World Teacher chap 37 B. Indonesia

Chapter 37 Agen
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel



Bagian 1

Keesokan paginya, setelah mengalahkan kelompok pembunuh mengerikan di labirin, aku terbangun....dan tidak sendiri.

"Selamat pagi, Sirius-sama"

Setelah apa yang terjadi kemarin, kupikir dia akan menjadi agak pendiam, tapi....tampaknya sikap gadis ini masih normal. Tidak, lebih tepatnya, dia telah mendapat 'Power Up'.

"Sirius-sama, ini baju gantinya. Dan karena baru saja bangun, ini handuk basahnya. Sarapan telah dibuat, aku akan langsung menyiapkannya jika kau ingin makan"

Ketika terbangun, semua pekerjaan pagi di rumah ini sudah selesai. Karena disini adalah dunia tanpa pengukur waktu, aku pastinya memang bangun di waktu yang biasa berdasarkan posisi matahari.

"Emilia....kapan kau kemari?"

"Beberapa saat yang lalu. Aku dipeluk oleh Sirius-sama kemarin dan tertidur nyenyak sampai pagi ini. Itu sebabnya, aku sudah cukup tidur dan di kondisi fisik yang sempurna"

Beberapa saat yang lalu dan....dipikir-pikir tentang durasi pekerjaan rumah yang telah berakhir, itu sekitar satu jam yang lalu? Yah, tampaknya dia memang sudah cukup tidur, aku takkan mengatakan apapun lagi.

Pipinya memerah dan dia tampak bahagia, rona kulitnya cukup sehat sesuai dengan apa yang dia katakan. Dari melihat ekornya yang bergerak diiringi tubuhnya yang harum, kondisi fisiknya tidak memiliki masalah. Untuk memastikan itu, aku memutuskan untuk memeriksanya lagi. Ketika aku memberi isyarat, Emilia tiba tepat di hadapanku dalam kecepatan satu kedipan mata. Hei, jangan berada di jarak yang begitu dekat denganku secepat itu!

"Apa kau memanggilku?"

Meskipun baru saja dipanggil, dia tersenyum bahagia dan menanti kata-kataku sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Ketika aku mengulurkan tangan sambil tetap duduk di kasur, dia seolah mengerti apa yang ingin kulakukan dan menundukkan kepala. Ketika telapak tanganku mendarat di ubun-ubunnya, aku mengaktifkan {Scan}.

"....Tak ada yang abnormal"

"Tentu saja! Sekarang ini rasanya aku bisa melakukan apapun!"

Ekornya terus melambai dengan mulut yang bersenandung. Dia sedang berada di puncak kebahagiaan.

Seandainya kemarin gadis ini tidak pulih, aku sempat berencana mencium kening Emilia demi menghiburnya. Karena kurasa itu ide yang buruk, aku membatalkannya. Ini mungkin keputusan yang tepat. Jika sampai melakukan itu....apa yang akan terjadi pada anak ini?

Setelahnya, aku dan Emilia pergi ke dapur untuk makan sarapan pagi. Karena tidak diawasi, mungkin malah makanan mewah yang tercipta....tapi, untungnya dia membuat sarapan biasa.

Tak ada latihan pagi karena Emilia masih dalam proses pemulihan. Ketika kami mulai menikmati momen ini dengan santai, aku mendengar suara dari pintu masuk yang diiringi kemunculan sosok Reese di ruang makan.

"Sirius-san! Emilia tidak berada di ruang perawatan---Ah, ternyata kau memang di sini!"

""Selamat pagi, Reese""

"Selamat pagi---Bukan itu!! Kau menyelinap pergi dari rumah sakit tanpa izin! Aku terkejut karena kau sudah tidak ada disana dari pagi-pagi sekali!"

"Tapi aku telah meninggalkan catatan"

"Bukan itu masalahnya. Haahh....aku senang kau baik-baik saja"

Reese memegangi kepalanya. Namun setelah tahu kalau Emilia aman, dia kembali ke ekspresi lembut yang biasa.

Gadis itu duduk di kursi yang menjadi tempatnya setelah dua tahun, lalu memilah segala sesuatunya di atas meja. Begitu Emilia selesai menyajikan sup didepannya, Reese kemudian menyatukan kedua tangannya. Dia meniru kami dengan berdoa sebelum makan. Bukan hanya garpu dan sendok, tapi gadis ini juga sudah terbiasa dengan sumpit.

"Sepertinya hari ini juga lezat. Itadakimasu"

Cara makannya sangat elegan. Pada dasarnya saat memakan sup, tidak boleh membuat suara dan jangan terlalu lebar membuka mulut. Anehnya, porsi Reese sebanyak Reus, yang makan dalam jumlah besar tapi segera menyelesaikannya dengan mudah. Meski pergerakannya halus sampai di suapan terakhir, kecepatannya sangatlah mengerikan. Bukan hal yang aneh jika sepotong besar steak daging hilang begitu saja.

Aku bisa memaklumi kalau Reus makan banyak, tapi dia juga sama.

Menghabiskan sebanyak itu tanpa bertambah gemuk. Semua nutrisi itu berakhir dimana?

