A-Apa yang kau bicarakan?"
"Artinya, jika kau berbohong atau tidak menjawab pertanyaanku, kutukan ini akan menjadi lebih kuat. Pada akhirnya akan menyebar ke seluruh tubuhmu"
"H-Heh....kalau aku tak bisa merasakan sakit, tidak ada gunanya menyiksa, kan?"
"Kau belum memahaminya? Mati rasa sepenuhnya berarti kau takkan bisa merasakan apapun yang kau makan, kau bahkan takkan merasakan apapun walau sedang memegangi seorang wanita"
Dengan ucapan itu, ketenangannya menghilang. Dia pasti tengah membayangkan itu. Walaupun sebentar, tubuhnya bergetar hebat.
"Da-Danna! Bukankah itu terlalu berlebihan...."
Ups, sepertinya aku menakuti orang lain. Untungnya, Emilia langsung berbisik kepada Zack, jadi aku tidak perlu menjelaskan ini.
Jujur saja, ini adalah penerapan {Regenerasi Aktif}, aku hanya melumpuhkan sebentar sensasi rasa sakit dengan memberi stimulus berlebih menggunakan Mana. Dengan kata lain, itu seperti pemberian anestesi dan dapat kembali normal dalam jangka setengah hari.
Intinya adalah, ada cara lain untuk mengancam selain dengan pedang atau pukulan. Bagi mereka yang tidak tahu tentang anestesi, situasi saat ini hanyalah perwujudan rasa takut.
"Saat sudah terlanjur menyebar ke seluruh tubuh, itu akan mustahil untuk dinetralisir....Kalau begitu, bisakah aku mulai mengajukan beberapa pertanyaan?"
"A-Aku akan memberitahumu segalanya, Bou-chan!!*"
[Tuan muda. Atau sebutan yang disematkan pada bocah laki2 yang terkesan dimanjakan]
Nah, ini terlalu mudah.
Seseorang akan taat setelah kau menekan dua hasrat terbesar manusia.
Si pemimpin tanpa ragu-ragu dan lancar menjelaskan tentang rahasia mereka, bahkan termasuk informasi yang tak seorangpun pedulikan.
Setelah memperlakukan para petualang dengan cara yang sama, akupun mengetahui alasan mereka bergabung dengan bandit.
"Jadi, mereka penyebabnya. Sialan! Aku kira para brengsek itu takkan macam-macam lagi. Tapi ternyata mereka bertindak sejauh ini!"
Rupanya, bandit-bandit yang memburu para pedagang berasal dari perintah perusahaan lain, yang iri dengan pesatnya pertumbuhan perusahaan Galgan. Untuk menghancurkan perusahaan Galgan, mereka menggunakan preman-preman ini dengan membocorkan informasi tentang jalur distribusi dan menghancurkan perdagangannya. Mereka juga meminta agar menyerang beberapa pedagang yang tidak terkait, untuk menutupi jejak mereka.
Dua dari para petualang disini merupakan anggota dalam serikat yang sama, tapi belakangan ini pendapatan mereka semakin menipis tanpa pemasukan yang lancar.
Tampaknya, perusahaan yang bersangkutan menyuruh mereka agar bekerja sama dengan para bandit dan memberikan sejumlah besar imbalan. Senjata yang mereka simpan di kereta tampaknya disediakan oleh perusahaan itu juga, tujuan dari memegang senjata-senjata bagus itu agar mereka lebih mudah dipercayai. Itulah sebabnya meskipun orang-orang ini hanya tahu bagaimana menggunakan pedang satu tangan, mereka juga memakai senjata baru yang tidak biasa mereka gunakan.
"H-Hei....itu sudah cukup kan? Aku mengatakan semua yang kutahu, jadi tolong lenyapkan kutukan ini!"
"Baiklah, aku akan menghapusnya. Hanya saja, sebelum itu...."
Aku mengumpulkan perhatian para bandit, lalu mengambil batu lebih kecil dari telapak tangan dan memerasnya sangat kuat dibantu oleh {Boost}. Batu padat itupun hancur hingga hampir menjadi pasir.
Sambil memperlihatkan adegan ini, sudut bibirku melengkung ke atas.
"Jika kalian memanggil para siswaku monster dan menghina mereka diwaktu berikutnya, ini akan menjadi kepala kalian. Mengerti?"
Para bandit mengangguk berkali-kali dengan sangat cepat sampai-sampai aku berpikir leher mereka akan patah. 'Monster' harusnya merupakan sebutan untuk individu yang kemampuannya berada diranah lain. Ini bukan kata yang harus kau sematkan pada orang yang sedikit lebih kuat darimu
Menuruti keinginan si bandit, aku menyeka pola itu dengan kain dan menuangkan Mana-ku untuk menetralisirnya....atau begitulah yang sedang terlihat. Sebenarnya, aku hanya mengangktifkan sihir {Light}, namun pria ini sepertinya menganggap kutukannya benar-benar lenyap, wajah pucat yang tadi seakan mencair.
"Ah, ngomong-ngomong akan ada efek samping, jadi ini tidak akan sepenuhnya hilang sampai setengah hari. Karena kutukan takkan lenyap dengan cepat, tolong jangan mencari gara-gara pada kelompokku. Aku mungkin tanpa sengaja mengaktifkannya kembali"
Kulit wajah merekapun memucat lagi.
Yah, tak apa asal mereka berhenti macam-macam. Bagaimanapun, orang-orang ini akan dipenjara sambil menunggu keputusan tentang hukuman. Aku yakin mereka sudah belajar dari kejadian sekarang.
Setelah itu, aku melewati waktu menunggu para penjaga kota untuk menyeret kelompok bandit ini dengan menerima setumpuk rasa pemyesalan dari Zack.
"Aku benar-benar minta maaf. Situasi menjadi seperti ini walaupun aku pernah berkata akan menjamin perjalanan yang aman. Aku tidak memiliki satupun alasan untuk mengelak"
"Tidak apa-apa, barang bawaan kita masih aman. Lagipula, kami tidak keberatan sedikitpun"
"Tolong jangan terlalu formal. Ketika aku mendengar dirimu dari Aniki, sejujurnya aku agak ragu. Namun, setelah melihat kekuatanmu langsung, aku menjadi sangat kagum. Mulai sekarang, biarkan aku memanggilmu Danna dalam artian sesungguhnya"
Apa maksudmu dengan arti sesungguhnya? Yah, kurasa ini berarti aku sudah cukup dipercaya.
Zack terus meminta maaf, tapi bagi kami ini bukan masalah besar. Bahkan, kejadian ini berperan baik untuk menyembuhkan trauma kedua bersaudara.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Kita sudah tidak sempat melanjutkan perjalanan karena matahari akan segera terbenam. Bagaimana kalau kembali ke kota bersama dengan para penjaga yang akan datang untuk membawa orang-orang ini?"
"Itu tidak perlu, kan?"
"Tapi, kesampingkan diriku, kalian belum terbiasa tidur di alam liar kan?"
"Malah sebaliknya, kami cukup mampu ketika tidur diluar. Lagipula, akan lebih baik jika kita tiba ditempat tujuan tepat waktu karena kau sedang mengantarkan barang"
"Seperti yang Sirius-sama katakan, kami tidak keberatan. Jadi, ayo kita lanjutkan"
"Danna....maaf karena kita tidak bisa menempuh jarak yang jauh hari ini. Namun, karena barang bawaan dari dua petualang sudah tidak ada, kecepatan kereta kita pastinya akan meningkat"
"Kalau begitu, ayo kita maju!"
Bersamaan dengan kami yang memutuskan tindakan, Reus mulai membuat keributan ketika dirinya sedang mengawasi keadaan sekitar.
"Aniki!! Ada bau orang-orang, mereka menuju kesini!!"
Sepertinya para penjaga kota telah tiba.
Meski tempat ini berjarak cukup jauh dari kota, enam orang penjaga tetap dikirim kemari. Ini mungkin karena kehebatan dari perusahaan Galgan.
Zack selesai menjelaskan situasinya, para banditpun dibawa.
☆☆☆☆
Bagian 2
Satu jam telah berlalu.
Kami berlanjut menuju Elysion seperti yang direncanakan. Kecepatannya memang sedikit naik, hanya saja begitu langit menggelap, kami mulai bersiap untuk berkemah.
"Aku akan berjaga diluar. Kalian bisa tidur di dalam kereta"
"Bukankah kita seharusnya berjaga secara bergantian?"
"Sirius-sama tidak perlu ikut. Tolong tinggalkan tugas ini kepada kami"
"Ditolak. Kecuali untuk situasi tak terduga, setiap orang harus mendapat bagiannya. Ini juga untuk mendapat pengalaman"
"Jika tetap bersikeras....Namun, giliran Sirius-sama akan lebih pendek"
"....Danna, apa kau benar-benar masih anak kecil? Aku merasa seakan dirikulah yang anak kecil"
"Aniki tidak dapat dipahami dengan logika!"
