World Teacher chap 28 B. Indonesia
Chapter 28 Awal Masuk Sekolah
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Bagian 1
Tampaknya hanya ada sedikit perbedaan di dunia ini. Selama upacara masuk sekolah, kami masih mendengarkan pidato dari Kepala Sekolah, beberapa alumni, dan orang-orang terkenal lainnya.
Dua hari setelah tes, seluruh siswa berkumpul di auditorium terbesar disini, tempat dimana upacara masuk Akademi Elysion diadakan.
Aku sudah pernah melihatnya (dalam bentuk menyamar), tapi Kepala Sekolah Rodwell ada di sini untuk pertama kalinya dan tampil dihadapan para siswa-siswi baru.
Rodwell merupakan elf yang tampan dengan ciri fisik berupa telinga panjang dan runcing. Kulit putih murni dan rambut pirang yang mempesona. Ikemen* dengan tampilan sempurna, sulit dipercaya bahwa dia adalah seorang yang berusia di atas empat ratus tahun.
[Pria tampan]
Orang yang menguasai sihir.
Master Sihir.
Itulah sebutan bagi Rodwell, penyihir terhebat di benua ini yang menguasai tiga atribut. Kecuali atribut api. Sang Triple.
Dialah si jenius yang mampu menyebabkan badai, memanggil banjir, dan menghancurkan segalanya dengan gempa bumi. Bahkan jika dia kekuranganya adalah atribut api, tingkatan kekuatan sihirnya berada di ranah luar biasa. Mengambil keuntungan dari umur panjang elf, dia terus memoles diri tanpa menjadi sombong selama ratusan tahun. Juga, telah mendapatkan gelar 'Petarung Sihir Terkuat' di Melifest.
Sebenarnya, ada banyak yang mendaftar ke akademi karena rasa kagum padanya. Ketika dia mulai muncul dan berpidato, para siswapun memancarkan tampilan berbinar-binar itu diwajah mereka.
"Apa yang ingin kalian pelajari di Akademi Elysion ini? Itu akan berbeda tergantung pada orangnya, tapi yang kuinginkan adalah agar kalian menggunakannya dalam arah yang benar. Sihir dan pengetahuan yang kalian pelajari akan beragam dan berguna di berbagai bidang. Namun, juga bisa mengancam atau bahkan membunuh orang lain dengan mudah. Jangan pernah lupakan itu"
Hmm, di dunia manapun, Kepala Sekolah sering berbicara terlalu panjang lebar.
Ngomong-ngomong, setelah melihat bentuk sesungguhnya dari Rodwell, aku sekali lagi yakin bahwa dia adalah orang yang sama saat tes masuk tempo hari. Dia mungkin sangat kuat, tapi aku tidak berpikir dia akan menjadi musuh. Mungkin baik-baik saja selama kami berinteraksi secukupnya.
"Fuwaaa~"
"Jarang sekali melihatmu menguap, Emilia"
"Ah, itu....aku terjaga sepanjang malam karena berbicara dengan teman sekamarku"
Emilia yang berdiri* di sampingku, terlihat malu saat berbicara dengan suara lirih.
[Ya, mereka berdiri]
Rupanya, dia sudah bisa bergaul baik dengan teman sekamarnya. Menurut perkataan gadis ini, kamarnya adalah kamar ganda, dan teman sekamarnya merupakan gadis manusia yang tidak membenci ras binatang. Nampaknya, gadis yang mengobrol akrab dengan Emilia ini merupakan gadis baik hati.
"Namanya Reese, dia gadis yang cantik dengan rambut berwarna biru"
"Sepertinya kau sudah berteman dengan seseorang. Itu bagus"
"Iya! Dia temanku!"
Melihatnya yang tersenyum lepas, bisa diperkirakan bahwa kehidupan gadis ini di asrama siswa akan baik-baik saja. Sekalipun hanya untuk menyaksikannya gembira seperti itu, kupikir datang ke sekolah memiliki sebuah arti.
"Aniki, seperti yang diharapkan, sangat buruk untuk tertidur"
"Ahh, maaf"
Nama anak laki-laki dari ras rubah ini adalah Rou, dia tampaknya adalah bawahan Reus.
Menurut cerita Reus, dia merupakan teman sekamarnya. Disaat mereka bertemu pertama kali di kamar asrama, sebuah perkelahian pecah dan Rou terlempar keluar.
"Hal seperti itu....aku sungguh bukan musuh! Tolong biarkan aku menjadi bawahanmu!"
Aku tidak akan terganggu dengan masalah yang menyusahkan seperti ini. Namun, karena berjanji akan bersikap baik, Reus pun menerima Rou sebagai bawahan. Meskipun tertegun saat pertama kali diperkenalkan, dia adalah orang yang mampu membaca suasana dan takkan mendekat kecuali diperlukan. Aku sempat berpikir bahwa itu mungkin disebabkan karena dia sedang berhadapan dengan 'Aniki' dari Reus. Tapi itu bisa juga dia sedang berhati-hati agar tidak mengganggu Reus.
"Salam kenal, aku dipanggil Rou. Aku memiliki keyakinan akan kelincahanku. Senang bertemu denganmu, Aniki!"
"Akulah satu-satunya yang bisa memanggil Aniki dengan sebutan Aniki!" (Reus)
"Hiii! Aku minta maaf, Oya-bun*! Senang bertemu denganmu, Oya-bun!"
[Artinya ya 'Bos', tapi lebih ke bos-bosnya preman. Bahkan, misal Yakuza]
Apa-apaan ini. Aku mendapat bawahan baru bahkan sebelum upacara masuk selesai.
Di lain hal, bangunan rumahku telah direnovasi hanya dalam dua hari sampai ke tingkat bisa ditinggali oleh seseorang.
Aku juga telah mendapatkan kasur dari penginapan dan jika ada kebutuhan lain yang harus dibeli, kami tinggal menghitung biayanya. Sekarang tempat itu layak disebut rumah daripada yang sebelumnya. Aku mulai mempertimbangkan apa yang harus dilakukan dengan kamar kosongnya. Pemikiran tentang merenovasinya secara bertahap sambil pergi ke sekolah perlahan mengalir.
"---Ada lebih banyak hal yang harus dikatakan. Selanjutnya, aku akan menjelaskan kurikulum di Akademi ini. Pertama, untuk para siswa dan siswi baru...."
Untuk meringkas pidato kepala sekolah, kurikulum di sekolah ini memiliki rentang waktu sampai lima tahun ke depan.
Dua tahun pertama, kami akan belajar di ruang kelas reguler menggunakan semua mata pelajaran. Dan dari tahun ketiga, para siswa kemudian dapat memilih untuk mempelajari bidang khusus yang mereka sukai.
Dari keempat bidang di akademi, Reus mengkhususkan diri pada bagian {Ilmu Pedang}, Emilia di {Sihir}, dan aku mengkhususkan diri dalam {Pembuatan Formasi Sihir}, bagian dari bidang utama, yaitu {Teknik Sihir}.
"Kalau begitu, aku pikir akan membiarkan guru di setiap bidang memberi beberapa patah kata. Pertama-tama, aku ingin mengundang spesialis dalam sihir bumi, Magna-sensei"
Setelah itu, para spesialis yang bertugas sebagai guru di berbagai bidang seperti sihir angin dan ilmu pedang pun diperkenalkan. Suasana lalu berubah total saat seorang pria yang mengenakan mantel kuning dan merah muncul, berdiri di atas podium.
"Aku Gregory, yang mengkhususkan diri pada atribut api dan bumi. Aku merupakan seorang bangsawan sekaligus Double. Di kelasku, yang dicari adalah para bangsawan yang kuat. Tidak seperti ras binatang, bangsawan yang membanggakan harus datang ke kelasku. Demi nama rumah dan gelarku sebagai Double, akan ku buat kalian menjadi semakin kuat"
Para ras binatang mengernyitkan alis sementara sebagian besar bangsawan dengan gembira bertepuk tangan ketika mendengar pernyataan itu.
Apa yang orang ini pikirkan? Wajarkah jika menciptakan celah antara para bangsawan dan ras binatang? Mungkinkah dia sejenis orang yang sombong dan membenci orang lain yang---seperti diriku---tanpa warna juga? Sepertinya kau memiliki waktu yang sulit karena mempekerjakan pria semacam itu ya, Rodwell.
"....Bajingan itu yang mengolok-olok Aniki, kan?"
"Selama wawancara kami juga, sepertinya ada seseorang yang selalu menilai kami berdua dengan jijik. Ini merupakan hal yang harus kita waspadai"
"Akan merepotkan karena dia sepertinya bangsawan yang kuat. Kurasa sulit menanganinya jika dia sampai tahu kemampuan kita yang sebenarnya"
Aku terus menatap Gregory sambil menenangkan Reus, yang sepertinya akan langsung mendatanginya kapan pun. Mata orang itu....dimana aku melihatnya, ya?
"Ahem....pokoknya, upacara masuk telah selesai. Lihatlah pengaturan kelas yang telah diletakkan di luar, dan tolong pergi ke masing-masing bidang kalian"
Akhirnya, mengenyampingkan orang itu, upacara masuk bagi kamipun usai.
☆☆☆☆
Bagian 2
Begitu keluar dari auditorium, kami menemukan sebuah selebaran besar terpampang didepan papan untuk pengaturan kelas para siswa baru.
Reaksi para siswa juga berbeda-beda, ada yang segera memeriksa keadaan kelas, beberapa di antaranya mengobrol, dan banyak juga yang bertanya tentang guru mereka yang datang terlambat.
Sementara menunggu Reus yang pergi memeriksa di kelas mana kami akan berada, aku menyaksikan pemandangan ini dengan linglung.
"Ada berbagai orang yang unik di sini, ya. Ini adalah satu-satunya hal yang aku takkan mengerti saat berada di desa dan rumah itu*"
[Maksudnya, rumah dimana mereka tinggal bersama Erina. Bukan rumah ortu nya]
Emilia, yang berdiri di sampingku mengenakan jubah dengan desain sekolah ini. Memakai itu wajib dengan pengecualian kegiatan praktek dan acara-acara spesial lainnya. Warna syal yang menempel pada jubah adalah bukti nilai kami di sekolah. Ngomong-ngomong, kami yang adalah siswa tahun pertama mengenakan jubah berwarna biru.
Kelihatannya saja yang sederhana dan mudah dibuat, tapi ini merupakan pakaian khusus yang ditenun oleh benang sihir langka. Ketika kau menuangkan Mana, pakaian ini akan menjadi sekokoh besi tanpa bisa ditembus oleh tajamnya bilah pisau. Mengenakannya ke kota juga di izinkan, bahkan sepertinya kau akan mendapatkan berbagai layanan ketika memakainya di toko-toko tertentu.
"....Sirius-sama? Apakah ada yang aneh dengan bajuku?"
"Tidak, meski pakaian petugas juga bagus, aku baru saja berpikir kalau apa yang kau kenakan sekarang sangat cocok untukmu. Emilia terlihat manis"
"Benarkah?! Aku bahagia"
Dia berbalik sambil melambaikan rambutnya yang panjang dan malu. Yah, dia siswa yang memang manis mengenakan apapun.
Ada banyak gadis di Akademi ini, namun menurutku kemanisan Emilia berada di tingkat teratas. Selain penampilan fisik dan rambut perak yang bersinar memantulkan cahaya, dia menarik perhatian banyak orang karena dadanya yang masih dalam masa pertumbuhan. Sebenarnya, beberapa siswa laki-laki melihat ke arah sini, bahkan para siswi pun terpesona dengan rambut peraknya yang bersinar.
"Ngomong-ngomong, siapa itu.... Reese? Dimana dia? Aku ingin bertemu dengannya walau hanya sekali"
"Sepertinya dia dipanggil kembali ke rumahnya dan tak bisa datang hari ini"
"Bukankah masalahnya cukup besar sampai-sampai dia tidak menghadiri upacara masuk?"