"....Anu, aku agak canggung ketika kau terus menatapku seperti itu"

"Aah, maaf. Aku hanya berpikir kalau Reese sangat menikmati makanannya"

"Itu....karena enak!"

"Terima kasih. Tidak sia-sia ini dibuat"

Saat aku melanjutkan makan, terdengar suara dari pintu masuk lagi. Di detik selanjutnya, pintu dapur terbanting terbuka.

"Aniki! Nee-chan! Selamat pagi---aduhduhduh!!"

....Reus, kau juga ya.

Anak itu muncul dengan perban yang membalut sekujur tubuhnya. Dia memegangi dadanya tampak kesakitan. Kenapa kau tidak bisa sedewasa kakakmu?.

"Hei, Reus. Kau harusnya tidur di ruang perawatan"

"Kata-kata itu tidak meyakinkan jika datangnya darimu"

"Menghabiskan waktu dengan hanya berbaring saja itu membosankan. Selain itu, sarapan di rumah sakit jumlahnya sedikit"

"Bukannya tidak mengerti, tapi aku ingin kau beristirahat dan tidur"

Reus juga duduk di kursinya yang biasa dan mulai makan. Meski masih dalam pemulihkan, anak ini menghabiskan semuanya dengan sangat lahap. Tanpa kau sadari, dua porsi sudah lenyap dikonsumsi.

"Enak! Nee-chan, boleh tambah?"

"Aku membuat banyak, jadi masih ada"

"Haa....tak ada gunanya mengatakan apapun sekarang. Emilia, aku juga ingin tambah lagi"

"Yaaa, makanlah yang banyak"

Meski hampir terbunuh sehari sebelumnya, mereka berperilaku normal sekarang.

Sambil menaruh roti di mulut, aku melihat murid-murid yang kembali menikmati kehidupan sehari-hari mereka.

Biasanya waktu latihan adalah saat sarapan selesai, tapi untuk hari ini aku mengubah jadwalnya. Menunggu waktu yang tepat setelah selesai makan, akupun mengumpulkan perhatian mereka.

"Mulai hari ini, kalian dilarang bertarung dengan pengecualian latihan atau keadaan darurat. Aku takkan menerima keberatan apapun"

"Apakah itu karena kami sedang memulihkan diri?"

"Benar. Kalian telah memutuskan untuk menjadi lebih kuat kemarin, tapi latihan hanya akan berdampak buruk jika tubuh masih sakit. Aku juga berniat hanya bersantai hari ini, jadi kalian bisa melakukan apapun yang kalian"

"Kalau begitu, Aniki, apa yang kau akan lakukan pagi ini?"

"Benar juga...."

Berpikir tentang apa yang dibahas Reus, sarapan pun selesai dan tinggal satu jam lagi sebelum masuk sekolah.

Ketika memikirkan apa yang harus di lakukan....wajan dan telur di dapur memasuki pandanganku.

"....Mungkin aku akan membuat semacam cemilan"

"""Sungguh?!?!"""

Ketiga orang itu langsung mencondongkan tubuh melewati meja dan mendekatiku. Daripada itu, Reus. Jika sakit, kau tidak perlu melakukan itu, kan?

"A-Aah. Aku akan membuat yang sederhana untuk saat ini. Haruskah itu crepes?"

"Crepes?! Sirius-sama, adakah yang bisa aku bantu?"

"Buah itu perlu, kan? Aku akan memotong buah-buahan"

"Aku akan mengaduk apa pun---Aduh!"

"Kau duduk dan diam saja"

Pelatihan membuat cemilan. Mereka mulai tidak sabar untuk menikmati crepes.

☆☆☆☆

Aku pergi ke sekolah bersama para muridku, masuk kelas dan duduk di kursi masing-masing. Teman-teman sekelas kemudian berkumpul. Sejauh ini, semuanya normal kecuali suasanannya yang benar-benar berbeda.

"Hei, kalian terlibat dengan insiden di labirin kemarin kan? Apa yang terjadi?"

"Aniki?! Ada apa dengan bekas luka itu! Bagaimana itu bisa muncul?!"

"Apa yang sebenarnya muncul?! Bukannya cedera seperti itu terlalu berat untuk dilakukan para golem?"

Insiden kemarin sudah banyak diketahui dan mulai diperbincangkan oleh teman sekelas.

Kabar itu memang menyebar, namun tanpa bagian tentang 'Dragon of Fresh Blood'. Tampaknya hanya berkutat di sekitar....'Sesuatu muncul di labirin dan kami terlibat di dalamnya'.

Sejujurnya, ketika hendak pulang kemarin, aku dimintai oleh kepala sekolah untuk tidak memberitahu rincian kejadian tersebut. Aku kemudian mengatakan kepada murid-muridku untuk merahasiakan hal-hal mengenai para pembunuh mengerikan itu. Hanya saja, apa sisi sekolah yang menyebabkan situasi sekarang?.