Walau ada sedikit gangguan, giliran untuk jaga malam diputuskan. Baiklah, selanjutnya adalah menyiapkan makanan.
Hidangan di kemping kami terdiri dari hal-hal yang mudah dan biasa seperti sup berisi roti keras dan daging dibumbui garam. Ini juga terjadi karena makanan yang diawetkan belum berkembang disini.
Tempat kami berpijak memang bukan padang pasir atau tanah tertutup es, melainkan jalan raya dimana kau bisa melihat hutan dari sana. Karena itulah, kalau kau berusaha, kau pasti akan menemukan sesuatu yang dapat dimakan.
"Seperti itulah, Emilia akan bertugas mengumpulkan tumbuh-tumbuhan seperti sayur dan lainnya, sedangkan Reus pergi berburu"
"Mengerti, aku akan mencari tanaman herbal"
"Baiklah, Aniki! Buruan dengan ukuran sedang, kan?"
Seusai menginstruksikan keduanya, aku mengambil panci yang agak kecil dan menciptakan lingkaran sihir api untuk mendidihkan air. Zack sedang melihatku sambil menelan sup roti dan dagingnya.
"Hmm....sepertinya kau tidak memerlukan porsi yang telah kusiapkan untukmu"
"Maaf karena mengecewakanmu, kami akan membuat makanan sendiri"
"Tidak perlu semenyesal itu. Aku akan berisitirahat sebentar setelah menghabiskan ini"
Akupun menghentikan Zack yang mengambil kantong tidurnya sambil masih menggigit sepotong roti.
"Tunggu, kau pastinya lebih suka mengunyah sesuatu yang hangat, kan? Bahkan jika kau sudah makan, aku tetap akan membuat porsi untuk Zack"
"Selain ditolong dari kejadian yang mengancam nyawa tanpa kehilangan satu barangpun, Danna juga mengurus makanan. Bagaimana aku harus membayar hutang ini?"
"Urusan dengan para bandit itu hanyalah suatu kebetulan, tidak perlu keberatan. Lagipula, aku ingin bertanya kesan tentang hidangan yang akan kubuat ini dari sudut pandang seorang pedagang. Anggap saja sebagai percobaan"
"Percobaan....Jika Danna yang melakukannya, maka aku tertarik"
Setelah melihat Zack melipat kantong tidurnya lagi dan duduk di sisi berlawanan, aku mengambil benda berbentuk balok dengan warna coklat dari dalam tas. Aku memotong-motong hal seperti tanah liat ini dan mencelupkannya pada air mendidih. Ketika air jernih berubah warna menjadi coklat juga, suatu aroma mulai melayang diudara.
Mirip dengan miso*, tapi bukan miso. Anggap saja sebagai sup yang dasarnya terbuat dari bahan-bahan dari dunia ini.
[Bisa dibilang bumbu khas Jepang. Mungkin udah banyak yg tau karena baisanya dibuat kuah buat mi atau makanan lain. Wiki]
"Oooh....dari aromanya saja, ini pasti lezat. Apa yang Danna celupkan tadi?"
"Itu hal yang terbuat dari campuran garam dan berbagai rempah-rempah lain, aku mengeringkannya agar lebih mampu bertahan lama. Lalu, dilelehkan pada air panas agar bisa dikonsumsi"
Proses pengeringan memang membuat makanan lebih awet, hanya saja akan mengurangi rasanya. Disamping itu, sekarang kami sedang dalam perjalanan panjang, jadi aku memilih titik tengah, yaitu benda seperti tanah liat ini. Karena Zack menatap penuh keingintahuan, aku menyendokinya sedikit dan memberikan itu kepadanya.
"Ini....PANAS!!!!"
Oi, oi. Ini bukan sesuatu yang harus dimakan langsung. Tentu saja kau merasa panas. Kau melakukan sesuatu seperti Reus di masa lalu.
"Sirius-sama, kami kembal!"
"Aku sudah selesai berburu, aniki!!"
Kedua bersaudarapun kembali sambil menunjukkan hasil mereka.
Emilia juga mengumpulkan tanaman herbal. Aku mungkin bisa menggunakanya sebagai pemberi aroma pada masakan.
"Luar biasa, itu Borrow Bird. Burung ini sangat waspada dan bahkan sulit untuk didekati. Aku heran kau bisa menangkap seekor"
"Dia lari beberapa kali, tapi aku diam-diam mendekatinya lalu melompat dengan 'bang!' dan memotongnya dengan 'shaaa'!"
"A-Ah, aku tidak terlalu mengerti, tapi aku tahu kalau itu adalah luar biasa"
Sia-sia saja untuk meminta penjelasan rinci kepada Reus, yang hanya bergerak mengandalkan naluri. Aku pikir pilihan Zack adalah yang terbaik.
Pokoknya, seusai memotong-motong kecil burung ini, aku membumbuinya dengan garam dan tanaman herbal. Mencampurkan jamur dan rumput liar ke dalam sup, dibagian terakhir aku mencelupkan mi kering kedalam sup.
Mengenai mi kering, itu merupakan hal yang kuciptakan sendiri dengan menggorengnya dulu dalam minyak. Tapi ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan roti keras.
Tampaknya Zack tak mampu menyembunyikan keterkejutannya pada hidangan berkualitas lebih baik dari perkiraan. Pergerakaannya dalam meraih mi menjadi lebih cepat walaupun agak kaku karena hanya menggunakan garpu, bukan sendok.
Setelah menghabiskan itu dalam sekejap mata, Zack menggosok perutnya dalam kepuasan.
"Iyaah....benar-benar luar biasa. Ini pertama kalinya aku memakan sesuatu selezat ini saat berkemah"
"Aku pikir Dee dan yang lainnya sedang makan hal yang sama sekarang"
"Jadi karena itu mata Aniki berkilauan. Mi kering ya....? Ini revolusi dari makanan yang diawetkan, pasti laku keras. Apa kau mau memasarkan ini?"
"Aku tidak benar-benar keberatan. Namun jika kau ingin membuat dan menjualnya, lakukan itu setelah mendapat izin Dee dan berkonsultasi dulu dengan Gad"
"Hmm, Dee-nii pasti akan membalas....'Izin diperoleh dari Sirius-sama'!"
Reus benar juga. Aku ingin Dee berkata bahwa dirinya juga hebat dan menjadi sedikit terkenal, tapi karena dia masih belum membuat usaha restoran, meyakinkannya mungkin agak mustahil. Apa boleh buat, aku akan mengizinkannya hanya dengan syarat.
"Yah, baiklah. Aku akan mengajarimu bagaimana untuk membuat ini, namun kau harus memberiku hasil dari penjualannya"
"Berapa banyak?"
"Aku tidak bisa mengira-ngira bagaimana sesuatu akan terjual. Jadi, putuskan itu setelah membahasnya dengan Gad"
"Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, aku yakin akan sangat laku. Inilah kesempatan untuk mendapatkan sejumlah besar uang"
"Untuk sekarang kami tidak benar-benar membutuhkan uang. Sebenarnya, aku bahkan tidak mau dipusingkan dengan hal itu. Jadi, aku akan mengandalkan Zack dan Gad untuk masalah ini"
Belum lama sejak kami bertemu, tapi aku telah berpikir Gad--yang terkait dengan yang Dee dalam kurun waktu agak lama---dan Zack---yang mencoba untuk menyelamatkan kami dari bandit---adalah orang-orang yang baik.
"Dan juga, aku punya satu permintaan lain. Kemampuan kami yang kau lihat hari ini, aku harap kau tak membocorkannya pada siapapun"
"Tentu. Kekuatan setingkat itu memang harus disembunyikan untuk sementara"
"Kau memahaminya ya?"
"Jelas saja. Jika ada anak-anak sekuat ini, mereka akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang merepotkan. Para bangsawan juga mungkin akan menginginkannya. Itu hanya menjadi benih masalah"
Seperti yang diharapkan dari pedagang, ia memahami persoalan yang aku prihatinkan.
"Karena itulah, aku akan bungkam. Aku mendukung keputusan Danna, yang telah menyelamatkanku. Tak peduli apa yang orang lain atau bahkan para bangsawan akan katakan"
"Terima kasih"
"Aku yang harusnya mengucapkan itu. Yah, ngomong-ngomong Danna akan mendaftar di sekolah Elysion, kan?"
"Apa aku pernah membicarakannya?"
"Tidak, hanya saja, anak-anak yang pergi ke Elysion sebagian besar memiliki tujuan mendaftar di sekolah. Menyimpulkan ini cukup sederhana"
Fumu, aku tak menyadari itu. Oh baiklah, jika hanya tentang kami yang pergi untuk mendaftar ketahuan, itu bukanlah masalah.
