World Teacher chap 31 B. Indonesia

Chapter 31 Metode Pertarungan Guru dan (Anjing peliharaan) Siswanya
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel




Bagian 1

Sebelum pertandingan dimulai, kami mengumpulkan sedikit informasi visual tentang lawan.

Tim lawan adalah kelompok bangsawan dengan Alstro sebagai pemimpin, terdapat tiga petugas yang memakai armor besi berat. Memang tak ada hal tentang armor besi yang tertulis di peraturan, tapi kami tidak keberatan meski hanya membawa pedang kayu dan tanpa memakai armor.

Ada seorang yang tak kami ketahui berada dalam kelompok itu, anehnya hanya dia yang seluruh bagian tubuhnya terbungkus armor. Sambil memegang perisai besi dan tombak kayu yang terukir simbol rumah Alstro. Wajahnya tak dapat dilihat karena terhalang helm. Namun aku bisa merasakan intimidasi darinya yang berbeda dari para bangsawan. Mungkin memang bukan bangsawan....apa dia seorang tentara bayaran?

Tingginya tidak berbeda dengan kami, tapi lebar bahunya agak mengherankan. Nampaknya dia berasal dari ras kurcaci. Kupikir tidak mungkin ada tentara bayaran di kelas Gregory, jadi apa dia repot-repot mempekerjakannya demi kontes Trade? Ini juga tidak tertulis dalam peraturan, namun....bertindak sejauh ini sungguh menyegarkan.

Diantara mereka, Alstro berpakaian ringan. Yah, itu bukanlah masalah karena dia berperan sebagai penyihir.

Penyerang depan jumlahnya empat, sedangkan dukungan adalah satu*.
[Kalimat ini juga tidak ada dlm versi english, namun ada di versi Raw]

Mereka dipersenjatai dengan lengkap, dilain sisi kami hanya berpakaian ringan. Jubah sekolah ini memang memiliki pertahanan, hanya saja sulit untuk bergerak, jadi kami melepasnya. Reus menyiapkan satu pedang di belakang armor kulit rajutan dan satu di pinggul, sedangkan aku bertangan kosong sambil mengenakan pakaian biasa yang mudah bergerak. Takkan mengejutkan jika ada yang berpikir kami bertarung demi dapat pujian.

Meski ada perbedaan jelas pada peralatan dan jumlah orang, Reus dan aku tidak merasa akan kalah. Bahkan jika lawan memakai armor besi, ada banyak cara untuk mengatasinya.

Aku menyampaikan kepada Reus suatu strategi yang telah kuputuskan sebelumnya dengan sebuah isyarat tangan.

"Trade....DIMULAI!!!"

Pada saat pertandingan diputuskan dengan suara Vile-sensei yang berperan sebagai wasit, Reus dan aku mulai berlari ke kiri dan kanan secara terpisah. Melesat ke arah yang tak terduga dari awal, membuat tim Alstro terlihat sangat kesal.

"Jangan panik! Bagaimanapun, kedua orang itu tidak mungkin menang melawan kita!"

Para petugas sempat kebingungan, berbeda dengan pemimpinnya, Alstore yang tampak tenang. Dia sepertinya bukan BONBON* biasa.
[ボンボン. Singkatnya itu, orang manja]

Kami terus berlari menyusuri tepian arena, membentuk formasi untuk menjepit tim lawan.

"Aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan, tapi itu bagus jika mereka memisahkan diri. Pertama, prioritaskan pada si ras binatang! Baru setelahnya kita urus si Tidak kompeten!"

Tiga petugas terfokus pada Reus. Ketika aku menghadapi tentara bayaran berarmor besi, Alstro mulai melantunkan sihir. Dilihat dari gerak bibir, mantera panjang itu mungkin sihir ditingkat menengah. Dia agak lambat.

"Terbakar karena sihir Alstro-sama atau dihajar oleh kami, pilih yang kau sukai!"

"Yang manapun, maaf karena kutolak. Hei, aku di sini"

"Guh! Tunggu, kau 'Bukan manusia'!"

Ketiga petugas mendekat, namun Reus masih berlari sepanjang tepi arena dan menuju ke arahku. Akupun juga berlari dan kami berdua berkelompok lagi. Sambil menyesuaikan kecepatan, dengan begini lawan bisa dikecoh.

"Tunggu!!"

"....Mereka sama sekali bukan sekedar anak kecil, ya"

Sebuah suara kasar keluar dari si pemakai armor tubuh penuh itu, kau mungkin takkan mengira ada nada yang begitu kontras dengan figur kekanak-kanakannya. Jelas sekali kalau dia adalah orang tua. Hanya saja, walaupun memakai armor tubuh penuh, orang ini mampu mengimbangi kecepatanku. Tak diragukan lagi kalau dialah musuh terberat di tim lawan.

Sambil memperhatikan musuh dan berlarian, Reus mengurus semua petugas didepan matanya . Disaat kurang beberapa langkah lagi kami berdua saling melewati....mata kami bertemu pandang.

"{Light}"

"Ha!!"

Aku melepaskan {Light} kearah belakang tanpa melihat kesana, Reus pun melompat tinggi diatasku pada saat bersamaan.

{Light} yang aku lepaskan lebih terang dari biasanya, itu cukup untuk menyilaukan lawan. Meski memakai helm yang menutupi keseluruhan wajah, ini takkan bisa dia hindari karena matanya masih terbuka. Seketika, orang berarmor tubuh penuh itu harus berhenti dan melindungi pandangannya. Dan ketika {Light} di langit mulai lenyap....

"Tsuyoshi yabu ittou-ryuu! Shouha!!*"
[衝破. Tusukan pemecah. Mungkin]

Pukulan penentu dari Reus mendarat di ubun-ubun orang berarmor tubuh penuh, yang segera menjadi celah.

Memang mustahil untuk memotong armor menggunakan pedang kayu, namun serangan Reus merupakan sejenis tebasan yang melepaskan dampak luas. Efek kuat itu menyebar ke seluruh tubuh, retakan dalam sekejap menjalar dari helm hingga pada tanah dibawahnya. Karena apa yang dia pakai tak mampu menahan serangan itu, pria berarmor jatuh berlutut dan tersungkur. Aku sudah bilang padanya untuk jangan berlebihan. Yah, kurasa orang itu belum mati.

Di sisi lain, para petugas yang awalnya mengejar Reus, menuju kearahku. Tapi aku hanya melompati mereka dengan bantuan {Boost} ketika berlari. Lompatanku mungkin akan terhalang jika orang-orang ini memakai tombak, namun apa yang mereka pegang saat ini adalah pedang pendek. Sambil dengan tenang terbang di atas para petugas, aku mengarahkan tangan kiri yang sudah tergambar dengan lingkaran sihir air kepada Alstro.

"{Aqua}"



"---Dari tombak api yang menusuk musuh---....buwaaa?!"

"""Alstro-sama!"""

