World Teacher chap 27 B. Indonesia

Chapter 27 Inilah Istana Baru
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel





Bagian 1


---Sudut pandang Rodwell ---

"Nomor seratus lima puluh enam, Sirius Teacher"

Maka aku bertemu dengannya.

Penampilannya adalah anak laki-laki biasa. Entah wajah maupun rambut berwarna hitam itu, dia nampak seperti bocah yang bisa kau temukan dimanapun.

Hanya saja....tatapannya tidaklah normal. Dia melihat ke sekeliling ruangan seolah-olah sedang menyelidiki. Ketika mata kami bertemu, dia terus melihatku tanpa berpaling. Apa dia mengetahui siapa diriku? Tidak, aku telah sepenuhnya menyembunyikan telingaku, dan menggunakan alat sihir untuk membuatku terlihat seperti manusia. Kurasa ini hanya imajinasiku, tapi....tidak, aku mengerti bahwa dia bukan hanya sekedar 'anak kecil'.

Melihat dari samping, dia tampak seperti bocah yang tegang dan menatap sekitar dengan gelisah. Namun, aku merasa dia sedang mengamati untuk memperoleh informasi tentang kami.

"Nomor seratus lima puluh tujuh, Alstro Elmeroy! Tidak seperti jelata di sana, aku adalah anak kedua dari rumah Elmeroy yang terhormat!"

Aah....Ya, ya. Aku sangat kenal denganmu, Alstro-kun. Salah satu bangsawan terkemuka Elysion, bangsawan yang berdiri cukup tinggi, kan? Aku pernah melihat dirimu beberapa kali di pesta, dan akan sangat tepat untuk mengatakan bahwa aku sudah mengenalmu sejak dirimu masih kecil. Oh, dia pasti akan jadi sangat sombong ketika sudah dewasa.

Setelah itu, 'Aku adalah petugas pertama Alstro-sama'....itu berlanjut sampai yang ketiga. Mengingat bahwa mereka semua adalah petugas Alstro-kun, maaf ya, tapi aku akan mengacuhkan semua orang kecuali Sirius-kun.

Sekarang, orang yang bersangkutan, ada satu hal tentang dirinya yang patut dipikirkan. Ini adalah atribut yang tertulis di profilnya.

Atribut {Tak berwarna}

Sungguh tak terduga. Tidak hanya sangat jarang, orang yang memiliki atribut ini juga menjadi sasaran cemoohan, jadi tak ada satupun dari mereka yang mencoba masuk sekolah. Mungkin saja, ya mungkin saja ada kerusakan pada alat sihir ketika dia melakukan pemeriksaan dulunya.

"Kemudian, kita akan melanjutkan untuk melakukan pemeriksaan atribut. Mulai dari nomor seratus lima puluh enam, silakan maju ke depan"

Sekarang, apa atributnya? Aku mulai bertanya-tanya. Tapi saat tangannya hendak menyentuh alat itu, orang bodoh memunculkan keributan.

"Mundur, rendahan. Jangan menyentuhnya di hadapan diriku yang seorang bangsawan. Hei, apa kalian memiliki bola kristal yang lain? Kalau begini tanganku akan kotor"

"Kami meminta maaf, tapi saat memasuki tempat ini, seorang bangsawan atau bukan tak ada bedanya. Jika kau mulai bertindak terlalu tinggi, kau akan didiskualifikasi, mengerti?"

"Hmph, apa boleh buat. Lihatlah baik-baik atributku ini!"

Saat Alstro-kun menyentuhnya, kristal itu bersinar bergantian antara merah dan hijau. Ini berarti dia memiliki dua atribut, eksistensi langka yang disebut Double. Ketiga pelayan bertepuk tangan sambil mengatakan sesuatu seperti 'Luar biasa'. Tapi dari sudut pandangku, ini merupakan hal yang membosankan.

Alasannya, karena hal ini sudah dipastikan beberapa tahun yang lalu. Begitu mengetahui ini, orang tua Alstro-kun mengumumkannya kepada publik dengan cara yang terlalu berlebihan. Sebagian karena itulah, dia dimanjakan dan berakhir memiliki kepribadian angkuh semacam ini.

Lebih dari kau, aku ingin melihat Sirius-kun. Menyingkirlah segera, buang wajah sombong itu dan biarkan dia menyentuhnya.

"Pergi! Berikutnya aku, giliran pelayan pertama. Jelata itu yang terakhir"

Haah....sungguh idiot.

Di sampingku, Gregory-sensei juga menyeringai, betapa busuknya.

Sirius-kun, bagaimanapun, hanya melihat mereka seolah tak peduli. Ini membuatku tenang ketika menatapnya....Benar, dia tidak akan lari dari sini. Ayo menunggu sambil bersantai.

"Kemudian, nomor seratus lima puluh enam, tolong sentuh kristal ini"

Diapun menyentuhnya.

Warna yang dihasilkan kristal adalah....tidak berwarna.

"....Ha, hahahahahaa! Bagaimana ini bisa terjadi, ada seorang 'Tidak Kompeten' di tempat seperti ini?"

"Memang. Lupakan status sosialnya, dia sampah yang tidak dicintai oleh keempat elemen"

"Dia memang 'Tidak Kompeten'"

"Tak ada tempat bagi seorang yang tidak kompeten, Alstro-sama"

Tawa hina menggema di ruang wawancara. Para guru selain diriku menatap Sirius-kun dengan tatapan kasihan. Hanya Gregory-sensei yang berdiri sambil berteriak dan menunjuk ke arahnya.

"Kami tak membutuhkan 'Tidak Kompeten' di sekolah ini! Tak perlu lagi tes sihir, kau bisa segera pergi!"

"Ya, guru juga mengatakan itu. Kembalilah segera!"

"Aku akan kotor hanya dengan berada di dekatmu!"

"Kembalilah, tidak kompeten!"

"....Diam"

Kepada suara tawa tak menyenangkan itu, tanpa sengaja aku melontarkan satu kata disertai niat membunuh. Mereka terpukul oleh dampaknya, dan mengubah cemoohan menjadi ekspresi ketakutan dengan tubuh yang gemetar.