"Sepertinya kau tidak hanya membahas tujuan perjalanan?"
"Ya. Jujur saja, perusahaan Galgan memiliki cabang di Elysion, jadi aku menyarankan agar kalian mengunjungi toko kami. Aku juga akan sering datang kesana untuk mengurus bisnis. Jika kalian memiliki masalah, biarkan kami membantu"
Oh, jiwa bisnis dalam diri Zack nampaknya berkembang.
Tapi inilah yang aku butuhkan sekarang. Aku bisa langsung menjual rempah-rempah agar bisa sampai ke Dee*. Sepertinya dukunganku pada usahanya juga takkan berkurang bahkan setelah tiba di Elysion.
[Bagi yang blom paham, gini. Sirius masih ingin membantu usaha Dee dengan tetap mengiriminya rempah-rempah. Perusahaan Galgan akan menjadi distributor terbaik disini]
"Tolong urus kami dari sekarang"
"Aah, aku juga sama"
Setelah itu, perjalananpun berlanjut dengan lancar.
Kami juga mengusir para monster yang sempat menyerang beberapa kali, namun tidak ada bandit yang muncul.
Bahkan jika dirinya lemah, melihat kedua bersaudara mengalahkan para monster sebelum dia sempat menghunus pedangnya. Satu-satunya orang dewasa di kelompok kami, Zack hanya bisa tertekan.
"....Meskipun....Meskipun aku pria dewasa, aku serasa dikawal"
Ini adalah kebenaran yang menyedihkan, jadi aku menepuk punggungnya tanpa berucap apapun.
Sambil mengalami berbagai peristiwa kecil semacam ini, lima haripun berlalu.
Akhirnya....kami tiba di tujuan.
"Dannaaa!! Elysion sudah terlihaaattt!!"
"Oooooh?! Itu tinggiiii!!!!"
"....Sangat besar...."
Kota Akademi*, Elysion.
[Ada si jabrik disini XD ]
Apa yang menyambut kami adalah....Tembok raksasa melintang kekejauhan dan melindungi penduduk di sisi lain.
☆☆☆Chapter 25 berakhir disini☆☆☆
Catatan penerjemah : Akhirnya tiba di sekolah..........novel ini mengajarkan untuk menghargai ya. Termasuk tentang pendidikan.
Ke Halaman utama I-Fun Novel
Ke Chapter selanjutnya
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Bagian 1
"Kalian!! Jangan berani bergerak!!"
Orang yang harusnya mengawal kami tengah menahan leher Emilia dan menyodorkannya pisau.
"Sialan....Mengambil sandera pada saat ini, kalian adalah kaki tangan mereka?!"
"'Seperti itulah. Cepat buang senjatamu!!"
"Apa kau tidak malu menyandera anak kecil? Aib bagi seorang pria!"
"Berisik, menang adalah hal terpenting!! Aku tidak akan menjamin apa yang terjadi pada ojou-chan ini jika kau tidak membuang senjatamu!!"
Ketika Zack dengan marah membuang pedang di pinggulnya, aku memutuskan melakukan hal serupa. Jika situasi diperhatikan dengan seksama, Emilia tampak hanya merasa jengkel tanpa kesakitan. Ada tas berisi air di genggamanya, mungkin gadis ini tadinya ingin menyerahkan itu padaku.
"Kami sudah tidak punya senjata apapun, jadi cepat turunkan anak itu!"
"Belum! Beritahu bocah di kejauhan agar juga membuangnya!"
Biasanya, kejadian yang muncul adalah Reus bergegas menuju kami dan menghajar mereka tanpa berkata apapun. Tapi, aku menyuruhnya menunggu dikejauhan untuk mengawasi para bandit. Masih ada waktu sampai orang-orang itu tiba disini. Untuk sekarang, ayo mengumpulkan informasi dulu.
"Uhhh....Onii-san seorang petualang, kan?"
"Apa, tidak bisakah kau mengerti hanya dengan melihat?"
"Para petualang adalah orang yang kuat, kan? Lalu kenapa mereka takut pada anak bersenjata? Jadi aku berpikir mungkin saja salah"
"Bocah ini....hei kau, lindungi punggungku! Abaikan yang di luar!!"
Dia lalu menyuruh kawannya untuk mengawasi titik buta sedangkan dirinya memperhatikan kami.
....Lucu, dia tertipu terlalu cepat. Yang penting, aku bisa mencegah Reus melucuti senjatanya.
"Apa tujuan kalian? Jika itu uang, aku bisa memberikan semua barang bawaan di kereta, biarkan anak-anak pergi!"
Ooh, kau orang yang baik ya, Zack-san. Seorang pedagang memprioritaskan keselamatan kami daripada barang bawaannya. Kau pria menakjubkan.
"Hah! Itu tidak perlu karena kami akan merampok semuanya! Bocah-bocah disini memiliki penampilan yang tidak buruk, harusnya bisa terjual sebagai budak dengan harga layak!"
Mendengar kata 'budak', wajah Emilia memucat. Mungkin trauma lama menghantamnya lagi. Tubuh kecil itu mulai gemetar, menunjukkan gejala berbahaya.
Haruskah aku menembak kepala preman ini? Tidak, perlakuan itu agak terlalu kasar. Aku akan membiarkan Emilia mengatasinya.
"Emilia, dengar baik-baik"
"....Ya...."
"Tutup mulutmu, bocah! Daritadi kau terus mengomel!"
"Kau telah menjadi kuat. Ingatlah hari-hari pelatihanmu"
Aku mengabaikan pria yang mulai berteriak itu dan terus berbicara dengan Emilia. Tampak mengingat, gadis ini terpejam. Setelah beberapa detik, dia perlahan membuka mata. Tanda-tanda ketakutan yang sebelumnya tertempel di wajah sekarang telah sirna.
"Sudah ingat? Kalau begitu, lakukanlah! Orang-orang setingkat mereka dapat kau kalahkan dengan mudah!"
"Ya!"
Pada momen ketika pria itu terkejut dan lengah karena suara nyaring dari sandera, Emilia menyelinap keluar dari lengan yang menahannya.
Memegangi tangan orang yang menggenggam pisau, dia menggunakan Aiki*, membuat pria itu terpelanting dan jatuh. Aku kira dia akan menjauh, tapi ternyata serangannya belum selesai.
[Menurut sekumpulan literatur yang pernah kubaca, Aiki adalah prinsip utama dari senibeladiri seperti Aikido, judo, taichi, dll. Agak panjang ngejelasinnya. Anggap aja Emilia menggunakan teknik bantingan dari Aikido, karena itu juga mengandung Aiki]
"Satu-satunya yang bisa menyentuhku....hanya Sirius-sama!!"
Melanjutkan dengan teknik seoi-nage*, dia melemparkan orang itu. Sambil menabrak pria dibelakangnya, dua preman terbang bebas diudara, keluar dari kereta.
[Lemparan bahu. Kayak gini . Btw, yg kurang paham dimana tepatnya adegan ini terjadi, ingat kalo kedua petualang, Emilia, Sirius dan Zack berada dalam kereta. Hanya Reus yg berlari (sebagai bentuk latihan) diluar. Jadi adegan Emilia yg membanting kedua petualang itu berlangsung didalam kereta. Rangkaian kalimat dari penulisnya juga sempet buat aku bingung]
"Haah?! Pria itu baru saja terbang....Eehhh?!"
Sambil meninggalkan Zack, yang ternganga, aku mendekati Emilia dan membelai kepalanya. Dia terengah-engah, tapi tenang saat mendapat belaianku dan perlahan tersenyum.
"Sirius-sama....aku, berhasil"
"Ya, kau melakukannya dengan baik. Emilia bukan lagi gadis lemah yang hanya menunggu untuk menjadi budak lagi. Kau sudah membuktikannya"
"Itu berkat Sirius-sama"
"Salah, inilah hasil kerja kerasmu. Sekarang, tinggal mengurus musuh yang tersisa"
"Ya!"
Emilia mundur. Aku menepuk bahu Zack lalu menyerahkan peralatan yang dia jatuhkan.
"Zack-san, apa kau baik-baik saja?"
"A-Aah, Danna....siapa anak ini?"
"Penjelasannya nanti saja. Untuk sekarang ayo keluar dari kereta dan bertarung. Musuh akan muncul"
"Tidak, jumlah mereka bukan hanya beberapa. Daripada melawan, kita harus pergi dari sini...."
"Dengan kereta berisi barang-barang berat, kita tidak akan lari lebih cepat dari mereka. Jadi, ayo keluar dan menghadapinya"
"Kemampuan berpedangku tak terlalu bisa diandalkan. Tergantung lawannya, lebih dari dua akan jadi mustahil"
"Tidak masalah. Selama kau bisa melindungi dirimu sendiri, Reus dan Emilia akan membereskan sisanya"
Aku mengalihkan pandangan ke Emilia. Wajahnya dilimpahi motivasi, seolah berkata 'Serahkan padaku!'. Baiklah, sepertinya dia telah kembali normal.