Bola air yang dilepaskan dari tangan kiriku memukul langsung tepat di wajah Alstro saat dia masih di tengah melantunkan mantra dan secara paksa menghentikan sihirnya. Para petugaspun meninggalkan kami karena khawatir dengan master yang penampilannya sekarang mirip tikus basah. Aku juga bergegas ke tempat Reus berada untuk bergabung dengan siswaku.

"K-Kau....Menjauh dariku!! Aku tidak percaya dia bisa menargetkanku!!!"

"Alstro-sama, tubuh Anda akan sakit jika terus basah seperti ini. Ayo kita tunda pertandingan ini dan segera ganti baju!"

"Jangan konyol! Dipermalukan seperti ini dan kau mau aku tetap diam?! Oi, lagipula kenapa dengan orang itu? Cepat panggil dia kemari!!"

"Te-Tentang dia...."

Magna-sensei dan tim medis mengelilingi orang yang armor dikeseluruhan tubuhnya telah pecah. Magna-sensei lalu membuat tanda 'X' besar dengan lengannya setelah memahami bahwa lawan ini tidak mungkin untuk melanjutkan.

"Aniki!"

"Ya, kau berhasil"

Reus dan akupun saling menyatukan tinju kami dalam sukacita. Satu telah tumbang.

Sebelum memikirkan target berikutnya, aku masih perlu memeriksa kondisi Reus yang sebelah matanya terpejam.

"Reus, bagaimana kondisi matamu?"

"Yah....sudah baikan, ini tidak masalah lagi. Seperti biasa"

{Light} yang membutakan tubuh pria berarmor juga mengenai Reus. Hanya saja anak ini sudah memperkirakannya, dia menutup satu mata tepat sebelum melompat untuk mempertahankan diri. Bila satu mata tidak bisa melihat, ia bisa membuka mata yang terpejam untuk memastikan serangannya mengenai target. Sepertinya dia telah memanfaatkan pengajaranku dengan benar.

"Ngomong-ngomong, Aniki. Apa menurutmu senjata mereka tidak aneh?"

"Jadi kau menyadarinya? Yah, kelihatannya memang bukan pedang kayu biasa"

Ketika melompati para petugas tadi, bunyi di saat pedang kayu mereka dengan keras berayun masih terngiang di telingaku. Pedang kayu biasa takkan mungkin mengeluarkan suara seperti itu. Jangan-jangan....

"Sesuatu yang lebih berat dari pada pedang kayu....kurasa ada baja yang tertanam di dalamnya. Ini memang hal yang menyusahkan, tapi sia-sia saja jika tidak mengenai kita"

"Mereka sudah memakai cara licik sejak awal. Seperti yang bisa diduga dari para bangsawan"

"Aku juga mengerti jika gelar bangsawan itu berhubungan dengan masalah ini, tapi kau tahu. Ada juga orang baik diantara mereka. Sebagai contoh, Mark"

Meski Mark juga terlalu menjunjung tinggi nama keluarga, pada dasarnya dia merupakan orang yang baik, beretika dan sopan. Kurasa itulah sifat bangsawan yang patut dicontoh, namun sayangnya ada terlalu banyak bangsawan yang terlena akan kekuasaan di dunia ini. Jika para bangsawan idiot yang terlahir sebagai mayoritas, maka sebuah revolusi akan timbul dan melibatkan dunia.

Ketika aku merasa cemas tentang masa depan yang tak berhubungan, Alstro yang akhirnya pulih bersama para petugasnya datang ke sini untuk menyerang.

"Ayo lanjutkan, kita akan melemahkan kekuatan mereka dulu. Tapi, kali ini jangan memakai teknik khusus, cukup gunakan ilmu pedang murni"

"Mengerti, Aniki!"

Ketiga petugaspun menyerang pada saat yang sama dari depan. Reus menghadapi sendirian orang yang mulai menyodorkan pedangnya, hanya saja pedang besi memiliki keuntungan lebih daripada pedang kayu. Bunyi gemeretak lalu timbul pada senjata Reus. Namun, dia tidak peduli dengan serangan serampangan itu dan hanya menghempaskan semua tebasan musuh. Petugas kedua, yang datang agak terlambat lalu mendekat dari sisi kanan.

"Rasakan ini, 'bukan manusia'!!"

"Itu terlalu jelas!!"

Tikaman pedang musuh dihindari dengan melengkungkan tubuh. Setelah memukul senjata petugas pertama agar menjauh, Reus kemudian menggunakan bagian belakang pedang kayunya dan menyodorkan itu ke perut petugas kedua. Karena telah mencapai batas ketahanan, senjata Reus pun patah.

"Kena kau!!"

"Reus, 'berbaring'!"

"Wan!*"
[Suara anjing....]

Petugas ketiga mengincar kesempatan itu, dia melupakan keberadaanku karena terlalu fokus pada satu hal. Menuruti seruanku, Reus membungkukan tubuh sambil menendang. Tendangannya langsung melanda ke perut petugas ketiga.

Walaupun ketiga orang itu terhempas mundur secara beriringan, tapi dampaknya berkurang karena mereka juga memakai armor besi.

Memanfaatkan celah dimana para petugas tersingkir, aku menembakkan {Aqua} pada Alstro untuk kedua kalinya. Hanya saja, sekarang dia lebih waspada dan mampu menghindari itu. Tapi ini sudah bagus karena tujuan sebenarnya hanyalah mengganggu perapalan mantranya. Alstro berhenti, tampak kesal. Harusnya dia mempelajari pemendekan mantra agar tidak terlalu menyusahkan penyerang garis depan, atau setidaknya merapal mantra sambil bergerak.

Reus mengeluarkan pedang kayu cadangannya dan mengisyaratkan para petugas untuk menyerang lagi.

"Kalian bisa menyerang bersamaan kali ini!"

"'Tangan'!"

"Wan!*"
[Suara anjing]

"Guhaa?!"

"Kuu! Serang dia sekali lagi!!"

"'Lagi'!*"
[Okawari]

"Wan! Wan!"

"Uguu!"

Kenapa aku mau bertanding dalam kontes ini meski kondisinya kurang menguntungkan?

Meski harus memasak untuk kepala sekolah, tapi alasan utama adalah aku ingin mengkonfirmasi tingkat kerjasama dengan Reus.

'Tangan' berarti mengalihkan perhatian ke arah kanan bila dilihat dari sudut pandang Reus, sedangkan 'Lagi' merupakan kebalikannya. Ngomong-ngomong, 'Berbaring' sebenarnya adalah perintah untuk berbaring dengan perut di lantai, tapi yang ini dibuat untuk mendisiplinkan kedua bersaudara....Itulah dasar pendidikan. Tubuh Emilia bergerak berkali-kali di sudut penglihatanku, tapi aku mengabaikannya.

Reus bergerak tepat sesuai perintah dan aku bertindak untuk menutup celahnya. Sepertinya takkan ada masalah meski berurusan dengan ketiga petugas.