Tidak bagus, aku pikir diriku akan segera kehilangan kendali. Menengok ke sisi, para guru termasuk Gremory-sensei menatapku sambil gemetar.

....Hanya Sirius-kun yang berbeda. Bahkan setelah menerima niat membunuh tajam itu, dia hanya menatapku dengan tenang sambil terlihat agak tertarik. Dia memang bukan orang biasa.

"Ini bukan rumahmu, Alstro-kun. Pertama, jika kau hanya menjadi seorang bangsawan untuk mengolok-olok orang lain tanpa memperdulikan tempatnya, maka kau tidak bisa ditoleran lagi. Sekolah ini adalah tempat bahkan bagi bangsawan, dimana dia menghabiskan waktu untuk meningkatkan diri, kau mengerti?"

Alstro-kun menatapku tajam, tapi lututnya gemetar. Dia mungkin berpikir untuk membuatku dipecat. Hanya saja, anak ini akan menyerah setelah tahu siapa diriku yang sebenarnya.

"Aku tahu kemampuan kalian berempat sangat baik, jadi aku akan membiarkan kalian lulus bahkan tanpa menggunakan sihir. Yang akan kami lihat hanyalah dia, jadi kalian dapat pergi"

"Hmph! Tidak menyenangkan berada di dekat orang 'Tidak Kompeten'. Ayo pergi, kalian!"

"""Y-Ya!"""

Bersamaan dengan Alstro-kun yang keluar ruangan membawa ketiga pelayannya, Gregory-sensei, yang duduk di sampingku juga berdiri.

"Permisi. Tidak ada gunanya melihat sesuatu seperti sihir dari si 'Tidak Kompeten'. Aku mengharapkan penilaian yang adil, semua guru"

Setelah mengatakan itu, dia berbegas meninggalkan ruangan. Seolah-olah sedang mengejar Alstro-kun.

Kemungkinan besar ia pergi untuk mengintai kelompok Alstro-kun. Bangsawan kelas atas dan seorang Double, itulah siswa kesukaannya.

"Maaf, Sirius-kun. Kami akhirnya menunjukkan sisi buruk sekolah ini, bahkan sebelum kau dinyatakan resmi masuk"

"Aku tidak keberatan. Orang-orang seperti itu bisa ditemukan dimanapun. Lagipula, Anda semua, para guru masih di sini. Jadi ini tidak masalah"

Sungguh, dia lebih matang daripada yang kuduga. Apa kau mendengar ini Gregory-sensei? Dia beberapa kali lebih dewasa darimu.

"Walaupun ada berbagi hal yang muncul, tapi maukah kau menunjukkan sihirmu?"

"Tak apakah meski ini sihir tanpa atribut?"

"Jangan pedulikan itu. Aku tidak menganggap kau hanya 'sekedar' pemilik sihir tanpa atribut"

Atributnya memang 'Tak Berwarna'. Namun, yang kutahu dari pengalaman masa lalu adalah orang yang memiliki atribut ini memancarkan cahaya agak suram. Namun tentang miliknya, itu terang dan jelas.

"Baiklah.....O cahaya, {Light}"

....Kapan dia memusatkan Mana? Menggunakan sihir seolah bernafas, lalu sebutir cahaya kecil lahir di tangannya. Dia menggunakan {Light}, yang belum sempat diteliti untuk disederhanakan, hampir tanpa mantra.

Tidak diragukan lagi, dia adalah master kedua bersaudara itu.

"Bagus....pergilah"

{Light} yang ia ciptakan berbentuk bola cahaya normal, tanpa ada satu pun keistimewaan. Namun itu mulai bergerak dan terbang ke arah kami diiringi oleh perintahnya.

Anehnya, itu berhenti dihadapain kami semua dan terbagi menjadi beberapa bola cahaya mungil.

Aku menyentuhnya dengan ujung jari untuk memeriksa. Ini tentunya adalah {Light} yang bisa digunakan oleh siapapun.

"Itu saja"

Ketika tangannya turun, bola-bola cahaya pun lenyap. Konsumsi Mana untuk sihir {Light} cukuplah tinggi, tapi kelelahan atau semacamnya tak tampak sama sekali pada diri anak ini meski dia sembarangan menggunakannya. Dia juga tidak pura-pura, yang berarti menghabiskan Mana sebanyak ini merupakan hal lumrah baginya.

Aku tidak bisa melihat batas dari anak ini. Menarik.

"Hmm, sihir tanpa atribut milikmu memang mengesankan. Namun, seperti yang diharapkan, akan sulit untuk diterima karena kau tidak dapat menggunakan sihir dari empat atribut"

"Ya, itu sangat dibutuhkan di kelas. Jadi, dapatkah kau menggunakan sihir atribut lain meski hanya dasarnya?"

Aku bisa saja meluluskan tes untuknya, tapi pendapat guru lain memang benar. Mungkin dia bisa menggunakan tingkat dasar dari sihir beratribut. Sayangnya, dia menggelengkan kepala agak menyesal.

"Kecocokanku dengan keempat atribut adalah yang terburuk. Secara jujur, aku bahkan tidak mampu menggunakan sihir tingkat dasar"

Hanya sedikit informasi tentang 'Tak Berwarna' yang diketahui sejauh ini. Itu karena kebanyakan ilmuwan berpendapat sia-sia saja untuk menelitinya. Apa memang tidak berguna? Agak disesalkan, andaikan dia memiliki kecocokan dengan atribut lain, itu mungkin akan menyebabkan sebuah revolusi di dunia sihir.

"Hanya saja....Aku bisa menggunakannya, jika perlu"

Dirinya berkata bisa menggunakannya, diiringi ucapan 'jika perlu'? Menarik.

"Aku tidak benar-benar mengerti. Tapi, kalau tidak keberatan, bolehkah kau menunjukkannya?"

"Baiklah. Aku membutuhkan sedikit waktu untuk itu"

Apa yang dikeluarkannya dari saku adalah sebuah wadah kecil, cairan biru muda didalamnya sedikit bersinar. Mungkinkah ini {Air Suci Sihir}? Ini merupakan hal berharga yang nilainya sangat mahal dan tidak biasa untuk dibawa oleh rakyak jelata.

