Baka to Test soal kedua vol 1 B. Indonesia

Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Soal Kedua

Tuliskan masing-masing idiom yang memiliki makna mendekati kalimat berikut :
1. Gagal dalam bidang keahlian.

2. Sial melulu.


Jawaban Himeji Mizuki :
1. "Seekor kera dapat jatuh dari pohon"
2. "Atap bocor di hari hujan"

Komentar Guru :
Benar. Ada beberapa jawaban lain untuk pertanyaan bagian pertama, seperti, 'Kuda yang kehilangan tapal depannya', atau 'Bahkan ikan pun bisa tenggelam'. Jawaban lain untuk bagian kedua misalnya, 'Kejadian baik tidak pernah datang, kejadian buruk tidak pernah berakhir' atau 'Satu tahun penuh kesialan' dan sebagainya.


Jawaban Tsuchiya Kouta
1. "Bahkan kuda pun dapat jatuh dari atas pohon"

Komentar Guru :
Itu adalah pemandangan yang luar biasa.


Jawaban Yoshii Akihisa :
2. "Atap bocor dan tanah longsor pada saat bersamaan"

Komentar Guru :
Bukannya itu terlalu tidak beruntung?

 
Syokanju Yoshii Akihisa


☆☆☆☆

"Apa?!....ruangan ini terlalu besar untuk sebuah kelas, kan?"



Aku melangkah ke lantai tiga yang tidak sempat kukunjungi tahun lalu, dan melihat sebuah kelas dengan ukuran lima kali lebih besar dari biasanya tepat di depan mataku.

Inikah Kelas A yang sering orang-orang bicarakan? Coba kita lihat apa yang ada di dalam sana.

"Selamat! kalian berhasil melanjutkan ke kelas dua. Nama saya adalah Takahashi Youko, guru wali kelas untuk Kelas A. Senang bertemu kalian"

Aku berhenti dan melihat ke dalam kelas melalui jendela besar, ada seorang wanita yang kelihatan cerdas memakai kacamata berdiri di depan kelas. Rambutnya diikat ke belakang diiringi dandanan yang rapi dengan setelan jas.

Ketika dia berhenti berbicara, namanya tidak ditulis di papan tulis. Melainkan muncul di layar TV plasma besar yang menutupi seluruh dinding. Betapa mewahnya!! Berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk itu?.

"Pertama-tama, periksalah barang-barang yang telah diberikan kepada kalian. Setiap orang seharusnya memiliki sebuah laptop, AC pribadi*, sebuah kulkas-mini, kursi yang bisa diatur, dan sebagainya. Apakah semuanya berfungsi dengan baik?"
[AC pribadi itu maksudnya seperti AC yg ada di mobil itu.]

Ada lebih dari sekadar ruang, fasilitas, dan peralatan mewah yang cukup untuk 50 orang siswa.

Setiap kulkas dipenuhi dengan cemilan dan minuman ringan. Masing-masing siswa memiliki AC-nya sendiri, yang suhunya bisa diatur semau mereka.

Jika melihat ke sekeliling kelas, kau akan menyadari kalau langit-langitnya terbuat dari kaca. Lukisan-lukisan mahal tergantung di dinding dan ada tanaman hias di dalam ruangan. Desain interiornya tampak seperti lobi sebuah hotel bintang lima.

"Selain buku pelajaran dan buku tambahan, makanan dan minuman di kulkas disediakan oleh sekolah secara gratis. Jika kalian butuh fasilitas atau peralatan yang lain, dipersilahkan untuk memberitahu kami"

Aku bisa mencium wangi teh merah*, tampaknya ada siswa yang telah menyeduh teh.
[Teh Rosella]

"Sekarang, kuperkenalkan ketua kelas kalian. Kirishima Shouko, silakan maju ke depan"

"....Baik"

Orang yang berdiri dan menjawab panggilan adalah seorang gadis dengan rambut hitam yang panjang. Penampilannya menyerupai boneka Jepang.