"Ngmong-ngomong, ayo. Kita tidak bisa mengurus musuh di dalam kereta, barang-barang disini akan rusak"
"Yah, benar juga"
Sikapnya tampak enggan, namun Zack mengikuti saat kami keluar.
"Aniki, Nee-chan, kalian baik-baik saja?!"
Tepat setelah keluar, anjing setia Ha---*....bukan. Reus berlari, aku menenangkannya juga dengan tepukan di kepala. Para petualang yang tergeletak ditanah mulai bangun dengan goyah. Mungkin lemparan tadi terlalu berlebihan untuk mereka.
[Mau bilang Hachiko, si anjing setia Wiki. ]
"Aniki, apa mereka kita anggap Musuh?"
"Ya. Orang-orang bodoh itu mencoba menjual Emilia dan dirimu sebagai budak lagi. Bersihkan saja mereka semua sekaligus teman-temannya yang akan segera tiba"
"Jadi begitu! Aku akan melakukannya!!"
Melepaskan geraman seakan dirinya akan bertransformasi lagi, dia melotot tajam pada para petualang. Yah, pihak lain juga marah karena merasa kalah.
"Si-Sialan....Apa-apaan bocah itu?"
"....Aku tidak tahu juga, tapi dia kuat. Apa mereka belum sampai?"
Mereka mulai waspada meski tahu kami hanya anak-anak dan memilih menunggu bala bantuan. Penilaian akan situasi orang-orang ini kurasa sudah biasa diantara para petualang.
"Apa yang akan kita lakukan, Danna? Lebih baik mereka disingkirkan sebelum teman-teman mereka datang, ya kan?"
"Itu sudah terlambat. Kita akan melanjutkan rencana semula"
Aku bisa merasakan kehadiran mereka bahkan tanpa {Search}. Sekumpulan orang yang memiliki kesan berbahaya mulai berkumpul dan menghadang jalan didepan maupun belakang. Para petualang itu berlari kearah seorang pria yang mungkin pemimpin kelompok. Mereka mulai melaporkan situasinya.
"Oi oi, apa yang terjadi? Tugas kalian seharusnya melucuti senjata mereka kan?"
"Mereka lebih kuat dari yang kami duga. Ini akan berakhir jika kau lengah karena penampilan mereka yang seperti bocah biasa"
"Menyedihkan, kau menyalahkan bocah-bocah itu atas ketidak becusanmu sendiri....Hei, kau yang disana!! Kesini sebentar!!"
Mungkin memang pemimpinnya, dia mulai memberikan perintah. Seorang pria lalu maju menuju ke arah kami.
Pria itu berhenti di depan Reus, dan melotot dengan ancaman. Para preman ini sangat mudah dimengerti.
"Oi bocah, cepat jatuhkan senjatamu. Jika tidak, kau akan kesakitan"
"Hei, apa kalian bandit?"
"Ya, bandit. Bandit terhormat yang akan menjual kalian dengan harga tinggi"
"Kalau begitu, aku tidak akan sungkan"
"Aah? Apa yang kau---GEFUUGHHH?!?!"
Tinju Reus tenggelam ke pusat wajah lawan. Pria itupun pingsan tanpa mengetahui apa yang terjadi.
Pria itu terus bergulung ditanah, lalu berhenti tepat di depan kaki pemimpin mereka sambil mimisan.
"Reus, teruslah seperti itu. Emilia akan mengurus musuh yang ada di depan gerbong"
Kecuali yang baru saja pingsan, jumlah musuh adalah sepuluh orang. Enam di belakang kereta, tiga di depan. Sisanya....
"Sirius-sama, bagaimana dengan yang di atas sana?"
Terdapat seseorang yang bertengger disebuah pohon sebelah kiri. Mungkin dia bertugas menyerang dari jauh dengan busur. Namun jujur saja, tak ada gunannya jika mereka hanya menugaskan satu orang.
Aku lalu mengambil sebuah batu seukuran kepalan.
"Aku yang akan mengurusnya. Jadi, apa kalian sudah siap?"
Postur tubuh Reus berubah serendah mungkin dengan tanah seolah tertarik gravitasi. Disisi lain, Emilia menghunus pisaunya dan mulai fokus. Sedangkan diriku membidik menggunakan batu, mengincar target pria di pohon itu.
Menggunakan segenap kekuatan dorongan tanganku, batu inipun melesat membelah udara.
"Mulai bertempur!!"
""YAA!!!""
Bersamaan dengan orang yang kubidik jatuh, Reus berlari.
Tak seperti Emilia, anak ini berlatih tanding melawanku dan Lior hampir setiap hari. Orang biasa mungkin sudah tidak akan mampu bertahan. Tapi dia mirip dengan Lior, suka bertarung dengan yang kuat.
Dia terus mengulangi pertarungan sambil memikul trauma ketika menjadi budak. Ini memang pertama kalinya dia menebas manusia, tapi jika itu menyangkut keselamatan saudaranya, dia takkan belas kasihan.
Setelah menendang bumi, sosoknya melecut kencang. Selesai memotong lengan penyerang dihadapannya, dia langsung melompat ke dekat si pemimpin.
"A-Apa?!"
"URRRAAAAA!!!!!"
Keheranan dan terkejut dengan apa yang terjadi, pemimpin itu mengayunkan kebawah pedang besarnya, menghadapi Reus yang menebas ke atas. Seiring dentangan tinggi suara logam, kedua senjata mereka bertabrakan tepat ditengah. Reus kemudian mengambil jarak sambil mendecakkan lidah.
"Sial, aku belum bisa mengenainya!"
Benar saja. Jika ini Lior, musuhmu memiliki pedang berbilah besar bukanlah masalah, pria tua itu pasti mampu membelah orang sekaligus senjatanya.
Tingkat kemampuan Reus memang sudah tinggi, namun dia masih nampak berkecil hati.
"Seperti yang kukatakan!! Hei kalian, kita akan menahannya!! Kau, serang bocah berambut hitam itu!!"
"Anak itu sepertinya pemimpin mereka. Jika kita menyanderanya, yang lain pasti berhenti juga"
"Jauhkan tanganmu dari aniki!!!"
Kedua petualang bekerja sama dan mengurus serangan Reus.
Aku juga mengajarinya sedikit beladiri tangan kosong. Namun karena tidak terlalu mahir, anak itu berhasil dicegah pergi oleh mereka.
Pemimpinnya kembali mengangkat pedang. Hanya saja, Zack berdiri seolah melindungiku dan membalas dengan menghunus pedangnya sendiri.
"Aku tidak bisa hanya mengandalkan anak-anak. Takkan pernah kubiarkan kau mendekatinya!!"
"Pergi kau, pedagang rendahan!!!"
Semangatnya sungguh luar biasa. Hanya saja dari perkiraanku, kemampuan bertarung Zack berada dibawah pemimpin para bandit. Aku tidak ingin pria baik ini terluka....apa boleh buat.
"Kau pikir aku tidak bisa bertarung hanya karena seorang pedagang?! Itulah kesalahan besarmu!!"
"Kau pikir bisa menang melawan---AGGGAHHH?!?!"
....Si pemimpin mendadak jatuh di punggungnya, membuat kepalanya terbentur dan berhenti bergerak.
Meski merasa tidak enak kepada Zack yang masih bersiap dengan pedangnya, aku malah mengakhiri ini dengan cepat....
Biar kujelaskan, apa yang kulakukan hanya melilitkan {String} di kaki si pemimpin lalu menariknya dengan kuat.
"HEYYAAAA!!!!"
Di saat, bersamaan seorang petualang terhantam tepat didagunya. Pukulan itu cukup keras untuk menyingkirkan kesadaran, sedangkan yang lain terlihat sudah tegeletak ditanah. Jika ada sebuah gong disini, mungkin akan berbunyi dengan nada indah.
"Maaf, aniki! Aku tidak bisa menahannya!"
"Jangan khawatir. Kau membereskan hampir semua dari mereka sendirian, itu sudah cukup bagus"
"Un. Haah....aku berharap ada pedang yang lebih baik...."
Aku agak menyesal karena tidak memiliki pedang yang cocok untuk kemampuan Reus. Dia mencoba mengambil pedang dari para bandit dan mencoba mengayunkannya, tapi langsung dimasukkan ke sarungnya sambil menggeleng.
Begitu sampai di Elysion, aku akan mencarikannya senjata yang bagus.
"Tidak, tidak, apa yang kau keluhkan? Reus sungguh luar biasa. Aku belum pernah melihat seseorang yang kuat di usia ini"
"Aku sudah banyak belajar, Zack-nii. Aniki bahkan lebih menakjubkan!"