Dia mencelupkan jari telunjuk ke dalamnya, dan mulai menulis sesuatu  pada punggung tangan kirinya. Jangan-jangan....

"....Apa kau sedang menggambar formasi lingkaran sihir?"

"Ya, benar. Ini mudah karena hanya tingkat dasarnya"

Meski begitu, pola itu takkan aktif jika terdapat sedikit saja bagian yang melenceng, kau tahu? Sekalipun sederhana, bahkan aku akan gagal jika tidak melakukannya dengan hati-hati.

"Terimakasih telah menunggu....{Flame}"

Setelah menyelesaikannya dalam durasi kurang dari satu menit, ia menggunakan sihir dasar standar. Bersamaan dengan formasi yang sedikit memancarkan cahaya, sebuah bola kecil api melayang di atas tangannya. Garis yang dia ciptakan di awal pun telah lenyap.

....Aku tidak mengira akan semenarik ini. Apa dia sungguh berusia delapan tahun?

"Karena dilakukan secara mendadak, kekuatannya sederhana saja. Tapi, bukankah ini sudah cukup?"

"....Aku tidak keberatan. Bagaimana dengan kalian berdua?"

"Baiklah....jika Anda berkata seperti itu, aku juga tidak keberatan"

"Aku malah menantikan masa depan anak ini"

Yah, andai kalian berkata keberatan, aku berencana mengadakan diskusi panjang lebar setelah wawancara selesai. Agak melegakan ketika keputusan bulatnya seperti ini.

Sirius-kun mengusap {Air Suci Sihir} dari punggung tangannya lalu memeriksa tak ada seberkas cairan yang tertinggal. Menempelkan itu pada kulit merupakan hal yang buruk bagi tubuh. Tindakannya ini sangat sempurna.

"Terakhir adalah pertanyaan pribadi dariku. Kudengar kau mendidik Emilia-kun dan Reus-kun....apa itu benar?"

"Dari mana Anda mendengarnya?"

"Keduanya sangat luar biasa. Ketika ditanyai darimana mereka belajar sihir, anak-anak itu dengan bangga menjawab dari master mereka, Sirius-kun"

"Mungkin seseorang dengan nama yang sama?"

"Tolong jangan terlalu meremehkanku. Teknik penciptaan pola dan pengendalian sihir barusan. Karena semua itu, aku menyimpulkan bahwa dirimu memiliki kemampuan untuk melatih keduanya, bukankah begitu?"

Garis pandang kami bertabrakan. Kesunyianpun berlanjut.  Seolah menyerah, dia lalu menutup mata dan merilekskan ekspresinya.

"Memang, akulah yang melatih keduanya. Namun, mereka sampai sejauh ini karena hasil dari usaha keras sekaligus bakat masing-masing. Aku hanya sedikit membantu"

"Ya, aku sangat mengerti kalau mereka terus berupaya dengan memanfaatkan bakat masing-masing. Tapi itu juga terjadi karena dirimu yang berada di sana. Tidak apa-apa untuk sedikit membanggakan diri"

"Terima kasih banyak. Aku senang diberi tahu begitu oleh seorang pendidik"

"Namun, bagaimana denganmu? Aku tidak berpikir bahwa kemampuan yang sampai sejauh ini bisa diperoleh secara otodidak. Kau bahkan membuat orang dewasa malu. Jika mungkin, tolong beritahu aku darimana kau mempelajarinya"

"....Menurut okaa-san yang telah membesarkan diriku, ada seseorang yang bisa aku sebut sebagai shishou*"
[Shisou itu kayak Master kung-fu, atau guru yang mengajarkan cara bertarung]

"Jadi....Siapa dia?"

"Aku hanya tahu kalau orang ini bernama 'shishou'. Dia dengan paksa mengajarkan berbagai pengetahuan kepadaku, bahkan ketika diriku masih bayi. Aku tidak dapat mengingat hal-hal selain pengetahuan darinya. Kaa-san juga sudah meninggal, jadi informasi tentang shishou tidaklah jelas"

"....Sepertinya aku bertanya sesuatu yang sensitif"

"Aku sudah terbiasa, jadi jangan khawatir. Setelah terus-terusan berlatih sambil mengingat sekumpulan pecahan pengetahuan darinya, itulah kenapa aku bisa sampai di tempatku berada sekarang"

Ini merupakan cerita yang gila, tapi dia sendiri sudah tidak masuk akal.
Jika dia memang tidak mengetahui siapa shishou-nya, itu tidak apa-apa. Yang terpenting, adalah fakta bahwa anak laki-laki yang mengagumkan ada di sini.

"Agak sulit dipercaya karena begitu tiba-tiba, tapi aku akan menerimanya. Baiklah, Sirius Teacher, aku mengizinkan dirimu untuk memasuki Akademi Elysion"

Memang terdapat banyak misteri tentang dirinya, tapi dia akan mendaftarkan diri ke sekolahku. Akan ada waktu untuk perlahan mengungkap itu.

Dia mungkin akan menjadi angin, yang berhembus dan mengangkat sekolah ini.

☆☆☆☆

Bagian 2


---Sudut pandang Sirius---


Haahh....entah bagaimana aku berhasil melewatinya.

Terdapat banyak idiot disini, tapi baguslah karena ada juga guru yang pengertian. Andai orang itu tidak di sana, aku mungkin sudah ditolak hanya karena 'Tak Berwarna'.

Namun....apa dia benar-benar seorang guru?

Dia memiliki penampilan seorang guru muda, tapi niat membunuhnya tak bisa diremehkan. Setiap orang dewasa berperilaku berbeda dihadapannya seolah-olah dialah atasan mereka. Terlebih lagi, dia membuatku merasakan pengalaman latihan bertahun-tahun lamanya, mirip dengan shishou-ku.

Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan dewasa berusia dua atau tiga puluhan. Dengan memperkirakan secara kasar, usianya mungkin lebih dari seratus---....lebih dari seratus tahun, ya.

....Jadi orang itu merupakan kepala sekolah yang tertera di pamflet ini, Rodwell. Sesuai umur panjang para elf, aku bisa mengerti martabat di sikapnya.