Dia adalah seorang gadis yang memiliki paras cantik dan aura bermartabat yang membuatnya terlihat bebas dari urusan duniawi.

Semua orang di kelas memperhatikannya.

Ketua kelas, adalah orang yang mendapat nilai tertinggi di ujian pembagian kelas.

Dengan kata lain, orang terpintar di Kelas A juga merupakan orang terpintar di angkatannya. Inilah alasan kenapa dia menerima begitu banyak perhatian dari orang lain.

"....Nama saya Kirishima Shouko, senang bertemu kalian"

Meskipun semua orang sedang menatapnya, dia masih memperkenalkan diri seperti biasa.

Ketika aku melihat lebih teliti orang-orang yang sedang terfokus padanya, mereka semua ternyata perempuan. Sepertinya rumor yang beredar itu benar!

Dia begitu terkenal ketika mendaftar ke sekolah ini. Semua orang mengakui betapa cantiknya dia dan banyak yang ingin memacarinya. Namun, tidak satupun dari mereka yang berhasil.

Sejak saat itu, ada rumor yang mengatakan kalau dia sebenarnya penyuka sesama jenis. Begitu rupanya, tiada asap tanpa api!

"Semua orang di Kelas A, bekerjasamalah dengan Kirishima mulai sekarang hingga akhir tahun ajaran kedua dan belajarlah dengan giat bersama-sama! 'Perang' dimulai dari sekarang, jangan kalah dengan kelas lain!"

Begitu si guru wali kelas menyudahi pidatonya, Kirishima membungkuk dan kembali ke tempat duduknya sendiri.

Oh tidak, aku harus bergegas ke kelasku.

Aku langsung berjalan cepat menyusuri koridor.

☆☆☆☆

Berdiri di bawah tanda dengan tulisan {Kelas 2-F} tertera di sana, aku mulai ragu.

Apa datang terlambat ke kelas akan memberikan kesan pertama yang buruk bagi teman sekelasku?

Apa ada orang yang jorok, menyeramkan, atau susah diatasi di sana?

Rekan-rekan seperjuangan macam apa yang akan bersamaku selama satu tahun ke depan? Semakin kupikirkan, semakin gugup jadinya.

"Yah, mungkin aku hanya terlalu khawatir"

Aku cuma terlambat, tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Lagi pula, kami teman sekelas, jadi tak ada juga yang perlu ditakutkan! Mungkin saja mereka yang akan khawatir padaku, mengira aku telat karena tidak enak badan (sebenarnya, karena bangun kesiangan).

Tenanglah, tidak usah khawatir. Aku harus percaya kepada temanku, aku harus bekerjasama dengan mereka mulai dari sekarang.

Setelah memantapkan pikiran, aku mendorong pintu hingga terbuka dan menyapa teman-teman di kelas dengan suara yang akrab.

"Maaf aku terlambat ~♪"

“Cepat duduk, idiot!”

Kesan sempurnaku sudah hancur!

“Kau tidak dengar apa yang kukatakan?”

Orang ini kasar sekali. Seorang guru tidak boleh berbicara seperti itu.

Aku menatap tajam orang yang berdiri di balik podium.

Ternyata dia tinggi, mungkin hampir 180 cm. Tubuhnya ramping tapi tidak kurus, membuatnya terlihat seperti seorang petinju. Perlahan kuarahkan pandangan ke atas, kulihat sepasang mata yang penuh dengan  semangat membara, wajah yang liar sekaligus tampan, dan rambut cepak di kepalanya yang terlihat seperti surai singa.

"....Yuuji, kenapa kau disini?"

Orang ini bukan guru. Dia adalah temanku, Sakamoto Yuuji.

"Karena gurunya telat, aku mengambil tempatnya"

"Kau menggantikan guru? Kau? Kenapa?"

"Entah kenapa, nilaiku yang paling tinggi di Kelas F"

"Jadi itu membuatmu jadi ketua kelas?"