Namun, kupikir ini bukan kerja sama kalau hanya dengan mendengar suara saja.

"Bagaimana dengan ini!!"

Yang ini bukanlah serangan. Alstro menggunakan strategi untuk menciptakan dinding biasa yang bisa melancarkan perapalan mantranya. Dia berusaha keras dalam pertarungan ini meski telah gagal dua kali, kuharap kau bisa begitu juga dalam hal lain.

Jika aku bergerak ke samping, akan ada petugas lain yang menghalangi jalur tembak {Aqua}. Tapi, sihir Alstro agak terlalu lama....tidak, apa perapalan mantranya sudah selesai? Apa dia memutuskan berali ke sihir tingkat pemula daripada tingkat menengah?

"---Hancurkanlah dengan dampak angin! Kalian melakukannya dengan baik, {Air Shot}!"

Para petugas lalu bergegas lari ke samping sambil beruraian air mata, {Air Shot} yang dilepaskan menuju ke arah Reus. Itu merupakan bola angin yang tak terlihat. Meski lajunya tidak setingkat peluru, ini sudah cukup cepat. Aku bisa memahaminya dengan {Search}, biasanya sihir ini akan dihindari dengan melompat sejauh mungkin ke samping seperti yang dilakukan petugas tersebut.

Tapi, Reus malah berkonsentrasi pada sebuah posisi dengan pedang kayunya yang terangkat.

"INI DIAAAA!!!!"

---Tsuyoshi Yabu Ittou-Ryuu---Teknik pertama---Kekuatan Surga---

Dengan suatu hempasan, tebasan sederhana berayun turun. Reus memotong {Air Shot} memanfaatkan ketajaman pandangannya, tubuh kokoh dan intuisi yang terasah dengan latihan sehari-hari. Pada saat itu, angin kencang yang terbelah melewati Reus dari kedua sisi. Yang tersisa setelah itu hanyalah Reus yang pedang kayunya masih menukik dan tirai debu yang mengambang disekitar.

"Mu---....Mustahil?!"

Suara siapa itu? Ada terlalu banyak kejadian yang muncul di arena hingga semua orang yang menonton melupakanku.

Penebas sihir.

Ini disebut 'Tsuyoshi ken' oleh Lior saat pertama kali digunakan, teknik yang hampir tidak pernah terlihat karena hanya ada sedikit penggunanya di dunia.

Wajar saja jika mampu memotong sihir dengan kecepatan dan seni pedang yang terlatih, lengan orang itu sendiri juga harus benar-benar kokoh. Jika penggunanya ragu walaupun cuma sedikit, maka ketajaman pedangnya akan berkurang. Jadi kesiapan juga diperlukan untuk menebas sihir.

Akan berbeda jika seseorang berlindung di belakang si perapal sendiri, faktanya adalah lebih baik menghindari sihir daripada membatalkan perapalan. Gambaran keterampilan ini mampu membuat masyarakat terkejut, itu juga karena hal tentang 'orang yang berkemampuan hebat akan naik statusnya'. Orang-orang yang menyaksikannya mungkin akan menganggap pemandangan ini sebagai suatu hal yang menakjubkan.

Terutama karena atribut angin memiliki banyak versi sihir yang tak terlihat, sehingga tingkat kesulitannya tinggi. Hanya saja, Reus memiliki ketajaman visual dan intiusi yang sangat baik, sebanding dengan hewan predator. Dan jika ini tentang sihir ditingkat pemula, maka Reus sudah mampu mengurusinya. Kalau yang barusan itu, anak ini mengayunkan pedangnya karena merasakan ada yang datang akibat debu yang beterbangan oleh bola angin....yah, begitulah, mungkin?.

Ngomong-ngomong, dikatakan bahwa asal mula Penebas sihir ini adalah Lior. Penguasaannya pada teknik ini telah sampai dimana dia bisa memotong {Flame Lance} sambil bersenandung. Meski aku telah mengatakan ini berkali-kali, pria tua itu benar-benar monster.

"Hehe, ini tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan gaya bertarung ganas Nee-chan!"

"Apa yang kau katakan?"

"Hiii!!! Maafkan aku, Nee-chan!!!"

Mungkin karena arena menjadi terlalu sunyi, ucapan Reus sepertinya sampai ke telinga sang kakak. Lagi pula, Emilia yang menembakkan {Air Shot} menggunakan cara yang ganas tidak sesuai dengan sikapnya.

Selain perilaku konyol lawan, ketika melihat pertengkaran terjadi antara salah satu penantang dengan orang luar saat pertandingan membuat nada dewasa Alstro berubah menjadi sesuai dengan nada untuk usianya, kemarahannya telah melampaui batas.

"Guuu! Kau....orang yang bukan manusia! Aku benar-benar takkan memaafkannmu karena telah menganggapku sebagai lelucon!---Seseorang memohon, dengan mengorbankan nyala lilin sendiri. Untuk mewujudkan reinkarnasi api sesungguhnya---...."

"Ini {Flame Lance} Alstro-sama! Ayo kita ulur waktu untuknya!"

""Ooo!!""

Mereka mencoba memberikan waktu untuk si master, sayangnya mereka sudah kehabisan stamina duluan karena armor besi yang berat. Di sisi lain, Reus masih enerjik dan mulai mengurusi tindakan para petugas. Ketiganya takkan mungkin lagi untuk menghadapi anak ini.

"Reus, aku mengandalkanmu untuk mengulur waktu juga"

"Mengerti!!"

Jika aku berkonsentrasi pada 'persiapan', pastinya akan menjadi sasaran. Namun, ayunan pedang para petugas sudah tak memiliki kekuatan karena kelelahan, semuanya dihentikan oleh pedang Reus. Meninggalkan masalah pertahanan kepadanya, 'persiapan'ku berjalan dengan lancar.

"---Tombak api yang siap menembus siapapun, melesatlah.....{Flame Lance}!!"

{Flame Lance} Alstro pun terpanggil. Namun, Mana yang dia masukkan kedalamnya terlalu banyak, membuat ukuran tombak itu beberapa kali lebih besar dari biasanya. Kontrol sihir juga tidak dilakukan dengan benar, jika dia tak mampu mempertahankan bentuknya, ini kemungkinan akan meledak. Dan kalau sampai meledak, Alstro yang berada di dekatnya takkan bisa lolos dalam keadaan baik.

"Sihirnya sudah diluar kontrol!! Hentikan pertandingan ini sekarang!!!"

"Itu tidak perlu! Lakukan, Alstro!! Kalahkan si Tidak kompeten itu!!!"

"Hmmm....apa yang harus diperbuat tentang ini?"

Bahkan dalam situasi seperti ini, Vile-sensei masih bersikap santai. Magna-sensei adalah satu-satunya guru yang mencoba menghentikan pertandingan malah dihalangi oleh Gregory.