"Aku juga tidak terlalu memahaminya. Tapi dia tersenyum ketika berkata kalau dirinya baik-baik saja, dia juga menjelaskan kalau sekolah sudah memberinya izin"
"Jika kau berkata dia baik-baik saja, masalah khususnya adalah---...."
"Ahh, kau ternyata disini"
Sementara aku berpikir ingin bertemu Reese sebagai master Emilia, aku berbalik karena merasa dipanggil. Guru yang memberiku izin saat ujian masuk ada di sini....ralat, itu Rodwell dalam bentuk penyamarannya, berdiri dengan wajah tersenyum.
"Sudah lama sejak wawancara, bukan? Aku senang karena kalian bisa masuk sekolah dengan lancar"
"Yah, lancar atau tidaknya, mulai sekarang tolong jaga kami.....Hmm, apa yang Anda lakukan disini, kepala sekolah?"
Pertama-tama, mempertimbangkan tujuan pria ini, aku berbicara menggunakan suara sekecil mungkin hingga tak ada yang bisa mendengarnya.
"Kau memang sudah tahu, ya? Aku biasanya menggunakan bentuk ini untuk berbicara dengan para siswa, sebagai guru biasa bernama Vile"
Yah, aku bisa mengerti kenapa kau menyamarkan diri. Akan merepotkan kalau dia berbicara dengan siswa biasa---apalagi sepertiku---memakai identitasnya sebagai kepala sekolah. Karena Emilia terlihat belum menyadarinya, ayo kita berjalan mengikuti alur yang ada.
"Jujur saja, aku memiliki sesuatu untuk dikatakan padamu. Aku datang untuk meminta maaf"
"'Maaf'? Anda telah membuatku lulus dan Vile-sensei cukup puas karena kemampuanku, kan?"
"Bukan itu, ini soal asrama. 'Dia' memutuskan dengan egois tentang tempat dimana Sirius-kun akan tinggal sementara aku pergi"
Kupikir maksudnya adalah Gregory. Orang itu membenci ras binatang dan rakyak jelata. Mungkin karena diriku yang adalah 'Tak Berwarna', dia begitu membenciku.
"Aku melewatkan itu saat mengkonfirmasi pengaturannya. Aku akan segera membenarkannya, dan memindahkanmu ke kamar di asrama"
"Tidak, tidak apa-apa"
"Tapi, jarak dari sana ke sekolah cukup jauh. Selain itu, bangunannya sudah terbengkalai dan bobrok parah"
"Sejujurnya, aku telah mengubah tempat itu agar bisa dihuni. Karena atapnya rusak, aku menggantinya. Tak ada masalah lagi kan?"
"....Memang tidak. Tapi, kau melakukannya dalam tiga hari?"
"Ya, karena aku mengetahui beberapa teknik konstruksi, aku mencoba melakukannya meskipun sebagai amatir. Daripada meminta maaf, boleh aku meminta sesuatu padamu?"
"Hmm, iya....tentu saja, kalau aku bisa melakukannya"
"Aku menginginkan izin untuk merenovasi bangunan itu dengan bebas. Aku tidak mau timbulnya keluhan karena sudah mengubah properti milik sekolah"
Tanpa izin Rodwell pun aku dapat berbuat apapun, hanya saja kurasa pasti akan ada masalah yang muncul jika tidak memintanya. Mungkin ada yang melihat perbuatanmu, mereka mungkin akan melontarkan penjelasan tentang merenovasi secara ilegal atau hal lainnya dan mengusirku. Aku juga tidak ingin merusak lingkungan yang sudah kubangun dengan baik, izin dari Kepala Sekolah sangat dibutuhkan.
"Aku mengerti. Lagipula, bangunan itu merupakan hal yang sudah lama diabaikan, anggap saja seperti rumahmu sendiri. Aku akan menyebarkan perintah non-intervensi sehingga takkan ada yang mengganggu"
"Aku merasa sangat tertolong"
"Tidak, aku hanya tertarik melihat apa yang akan kau perbuat. Namun, pihak sekolah tak dapat memberi terlalu banyak keamanan atau tanggung jawab. Bisakah kau menerimanya?"
"Ini saja sudah cukup. Dari awal aku memang berencana melakukan banyak pekerjaan. Lagipula, karena diriku merupakan orang biasa, jika terdapat suatu peristiwa yang mengganggu keamanan seperti pencurian, aku bisa bertindak sendirian"
"Akan menjadi masalah jika ada pencurian di sekolah, tolong segera laporkan jika hal seperti itu terjadi. Namun, aku tidak ingin kau bertindak terlalu berlebihan"
"Aku akan berhati-hati"
Ketika menilai dari samping, kau akan melihat seorang siswa dan seorang guru melakukan pembicaraan akrab. Hanya saja, isi diskusi mereka tidak begitu jelas.
Sebagai kesimpulan, tempat itu milikku, jadi boleh-boleh saja untuk membalas orang-orang yang datang untuk mengganggu, kan? Pokoknya, ini sudah sepakat.
Ayo mempersiapkan hal-hal mulai hari ini. Aku suka membuat suatu perencanaan, walau agak sulit untuk menciptakan jebakan yang takkan membunuh.
"Apakah bangunan yang akan ditinggali oleh Sirius-sama memiliki nama?"
"Tidak, tak ada. Mungkin akan merepotkan jika tidak memiliki nama. Jadi Sirius-kun, bagaimana jika kau menamainya?"
"Kalau begitu....Pondok Berlian"
"Heh? Apa ada artian tertentu untuk nama itu?"
"Berlian tidak berwarna tapi merupakan perhiasan yang berharga. Ini adalah ide sederhana yang aku inginkan"
"Tidak buruk. Tapi kupikir nilai Sirius-kun tak bisa di bandingkan dengan berlian. Kalau begitu, aku akan mengesahkannya....Oh ya, guru wali kelasmu adalah Magna-sensei yang langsung berada di bawah pengawasanku. Jadi, jika ada sesuatu, beritahu saja dia"
Meski memberi nama pondok hampir seenaknya, dia masih tertarik kepadaku, ini aneh. Setelah selesai dengan apa yang perlu dibicarakan, Vile-sensei melambaikan tangannya dan pergi. Emilia disebelahku, tersenyum dan sepertinya sedang dalam perasaan yang baik.
"Ada apa? Aku pikir perbincangan barusan bukan sesuatu yang menyenangkan"
"Tidak, aku hanya berpikir 'Ada orang yang mengerti tentang Sirius-sama'....Tapi jika itu aku, bahkan perhiasan manapun takkan pernah bisa dibandingkan dengan Sirius-sama?"
Eksistensi semacam apa aku ini untukmu?....Aku ingin bertanya hal itu, namun tampaknya jawaban yang akan muncul sudah jelas, jadi aku berhenti.
Setelah beberapa saat menunggu, Reus muncul dari dalam kerumunan dan berteriak pada kami dengan wajah tersenyum.
"Aniki! Onee-chan! Kita berada di kelas yang sama!!"
Itu bagus. Namun, dengan wali kelas yang akan mengawasi kami, rasanya ada campur tangan dari kepala sekolah sendiri mengenai masalah pengaturan kelas.
Namun, karena kami bertiga bisa bersama, aku tidak memiliki sesuatu untuk dikeluhkan.
Setelah menenangkan Reus yang melompat-lompat penuh kegembiraan, kami menuju kelas yang sudah ditetapkan.
Siswa-siswi baru terbagi ke beberapa kelas yang dinamai sesuai tokoh-tokoh hebat dimasa lalu. Masing-masing kelas terdiri dari sekitar tiga puluh siswa. Nama kelas kami disebut Carlisle, konon ini menurut sebuah grup terkenal yang disebut Carlisle.
Ruang kelas berbentuk seperti kipas, dengan susunan meja layaknya universitas-universitas pada duniaku sebelumnya, dimana itu berundak-undak seperti tangga. Sebagian besar orang sudah memasuki kelas, suara bisingpun terdengar bahkan dari koridor.
Namun saat kami memasuki kelas, kesunyian mendadak muncul. Tidak, lebih tepatnya adalah ketika aku masuk.
"Hee....ini ruangan yang cukup besar. Dimana kita harus duduk, Onee-chan?"
"Yang manapun seharusnya bagus. Sirius-sama, disana sepertinya kosong"
Terlepas suasana kelas yang canggung, kedua anak ini tidak keberatan dan hanya pergi ke tempat duduk yang Emilia tunjuk.
Para siswa di sekitar mulai berbisik. Semua yang mencapai telinga adalah hal-hal tentangku seperti 'Tidak Berwarna' atau 'Tidak Kompeten'. Aku pikir informasi itu mungkin bocor dari bangsawan yang mengikuti ujian bersamaku, namun ini tidak mengganggu karena pada akhirnya hal itu pastinya akan terkuak.
Hal-hal seperti tingkat sosial atau bagaimana diriku bisa bersekolah, pertanyaan semacam itu seolah takkan ada habisnya. Namun, aku tidak keberatan.
"Aniki, boleh aku menghajar mereka?"
"Akan lebih baik kalau mulut mereka dibungkam, ya kan?"
"Hei, hei, tenanglah. Aku sama sekali tidak terganggu, kalian tak perlu memperdulikannya"
Aku harus menyesuaikan diri dengan hal tidak berwarna ini. Bukannya aku tidak bisa menggunakan sihir, kami hanya harus mengabaikan diskriminasi itu.
Ketika aku duduk pada sebuah kursi kosong, kedua bersaudara juga ikut dengan enggan di sampingku. Aku selalu melakukannya dengan santai, tapi ketika dipikir-pikir lagi, sepertinya ada peraturan mutlak di mana Emilia akan duduk di sebelah kiri dan Reus di sebelah kananku.
Setelah kami menetapkan posisi, para siswa juga mulai duduk sambil mengobrol. Tak lama kemudian, perlahan jumlah siswa bertambah hingga sesuai seperti yang ditentukan untuk kelas ini.
Melihat rasio ras manusia dengan ras binatang, ini kira-kira dibagi setengahnya, kan?
Tak banyak bangsawan yang bisa ditemukan. Juga, nampaknya ini kelas yang mayoritas adalah para siswa jelata.
Rasio pria dan wanita juga seimbang. Saat kami diam dan menunggu guru yang bertanggung jawab sambil mengistirahatkan siku, tiga anak lelaki muncul di depan kami.
Tepatnya, muncul didepan Emilia. Laki-laki ditengah berbicara padanya sambil tersenyum.
"Permisi, nona dengan rambut perak disana. Boleh aku mengetahui namamu?"
"Apa maksudmu Onee-chan?" (Reus)
"Diam, kau ras binatang! Jangan menyela ketika Mark-sama sedang berbicara!"
Reus sedikit lebih awal untuk membalas, tapi dia malah dimarahi oleh anak yang terlihat seperti petugasnya.
Sementara menenangkan Reus yang mencoba menjawab kembali, aku mengamati mereka bertiga yang usianya hampir sama dengan kami. Meski begitu, anak berambut merah di tengah merupakan anak yang cukup tampan, mungkin tak ada bedanya dengan bangsawan pada umumnya. Dia terkesan tenang, namun kedua petugas di belakangnya bersikap seakan memandang rendah kami.
"Tenanglah, tolong jaga kesopanan kalian. Sekali lagi, boleh aku mengetahui namamu, nona?"
Karena Emilia memalingkan kepalanya kemari, aku mengangguk, mengisyaratkan dia untuk melakukan yang dia mau.
"Namaku Emilia. Aku minta maaf, tapi siapakah Anda?"
"Sangat kasar untuk tidak mengetahui Mark-sama!"