Sebelumnya, diriku merasakan atmosfir aneh darinya setelah memasuki ruangan wawancara, itu mungkin efek penyamaran. Yah, ada banyak hal yang bisa dihubungkan dengan ini.

Yang mengkhawatirkan adalah, aku merasa telah menarik minatnya. Hingga mengarang kebohongan yang tidak jelas ketika dia melontarkan pertanyaan tentang rahasia kekuatanku, sampai kapan kebohongan itu bisa dipakai aku juga tidak tahu. Tampaknya dia juga bukan orang yang buruk karena sempat marah akan penghinaan para bangsawan....Kuharap diriku tidak ketahuan sekaligus tak terlibat dalam sesuatu yang merepotkan hingga lulus sekolah.

Yah, disaat Emilia dan Reus terkenal, pada akhirnya itu akan terpapar secara alami.

"Sirius-sama!"

"Anikiiii!!!"

Kedua bersaudara bergegas menuju kemari tepat setelah aku meninggalkan ruang wawancara. Mereka menatapku dengan ekspresi gugup dan ekor yang berdiri, tapi ketika jempolku terangkat sambil tersenyum, wajah kakak beradik itupun berubah dipenuhi kegembiraan.

"Kami juga lulus tes!"

"Kita berhasil! Sekarang kita bisa bersama Aniki!!"

Reus dengan senang berlarian mengitariku, hanya saja perilaku ini seperti anjing. Orang-orang di sekitar melihat dengan tatapan dingin, jadi berhentilah.

"Untuk sekarang, ayo kita kembalikan liontin ini dan menuju ke penginapan. Waktu berkumpul selanjutnya adalah setelah tiga hari, kan?"

"Sepertinya begitu. Menurut pamflet, kita akan berkumpul di sini setelah tiga hari. Pembagian kamar di asrama juga berlangsung pada hari itu"

"Asrama siswa, ya! Aku ingat Zack-nii mengatakan akan ada dua atau tiga siswa per kamarnya!"

"Kenapa dia tahu hal itu?"

"Dia berkata kalau mengetahui berbagai informasi adalah dasar-dasar dari berdagang"

Ini memang suatu kemampuan yang penting bagi seorang pedagang dimana mereka berurusan dengan segala jenis pembeli dan penjual. Hanya saja agak mengherankan baginya dengan mengumpulkan informasi sepele semacam ini.

Seusai mengembalikan liontin, kami kembali ke penginapan dan memberitahu hasil tes kepada si pemilik, Rona. Dia senang, seolah-olah hal itu terjadi pada dirinya sendiri.

"Tidak buruk. Hari ini, aku akan mentraktirkan kalian!"

Reus yang sering cepat lapar akhir-akhir ini, menjadi yang paling bahagia.


☆☆☆☆


Setelah itu, kami berkeliling kota.

Menemukan rempah-rempah baru dan meningkatkan taraf makanan kami. Emilia membantu sang pemilik dengan bekerja di penginapan. Juga, mencari pedang baru sekaligus kokoh untuk Reus.

Sementara berjalan-jalan di kota besar sambil menghafal strukturnya, periode tiga hari berlalu dalam sekejap mata.

Dan....pada hari penentuan kamar asrama para siswa, kami menundukkan kepala kepada sang pemilik penginapan.

"Waktunya memang cukup singkat, tapi terima kasih karena telah membantu kami"

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Sebaliknya, akulah yang merasa terbantu....Hei, Emilia-chan, maukah kau bekerja di sini setelah lulus?"

"Mohon maaf, aku tidak bisa meninggalkan sisi Sirius-sama"

"Haah....apa boleh buat. Yah, kau masih akan berada di kota ini karena tinggal di asrama sekolah. Ayo kapan-kapan kita makan malam lagi"

"Ya. Aku akan datang lagi untuk makan Jaora Snake"

Kamipun keluar dari {Spring Breeze Perch}, dan beralih ke tempat tinggal baru yaitu asrama para siswa. Ngomong-ngomong, karena satu kamar asrama akan dihuni oleh beberapa siswa, aku mulai bertanya-tanya seperti apa anak yang akan menjadi teman sekamarku. Aku harap bukan bangsawan idiot lagi.


☆☆☆☆


Terdapat lebih banyak orang di sekolah daripada terakhir kali kami datang. Karena pemeriksaan pendaftaran berlangsung selama beberapa hari, tes-nya dilakukan sehari setelah kami mendaftar. Sekarang jumlahnya sudah digabungkan, jadi wajar saja jika meningkat.

"Sangat ramai. Lihat, aniki! Ada banyak orang dewasa yang memakai pakaian berkilauan, apakah mereka juga siswa baru?"

"Bukan. Mereka merupakan orang tua dari anak-anak yang mendaftar disini. Akan merepotkan jika mereka mencari gara-gara dengan kita, jadi pastikan untuk tidak mendekat"

Kira-kira ada lebih dari dua ratus siswa. Sejumlah besar bangsawan dengan wali mereka dapat terlihat, ini adalah pemandangan yang membuatmu mengerti bahwa 'tokoh aristokrat' itu memiliki berbagai jenis. Hanya pendapat pribadi, tapi aku pikir para bangsawan dengan banyak hiasan disana sulit ditangani, jadi aku memutuskan untuk menjaga kedua bersaudara agar tidak pergi terlalu jauh.

"Aku penasaran, akan bertempat dimana kamarku, ya?"

"Sirius-sama, aku mendapat sebuah kertas yang dibagikan disana"

Sungguh cepat, Emilia-san.

Ada tempat dimana terdapat sebuah papan pemberitahuan berukuran besar. Namun ada kerumunan orang yang mengantri disana. Bisa dibilang mendapat kertas ini tanpa bersusah payah merupakan hal terbaik.

....Hah? Jika kau memperhatikan sekeliling dengan cermat, hanya para bangsawan yang memegang kertas ini. Itu berarti rakyat jelata harusnya mengambil kertas di tempat dengan papan pemberitahuan lebih kecil.

"Emilia, bukankah ini khusus untuk para bangsawan?"