Di lain sisi, Alstro masih memusatkan Mana hingga membuat wajahnya pucat sambil dibanjiri keringat. Aku telah mengalami apa yang dirasakannya berkali-kali, jadi aku bisa paham. Sedikit lagi, kolam Mana-nya akan kering. Beberapa detik lagi sampai Alstro pingsan, ketika kontrol sihirnya berhenti, tombak itu akan meledak.

"Aaa....AAAAAAA!!!!"

Entah karena harga diri bangsawan atau kemarahan, dia memutuskan untuk meluncurkan {Flame Lance} yang belum sempurna. Meski begitu, ada rekan-rekan petugasnya di arah dimana tombak itu melaju.

"A-Alstro-sama?! Kenapa?!"

"Hentikan!! Tolong aku!!!"

"Hiii?! Tidaaakk!!!"

Jika {Flame Lance} sebesar itu mengenai mereka secara langsung, jangkauan ledakannya yang luas bahkan juga akan melibatkan kami. Reus dan aku memang yakin bisa menghindarinya, tapi ketiga petugas itu kelelahan, mereka takkan mampu bergerak dengan leluasa dan takkan bisa melarikan diri.

"Ayo kabur, Aniki!!"

"Yah, tunggu sebentar. Baiklah, ini selesai"

Aku lalu berlutut untuk menggambar lingkaran sihir yang sedikit rumit di tanah. Ini adalah lingkaran sihir yang aku temukan di perpustakaan tempo hari, tapi seharusnya sesuai untuk situasi sekarang. Setelah selesai, aku menuangkan Mana ke pola yang terbentuk dan melafalkan nama sihir itu.

"{Earth Shield}!"

Agak didepan kami, bumi membumbung dan dinding tanah besar muncul untuk melindungi kami. Karena bentuknya sudah di imajinasikan dengan tepat, dinding yang terbentuk pun bagus tanpa adanya bagian yang bulat.

"Dinding ini terlalu tipis, Aniki!"

"Aku tahu"

Seperti yang dikatakan Reus, ketebalan dinding ini tidak berbeda dengan dinding rumah biasa. Karena serangan api itu begitu besar, dinding harusnya dibuat lebih tebal. Tapi ini pasti takkan mampu menahannya. Hanya saja, proses ini belum berakhir. Aku menuangkan Mana sekali lagi, membuat celah sekitar 30 cm dan menciptakan satu lagi dinding tanah yang sama.

"Sudah selesai!"

Begitu proses terakhir dari celah dinding tanah selesai, {Flame Lance} mencapai penghalang dan meledak diiringi suara menggelegar. Kejutan yang timbul mengguncang tanah, awan debu terhempas ke sekitar dan menghalangi pandangan.

"Wahai angin, {Windstorm}!"

Ketika Vile-sensei menerapkan sihirnya, hembusan angin berputar dan meniup debu dengan cepat. Meski kekuatannya telah ditekan secara signifikan, menggunakan sihir dengan mantra sependek itu sudah menakjubkan. Dia memang sang 'Master Sihir'.

"....Sepertinya ini sudah diputuskan"

Pada arena dimana pandangan sudah membaik, yang menang dan yang kalah telah terlihat.

Alstro ambruk karena kehabisan Mana, sedangkan para petugasnya yang terlindungi dari ledakan tetap tak bergerak karena memang sudah tak mampu lagi bertarung. Disisi lain, Reus dan aku masih berdiri tanpa cedera. Bukankah pemandangan semacam ini adalah bukti kemenangan?

"Gregory-sensei. Apa hasil ini sudah jelas?"

"....Hmph!"

"Aku akan membuat sebuah dokumen resmi tentang pertandingan ini dan melaporkannya pada Kepala Sekolah. Lebih baik kau tidak menyimpulkan ini sebagai hal yang aneh"

"Berisik! Lakukan apa yang kau mau, aku akan pulang!!"

Bahkan ketika Vile-sensei bertanya, dia hanya memalingkan punggung sambil mendengus dan pergi. Memangnya tidak apa-apa membiarkan dia melakukan apa yang dia suka?

"Pemenangnya adalah kelas Carlisle!!"

"Sirius-sama!!!"

Bersamaan dengan kemenangan yang diumumkan, Emilia secara harfiah terbang dari kursi penonton sambil dibanjiri sukacita. Lebih tepatnya, dia melompat sambil melepaskan sihir angin. Meski jelas-jelas ada yang menerapkan sihir dengan lompatan super itu, seluruh kelas segera mengabaikan gadis ini begitu kemenangan diumumkan.

Entah bagaimana, jubahnya tidak tergulung ke lututnya ketika dia mendarat. Ini mungkin juga merupakan keterampilan seorang petugas.

"Apa Sirius-sama baik-baik saja?! Apa ada bagian yang terluka?! Aku percaya pada kemenanganmu!!"

"Ya, aku minta maaf karena membuatmu khawatir. Tapi, tenanglah"

"Nee-chan, aku juga bekerja keras!"

"Aku memiliki sesuatu untuk dibahas denganmu nanti"

"Hiii?!"

Begitu aku selesai membelai kepala Emilia untuk menenangkannya, Vile-sensei datang sambil tersenyum. Ngomong-ngomong, Magna-sensei beserta tim medis sedang membawa Alstro yang roboh dan para petugasnya.

"Selamat, Sirius-kun. Aku tidak sempat mengira dinding seperti itu bisa menghentikan {Flame Lance}"

"Tidak, aku bisa menghentikannya karena sihir itu tidaklah sempurna"

{Flame Lance} yang digunakan kali ini terlalu banyak diresapi Mana hingga bentuk tombaknya tak terlihat. Bentuknya tadi hampir bulat, ciri aslinya yang adalah kekuatan penembus tak dimanfaatkan sama sekali.

"Di kondisi itu, dampaknya lah yang paling bermasalah. Jadi, sihir ini diperlukan untuk menyerap gelombang kejut. Lihat saja pecahan dinding yang berserakan itu"

Dia lalu menoleh ke arah dinding yang telah rusak hingga tak terlihat bentuk aslinya. Hamburan dinding pelindung yang tersebar sudah bisa menjelaskan kekuatan {Flame Lance}. Kau akan langsung paham jika melihatnya lebih teliti.

"....Ada beberapa bagian dinding yang aneh. Apa itu rahasianya?"

"Benar. Aku sebenarnya menciptakan  dua dinding tipis dengan celah di antaranya. Celah itu dipenuhi kerikil. Dengan begitu, dampaknya menyebar dan bisa dihentikan oleh dua dinding tipis....itulah alasannya"

Ini merupakan metode barikade yang digunakan saat berpartisipasi dalam kegiatan gerilya dalam kehidupanku sebelumnya. Dinding pada waktu itu bahkan lebih tebal lagi, tapi yang ini sudah bagus untuk bertahan dari ayunan bola besi kendaraan derek.