"Jaga sikap kalian. Namaku Mark Holtia. Aku adalah anak kedua dari rumah Holtia, bangsawan yang sangat dihormati"
Anak yang memperkenalkan dirinya sebagai Mark membungkuk dengan elegan. Hmmm, tidak seperti kedua petugasnya, laki-laki ini sepertinya menghargai sopan santun. Karena para bangsawan yang kami temui sejauh ini kebanyakan sombong, ini tidaklah biasa.
"Urusan apakah yang Anda miliki denganku, Mark-sama?"
"Emilia....nama yang sangat indah. Dengan rambut keperakan yang bersinar itu, kau sungguh cantik. Maukah kau menjadi petugasku?"
"Aku menolak"
"Mark-sama memberikan undangan langsung ke ras binatang---....tunggu, apa?"
"Aku berkata bahwa aku menolak"
Sebelum petugas itu selesai berbicara, Emilia memutuskannya seketika dengan senyuman formal yang menakjubkan.
"Menanggapi itu secara mendadak....Mark-sama, ayo kita buat mereka sadar akan posisinya disini!"
"Fuuu....kalian, diamlah! Aku pikir ini tidak akan berjalan dengan mudah, tapi bolehkah aku mengetahui alasannya?"
"Sudah ada seseorang yang akan aku layani selama sisa hidupku. Karena itulah, aku menolaknya"
"Apakah itu mastermu....orang yang di sebelahmu?"
"Ya, benar sekali. Sirius-sama adalah masterku"
Emilia memanggilku sambil menaruh kedua tangannya didepan seakan sedang berdoa. Mark yang melihat ini sempat membungkuk lagi dan menatapku tampak seolah menyelidiki.
"Ini mungkin terkesan tidak sopan bagimu yang merupakan masternya, namun aku akan senang jika kau bisa memberitahuku nama rumah bangsawanmu"
"Aku bukanlah seorang bangsawan. Dia melayaniku secara sukarela dan memanggilku masternya"
"Jadi kau hanya jelata? Kalau begitu, cepat perintahkan gadis ini agar menerima Mark-sama!"
"Tunggu, kalau dipikirkan lagi, bukankah orang ini yang dirumorkan sebagai 'Tidak Berwarna'?"
Lingkunganpun menjadi berisik. Pernyataan dari petugas ini jelas merupakan sesuatu yang ingin dilontarkan oleh para siswa lain. Mereka mungkin ingin menanyakan tentang hal 'Tak Berwarna' ini, tapi terlalu canggung untuk melakukannya karena sekarang merupakan pertemuan pertama. Aku mengetahui itu semua ketika tatapan dan telinga mereka berfokus kesini.
"Benar, aku tidak tahu tentang rumor itu, tapi diriku memang "Tak berwarna'. Jadi, ada apa dengan itu?"
"Hah, Mark-sama sudah menguasai {Flame Lance}. Lalu kenapa ada tidak kompeten di tempat ini yang bahkan tidak bisa menggunakan sihir tingkat pemula?!"
"Aku juga heran. Mungkin dia melakukan penyuapan dan sejenisnya? Tidak, aku tidak yakin dia memiliki kepingan emas sebanyak itu"
Haus darah mulai meluap dari kedua sisiku, tapi para petugas itu sama sekali tidak merasakan apapun. Sementara aku menahan kepala kedua bersaudara, aku menatap rendah petugas-petugas ini.
"Aku pikir kalian sebagai petugas tidak punya hak untuk mengatakan itu, ya kan?"
"Apa, kau bajingan! Meski kami adalah petugas, kami juga seorang bangsawan!!"
"Mampu menggunakan {Flame Lance} bukanlah syarat untuk memasuki sekolah ini. Lagipula, yang menguasainya adalah master kalian. Bukan kalian"
"Apa yang salah tentang menceritakan hal-hal tentang kelebihan mastermu?! Kami adalah petugas sesungguhnya dari Mark-sama!"
"Seorang petugas sesungguhnya yang tidak bisa mengikuti perintah tuannya, apa-apaan itu? Mark-sama telah berkata beberapa saat yang lalu kalau kalian harus diam...."
Kedua petugas itu tidak dapat membantah. Merekapun hanya bisa menatap dengan kebencian.
"Sesuai dengan apa yang dia katakan, kalian sepertinya tidak mengerti hal-hal tentang petugas, apalagi tentang kebangsawanan"
"Tapi Mark-sama, kita tidak bisa membiarkan kata-kata kasar itu"
"Bahkan dari sudut pandangku, sikap kalian buruk. Wajar saja jika dia marah. Kalian menjadi petugas karena perintah dari ayahku. Jadi, berhentilah bertindak tercela"
Akan mustahil untuk memprotes ketika masternya sudah berkata begitu. Keduanya pun dengan enggan melangkah mundur.
Dia rendah hati, menilai orang dengan adil. Tak hanya sangat sopan dan santun, bisa dibilang kalau kepribadiannya ini sangat solid. Jelas saja, sekarang cara berbicara kedua petugasnya lah yang harus disalahkan.
"Mewakili para petugasku, aku sungguh meminta maaf, Sirius-kun. Aku memang tidak mempunyai alasan, tapi sebenarnya mereka baru-baru inilah yang menjadi petugasku"
"Tidak masalah. Tapi, aku ingin kau berhati-hati. Ada kemungkinan mereka akan mengulanginya"
Selama percakapan berlangsung, aku membelai kepala kedua bersaudara hingga mereka melupakan kemarahan dan melambaikan ekor dengan gembira.
Kau takkan pernah berpikir bahwa orang-orang yang berwajah lembut seperti ini akan menebarkan niat membunuh tajam beberapa detik yang lalu.
"Aku akan berusaha. Jadi, karena guru akan segera datang, perkenankan diriku untuk permisi"
"Apa kau sudah selesai dengan persoalan Emilia?"
"Harga diri ini takkan membiarkanku merebut paksa seorang petugas yang telah bersumpah setia kepada seseorang dari lubuk hatinya. Disaat aku sudah menjadi terkenal dan lebih menarik darimu, biarkan aku mengundangnya sekali lagi"
Ikemen ini bertindak terlalu keren. Dia berbalik dan berjalan pergi dengan jubah yang melambai seolah mantel lalu duduk dengan elegan di tempat agak jauh dari kami. Kedua petugas itu pun mengikutinya. Meski sempat melotot sebelum pergi, mereka mungkin akan mendapatkan ceramah panjang setelah ini.
"Aku takkan tertarik pada orang lain kecuali Sirius-sama~!"
"Aku juga akan mengikuti Aniki~!*"
[Bayangkan saja kalau keduanya bilang gitu sambil julurin lidah. 'Weee' 😝 ]
Astaga, karena membelai terlalu banyak, ucapan dan tingkah laku mereka telah menjadi manja. Untuk sekarang, karena ini bukan ekspresi yang dapat ditampilkan didepan umum, aku mengetuk kepala mereka ringan untuk menyadarkan kembali. Disaat bersamaan, seiring pintu yang terbuka, guru wali kelaspun datang.
"Sepertinya semua orang sudah hadir di sini. Aku Magna, wali kelas yang akan bertanggung jawab atas kalian. Aku harap kita bisa akur"
Aku juga melihatnya saat wawancara tes. Dia adalah pria berusia empat puluhan berambut cokelat dan mengenakan jubah bergaris-garis kuning. Walau tidak setingkat Kepala Sekolah, namun dia memancarkan kesan penuh akan pengalaman.
"Daripada berbicara tentang diriku sendiri, bagaimana kalau masing-masing dari kalian melakukan pengenalan diri di hadapan teman-teman kelas? Kalau begitu, kita awali dari ras kucing disana. Aku ingin kau memberi pengenalan singkat, seperti nama dan ras"
"Ba-Baiklah!"
Setelah itu, perkenalan pun dimulai satu per satu secara berurutan.
Siswa-siswi dari berbagai ras mengutarakan alasannya datang ke sekolah ini, dan itu menarik untuk mendengarkan berbagai cerita dari mereka. Giliran kamipun tiba.
"Aku Reus! Dari ras serigala perak dan aku adalah petugas dari orang yang berada di sebelahku, Sirius-sama! Keahlian khususku adalah berpedang dan memiliki atribut api! Salam kenal, semuanya!"
Aku sempat khawatir tentang apa yang akan dia ucapkan, tapi sepertinya anak ini memberi pengenalan diri yang aman dengan mencontoh para siswa sebelumnya.
Seakan mengumumkan 'Aku adalah petugas setia Sirius-sama!! Akan kutebas siapapun yang berani macam-macam dengannya!!'....atau sesuatu seperti itu. Tepuk tangan malah muncul untuk mengiringi perkenalannya. Mungkin ini bisa diterima sampai batas tertentu.
Berikutnya adalah giliranku.
"Aku Sirius. Berasal dari ras manusia, juga seperti yang semua orang ketahui, atributku Tak Berwarna. Rencana masa depanku adalah mempelajari tentang lingkaran sihir dan maju di bidang {Teknik Sihir}"
Ketika aku membungkuk untuk mengakhirinya, para siswa disekitarku gelisah tanpa tahu bagaimana untuk merespon. Pada saat itu, Magna-sensei menepuk tangannya untuk mengumpulkan seluruh perhatian.
"Ada sedikit informasi yang perlu kutambahkan. Aku adalah salah seorang yang ikut mewawancarainya. Kami memutuskan bahwa dia memiliki cukup kemampuan untuk diterima di sekolah ini. Dia juga bisa mengaktifkan sihir dasar, jadi jangan meremehkannya hanya karena atribut, ya"
Dari gerakan tangannya, dia menyuruh agar perkenalan diri para siswa berlanjut. Aku memang berterima kasih padanya, tapi itu juga membuatku merasa tidak enak karena mendapatkan lebih banyak perhatian. Yah, terserahlah. Pengenalanku berakhir, dan sekarang merupakan giliran Emilia.
Saat dia berdiri, membungkuk anggun dan tersenyum, pemandangan itu membuat seluruh lelaki maupun perempuan terpesona seakan tak mampu lagi mengalihkan mata mereka. Tata krama yang begitu indah, seperti yang diharapkan. Aku bisa merasa nyaman karena dia telah menerima pendidikan dari Kaa-san.
"Namaku adalah Emilia. Memiliki atribut angin, dan aku juga merupakan petugas Sirius-sama bersama dengan adikku, Reus. Semua orang, harap pahami ini. Baik tubuh maupun hatiku, semua itu sudah kuserahkan pada Sirius-sama"
Bukankah Emilia baru saja menjatuhkan sesuatu yang disebut 'Bom'?!
Lingkunganpun menjadi lebih berisik, tapi dia hanya tersenyum manis dan masih berdiri dengan bangga.
Kenapa kau membuat pernyataan seperti itu?!.
Oh, mungkinkah dia sedang membuat pengalihan. Karena hal tentang Tak Berwarna, dia berusaha menarik perhatian dan mengurangi beban yang menimpaku. Loyalitas yang hebat. Aku sungguh memiliki petugas yang pandai.
"Fufu....Dengan ini aku bisa mengumumkan kalau diriku sepenuhnya milik Sirius-sama"
Aku sangat tahu itu!.
Nah, daripada menutup-nutupi dengan canggung sejak awal, lebih baik mengungkapnya sehingga orang-orang aneh tidak akan mendekat....mungkin.
Setelahnya, tak ada lagi pernyataan bagaikan 'bom' Emilia, pengenalan seluruh kelaspun selesai lebih lancar. Begitu waktu istirahat tiba dan Magna-sensei meninggalkan kelas, beberapa anak lelaki sekaligus perempuan berkumpul ke lokasi kami.
"Hei, benarkah kalau kau itu Tak Berwarna?"
"Pasti sulit jika kau tidak memiliki bakat, ya kan? Pelatihan macam apa yang kau lakukan?"