"Sepertinya begitu. Namun, aku hanya membungkuk di depan resepsionis-nya, dia lalu memberiku kertas itu bahkan sebelum aku sempat meminta"

Keanggunan Emilia menang, ya. Nah, apa pun, menyangkal kerja kerasnya tidak akan baik (bukan berarti dirinya memang bekerja keras). Lagipula, ini bukan sesuatu yang perlu dikembalikan, jadi ayo kita gunakan tanpa ragu-ragu.

"Aku akan tinggal di mana ya.... ummm...."

"Kalau aku....ah, ada!"

Kami bertiga lalu melihat-lihat ke papan pengumuman, dan mencari nama masing-masing.

Asrama dibagi secara acak menjadi milik siswa laki-laki dan siswa perempuan, setiap bangunan diberi nama sesuai dengan keempat elemen. Totalnya ada delapan asrama, dengan kata lain wilayah disini sangatlah luas. Ngomong-ngomong, bakat dan nama asrama seseorang tidak terkait.

Reus akan berada di asrama siswa laki-laki {Api}, bernomor kamar tiga puluh delapan.

Sedangkan Emilia di asrama siswa perempuan {Air}, bernomor kamar dua puluh lima.

Dan aku....

"....Tidak di sini. Kenapa tidak ada?"

"Nama Aniki tidak ada dimanapun!"

Ya, hanya namaku yang tidak ditemukan. Kami memeriksanya beberapa kali, dan sempat melihat apakah itu tertulis di pojok ruangan. Tapi nihil, satu kata dari namaku saja tidak tampak.

"Mungkin ada kesalahan saat menuliskannya? Tadi aku melihat ada beberapa kamar yang kosong"

"Selama kamarnya kosong itu baik-baik saja kan? Aku akan mengusir orang yang akan tinggal dikamarku. Jadi, Aniki bisa bersamaku!"

"Jangan katakan hal itu bahkan sebagai lelucon. Ayo kita pergi ke resepsionis untuk mengkonfirmasikan ini"

Sambil membawa keduanya, aku pergi ke tempat dimana Emilia mendapatkan kertas tadi.

Resepsionis ini bukanlah guru, melainkan seorang pria yang tampak seperti petugas kebersihan sekolah. Dia sedang duduk dengan wajah lelah.

Sementara aku berpikir 'Orang ini tidak berambisi sedikitpun', Emilia berbisik, berkata bahwa dia merupakan orang berbeda dari sebelumnya. Bagaimanapun, aku akan mencoba bertanya.

"Maaf, aku punya pertanyaan tentang kamar asrama"

"Ya, ya ... .oh, kau bukan bangsawan. Jadi, ada apa?"

"Sekali lagi, ini tentang kamar asrama. Namaku tidak tertera dimanapun, mungkinkah Anda mengetahui sesuatu tentang itu?"

"Apa kau sudah memeriksanya dengan teliti? Apa boleh buat, berapa nomornya?"

"Seratus lima puluh enam"

Sambil menggumamkan nomorku, pria itu menengok ke kertas di bawah meja. Berbeda dari milik kami---yang seperti peta, miliknya lebih seperti kolom daftar. Dia lalu menaruh kertas itu lagi setelah tatapannya berlari dari atas dan berhenti dibawah.

"Apa kau seorang anak bernama Sirius?"

"Iya. Sirius Teacher"

"Kalau begitu, tempatmu bukan di sini. Ikutlah, aku akan menuntunmu"

Seusai berbicara sebentar dengan orang lain, dia lalu memimpin kami. Ini menyisakan banyak tanda tanya di kepala.

Kami melewati asrama siswa yang berjejer di kedua sisi, dan mulai memasuki jalan yang terlihat seperti pegunungan dipenuhi oleh gulma. Lima menit terus berjalan. Mungkin hampir satu kilometer dari asrama siswa, ada sebuah bangunan ditempat ini.

"Inilah asramamu"

"....Eh? Sesuatu seperti ini?"

"Apa....disini tempat tinggal Aniki? Jangan bercanda!"

Atapnya memiliki banyak lubang dan sudah reyot, seolah bisa jatuh kapanpun.

Dinding luarnya memang hanya tampak sedikit retak, namun bingkai yang seharusnya adalah tempat pintu dan jendela telah dipenuhi oleh tanaman merambat, membuat kaca agak melenceng dari posisi.

Sedikitpun jejak dari halamannya yang dulu dijadikan area berkebun juga tak terlihat. Semuanya, bahkan sumur telah terselimuti oleh hijaunya rumput.

Bagaimanapun caramu melihat, ini bukanlah asrama....

"Ini....Bukankah ini hanya reruntuhan?!"

Reus mulai marah saat menunjuk bangunan bobrok ini. Tapi pria itu dengan tenang membalas sambil memeriksa kertas yang dipegangnya.

"Di kertas sudah tertulis {Siswa 'Tidak Kompeten' tidak memenuhi syarat untuk memasuki asrama sesuai tradisi. Jadi kami akan meminjamkan tempat yang sudah biasa digunakan oleh para tamu dimasa lalu}. Ini merupakan instruksi Gregory-sensei, jadi aku tidak mungkin salah"

"Ini....hanyalah penindasan!"

"Nah, aku tidak begitu peduli, kalau kau tidak sanggup kenapa kau tidak menyerah saja? Lagipula....bukankah ini cocok dengan orang 'Tidak Kompeten'?"

""HAAAA?!?!""

"Hiii?!"

Dengan cepat aku meraih pundak kakak beradik ini. Jika dibiarkan, mereka pasti akan menyerangnya. Bahkan kalau keduanya masih anak-anak, kemarahan bercampur niat membunuh yang muncul sangatlah berbahaya. Orang itupun bergegas pergi seolah melarikan diri.

"Aniki?! Kenapa menghentikanku? Orang itu....kepada....kepada Anikiii!!!"

"Dia hanya mengikuti instruksi. Tak ada yang akan berubah bahkan jika kau membuatnya babak belur"

"Namun....tetap saja....perlakuan semengerikan ini...."

"Baiklah. Terima kasih, karena marah untukku"

Keduanya menggertakkan gigi seolah mencoba menahan luapan emosi dan mulai terisak.