"Bahkan jika {Flame Lance} ini sempurna, kekuatan penembusnya pasti akan menurun sampai ke tingkat tertentu"

"Sungguh menakjubkan bahwa ada dinding pelindung semacam itu. Baiklah....aku telah belajar sesuatu"

Sejujurnya, aku sempat berencana menggunakan {Earth Shield} untuk mengelilingi Alstro dalam bentuk kubah demi mengganggu tindakannya. Namun karena situasinya menjadi seperti ini, aku malah memakai metode asli.

Ketika Vile-sensei mengangguk dengan perasaan puas, Reese berlari dari sisi kursi penonton kelas Aion dengan rambut birunya yang berkibar.

"Sirius-kun!! Emilia!! Reus-kun!!"

Meski tahu fisiknya sendiri tidaklah kuat, dia masih bersikeras untuk mencapai tempat kami berada.

"Haaahh-haahhh....kalian berdua....tidak apa-apa....haaahh....ya kan?"

"Yah begitulah, Reus dan aku tidak terluka. Daripada itu, tenangkan dulu pernapasanmu"

Ketika sampai di sini, dia sudah tersengal-sengal, jadi aku menunggu Reese tenang seperti Emilia. Setelah beberapa saat, gadis ini mendesah lega saat memastikan bahwa kami aman.

"Syukurlah kalian baik-baik saja. Aku takkan tahu apa yang harus di lakukan jika kalian berdua terluka karena diriku...."

"Sudah kubilang, kan? Jika mempercayakan ini pada Aniki dan aku, semuanya akan lancar!"

"Ya, itu memang benar. Sungguh menakjubkan karena kalian bisa mengalahkan lima orang hanya dengan dua penantang"

Sejujurnya, kami hanya mengalahkan satu orang yang berarmor tubuh penuh, tapi....yah, aku tidak akan mengatakan hal setidak pengertian itu.

"Bagaimanapun, ini karena Reese merupakan teman kami"

"Eh? Aku....teman?"

"Apa yang kau katakan, Reese? Kau memang temanku, bukankah kita teman karena sudah memakan makanan yang sama?"

"Mulai hari ini, kita juga akan memasuki kelas yang sama. Benar, kan?"

Butiran air mulai meluap dari mata Reese karena perkataan itu. Dia memeluk Emilia untuk menyembunyikan tangisan kegembiraannya.

"Terima kasih, Emilia. Tapi, tolong tunggu sebentar. Aku belum sempat memberi tahu hal yang terpenting"

Dia mengangkat kepalanya dari dada Emilia, dan kemudian berucap dengan wajah yang dipenuhi senyuman

"Sirius-kun, Reus-kun. Sungguh, terima kasih banyak!"

Disaat melihat wajahnya yang dilimpahi kebahagiaan itu, kupikir hasilnya lebih dari cukup untuk usaha yang dikeluarkan.

☆☆☆☆

Bagian 2

Setelah itu, Reese berbicara menggunakan nada biasanya. Magna-sensei yang telah selesai merawat orang-orang terluka pun muncul.

"Syukurlah, Reese-kun. Aku akan menanyakan ini lagi sebagai konfirmasi. Apa kau tidak keberatan memasuki kelas Carlisle?"

"Y-Ya! Aku ingin bergabung dengan kelas Carlisle. Jadi....apa yang harus aku lakukan mulai sekarang?"

"Benar juga. Ada banyak hal berbeda yang harus diurus, seperti masalah dokumen resmi. Tapi pertama-tama, ada suatu pekerjaan yang harus dilakukan"

Ketika Magna-sensei mengalihkan pandangannya ke samping, semua anggota kelas Carlisle turun dari kursi penonton dan mulai membuat keributan.

"Sungguh hebat, Sirius-kun! Kau menggunakan petugasmu dengan baik, dinding pelindung itu juga menakjubkan sampai-sampai bisa menahan serangan {Flame Lance}! Pertandingan itu menjadi bahan pembelajaran yang bagus!"

"Aku tak pernah berpikir bisa menang dengan perbedaan kekuatan semacam itu!"

"""Seperti yang diharapkan dari Aniki dan Oya-bun!!!"""

Teman-teman sekelas memuji kami satu per satu, namun Magna-sensei mengumpulkan perhatian dengan bertepuk tangan.

"Baiklah, semuanya! Aku akan mengenalkan siswa baru yang memasuki kelas Carlisle mulai hari ini! Jadi Reese-kun, silakan"

Magna-sensei mendorong punggungnya dengan lembut, membuat gadis ini berdiri di hadapan teman sekelasnya yang baru. Dia sempat bingung oleh permintaan pengenalan diri yang tiba-tiba dan melihat kami. Hanya saja, kepalanya lalu mengangguk seakan memberi tanda bahwa dia tidak apa-apa, gadis itupun memutuskan dan menarik napas.

"Se-Senang bertemu kalian semua. Namaku Reese, aku masuk kelas ini karena 'Trade'. Atributku adalah air dan aku cukup pandai dengan sihir penyembuhan. Jadi....salam kenal dan mohon bantuannya!!"

Setelah itu, dirinya disambut oleh tepuk tangan teman sekelas, siswa barupun telah ditambahkan ke kelas kami.

☆☆☆☆

Seusai sekolah, aku dipanggil oleh Vile-Sensei untuk datang sendirian ke ruangan Magna-sensei.

Ngomong-ngomong, Reese dan kedua bersaudara sedang berbelanja untuk pesta perayaan, aku memberitahu mereka bahwa aku akan langsung pergi ke Pondok Berlian segera setelah urusan disini selesai.

"Sudah datang ya. Silahkan, jangan sungkan dan duduklah"

Ketika duduk di sofa, aku memikirkan berapa kali diriku telah datang ke sini hanya dalam jangka beberapa hari. Dengan cekatan, Magna-sensei menyeduhkan teh hitam. Meski sudah lama memikirkan hal ini, kemampuan Magna-sensei sebagai seorang petugas cukuplah tinggi.

"Jadi, untuk apa aku dipanggil ke sini? Apa menang melawan bangsawan menimbulkan suatu masalah?"

"Itu juga bagian dari diskusi. Aku ingin kita membahas tentang hasil 'Trade' kemarin"

"Hanya aku yang merupakan satu-satunya siswa disini, apa boleh membicarakan itu?"

"Aku tidak menganggap dirimu hanya sekedar siswa. Gagasan dan tindakanmu begitu luar biasa....tidak, aku akan mengatakannya dengan jelas sekarang. Mengawasi Sirius-kun itu sungguh menyenangkan. Jadi, aku akan memberimu informasi karena aku ingin kau untuk menjadi asistenku. Apa ada hal yang tidak memuaskan tentang ini?"

