Baka to Test soal kelima vol 1 B. Indonesia

Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Soal Kelima

Dalam kalimat berikut, isi ( ) dengan jawaban yang benar.
Cahaya adalah gelombang dan juga ( ).


Jawaban Himeji Mizuki :
Partikel

Komentar Guru :
Jawaban yang bagus.


Jawaban Tsuchiya Kouta :
Objek yang akan menolak semua benda yang mendekatinya

Komentar Guru :
Jawabanmu selalu mengejutkanku!


Jawaban Yoshi Akihisa :
Senjata pahlawan

Komentar Guru :
Aku juga suka bermain RPG.

Syokanju Himeji


☆☆☆☆

"Ketua Kelas D, Hiraga Genji telah gugur!"

"OOOOHHH!!!!!"

Siaran sekolah mengumumkan informasi ke seluruh penjuru, diiringi dengan teriakan kemenangan Kelas F dan tangis kekalahan Kelas D.

"Luar biasa! Aku tidak percaya kita menang melawan Kelas D!"

"Sekarang kita bisa mengucapkan selamat tinggal pada tatami dan chabudai itu!!"

"Ah, barang-barang bobrok itu kini menjadi milik Kelas D!"

"Hidup Sakamoto Yuuji!!"

"Aku cinta Himeji!!!"

Orang-orang memuji Ketua Kelas Yuuji dari segala arah.

Aku menengok ke arah laki-laki itu berada, melihatnya dikelilingi oleh siswa Kelas F dan berdiri diantara siswa kelas D yang kecewa.

"Ah, itu bukan apa-apa! Setelah dipuji begini, apa yang harus kukatakan?"

Yuuji menggaruk pipi dan mengalihkan pandangan. Mengejutkan, ternyata dia cukup pemalu.

"Sakamoto! Aku ingin menjabat tanganmu!"

"Aku juga!"

Semua orang memperlakukannya bagaikam pahlawan. Dilihat dari situasi ini saja, kau bisa memahami betapa tidak sukanya kami dengan kelas F. Tatami di sana sudah rusak, jadi wajar jika tidak ada yang menyukai kelas itu.

Baiklah, aku harus berbaur dengan kerumunan dan mencari kesempatan untuk mendekati Yuuji.

"Yuuji!"

"Oh, bukankah itu Akihisa?"

Dia menoleh.

Aku melangkah mendekatinya dengan senyum bahagia.

"Aku juga ingin menjabat tangan Yuuji!"

Dan ketika tanganku terulur.

"Oooo!!"

(suara remuk)

"Yu-Yuuji....Aku hanya ingin berjabat tangan, kenapa kau malah menggenggam tanganku seperti ini?"

"Diam....Tentu saja aku harus menggenggam tanganmu seperti ini....Hmph!"

"Waa!!!"

Tanganku sepertinya terpelintir ke arah yang salah.

Tanpa bisa menahan rasa sakitnya, aku menjerit seperti babi yang tertusuk dan tanpa sengaja menjatuhkan pisau yang kupegang di tangan yang lain.

"...."

"...."

"Yuuji, senang rasanya memenangkan perang ini bersama"

"...."

"Aku tidak pernah tahu kalau menyelesaikan pekerjaan bersama teman sekelas bisa memberimu perasaan sememuaskan ini. Aku sangat tersentuh sampai-sampai sendi pergelangan tanganku terasa nyeri!"

"Apa yang kau rencakanan barusan?"

"Aku hanya ingin menggunakan tangan ini, yang kurasa bisa hancur kapan saja, untuk menjabat tanganmu dan merayakan kemenangan!"

"Hoi!! Seseorang, ambilkan palu!!"

"Tu-Tunggu!! Aku minta maaf!"

"Hmph!"

Dia akhirnya melepaskanku. Itu benar-benar sangat menyakitkan!

Kalau dipikir-pikir, apa yang akan dia lakukan dengan palu?

"(Bergumam)"

Kelihatannya Yuuji menggumamkan sesuatu, apa yang dia katakan?

"....Paku...."

Aku takkan pernah melawannya lagi.

"Aku tidak pernah membayangkan Himeji sebenarnya anggota Kelas F....Sulit dipercaya"

Terdengar suara seseorang dari belakangku.

Aku menoleh ke orang yang bicara itu dan melihat Hiraga, yang kesulitan berjalan dengan lancar tapi tetap memaksakan diri perlahan-lahan menghampiri kami.

"Ah, a-aku....minta maaf untuk yang tadi"

Himeji juga berlari menghampiri kami dari arah berlawanan.

"Tidak, kau tidak harus meminta maaf. Ini hasil yang kami dapat karena tidak melawan Kelas F dengan serius"

Dunia kompetisi memang keras. Mereka kalah karena dicurangi, tapi memang benar, Himeji tak perlu sampai minta maaf.

"Aku akan menyerahkan ruang Kelas D sesuai aturan. Hanya saja, sekarang sudah sangat larut, bagaimana kalau kita lakukan besok?"

Menyedihkan sekali bagi Jendral yang kalah di medan perang. Selama tiga bulan ke depan, mereka tidak bisa melakukan Perang Ujian Syokanju, jadi dia harus menerima amarah dari teman sekelasnya di ruang bobrok itu. Ketua kelas akan menjadi pahlawan jika menang dan menjadi pendosa jika kalah.

"Tentu saja tidak ada masalah kalau kita melakukannya besok. Ya kan, Yuuji?"

Melihat kondisinya, aku tidak tega meminta Hiraga untuk menyerahkan ruang kelas D sekarang. Jadi aku menoleh dan meminta pendapat Yuuji.

"Tidak, itu sama sekali tidak perlu"

Sulit di percaya jawaban itu yang keluar dari mulutnya.

"Hah? Kenapa?"

"Karena aku tidak berencana untuk mendapatkan ruang Kelas D"

Yuuji mengatakan itu seolah telah memberitahukannya di awal, tapi aku sama sekali tidak mampu menebak tentang apa ini.

"Yuuji, ada apa? Bukankah kita sudah berjuang sekuat tenaga demi mendapatkan fasilitas normal ini?"

"Bukannya kau melupakan sesuatu? Target kita yang sesungguhnya adalah mengalahkan Kelas A!"

Mengalahkan Kelas A, itulah target terakhir-ku dan Yuuji.

"Kalau memang begitu, kenapa tidak melawan Kelas A dari awal? Ini sangat aneh, kan?"

Kalau memang cepat atau lambat jadi begitu, kenapa tidak menyerang Kelas A langsung dari awal dari pada menghabiskan waktu dan tenaga seperti sekarang?

"Sadari batas kemampuanmu! Inilah kenapa kau dapat julukan 'Kakak Idiot' dari anak SMP sekitar sini"

"Apa yang kau bilang? Berhenti mengatakan sesuatu yang hanya setengah benar!"

"Ah, maaf. Seharusnya kubilang anak SD sekitar, ya kan?"

"....Bukan itu bagian yang harus diganti"

"Apa....? Kau sungguh punya nama panggilan aneh seperti itu?"

Ja-jangan lihat aku! Berhenti melihatku dengan ekspresi seperti itu di wajahmu!

"Pokoknya, aku tidak berniat mengambil satu pun fasilitas Kelas D."

"Ini memang keputusan terbaik bagi kami....Tapi apa kau yakin?"

"Tentu, asalkan dengan satu syarat"

Itu benar. Kalau kami melepaskan mereka begitu saja, pertarungan ini takkan ada artinya.

"Katakan!"

"Jangan khawatir, bukan sesuatu yang spesial. Ketika kuberi sinyal, aku ingin kau merusak benda yang ada di balik jendela. Itu saja"

Jari Yuuji menunjuk mesin kipas AC di arah luar dari jendela.