"Ha, haa....Danna, ya. Tunggu, dimana Emilia-chan?!"
"Harusnya sudah berakhir. Lihat, itu dia"
Mengalihkan pandangan ke depan kereta, disana....Emilia menari dengan indah.
Tak seperti Reus, serangannya lemah. Namun itu berbeda ketika dia menggunakan sihir melawan orang lain. Sebuah {Air Slash} yang dilepaskan ke arah sembarangan bisa berubah menjadi alat eksekusi dan mencincang musuh dalam sekejap. Aku menyuruhnya agar sebisa mungkin tidak membunuh, itulah kenapa gadis ini menahan kekuatannya. Meski begitu, dia mengurus tiga orang dengan reflek dan kecepatan yang sudah terlatih. Mencari celah dan menebas titik vital mereka menggunakan sebilah pisau.
Selain itu, dia menggunakan sihir untuk lebih mempercepat dirinya sendiri. Setiap kali rambut Emilia melambai sambil meninggalkan kemilau perak, luka tebasan di tubuh tiga bandit bertambah
"Apa-apaan dia ini?!?!"
"Walaupun aku bisa melihatnya, seranganku tak pernah kena!! Kenapa---UGHH?!?!"
"AH!! Menjauh! Menjauuhhh!!!"
Memang hanya menimbulkan setumpuk luka ringan, tapi itu sudah cukup untuk melenyapkan keinginan bertarung mereka. Emilia pun terdiam ketika menemukan waktu yang tepat lalu menunjuk dengan pisaunya.
"Selanjutnya adalah tenggorokan kalian. Namun, jika kalian menjatuhkan senjata dan menyerah, aku akan berhenti. Bagaimana?"
Hmmm, senyum itu memang manis....sekaligus menyeramkan. Karena berasal dari anak kecil, kesannya menjadi lebih menakutkan*. Melihat ini, ketiga bandit dengan panik membuang senjata mereka.
[Entah kenapa aku jadi teringat boneka Chucky]
"Sirius-sama! Aku sudah selesai!"
"Kerja bagus. Sekarang, kita ikat tangan bandit-bandit ini dan mengumpulkan mereka di satu tempat"
"Mengerti. Zack-san, apa kau punya sesuatu sebagai pengikat?"
"A-Aah. Kurasa ada di dalam kereta"
"Aku juga akan membantu!"
Sementara ketiga bandit sedang diikat....satu orang lagi muncul.
Aku telah sadar akan keberadaan orang ini, namun hanya membiarkannya. Itu karena selama apapun waktu berlalu, dia tak pernah menampakkan diri.
Kenapa dia baru muncul sekarang?
"....Seseorang memohon, dengan mengorbankan nyala lilin sendiri. Untuk mewujudkan reinkarnasi api sesungguhnya---"
"Mantera!? Ini buruk! Dia penyihir!!"
"Aniki!!!"
"Sirius-sama!!!"
Penyihir….seseorang yang mampu menggunakan sihir tertentu, julukan ini biasanya disematkan pada orang yang mampu menggunakan sihir tingkat menengah.
Kami tidak berpikir dikelompok bandit akan ada seorang penyihir. Sontak, setiap orang mencoba menjauh, yah kecuali diriku. Dia mungkin menunggu kami lengah sambil bersembunyi.
"---Tombak api yang siap menembus siapapun, melesatlah {Fire Lance}!!"
Disaat nama mantra terucap, tombak dari api berukuran sekitar tinggi badanku muncul.
Hmm, ini pertama kali aku melihat pengguna sihir selain para petugasku. Lagipula, inikah sihir dasar dua tingkat lebih tinggi dari pemula, {Fire Lance}? Penyihir itu melotot padaku yang sedang terkagum, lalu membuka mulutnya sambil meluncurkan tombak api.
"RASAKAN INIIII!!!! PEMIMPIN DARI PARA MONSTERRR!!!!!"
Oh ayolah, anak-anak ini adalah para siswa manisku yang menjadi kuat karena usaha sendiri. Bukankah agak kejam memanggil mereka monster?
"{Impact}"
Karena Zack juga melihat, aku memutuskan untuk mengahiri ini dengan sihir normal dan bukan dengan sihir pistol. {Impact} yang aku tembakkan kecil, dan tampak bukan sesuatu yang bisa menandingi tombak api. Namun, saat keduanya bertabrakan, bola padat Mana akan menguraikan api dan menyebarkannya ke segala arah.
Tombak api pun lenyap.
"Ap---?!....Sihirku?!"
"Pengubahan aliran Mana menjadi sihir masih kurang. Setingkat ini bisa di imbangi dengan sihir kecil seperti barusan. Baiklah....sayangnya tak ada 'lain kali'"
Penyihir itu melangkah mundur melihat seringaiku, tapi kau tidak boleh pergi. Catatan kriminalmu adalah menista para siswaku, jadi ayo kita adakan sedikit pendidikan konseling.
Sementara diriku berjalan mendekatinya sambil memikirkan isi konseling, dua bayangan terbang melesat dari sisi dan melewatiku.
"Kepada Sirius-sama,---"
"Kepada Aniki,---"
Diiringi raungan, kakak beradik menerjang dengan kecepatan penuh menuju pria itu. Berpisah menjadi dua sisi dan mengepungnya.
""---BERANINYA KAUUU!!!!"
Emilia menargetkan perut, sedangkan Reus menargetkan wajah. Mereka menghantamnya dari kedua sisi.
Seperti yang diharapkan dari kakak beradik, waktunya sangat tepat. Pria itupun jatuh sambil memuntahkam darah. Dari caranya yang langsung jatuh, kau bisa memperkirakan seberapa tingginya teknik kedua bersaudara. Berdasarkan bunyinya saja, aku tahu itu sangat keras. Dia tidak mati, kan?.
"Nee-chan, orang ini sepertinya masih hidup? Kita akan menyelesaikannya?"
"Kita buat dia menyesal karena masih bernafas. Reus, ayo lakukan"
Tunggu tunggu!! Apa-apaan ini!!
Mata gelap itu, mereka serius. Meski pria ini telah pingsan, Reus meraih leher dan menggoyang-goyangkannya, sedangkan Emilia menatap dengan tatapan dingin sambil memegangi pisau. Oh omong kosong, benar-benar konyol.
"Emilia, Reus. House*!"
[Ini adalah perintah yg digunakan untuk anjing. Mungkin kayak 'kemari~!'. Aku juga gak terlalu tau sih karena gak punya anjing]
""Yaaa!!""
Aku menepuk kepala keduanya yang langsung menghampiriku. Sebenarnya, aku ingin mendengar beberapa hal dari mereka, hanya saja para bandit ini sudah kewalahan oleh pertarungan. Jadi, aku akan mengakhirinya disini.
"....Bagaimana ya, aku tidak bisa berkata apapun"
Meninggalkan penjelasan untuk Zack yang bingung nanti, aku akan mengurus terlebih dahulu para siswa.
"Kalian berhasil. Ada banyak hal tak terduga, tapi kalian mampu menyelesaikannya. Inilah hasil dari latihan keras kalian"
"Yaayy!"
"Aku melakukannya!"
"Hanya saja, ketika aku diserang jangan bereaksi terlalu berlebihan. Kalian takkan bisa membuat keputusan terbaik jika tidak tenang"
Kali ini kedua bersaudara beruntung karena si penyihir panik tanpa bisa melemparkan serangan balik. Namun jika lawan kami tidak kebingungan, dia pasti akan melontarkan sihir sebelum kakak beradik mampu mencapainya.
"Sirius-sama ditargetkan. Aku takkan bisa tenang!"
"Orang yang menyerang aniki adalah musuh! Aku akan menjatuhkan mereka semua!!"
"Kalian....aku memang senang dengan ini, tapi akan lebih membuatku senang jika kalian dapat mengubah cara berpikir itu. Diskusikan dulu apa yang akan kalian lakukan dengan teman satu tim, prioritaskan untuk melumpuhkan musuh. Selanjutnya, kalian boleh menghajarnya sesuka hati, mengerti?"
"Ya. Kami harus melumpuhkan dulu, dan membuat mereka menyesal telah hidup"
"Aku paham! Kita bisa berbuat apapun selanjutnya, ya!"
"....Anak-anak ini, bukankah mereka agak ekstrem?"
Aku tidak bisa menyangkal kata-kata Zack. Tapi kami telah diserang tanpa alasan. Wajar saja jika kami membela diri atau bahkan membalas.
Setelah itu, aku memutuskan mengumpulkan mereka dan melakukan interogasi.
Ada masalah tanggung jawab dengan serikat petualang yang mengirim mereka sebagai pengawal, dan aku perlu membuat mereka menumpahkan penjelasan tentang jumlah bandit.