"Yah, sepertinya begitu"

Yuuji tersenyum licik. Setelah mendengar ucapannya, aku juga tersenyum. Dengan kata lain, jika aku bisa 'mengatasi' Yuuji, tak ada yang bisa menghentikanku melakukan apapun di kelas ini.

"Nah karena itu, semua orang di kelas ini jadi bawahanku!"

Dia dengan bangga melihat semua teman sekelas yang sedang duduk di lantai.

....Ya, semua orang memang duduk di lantai. Kenapa? Jawabannya sederhana, karena tidak ada kursi!

"Ngomong-ngomong....kelas ini cocok sekali disebut Kelas F"

Aku sebaiknya mencari tempat duduk terlebih dahulu.

"Maaf, permisi"

Tiba-tiba, suara lemah terdengar dari belakangku.

Seorang pria tua yang tidak terlihat pintar, mengenakan kemeja kusut dengan rambut berantakan berdiri di sana.

"Sekarang waktunya homeroom*. Apa bisa aku menaruh kursi di sana?"
[Singkatnya, homeroom itu waktu disamping jam pelajaran yg tujuannya mengeratkan hubungan wali kelas dengan para siswanya]

Karena dia tidak mengenakan seragam, dan jauh dari kata muda, mungkin dia adalah guru wali kelas kami.

"Roger"

"Oke"

Yuuji dan aku menjawab bersamaan dan berjalan ke tempat kami.

Guru tersebut menunggu hingga kami duduk, kemudian berdiri di belakang podium dan berbicara dengan pelan.

"Selamat pagi semuanya. Nama saya adalah Fukuhara Shin. Saya akan menjadi guru wali kelas untuk Kelas 2-F. Senang bertemu kalian"

Fukuhara-sensei ingin menulis namanya di papan tulis kotor, tapi dia tidak bisa. Ya ampun! Sekolah bahkan tidak menyediakan kapur tulis?!.

"Apakah semuanya mendapatkan chabudai* dan bantal? Tolong angkat tangan bila ada yang tidak kebagian"
[Meja kecil jepang. Ada gambarnya di Soal Pertama]

Ada sekitar lima puluh murid di kelas sempit ini tanpa meja tulis yang layak. Hanya ada tatami, chabudai dan bantal untuk duduk. Benar-benar fasilitas yang baru dan berkelas! Aku sudah dengar tentang ini dari tahun pertamaku, tapi merasakannya sendiri sungguh mengejutkan.

"Sensei....bantalku tidak ada kapasnya"

Ada banyak keluhan dari para siswa tentang peralatan yang rusak.

“Begitu ya. Terima saja”

"Sensei, kaki mejaku patah"

"Bukannya mereka sudah menyediakan lem? Lem sendiri nanti"

"Sensei, udara dingin masuk dari jendela yang pecah"

“Aku mengerti. Nanti akan kulaporkan ke sekolah lalu meminta plastik dan lakban untuk memperbaikinya"

Di ujung ruangan ada laba-laba yang dengan bebas membuat sarang. Selain itu, tidak ada satupun titik di dinding yang bersih atau tanpa coretan. Ini parah. Apa disini sejenis bangunan terlantar?

"Jika kalian perlu sesuatu, cobalah untuk mengurusnya sendiri"

Ada bau jamur yang melayang di kelas. Pasti datangnya dari bawah tatami-tatami tua ini.

'Mari kita mulai memperkenalkan diri. Kita akan mulai dari orang yang duduknya di samping koridor"

Ketika Fukuhara-sensei selesai bicara, salah satu murid berdiri dan memperkenalkan dirinya.

"Nama saya adalah Kinoshita Hideyoshi, anggota klub drama"

Itu Hideyoshi yang berbicara.

Dia memiliki gaya bicara unik. Dengan tubuh langsing dan rambut lurus sebahu. Sekilas---tidak, bahkan ketika aku melihatnya dengan teliti, wajah manisnya bisa dengan mudah membuatku, yang sudah mengenalnya, berpikir bahwa dia adalah perempuan. Benar, itu adalah Kinoshita Hideyoshi, teman sekelasku dari tahun lalu.