"Rambut perak Emilia begitu indah. Kulitmu juga cantik, kau membuat iri setiap wanita"
"Apa yang kau maksud dengan tubuh dan hati itu?! Jangan-jangan, kau seorang budak?!"
"Jika kau memang hebat dalam berpedang, ayo kita latih tanding lain kali"
Sepertinya ada banyak anak yang dilimpahi rasa keingintahuan, mungkin karena ada banyak rakyat jelata disini. Sementara para bangsawan hanya menjaga jarak, seakan mengamati kami. Dilain hal, kami berusaha menjawab hujan pertanyaan satu demi satu.
Rupanya, rumor yang beredar tentangku adalah seperti ini :
{Walaupun merupakan seseorang yang 'Tak Berwarna', karena menjalani berbagai jenis pelatihan berdarah dan meremukkan tulang, aku akhirnya bisa memasuki sekolah}. Yah, aku pikir itu juga tidak salah.
Karena hari ini adalah hari pertama, tak ada pelajaran apapun dan hanya berakhir setelah penjelasan singkat tentang kurikulum dan fasilitas-fasilitas di sekolah oleh Magna-sensei. Sebentar lagi, mungkin bel malam akan berbunyi?.
☆☆☆☆
Bagian 3
Ketika kelas berakhir, semua ketegangan menghilang. Setiap orangpun berbincang tentang makan malam.
Ngomong-ngomong, meski sarapan dan makan siang dilakukan di kantin sekolah, makan malamnya berbeda. Kami dibebaskan untuk memilih tak hanya di kantin, kami juga boleh memasak sendiri di asrama atau bahkan sampai pergi ke kota.
"Apa Sirius-sama memiliki rencana hari ini?"
"Yah. Sebenarnya, karena bersih-bersih dan juga merapikan rumah belum selesai, aku ingin menuntaskannya. Ada juga hal tentang memperbaiki perabotan yang masih bisa dipakai disana"
Tak ada masalah dengan kamar tidur dan dapur, namun aku masih berniat memanfaatkan ruangan yang kosong lalu mengubahnya menjadi kamar mandi. Ada banyak hal yang perlu dilakukan. Disaat aku berpikir Emilia pasti akan ikut, orang yang dimaksud menundukkan kepalanya.
"Aku sangat meminta maaf. Aku perlu kembali ke kamarku untuk memastikan barang bawaan dan juga untuk melihat Reese. Mungkin aku akan sedikit terlambat"
"Jangan khawatir. Aku akan pergi dulu bersama Reus, jadi lakukan saja apa yang kau ingin lakukan"
"Maafkan aku juga, Aniki!!"
Seusai namanya disebut, Reus menepukkan tangannya didepan dada sekuat mungkin seakan ingin menghabisi nyamuk. Setidaknya, ini lebih baik daripada kalau dia harus berlutut.
"Ada apa, Reus?"
"Aku juga ingin pergi. Tapi aku sudah terlanjur menerima untuk ikut dengan beberapa orang setelah kelas berakhir, jadi aku tidak bisa menolaknya"
Bisa terdengar banyak suara panggilan untuk Reus dikejauhan. Ketika menoleh kesana, terdapat beberapa anak ras binatang yang melambaikan tangan mereka sambil menggenggam pedang kayu. Ini mungkin tentang ajakan latih tanding. Bukankah perkembangannya cukup bagus?.
"Berinteraksi dengan orang selain diriku juga penting. Jadi, kau tidak usah mencemaskan apapun. Pergilah"
"Baiklah, Aniki! Aku akan segera mengalahkan mereka semua dan kembali!"
"Tidak, kau tidak perlu terburu-buru. Lagipula, jangan terlalu berlebihan dengan mereka ya"
"Aku mengerti!"
Apa kau benar-benar mengerti?.
Reus bergabung dengan kelompok ras binatang, dan berangkat ke luar kelas sambil mengobrol. Emilia juga bergegas pergi, menyisakan diriku disini. Ketika hendak melangkahkan kaki untuk meninggalkan ruangan ini dan kembali ke bangunan itu, aku dipanggil oleh Mark. Hanya saja, kedua petugas itu sedang tidak bersamanya.
"Apa kau juga akan kembali?"
"Mark-sama? Ya, begitulah"
"Haha. Walaupun aku seorang bangsawan, tapi disini tingkatan kita sama. Aku kehilangan kesempatan untuk memberitahumu ini sebelumnya, tapi aku akan senang jika kau berbicara secara normal denganku"
"Begitu, ya. Ngomong-ngomong, Mark-sama, apa yang terjadi dengan para petugasmu?"
"Tak perlu sebutan 'sama'. Sepertinya ada beberapa urusan yang mendesak sehingga mereka kembali lebih dulu. Memang agak mencurigakan, aku akan bertanya pada mereka nanti"
"Kau juga tampaknya memiliki waktu-waktu yang sulit ya, Mark . Ini mungkin kasar, tapi kenapa kau mau mempekerjakan kedua orang itu?"
Meski mengaku sebagai 'petugas sesungguhnya', kata-kata dan tindakan mereka memiliki perbedaan yang sangat kontras. Kenapa dia masih membawa keduanya, yang gelagatnya terlalu sombong?
"Mereka juga termasuk golongan bangsawan keluarga Holtia, hanya saja posisi keduanya cukuplah rendah. Jadi, mereka memanjakanku dan mencoba pamer karena diriku merupakan pewaris berikutnya setelah putra sulung....Aku sebenarnya juga enggan menerima mereka bahkan sebagai petugas, tapi orang tuaku menyuruh untuk melakukannya"
"Tidak apa-apakah untuk menceritakan suatu hal seperti kondisi keluarga pada orang yang baru kau kenal?"
"Aku tidak keberatan. Lagipula, kedua orang itu tak layak di khawatirkan. Mereka tampaknya mengawasimu, jadi jika terjadi sesuatu, tolong beritahu padaku segera. Akulah yang akan menangani mereka"
"Baiklah, akan kuingat itu. Kalau begitu, sampai jumpa besok"
"Ya, sampai jumpa besok"
Mungkin aku bisa berteman baik dengannya.
Setelah melambaikan tangan sambil melihat sosoknya pergi, aku juga mulai berdiri dan mulai berjalan ke Pondok Berlian yang merupakan rumahku sekarang.
Untuk kesana, ada jarak yang cukup jauh dan perlu ditempuh.
Aku memang bisa tiba lebih cepat, namun kedua bersaudara sepertinya akan datang terlambat. Juga, karena tak ada alasan untuk terburu-buru, aku hanya berjalan dengan santai.
Akhir-akhir ini aku sudah menjadi sering sendirian, tapi itu merupakan pengalaman yang baik bagi Emilia dan Reus.
Tak lama ketika diriku melewati area asrama para siswa dan mulai memasuki hutan, aku semakin merasa tidak nyaman.
"Berhenti disana! Kau Tidak Kompeten!!"
Dua anak lelaki lalu muncul dari balik pohon dan menghadang jalan. Jika diingat-ingat lagi, bukankah mereka adalah para petugas Mark?
"Ada apa? Aku sudah akan pulang sekarang?"
"Hanya urusan kecil. Ada tempat yang jarang dilalui oleh orang lain disana, ikutlah!"
Wow....nada memerintahnya juga menakjubkan.
Apa-apaan ini? Apa kalian ingin melakukan pemerasan? Sayang sekali, bahkan jika aku melompat, kalian takkan pernah mendengar gemericing koin-koin emas"
"....Merepotkan...."
"Diam, Tidak Kompeten! Cepat kemari! "
Entah bagaimana membuat keduanya marah, akupun mengikuti mereka tanpa berkata apapun.
Tempat ini adalah area yang dikelilingi rimbunnya pohon, namun memiliki cukup ruang agar beberapa orang bisa bergerak lebih leluasa. Jaraknya tidak jauh dari jalan utama, dan lebih sering dipakai untuk mengendap-endap karena area ini sangat jarang dilalui hingga sekarang.
"Jadi, untuk apa kesini?"
"Karena kau, kami dimarahi oleh bajingan itu, Mark! Dia terus mengoceh tentang jalan hidup petugas dan perilaku bangsawan!"
"Kami juga bangsawan! Tak peduli seberapa tingginya dia, kami benci menundukkan kepala dihadapan orang yang seusia dengan kami!"
Bahkan jika kalian mengatakan hal itu kepadaku, aku tak tahu harus merespon dengan bagaimana. Aku sempat beranggapan kalau perilaku mereka mencurigakan, namun ternyata hal-hal tentang 'Petugas sesungguhnya' hanyalah kepura-puraan. Dalam lubuk hati, mereka sungguh menolak Mark.
"Utarakan itu pada orangnya sendiri. Ini sama sekali tak berhubungan denganku, ya kan?"
"Hei! Perintahkan ras binatang itu agar beralih untuk melayani Mark!"
"Dia sangat jarang tertarik dengan ras binatang. Inilah kesempatanmu agar bisa mendapatkan keuntungan dan bersenang senang, Tak Kompeten. Tidakkah kau seharusnya setuju?"
Aku yakin orang-orang ini hanya ingin membalas dendam. Apakah karena itu? Namun, permintaan kalian merupakan sesuatu yang tidak bisa aku penuhi.
"Ditolak. Aku tidak ingin mengubah jalan yang gadis itu pilih hanya untuk keuntungan pribadi"
"Hah, kau harus kubuat mendengarkan. Bahkan jika harus dengan kekerasan"
Jumlah orang mendadak bertambah dua, mereka menunjukkan diri dari balik pepohonan.
Dari penampilan, mungkin mereka juga bangsawan yang menjadi petugas. Atau bisa saja rakyat jelata.
Memiliki tubuh kekar sambil membawa pedang kayu, mereka lalu mengelilingiku dan tertawa mencemooh. Tingkatan orang-orang ini harusnya sama, yaitu rendahan.
"Bagaimana? Meminta maaflah selagi sempat dan berjanjilah untuk membawa gadis 'bukan manusia' itu ke si bajingan Mark. Kami lalu akan mengakhirinya tanpa harus bertindak terlalu jauh"
"....Hmmm...."
....Kau memanggil gadis itu....'Bukan Manusia'?
"Jadi---....hah, apa yang sedang kau lakukan?"
"Tidakkah kau mengerti dengan melihatnya? Aku sedang pemanasan"
Andai saja mereka lebih mengancam agar aku bertindak, mungkin aku takkan basa-basi lagi dan menghajar pertama semua orang ini. Melihatku yang melakukan peregangan, dapat diperkirakan kalau mereka sebenarnya tak memiliki banyak pengalaman bertarung.
"Apa dia berpikir akan melawan kita?"
"Dia berencana menghadapi kita sendirian? Yah, dia memang 'Tidak Kompeten'. Pola pikir mereka berbeda dengan kita"
Meski aku tak ingin terlibat apalagi dengan para bangsawan karena akan menimbulkan berbagai masalah nantinya. Hanya saja, bisa dibilang orang-orang ini juga memusuhi Mark. Membuat mereka babak belur kurasa boleh-boleh saja.
"Kalau begitu, ayo kita mulai"
Sambil menyaksikan orang-orang yang tersenyum busuk, tanganku mulai terkepal dengan tenang.
☆☆☆Chapter 28 berakhir disini☆☆☆
Catatan penulis : Judul lain dari chapter ini adalah
{Mach punch di awal masuk sekolah}
Entah bagaimana memiliki kesan, walaupun aku bahkan tidak tahu apa artinya.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Bagian 1
Tampaknya hanya ada sedikit perbedaan di dunia ini. Selama upacara masuk sekolah, kami masih mendengarkan pidato dari Kepala Sekolah, beberapa alumni, dan orang-orang terkenal lainnya.
Dua hari setelah tes, seluruh siswa berkumpul di auditorium terbesar disini, tempat dimana upacara masuk Akademi Elysion diadakan.