Menjadi seperti ini meski bukan diri kalian yang mengalaminya, sungguh....kalian sungguh lucu.

Setelah mengusap kepala kakak beradik ini untuk sementara, mereka mulai mengibas-ngibaskan ekor, yang menandakan sudah tenang.

"Dialah yang tidak kompeten karena gagal menyadari kehebatan Sirius-sama"

"Un, un, suatu hari nanti ayo kita tunjukkan kepadanya. Nah, untuk sekarang, bagaimana kalau kita berganti peralatan dan mulai bersih-bersih?"

"Mengerti. Tapi, apa Aniki benar-benar mau tinggal disini?"

"Hanya setelah melihat bagian dalamnya. Lagipula, aku akan menjadi satu-satunya yang tinggal di sini. Senang rasanya ketika membayangkan meluangkan waktu tanpa memperhatikan orang lain"

Dengan memanfaatkan pengetahuan dari dunia sebelumnya, aku telah melakukan penelitian entah dibidang kuliner maupun sihir. Itu karena rumah tempatku dilahirkan berada di wilayah yang jauh dari keramaian penduduk, jadi aku dapat melakukan apapun yang kuinginkan. Tapi itu tidak mungkin lagi kalau sudah di dalam kota.

Hanya saja, meski tidak seperti rumahku yang dulu, disini sudah agak jauh dari hiruk pikuk. Ditambah lagi, tanpa teman sekamar. Ini membuatku leluasa melakukan apapun tanpa ragu.

Rasanya seakan memiliki istana pribadi.

"Begitulah caraku memikirkannya. Baiklah, aku bertanya-tanya apa yang ada di dalam"

Meski agak bobrok, sepertinya pintu depan bisa masih bisa dipakai. Ketika aku membukanya dan masuk ke dalam, itu sangat berdebu sampai-sampai tak membiarkanku bernafas dengan benar. Berapa tahun lagi hingga bangunan ini runtuh sepenuhnya?

Sambil meninggalkan kedua bersaudara di luar, aku membuka jendela yang masih utuh, dan segera berlari keluar.

"Ada banyak debu! Apa kau baik-baik saja, Aniki?"

"Tenang saja. Pertama, kita perlu menghempaskan semua debunya. Emilia, lepaskan {Wind} melalui pintu depan, atur kekuatannya agar rumah ini tidak runtuh"

"Mengerti"

{Wind} adalah sihir tingkat dasar dimana itu hanya menghasilkan hembusan angin, namun inilah sihir yang pas untuk menyingkirkan debu. Angin yang masuk melalui pintu depan berkutat di bagian dalam rumah dan terhempas keluar melalui jendela sekaligus celah yang terbuka sambil membawa debu-debu pekat. Awalnya, ada begitu banyak debu sehingga warna angin pun berubah, namun tak lama kemudian lenyap.

Hal-hal ringan selain debu juga ikut terbang keluar, tapi aku tidak peduli. Orang-orang yang membuang benda-benda itu disinilah yang salah.

"Kalau begitu, ayo kita bagikan tugas untuk masing-masing. Emilia dan aku akan membersihkan bagian dalamnya. Sedangkan Reus, potong rumput liar di luar dan buat itu terlihat bagus"

"Serahkan padaku. Ini pertama kalinya aku menemukan rumah yang sangat, sangat harus dibersihkan"

"Bolah aku mengurus tanaman merambat di dinding juga?"

"Aku menyerahkannya padamu, Reus. Jika kau menemukan sesuatu yang mencurigakan. Hindari itu dan cepat panggil aku"

Keduanya telah menerima pelatihan petugas dari kaa-san, pembersihan seperti ini merupakan satu dari sekian banyak keahlian mereka. Reus juga pernah belajar berkebun dari Dee, jadi menyerahkan urusan di luar untuknya tidak akan menjadi masalah.

Ketika aku masuk ke dalam bersama Emilia, sebagian besar debu sudah menghilang. Hanya ada kotoran yang telah terkumpul selama bertahun-tahun yang masih tersisa. Kami menggunakan kain sebagai masker dan mencoba memeriksa sekeliling rumah.

"Secara keseluruhan ada lima ruangan. Dapur, dua kamar tidur dan dua kamar kosong. Tempat ini cukup luas"

"Hanya satu lantai, tapi disini sama dengan rumah yang kita tinggali dulu"

Orang yang membawa kami ke sini mengatakan bahwa tempat ini digunakan untuk jaga malam. Mungkin beberapa orang pernah berjaga secara bergantian. Apa ini tidak dipakai lagi karena lokasinya yang tidak nyaman atau perpindahan fasilitas sekolah?

Perabotan dan meja masih ada di sini, sepertinya bisa digunakan setelah membersihkan setiap kotorannya. Meninggalkan bagian dapur kepada Emilia, aku berkonsentrasi untuk memisahkan hal-hal yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan. Sambil menggunakan {Boost} diatas tubuh terlatih, bergerak memindahkan barang berat hanyalah masalah sepele. Ketika pergi ke luar sambil membawa lemari yang setengah hancur, aku dapat melihat Reus memotong rumput liar dengan ayunan pedangnya.

"Hmm!! Bertarunglah dan akhiri dalam satu tebasan....hmm!!!"



Reus begitu cepat, gulma panjang di sekitar rumah hampir terpotong seluruhnya. Ini mungkin akan berakhir lebih cepat dari perkiraan awal. Ayo kita beri dia tugas selanjutnya.

"Reus, area ini sudah selesai. Berikutnya, buatlah tanah kosong yang luas. Tebanglah beberapa pohon disana menjadi gelondongan kayu"

"Ohh, seperti saat kita membuat gudang sebelumnya? Serahkan padaku!"

Yang terpenting, pengalaman membangun gudang dua tahun yang lalu ini bisa digunakan. Aku masuk ke dalam sekali lagi untuk melihat keadaan Emilia.

"Sirius-sama, aku hampir selesai di sini. Kurasa akan cukup ketika menambahkan formasi lingkaran sihir untuk kompor dan beberapa peralatan lainnya"

Pekerjaannya juga cepat. Dapur yang awalnya kotor sekarang telah bersih tanpa bisa dikenali lagi, memasak bisa dilakukan jika beberapa peralatannya ada. Sungguh menakjubkan, inilah hasil dari latihan petugas Erina.