"Selamat pagi, Sirius-kun. Aku tidak yakin apa yang terjadi, namun yang terpenting adalah kalian aman"

"Selamat pagi juga, Mark. Aku tidak bisa membicarakan detailnya, tapi semua orang memang aman"

"Kau tidak bisa mengatakan detailnya ya. Sudah kuduga, pasti telah terjadi sesuatu"

"Kurasa kejadian kemarin akan di umumkan segera....Daripada itu, sepertinya kita kedatangan tamu"

Tamu-tamu itu adalah teman Mark yang pergi ke sekolah bersamanya. Ketika pintu kelas terbuka, sosok mereka pun muncul.

"Permisi*"
[Shitsurei suru yo. Digunakan utk laki2]

"Permisi*"
[Shitsureishimasu wa. Digunakan utk perempuan]

Itu Hart dan Merluza.

Kelas pun terdiam dengan penampilan mendadak kedua bangsawan yang diketahui sebagai korban kejadian kemarin. Mereka berjalan perlahan melintasi ruang yang tenang lalu berdiri di depan Emilia dan Reus.

"Apakah kalian perlu sesuatu?"

"Mau apa kalian?!"

"Reus, ada yang ingin kukatakan padamu"

"Emilia, ada yang ingin kukatakan padamu"

Setelah mereka berempat saling menatap dengan lekat, kedua bangsawan itu kemudian menundukkan kepala.

"Aku tidak mengingat kejadian karena saat itu kau mendorongku dengan keras, tapi aku sudah mendengar bahwa diriku telah diselamatkan olehmu. Terima kasihku yang tulus*"
[Reiwoiu]

"Emilia, berkat sihirmu, diriku ini terselamatkan. Aku sangat berterima kasih*"
[Kanshashimasu wa]

""Haaah....""

Rasa syukur mereka terucap dengan hebat, sambil menyembunyikan harga diri bangsawan namun tetap bertindak penuh martabat. Melihat sikap yang berbanding terbalik dengan kemarin, kedua bersaudara tidak bisa menyembunyikan kebingungan mereka dan hanya memberikan jawaban yang tidak jelas.

"Itulah ucapan terimakasihku. Kalau begitu, aku pamit dulu"

"Jika memungkinkan, aku ingin mengalahkan sihirmu itu tanpa menekan kekuatan masing-masing. Baiklah, semoga harimu menyenangkan"

Setelah menyampaikan hal-hal yang mereka inginkan, kedua bangsawan pun keluar dari kelas, menyebabkan ruangan ini berada dalam keadaan sunyi. Reus yang melihat hal itu bergumam.

"....Apa yang terjadi barusan, aniki?"

"Persis seperti yang mereka katakan. Keduanya hanya datang untuk mengucapkan terima kasih. Karena insiden kemarin, para bangsawan itu menganggap bahwa kalian adalah orang yang pantas menerima rasa syukur mereka"

"Ini serasa rumit"

"Yah. Tapi, aku akan mengatakan ini....apa yang telah kalian lakukan tidaklah salah. Itu saja"

Ketika aku menepuk kepala keduanya ringan, entah mengerti atau tidak, mereka mulai tertawa. Bagaimanapun, aku bangga atas tindakan kakak beradik ini.

Ruang kelas menjadi sepi karena kedua bangsawan itu. Tapi seiring waktu dimana semuanya semakin ribut, Magna-sensei datang. Sepertinya sudah saatnya jam pelajaran dimulai.

"Selamat pagi. Karena ada sesuatu yang harus diceritakan kepada semuanya, aku ingin kalian untuk segera tenang"

Magna-sensei melihat ke seluruh kelas, kemudian mengangguk setelah memastikan bahwa seisi ruangan ini terdiam. Selama itu, kurasa bukan imajinasiku jika matanya dan mataku bertemu.

"Semua orang mungkin sudah mendengar apa yang terjadi di labirin kemarin. Penjelasan lengkapnya akan diberikan di auditorium siang ini, jadi tolong jangan menyebarkan rumor yang salah....Dan untuk Sirius-kun"

"Ya?"

"Kepala sekolah sepertinya ingin mendengar ceritamu tentang apa yang terjadi di dalam labirin. Silakan, pergilah ke ruangannya"

Sedikit mengejutkan karena mendadak dapat panggilan. Mendengar ini, Emilia dan Reus berdiri dengan cepat dan mulai mengajukan keberatan.

"Magna-sensei! Kenapa hanya Sirius-sama?"

"Itu benar, dia juga harus mendengarkan cerita dari kami, yang adalah korbannya"

"Keberatan barusan memang masuk akal, tapi kalian adalah petugas Sirius-kun kan? Sebagai master, dia harus memberikan penjelasannya sendiri"

Mendengar perkataan Magna-sensei, kedua bersaudara tak mampu menyanggah lagi. Mereka tampak sedih ketika kakiku berayun keluar dari kelas.

☆☆☆☆

Bagian 2

Aku pun datang sendirian dan tiba didepan ruang kantor kepala sekolah.

Berbeda dengan ruang staf guru biasa, pintu ganda untuk ruangan ini tampak berkualitas tinggi hingga memberi kesan mengintimidasi.