Namun, mesin itu bukan milik Kelas D. Fasilitas Kelas D cuma peralatan normal yang bisa kau temukan di sekolah yang agak miskin, tanpa tambahan apa pun termasuk AC. Mesin itu ada di sana karena tidak muat di kelas pemiliknya, jadi mereka menaruhnya di Kelas D.

"Mesin AC itu milik Kelas B, kan?"

"Ya, merusaknya akan membuatmu dimarahi guru, tapi penawaran ini seharusnya masih terdengar bagus bagimu, kan?"

Kalau mereka 'Tidak sengaja' merusakkannya, paling parah akan diberi surat peringatan. Tapi, jika mereka melakukannya demi tetap memiliki ruang Kelas D selama tiga bulan ke depan, tak ada penawaran yang lebih baik dari ini.

"Terdengar sangat bagus. Tapi kenapa kau mau kami melakukannya?"

Pertanyaan Hiraga memang sangat masuk akal. Kalau tujuan kami adalah Kelas A, kenapa malah melakukan hal yang tak ada hubungannya seperti mengincar Kelas B dan merusak peralatan mereka?

"Itu ada hubungannya dengan taktik kami melawan Kelas B"

"Benarkah? Kalau begitu, dengan senang hati kuterima tawaranmu"

"Aku akan bicara denganmu lagi lusa, di waktu yang sama. Kau bisa pulang sekarang"

"Ok, terima kasih. Semoga kalian bisa mengalahkan Kelas A seperti yang telah direncanakan"

"Haha, berhenti mengatakan hal yang berkebalikan. Kau sebenarnya percaya kami akan kalah, kan?"

"Itu benar. Kelas F takkan pernah menang melawan Kelas A. Itu cuma mimpi dan harapan belaka"

Ketua Kelas D, Hiraga, mengangkat tangannya dan pergi.

"Semuanya!! Terima kasih atas kerja keras hari ini! Besok, kita akan mengisi nilai yang sudah kita gunakan, sekarang semuanya harus pulang dan beristirahat! Itu saja, bubar!!”

Setelah pidato Yuuji, semuanya saling bicara dan berjalan kembali ke kelas untuk mengambil barang masing-masing lalu pulang.

"Yuuji, kita akan pulang juga?"

"Ya"

Perasaan menang memang sangat luar biasa. Tapi jujur saja, sebenarnya aku sangat lelah. Kami akan berperang lagi besok, jadi aku sebaiknya langsung pulang dan mengistirahatkan diri.

"Ah, tu-tunggu, Sakamoto!"

"Hah?"

Tepat ketika Yuuji sedang bersiap pulang bersama yang lain, seseorang menghentikannya. Orang itu adalah Himeji.

"Oh, Himeji ya!"

"Sebenarnya, aku ingin menanyakan sesuatu pada Sakamoto"

Dia meletakkan tangannya ke dada, terlihat agak gelisah. Ini pasti sesuatu yang penting, mungkin aku harus meninggalkan mereka.

"Oh, aku mengerti"

Setelah mengatakan itu, Yuuji menghampiri Himeji dan berbicara dengannya. Aku tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Entah kenapa aku sedikit merasa kesepian.

Himeji menatap Yuuji dengan tatapan serius hingga tidak menyadari kehadiranku. Ini pasti sangat penting.

Hah? Mungkinkah....Himeji memang tidak menyadari kehadiranku? Mungkin dari awal dia tidak pernah menyadariku? Sial! Kalau begitu, akan ku tarik roknya ke atas berkali-kali sampai puas!

(Ini kesempatan bagus, Akihisa. Tarik roknya sekarang! Bukankah sudah saatnya melihat celana dalam gadis cantik seperti dia?)

Apa?! Kau kah iblis dalam hatiku ini? Sial! Apa kau di sini untuk menuntunku ke jalan anak berandalan? Jangan remehkan aku! Rasa keadilanku tidak akan goyah!

....

....

....

....Eh? Dimana si malaikat? Dimana malaikat di dalam hatiku?? HEI, KELUAR SEKARANG!!!!! APA INI ARTINYA AKU HANYA PUNYA HATI YANG JAHAT?!?!?!

"Pada awalnya, aku hanya sedikit tertarik. Tapi ketika dia datang dan bicara denganku mengenai ini, ketertarikanku bertambah"

Ketika aku sedang bertarung dengan pikiranku sendiri, keduanya mulai berjalan ke arahku.

"Eh, kenapa Yoshi berkata seperti itu?"

Mereka masih tetap mengobrol, tak ada yang menyadari pertempuran di hatiku ini.

"Kuingat-ingat, dia juga mengatakan sesuatu tentang ujian pembagian kelas. Mungkin ada hubungannya dengan itu. Artikan saja kalau si idiot ini ternyata tidak pernah menyerah"

Yuuji sedang bicara dengan akrab, sambil menambahkan sedikit candaan di percakapan mereka. Melihat itu, apa yang sedang dia bicarakan? Mungkinkah pernyataan cinta? Apa Himeji menyukai Yuuji?

"Ujian Pembagian Kelas? Oh, benar...."

"Aku tidak bisa menjelaskan banyak, tapi kupikir tebakan Himeji sudah benar"

Begitu, tidak heran Yuuji terlihat bangga. Disukai oleh seorang gadis cantik seperti dia, tidak ada alasan untuk tidak senang.

....Ngomong-ngomong, kenapa malaikat di dalam hatiku belum keluar juga?

"Hei, Akihisa. Ayo pulang sekarang"

"Ah, OK. Kalian sudah selesai?"

"Ya, sekarang keputusannya sudah mantap. Ya kan, Himeji?"

Setelah ditanyai Yuuji, wajah Himeji tiba-tiba merona, aku sampai-sampai membayangkan efek suara 'Boom' di atas kepalanya. Kemampuan seperti ini sangat mengejutkan.

"Oh, benarkah? Aku tidak terlalu mengerti apa yang terjadi, tapi ayo pulang. Sampai jumpa, Himeji."

“Ah, ya! Sampai jumpa besok!”

Wajah Himeji masih merah. Dia terus melambaikan tangan sambil menatap Yuuji dan aku yang meninggalkan ruang kelas.

(Menarik roknya bukanlah sesuatu yang salah, kan?)

Malaikat di dalam hatiku, kau sangat lambat!! Juga, kau bahkan setuju untuk menarik roknya?!

☆☆☆☆

"Yuuji"

"Huh?"

"Masih ada banyak cara untuk merusak AC, ya kan? Apa memang perlu melawan Kelas D?"

"Ah, kau membicarakan itu?"

Kami dalam perjalanan menuju rumah. Karena rumah kami satu arah, kami sering pulang bersama.

"Alasannya ada banyak, seperti membuat yang lain terbiasa dengan Perang Ujian Syokanju, memberikan tekanan pada kelas lain, memperbarui kepercayaan diri, meningkatkan semangat juang dan sebagainya"

"Begitu. Lalu, kenapa tidak ambil fasilitas Kelas D?"

"Karena tujuan sebenarnya adalah Kelas A. Jika kita mengambil fasilitas Kelas D, sebagian siswa akan merasa puas dan mulai menolak Perang. Untuk menghindari itu dan mempertahankan semangat semua orang karena ketidakpuasan, aku sengaja mengambil keputusan ini"

Sangat mengejutkan, orang ini memikirkannya sejauh itu. Setelah mendengarkan rencana Yuuji, aku tidak bisa membayangkan dirinya sebagai individu yang memiliki nilai buruk. Atau dalam artian lain....aku melihat 'Anak Ajaib' pada dirinya.