Setelah memberi perawatan minimal dan mengirim burung pembawa pesan ke kota Almest, Zack menanyai si pemimpin.
"Oi, apa kalian bandit yang berkeliaran di sekitar sini baru-baru ini?"
"Bagaimana jika benar?"
"Aku akan memaksamu meludahkan segalanya tentang jumlah dan dimana tempat persembunyian kalian. Gara-gara kalian bisnis kami berhenti berkembang, ini masalah yang serius"
"Persetan dengan itu"
"Bahkan sekarang?"
Zack mengancam si pemimpin dengan mendekatkan bilah tajam pedang ke lehernya, tapi pria ini hanya menatap Zack sambil tertawa.
"Hahaha! Lakukan saja jika kau mau. Kau takkan mengetahui apapun kalau aku mati. Seorang pedagang kecil takkan bisa berbuat sesuatu yang tidak biasa dia perbuat"
"Kuh...."
Sepertinya dia tepat sasaran, Zack menyingkirkan pedangnya sambil frustrasi. Tapi dia cepat pulih, dan mulai beralih untuk berbicara kepada para petualang sekarang.
"Apa kalian tidak malu? Menyandera anak kecil dan bekerja sama dengan bandit? Aku heran kenapa kalian menyebut diri sendiri sebagai para petualang yang terhormat"
"Aku tidak ingin mendengar itu dari pedagang yang diselamatkan oleh beberapa bocah"
"Dan aku tidak ingin mendengar itu dari seorang pria yang tangannya terikat. Bekerja sama dengan para bandit merupakan tindakan yang membuat serikat sebagai musuh, apa yang kalian mau?"
"Berisik! Sebuah perusahaan yang didirikan oleh mantan petualang tua tak berhak mengatur kami!"
"Apa?! Berani-beraninya kau menjelek-jelekkan Aniki!"
"Baiklah, waktunya berhenti"
Aku memaksa masuk ke percakapan karena ini hanya akan menjadi perkelahian.
Menenangkan diri setelah menjauh dari petualang itu, Zack menggaruk kepalanya merasa malu.
"Maaf, Danna. Aku tidak tahan jika Aniki di olok-olok"
"Aku sangat tahu perasaan itu!"
"Karena kau seorang pedagang, cobalah mengurusnya dengan sedikit lebih tenang. Kita masih belum tahu apa-apa"
"Aku menyesal karena bertindak memalukan. Akhir-akhir ini para pedagang menjadi target kejahatan bandit"
"Bukankah itu karena pedagang punya lebih banyak uang?"
"Meski begitu, tak ada korban di antara para pelancong. Karena mereka dengan santainya menyerang gerbong yang dijaga, Aniki mengira ada alasan lain dibalik ini. Jika kami bisa mendapatkan bukti dari orang-orang ini...."
Tapi kau tidak pandai dalam persoalan interogasi, karena itulah kau terjebak tanpa memperoleh satupun informasi.
Terus terang, kami bisa pergi ke Elysion tanpa perlu terlibat dengan preman-preman ini. Namun, mereka sempat memberitahu sesuatu tentang menjual kami sebagai budak di atas melibatkan orang yang tidak terkait. Kupikir aku akan membantu sedikit sambil memberi pelajaran kepada orang-orang ini.
"Zack. Boleh aku menginterogasi mereka?"
"Eh? Yah, aku tidak keberatan...."
"Terima kasih dan maaf. Sepertinya aku akan menggunakan sedikit barang dari kereta"
Setelah mendapatkan cat merah yang digunakan untuk melukis, aku berdiri di hadapan si pemimpin bandit.
"Apa yang bocah, dengan kedua ras 'bukan manusia' inginkan?"
Mengabaikannya perkataannya yang menyebalkan, aku menggambar lingkaran dengan cat di lengannya dan menulis 'Idiot' dalam bentuk kanji. Dari sudut pandangku, ini hanyalah keisengan. Tapi bagi mereka yang tidak mengenal bahasa jepang, pasti tampak seperti suatu pola misterius.
"Baiklah, ini selesai"
"Mencorat-coret seenaknya, aku pasti akan membuatmu menyesali ini"
"Kaulah yang akan menyesal. Lagipula, ini bukan sekedar coretan....melainkan kutukan"
"....Apa yang kau bicarakan"
Meskipun wajah dari si pemimpin menampakkan ketidaksenangan, aku memegang erat lengan dimana pola itu terukir seakan tak membiarkannya protes. Awalnya dia membuat ekspresi keheranan, namun disaat aku menggenggamnya lebih kuat, semua itu memudar dan kulitnya berubah pucat.
"A-Apa ini? Apa yang terjadi?"
Selanjutnya, aku mengambil sebuah pisau dan memotong sekitar bagian yang kupegang dengan ringan. Walau hanya menderita luka dangkal, dia bergetar.
"Hei, ada apa? Kau takut hanya karena luka setingkat ini?"
"Tidak! Ini tidak sakit! Meskipun tanganku digenggam sangat kuat, meskipun berdarah, ini tidak sakit sama sekali!!"
Terakhir, aku menusukkan pisau lebih dalam. Aliran deras darahpun mengalir, pria itu mulai menjerit saat berkeringat.
"A-Apa ini?! Kalian, apa lenganku benar-benar melekat?!?! Tak ada rasa sakit atau sensasi semacam itu!!!"
"Aku mengatakannya tadi kan? Ini kutukan"
Untuk sekarang, aku menghentikan pendarahannya dan menatap langsung mata si pemimpin sambil tersenyum. Apa yang tercermin disana adalah kebingungan....dan sedikit ketakutan. Di situasi tak masuk akal sekarang, senyumanku pasti tampak mengerikan.
"Aku mempelajari kutukan sebagai hobi dan ini telah kusempurnakan beberapa hari yang lalu. Singkatnya, jika aku menuangkan Mana pada pola yang telah kubuat....kau akan sepenuhnya mati rasa"
"A-Apa yang kau bicarakan?"
"Artinya, jika kau berbohong atau tidak menjawab pertanyaanku, kutukan ini akan menjadi lebih kuat. Pada akhirnya akan menyebar ke seluruh tubuhmu"
"H-Heh....kalau aku tak bisa merasakan sakit, tidak ada gunanya menyiksa, kan?"
"Kau belum memahaminya? Mati rasa sepenuhnya berarti kau takkan bisa merasakan apapun yang kau makan, kau bahkan takkan merasakan apapun walau sedang memegangi seorang wanita"
Dengan ucapan itu, ketenangannya menghilang. Dia pasti tengah membayangkan itu. Walaupun sebentar, tubuhnya bergetar hebat.
"Da-Danna! Bukankah itu terlalu berlebihan...."
Ups, sepertinya aku menakuti orang lain. Untungnya, Emilia langsung berbisik kepada Zack, jadi aku tidak perlu menjelaskan ini.
Jujur saja, ini adalah penerapan {Regenerasi Aktif}, aku hanya melumpuhkan sebentar sensasi rasa sakit dengan memberi stimulus berlebih menggunakan Mana. Dengan kata lain, itu seperti pemberian anestesi dan dapat kembali normal dalam jangka setengah hari.
Intinya adalah, ada cara lain untuk mengancam selain dengan pedang atau pukulan. Bagi mereka yang tidak tahu tentang anestesi, situasi saat ini hanyalah perwujudan rasa takut.
"Saat sudah terlanjur menyebar ke seluruh tubuh, itu akan mustahil untuk dinetralisir....Kalau begitu, bisakah aku mulai mengajukan beberapa pertanyaan?"
"A-Aku akan memberitahumu segalanya, Bou-chan!!*"
[Tuan muda. Atau sebutan yang disematkan pada bocah laki2 yang terkesan dimanjakan]
Nah, ini terlalu mudah.
Seseorang akan taat setelah kau menekan dua hasrat terbesar manusia.
Si pemimpin tanpa ragu-ragu dan lancar menjelaskan tentang rahasia mereka, bahkan termasuk informasi yang tak seorangpun pedulikan.
Setelah memperlakukan para petualang dengan cara yang sama, akupun mengetahui alasan mereka bergabung dengan bandit.
"Jadi, mereka penyebabnya. Sialan! Aku kira para brengsek itu takkan macam-macam lagi. Tapi ternyata mereka bertindak sejauh ini!"
Rupanya, bandit-bandit yang memburu para pedagang berasal dari perintah perusahaan lain, yang iri dengan pesatnya pertumbuhan perusahaan Galgan. Untuk menghancurkan perusahaan Galgan, mereka menggunakan preman-preman ini dengan membocorkan informasi tentang jalur distribusi dan menghancurkan perdagangannya. Mereka juga meminta agar menyerang beberapa pedagang yang tidak terkait, untuk menutupi jejak mereka.