"Tidak, aku mengerti jika Anda senang mengawasiku, namun tahan itu pada tingkat yang masuk akal. Aku akan terbantu jika Anda mau memberiku informasi. Jadi, tolong"

Aku tak dapat memahami perasaan seorang elf yang hidup lebih dari empat ratus tahun, namun setidaknya aku paham kalau dia seorang elf serius yang tidak mengabaikan usaha dan masih terus berlatih sambil mendidik para siswa. Mungkin akan merepotkan untuk didukung oleh individu yang hebat seperti ini, tapi tidak akan ada orang selayak dirinya untuk memperoleh informasi. Awalnya aku berhati-hati, tapi sekarang aku agak berhutang budi karena masalah Reese dan menjadi sedikit percaya padanya.

"Baiklah. Pertama adalah tentang Reese-kun, kepindahannya ke kelas Carlisle telah selesai dengan lancar. Karena sudah ditetapkan dalam dokumen resmi, Gregory-sensei takkan bisa mengatakan apapun lagi"

Seperti yang bisa diduga, aku agak terganggu jika ada keluhan yang timbul dari hasil Trade. Dalam kasus terburuk, aku berpikir untuk bergerak dibelakang layar, tapi sepertinya masalah Reese akan berakhir baik.

"Nah....masalahnya adalah kabar tentang kau yang mengalahkan seorang bangsawan, Alstro-kun. Aku mengenalnya sejak dirinya lahir, dia memang suka menindas yang lemah"

"Itu kecenderungan yang buruk sebagai bangsawan, kan?"

"Tak diragukan lagi. Dia sendiri dibesarkan dengan pemikiran bahwa dirinya adalah eksistensi khusus, seorang Double. Sikap arogannya terlalu menonjol, namun seperti yang di harapkan, dia tidak sepintar ayahnya"

Ayah Alstro adalah seorang bangsawan terkenal di Elysion, bertipikal seorang prajurit militer yang enerjik. Sepertinya dia terlalu memanjakan anaknya, jika dia mendengar tentang pembicaraan hari ini, orang itu pasti akan murka.

"Memakai armor baja sekaligus dilengkapi dengan pedang kayu yang memiliki batang besi di dalamnya. Bahkan jika ada perbedaan jumlah, anak itu tetap kalah karena kekeringan Mana tanpa mampu melanjutkan pertarungan. Dia akan senang menindas seseorang seperti dirimu yang merupakan Tak Berwarna, sayangnya kejadian yang muncul malah berbanding terbalik dengan apa yang dia kira"

Untuk meringkasnya dalam satu kata, dia hanyalah seorang idiot.

"Selain sebagai bangsawan, kecurangan itu sudah tidak bisa ditolerir. Karena hanya terjadi di sekolah, ini takkan berpengaruh pada keluarga dirumahnya. Tapi dia sudah dilarang untuk bertingkah seakan dirinya adalah tokoh hebat di Akademi"

"Akan kah muncul suatu hukuman?"

"Apa aku perlu melakukannya karena diingatkan oleh si korban dari kejadian ini?"

"Tidak, aku menolaknya, itu menyusahkan. Tak masalah selama tidak melibatkan kami lebih jauh lagi"

"Kupikir kau akan bilang begitu. Oleh karenanya, aku sendirilah yang akan menghentikan Alstro-kun jika terjadi sesuatu"

Saat Alstro terbangun di sore hari, dia langsung dipanggil ke kamar kepala sekolah dan sepertinya diinterogasi. Dirinya agak diam akibat kelelahan yang masih ada setelah Trade, namun tampaknya dia masih menyimpan kemarahan terhadapku di dalam pikirannya.

Kepala sekolah yang mulai terlibat dengan kelas Carlisle ingin melaporkan termasuk kecurangan hari ini ke keluarganya. Dan itu efektif, membuat Alstro berkata bahwa dirinya akan menjadi lebih dewasa asalkan hal itu tidak sampai bocor ke ayahnya.

"Akan muncul berbagai cerita seiring bertambahnya umur. Aku bisa saja langsung protes ke ayahnya. Lihat, aku bahkan punya janji tertulis disini"

Vile-sensei lalu menyerahkan sebuah perkamen, dan menyuruhku membacanya. Kalimat panjang disertai tanda tangan Alstro tertera disana. Setiap kata yang tertulis disini seolah menggambarkan penyesalan anak itu. Ngomong-ngomong, dia menyusun kalimatnya dengan bagus hingga mudah untuk dimengerti.

{Saya, Alstore Elmeroy, bersumpah untuk tidak terlibat dengan kelas Carlisle mulai dari sekarang.

Selanjutnya, jika saya melanggar sumpah, saya akan mengakui semua hal kepada ayah saya, Lord Elmeroy, dan bersedia menerima hukuman apapun. Bahkan jika harus dikeluarkan dari sekolah.

'Alstro Elmeroy'}

"....Apa Anda yang membuat sumpah tertulis ini?"

"Jika tidak menerapkan ini, niat untuk membalas dendam mungkin akan muncul. Dia menuai apa yang dirinya tabur, dan sepertinya ini menjadi obat yang manjur untuk sifatnya itu"

Nah, perkataan kepala sekolah ada benarnya juga. Dia mengenal Alstro lebih baik dariku. Karena telah ada perjanjian untuk tidak terlibat lebih jauh, bisa dikatakan bahwa kami sudah diselamatkan.

"Hukuman memang hanya sampai di sini, tapi sejujurnya masih ada masalah yang lebih mendasar"

"Ada lagi?"

"Ya....Sebenarnya, tindakan Alstro-kun kali ini karena pengaruh buruk dari seseorang"

"....Gregory-sensei?"

"Seperti yang bisa diduga, itu benar"

Ketika Alstro hampir kehilangan kesadaran disaat melepas {Flame Lance}, Gregory dengan jelas berkata untuk mengalahkan kami tanpa peduli risikonya untuk para siswa. Karena kejadian itu, mata orang-orang yang menatapku sekarang agak berubah ragu meski tahu bahwa diriku Tak Berwarna.

"Awalnya, dia membuat peraturan yang menguntungkan para bangsawan. Ketika hari untuk kontes tiba, Alstro-kun sadar bahwa terdapat perbedaan jumlah. Sebenarnya, karena harga diri bangsawan, dia memang ingin bertanding secara adil. Namun, hasutan Gregory malah membuat ini terjadi"

Yang kutahu adalah, anak itu suka menindas orang-orang lemah. Kupikir dia akan merasa luar bisa ketika merendahkan yang lain.

"Gregory juga berbohong, memberitahu bahwa tim Sirius akan memakai armor besi yang kuat untuk Trade. Dia lalu menyiapkan pedang kayu yang telah dimodifikasi dan mempekerjakan tentara bayaran berarmor tubuh penuh"

Lawanpun membawa peralatan bagus ketika mendengar bahwa kami memakai armor besi. Sampai disini saja sudah jelas kalau Gregory lah dalangnya. Aku jadi berpikir bahwa Alstro tidak seburuk itu.

"Lagipula, karena para petugasnya menerima apapun keputusan Alstro, mereka juga akan menanggung hukuman yang sama akibat bertanding dengan cara seperti itu. Janji tertulis ini merupakan tindakan yang tepat"

Bagaimanapun, Alstro memang orang idiot.