Di samping itu, jika dia memakai seragam perempuan dan mengubah cara bicaranya, dia jelas-jelas akan diperlakukan sebagai seorang gadis. Ini bisa dengan mudah terjadi di kelas yang dipenuhi bau pejantan seperti disini.

"Begitulah, senang bertemu kalian"

Hideyoshi tersenyum lembut, dan mengakhiri perkenalan dirinya. Sangat....sangat MANIS!!! Tunggu sebentar, Yoshii Akihisa, jangan jatuh hati padanya! Dia laki-laki!!!

"Tsuchiya Kouta..."

Ketika aku menggumamkan peringatan pada diriku sendiri, yang sudah sering kulakukan berkali-kali semenjak tahun lalu, siswa berikutnya sudah mulai memperkenalkan diri.

Siapa barusan? Ah, aku juga kenal orang ini.

Tsuchiya masih pendiam seperti biasa. Dia tidak bertubuh besar, tapi dari ototnya kau bisa tahu kalau dia bagus di bidang olahraga. Walaupun begitu entah kenapa dia bersikap seperti pemalu. Apa mungkin karena tidak ingin mencolok dan terlibat masalah? Yah, ada banyak macam orang di dunia ini.

Tapi, aku hanya melihat laki-laki di dalam kelas. Takkan ada perempuan di kelas terbodoh. Apa memang selalu seperti ini di seluruh dunia?

"....---adalah namaku. Aku besar di luar negeri. Meskipun bisa berbahasa Jepang, tapi membaca huruf kanji masih sulit untukku"

Selagi aku termenung, perkenalan lain sudah dimulai.

“Kemampuan bahasa Inggrisku buruk karena aku besar di Jerman. Hobiku ---“

OH!!! Kali ini seorang perempuan. Dia selayaknya harta karun yang berharga. Akhirnya, setidaknya ada satu gadis di kelas ini.

"Hobiku adalah memukuli Yoshii Akihisa☆"

Siapa itu?! Siapa yang punya hobi khusus, ekstrem dan berbahaya itu?!

"Hai~"

Orang yang sedang tersenyum dan melambai padaku adalah...

"Ah, Shi-Shimada, itu kau ya!"

"Yoshii, kita sekelas lagi tahun ini"

Orang lain lagi yang kukenal, sekalikus musuh alamiku dari tahun lalu....Shimada Minami.

Kenapa? Kenapa ada begitu banyak orang yang kukenal sekelas denganku?!

Bukankah ini aneh? Apa ini contoh dari, 'Burung takkan lepas dari kawanannya'? Aku tidak percaya, diriku ternyata setingkat dengan mereka!

"Salam kenal"

Oke, kelihatannya orang di depanku baru saja selesai. Sekarang adalah giliranku.

Aku mengambil napas dan berdiri dari lantai.

Ayo mulai perkenalan diriku! Kesan pertama sangatlah penting. Agar dapat berteman baik dengan semua orang, aku akan tekankan bahwa diriku ini adalah orang yang positif dan optimis.

Tiba-tiba, sebuah ide melintas di benakku. Aku memutuskan untuk menggunakan lelucon segar sebagai awal perkenalan. Berusaha yang terbaik untuk berbicara dengan gaya yang lucu, perkenalan diriku pun dimulai.

"Hmm, namaku adalah Yoshii Akihisa. Silahkan panggil aku 'Sayang~'"

"SAAYAAAANG~♥"

Paduan suara kasar para lelaki jauh lebih menjijikkan dari yang kubayangkan.

"Maaf, yang barusan tidak jadi. Salam kenal"

Walau harus tersenyum palsu dan kembali ke tempat duduk, aku masih merasa mual. Aku tidak pernah membayangkan kalau mereka benar-benar akan memanggilku begitu. Kelas F memang parah!!!

Karena masih jijik, rasanya perkenalan diri ini tidak kunjung berakhir.