"Apa kita bisa menang melawan Kelas A?"

"Tentu saja. Serahkan padaku"

"....Dan maaf ya. Aku menyebabkan masalah karena terlalu keras kepala"

"Tidak juga. Lagipula, alasanku masuk ke sekolah ini adalah untuk melakukan sesuatu yang hebat di Perang Ujian Syokanju"

Kemudian Yuuji menatap ke kejauhan.

Ketika masih kecil, dirinya dipanggil 'Anak Ajaib'. Namun, kejayaan masa lalu itu telah sirna. Yuuji tak pernah mengatakan apa pun tentang ini, tapi sepertinya alasan kenapa dia berada di posisi sekarang adalah karena kurangnya motivasi untuk belajar.

Nilai ujian adalah kekuatan Syokanju. Meskipun Kelas F berada pada tingkatan yang sungguh buruk, jika siswanya menggunakan kepintaran dan kekuatan mereka dalam perang ini kemudian menang melawan Kelas A, itu akan menjadi bukti bagi siapa pun. Bahwa yang tidak pintar pun masih bisa meraih puncak. Aku pikir inilah yang Yuuji ingin buktikan.

"Demi mencapai tujuan, kau harus membantuku. Pokoknya, besok kita harus berkonsentrasi mengisi ulang nilai"

"Cih"

Itu artinya, kami akan ujian besok. Banyak nilai sudah terpakai hari ini, jadi sepertinya kami akan ujian untuk setiap mata pelajaran besok. Oh, tidak, satu hari akan di penuhi oleh ujian.

"Jangan main game. Bacalah beberapa buku sebelum kau tidur!"

"Iya, iya. Setidaknya aku akan baca bu---....EH?"

Aneh. Kenapa tasku terasa sangat ringan? Mungkin kah...

"Ah, Bukuku! Aku meninggalkan semuanya dia bawah meja!"

"Idiot, cepatlah kembali dan ambil semuanya!"

"Iya iya....Kalau begitu kau pulang saja duluan"

"Hah, kenapa juga aku harus menunggumu?"

"Kau memang tak berperasaan"

Aku hampir sampai di rumah. Komplain saja takkan berguna, jadi ayo ambil buku dan pulang!

Langkahku mulai berlari menuju sekolah. Hanya tinggal beberapa murid yang terlihat sedang mengikuti klub disana.

"Oh, sial"

Aku menghela nafas, dan memakai sepatu dalam ruanganku, dan menuju Kelas F.

"Aku pulang...."

Sama seperti ketika kembali ke rumah, aku malah mengucapkan salam dan melangkah masuk ke kelas. Karena ada chabudai dan tatami, ruangan ini lebih terlihat seperti rumah daripada kelas.

"Yo-Yoshi?!"

"Eh? Himeji?"

Himeji berada di dalam kelas yang ku kira kosong.

"A-Ada apa?"

Dia terlihat panik. Dia kenapa?

Mataku bergerak ke arah chabudai Himeji, dan menemukan sepucuk surat cantik dengan sebuah amplop di atasnya.

"Ah, i-ini...."

Apa yang sedang dia lakukan? Meskipun aku tidak tahu untuk apa itu, sepertinya dia telah menyiapkan kertas sekaligus amplop dan berencana menulis surat cinta untuk Yuuji.

(Hadapilah kenyataan : Itu surat cinta)

Diam kau, Iblis di dalam hatiku!! Aku tidak akan termakan oleh kebohonganmu!! Bahkan jika kau berkata seperti itu, apa buktinya kalau itu adalah surat cinta?

"Ini, ah...."

"OK, aku mengerti, tidak masalah"

"Eh....Waaa?!"

Terdengar suara jatuh. Himeji tersandung di atas chabudainya.

Surat yang dari tadi dia sembunyikan di balik punggungnya terbang ke arahku. Tanpa sengaja, aku melihat satu kalimat.

'Aku menyukaimu'

"...."

(Tak ada yang bisa membuktikan lebih dari ini, ya kan?)

"...."

(Paham? Inilah kenyataannya)

"...."

(Bukankah ini waktunya untuk menyerah?)

Aku melipat kembali surat itu, dan mengembalikannya ke Himeji.

Untuk menunjukkan kalau diriku orang yang perhatian, aku membuat lelucon.

"Surat pembawa sial ini sangat spesial!*"
[Yoshii memutuskan untuk menganggap itu surat untuk Himeji dari orang lain]



(Apa kau berencana tidak mengakuinya sampai mati?)

Apa yang kau bicarakan, dasar Iblis Bodoh!? Setiap kali kau berkata sesuatu, itu hanya membawa kesialan untukku! Aku tidak akan tertipu lagi!!

"Emm, aku pikir kau salah...."

"Tak perlu menutupinya. Kau bisa menceritakannya padaku, sekarang pun tidak masalah. Dan juga, tidak perlu khawatir, aku akan meminjam Stun Gun dari Yamashita di kelas sebelah"

"Yoshii, itu bukan surat pembawa sial!"

"Tidak mungkin! Ini sudah pasti surat pembawa sial! Aku merasa sangat sial sekarang!"

"Yoshii!!"

Lenganku yang terayun seperti seoeang bocah, mendadak ditahan oleh sesuatu yang lembut. Ketika aku melihatnya, Himeji memegang tanganku, mencoba untuk menghentikanku dari mengamuk.

"Tolong, tenanglah. Bersikap seperti ini hanya akan membuat dirimu terluka"

Nada suaranya di penuhi kekhawatiran.

Ketika aku mulai menenangkan hatiku yang menghitam, kenyataan menyedihkan ini mulai merasuki hatiku.

"....Apa boleh buat....Aku hanya harus menerimanya"

Kakiku kehilangan kekuatan, membuatku merosot dan berlutut. Apa yang terjadi? Kenapa aku sampai memperoleh perasaan dikalahkan dua hari berturut-turut?

Orang yang akan menerima surat ini adalah Yuuji, ya kan? Hal itu menyebabkanku gelisah.

"Orang yang menerimanya, adalah teman sekelas...?"

"Ya, dia teman sekelas kita"

Himeji merona, dia menjawab pertanyaanku tanpa ragu.

Ini sudah jelas. Benar saja, orang itu adalah Yuuji. Namun, aku tidak ingin menyebut namanya dan membuat Himeji malu.

"Begitu ya. Apa yang bagus dari orang itu? Mungkin karena penampilannya lumayan"

"Tidak, yang menarik bukanlah penampilannya. Ah, tentu saja aku menyukai wajahnya!"

"Sial! Aku membenci orang itu dari lubuk hatiku yang terdalam!"

"Benarkah....?"

"Ya, bagiku, yang tidak percaya diri dengan penampilan, itu terlalu bagus"

"Eh? Kenapa? Kau sangat tampan! Temanku ada yang suka denganmu!"

"Eh? Kau yakin?"

Bahkan kupikir temannya itu gila.

"Ya. Walaupun aku tidak terlalu yakin tentang rinciannya, setiap kali dia melihatmu dan Sakamoto berjalan bersama, dia bilang 'Sakamoto yang terlihat kekar dan Yoshii yang terlihat cantik berjalan bersama bagaikan sebuah lukisan indah'"

"Temanmu orang yang baik, kau harus baik padanya"

"Dia juga pernah bilang 'Yoshi benar-benar Uke*, ya?' dan lain-lain"
[Uke, istilah dari penggemar YAOI atau BL]

"Kutarik kembali kata-kataku. Menjauhlah darinya. Dunia itu masih terlalu dini untukmu, Himeji"

Yuuji dan aku....UGH!!!

"Pokoknya, selain penampilan, bukankah dalamnya juga baik?"