"Ini bisa dimengerti. Jadi....bagaimana dengan Gregory-sensei?"

"....Maaf. Dia orang yang pandai menyembunyikan bukti. Tanpa suatu bukti penting, dirinya tidak bisa dihukum"

Menurut ceritanya, perbedaan dalam peraturan diizinkan karena dokumen yang tidak memadai. Mereka tak tahu pedang-pedang kayu itu telah dimodifikasi karena diambil dari gudang. Sedangkan tentang si tentara bayaran, dia mempekerjakan orang ini dari serikat petualang dengan alasan untuk melindungi putra penting keluarga bangsawan. Aku lalu mulai membayangkan sosok si tentara bayaran yang sebenarnya adalah kurcaci. Dia ingin meminta maaf setelah menyadari situasi sesungguhnya dan mengintrospeksi diri. Orang ini sangat serius ya.

Pada akhirnya, bujukan dan kebohongan yang dia sampaikan pada Alstro hanyalah kata-kata dan tak dapat dianggap sebagai bukti. Itulah alasan dia tidak bisa dihukum.

"....Kenapa orang itu menganggapku sebagai musuh?"

"Entahlah. Membenci ras binatang merupakan sifat umum untuk bangsawan, tapi dia belum pernah berbicara hal yang berhubungan dengan Tak berwarna. Apa kau ingin berbincang dengannya?"

"Tidak juga"

"Ya. Bisa ditebak"

Vile-sensei dan aku saling melihat wajah masing-masing dan tertawa. Tunggu dulu, apa boleh baginya untuk bersikap seperti itu meski adalah seorang berpangkat tinggi di sekolah?

"Karena situasi menjadi seperti ini, kami memutuskan untuk meningkatkan kewaspadaan. Mulai sekarang, aku juga akan memantaunya. Tapi tetap saja, jika ada sesuatu yang terjadi, tolong segera beritahukan padaku. Aku yang akan mengurusnya jika orang itu mengganggu Sirius-kun"

"Kalau begitu, mohon bantuannya"

"Yah, apapun yang mau kau lakukan....kau bebas melakukannya. Aku akan mengizinkan itu"

"Bebas....ya?"

"Ya, bebas"

Sekali lagi, kami tertawa. Kali ini, dengan senyuman jahat.

"....Aku merasa mungkin telah memusuhi orang yang mengerikan"

Tidak ada yang membalas gumaman yang berasal dari Magna-sensei.

☆☆☆☆

"Kalau begitu, untuk merayakan kepindahan Reese ke dalam kelas Carlisle...."

"""Bersulanggg!!!"""

Pada malam hari, bertempat di Pondok Berlian.

Kami mengadakan pesta kecil untuk merayakan kemenangan di kontes Trade. Anggotanya adalah aku, kedua bersaudara, dan tentu saja Reese. Kami menikmati berbagai hidangan yang tersaji di atas meja.

"Aniki, bukannya daging ini masih mentah?"

"Hidangan ini disebut Roast Beef. Dari warnanya memang terlihat agak mentah, tapi ini sudah matang karena di bakar di atas asap api"

"Sangat lezat! Boleh aku mengambilnya lagi?"

"Jangan ragu dan makanlah. Ini juga sebagai bentuk penghargaan untuk Reus. Kau sudah melakukan yang terbaik!"

"Horeee!! Aniki memujiku!!!"

Kegembiraan Reus mencapai puncak. Sebaliknya, ekspresi Emilia terlihat tidak bagus.

"Aku juga....ingin bertarung"

Itu benar, walaupun ternyata petugas tidak dihitung sebagai peserta, pertempuran berakhir bahkan tanpa mengikutsertakan Emilia. Gadis ini menyadarinya setelah bersulang dan berubah menjadi kesal. Sekarang dia mengembungkan pipi, tampak tidak puas sambil memakan Roast Beef-nya.

"Maaf, Emilia. Aku masih ingin kau menjadi rahasia di kelompok kita, aku tidak menginginkan tindakan selain sihir untuk bocor"

"Meski begitu....aku tetap ingin bersamamu"

Aku tidak mengikutsertakan Emilia karena ingin menyembunyikan hal hebat, tapi sepertinya usaha ini tidak berarti lagi karena kemampuan fisiknya terlihat saat dia mampu melompat tinggi dari tempat duduk penonton ke depan kami. Ah sudahlah, apa yang mungkin terjadi jika itu terungkap? Bahkan kalau sampai terlibat dengan orang-orang yang aneh, aku sudah mendapat izin dari kepala sekolah untuk menolak mereka. Jika dilakukan dengan benar, seharusnya akan baik-baik saja.

Tapi, walaupun aku sudah membelai kepalanya dari tadi, suasana hatinya masihlah tidak berubah. Tak ada pilihan lain, aku memang harus menggunakan cara itu, ya kan?

"Emilia, menurutmu apa ini?"

"Itu....sisir. Mungkinkah?!"

"Tepat sekali. Baiklah, arahkan kesini ekormu"

"Ya!!"

Ekspresi tak puas beberapa saat yang lalu mendadak lenyap begitu saja. Diapun dengan senang hati mengulurkan ekornya. Menaruh ekor lebat ini di pahaku, aku menyisirnya dengan lembut.

"Fufu....ufufu....ufufufu...."

Bagi ras binatang, ekor merupakan hal yang penting. Mereka hanya akan membiarkan orang-orang yang dipercaya dari lubuk hati untuk menyentuhnya. Apa yang kulakukan ini merupakan ungkapan kasih sayang yang biasanya dilakukan oleh keluarga atau kekasih. Berkat tindakan perawatan ini, suasana hati Emilia pulih.

Ini bukanlah sesuatu yang boleh dilakukan saat makan, tapi yah, aku memang tidak sedang bertindak untuk dicontoh.

"Enaknya....Nee-chan"

"Lain kali adalah giliranmu"

Meski hanya berlangsung beberapa menit, setelah selesai, Emilia membelai ekornya dengan gembira.

"Bahagianya diriku...."

Ketika melihat gadis yang seakan bisa terbang karena rasa suka cita seperti ini, tiba-tiba tatapanku bertemu Reese yang berada di samping. Tadi dia masih tertawa, tapi sekarang malah terlihat aneh. Sepertinya dia sedang mencoba memutuskan sesuatu....penampilannya dipenuhi tekad.

"Emm....Sirius-kun"

"Ada apa? Makanannya tidak sesuai dengan seleramu?"

"Hal semacam itu tidaklah mungkin! Roast Beef ini sungguh lezat!"

Sesuai dengan apa yang dikatakannya, dia memakan daging itu dengan cepat. Dia lalu menggelengkan kepala sambil bergumam 'Bukan begitu'.

"Dagingnya sangat lezat tapi bukan tentang itu. Sebenarnya....ada sesuatu yang ingin kutanyakan"

"Kenapa kau takut-takut begitu?"