Aku sudah pernah melihatnya (dalam bentuk menyamar), tapi Kepala Sekolah Rodwell ada di sini untuk pertama kalinya dan tampil dihadapan para siswa-siswi baru.
Rodwell merupakan elf yang tampan dengan ciri fisik berupa telinga panjang dan runcing. Kulit putih murni dan rambut pirang yang mempesona. Ikemen* dengan tampilan sempurna, sulit dipercaya bahwa dia adalah seorang yang berusia di atas empat ratus tahun.
[Pria tampan]
Orang yang menguasai sihir.
Master Sihir.
Itulah sebutan bagi Rodwell, penyihir terhebat di benua ini yang menguasai tiga atribut. Kecuali atribut api. Sang Triple.
Dialah si jenius yang mampu menyebabkan badai, memanggil banjir, dan menghancurkan segalanya dengan gempa bumi. Bahkan jika dia kekuranganya adalah atribut api, tingkatan kekuatan sihirnya berada di ranah luar biasa. Mengambil keuntungan dari umur panjang elf, dia terus memoles diri tanpa menjadi sombong selama ratusan tahun. Juga, telah mendapatkan gelar 'Petarung Sihir Terkuat' di Melifest.
Sebenarnya, ada banyak yang mendaftar ke akademi karena rasa kagum padanya. Ketika dia mulai muncul dan berpidato, para siswapun memancarkan tampilan berbinar-binar itu diwajah mereka.
"Apa yang ingin kalian pelajari di Akademi Elysion ini? Itu akan berbeda tergantung pada orangnya, tapi yang kuinginkan adalah agar kalian menggunakannya dalam arah yang benar. Sihir dan pengetahuan yang kalian pelajari akan beragam dan berguna di berbagai bidang. Namun, juga bisa mengancam atau bahkan membunuh orang lain dengan mudah. Jangan pernah lupakan itu"
Hmm, di dunia manapun, Kepala Sekolah sering berbicara terlalu panjang lebar.
Ngomong-ngomong, setelah melihat bentuk sesungguhnya dari Rodwell, aku sekali lagi yakin bahwa dia adalah orang yang sama saat tes masuk tempo hari. Dia mungkin sangat kuat, tapi aku tidak berpikir dia akan menjadi musuh. Mungkin baik-baik saja selama kami berinteraksi secukupnya.
"Fuwaaa~"
"Jarang sekali melihatmu menguap, Emilia"
"Ah, itu....aku terjaga sepanjang malam karena berbicara dengan teman sekamarku"
Emilia yang berdiri* di sampingku, terlihat malu saat berbicara dengan suara lirih.
[Ya, mereka berdiri]
Rupanya, dia sudah bisa bergaul baik dengan teman sekamarnya. Menurut perkataan gadis ini, kamarnya adalah kamar ganda, dan teman sekamarnya merupakan gadis manusia yang tidak membenci ras binatang. Nampaknya, gadis yang mengobrol akrab dengan Emilia ini merupakan gadis baik hati.
"Namanya Reese, dia gadis yang cantik dengan rambut berwarna biru"
"Sepertinya kau sudah berteman dengan seseorang. Itu bagus"
"Iya! Dia temanku!"
Melihatnya yang tersenyum lepas, bisa diperkirakan bahwa kehidupan gadis ini di asrama siswa akan baik-baik saja. Sekalipun hanya untuk menyaksikannya gembira seperti itu, kupikir datang ke sekolah memiliki sebuah arti.
"Aniki, seperti yang diharapkan, sangat buruk untuk tertidur"
"Ahh, maaf"
Nama anak laki-laki dari ras rubah ini adalah Rou, dia tampaknya adalah bawahan Reus.
Menurut cerita Reus, dia merupakan teman sekamarnya. Disaat mereka bertemu pertama kali di kamar asrama, sebuah perkelahian pecah dan Rou terlempar keluar.
"Hal seperti itu....aku sungguh bukan musuh! Tolong biarkan aku menjadi bawahanmu!"
Aku tidak akan terganggu dengan masalah yang menyusahkan seperti ini. Namun, karena berjanji akan bersikap baik, Reus pun menerima Rou sebagai bawahan. Meskipun tertegun saat pertama kali diperkenalkan, dia adalah orang yang mampu membaca suasana dan takkan mendekat kecuali diperlukan. Aku sempat berpikir bahwa itu mungkin disebabkan karena dia sedang berhadapan dengan 'Aniki' dari Reus. Tapi itu bisa juga dia sedang berhati-hati agar tidak mengganggu Reus.
"Salam kenal, aku dipanggil Rou. Aku memiliki keyakinan akan kelincahanku. Senang bertemu denganmu, Aniki!"
"Akulah satu-satunya yang bisa memanggil Aniki dengan sebutan Aniki!" (Reus)
"Hiii! Aku minta maaf, Oya-bun*! Senang bertemu denganmu, Oya-bun!"
[Artinya ya 'Bos', tapi lebih ke bos-bosnya preman. Bahkan, misal Yakuza]
Apa-apaan ini. Aku mendapat bawahan baru bahkan sebelum upacara masuk selesai.
Di lain hal, bangunan rumahku telah direnovasi hanya dalam dua hari sampai ke tingkat bisa ditinggali oleh seseorang.
Aku juga telah mendapatkan kasur dari penginapan dan jika ada kebutuhan lain yang harus dibeli, kami tinggal menghitung biayanya. Sekarang tempat itu layak disebut rumah daripada yang sebelumnya. Aku mulai mempertimbangkan apa yang harus dilakukan dengan kamar kosongnya. Pemikiran tentang merenovasinya secara bertahap sambil pergi ke sekolah perlahan mengalir.
"---Ada lebih banyak hal yang harus dikatakan. Selanjutnya, aku akan menjelaskan kurikulum di Akademi ini. Pertama, untuk para siswa dan siswi baru...."
Untuk meringkas pidato kepala sekolah, kurikulum di sekolah ini memiliki rentang waktu sampai lima tahun ke depan.
Dua tahun pertama, kami akan belajar di ruang kelas reguler menggunakan semua mata pelajaran. Dan dari tahun ketiga, para siswa kemudian dapat memilih untuk mempelajari bidang khusus yang mereka sukai.
Dari keempat bidang di akademi, Reus mengkhususkan diri pada bagian {Ilmu Pedang}, Emilia di {Sihir}, dan aku mengkhususkan diri dalam {Pembuatan Formasi Sihir}, bagian dari bidang utama, yaitu {Teknik Sihir}.
"Kalau begitu, aku pikir akan membiarkan guru di setiap bidang memberi beberapa patah kata. Pertama-tama, aku ingin mengundang spesialis dalam sihir bumi, Magna-sensei"
Setelah itu, para spesialis yang bertugas sebagai guru di berbagai bidang seperti sihir angin dan ilmu pedang pun diperkenalkan. Suasana lalu berubah total saat seorang pria yang mengenakan mantel kuning dan merah muncul, berdiri di atas podium.
"Aku Gregory, yang mengkhususkan diri pada atribut api dan bumi. Aku merupakan seorang bangsawan sekaligus Double. Di kelasku, yang dicari adalah para bangsawan yang kuat. Tidak seperti ras binatang, bangsawan yang membanggakan harus datang ke kelasku. Demi nama rumah dan gelarku sebagai Double, akan ku buat kalian menjadi semakin kuat"
Para ras binatang mengernyitkan alis sementara sebagian besar bangsawan dengan gembira bertepuk tangan ketika mendengar pernyataan itu.
Apa yang orang ini pikirkan? Wajarkah jika menciptakan celah antara para bangsawan dan ras binatang? Mungkinkah dia sejenis orang yang sombong dan membenci orang lain yang---seperti diriku---tanpa warna juga? Sepertinya kau memiliki waktu yang sulit karena mempekerjakan pria semacam itu ya, Rodwell.
"....Bajingan itu yang mengolok-olok Aniki, kan?"
"Selama wawancara kami juga, sepertinya ada seseorang yang selalu menilai kami berdua dengan jijik. Ini merupakan hal yang harus kita waspadai"
"Akan merepotkan karena dia sepertinya bangsawan yang kuat. Kurasa sulit menanganinya jika dia sampai tahu kemampuan kita yang sebenarnya"
Aku terus menatap Gregory sambil menenangkan Reus, yang sepertinya akan langsung mendatanginya kapan pun. Mata orang itu....dimana aku melihatnya, ya?
"Ahem....pokoknya, upacara masuk telah selesai. Lihatlah pengaturan kelas yang telah diletakkan di luar, dan tolong pergi ke masing-masing bidang kalian"
Akhirnya, mengenyampingkan orang itu, upacara masuk bagi kamipun usai.
☆☆☆☆
Bagian 2
Begitu keluar dari auditorium, kami menemukan sebuah selebaran besar terpampang didepan papan untuk pengaturan kelas para siswa baru.
Reaksi para siswa juga berbeda-beda, ada yang segera memeriksa keadaan kelas, beberapa di antaranya mengobrol, dan banyak juga yang bertanya tentang guru mereka yang datang terlambat.
Sementara menunggu Reus yang pergi memeriksa di kelas mana kami akan berada, aku menyaksikan pemandangan ini dengan linglung.
"Ada berbagai orang yang unik di sini, ya. Ini adalah satu-satunya hal yang aku takkan mengerti saat berada di desa dan rumah itu*"
[Maksudnya, rumah dimana mereka tinggal bersama Erina. Bukan rumah ortu nya]
Emilia, yang berdiri di sampingku mengenakan jubah dengan desain sekolah ini. Memakai itu wajib dengan pengecualian kegiatan praktek dan acara-acara spesial lainnya. Warna syal yang menempel pada jubah adalah bukti nilai kami di sekolah. Ngomong-ngomong, kami yang adalah siswa tahun pertama mengenakan jubah berwarna biru.
Kelihatannya saja yang sederhana dan mudah dibuat, tapi ini merupakan pakaian khusus yang ditenun oleh benang sihir langka. Ketika kau menuangkan Mana, pakaian ini akan menjadi sekokoh besi tanpa bisa ditembus oleh tajamnya bilah pisau. Mengenakannya ke kota juga di izinkan, bahkan sepertinya kau akan mendapatkan berbagai layanan ketika memakainya di toko-toko tertentu.
"....Sirius-sama? Apakah ada yang aneh dengan bajuku?"
"Tidak, meski pakaian petugas juga bagus, aku baru saja berpikir kalau apa yang kau kenakan sekarang sangat cocok untukmu. Emilia terlihat manis"
"Benarkah?! Aku bahagia"
Dia berbalik sambil melambaikan rambutnya yang panjang dan malu. Yah, dia siswa yang memang manis mengenakan apapun.
Ada banyak gadis di Akademi ini, namun menurutku kemanisan Emilia berada di tingkat teratas. Selain penampilan fisik dan rambut perak yang bersinar memantulkan cahaya, dia menarik perhatian banyak orang karena dadanya yang masih dalam masa pertumbuhan. Sebenarnya, beberapa siswa laki-laki melihat ke arah sini, bahkan para siswi pun terpesona dengan rambut peraknya yang bersinar.
"Ngomong-ngomong, siapa itu.... Reese? Dimana dia? Aku ingin bertemu dengannya walau hanya sekali"
"Sepertinya dia dipanggil kembali ke rumahnya dan tak bisa datang hari ini"
"Bukankah masalahnya cukup besar sampai-sampai dia tidak menghadiri upacara masuk?"
"Aku juga tidak terlalu memahaminya. Tapi dia tersenyum ketika berkata kalau dirinya baik-baik saja, dia juga menjelaskan kalau sekolah sudah memberinya izin"
"Jika kau berkata dia baik-baik saja, masalah khususnya adalah---...."
"Ahh, kau ternyata disini"
Sementara aku berpikir ingin bertemu Reese sebagai master Emilia, aku berbalik karena merasa dipanggil. Guru yang memberiku izin saat ujian masuk ada di sini....ralat, itu Rodwell dalam bentuk penyamarannya, berdiri dengan wajah tersenyum.