"Ah, em....ya...."

"Benar, liver-nya juga sangat kuat dan sehat!"

Kupikir bisa menjualnya dengan harga tinggi.

"Itukan organ didalam tubuh"

"Meski kurasa tidak mungkin, apakah kepribadiannya juga bagus?"

"Tentu saja, tidak ada masalah!"

Haaaaaa...? Aku tak pernah membayangkan Himeji akan berbicara sebegitu kerasnya. Menakutkan. Aku tidak tahu dia sangat menyukai Yuuji.

"Apa yang bagus dari kepribadiannya?"

"Sangat....Sangat lembut...."

'Lembut'?

Lelaki yang dengan tega mengorbankan diriku untuk mengalahkan Kelas D dan hampir mematahkan tanganku, adalah orang yang lembut?

"Aku akan memberikanmu nomor telpon seseorang sekarang. Kau punya pulpen dan kertas? Jangan khawatir, dia spesialis otak yang sangat ahli"

"Otakku baik-baik saja!"

Bagaimana mungkin? Apa yang membuatmu berpikir kalau dia lembut? Di keluarga sadis macam apa kau tumbuh, Himeji?!

"Lembut, bersinar dan optimis....Dia idolaku!"

Mendengar pendapat jujurnya, memberiku perasaan yang kuat hingga diriku tak mampu lagi tertawa.

"Surat itu...."

"Y-Ya?"

"Semoga beruntung"

Di situasi seperti ini, aku tak bisa melakukan apa pun untuk menghancurkan hubungan mereka. Karena Himeji sangat menyukai Yuuji, sebagai teman sekelas, aku tidak bisa menghentikan diriku untuk menyemangatinya.

"Ya"

Himeji yang tersenyum begitu menggemaskan; aku sungguh cemburu dengan Yuuji dari lubuk hatiku.

☆☆☆☆

Keesokan harinya, aku berangkat ke sekolah seperti biasa.

Untuk mengisi ulang nilai yang lenyap ketika perang, kami harus menghadapi tes satu hari penuh. Aku harus melakukan yang terbaik sekarang.

"Selamat pagi...."

Aku menggeser pintu kelas, yang diiringi bunyi 'kala-kala'.

Masih Tatami dan chabudai di kelas. Aku masih merasa sedikit menyesal karena tidak mendapatkan fasilitas Kelas D.

"Oh, Akihisa. Kau hampir terlambat!"

"Ah, pagi, Yuuji"

Yuuji yang tiba lebih dulu dariku, sedang duduk di dekat chabudai di samping tempat dudukku dengan buku bahasa inggris di tangan.

Sepertinya dia sedang mempelajari ulang materi sebelum ujian dimulai.

"Apa ada orang yang komplain?

"Hah? Komplain? Tentang apa?"

"Fasilitas Kelas D"

Kami semua berusaha dengan sangat keras dan memenangi perang, tapi pada akhirnya tidak mengambil fasilitas lawan. Sudah wajar jika ada yang tidak senang dengan itu.

"Ah, itu. Aku sudah menjelaskan itu ke semua orang, jadi tidak ada masalah sama sekali"

"Ohh"

Kurasa itu karena penampilan Yuuji kemarin hingga semua orang mengikuti perkataanya. Lagi pula, sekarang mereka tahu kalau 'kemenangan dari melawan kelas yang berperingkat lebih tinggi itu bisa didapatkan', mereka mungkin tidak tertarik dengan fasilitas Kelas D.

"Ngomong-ngomong, kau baik-baik saja?"

"Apa?"

"Tentang kejadian kemarin"

Tunggu, kejadian apa yang dia bicarakan....? Ah, apa ini tentang penghakiman dari Yuuji?

"Ah, bahkan orang Idiot sepertiku akan menyerah melakukan hal bodoh setelah tahu kalau kuku ku yang akan terkena akibatnya"

"Tidak, aku bukan membicarakan persoalan apa yang kau rencanakan untuk menghajarku"

Jadi, apa? Aku sama sekali belum paham apa yang Yuuji ingin jelaskan.

"Apa yang ingin kau katakan?---"

“YOSHII!!!!”

“AAAAARGH?!?!?!”

Perkataanku terpotong oleh sebuah tinju yang mendadak muncul.

"Shi-Shimada, pagi...."

"INI BUKAN WAKTUNYA KAU MEMBERIKAN SALAM!!!!!"

Shimada terlihat sangat marah.

Aku sedang terbaring di lantai sekarang dan bisa melihat celana dalam-nya, tapi itu sama sekali tidak membuatku senang.

"Kau Idiot, kalau tidak bisa menyelamatkanku kemarin, itu tidak masalah. Tapi tega-teganya kau memakai alat pemadam untuk memecahkan kaca, dan melimpahkan semua kesalahan itu padaku....!"

Oh....Sekarang aku ingat.

"Dan berkat dirimu, peringkatku di 'Orang yang paling tidak ingin dijadikan pacar' jadi lebih tinggi sekarang!"

Mengejutkan. Kukira kau memang sudah di peringat paling tinggi.

"....Aku hampir ingin mengikatmu untuk diintrogasi dan disiksa"

Tiba-tiba, Shimada menjadi tenang.

Ngomong-ngomong, sebelum bahkan mengikatku, bukannya kau sudah memukulku duluan...?

"Kupikir kau sudah mendapatkan hukuman yang setimpal, jadi aku akan memaafkanmu kali ini!"

"Ya, hidungku tidak bisa berhenti mimisan sampai sekarang"

"Tidak, bukan itu maksudku"

"Hah? Lalu apa?"

"Ujian pertama kita hari ini adalah Matematika"

Shimada terlihat sangat senang, seakan-akan tertawa dari lubuk hatinya yang paling dalam dan berkata.

"Pengawasnya adalah Funakoshi-sensei"

Di saat mendengar kalimat itu, aku melompat keluar kelas dan lari ke koridor.

☆☆☆☆

"Haaah....lelahnya"

Aku terbaring di meja sambil menghela nafas.

Kami akhirnya menyelesaikan ujian keempat. Ujiannya saja sudah melelahkan, tapi menderita akibat menjawab pertanyaan Funakoshi-sensei di saat bersamaan membuatku lebih kewalahan.

Ngomong-ngomong, aku mengenalkan seorang Otaku yang tinggal tidak jauh dari rumahku (39 tahun, single....laki-laki, mungkin?) ke Funakoshi-sensei, dan memberitahunya kalau hanya itu yang ingin kukatakan kepadanya kemarin.

"Hmm. Kau terlihat kelelahan"

Kata Hideyoshi sambil muncul entah dari mana.

Dia mengubah rambutnya menjadi ponytail hari ini. Ooooh....Inilah yang aku suka. Dia laki-laki, tapi posenya sekarang sungguh menggoda!

"...." (mengangguk dengan berlebihan)

Muttsurini, yang biasanya pendiam dengan kehadiran yang sulit dirasakan, ada di samping Hideyoshi.

"Bagus, ayo makan siang sekarang! Aku akan pesan ramen, Katsudon dan nasi goreng dengan kare hari ini"

Yuuji masih terlihat sangat berenergi dan tegap. Kau tidak bisa melihat sedikit pun kelelahan di wajahnya. Terbuat dari apa dia? Dan makanannya terlalu banyak hanya untuk makan siang.

"Hmm? Yoshii, kau akan ke kantin? Bisa aku ikut?"

"Ah, Shimada, kau juga ingin ke kantin? Tidak masalah!"

"Kalau begitu aku juga akan ikut kalian"

"...." (mengangguk)

Muttsurini mengangguk setuju. Mungkin dia berencana melakukan sesuatu. Idiot, tak ada yang menarik dari si tomboy Shimada.