Reese menyesuaikan postur tubuh dan memfokuskan perhatian ke arah kedua bersaudara. Setelah dia melakukan kontak mata sekali dengan Emilia, dia membulatkan pilihannya dan membuka mulut.

"Aku....ingin menjadi muridmu!"



"Ha?"

Apa yang tiba-tiba dia katakan? Ketika menengok sekeliling, kedua saudara mengangguk puas. Apa? Apa mereka sudah tahu?

"Boleh aku mendengar alasannya?"

"Iya. Aku mendaftarkan diri ke Akademi karena ayahku memintanya, tapi aku masih belum punya tujuan. Melewati waktu sambil berlatih sihir dan merahasiakan kemampuanku melihat roh....aku kemudian memutuskan ini setelah menyaksikan Sirius-kun dan Reus-kun hari ini. Aku telah dibantu oleh setiap orang, jadi aku juga ingin membantu orang lain....itulah yang kupikirkan"

Bagaikan kata-kata yang akan diungkapkan oleh seorang pahlawan, tatapannya yang tajam terkonsentrasi padaku.

"Tapi, aku lemah. Tanpa tahu sedikitpun bagaimana memperlakukan roh dengan baik, aku juga hanya pandai dalam sihir pemulihan. Karena itulah, aku ingin menjadi kuat. Bukan untuk bersembunyi di balik punggung, melainkan berbaris disamping kalian, saling bahu-membahu"

Sampai ucapannya selesai, dia masih menatapku seolah berdoa. Kamipun saling melihat, matanya terkesan serius tanpa mengalihkan pandangan. Ini bukan lelucon....kan?

"....Latihanku sangatlah ketat. Bahkan Reus hanya merengek pada awalnya"

"Hentikan itu, Aniki!"

"Aku telah mendengar dari Emilia tentang beratnya latihan darimu. Aku tidak yakin kapan bisa menyusul semua orang, tapi aku akan berusaha keras! Karena itulah, tolong terimalah diriku!!"

Kuharap kepalanya tak sampai terbentur di atas meja karena membungkuk terlalu berlebihan. Kedua bersaudara menatap Reese dengan cemas, pandangan mereka lalu berbalik ke arahku. Apa-apaan dengan mata mirip anak anjing yang ditinggalkan itu? Khawatir sampai sejauh ini....kalian benar-benar sudah bersahabat dengannya, ya.

"Aku mungkin saja akan memanfaatkan kemampuan melihat roh milikmu, kau tahu?"

"Tidak apa-apa kalau Sirius-kun yang melakukannya. Bahkan jika harus dimanfaatkan, aku yakin itu bukan hal yang buruk"

Itu sudah buruk. Aku memang tidak punya niat untuk memanfaatkannya tapi, kira-kira apa yang bisa dia lakukan? Sihir air diperkuat karena adanya roh air, hal seperti membuat tsunami mungkin bisa---....ehh, tidak tidak. Cara berpikirku sudah mulai mengarah agar menerima gadis ini.

"....Baiklah. Aku menerimamu untuk menjadi siswaku"

"Benarkah?!"

"Ya. Namun, ini akan sangat sulit. Jadi, persiapkanlah dirimu"

"Aku akan berusaha yang terbaik! Tolong bimbing aku dari sekarang, Sirius-san!"

Sirius....san?

"Kenapa memanggilku dengan '-san'?

"Karena aku telah menjadi siswamu, kau seperti senior untukku. Aku merasa ingin memanggilmu secara berbeda*"
[Ada kalimat yg terpotong dari RAW di dialog ini pada versi english. Aku juga kebingungan ketika menerjemahkannya. Karena kupikir itu mungkin tidaklah penting, aku juga tidak menyertakannya]

"Tidak juga, aku lebih muda darimu. Bukannya kau berumur sembilan tahun?"

"Itu memang benar. Tapi posisiku sekarang adalah orang yang diajari. Jangan ragu untuk menganggapku begitu, Sirius-san!"

Yah....aku tidak mengerti, tapi apa ini boleh?

Ada sedikit keraguan yang masih tersisa, namun yang terpenting siswaku telah bertambah satu orang.

Namanya Reese.

Seorang gadis baik hati yang disukai oleh roh air.

Aku berencana mengembangkan dirinya hingga dia cukup kuat setidaknya untuk melindungi diri sendiri, walaupun bahkan jika kemampuan melihat rohnya ketahuan.

Sambil mengamatinya yang gembira bersama kedua bersaudara dan saling berpelukan, aku memikirkan rencana latihan yang cocok untuknya.

Karena dia hebat dalam sihir daripada kekuatan fisik, aku harus menciptakan suatu metode khusus. Gawat, aku jadi bersemangat ketika memikirkan ini.

Sudah sekitar setengah bulan sejak berada di dunia luar, hidup kami masihlah akan berlanjut dengan baik.

☆☆☆☆

Selanjutnya, hingga tiba di asrama, Emilia terus memegangi ekornya tanpa mau melepaskannya. Dia sempat memberi tahuku dengan suasana hati berbunga-bunga, 'Aku takkan pernah mencuci ekor ini lagi'.

"Emm, Sirius-sama. Maukah kau sekali lagi menyisir ekorku?"

"Boleh saja, tapi kau harus mandi dulu dan membasuhnya"

"Tiidaakk!!"

"Bukannya ini hanya percakapan biasa!"

Emilia....kau mau pergi kemana?

☆☆☆Chapter 31 berakhir disini☆☆☆

>Catatan Penulis : Agak lebih pendek dari biasanya, tapi inilah akhir dari Arc 5.

Update berikutnya mungkin berlangsung tiga hari dari sekarang.

>Catatan Penerjemah : Ingat!! Kata2 Update tepat diatas itu hanyalah pesan dari penulisnya yg ikut kuterjemahkan. XD ....Jadi....Kita sudah beralih ke Arc 6

Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya

Comments

  1. Tenang min... disitu masih ada tulisan "Mungkin", jadi itu bukan janji atau sejenisnya

    Yahh... wallaupun kami akan lebih senang kali memang lebih cepat Updetnya ;)

    ReplyDelete
  2. Ditunggu 3 hari lagi min.... XD

    ReplyDelete
  3. Lanjut arc baru kagak sabar ,semangat min

    ReplyDelete
  4. Min, kalo mau yg raw Inggrisnya, lu cari aja di www.bayabuscotranslation.com, itu situs raw Inggris world teacher yg paling bagus, yah walaupun tuh situs cuma nerjemahin world teacher aja, itu dah ampe chapter 85 kok

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih infonya gan but ane juga nunggu indonya cuz ane nggak teerlalu bisa bahasa inggris terutama verb sama kata kerja ato simpel past tense dan kawan kawan yah mungkin kalo ane yang baca sih 30 persen paham lainnya nggak paham bahkan mungkin dilewati takut salah wkwkwkwkkwkw

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]