Berpikir tidak ada gunanya hanya berdiri di sini, akupun memutuskan untuk mengetuknya.

"Sirius Teacher sudah tiba"

"Masuklah"

Begitu membuka pintu yang megah, kepala sekolah terlihat duduk di depan meja mewah. Jika diibaratkan, ini mirip seperti menghadiri kantor bos di kehidupanku sebelumnya.

Ini sebenarnya akan membuat orang lain penasaran. Bagi mereka aku hanyalah lelaki muda tak berdosa, yang rasanya tidak mengetahui apapun dan dipanggil ke sini oleh Rodwell, Sang Master Sihir.

"Akhirnya kau datang. Maaf karena tidak menyiapkan teh, tapi duduklah di sofa itu"

"....Permisi"

Aku pun duduk di sofa tanpa menanyakan satu hal pun, Rodwell juga duduk di sisi berlawanan. Tak ada yang mencoba memulai obrolan, kami hanya saling menatap dalam keheningan.

Setelah suasana berat itu berlangsung beberapa saat, Rodwell akhirnya membuka mulut.

"....Tanpa basa-basi, kita langsung saja ke topik utama. Aku memanggilmu kesini karena ingin tahu tentang insiden kemarin. Aku ingin mendengar beberapa hal darimu"

"Apa yang ingin Anda dengar?"

"Ayo kita mulai dari hasil akhirnya, penjelasan apa yang terjadi sebelumnya akan kutunda untuk nanti. Kemarin, beberapa saat setelah kau kembali, dua pelaku yang selamat dari 'Dragon of Fresh Blood', Goraon si pemimpin dan Romeos si pria manusia diamankan dari dalam labirin. Sayangnya, dua orang yang tersisa sudah ditemukan tak bernyawa dan dikirim ke kamar mayat"

"Dengan kata lain, ini soal hasil interogasi, kan?"

"Tepat sekali. Aku menginterogasi mereka untuk mendapat berbagai bukti...."

Tampaknya Rodwell juga berpartisipasi dalam interogasi tersebut. Dia berniat menjelaskan hasilnya secara rinci.

☆☆☆☆

Pertama, dilakukan pada Romeos.

Begitu terbangun, dia sudah berada di sebuah ruangan sempit. Dalam keadaan terborgol sambil dibuat duduk di depan Rodwell dan beberapa penginterograsi lain.

Di seberang meja, lontaran pertanyaanpun dimulai dari kepala sekolah yang ditemani beberapa anggota penginterograsi.

"(Kalau begitu, namamu Romeos, kan? Dengan tujuan apa kalian datang ke sini?)"

"(Tentu saja, untuk membunuh. Itu menyenangkan dan tak ada bandingannya)"

"(Guh....kau menjawab ini dengan tenang ya. Jadi, bagaimana cara kalian bisa datang ke sini? Atau....siapa yang mengundang kalian?)"

"(Seorang pria tua yang memanggil dirinya Gregory. Meski cukup berotot, namun dia terasa tidak layak untuk dibunuh. Hanya saja, dia berkata bahwa kami dapat membunuh banyak binatang buas dan orang lain lalu mengajak kami)"

"(Selanjutnya, kenapa kalian bisa memasuki labirin tanpa diperiksa?)"

"(Itu karena surat pengantar yang diberikan Gregory. Benda itu sangat berguna, bahkan di banyak tempat tidak hanya untuk labirin)"

Setelah itu, pertanyaan demi pertanyaan melayang dan dijawab olehnya tanpa adanya protes. Surat pengantar Gregory juga telah disita, bersama banyak hal lain yang bisa dijadikan bukti untuk menangkapnya.

"(Cara menjawabmu sangat lancar. Apa kalian, para bajingan tidak menyesali tindakan kalian?)"

"(Menyesal? Aku hanya bertindak berdasarkan naluri, aku tak merasa bahwa diriku ini sudah melakukan hal yang salah. Itulah sebabnya ini tidak perlu dirahasiakan)"

Semua anggota yang mendengar kata-kata Romeos, tercengang dan mulai marah. Di lain sisi, Rodwell memincingkan tatapannya sambil terus menanyai pria itu.

"('Tidak perlu dirahasiakan'....ya? Kalau begitu, aku memintamu menjawab satu pertanyaan terakhir. Kalian diserang oleh siapa?)"

"(....)"

Perubahan pun mulai terjadi pada diri Romeos yang percaya diri. Sambil meneteskan puluhan butir keringat, pupil matanya menjadi tidak fokus.

Setelah itu, para anggota interogasi terus memuntahkan pertanyaan siapa yang telah mengalahkan mereka, sampai akhirnya Romeo tak mampu menahannya pagi.

"*Hentikan ini!! Kenapa aku harus menjelaskan itu kepada kalian?!?!)"

"(Lawan yang mengalahkan kalian pastinya orang yang kuat. Ini merupakan informasi yang harus kami ketahui juga)"

"(Jadi kalian tidak tahu. Monster itu....aku tidak ingin melihatnya lagi)"

"(Aku bisa menebak bahwa kalian memang menemukan sesuatu yang bisa disebut monster. Mungkinkah....dia memiliki penampilan yang kau tidak pernah bayangkan? Misalnya....berwujud anak-anak?)"