"Masih ada banyak yang perlu dibersihkan. Lagipula, setingkat ini sudah wajar bagi seorang pelayan. Namun...."

Bangunan ini merupakan rumah terlantar, tak ada banyak barang disini. Mengambil barang-barang yang rusak dan melakukan pembersihan sudah cukup untuk membuatnya layak huni, tapi itu hanya sebatas bagian dalamnya.

"Atap, ya. Kondisinya yang paling parah"

Terdapat berbagai lubang disana dan sudah reyot. Seluruh atap perlu diganti.

Ketika kami melakukan renovasi, suara bel menandakan tengah hari bisa didengar dari kejauhan. Ketika masih di rumah yang dulu, bunyi itu tidak bisa didengar karena tempat kami jauh dari kota. Namun sekarang berbeda, kami sudah terbiasa dengan suara bel yang menandakan waktu pagi, siang, maupun malam hari.

"Sirius-sama, apa yang harus kita lakukan tentang makan siang?"

"Maaf, Emilia. Aku akan menyerahkan itu padamu. Aku harus membuat bahan untuk atap"

"Mengerti. Aku akan berusaha yang terbaik!"

Selalu ada gambaran dimana akulah yang akan melakukannya, tapi kedua siswa ini juga bisa memasak. Terutama Emilia, yang sepertinya selalu ingin membuatku berkata bahwa masakannya lezat. Bisa dibilang itulah motivasinya dalam memasak.

"Aah....Tidak cukup bahan dan alat! Jika begini, aku akan pergi ke kota untuk membelinya...."

"Tidak apa-apa, lakukan saja seperti biasa!"

Kelemahannya adalah dia terlalu bersemangat.

Meninggalkan gadis yang mulai bersiap untuk memasak, aku beralih untuk menengok Reus, dia sudah meletakkan gelondongan kayu keenam. Bahkan jika menggunakan {Boost}, melihat seorang anak berusia delapan tahun dengan entengnya membawa gelondongan kayu beberapa kali lebih besar dari tubuhnya benar-benar pemandangan yang sulit dipercaya.

"Bagaimana denganmu, Reus? Kelihatannya kau masih memiliki Mana, ya kan?"

"Aku sungguh baik-baik saja, Aniki!"

"Begitu ya, aku memintamu membawa empat lagi. Setelah itu, makan siang harusnya sudah siap"

"Ini juga merupakan bagian dari pelatihan! Uooo!!"

Tindakan itu sendiri tidaklah masuk akal. Tapi, ketika melihat dia menuju hutan sambil tampak bahagia membuatku berpikir dia masihlah anak-anak.

Baiklah, ayo kita buat papan untuk atap.

Pohon yang baru ditebang memiliki banyak kelembaban di dalamnya, sehingga belum dapat digunakan sebagai bahan konstruksi. Yang berarti aku perlu mengeringkannya. Hanya saja, proses pengeringan alami akan memakan waktu setidaknya setengah tahun. Itu terlalu lama.

Dan, dari sanalah sihir diperlukan.

Aku menciptakan lingkaran sihir api dengan kekuatan yang disesuaikan, secara paksa menguapkan kelembapan pohon itu sendiri dengan menaikkan suhunya. Kira-kira ini akan berlangsung selama satu jam. Namun, uap yang dihasilkan begitu banyak sampai-sampai orang lain dikejauhan mungkin akan melihatnya dan menganggap kalau sedang ada kebakaran, jadi untuk mengantisipasi hal itu aku juga menciptakan lingkaran sihir angin untuk meniupnya.

Seusai mengurusi gelondongan yang menumpuk, aku memotong semuanya menjadi bentuk papan dengan pedang. Membuatnya datar sempurna itu mustahil, tapi dengan teknik Yabu Itto-Ryu* yang kukembangkan sendiri, hasil potongannya nyaris datar sempurna. Di lain sisi, Emilia membelikan beberapa paku.
[Ini teknik Lior. Maksudnya disini, teknik itu sudah dimodifikasi menjadi 'Versi Sirius']

Yang tersisa adalah mengambil atap lama dan memaku yang baru. Selain kokoh, harusnya atap ini akan bisa bertahan sampai aku lulus dari sekolah.

Ketika hari sudah malam, atap akhirnya selesai.

Ini merupakan konstruksi yang sederhana. Dengan adanya sihir, tak ada kebutuhan untuk menggunakan mesin-mesin berat atau hal-hal seperti tangga, sehingga bisa selesai dalam waktu kurang dari setengah hari. Biasanya, kegiatan semacam ini akan menghabiskan waktu beberapa hari sampai berminggu-minggu, sihir sungguh menakjubkan.

"Berhasil, Aniki! Sekarang, ini terlihat seperti rumah yang dapat ditinggali dengan baik!"

"Namun, Sirius-sama. Atapnya memang sudah jadi, hanya saja bagian interiornya belum layak untuk ditinggali"

Meski debu dan kotoran sudah sebagian besar tersingkir, tapi furnitur dan perabotan di dalam sana tidaklah utuh. Terutama tempat tidur. Hanya ada kerangka tanpa bagian kasurnya. Situasi bangunan sekarang bisa dibilang 'hanya mampu menahan hembusan angin dan hujan'.

"Mungkin sampai besok. Walau akan sedikit sulit untuk menunjukkan wajah, tapi aku akan tinggal di penginapan Rona-san malam ini sekaligus bertanya apakah dia masih punya sisa kasur atau semacam itu"

"Iya. Aku juga berpikir bahwa itu lebih baik"

"Kemudian, ayo kita pergi! Aku sudah lapar!"

"Aku juga. Sesuatu selain kasur---....Sirius-sama?"

Kedua bersaudara sepenuhnya dalam semangat, tetapi aku harus mengatakan ini kepada mereka.

"Hanya aku yang akan pergi ke penginapan Rona-san. Kalian memiliki asrama para siswa, ya kan?"

"Memang benar, namun tempat kami berada adalah di samping Sirius-sama"

"Ya! Disamping Aniki adalah yang terbaik!"