Tepat ketika aku hampir tertidur karena perkenalan diri yang membosankan, seseorang membuka pintu. Seorang perempuan berdiri di sana, meletakkan tangannya di dada sambil mencoba menarik napas.

"Sa-Saya minta maaf....saya terlambat"

"APA?!?!"

Semua orang berteriak, tapi ini bisa dimaklumi. Jika sesuatu seperti ini terjadi, siapapun akan terkejut.

"Sebenarnya kau datang di saat yang tepat. Kami sedang memperkenalkan diri sekarang. Silahkan perkenalkan dirimu ke kelas, Himeji"

"Ba-Baiklah! Nama Saya Himeji Mizuki, senang bertemu kalian...."



Himeji mengeluarkan suara yang lebih kecil dari tubuh mungilnya.

Kulitnya seputih salju yang baru turun. Rambut panjang nan lembut sepunggungnya menunjukkan sifat lembut pemiliknya. Dengan penampilan imutnya, dia sungguh menonjol di kelas yang dipenuhi para lelaki.

Hanya saja, orang-orang bukan terkejut karena dia cantik.

"Aku ingin bertanya!"

Seorang lelaki yang telah memperkenalkan diri mengangkat tangan kanannya.

"Ah, y-ya, ada apa?"

Ditanyai segera setelah masuk ke dalam kelas, Himeji tidak bisa menyembunyikan rasa kaget dan gugupnya. Tapi tindakannya ini mengingatkanku pada hewan mungil yang lucu. Itu sangat menggemaskan.

"Kenapa kau di sini?"

Itu pertanyaan pertama yang tidak sopan.

Tapi aku yakin, semua orang di sini memiliki pertanyaan yang sama.

Kecantikannya memang menarik perhatian. Namun yang lebih penting, nilai pelajarannya sangatlah tinggi. Dia merupakan siswi dengan nilai tertinggi kedua ketika ujian masuk, dan selalu berada di peringkat sepuluh besar.

Siswi sepintar dia seharusnya tidak berada di Kelas F. Tak peduli kepada siapa pun kau bertanya, jawabannya sudah pasti. Dia harusnya di Kelas A.

"Tentang itu...."

Dengan wajah gugup dan tubuh yang tegang, dia menjawab :

"Saya demam saat ujian pembagian kelas...."

Setelah mendengar itu, seluruh kelas mengangguk seakan berkata "Jadi begitu"

Meninggalkan ruang kelas di tengah ujian akan berakhir dengan kegagalan. Dengan kata lain, dia tidak menyelesaikan ujian pembagian kelas kemarin, makanya ditempatkan di Kelas F.

Mendengar jawaban Himeji, banyak orang di kelas mulai membuat alasan mereka sendiri.

"Setelah dipikir-pikir, gue ditaruh di Kelas F karena demam juga"

"Ya, karena kimia, kan? Itu memang susah"

"Gue juga ga bisa ngerjain soal gara-gara denger abang gue ketabrak"

"Diam lu, anak tunggal!"

"Pacar gue nggak biarin gue tidur di malem pas mau ujian"

"Itu kebohongan terbesar yang gue pernah denger"

Orang-orang ini lebih idiot dari yang pernah kubayangkan.

"Senang....senang bertemu dengan kalian"

Selama para siswa berdiskusi dengan berisik, Himeji berjalan ke tempat kosong di antara Yuuji dan aku. Aku tidak pernah bermimpi akan berada di kelas yang sama dengannya, terlebih lagi duduk di sebelahnya. Jujur saja, jantungku berdegup kencang. Dia benar-benar cantik, dan itu membuatku berpikir bahwa menerimanya di kelas hancur seperti ini merupakan sebuah tindak kejahatan.

"Aku sungguh takut...."

Himeji mendesah dan tiduran di atas meja begitu mencapai tempat duduknya.