"Yoshii, kau sedang memikirkan sesuatu yang jelek tentangku?"

"Tentu saja TIDAK"

Indra keenamnya menakutkan.

Yah, aku akhirnya mendapatkan kesempatan untuk istirahat selama jam makan siang. Aku harus makan sesuatu yang enak untuk mengisi tenagaku! Hanya saja, kau tak bisa memperoleh hal enak apapun di kantin.

"Aku merasa ingin sedikit bermewah-mewahan hari ini dengan memilih makan air garam...."

"Emm, semuanya"

Ketika kami berdiri dan bersiap menuju kantin, suara seseorang menghentikan kami.

"Hmm? Ah, Himeji? Ingin pergi ke kantin bersama?"

"Ah, tidak. Emm....tentang ma-makan siang. Itu, yang kujanjikan kemarin...."

Himeji menatap kami sambil gelisah. Ada apa?

"Ohhh, mungkinkah 'bekal makan siang dengan cinta'?"

"Y-Ya, Jika semuanya setuju...."

Dia lalu mengeluarkan sebuah bungkusan besar dari belakang setelah mengatakan itu.

Sungguh?! Himeji, kau benar-benar gadis yang baik! Terima kasih, mungkin aku bisa hidup untuk beberapa hari ke depan!

"Tentu saja semuanya mau! Ya kan, Yuuji?"

"Ya, memang. Terima kasih"

"Benarkah? Syukurlah"

Himeji tersenyum senang. Ini sangat aneh, dia orang yang membuatkan bekal, tapi dia yang lebih bahagia dibandingkan kami yang makan dengan gratis. Aku sungguh tidak mengerti pemikiran gadis lembut seperti dirinya.

"Hmph....Mizuki, kau lumayan agresif...."

Shimada menatapku dengan penuh kebencian seakan-akan aku adalah pembunuh ayahnya.

Aku juga tidak mengerti pemikiran gadis kasar seperti dirinya.

"Kalau begitu, karena kita sudah mendapatkan bekal, lebih baik makan di atap daripada di kelas"

"Itu benar!"

Akan tak termaafkan jika kau menikmati hidangan berkualitas tinggi seperti ini di ruangan jelek beralaskan tatami busuk dan dipenuhi bau keringat para lelaki. Kami harus pindah ke lokasi yang bagus seperti atap lalu memakannya disana, itu juga sebagai bentuk terima kasih kepada kokinya.

"Ke atap? Kalau begitu kalian bisa pergi duluan"

"Huh? Yuuji, kau mau kemana?"

"Beli minuman, traktiran untuk kerja keras kalian kemarin"

“Ah, kalau begitu aku ikut! Kau tidak bisa membawa banyak minuman sendirian kan?”

Sangat langka melihat Shimada begitu peduli. Apa dia salah minum obat?

"Terimakasih"

"Ok"

Yuuji setuju tanpa ragu. Jika itu aku, aku pasti akan waspada untuk mencegah kejadian 'Dibawa ke suatu tempat kemudian dihajar habis-habisan'.

"Ingatlah, sisakan bagian makanannya untuk kami ya"

"Jangan khawatir, tapi aku tidak menjamin kalau kalian terlalu lama"

"Kurasa takkan selama itu. Ayo!"

Yuuji dan Shimada mengambil dompet mereka dan meninggalkan kelas. Sepertinya menuju toko di lantai satu.

"Kita juga, ayo pergi"

"Ya"

Aku mengambil bungkusan bekal yang besar dari Himeji dan berjalan ke atap.

Kotak bekal ini sangat berat. Sepertinya dia sudah berusaha keras untuk membuat berbagai macam hidangan. Aku sangat tersentuh.

"Hebat, cuacanya sungguh bagus!"

"Yah"

Kami sampai di atap dan membuka pintu, yang disambut bentangan langit bersih tanpa awan. Ini cuaca terbaik untuk memakan bekal.

"Ah, aku bawa alas duduk"

Himeji mengeluarkan alas piknik dari keranjang. Terlihat sangat penuh persiapan. Mungkin dia memang membawa set lengkap untuk piknik.

Kami merasa bersemangat dan mulai mempersiapkan semuanya bersama-sama. Tak ada orang lain di atap, seakan-akan seluruh lantai disini telah dipesan untuk kami sendiri. Ini sangat luar biasa.

"Ini sungguh bagus...."

"...." (menangguk)

Aku dengan malasnya selonjoran di atas alas, menikmati sinar mentari dan angin sepoi-sepoi yang bertiup ke arahku.

"Emm, aku tidak terlalu percaya diri...."

Himeji membuka tutup kotak bekal besar yang biasanya di pakai ketika tahun baru.

"OH!!!"

Kami semua menahan nafas terkejut.

Itu terlihat sangat enak. Ada karaage*, tempura, onigiri, gulungan rebung....apa pun masakan yang kau tahu, semua ada di dalamnya.

"Maaf, Yuuji. Aku duluan---"

"...." (ambil satu)

"---Ah, Muttsurini. Kau curang!"

Begitu dia dengan lancarnya memasukkan makanan itu ke dalam mulut....

"...." (Jatuh)

(Suara Muttsurini yang tumbang)

Tubuh Muttsurini langsung roboh sambil sedikit kejang-kejang.

"...."

"...."

Hideyoshi dan aku saling memandang satu sama lain.

"Waa!! Tsuchiya?!"

Himeji panik hingga menjatuhkan sumpit yang akan dia berikan kepada kami.

"...." (mendadak berdiri)

Muttsurini bangun.

"...." (Luar biasa)

Kemudian menghadap Himeji dan mengangkat jempolnya.

Mungkin dia mencoba berkata 'Enak!'.

"Jadi, jadi itu cocok dengan seleramu? Syukurlah"

Pendapat Muttsurini pasti telah terkirim pada Himeji, gadis itu terlihat sangat bahagia.

Hanya saja, Muttsurini, kenapa kakimu gemetar? Kau terlihat seperti petinju yang hampir KO.

"kalian tak perlu sungkan. makanlah sebanyak-banyaknya!"

Himeji memperlihatkan senyumannya, meminta kami untuk makan lebih banyak.

Ketika dia berkata seperti ini, kami seolah tidak mampu menolaknya. Bahkan aku merasa harus memakan itu semua tak peduli seberapa mengerikan rasanya.

....Namun aku masih belum bisa melupakan Muttsurini, tatapannya kosong dan tubuhnya gemetar.

"Hideyoshi, makanan ini, bagaimana menurutmu?"

Aku bertanya ke Hideyoshi, dengan suara serendah mungkin supaya Himeji tidak mendengarnya.

"....Tak peduli seperti apa aku melihatnya, ini bukanlah akting"

"Benar, kita sekarang berada dalam masalah besar"

"Akihisa, apa tubuhmu kuat?"

"Sebenarnya, perutku sangat lemah. Fungsinya menurun karena aku sangat jarang makan sesuatu"

Tentu saja, Hideyoshi dan aku memasang wajah bahagia sambil bicara satu sama lain. Kami tidak boleh membiarkan Himeji mengetahui isi percakapan dan keterkejutan kami.

"Serahkan ini padaku!"

Kata Hideyoshi dengan berani.

"Jangan bercanda, ini terlalu berbahaya!"

"Tidak masalah. Meskipun tidak terlihat begitu, tapi perutku sangatlah kuat. Bahkan kentang rebus tidak bisa melukaiku"

"Tapi...."

"Jangan khawatir! Percayakan saja pada perut besiku...."

Dia memiliki penampilan gadis cantik, tapi apa yang dia ucapkan cukup jantan. Pada saat ini....

Yuuji muncul.