Dua dari para petualang disini merupakan anggota dalam serikat yang sama, tapi belakangan ini pendapatan mereka semakin menipis tanpa pemasukan yang lancar.
Tampaknya, perusahaan yang bersangkutan menyuruh mereka agar bekerja sama dengan para bandit dan memberikan sejumlah besar imbalan. Senjata yang mereka simpan di kereta tampaknya disediakan oleh perusahaan itu juga, tujuan dari memegang senjata-senjata bagus itu agar mereka lebih mudah dipercayai. Itulah sebabnya meskipun orang-orang ini hanya tahu bagaimana menggunakan pedang satu tangan, mereka juga memakai senjata baru yang tidak biasa mereka gunakan.
"H-Hei....itu sudah cukup kan? Aku mengatakan semua yang kutahu, jadi tolong lenyapkan kutukan ini!"
"Baiklah, aku akan menghapusnya. Hanya saja, sebelum itu...."
Aku mengumpulkan perhatian para bandit, lalu mengambil batu lebih kecil dari telapak tangan dan memerasnya sangat kuat dibantu oleh {Boost}. Batu padat itupun hancur hingga hampir menjadi pasir.
Sambil memperlihatkan adegan ini, sudut bibirku melengkung ke atas.
"Jika kalian memanggil para siswaku monster dan menghina mereka diwaktu berikutnya, ini akan menjadi kepala kalian. Mengerti?"
Para bandit mengangguk berkali-kali dengan sangat cepat sampai-sampai aku berpikir leher mereka akan patah. 'Monster' harusnya merupakan sebutan untuk individu yang kemampuannya berada diranah lain. Ini bukan kata yang harus kau sematkan pada orang yang sedikit lebih kuat darimu
Menuruti keinginan si bandit, aku menyeka pola itu dengan kain dan menuangkan Mana-ku untuk menetralisirnya....atau begitulah yang sedang terlihat. Sebenarnya, aku hanya mengangktifkan sihir {Light}, namun pria ini sepertinya menganggap kutukannya benar-benar lenyap, wajah pucat yang tadi seakan mencair.
"Ah, ngomong-ngomong akan ada efek samping, jadi ini tidak akan sepenuhnya hilang sampai setengah hari. Karena kutukan takkan lenyap dengan cepat, tolong jangan mencari gara-gara pada kelompokku. Aku mungkin tanpa sengaja mengaktifkannya kembali"
Kulit wajah merekapun memucat lagi.
Yah, tak apa asal mereka berhenti macam-macam. Bagaimanapun, orang-orang ini akan dipenjara sambil menunggu keputusan tentang hukuman. Aku yakin mereka sudah belajar dari kejadian sekarang.
Setelah itu, aku melewati waktu menunggu para penjaga kota untuk menyeret kelompok bandit ini dengan menerima setumpuk rasa pemyesalan dari Zack.
"Aku benar-benar minta maaf. Situasi menjadi seperti ini walaupun aku pernah berkata akan menjamin perjalanan yang aman. Aku tidak memiliki satupun alasan untuk mengelak"
"Tidak apa-apa, barang bawaan kita masih aman. Lagipula, kami tidak keberatan sedikitpun"
"Tolong jangan terlalu formal. Ketika aku mendengar dirimu dari Aniki, sejujurnya aku agak ragu. Namun, setelah melihat kekuatanmu langsung, aku menjadi sangat kagum. Mulai sekarang, biarkan aku memanggilmu Danna dalam artian sesungguhnya"
Apa maksudmu dengan arti sesungguhnya? Yah, kurasa ini berarti aku sudah cukup dipercaya.
Zack terus meminta maaf, tapi bagi kami ini bukan masalah besar. Bahkan, kejadian ini berperan baik untuk menyembuhkan trauma kedua bersaudara.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Kita sudah tidak sempat melanjutkan perjalanan karena matahari akan segera terbenam. Bagaimana kalau kembali ke kota bersama dengan para penjaga yang akan datang untuk membawa orang-orang ini?"
"Itu tidak perlu, kan?"
"Tapi, kesampingkan diriku, kalian belum terbiasa tidur di alam liar kan?"
"Malah sebaliknya, kami cukup mampu ketika tidur diluar. Lagipula, akan lebih baik jika kita tiba ditempat tujuan tepat waktu karena kau sedang mengantarkan barang"
"Seperti yang Sirius-sama katakan, kami tidak keberatan. Jadi, ayo kita lanjutkan"
"Danna....maaf karena kita tidak bisa menempuh jarak yang jauh hari ini. Namun, karena barang bawaan dari dua petualang sudah tidak ada, kecepatan kereta kita pastinya akan meningkat"
"Kalau begitu, ayo kita maju!"
Bersamaan dengan kami yang memutuskan tindakan, Reus mulai membuat keributan ketika dirinya sedang mengawasi keadaan sekitar.
"Aniki!! Ada bau orang-orang, mereka menuju kesini!!"
Sepertinya para penjaga kota telah tiba.
Meski tempat ini berjarak cukup jauh dari kota, enam orang penjaga tetap dikirim kemari. Ini mungkin karena kehebatan dari perusahaan Galgan.
Zack selesai menjelaskan situasinya, para banditpun dibawa.
☆☆☆☆
Bagian 2
Satu jam telah berlalu.
Kami berlanjut menuju Elysion seperti yang direncanakan. Kecepatannya memang sedikit naik, hanya saja begitu langit menggelap, kami mulai bersiap untuk berkemah.
"Aku akan berjaga diluar. Kalian bisa tidur di dalam kereta"
"Bukankah kita seharusnya berjaga secara bergantian?"
"Sirius-sama tidak perlu ikut. Tolong tinggalkan tugas ini kepada kami"
"Ditolak. Kecuali untuk situasi tak terduga, setiap orang harus mendapat bagiannya. Ini juga untuk mendapat pengalaman"
"Jika tetap bersikeras....Namun, giliran Sirius-sama akan lebih pendek"
"....Danna, apa kau benar-benar masih anak kecil? Aku merasa seakan dirikulah yang anak kecil"
"Aniki tidak dapat dipahami dengan logika!"
Walau ada sedikit gangguan, giliran untuk jaga malam diputuskan. Baiklah, selanjutnya adalah menyiapkan makanan.
Hidangan di kemping kami terdiri dari hal-hal yang mudah dan biasa seperti sup berisi roti keras dan daging dibumbui garam. Ini juga terjadi karena makanan yang diawetkan belum berkembang disini.
Tempat kami berpijak memang bukan padang pasir atau tanah tertutup es, melainkan jalan raya dimana kau bisa melihat hutan dari sana. Karena itulah, kalau kau berusaha, kau pasti akan menemukan sesuatu yang dapat dimakan.
"Seperti itulah, Emilia akan bertugas mengumpulkan tumbuh-tumbuhan seperti sayur dan lainnya, sedangkan Reus pergi berburu"
"Mengerti, aku akan mencari tanaman herbal"
"Baiklah, Aniki! Buruan dengan ukuran sedang, kan?"
Seusai menginstruksikan keduanya, aku mengambil panci yang agak kecil dan menciptakan lingkaran sihir api untuk mendidihkan air. Zack sedang melihatku sambil menelan sup roti dan dagingnya.
"Hmm....sepertinya kau tidak memerlukan porsi yang telah kusiapkan untukmu"
"Maaf karena mengecewakanmu, kami akan membuat makanan sendiri"
"Tidak perlu semenyesal itu. Aku akan berisitirahat sebentar setelah menghabiskan ini"
Akupun menghentikan Zack yang mengambil kantong tidurnya sambil masih menggigit sepotong roti.
"Tunggu, kau pastinya lebih suka mengunyah sesuatu yang hangat, kan? Bahkan jika kau sudah makan, aku tetap akan membuat porsi untuk Zack"
"Selain ditolong dari kejadian yang mengancam nyawa tanpa kehilangan satu barangpun, Danna juga mengurus makanan. Bagaimana aku harus membayar hutang ini?"
"Urusan dengan para bandit itu hanyalah suatu kebetulan, tidak perlu keberatan. Lagipula, aku ingin bertanya kesan tentang hidangan yang akan kubuat ini dari sudut pandang seorang pedagang. Anggap saja sebagai percobaan"
"Percobaan....Jika Danna yang melakukannya, maka aku tertarik"
Setelah melihat Zack melipat kantong tidurnya lagi dan duduk di sisi berlawanan, aku mengambil benda berbentuk balok dengan warna coklat dari dalam tas. Aku memotong-motong hal seperti tanah liat ini dan mencelupkannya pada air mendidih. Ketika air jernih berubah warna menjadi coklat juga, suatu aroma mulai melayang diudara.
Mirip dengan miso*, tapi bukan miso. Anggap saja sebagai sup yang dasarnya terbuat dari bahan-bahan dari dunia ini.