Luar biasa! Karena kami duduk bersebelahan, ini adalah kesempatan besar untuk mengajaknya ngobrol! Cinta kami akan bermula dari kejadian ini dan akhirnya menjadi sepasang kekasih yang ditakdirkan. Itu benar, kata pertama akan menjadi kunci menuju gerbang kebahagiaan dan masa depan kami bersama.

"Hime---"

"Himeji"

Yuuji, yang duduk dua meja dariku, memanggil dengan suara yang lebih keras. SIALAN LOE YUUJI!!!!! Rencana masa depanku {Dari teman sekelas ke karpet merah pernikahan--pertemuan musim semi kami--654 episode} berakhir bahkan sebelum 2 menit! Apa yang harus aku tunjukkin ke penonton untuk 653 jam 58 menit selanjutnya?!

"Y-Ya? Ada apa?"

Himeji melihat Yuuji, menjadi panik, dan pelan-pelam merapihkan roknya. Apa duduk di bantal membuatnya gampang kusut?

"Namaku Sakamoto. Sakamoto Yuuji, senang berkenalan denganmu"

“Ah, namaku Himeji, senang bertemu denganmu"

Dia menunduk dengan rendah dan memberikan salam hormat. Pendidikan keluarganya pasti sangat baik.

"Kau masih merasa sakit?"

"Aku juga pengen tahu"

Tanpa sengaja aku memotong percakapan mereka. Aku duduk di sampingnya selama tes pembagian kelas, dia tidak tampak terlalu sehat waktu itu. Aku bertanya-tanya apakah dia merasa lebih baik sekarang.

"Yo-Yoshii?"

Himeji terkejut ketika melihat wajahku. Kenapa kau seterkejut itu? Apa aku jelek? Tidak mungkin, ini tidak---

"Himeji, maaf wajah jelek Akihisa menakutimu"

Apa? Ada-apaan ini? Mungkin Yuuji berusaha untuk membantuku, tapi dia hanya membuat keadaan lebih buruk.

"Itu....Itu tidak benar! Lihat, mataku penuh dengan energi, wajahku ramping dan indah! aku tidak jelek sama sekali! Sebenarnya, aku ini---"

"Yah, wajahmu memang tidak keliatan buruk. Lagipula, aku tahu kalai ada orang yang tertarik padamu"

Apa? Aku tidak pernah membayangkan Yuuji memiliki informasi bagus seperti itu. Aku ingin memastikannya.

"Eh? Siapa...."

"Siapa....Siapa dia?"

Suara Himeji jadi lebih besar dari suaraku. Yah, itu tidak masalah karena kami memiliki pertanyaan yang sama. Sepertinya gadis di usianya tertarik pada topik seperti ini.

"Aku inget sekarang. Namanya Kubo...."

Kubo? Siapa gadis dengan nama Kubo?

"....Toshimitsu, kalau tidak salah!"

Kubo Toshimitsu --> ♂ (Jenis Kelamin: PRIA)

"...."

"Akihisa, kenapa kau diam-diam nangis?"

Aku telah ternodai!! Aku tidak bisa lagi menjadi mempelai pria!!

"Jangan khawatir, setengahnya cuman bercanda"

"Apa? Bagaimana dengan sisanya?"

"Oh ya, Himeji, kau sudah merasa baikkan sekarang?"

"Ya, aku baik-baik saja"

“Yuuji, bagaimana dengan setengah lainnya?"

Karena Yuuji mengabaikanku, aku mengeraskan suara untuk mendapatkan perhatiannya.

"Kalian yang di sana, diamlah...."

Guru mengetuk meja beberapa kali sebagai peringatan.

"Maaf---"

!!!GUBBRAAKK!!!  (Suara Sesuatu yang Hancur)

Tiba-tiba, meja guru runtuh menjadi tumpukan kayu. Mejanya bahkan tidak bisa menahan beberapa ketukan, seberapa buruk keadaan kelas ini?

"....Saya akan mengambil meja ganti. Harap bersabar"

Guru yang merasa malu dengan cepat melangkah keluar kelas.