"Ah, Yuuji!!"

Sebelum kami sempat menghentikan dia, tangannya sudah mengambil telor goreng.

(Suara kunyahan)

(Suara Yuuji roboh)

(Suara kaleng jus yang jatuh ke lantai)



Kaleng-kaleng jus terjatuh, dan menggelinding kemana-mana.

"Sa-Sakamoto?! Ada apa?!"

Shimada muncul dari belakangnya dan melihat apa yang terjadi. Dia langsung menghampiri Yuuji.

....Tidak diragukan lagi. Himeji adalah koki pembunuh sungguhan....

Aku melihatnya, yang kejang-kejang di lantai seperti Muttsurini.

Setelah itu, Yuuji yang masih terbaring bertanya menggunakan isyarat mata.

(Siapa yang menaruh racun di makanan ini?)

(Itu bukan racun. Inilah kemampuan sesungguhnya Himeji)

Aku juga menggunakan kontak mata untuk mejawab pertanyaannya. Ini merupakan teknik rahasia yang tidak dimiliki orang lain kecuali kami yang telah bersama untuk waktu yang lama. Sangat berguna di saat seperti ini.

"Ah, kakiku....tiba-tiba keram"

Yuuji mengatakan kebohongan manis karena takut menyakiti perasaan Himeji. Mungkin ini seperti yang Himeji katakan kemarin, Yuuji adalah pria yang lembut.

"Hahaha, itu pasti karena kau menaiki tangga sambil berlari, ya kan?"

"Yah, mungkin itu sebabnya"

"Benarkah? Kukira Sakamoto orang yang kuat dan sehat"

Shimada, yang sama sekali tidak menyadari situasi, memasang wajah curiga. Sepertinya kami harus mengeluarkan dia dari panggung ini sebelum dia sempat bicara terlalu banyak.

"Ngomong-ngomong, Shimada, di tempat kau menaruh tanganmu itu...."

"Hm? Ya?"

"Barusan, ada serangga yang mati di sana"

Ini sepenuhnya omong kosong.

“Apa?! Kau seharusnya mengatakannya dari tadi!!”

Dia panik sambil menjauhkan tangannya. Membuat dia terlihat sedikit seperti seorang gadis.

"Maaf. Lebih baik kau cuci tangan dulu"

"Kau benar. Aku akan segera kembali"

Shimada meninggalkan tempat kejadian. Sekarang korban telah berkurang sedikit.

"Kita tidak bisa membiarkan Shimada makan sesuatu seperti ini, ya kan?"

"Tentu saja"

HAHAHA....Tawa garing dari tiga orang laki-laki menyebar ke seluruh atap.

(Akihisa, sekarang giliranmu!)

(Ja-jangan bodoh! Aku pasti akan mati!)

(Yang terjadi barusan menyurutkan nyaliku....)

(Makanlah, Yuuji! Himeji pasti ingin melihatmu memakannya!!)

(Haahh? Kukira ini untukmu, Akihisa)

(Tidak mungkin! Kau tidak mengerti jalan pikiran seorang gadis!!)

(Tidak, kaulah yang tidak mengerti....)

(Diam!!! Jangan memberontak!!!)

"Woaaw!! Himeji, apa itu?!"

"Hah? Apa?"

Himeji berbalik dan menghadap ke arah yang kutunjuk.

(MAKAN INI!!!!)

(UUUGHHH?!?!?!)

Aku mengambil kesempatan itu dan mendorong semua makanan ke mulut Yuuji.

Matanya telah berubah putih, jadi kupegang rahang bawahnya dan membantunya mengunyah. Ketika makan, ingatlah untuk mengunyah dengan hati-hati dan menelannya perlahan.

"Fuuhh, akhirnya selesai"

"....Aku tidak tahu kau sangat ahli dalam hal menyiksa!"

Meski pun dikomentari seperti itu oleh Hideyoshi, aku tak peduli sama sekali.

Yuuji masih terbaring, tubuh lelaki ini mengejang lebih hebat dari sebelumnya. Tapi aku mengacuhkannya

"Maaf, sepertinya aku salah lihat"

"Ahh, begitu ya"

Aku tak pernah mengira Himeji akan terpedaya dengan tipuan klasik seperti itu. Ini sangat membantu. Tapi dia terlalu polos. Aku sekarang malah khawatir padanya.

"Bekal ini sangat enak. Terima kasih untuk makanannya"

"Ya, masakanmu sangat enak"

Berkat Yuuji, isi bekal telah habis tanpa masalah. Hati kami sebersih langit sekarang.

"Auuh, itu terlalu cepat. kalian menghabiskan semuanya?"

"Ya, dan Yuuji terus-terusan bilang, 'Enak, enak', sambil makan"

Yuuji yang berada di ujung pandangan kami, menganggukkan kepalanya dengan lemah.

Jangan khawatir, kau telah meninggalkan kesan bagus untuk Himeji. Mungkin dia akan membuatkan bekal untukmu lagi.

"Benarkah? Aku sangat senang...."

"Tidak, tidak, tidak. Kami yang seharusnya senang. Benarkan, Yuuji?"

Aku mengirimkan sinyal ke Yuuji untuk meminta reaksi. Karena masih sadarkan diri, dia memberikan jawaban.

"Augh....Augh....Te-Terima kasih, Himeji...."

Ini terlalu buruk, matanya sangat kosong.

"Ngomong-ngomong tentang makanan enak, ada kafe yang baru buka di depan stasiun...."

Di situasi seperti ini, orang yang mengganti topik adalah aku. Ini semua agat Himeji tidak mengatakan, 'Kalau begitu, akan kubawakan makanan untuk kalian besok''.

"Ah, pendapat-pendapat tentang toko itu lumayan bagus"

"Hah? Ada toko di sana?"

"Ya. Sebagai rasa terima kasih, Yuuji akan mentraktirmu di sana"

"Kau bajingan, jangan membuat janji atas nama orang lain seenaknya"

Sepertinya taktik kami berhasil. Jrisis akhirnya terlewati.

Sekarang kami hanya harus membicarakan berbagai hal dan menikmati waktu hangat ini bersama.

"Ah, iya"

Himeji menepuk tangannya.

“Hmm? Ada apa?”

"Sebenarnya...."

Dia merogoh tasnya dan mencari sesuatu.

"Aku juga membawa makanan penutup"

"AAHH! HIMEJI, APA ITU?!"

"Akihisa! Aku akan mati kalau kau melakukan itu lagi!!"

Yuuji berusaha setengah mati untuk menghentikan rencanaku.

Cih, dasar bajingan kecil, reaksimu lumayan cepat ya?

(Akhisa! Kau berencana membunuhku?!)

(Tak ada jalan lain! Misi ini, hanya kau yang bisa mengembannya, Yuuji! Akan kuserahkan ini kepadamu!!)

(Jangan bodoh!!! Aku tidak akan melakukannya bahkan jika kau meminta sambil tersenyum seperti di manga Shonen!!!)

(Dasar tidak berguna!!!)

(Kalau begitu, kenapa bukan kau saja yang melakukannya!??!)

(Apa?! Apa-apaan posemu itu?! Apa yang kau ingin lakukan kepadaku?!?!)

(Aku akan menonjok dadamu, dan memasukkan semua ini ke dalam mulutmu setelah kau pingsan! TERIMA INI!!!!)

(TIDAK!!!! DASAR PEMBUNUH GILA....!!!!)

Yuuji mulai mengencangkan tinjungnya. Namun tepat satu detik sebelum pertarungan di mulai, Hideyoshi tiba-tiba berdiri.

(....Biar aku saja)

(Hideyoshi?! Jangan gila, ini taruhan hidup dan mati!!!)