"Sudah lama sejak wawancara, bukan? Aku senang karena kalian bisa masuk sekolah dengan lancar"
"Yah, lancar atau tidaknya, mulai sekarang tolong jaga kami.....Hmm, apa yang Anda lakukan disini, kepala sekolah?"
Pertama-tama, mempertimbangkan tujuan pria ini, aku berbicara menggunakan suara sekecil mungkin hingga tak ada yang bisa mendengarnya.
"Kau memang sudah tahu, ya? Aku biasanya menggunakan bentuk ini untuk berbicara dengan para siswa, sebagai guru biasa bernama Vile"
Yah, aku bisa mengerti kenapa kau menyamarkan diri. Akan merepotkan kalau dia berbicara dengan siswa biasa---apalagi sepertiku---memakai identitasnya sebagai kepala sekolah. Karena Emilia terlihat belum menyadarinya, ayo kita berjalan mengikuti alur yang ada.
"Jujur saja, aku memiliki sesuatu untuk dikatakan padamu. Aku datang untuk meminta maaf"
"'Maaf'? Anda telah membuatku lulus dan Vile-sensei cukup puas karena kemampuanku, kan?"
"Bukan itu, ini soal asrama. 'Dia' memutuskan dengan egois tentang tempat dimana Sirius-kun akan tinggal sementara aku pergi"
Kupikir maksudnya adalah Gregory. Orang itu membenci ras binatang dan rakyak jelata. Mungkin karena diriku yang adalah 'Tak Berwarna', dia begitu membenciku.
"Aku melewatkan itu saat mengkonfirmasi pengaturannya. Aku akan segera membenarkannya, dan memindahkanmu ke kamar di asrama"
"Tidak, tidak apa-apa"
"Tapi, jarak dari sana ke sekolah cukup jauh. Selain itu, bangunannya sudah terbengkalai dan bobrok parah"
"Sejujurnya, aku telah mengubah tempat itu agar bisa dihuni. Karena atapnya rusak, aku menggantinya. Tak ada masalah lagi kan?"
"....Memang tidak. Tapi, kau melakukannya dalam tiga hari?"
"Ya, karena aku mengetahui beberapa teknik konstruksi, aku mencoba melakukannya meskipun sebagai amatir. Daripada meminta maaf, boleh aku meminta sesuatu padamu?"
"Hmm, iya....tentu saja, kalau aku bisa melakukannya"
"Aku menginginkan izin untuk merenovasi bangunan itu dengan bebas. Aku tidak mau timbulnya keluhan karena sudah mengubah properti milik sekolah"
Tanpa izin Rodwell pun aku dapat berbuat apapun, hanya saja kurasa pasti akan ada masalah yang muncul jika tidak memintanya. Mungkin ada yang melihat perbuatanmu, mereka mungkin akan melontarkan penjelasan tentang merenovasi secara ilegal atau hal lainnya dan mengusirku. Aku juga tidak ingin merusak lingkungan yang sudah kubangun dengan baik, izin dari Kepala Sekolah sangat dibutuhkan.
"Aku mengerti. Lagipula, bangunan itu merupakan hal yang sudah lama diabaikan, anggap saja seperti rumahmu sendiri. Aku akan menyebarkan perintah non-intervensi sehingga takkan ada yang mengganggu"
"Aku merasa sangat tertolong"
"Tidak, aku hanya tertarik melihat apa yang akan kau perbuat. Namun, pihak sekolah tak dapat memberi terlalu banyak keamanan atau tanggung jawab. Bisakah kau menerimanya?"
"Ini saja sudah cukup. Dari awal aku memang berencana melakukan banyak pekerjaan. Lagipula, karena diriku merupakan orang biasa, jika terdapat suatu peristiwa yang mengganggu keamanan seperti pencurian, aku bisa bertindak sendirian"
"Akan menjadi masalah jika ada pencurian di sekolah, tolong segera laporkan jika hal seperti itu terjadi. Namun, aku tidak ingin kau bertindak terlalu berlebihan"
"Aku akan berhati-hati"
Ketika menilai dari samping, kau akan melihat seorang siswa dan seorang guru melakukan pembicaraan akrab. Hanya saja, isi diskusi mereka tidak begitu jelas.
Sebagai kesimpulan, tempat itu milikku, jadi boleh-boleh saja untuk membalas orang-orang yang datang untuk mengganggu, kan? Pokoknya, ini sudah sepakat.
Ayo mempersiapkan hal-hal mulai hari ini. Aku suka membuat suatu perencanaan, walau agak sulit untuk menciptakan jebakan yang takkan membunuh.
"Apakah bangunan yang akan ditinggali oleh Sirius-sama memiliki nama?"
"Tidak, tak ada. Mungkin akan merepotkan jika tidak memiliki nama. Jadi Sirius-kun, bagaimana jika kau menamainya?"
"Kalau begitu....Pondok Berlian"
"Heh? Apa ada artian tertentu untuk nama itu?"
"Berlian tidak berwarna tapi merupakan perhiasan yang berharga. Ini adalah ide sederhana yang aku inginkan"
"Tidak buruk. Tapi kupikir nilai Sirius-kun tak bisa di bandingkan dengan berlian. Kalau begitu, aku akan mengesahkannya....Oh ya, guru wali kelasmu adalah Magna-sensei yang langsung berada di bawah pengawasanku. Jadi, jika ada sesuatu, beritahu saja dia"
Meski memberi nama pondok hampir seenaknya, dia masih tertarik kepadaku, ini aneh. Setelah selesai dengan apa yang perlu dibicarakan, Vile-sensei melambaikan tangannya dan pergi. Emilia disebelahku, tersenyum dan sepertinya sedang dalam perasaan yang baik.
"Ada apa? Aku pikir perbincangan barusan bukan sesuatu yang menyenangkan"
"Tidak, aku hanya berpikir 'Ada orang yang mengerti tentang Sirius-sama'....Tapi jika itu aku, bahkan perhiasan manapun takkan pernah bisa dibandingkan dengan Sirius-sama?"
Eksistensi semacam apa aku ini untukmu?....Aku ingin bertanya hal itu, namun tampaknya jawaban yang akan muncul sudah jelas, jadi aku berhenti.
Setelah beberapa saat menunggu, Reus muncul dari dalam kerumunan dan berteriak pada kami dengan wajah tersenyum.
"Aniki! Onee-chan! Kita berada di kelas yang sama!!"
Itu bagus. Namun, dengan wali kelas yang akan mengawasi kami, rasanya ada campur tangan dari kepala sekolah sendiri mengenai masalah pengaturan kelas.
Namun, karena kami bertiga bisa bersama, aku tidak memiliki sesuatu untuk dikeluhkan.
Setelah menenangkan Reus yang melompat-lompat penuh kegembiraan, kami menuju kelas yang sudah ditetapkan.
Siswa-siswi baru terbagi ke beberapa kelas yang dinamai sesuai tokoh-tokoh hebat dimasa lalu. Masing-masing kelas terdiri dari sekitar tiga puluh siswa. Nama kelas kami disebut Carlisle, konon ini menurut sebuah grup terkenal yang disebut Carlisle.
Ruang kelas berbentuk seperti kipas, dengan susunan meja layaknya universitas-universitas pada duniaku sebelumnya, dimana itu berundak-undak seperti tangga. Sebagian besar orang sudah memasuki kelas, suara bisingpun terdengar bahkan dari koridor.
Namun saat kami memasuki kelas, kesunyian mendadak muncul. Tidak, lebih tepatnya adalah ketika aku masuk.
"Hee....ini ruangan yang cukup besar. Dimana kita harus duduk, Onee-chan?"
"Yang manapun seharusnya bagus. Sirius-sama, disana sepertinya kosong"
Terlepas suasana kelas yang canggung, kedua anak ini tidak keberatan dan hanya pergi ke tempat duduk yang Emilia tunjuk.
Para siswa di sekitar mulai berbisik. Semua yang mencapai telinga adalah hal-hal tentangku seperti 'Tidak Berwarna' atau 'Tidak Kompeten'. Aku pikir informasi itu mungkin bocor dari bangsawan yang mengikuti ujian bersamaku, namun ini tidak mengganggu karena pada akhirnya hal itu pastinya akan terkuak.
Hal-hal seperti tingkat sosial atau bagaimana diriku bisa bersekolah, pertanyaan semacam itu seolah takkan ada habisnya. Namun, aku tidak keberatan.
"Aniki, boleh aku menghajar mereka?"
"Akan lebih baik kalau mulut mereka dibungkam, ya kan?"
"Hei, hei, tenanglah. Aku sama sekali tidak terganggu, kalian tak perlu memperdulikannya"
Aku harus menyesuaikan diri dengan hal tidak berwarna ini. Bukannya aku tidak bisa menggunakan sihir, kami hanya harus mengabaikan diskriminasi itu.
Ketika aku duduk pada sebuah kursi kosong, kedua bersaudara juga ikut dengan enggan di sampingku. Aku selalu melakukannya dengan santai, tapi ketika dipikir-pikir lagi, sepertinya ada peraturan mutlak di mana Emilia akan duduk di sebelah kiri dan Reus di sebelah kananku.
Setelah kami menetapkan posisi, para siswa juga mulai duduk sambil mengobrol. Tak lama kemudian, perlahan jumlah siswa bertambah hingga sesuai seperti yang ditentukan untuk kelas ini.
Melihat rasio ras manusia dengan ras binatang, ini kira-kira dibagi setengahnya, kan?
Tak banyak bangsawan yang bisa ditemukan. Juga, nampaknya ini kelas yang mayoritas adalah para siswa jelata.
Rasio pria dan wanita juga seimbang. Saat kami diam dan menunggu guru yang bertanggung jawab sambil mengistirahatkan siku, tiga anak lelaki muncul di depan kami.
Tepatnya, muncul didepan Emilia. Laki-laki ditengah berbicara padanya sambil tersenyum.
"Permisi, nona dengan rambut perak disana. Boleh aku mengetahui namamu?"
"Apa maksudmu Onee-chan?" (Reus)
"Diam, kau ras binatang! Jangan menyela ketika Mark-sama sedang berbicara!"
Reus sedikit lebih awal untuk membalas, tapi dia malah dimarahi oleh anak yang terlihat seperti petugasnya.
Sementara menenangkan Reus yang mencoba menjawab kembali, aku mengamati mereka bertiga yang usianya hampir sama dengan kami. Meski begitu, anak berambut merah di tengah merupakan anak yang cukup tampan, mungkin tak ada bedanya dengan bangsawan pada umumnya. Dia terkesan tenang, namun kedua petugas di belakangnya bersikap seakan memandang rendah kami.
"Tenanglah, tolong jaga kesopanan kalian. Sekali lagi, boleh aku mengetahui namamu, nona?"
Karena Emilia memalingkan kepalanya kemari, aku mengangguk, mengisyaratkan dia untuk melakukan yang dia mau.
"Namaku Emilia. Aku minta maaf, tapi siapakah Anda?"
"Sangat kasar untuk tidak mengetahui Mark-sama!"
"Jaga sikap kalian. Namaku Mark Holtia. Aku adalah anak kedua dari rumah Holtia, bangsawan yang sangat dihormati"
Anak yang memperkenalkan dirinya sebagai Mark membungkuk dengan elegan. Hmmm, tidak seperti kedua petugasnya, laki-laki ini sepertinya menghargai sopan santun. Karena para bangsawan yang kami temui sejauh ini kebanyakan sombong, ini tidaklah biasa.
"Urusan apakah yang Anda miliki denganku, Mark-sama?"
"Emilia....nama yang sangat indah. Dengan rambut keperakan yang bersinar itu, kau sungguh cantik. Maukah kau menjadi petugasku?"