Sekali lagi aku menyadari betapa buruknya peralatan kami.

"Ha, hahaha...."

Himeji memasang senyum terpaksa di wajahnya.

Melihatnya seperti ini mengingatkanku bahwa orang-orang seperti Yuuji dan aku memang pantas untuk belajar di kelas seperti ini, tapi pasti sulit sekali bagi siswi seperti dirinya.

Yah, ini adalah kesalahan kami sendiri karena tidak berhasil dengan baik dalam ujian. Mampu menjaga kesehatan sendiri adalah semacam kekuatan juga. Tapi ditempatkan di Kelas F hanya karena meninggalkan ujian karena sakit itu konyol. Seharusnya mereka memberinya kesempatan lain.

Kemarahan terhadap ketidakadilan ujian pembagian kelas berkutat di dalam pikiranku. Jika memang itu masalahnya, kami harus berusaha keras agar bisa memperoleh peralatan yang lebih baik untuk Himeji.

Aku pun bicara pada ketua kelas yang sedang menguap saat ini.

"Yuuji, ikutlah"

"Mau apa kau?"

"Kita tidak bisa bicara di sini, ayo ke koridor"

"Baiklah"

Aku berdiri dan berjalan menuju koridor. Pada saat itu, Himeji dan aku saling menatap sekilas.

"Ok, ada apa?"

Sekarang adalah waktunya homeroom, jadi tidak ada seorang pun di koridor. Kami bisa bicara dengan bebas disini.

"Tentang kelas ini...."

Tentu saja yang kumaksud kelas kami.

"Ruang Kelas F? Ini lebih buruk daripada yang kuperkirakan"

"Kau juga pikir begitu, ya?"

"Tentu saja"

"Kau sudah melihat peralatan Kelas A?"

"Ya, beda sekali dari kita. aku belum pernah lihat kelas seperti itu sebelumnya...."

Di satu sisi adalah ruang kelas dengan papan tulis penuh retakan, bahkan tanpa ada kapur yang di sediakan. Di sisi lain ruang kelas dengan TV plasma mahal. Tak ada yang bisa menerima perlakuan diskriminasi seperti ini, kan?

"Aku punya ide. Karena kita sudah kelas dua, ayo lakukan 'Perang Tes Syokanju'!*"
[Shoukanjuu/Syokanju. Mahkluk panggilan]

"Perang?"

Yuuji bertanya, tidak yakin.

"Ya, dan musuhnya adalah Kelas A"

"Kenapa?"

Tiba-tiba, Yuuji menatapku dengan serius.

"Tidak ada alasan khusus, hanya saja kelas kita ini terlalu buruk"

"Jangan bohong! Orang sepertimuu, yang bahkan tidak niat belajar, sekarang mau berperang demi fasilitas? Kalau kelas kita menang undian, itu masih lebih mungkin"

Sialan! Indra keenamnya masih tetap tajam.

“Tidak, tidak, bukan begitu! kalau aku tidak niat belajar, aku tidak akan masuk sekolah ini---"

"Kau memilih sekolah ini karena bayarnya murah dan reputasinya bagus di perguruan tinggi, kan?"

TIDAAKK!!!! Aku sudah memberitahu alasanku sebelumnya!!

"Ah....Itu....Itu karena...."

Apa yang harus aku katakan? Aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih baik.

"Ini karena Himeji, kan?"

Astaga!

Karena alasanku yang sebenarnya telah dia ketahui, aku tanpa sengaja panik dan menjadi tegang.

"Ba-Bagaimana kau tahu?"

"Kau itu gampang sekali dibaca. Aku cuma menebak sedikit, lalu kau sendiri yang mengakuinya"

Mata yang tampak serius itu menghilang, digantikan oleh senyuman licik. Aku telah ditipu!!

"Bukan cuma itu satu-satunya alasanku...."

"Ya, ya, kau tidak usah bilang apa-apa lagi, aku sudah paham"

"Aku bilang ini tidak seperti yang kau pikirkan!"