(Dan kau baru saja mau mengorbankan aku?!?!)

Tentu saja! Dibandingkan orang lain, laki-laki beraroma harum dan perpenampilan cantik seperti Hideyoshi lebih penting.

(Tidak masalah! Perutku sangat kuat, memakan hal seperti ini paling-paling hanya membuatku terkena Dyspepsia*)
[Gangguan pencernaan]

Itu benar. Perut Hideyoshi dapat menetralisir racun, jadi mungkin saja dia bisa tahan dengan hidangan penutup ini.

"Apa yang terjadi dengan kalian?"

"Ah, tidak!! Tidak ada apa-apa!!"

"Ah, mungkinkah...."

Tiba-tiba ekspresi Himeji menjadi murung.

Apa kami yang tidak ingin makan hidangan penutupnya telah ketahuan?!

"Maafkan aku. Sendoknya ketinggalan di kelas!"

Hidangan penutup buatan Himeji adalah yogurt dengan campuran buah (atau terlihat seperti itu), jadi sumpit sangat tidak cocok.

"Aku akan mengambil sendok dulu"

Sosok Himeji kemudiang menghilang di balik pintu. Sekarang waktunya.

(Manfaatkan kesempatan ini dan makan semuanya!)

Hideyoshi memegang tempat yogurt di tangannya, terlihat seperti prajurit yang merindukan rumahnya dan sedang menghadapi kematian

"....Maaf. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu"

"Maaf, dan terima kasih!"

Menghadap ke arah kami yang menunduk terdiam, Hideyoshi tersenyum dan berkata seakan-akan tidak ada yang terjadi.

"Jangan menganggap seolah aku akan mati. Aku belum berniat untuk itu"

"Ka-Kau benar!"

"Ah! Hideyoshi, kami bergantung padamu!"

"Ok. Serahkan ini padaku. Akan kumakan sekarang!!"

Dia mengangkat kepala dan mulai menelan seluruh isi di dalam mangkuk yogurt.

(Nyam-nyam)

"Hmm, ini normal....GAHHG?!?!”

Hidup bagaikan setangkai bunga terindah, dan salah satu bunga telah layu dalam sekejap mata.

"....Yuuji"

"....Apa?"

"....Maaf sudah memaksamu memakan itu tadi"

"....Aku senang kau akhirnya mengerti"

Orang yang menjuluki dirinya si ‘Perut Besi’ saat ini sedang terbaring di lantai, dengan busa putih keluar dari mulutnya.

☆☆☆☆

"Ngomong-ngomong, Sakamoto, tentang target kita selanjutnya...."

"Hah? Maksudnya, Perang Ujian Syokanju?"

"Ya"

Setelah makan siang paling berkesan, semua orang hidup kembali dan menikmati teh dengan tenang, terutama Hideyoshi. Dia mencoba minum teh sebanyak mungkin. Aku memang pernah mendengar bahwa teh hijau dapat membantu membunuh bakteri!

Ngomong-ngomong, Shimada hanya kebagian teh hijau yang dia beli sendiri. Meskipun dia marah, kami sangat bersyukur.

"Lawan selanjutnya adalah kelas B, kan?"

"Ya, itu benar"

Ini mengingatkanku, Yuuji pernah menyinggung sesuatu kemarin tentang menghancurkan AC Kelas B yang berada di bagian luar ruang kelas D. Apa maksudnya itu?

Karena AC Kelas B tidak ada sangkut pautnya dengan penyerangan ke Kelas A, apa itu artinya kami akan berurusan dengan Kelas B selanjutnya?

"Kenapa Kelas B? Bukankah target utama kita adalah Kelas A?"

Kelas A adalah target sesungguhnya. Semua orang pasti keheranan kenapa kami malah menantang Kelas B, yang satu tingkat di bawah Kelas A, ya kan? Ngomong-ngomong, aku juga tidak mengerti alasannya.

"Aku akan terus terang"

Tiba-tiba Yuuji menjadi serius.

"Tidak peduli taktik apa pun yang digunakan, kita takkan pernah menang melawan Kelas A dengan kemampuan bertarung kita"

Mengaku kalah sebelum bertempur? Seperti bukan Yuuji yang kukenal.

Akan tetapi, ini bukan hal baru bagi kami. Akademi Fumizuki membagi kelas dari A sampai F. Kelas A bukan seperti kelas normal yang lain. Bisa dibilang kemampuan mereka benar-benar berada di dimensi berbeda dari yang lain. Dengan total 50 orang di Kelas A, 40 dari mereka masih dapat dikalahkan. Mereka hanya pelajar normal yang mendapatkan nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan Kelas B.

Sisa 10-nya adalah pelajar yang benar-benar berbeda. Terutama Ketua Kelas, Kirishima Shouko. Kemampuannya melampaui imajinasi orang lain. Bahkan jika kami berhasil mengejutkan mereka dan mengepung dia, kami akan berakhir mengenaskan.

Tak peduli apa pun taktik yang kau gunakan, jika tidak bisa mengalahkan Ketua Kelas, kau takkan pernah memenangkan perang. Karena tidak dapat mengalahkan dia, kesempatan menang adalah nihil.

"Jadi target utama kita berubah menjadi Kelas B?"

Meski pun masih berbeda jauh dari Kelas A, peralatan Kelas B juga lumayan bagus. Aku yakin takkan ada yang mengeluh dengan itu.

"Tidak, itu tidak akan terjadi. Target utama kita tetap Kelas A"

"Yuuji, ini sama sekali berbeda dari apa yang baru saja kau katakan, ya kan?"

Aku melanjutkan percakapan setelah Shimada. Bisa mengalahkan Kelas A atau tidak, itu sangat berarti bagiku.

"Jika kita bertarung sebagai satu kelas, takkan pernah ada kesempatan untuk menang. Jadi aku memutuskan menantang masing-masing dari mereka berduel"

"Duel? Bagaimana kita melakukannya?"

"Dengan memanfaatkan Kelas B untuk mewujudkan rencanan itu"

"Memanfaatkan Kelas B? Maksudnya?”

"Apa kau tahu apa yang terjadi ketika kelas yang lebih rendah kalah dalam Perang Ujian Syokanju?"

"Eh? Te-Tentu saja tahu!"

Sebenarnya, tidak.

"Yoshii, jika kelas yang lebih rendah kalah dalam perang, peralatan mereka akan diturunkan satu tingkat"

Untungnya, Himeji mengingatkanku dari samping. Begitu, jadi itu yang akan terjadi.

"Peralatan akan diturunkan satu tingkat, ya kan?"

"Tepat sekali....Artinya jika Kelas B menantang Kelas A dan kalah, peralatan mereka akan diturunkan menjadi seperti Kelas C"

"Tentu saja. Itu masuk akal, kan?"

"Dan bagaimana jika kelas yang lebih tinggi kalah?"

"Mereka akan sedih"

"Muttsurini, pergi ambilkan aku tang"

"Tunggu!! Apa kau berniat mengubah tubuhku menjadi sesuatu yang tidak membutuhkan gunting kuku?!?!"

Aku tidak mengatakan sesuatu yang salah. Mereka akan sedih, ya kan?

"Mereka akan menukarkan peralatan kelas mereka dengan milik lawan"

Himeji menolongku menjawab pertanyaan lagi. Dia memang gadis yang sangat baik.

"Ya, aku berniat menggunakan peraturan ini untuk bernegosiasi dengan mereka"

"Negosiasi?"

"Jika kita menang melawan Kelas B, aku akan meminta mereka menyerang Kelas A jadi mereka tidak perlu menukar peralatan kelas dengan miliki kita. Bahkan sekali pun mereka kalah dari Kelas A, mereka hanya mendapatkan peralatan Kelas C, yang lebih baik dari pada peralatan Kelas F. Ini pasti akan berjalan dengan mulus"

"Hmph. Lalu?"