"Lalu, apa yang akan kalian lakukan ketika aku sudah bisa tinggal di rumah ini?"

"Tentu saja, tinggal disana"

"Aku di sini untuk melayani Sirius-sama. Karena itulah, aku harus berada di dekatmu"

Ini adalah pengaruh buruk dari terlalu banyak bersama. Meski akan wajar karena sampai beberapa waktu yang lalu kami tinggal di wilayah tertutup, tapi sekarang kami berada di dunia luar. Ada aturan yang harus diikuti. Sangat harus ditaati, kecuali ada suatu keadaan yang tidak masuk akal muncul.

Waktu untuk menjauhkan mereka telah datang.

"Dengar, kalian berdua telah terdaftar di sekolah dan diberi asrama. Jadi, kalian harus tinggal di sana"

"Tapi....tidak ada Aniki"

"Aku di sini, kan? Memang tidak bisa dilihat, tapi aku masih di dekat kalian. Ini sesuatu seperti ketika aku pergi ke tempat Lior"

"Namun....Aku ingin melayani Sirius-sama"

"Aku sangat senang. Tapi, aku ingin agar kalian tidak hanya terpaku padaku, tapi juga untuk mengenal dan berbicara dengan berbagai orang. Contohnya, kalian bisa mengenal teman sekamar kalian sambil mengobrol dengannya, cobalah bergaul dengan pihak lain"

"Bagaimana jika mereka adalah orang yang jahat?"

"Pada saat itu, kalian dapat menghempaskan mereka tanpa menahan diri. Kalian yang sekarang dapat membedakan yang mana orang baik dan yang mana orang jahat, kalian yang sekarang sudah cukup kuat dan takkan kalah oleh orang semacam itu. Walaupun aku berdiri di belakang, aku yakin kalian mampu"

Kedua bersaudara berusaha menahan butiran air disudut mata mereka, namun perlahan-lahan Emilia akhirnya mengangguk. Ya, kau harus memberi contoh kepada adikmu sebagai seorang kakak.

"....Sirius-sama tidak akan pergi ke suatu tempat sendirian, kan?"

"Aku akan memberitahu kalian ketika pergi jauh"

"....Kami bisa tinggal di dekatmu selama itu tidak menghalangi jadwal sekolah?"

"Tentu saja. Misalkan, kalian masih perlu berlatih, jadi boleh-boleh saja untuk berada didekatku"

"....Mengerti. Kami akan pergi ke asrama"

"Nee-chan, kau baik-baik saja dengan itu?"

"Meminta lebih dari ini akan mengganggu. Juga, kita harus menjadi lebih kuat sampai mampu menjaga diri bahkan disaat Sirius-sama tidak ada"

Sepertinya Emilia memahami maksudku.

Anak yang selalu berjalan di belakangku, memprioritaskan diriku lebih dari apapun, sekarang mulai mengambil langkah ke depan. Aku harus memberkatimu.

"....Baiklah. Aku juga akan menjadi cukup kuat hingga akan baik-baik saja bahkan tanpa Aniki"

"Yah, kalian berdua mengagumkan"

Aku memiliki banyak pengalaman dari  dilemparkan ke tengah medan perang sambil tertawa oleh guruku dan berkata 'Buatlah anak didikmu melakukan perjalanan agar dia menjadi lebih kuat'. Jadi bahkan jika pelatihannya akan menjadi sesuatu yang parah, itu malah membuatku terkesan over-protektif.

Terakhir, aku membelai kepala mereka. Kamipun mulai berjalan menuju asrama para siswa.

"Nah....Pergi ke penginapan bersama memang tidak mungkin, tapi setidaknya kita bertiga bisa berangkat untuk mendapatkan makanan di suatu tempat, kan?"

""Sungguh?!""

Astaga....Aku benar-benar terlalu lembut.

☆☆☆☆

Dua hari lagi sampai upacara masuk sekolah.

Dari awal kami memang berniat mendaftar ke sekolah, jadi sesuatu selemah ini takkan membuat diri kami jatuh.

Aku tidak tahu seberapa banyak halangan yang akan menghadang atributku. Namun aku akan melewatinya entah bagaimana.

Aku juga tidak akan tinggal di sekolah terlalu lama. Dalam kasus terburuk, Aku bisa berhenti kapanpun.

Ada banyak cara untuk menjalani hidup. Dengan kata lain, menjalani hari-hari di sekolah bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti.


☆☆☆Chapter 27 berakhir disini☆☆☆


>Catatan penulis : Ngomong-ngomong, akan ada beberapa orang yang mengetahuinya. Pohon yang masih mengandung kelembaban memang tidak bisa digunakan karena nampaknya akan mengalami deformasi seperti melengkung saat uap airnya keluar.

Selain itu, bisa saja retak setelah dikeringkan....Tolong pikirkan kalau sihir adalah sesuatu yang tak masuk akal.

Ini adalah akhir dari Arc 4. Tirai lain akan terbuka.


>Catatan penerjemah : Waktunya beralih ke Arc selanjutnya~~!! Hee, tunggu dulu. Masih ada cerita selingan.


Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya

Comments

  1. Makasih min ,semangat terus ya

    ReplyDelete
  2. Cepet amat tau nya XD . Padahal baru ku posting. Ok ok lah!!

    ReplyDelete
  3. Yay.. Akhirnya update juga makasih min :) di tunggu lanjutanya

    ReplyDelete
  4. Makasih min ,semangat terus ya

    ReplyDelete
  5. Makasih min ,semangat terus ya

    ReplyDelete
  6. ditunggu terus...
    chapter selanjutnya... jangan ada yg gantung ya T-T agar semua tenang ^_^

    ReplyDelete
  7. Yey! Akhirnya update :D makasih min! Dan di tunggu update selanjutnya ;)

    ReplyDelete
  8. makasih min, ditunggu lanjutannya ^^

    ReplyDelete
  9. sip akhirnya up kalo bisa upnya sperti biasa teratur juga gk harus LN ini kok kalo yg ini belum selesai up yg lainnya juga gk papa, krn LN yg lain menarik juga kok

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]