"Aku menolak"
"Mark-sama memberikan undangan langsung ke ras binatang---....tunggu, apa?"
"Aku berkata bahwa aku menolak"
Sebelum petugas itu selesai berbicara, Emilia memutuskannya seketika dengan senyuman formal yang menakjubkan.
"Menanggapi itu secara mendadak....Mark-sama, ayo kita buat mereka sadar akan posisinya disini!"
"Fuuu....kalian, diamlah! Aku pikir ini tidak akan berjalan dengan mudah, tapi bolehkah aku mengetahui alasannya?"
"Sudah ada seseorang yang akan aku layani selama sisa hidupku. Karena itulah, aku menolaknya"
"Apakah itu mastermu....orang yang di sebelahmu?"
"Ya, benar sekali. Sirius-sama adalah masterku"
Emilia memanggilku sambil menaruh kedua tangannya didepan seakan sedang berdoa. Mark yang melihat ini sempat membungkuk lagi dan menatapku tampak seolah menyelidiki.
"Ini mungkin terkesan tidak sopan bagimu yang merupakan masternya, namun aku akan senang jika kau bisa memberitahuku nama rumah bangsawanmu"
"Aku bukanlah seorang bangsawan. Dia melayaniku secara sukarela dan memanggilku masternya"
"Jadi kau hanya jelata? Kalau begitu, cepat perintahkan gadis ini agar menerima Mark-sama!"
"Tunggu, kalau dipikirkan lagi, bukankah orang ini yang dirumorkan sebagai 'Tidak Berwarna'?"
Lingkunganpun menjadi berisik. Pernyataan dari petugas ini jelas merupakan sesuatu yang ingin dilontarkan oleh para siswa lain. Mereka mungkin ingin menanyakan tentang hal 'Tak Berwarna' ini, tapi terlalu canggung untuk melakukannya karena sekarang merupakan pertemuan pertama. Aku mengetahui itu semua ketika tatapan dan telinga mereka berfokus kesini.
"Benar, aku tidak tahu tentang rumor itu, tapi diriku memang "Tak berwarna'. Jadi, ada apa dengan itu?"
"Hah, Mark-sama sudah menguasai {Flame Lance}. Lalu kenapa ada tidak kompeten di tempat ini yang bahkan tidak bisa menggunakan sihir tingkat pemula?!"
"Aku juga heran. Mungkin dia melakukan penyuapan dan sejenisnya? Tidak, aku tidak yakin dia memiliki kepingan emas sebanyak itu"
Haus darah mulai meluap dari kedua sisiku, tapi para petugas itu sama sekali tidak merasakan apapun. Sementara aku menahan kepala kedua bersaudara, aku menatap rendah petugas-petugas ini.
"Aku pikir kalian sebagai petugas tidak punya hak untuk mengatakan itu, ya kan?"
"Apa, kau bajingan! Meski kami adalah petugas, kami juga seorang bangsawan!!"
"Mampu menggunakan {Flame Lance} bukanlah syarat untuk memasuki sekolah ini. Lagipula, yang menguasainya adalah master kalian. Bukan kalian"
"Apa yang salah tentang menceritakan hal-hal tentang kelebihan mastermu?! Kami adalah petugas sesungguhnya dari Mark-sama!"
"Seorang petugas sesungguhnya yang tidak bisa mengikuti perintah tuannya, apa-apaan itu? Mark-sama telah berkata beberapa saat yang lalu kalau kalian harus diam...."
Kedua petugas itu tidak dapat membantah. Merekapun hanya bisa menatap dengan kebencian.
"Sesuai dengan apa yang dia katakan, kalian sepertinya tidak mengerti hal-hal tentang petugas, apalagi tentang kebangsawanan"
"Tapi Mark-sama, kita tidak bisa membiarkan kata-kata kasar itu"
"Bahkan dari sudut pandangku, sikap kalian buruk. Wajar saja jika dia marah. Kalian menjadi petugas karena perintah dari ayahku. Jadi, berhentilah bertindak tercela"
Akan mustahil untuk memprotes ketika masternya sudah berkata begitu. Keduanya pun dengan enggan melangkah mundur.
Dia rendah hati, menilai orang dengan adil. Tak hanya sangat sopan dan santun, bisa dibilang kalau kepribadiannya ini sangat solid. Jelas saja, sekarang cara berbicara kedua petugasnya lah yang harus disalahkan.
"Mewakili para petugasku, aku sungguh meminta maaf, Sirius-kun. Aku memang tidak mempunyai alasan, tapi sebenarnya mereka baru-baru inilah yang menjadi petugasku"
"Tidak masalah. Tapi, aku ingin kau berhati-hati. Ada kemungkinan mereka akan mengulanginya"
Selama percakapan berlangsung, aku membelai kepala kedua bersaudara hingga mereka melupakan kemarahan dan melambaikan ekor dengan gembira.
Kau takkan pernah berpikir bahwa orang-orang yang berwajah lembut seperti ini akan menebarkan niat membunuh tajam beberapa detik yang lalu.
"Aku akan berusaha. Jadi, karena guru akan segera datang, perkenankan diriku untuk permisi"
"Apa kau sudah selesai dengan persoalan Emilia?"
"Harga diri ini takkan membiarkanku merebut paksa seorang petugas yang telah bersumpah setia kepada seseorang dari lubuk hatinya. Disaat aku sudah menjadi terkenal dan lebih menarik darimu, biarkan aku mengundangnya sekali lagi"
Ikemen ini bertindak terlalu keren. Dia berbalik dan berjalan pergi dengan jubah yang melambai seolah mantel lalu duduk dengan elegan di tempat agak jauh dari kami. Kedua petugas itu pun mengikutinya. Meski sempat melotot sebelum pergi, mereka mungkin akan mendapatkan ceramah panjang setelah ini.
"Aku takkan tertarik pada orang lain kecuali Sirius-sama~!"
"Aku juga akan mengikuti Aniki~!*"
[Bayangkan saja kalau keduanya bilang gitu sambil julurin lidah. 'Weee' 😝 ]
Astaga, karena membelai terlalu banyak, ucapan dan tingkah laku mereka telah menjadi manja. Untuk sekarang, karena ini bukan ekspresi yang dapat ditampilkan didepan umum, aku mengetuk kepala mereka ringan untuk menyadarkan kembali. Disaat bersamaan, seiring pintu yang terbuka, guru wali kelaspun datang.
"Sepertinya semua orang sudah hadir di sini. Aku Magna, wali kelas yang akan bertanggung jawab atas kalian. Aku harap kita bisa akur"
Aku juga melihatnya saat wawancara tes. Dia adalah pria berusia empat puluhan berambut cokelat dan mengenakan jubah bergaris-garis kuning. Walau tidak setingkat Kepala Sekolah, namun dia memancarkan kesan penuh akan pengalaman.
"Daripada berbicara tentang diriku sendiri, bagaimana kalau masing-masing dari kalian melakukan pengenalan diri di hadapan teman-teman kelas? Kalau begitu, kita awali dari ras kucing disana. Aku ingin kau memberi pengenalan singkat, seperti nama dan ras"
"Ba-Baiklah!"
Setelah itu, perkenalan pun dimulai satu per satu secara berurutan.
Siswa-siswi dari berbagai ras mengutarakan alasannya datang ke sekolah ini, dan itu menarik untuk mendengarkan berbagai cerita dari mereka. Giliran kamipun tiba.
"Aku Reus! Dari ras serigala perak dan aku adalah petugas dari orang yang berada di sebelahku, Sirius-sama! Keahlian khususku adalah berpedang dan memiliki atribut api! Salam kenal, semuanya!"
Aku sempat khawatir tentang apa yang akan dia ucapkan, tapi sepertinya anak ini memberi pengenalan diri yang aman dengan mencontoh para siswa sebelumnya.
Seakan mengumumkan 'Aku adalah petugas setia Sirius-sama!! Akan kutebas siapapun yang berani macam-macam dengannya!!'....atau sesuatu seperti itu. Tepuk tangan malah muncul untuk mengiringi perkenalannya. Mungkin ini bisa diterima sampai batas tertentu.
Berikutnya adalah giliranku.
"Aku Sirius. Berasal dari ras manusia, juga seperti yang semua orang ketahui, atributku Tak Berwarna. Rencana masa depanku adalah mempelajari tentang lingkaran sihir dan maju di bidang {Teknik Sihir}"
Ketika aku membungkuk untuk mengakhirinya, para siswa disekitarku gelisah tanpa tahu bagaimana untuk merespon. Pada saat itu, Magna-sensei menepuk tangannya untuk mengumpulkan seluruh perhatian.
"Ada sedikit informasi yang perlu kutambahkan. Aku adalah salah seorang yang ikut mewawancarainya. Kami memutuskan bahwa dia memiliki cukup kemampuan untuk diterima di sekolah ini. Dia juga bisa mengaktifkan sihir dasar, jadi jangan meremehkannya hanya karena atribut, ya"
Dari gerakan tangannya, dia menyuruh agar perkenalan diri para siswa berlanjut. Aku memang berterima kasih padanya, tapi itu juga membuatku merasa tidak enak karena mendapatkan lebih banyak perhatian. Yah, terserahlah. Pengenalanku berakhir, dan sekarang merupakan giliran Emilia.
Saat dia berdiri, membungkuk anggun dan tersenyum, pemandangan itu membuat seluruh lelaki maupun perempuan terpesona seakan tak mampu lagi mengalihkan mata mereka. Tata krama yang begitu indah, seperti yang diharapkan. Aku bisa merasa nyaman karena dia telah menerima pendidikan dari Kaa-san.
"Namaku adalah Emilia. Memiliki atribut angin, dan aku juga merupakan petugas Sirius-sama bersama dengan adikku, Reus. Semua orang, harap pahami ini. Baik tubuh maupun hatiku, semua itu sudah kuserahkan pada Sirius-sama"
Bukankah Emilia baru saja menjatuhkan sesuatu yang disebut 'Bom'?!
Lingkunganpun menjadi lebih berisik, tapi dia hanya tersenyum manis dan masih berdiri dengan bangga.
Kenapa kau membuat pernyataan seperti itu?!.
Oh, mungkinkah dia sedang membuat pengalihan. Karena hal tentang Tak Berwarna, dia berusaha menarik perhatian dan mengurangi beban yang menimpaku. Loyalitas yang hebat. Aku sungguh memiliki petugas yang pandai.
"Fufu....Dengan ini aku bisa mengumumkan kalau diriku sepenuhnya milik Sirius-sama"
Aku sangat tahu itu!.
Nah, daripada menutup-nutupi dengan canggung sejak awal, lebih baik mengungkapnya sehingga orang-orang aneh tidak akan mendekat....mungkin.
Setelahnya, tak ada lagi pernyataan bagaikan 'bom' Emilia, pengenalan seluruh kelaspun selesai lebih lancar. Begitu waktu istirahat tiba dan Magna-sensei meninggalkan kelas, beberapa anak lelaki sekaligus perempuan berkumpul ke lokasi kami.
"Hei, benarkah kalau kau itu Tak Berwarna?"
"Pasti sulit jika kau tidak memiliki bakat, ya kan? Pelatihan macam apa yang kau lakukan?"
"Rambut perak Emilia begitu indah. Kulitmu juga cantik, kau membuat iri setiap wanita"
"Apa yang kau maksud dengan tubuh dan hati itu?! Jangan-jangan, kau seorang budak?!"
"Jika kau memang hebat dalam berpedang, ayo kita latih tanding lain kali"
Sepertinya ada banyak anak yang dilimpahi rasa keingintahuan, mungkin karena ada banyak rakyat jelata disini. Sementara para bangsawan hanya menjaga jarak, seakan mengamati kami. Dilain hal, kami berusaha menjawab hujan pertanyaan satu demi satu.