"Lalu, aku akan bernegosiasi dengan Kelas A. Mengancam mereka menggunakan kata-kata seperti, 'kami akan menyerang begitu kalian selesai bertempur dengan Kelas B'"

"Aku mengerti...."

Akan sangat melelahkan bagi mereka untuk bertarung lagi setelah menyelesaikan pertarungan dengan kelas tertinggi kedua.

Walaupun ini sama untuk Kelas F, kami terdorong oleh rasa ketidakpuasan. Kami mungkin tidak pintar, tapi memiliki motivasi yang sangat tinggi.

Namun, ini sangat berbeda bagi Kelas A. mereka tidak akan memperoleh apa pun dari memenangkan perang. Juga, itu hanya dianggap buang-buang waktu untuk melawan musuh seperti Kelas F. Moral juang kami sangatlah berbeda.

"Hanya saja, ada masalah di stategi ini. Ini mungkin akan memakan banyak tenaga. Prosesnya juga akan sangat menyusahkan, tapi sebuah Perang Ujian Syokanju adalah langkah yang lebih aman untuk melawan Kelas A dibandingkan duel, ya kan? Dan Juga...."

"Hmm....?"

"Apa kau yakin kita bisa memenangkan Duel? Mereka pasti sudah tahu kalau Himeji ada di kelas kita"

Setelah Kelas F menang melawan Kelas D, semua orang pasti akan terfokus kepada pemenangnya. Himeji bukan senjata rahasia kami lagi. Oleh karena itu, mereka pasti sudah menyiapkan taktik untuk melawan gadis ini.

"Aku menyadari itu dan sudah mempersiapak hal-hal dengan baik. Jadi, jangan khawatir"

Yuuji terlihat percaya diri, sangat berbeda denganku yang sangat ragu sekarang.

"Pokoknya, kita harus bertarung melawan Kelas B dulu. Aku akan memberi tahu detilnya nanti"

"Benarkah? Yah, bagiku tidak masalah selama kau memiliki taktik untuk melawan mereka"

Jika tidak ada kesempatan untuk menang, dia takkan berkata seperti itu.

"Ngomong-ngomong, Akihisa"

"Hah?"

"Setelah tes hari ini, pergi deklarasikan perang ke Kelas B"

“Tidak. Kau bisa melakukan itu sendiri”

Apa pun yang kau katakan, aku tidak akan berubah pikiran.

"Kalau begitu, ayo kita putuskan siapa yang akan pergi dengan suit"

"Suit?"

Yah, setidaknya itu lebih baik dari pada memaksaku untuk pergi.

"Ok. Aku terima tantanganmu"

"Bagus. Jadi, siapa pun yang kalah harus pergi, setuju?"

Yuuji mengangguk dan berkata,

"Akan membosakan jika kita bermain seperti biasa. Ayo tambahkan permainan psikologis juga"

Itulah ide Yuuji.

Permainan Psikologis, ya? Semua orang menyebutkan apa yang akan mereka gunakan, dan lawan kemudian menebak apakah oramg itu jujur atau malah berbohong. Begitu ya, ini menarik.

"Aku mengerti sekarang. Aku akan menggunakan batu"

Yuuji memasang ancang-ancang lalu membalas perkataanku.

"Benarkah? Kalau begitu aku....---"

Yuuji apa yang kau pikirkan? Apa aku akan jujur dan memakai batu, atau malah memakai yang lain? Ini juga pertarungan yang mengandalkan akal.

"---membunuhmu kalau kau tidak pakai batu"

Tunggu....!! Pertarungan Psikologis macam apa itu?!?!

"Siap? Batu, gunting, kertas!"

"WAAA!!!!"

Kertas (Yuuji) vs. Batu (Aku)

"Kalau begitu sudah diputuskan. Kau yang pergi"

"AKU TIDAK AKAN PERGI!!!!"

Aku tidak terima! Ini sangat berbeda dari permainan Psikologis yang kubayangkan!!

"Apa kau masih khawatir akan dihajar habis-habisan seperti oleh Kelas D?"

"Itu salah satu alasannya!"

"Jika begitu, kau bisa tenang. Aku akan menjamin kalau itu tidak akan terjadi lagi"

Yuuji menatap mataku langsung.

Aku tidak akan tertipu lagi!! Kau selalu menggunakan teknik yang sama ketika memintaku melakukan pekerjaan kotor!!

"Karena ada banyak siswa Kelas B yang suka lelaki tampan"

"Benarkah? Kalau begitu tak ada yang perlu dikhawatirkan!!"

Hanya aku yang bisa menyelesaikan misi sulit ini. Tanggung jawabnya sangatlah besar!

"Tapi, kau sangat jelek...."

Yuuji mengeluarkan helaan panjang. Tak masuk akal, Itu tidak benar!

"Dasar tidak sopan! Aku adalah anak laki-laki yang tampan ketika melihat diriku sendiri dari sudut 365 derajat!"

"Itu kelebihan 5 derajat"

"Kupikir lebih tepatnya hanya 5 derajat"

"AKU BENCI KALIAN BERDUA!!!!"

Aku hanya ketukar antara 365 hari dalam setahun dengan 360 derajat dalam lingkaran, jadi kenapa malah membesar-besarkan kesalahan kecilku?! Sialan!!!

"Pokoknya, kuserahkan ini padamu...."

Suara Yuuji terdengar dari belakangku tepat ketika waktu makan siang telah selesai. Sesi siang hari yang dipenuhi tes baru saja mulai.

☆☆☆☆

"....Aku ingin mendengar penjelasanmu"

Ujian di sesi siang hari telah selesai dengan lancar. Sekarang waktu setelah sekolah.

Aku menutupi lengan bajuku yang dirobek oleh Kelas B dengan tanganku, dan berjalan perlahan ke arah Yuuji.

"Seperti yang kukira"

"AARGH! AKU BUNUH KAU! AKAN KUCINCANG-CINCANG DIRIMU ITU!!!!"

"Tenanglah!!"

"UGHH?!?!"

Se-serangan pada dada....ini parah.

"Aku akan pulang sekarang. Besok pagi kita akan ujian lagi. Jangan kesiangan"

Setelah mengatakan itu dengan nada terus terang, Yuuji meninggalkan kelas. Dasar iblis!!!

"Ugh....perutku...."

Seluruh tubuhku nyeri. Sepertinya aku tidak bisa bergerak sama sekali sebelum rasa sakit akibat teknik Yuuji barusan menghilang.

Aku hanya bisa tergeletak di lantai dan melihat semua teman sekelas meninggalkan ruangan. Tak ada satu pun orang yang mengkhawatirkan diriku atau membawaku ke UKS. Apa aku sebegitunya dibenci? Dan juga, aku pikir Himeji akan khawatir dan mendekatiku.

Karena tidak bisa menggerakkan tubuh, aku hanya menggerakkan leher dan menoleh ke sekeliling kelas. Aku melihat Himeji masih di dalam ruangan, menaruh tangan ke belakang punggungnya dan mengawasi sekeliling. Dia terlihat sangat mencurigakan. Mungkin dia menyembunyikan sesuatu.

....Ah, sekarang aku ingat. Himeji menulis sebuah surat kemarin. Mungkin dia sedang berpikir dimana akan meletakkannya?

"Ugh...."

Aku merasa malu jika terus memperhatikan dia, jadi dengan perlahan aku merangkak keluar ruang kelas.

☆☆☆Soal kelima berakhir disini☆☆☆

Popular posts from this blog

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]