Sial! Aku bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan orang ini.

"Jangan khawatir, bahkan jika kau tidak menyarankan ini, aku masih akan berencana berperang melawan Kelas A"

"Hah? Kenapa? Yuuji, kau juga tidak suka belajar sepertiku, kan?"

Itu sebabnya dia tidak peduli tentang peralatan kelas.

"Aku hanya ingin membuktikan kalau nilai bukanlah segalanya"

"?"

"Aku bahkan sudah punya rencana buat mengalahkan Kelas A---Oh, guru sudah kembali! Ayo masuk ke kelas!"

Yuuji mendorongku ke dalam kelas.

"Ayo kita lanjutkan perkenalan dirinya"

Setelah membawa meja ganti (yang satu ini tampak bobrok juga), homeroom pun berlanjut.

"Namaku Sugawa Ryou, hobiku adalah---"

Pengenalan monoton berlanjut seperti biasa.

"Sakamoto, kau yang terakhir"

"Roger"

Yuuji menjawab panggilan guru dan bangkit dari tempat duduknya.

Dia tetap memasang sikap santai yang biasa dan berjalan perlahan menuju podium, diiringi martabat seorang pemimpin kelas.

"Sakamoto adalah ketua Kelas F, kan?"

Mendapatkan pertanyaan dari Fukuhara-sensei, Yuuji menjawab dengan anggukan.

Itu adalah pasangan yang sempurna, ketua kelas terburuk untuk kelas terburuk. Alih-alih mengatakan itu suatu kehormatan, sebenarnya mungkin sesuatu yang memalukan.

Tapi Yuuji tidak berpikir seperti itu. Dia berdiri dipenuhi kepercayaan diri di podium dan menatap kami.

"Aku ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji. Kalian semua bisa memanggilku Sakamoto, atau ketua kelas"

Sebagian besar siswa di kelas tidak peduli memperdulikannya, karena dia hanyalah satu dari sekian banyak orang idiot di Kelas F. Seperti panci memanggil ketel hitam*.
[Sama kayak maling teriak maling]

"Sekarang, aku punya pertanyaan untuk kalian semua"

Dia menatap mata semua orang, dan bicara perlahan.

Mungkin karena mendapatkan timing yang pas, semua orang menatapnya sekarang.

Begitu dia memastikan sudah mendapatkan perhatian mereka, matanya menatap ke setiap sudut kelas.

Sebuah kelas dengan bau jamur.

Bantal tua dan kotor.

Meja kayu kecil Jepang dengan noda bekas keringat.

Kami mengikuti tatapannya, melihat hal-hal itu satu per satu.

"Kelas A tidak cuma punya AC pribadi, tapi juga kursi yang empuk!"

Dia mengambil napas dalam-dalam, dan berkata:

"APA KALIAN PUAS?!?!"

"TIDAK!!!"

Tangisan dari jiwa-jiwa setiap anggota Kelas F terdengar melalui koridor.

"Benar, kan? Bahkan aku tidak puas dengan situasi ini. Sebagai ketua kelas, aku menemukan ketidakadilan di sini!!"

"Itu benar!!!"

"Tidak peduli semurah apa bayarannya, tidak sepatutnya kita diberi fasilitas seperti ini! Kita harus minta sekolah buat memperbaikinya!!"

"Jumlah yang kita bayarkan sama dengan Kelas A, tapi kita diperlakukan sangat berbeda!!"

Komplain mulai bermunculan dari setiap penjuru di kelas.

"Kalian semua benar. Karena itulah...."

Puas dengan reaksi dari teman-teman sekelas, Yuuji menunjukkan senyum tak gentar di wajahnya.

"....Sebagai ketua kelas, aku punya usul"

Sambil menunjukkan taring setajam harimau, dia berseru :

"Kita akan mengajukan 'Perang Tes Syokanju' melawan Kelas A!"

Ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji, telah menyulut api perang.

☆☆☆Soal Kedua berakhir disini☆☆☆

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]