"(?!)"

"(Kepala sekolah, tidak peduli bagaimana Anda memperkirakannya, seorang anak itu mustahil. Mungkin saja golem anda menjadi tak terkendali dan menghajar orang-orang ini, sesuatu semacam itu?)"

"(Aah....aaahh....)"

"(Akan menjadi masalah jika kejadiannya seperti itu. Oh, ada apa denganmu, Romeos-san? Kau anehnya gelisah, mungkinkah pelakunya memang anak kecil....)"

"(JANGAN MEMBICARAKAN SEORANG ANAK DIDEPANKUUUUUU---GUHH?!?!?!)"

Dia berdiri sambil menjerit, lalu  mulai melantunkam sihir, kemudian....dirinya meninggal.

☆☆☆☆

Interogasi selanjutnya berpusat pada Goraon. Sebelum ditangkap, sepertinya dia cukup banyak bicara, tapi sekarang malah berbanding terbalik.

Alasannya adalah….

"(Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf....)"

Tak ada reaksi lain darinya kecuali menatap ruang kosong sambil memegangi kepalanya dan meminta maaf terus menerus.

"(Orang ini juga tak berguna. Seperti itulah dia ketika kami menemukannya di labirin. Apapun yang anggota interogasi tanyakan, dia hanya meminta maaf tanpa mau bicara)"

"(Ini merepotkan. Ada beberapa hal yang ingin kudengar darinya)"

"(Apa Anda ingin memberikannya kejutan agar dia bisa sadar? Kurasa sihir kepala sekolah cukup untuk melakukannya kan?)"

"(....Kepala sekolah....? Apa kau kepala sekolah?!)"

Ketika Goraon sadar bahwa orang di depannya adalah kepala sekolah, matanya tampak kembali ke dunia nyata. Wajahnya terangkat, dia mencoba mendekati Rodwell namun malah terjatuh dan berguling di lantai karena tubuhnya masih terikat. Tapi tetap saja dia masih ingin berbicara dengan Rodwell, berusaha mendekat bahkan dengan merangkak.

"(Ya, akulah kepala sekolah....ada apa?)"

"(Aku disuruh untuk tidak berbicara kepada siapapun kecuali pada kepala sekolah!! Jadi sekarang, tanyakan saja apapun padaku!!! Jika tidak cepat....jika tidak cepat....Ah-Ahhhhgg!!!)"

"(B-Baiklah kalau begitu....)"

Sempat mengherankan kenapa dia menjadi aneh seperti ini, tapi Goraon masih menjawab pertanyaan yang terkait dengan patuh meski dirinya tampak takut.

Dia memuntahkan semuanya seperti jumlah orang yang dia bunuh setelah datang ke kota ini dan tindakan untuk menyembunyikannya, pekerjaannya dulu dan kemampuannya. Meskipun tidak diinterogasi lebih jauh, ia tetap membicarakan hal-hal seperti makanan favorit atau bahkan berapa kali dia pergi ke toilet hari ini. Dia mengeluarkan segala sesuatunya seolah-olah dia berjuang keras demi nyawanya.

"(Sudah cukup. Kau tidak perlu bicara lagi)"

"(Jadi kau sudah selesai mendengar hal yang ingin kau ketahui?! Jika begitu, cepatlah!!....Cepat bawa aku ke orang itu!!!)"

"(Siapa orang itu?)"

"(Aku tidak tahu!! Tidak mungkin mengatakannya!!! Karena kau sudah bertanya, orang itu....Cepat!!!)"

"(Kepala sekolah, ini berbahaya! Tolong, mundurlah!)"

"(DIAM!!! BAWA AKU CEPAT KE----....AARGHH!!!!....AARRGGGGHHH?!?!?!?!)"

Dan kemudian, Goraon pun meninggal.

"Keduanya....mati ya?"

"Ya, tapi aku memang merencanakan dari awal untuk mengurus mereka dengan dalih membela diri, karena tak ada alasan untuk membiarkan orang-orang itu tetap hidup, asalkan kami sudah memiliki bukti. Meski Romeos bisa menggunakan sihir dalam keadaan terborgol sebelumnya....bukan aku yang menghabisi mereka"

"Kalau begitu, petugas interogasi yang melakukannya?"

"Bukan. Disaat Romeos berteriak, kepalanya tiba-tiba meledak dan hanya menyisakan potongan daging. Goraon juga sama. Mereka sama sekali tidak menerima serangan dari luar"

"Kepala mereka meledak? Perlakuan terhadap keduanya sungguh tanpa ampun"

Ketika aku membalasnya dengan bertindak bodoh, tatapan mata Rodwell yang menusuk berfokus padaku dan dipenuhi niat tajam membunuh.

"Apa yang kau lakukan....kepada mereka?"

"Kepada mereka....apa maksudnya?"