Rupanya, rumor yang beredar tentangku adalah seperti ini :
{Walaupun merupakan seseorang yang 'Tak Berwarna', karena menjalani berbagai jenis pelatihan berdarah dan meremukkan tulang, aku akhirnya bisa memasuki sekolah}. Yah, aku pikir itu juga tidak salah.
Karena hari ini adalah hari pertama, tak ada pelajaran apapun dan hanya berakhir setelah penjelasan singkat tentang kurikulum dan fasilitas-fasilitas di sekolah oleh Magna-sensei. Sebentar lagi, mungkin bel malam akan berbunyi?.
☆☆☆☆
Bagian 3
Ketika kelas berakhir, semua ketegangan menghilang. Setiap orangpun berbincang tentang makan malam.
Ngomong-ngomong, meski sarapan dan makan siang dilakukan di kantin sekolah, makan malamnya berbeda. Kami dibebaskan untuk memilih tak hanya di kantin, kami juga boleh memasak sendiri di asrama atau bahkan sampai pergi ke kota.
"Apa Sirius-sama memiliki rencana hari ini?"
"Yah. Sebenarnya, karena bersih-bersih dan juga merapikan rumah belum selesai, aku ingin menuntaskannya. Ada juga hal tentang memperbaiki perabotan yang masih bisa dipakai disana"
Tak ada masalah dengan kamar tidur dan dapur, namun aku masih berniat memanfaatkan ruangan yang kosong lalu mengubahnya menjadi kamar mandi. Ada banyak hal yang perlu dilakukan. Disaat aku berpikir Emilia pasti akan ikut, orang yang dimaksud menundukkan kepalanya.
"Aku sangat meminta maaf. Aku perlu kembali ke kamarku untuk memastikan barang bawaan dan juga untuk melihat Reese. Mungkin aku akan sedikit terlambat"
"Jangan khawatir. Aku akan pergi dulu bersama Reus, jadi lakukan saja apa yang kau ingin lakukan"
"Maafkan aku juga, Aniki!!"
Seusai namanya disebut, Reus menepukkan tangannya didepan dada sekuat mungkin seakan ingin menghabisi nyamuk. Setidaknya, ini lebih baik daripada kalau dia harus berlutut.
"Ada apa, Reus?"
"Aku juga ingin pergi. Tapi aku sudah terlanjur menerima untuk ikut dengan beberapa orang setelah kelas berakhir, jadi aku tidak bisa menolaknya"
Bisa terdengar banyak suara panggilan untuk Reus dikejauhan. Ketika menoleh kesana, terdapat beberapa anak ras binatang yang melambaikan tangan mereka sambil menggenggam pedang kayu. Ini mungkin tentang ajakan latih tanding. Bukankah perkembangannya cukup bagus?.
"Berinteraksi dengan orang selain diriku juga penting. Jadi, kau tidak usah mencemaskan apapun. Pergilah"
"Baiklah, Aniki! Aku akan segera mengalahkan mereka semua dan kembali!"
"Tidak, kau tidak perlu terburu-buru. Lagipula, jangan terlalu berlebihan dengan mereka ya"
"Aku mengerti!"
Apa kau benar-benar mengerti?.
Reus bergabung dengan kelompok ras binatang, dan berangkat ke luar kelas sambil mengobrol. Emilia juga bergegas pergi, menyisakan diriku disini. Ketika hendak melangkahkan kaki untuk meninggalkan ruangan ini dan kembali ke bangunan itu, aku dipanggil oleh Mark. Hanya saja, kedua petugas itu sedang tidak bersamanya.
"Apa kau juga akan kembali?"
"Mark-sama? Ya, begitulah"
"Haha. Walaupun aku seorang bangsawan, tapi disini tingkatan kita sama. Aku kehilangan kesempatan untuk memberitahumu ini sebelumnya, tapi aku akan senang jika kau berbicara secara normal denganku"
"Begitu, ya. Ngomong-ngomong, Mark-sama, apa yang terjadi dengan para petugasmu?"
"Tak perlu sebutan 'sama'. Sepertinya ada beberapa urusan yang mendesak sehingga mereka kembali lebih dulu. Memang agak mencurigakan, aku akan bertanya pada mereka nanti"
"Kau juga tampaknya memiliki waktu-waktu yang sulit ya, Mark . Ini mungkin kasar, tapi kenapa kau mau mempekerjakan kedua orang itu?"
Meski mengaku sebagai 'petugas sesungguhnya', kata-kata dan tindakan mereka memiliki perbedaan yang sangat kontras. Kenapa dia masih membawa keduanya, yang gelagatnya terlalu sombong?
"Mereka juga termasuk golongan bangsawan keluarga Holtia, hanya saja posisi keduanya cukuplah rendah. Jadi, mereka memanjakanku dan mencoba pamer karena diriku merupakan pewaris berikutnya setelah putra sulung....Aku sebenarnya juga enggan menerima mereka bahkan sebagai petugas, tapi orang tuaku menyuruh untuk melakukannya"
"Tidak apa-apakah untuk menceritakan suatu hal seperti kondisi keluarga pada orang yang baru kau kenal?"
"Aku tidak keberatan. Lagipula, kedua orang itu tak layak di khawatirkan. Mereka tampaknya mengawasimu, jadi jika terjadi sesuatu, tolong beritahu padaku segera. Akulah yang akan menangani mereka"
"Baiklah, akan kuingat itu. Kalau begitu, sampai jumpa besok"
"Ya, sampai jumpa besok"
Mungkin aku bisa berteman baik dengannya.
Setelah melambaikan tangan sambil melihat sosoknya pergi, aku juga mulai berdiri dan mulai berjalan ke Pondok Berlian yang merupakan rumahku sekarang.
Untuk kesana, ada jarak yang cukup jauh dan perlu ditempuh.
Aku memang bisa tiba lebih cepat, namun kedua bersaudara sepertinya akan datang terlambat. Juga, karena tak ada alasan untuk terburu-buru, aku hanya berjalan dengan santai.
Akhir-akhir ini aku sudah menjadi sering sendirian, tapi itu merupakan pengalaman yang baik bagi Emilia dan Reus.
Tak lama ketika diriku melewati area asrama para siswa dan mulai memasuki hutan, aku semakin merasa tidak nyaman.
"Berhenti disana! Kau Tidak Kompeten!!"
Dua anak lelaki lalu muncul dari balik pohon dan menghadang jalan. Jika diingat-ingat lagi, bukankah mereka adalah para petugas Mark?
"Ada apa? Aku sudah akan pulang sekarang?"
"Hanya urusan kecil. Ada tempat yang jarang dilalui oleh orang lain disana, ikutlah!"
Wow....nada memerintahnya juga menakjubkan.
Apa-apaan ini? Apa kalian ingin melakukan pemerasan? Sayang sekali, bahkan jika aku melompat, kalian takkan pernah mendengar gemericing koin-koin emas"
"....Merepotkan...."
"Diam, Tidak Kompeten! Cepat kemari! "
Entah bagaimana membuat keduanya marah, akupun mengikuti mereka tanpa berkata apapun.
Tempat ini adalah area yang dikelilingi rimbunnya pohon, namun memiliki cukup ruang agar beberapa orang bisa bergerak lebih leluasa. Jaraknya tidak jauh dari jalan utama, dan lebih sering dipakai untuk mengendap-endap karena area ini sangat jarang dilalui hingga sekarang.
"Jadi, untuk apa kesini?"
"Karena kau, kami dimarahi oleh bajingan itu, Mark! Dia terus mengoceh tentang jalan hidup petugas dan perilaku bangsawan!"
"Kami juga bangsawan! Tak peduli seberapa tingginya dia, kami benci menundukkan kepala dihadapan orang yang seusia dengan kami!"
Bahkan jika kalian mengatakan hal itu kepadaku, aku tak tahu harus merespon dengan bagaimana. Aku sempat beranggapan kalau perilaku mereka mencurigakan, namun ternyata hal-hal tentang 'Petugas sesungguhnya' hanyalah kepura-puraan. Dalam lubuk hati, mereka sungguh menolak Mark.
"Utarakan itu pada orangnya sendiri. Ini sama sekali tak berhubungan denganku, ya kan?"
"Hei! Perintahkan ras binatang itu agar beralih untuk melayani Mark!"
"Dia sangat jarang tertarik dengan ras binatang. Inilah kesempatanmu agar bisa mendapatkan keuntungan dan bersenang senang, Tak Kompeten. Tidakkah kau seharusnya setuju?"
Aku yakin orang-orang ini hanya ingin membalas dendam. Apakah karena itu? Namun, permintaan kalian merupakan sesuatu yang tidak bisa aku penuhi.
"Ditolak. Aku tidak ingin mengubah jalan yang gadis itu pilih hanya untuk keuntungan pribadi"
"Hah, kau harus kubuat mendengarkan. Bahkan jika harus dengan kekerasan"
Jumlah orang mendadak bertambah dua, mereka menunjukkan diri dari balik pepohonan.
Dari penampilan, mungkin mereka juga bangsawan yang menjadi petugas. Atau bisa saja rakyat jelata.
Memiliki tubuh kekar sambil membawa pedang kayu, mereka lalu mengelilingiku dan tertawa mencemooh. Tingkatan orang-orang ini harusnya sama, yaitu rendahan.
"Bagaimana? Meminta maaflah selagi sempat dan berjanjilah untuk membawa gadis 'bukan manusia' itu ke si bajingan Mark. Kami lalu akan mengakhirinya tanpa harus bertindak terlalu jauh"
"....Hmmm...."
....Kau memanggil gadis itu....'Bukan Manusia'?
"Jadi---....hah, apa yang sedang kau lakukan?"
"Tidakkah kau mengerti dengan melihatnya? Aku sedang pemanasan"
Andai saja mereka lebih mengancam agar aku bertindak, mungkin aku takkan basa-basi lagi dan menghajar pertama semua orang ini. Melihatku yang melakukan peregangan, dapat diperkirakan kalau mereka sebenarnya tak memiliki banyak pengalaman bertarung.
"Apa dia berpikir akan melawan kita?"
"Dia berencana menghadapi kita sendirian? Yah, dia memang 'Tidak Kompeten'. Pola pikir mereka berbeda dengan kita"
Meski aku tak ingin terlibat apalagi dengan para bangsawan karena akan menimbulkan berbagai masalah nantinya. Hanya saja, bisa dibilang orang-orang ini juga memusuhi Mark. Membuat mereka babak belur kurasa boleh-boleh saja.
"Kalau begitu, ayo kita mulai"
Sambil menyaksikan orang-orang yang tersenyum busuk, tanganku mulai terkepal dengan tenang.
☆☆☆Chapter 28 berakhir disini☆☆☆
Catatan penulis : Judul lain dari chapter ini adalah
{Mach punch di awal masuk sekolah}
Entah bagaimana memiliki kesan, walaupun aku bahkan tidak tahu apa artinya.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Uihh ntapp dah rilis lagi , makasih miN
ReplyDeleteTanggung amat akhirnya, hehe,,,
ReplyDeleteMakasih buat update cepetnya, dan ditunggu lanjutannya min,,
min,,, nanggung banget akhirnya,,,,,
ReplyDeletebikin penasaran,,,,
di tunggu lanjutannya,,, semoga bisa cepet :v
Ditunggu lanjutannya min
ReplyDeleteAyolah cepet ampe chapter 75 waktu emilia malam pertama ama sirius
ReplyDeleteVersi inggris gak ada gambarnya :v
Seperti Biasa... makasih atas kerja kerasnya min :) Ditunggu lanjutanya
ReplyDeleteMakasih atas kerja kerasx Min......... :3 Gk sabar liat bangsawan2 itu babak belur XD
ReplyDeleteLanjut min...
ReplyDeletenanggung banget ceritanya
Lanjut min saya tunggu kelanjutannya
ReplyDeleteLanjut min
ReplyDelete