[Bisa dibilang bumbu khas Jepang. Mungkin udah banyak yg tau karena baisanya dibuat kuah buat mi atau makanan lain. Wiki]
"Oooh....dari aromanya saja, ini pasti lezat. Apa yang Danna celupkan tadi?"
"Itu hal yang terbuat dari campuran garam dan berbagai rempah-rempah lain, aku mengeringkannya agar lebih mampu bertahan lama. Lalu, dilelehkan pada air panas agar bisa dikonsumsi"
Proses pengeringan memang membuat makanan lebih awet, hanya saja akan mengurangi rasanya. Disamping itu, sekarang kami sedang dalam perjalanan panjang, jadi aku memilih titik tengah, yaitu benda seperti tanah liat ini. Karena Zack menatap penuh keingintahuan, aku menyendokinya sedikit dan memberikan itu kepadanya.
"Ini....PANAS!!!!"
Oi, oi. Ini bukan sesuatu yang harus dimakan langsung. Tentu saja kau merasa panas. Kau melakukan sesuatu seperti Reus di masa lalu.
"Sirius-sama, kami kembal!"
"Aku sudah selesai berburu, aniki!!"
Kedua bersaudarapun kembali sambil menunjukkan hasil mereka.
Emilia juga mengumpulkan tanaman herbal. Aku mungkin bisa menggunakanya sebagai pemberi aroma pada masakan.
"Luar biasa, itu Borrow Bird. Burung ini sangat waspada dan bahkan sulit untuk didekati. Aku heran kau bisa menangkap seekor"
"Dia lari beberapa kali, tapi aku diam-diam mendekatinya lalu melompat dengan 'bang!' dan memotongnya dengan 'shaaa'!"
"A-Ah, aku tidak terlalu mengerti, tapi aku tahu kalau itu adalah luar biasa"
Sia-sia saja untuk meminta penjelasan rinci kepada Reus, yang hanya bergerak mengandalkan naluri. Aku pikir pilihan Zack adalah yang terbaik.
Pokoknya, seusai memotong-motong kecil burung ini, aku membumbuinya dengan garam dan tanaman herbal. Mencampurkan jamur dan rumput liar ke dalam sup, dibagian terakhir aku mencelupkan mi kering kedalam sup.
Mengenai mi kering, itu merupakan hal yang kuciptakan sendiri dengan menggorengnya dulu dalam minyak. Tapi ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan roti keras.
Tampaknya Zack tak mampu menyembunyikan keterkejutannya pada hidangan berkualitas lebih baik dari perkiraan. Pergerakaannya dalam meraih mi menjadi lebih cepat walaupun agak kaku karena hanya menggunakan garpu, bukan sendok.
Setelah menghabiskan itu dalam sekejap mata, Zack menggosok perutnya dalam kepuasan.
"Iyaah....benar-benar luar biasa. Ini pertama kalinya aku memakan sesuatu selezat ini saat berkemah"
"Aku pikir Dee dan yang lainnya sedang makan hal yang sama sekarang"
"Jadi karena itu mata Aniki berkilauan. Mi kering ya....? Ini revolusi dari makanan yang diawetkan, pasti laku keras. Apa kau mau memasarkan ini?"
"Aku tidak benar-benar keberatan. Namun jika kau ingin membuat dan menjualnya, lakukan itu setelah mendapat izin Dee dan berkonsultasi dulu dengan Gad"
"Hmm, Dee-nii pasti akan membalas....'Izin diperoleh dari Sirius-sama'!"
Reus benar juga. Aku ingin Dee berkata bahwa dirinya juga hebat dan menjadi sedikit terkenal, tapi karena dia masih belum membuat usaha restoran, meyakinkannya mungkin agak mustahil. Apa boleh buat, aku akan mengizinkannya hanya dengan syarat.
"Yah, baiklah. Aku akan mengajarimu bagaimana untuk membuat ini, namun kau harus memberiku hasil dari penjualannya"
"Berapa banyak?"
"Aku tidak bisa mengira-ngira bagaimana sesuatu akan terjual. Jadi, putuskan itu setelah membahasnya dengan Gad"
"Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, aku yakin akan sangat laku. Inilah kesempatan untuk mendapatkan sejumlah besar uang"
"Untuk sekarang kami tidak benar-benar membutuhkan uang. Sebenarnya, aku bahkan tidak mau dipusingkan dengan hal itu. Jadi, aku akan mengandalkan Zack dan Gad untuk masalah ini"
Belum lama sejak kami bertemu, tapi aku telah berpikir Gad--yang terkait dengan yang Dee dalam kurun waktu agak lama---dan Zack---yang mencoba untuk menyelamatkan kami dari bandit---adalah orang-orang yang baik.
"Dan juga, aku punya satu permintaan lain. Kemampuan kami yang kau lihat hari ini, aku harap kau tak membocorkannya pada siapapun"
"Tentu. Kekuatan setingkat itu memang harus disembunyikan untuk sementara"
"Kau memahaminya ya?"
"Jelas saja. Jika ada anak-anak sekuat ini, mereka akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang merepotkan. Para bangsawan juga mungkin akan menginginkannya. Itu hanya menjadi benih masalah"
Seperti yang diharapkan dari pedagang, ia memahami persoalan yang aku prihatinkan.
"Karena itulah, aku akan bungkam. Aku mendukung keputusan Danna, yang telah menyelamatkanku. Tak peduli apa yang orang lain atau bahkan para bangsawan akan katakan"
"Terima kasih"
"Aku yang harusnya mengucapkan itu. Yah, ngomong-ngomong Danna akan mendaftar di sekolah Elysion, kan?"
"Apa aku pernah membicarakannya?"
"Tidak, hanya saja, anak-anak yang pergi ke Elysion sebagian besar memiliki tujuan mendaftar di sekolah. Menyimpulkan ini cukup sederhana"
Fumu, aku tak menyadari itu. Oh baiklah, jika hanya tentang kami yang pergi untuk mendaftar ketahuan, itu bukanlah masalah.
"Sepertinya kau tidak hanya membahas tujuan perjalanan?"
"Ya. Jujur saja, perusahaan Galgan memiliki cabang di Elysion, jadi aku menyarankan agar kalian mengunjungi toko kami. Aku juga akan sering datang kesana untuk mengurus bisnis. Jika kalian memiliki masalah, biarkan kami membantu"
Oh, jiwa bisnis dalam diri Zack nampaknya berkembang.
Tapi inilah yang aku butuhkan sekarang. Aku bisa langsung menjual rempah-rempah agar bisa sampai ke Dee*. Sepertinya dukunganku pada usahanya juga takkan berkurang bahkan setelah tiba di Elysion.
[Bagi yang blom paham, gini. Sirius masih ingin membantu usaha Dee dengan tetap mengiriminya rempah-rempah. Perusahaan Galgan akan menjadi distributor terbaik disini]
"Tolong urus kami dari sekarang"
"Aah, aku juga sama"
Setelah itu, perjalananpun berlanjut dengan lancar.
Kami juga mengusir para monster yang sempat menyerang beberapa kali, namun tidak ada bandit yang muncul.
Bahkan jika dirinya lemah, melihat kedua bersaudara mengalahkan para monster sebelum dia sempat menghunus pedangnya. Satu-satunya orang dewasa di kelompok kami, Zack hanya bisa tertekan.
"....Meskipun....Meskipun aku pria dewasa, aku serasa dikawal"
Ini adalah kebenaran yang menyedihkan, jadi aku menepuk punggungnya tanpa berucap apapun.
Sambil mengalami berbagai peristiwa kecil semacam ini, lima haripun berlalu.
Akhirnya....kami tiba di tujuan.
"Dannaaa!! Elysion sudah terlihaaattt!!"
"Oooooh?! Itu tinggiiii!!!!"
"....Sangat besar...."
Kota Akademi*, Elysion.
[Ada si jabrik disini XD ]
Apa yang menyambut kami adalah....Tembok raksasa melintang kekejauhan dan melindungi penduduk di sisi lain.
☆☆☆Chapter 25 berakhir disini☆☆☆
Catatan penerjemah : Akhirnya tiba di sekolah..........novel ini mengajarkan untuk menghargai ya. Termasuk tentang pendidikan.
Ke Halaman utama I-Fun Novel
Ke Chapter selanjutnya
Sirius mendidik para yandere ternyata,,,
ReplyDeletenunngu lanjutannya
ReplyDeleteMakasih min.... Di tunggu lanjutannya....
ReplyDeleteThx min
ReplyDeleteLanjutin min
Kota Akademi*, Elysion.
ReplyDelete[Ada si jabrik disini XD ]
Maksudnya apaan yah..?
Hanya lelucon ^_^
DeleteMungkin maksudnya si kamijou dari novel toaru
DeleteNah ^
Delete