"Berdasarkan pengalaman dan intuisi, izinkan aku untuk menanyakan satu hal ini. Orang yang telah memusnahkan 'Dragon of Fresh Blood' adalah Sirius-kun....ya kan?"

Apa aku dicurigai? Saklar Tempur ku aktif secara otomatis sebagai respons terhadap niat membunuhnya. Aku menerima tekanan dari Rodwell sambil memulai pemikiran paralel (Multi Task).

"Apa yang ingin Anda katakan?"

(Kemungkinan hanya menggertak, tinggi. Namun masih harus mewaspadai datangnya kejadian darurat. Mempersiapkan {Boost})

(Mengkonfirmasi posisi para murid dengan {Search}. Respon ditemukan : berada Di kelas)

"Dinding ruangan ini terbuat dari bijih khusus yang mampu menyerap suara. Jadi bunyi sekeras apapun yang muncul takkan pernah bocor ke luar"

"....Singkatnya, pembicaraan rahasia atau hal yang bisa menyebabkan kebisingan takkan pernah disadari oleh orang luar ya?"

(Persiapan pengaktifan (Boost), selesai. Lepaskan bersamaan dengan mantra lawan, segera mundur ketika pihak lain bergerak)

(Hubungi para murid menggunakan {Call} saat pertempuran berlangsung. Setelah keluar dari ruang kepala sekolah, ajak para murid untuk ikut melarikan diri dari sekolah)

"Jawablah ini. Kenapa kau datang kesini? Jika itu membahayakan sekolah, maka aku harus menggunakan kekuatan"

"Aku di sini demi mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan juga....untuk melindungi dan membesarkan murid-muridku"

(Mengkonfirmasi peningkatan sirkulasi Mana dari lawan. Kemungkinan {Impact} berefek pada musuh, kecil. {Magnum} harus dipertimbangkan)

(Tidak ada musuh di sekitar. Memilih rute pelarian terpendek....Selesai)

"Kau tidak berbohong, kan?"

"Tidak"

(Hipotesis....Selesai)

(Hipotesis....Selesai)

Kata-kata terakhir yang kuucapkan tanpa ragu, membuat Rodwell dan aku saling menatap dalam diam. Mataku tak boleh berpaling. Bukan hanya untuk menutupi rasa ragu, tapi juga agar pihak lain teryakinkan.

Detik demi detik berlalu....beberapa menit kemudian, itu berakhir dengan lenyapnya niat membunuh dari Rodwell.

"Mampu menghadapi niat membunuhku sampai sekarang, sepertinya memang kau yang telah mengalahkan mereka"

"....Benar. Akulah yang mengalahkan mereka. Hanya saja, mengujiku dengan membiarkan keluar niat membunuh tadi, kau orang yang cukup kejam ya"

Aku memutuskan untuk mengakuinya dengan jujur. Akan merepotkan untuk terus menipu dan menyembunyikannya lebih jauh. Itu juga karena aku merasa tidak akan bermasalah jika orangnya adalah dia.

Pemikiran paralel (Multi Task) di nonaktifkan. Cukup melegakan karena pertempuran tidak sampai terjadi. Aku sudah terlanjur menyukai sekolah ini setelah dua tahun, syukurlah karena ini tidak berakhir dengan 'Pelarian diriku dari sekolah sekaligus kota, dan meninggalkan semuanya kecuali murid-muridku'.

"Maaf untuk mengejutkanmu, aku hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendengar tujuanmu yang sebenarnya. Syukurlah, Sirius-kun dan aku sama-sama mengerti bahwa tidak ada alasan untuk saling memusuhi"

"Itu bagus, tapi bukankah kau agak berlebihan? Pertarungan mungkin saja pecah jika salah satu dari kita ceroboh, ya kan?"

"Tak ada jalan lain. Aku sudah mengira-ngira kekuatanmu dari dulu, tapi tidak menyangka bahwa kau bisa mengurusi seorang dari ras naga dan orang-orang setingkat petualang senior dengan mudah. Mengingat tentang bahayanya, ini jadi tidak lucu"

"Yah....sesuai dugaan, aku bertindak terlalu jauh ya"

Cukup masuk akal.

Menyadari murid-muridku terluka dan roboh, membuat pikiranku tak mampu berpikir jernih.

"Kau memiliki kekuatan dan menggunakan itu dengan benar, kau sepertinya juga merupakan orang yang peduli. Berdasarkan pendapat pribadi, aku ingin membangun hubungan baik dengan Sirius-kun"

"Aku juga sama. Selain itu, aku punya permintaan. Ini tentang kekuatanku...."

"Ya, aku mengerti. Dengan kekuatan setingkat itu, kurasa akan merepotkan jika para bangsawan sampai mendengarnya. Sesuai yang Sirius-kun minta, aku akan merahasiakan ini"

"Terima kasih atas pengertiannya"

"Tidak, tidak, karena diriku yang tidak mampu mengurusi hal-hal hingga insiden itu terjadi, pada akhirnya berujung ke situasi kita sekarang. Lagi pula, jika tidak akur denganmu, bisa-bisa aku takkan menerima kue mulai sekarang kan?"

"Jadi itu niatmu yang sebenarnya?"

Bagaimanapun, seiring dengan insiden Dragon of Fresh Blood yang berakhir, masalah tentang kekuatanku juga telah selesai dengan perasaan lega.

Sepertinya ada hal lain yang perlu dia sampaikan. Itu mungkin bukan topik yang bagus karena wajah Rodwell beralih ke ekspresi pahit. Diapun mulai bicara.

"Dalang kejadian ini, Gregory....Sayang sekali, kami tak bisa menemukannya"

"Jadi dia melarikan diri?"

"Ya. Saat kami menggeledah rumahnya, orang itu telah lenyap dan hanya menyisakan beberapa bukti. Walaupun aku sudah berkata untuk mempercayakan masalah ini pada kami....aku merasa malu"

"Tidak, tanggapan kepala sekolah sudah benar. Hanya saja, orang itu ternyata sangat cepat ketika harus melarikan diri"

"Orang itu tidak hanya luar biasa dalam hal sihir, tapi juga dalam hal melarikan diri. Dia sudah dianggap sebagai buronan berdasarkan hasil interogasi kemarin dan bukti-bukti yang tertinggal dirumahnya. Poster pencarian akan disebar pada sore hari. Setidaknya, dia takkan bisa melakukan tindakan yang menyolok di Elysion"

"Apa yang akan terjadi pada orang-orang yang dekat dengannya termasuk para siswa yang dia urus? Selain itu, bagaimana dengan kedua bangsawan yang tanpa sengaja mengantar para pembunuh ke labirin?"

Meski Hart dan Merluza memiliki sifat yang sombong, mereka juga patut dikagumi karena telah meminta maaf dengan tulus. Aku merasa kasihan pada keduanya yang malah terlibat dengan masalah orang dewasa

"Para siswa yang berada di bawah naungan Gregory akan ditempatkan di bawah bimbingan seorang guru pengganti. Selain itu, Hart-kun dan Merluza-kun sudah resmi dinilai sebagai tidak bersalah. Mereka berdua tidak tahu apapun dan dipengaruhi oleh Gregory untuk membawa para pembunuh. Singkatnya, semua kesalahan akan dibebankan pada Gregory"

"Ekspresimu jadi menyeramkan, kau tahu"

"Benarkah? Pokoknya, karena keduanya masih muda dan mudah dipengaruhi oleh orang lain, memberi mereka hukuman berat akan terkesan tidak masuk akal. Para bangsawan itu telah kehilangan petugasnya yang berharga. Kuharap mereka belajar banyak dari insiden ini"

Kami semua aman, tapi kedua bangsawan masing-masing kehilangan tiga petugas. Mungkin akan muncul beberapa masalah di rumah mereka, namun sesuai kata pepatah {Racun yang mematikan terkadang bisa menjadi obat yang ampuh sebagai gantinya}.

"Meski begitu, aku bersyukur. Kami bisa menginterogasi Goraon dan Romeo dengan lancar, semua berkat dirimu"

"Aku hanya membuat mereka babak belur. Sesuai dugaan, bertindak hingga membunuh kelompok itu sudah dihitung berlebihan ya?"

"Tidak, berkat terbunuhnya mereka, aku jadi tak perlu membuang-buang tenaga lagi. Lagipula, jika aku sendiri yang melakukan interogasi, takdir kelompok itu mungkin masih sama"

Rodwell pun tertawa terbahak-bahak.

Seperti yang diharapkan. Saat menjadi kepala sekolah, kau takkan dapat mempertahankan posisi itu jika tak mampu bertindak sedikit kejam.

"Mereka sudah mati, tapi informasi itu akan ditunda dulu. Begitu biang masalahnya ditangkap, barulah kami akan menyebarkan kabar kematian Dragon of Fresh Blood. Bersamaan dengan pengeksekusian Gregory"

"Sungguh mengerikan"

"Aku akan menerimanya sebagai pujian. Ngomong-ngomong, Sirius-kun, apa yang kau lakukan sampai keduanya terbunuh seperti itu?"

Ini mungkin tentang kepala Goraon dan Romeos yang meledak. Itu adalah kemampuan untuk meledakkan anggota tubuh lawan pada jarak jauh. Dia berkata 'itu sebuah teknik yang mengerikan'. Pernyataan Rodwell ada benarnya, tapi....

"Ini rahasia. Aku takkan bisa menjelaskannya kecuali kita membahas topik ini lebih lama. Selain itu, aku tidak berencana untuk menggunakannya hanya pada musuh seperti pembunuh, jadi tolong jangan tanyakan aku tentang hal itu"

"....Apa boleh buat. Aku akan percaya pada sifatmu dan berhenti mengejar persoalan itu lebih jauh. Hanya saja, teknikmu memang sangat berbahaya. Kau harus berhati-hati"

Dia menyerah dengan mudah. Jika harus menjelaskannya---itu hanyalah {Impact}. Aku dapat mengatur waktu pengaktifan {Impact}. Selain itu, bisa saja aktif dengan respon aliran Mana orang lain. Kali ini aku menaruhnya di kepala target dan diatur untuk meledak pada saat-saat tertentu.

Lalu, seperti apa pengaturannya?

Sehubungan dengan Romeos, {Impact} akan dipicu ketika dia mencoba menggunakan sihir. Dan untuk Goraon, aku memberi sugesti kepada orang itu sebelumnya, bahwa jika dia mencoba berbicara dengan siapa pun kecuali kepala sekolah, itu akan menjadi pengganti untuk memicu aliran Mana-nya sendiri. Ini tidak akan berefek pada mereka yang memiliki kemauan kuat, tapi akan berbeda jika targetnya adalah individu dalam keadaan mental yang lemah. Yah, anggap saja sebagai salah satu teknik yang kupelajari dari kehidupan sebelumnya.

Karena ada penundaan waktu, ini menjadi teknik yang takkan menimbulkan bukti dan sempurna untuk para pembunuh. Di duniaku dulu, bom kecil lah yang digunakan.

Untuk sebentar kami membahas hal-hal lain. Kemudian, perbincangan diriku dan kepala sekolah pun usai.

Begitu kembali, Emilia dan Reus melompat seolah terbang hanya untuk memelukku. Sebagai tambahan, itu membuat Magna-sensei marah.

☆☆☆☆

Bagian 3

Semua siswa berkumpul di auditorium pada sore hari, dimana rincian kasus tersebut terungkap pada saat itu.

Sekelompok pembunuh mengerikan muncul di labirin sekolah, hingga menyebabkan jatuhnya korban.

Gregory yang membimbing mereka, sekarang menjadi buronan karena telah melarikan diri.

Ku pikir kepala sekolah adalah orang yang sangat tegas dengan mengungkapkan skandal sekolahnya sendiri. Tapi berkat pidato fasihnya, dia berhasil mengarahkan semua kesalahan pada Gregory. Tapi tetap saja, caranya merangkai kata-kata sangatlah ahli. Pengalaman 400 tahunnya tak bisa diremehkan.

Setiap kejahatan di fokuskan pada bajingan itu. Kepala sekolah terus berbicara di podium tentang apa yang harus dipelajari dari insiden ini.

Sementara itu, Reus disamping, berbisik padaku.

"Aniki, apa yang terjadi dengan sisa anggota Dragon of Fresh Blood?"

"Yah. Mungkin, kita tidak akan bertemu mereka lagi"

"Begitu ya. Rasanya tidak menyenangkan jika tidak membalas kekalahan ini"

"Aku mengerti perasaanmu, tapi lebih baik kau memikirkan cara untuk menang melawanku daripada menang melawan mereka kan?"

"Oohh!! Seperti yang diduga dari Aniki!"

Sebenarnya, aku ingin mereka dikalahkan oleh tangan murid-muridku sendiri. Tapi kelompok pembunuh itu terlalu berbahaya.

Tentu saja, aku marah ketika murid-muridku di siksa. Menilai bahwa akan berdampak buruk pada mereka jika tetap berurusan dengan Dragon of Fresh Blood, akupun memutuskan untuk menangani masalah ini sepenuhnya.

Tanpa bisa memahan kemungkinan terburuk dimana para muridku yang terbunuh, aku 'membersihkan' mereka dengan tanganku sendiri.

....Bagiku, menjadi agen dari dulu memiliki arti 'bekerja di bayang-bayang tanpa mendapat sorotan'.

Hanya menghabiskan waktu sehari-hari dalam keadaan kotor oleh darah dan bertindak dibelakang layar.

Aku tidak berencana untuk memberitahukan hal itu kepada murid-muridku sampai waktu yang diperlukan datang.

Hal ini karena aku tidak ingin menjelaskannya secara buruk hingga membuat mereka berniat meniruku.

Berbicara tentang pembunuhan, ketika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, aku sama dengan Dragon of Fresh Blood.

Perbedaannya hanyalah 'apakah seseorang senang membunuh atau tidak'.

Namun....jika itu untuk melindungi mereka, aku bersedia melakukan pekerjaan kotor apapun.

Entah berapa kalipun diriku terlahir kembali, prinsipku takkan berubah.

Sebagai guru....dan sebagai satu-satunya orang yang menempuh jalan hidup agen.

Meski meninggalkan perasaan buruk karena pelaku yang sebenarnya menghilang. Dengan begini, insiden pembunuhan mengerikan menutup tirainya.

☆☆☆Chapter 37 berakhir disini☆☆☆

>Catatan Penulis : Ini menjadi kisah yang agak sadis karena insiden tersebut.

Ceritanya juga panjang karena ada berbagai 'penambahan' yang awalnya ingin kumasukkan di Arc sebelumnya, tapi malah kekurangan ide.

Pokoknya, dengan begini  Arc 6 berakhir. Ah, jangan lupakan tentang dua chapter selingan yang menarik.

>Catatan Penerjemah : Contoh dari seorang MC yg keren? Yah, itu terserah para pembaca mau menentukannya seperti apa.

Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya

Comments

  1. Sipp lah...
    Daripada MC yg munafik dan sok baik hati..
    Semangat dan terimakasih min..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]