World Teacher chap 38 B. Indonesia
Chapter 38 Berbeda dengan kesannya yang biasa
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Bagian 1
Festival Panen Elysion
Acara ini diadakan di Elysion setiap beberapa tahun sekali. Ini adalah festival dengan harapan panen yang melimpah.
Festival yang melibatkan seluruh Elysion dan berlangsung hingga beberapa hari ini membuat seluruh kota ramai dengan kegembiraan.
Sekolah sepertinya akan diliburkan, namun beberapa fasilitas di dalamnya akan tetap terbuka. Selama para siswa menginginkannya, mereka diizinkan membuka toko di Arena, tempat Reus dan aku bertarung dalam pertandingan kecil bernama Trade. Inilah waktunya untuk memperoleh uang bagi siswa yang bukan bangsawan.
Pada suatu hari, sebulan sebelum festival, aku sedang minum teh di kantor kepala sekolah seusai jam pulang.
"Dari semua kue yang dibuat Sirius-kun, aku paling suka Kue Keju"
"Kupikir yang terbaik shortcake biasa"
Alasannya adalah untuk memberikan kue ke kepala sekolah.
Sejak kejadian dengan kelompok pembunuh mengerikan itu, aku sering mendatangi kantornya dan bersantai dalam berbagai cara. Dia juga tak menyamarkan diri sebagai Vile-sensei ketika dihapadanku. Menyelesaikan urusan diantara kami, topikpun beralih ke festival panen yang akan datang.
"Selama festival panen, karena fasilitas di sekolah dibuka untuk umum, para guru akan secara bergiliran berpatroli untuk mengawasi keadaan"
"Jumlah orang yang menghadiri acara ini kelihatannya akan melimpah, itu mungkin akan menjadi pekerjaan sulit"
"Tepat sekali. Aku juga akan sibuk mengatur para siswa yang ingin membuka toko. Apa kau punya rencana untuk festival panen ini, Sirius-kun?"
"Tak ada yang khusus. Aku hanya berpikir untuk pergi ke kota dan menikmati suasana festival dari pinggir jalan, berkeliling dengan murid-muridku"
"Itu bagus juga, tapi bagaimana kalau kau mencoba menjual kue? Buatanmu ini pasti akan sangat populer"
"Jika itu sampai terjadi, permintaan dari orang lain akan meningkat sehingga jumlah kue yang bisa kukirimkan untuk Anda dan Magna-sensei akan---"
"Aku takkan membiarkan Sirius-kun membuka toko. Tak ada izin untukmu meski aku harus menggunakan gelarku"
Perubahannya benar-benar cepat. Dia memasang tampang serius yang tidak mengizinkanku untuk melakukannya. Sebegitu besarkah keinginannya untuk memakan kue?
Aku memberi kue ke kepala sekolah dan Magna-sensei agar bisa lebih akrab dengan mereka, tapi tujuan utamanya adalah membuat mereka merasa berutang budi. Jika hanya satu kue, itu memang bukan suatu hal besar, tapi Jika terus diberikan, ini akan berubah menjadi hutang yang sesungguhnya. Jujur saja, aku menggunakannya untuk mendapatkan berbagai hal. Hari ini, sepertinya informasi tentang 'hal' yang kuinginkan telah muncul.
"Oh ya, barang yang kau inginkan telah tiba"
Apa yang dia letakkan di atas meja adalah permata hijau. Benda itu seukuran jari kelingkingku, tapi meski begitu harganya cukup mahal karena merupakan barang yang langka.
Permata ini adalah bijih yang mengandung Mana dan telah mengkristal selama bertahun-tahun. Secara umum disebut 'Magic Stone'. Tidak seperti bijih biasa, permata ini sangat kompatibel untuk menggambar formasi lingkaran sihir karena dipenuhi Mana. Aku telah menginginkannya untuk waktu yang lama.
"Berapa harga seukuran ini?"
"8 koin emas. Tapi jangan khawatir, Sirius-kun. Tidak apa-apa bahkan jika kau membayarnya dengan mencicil---"
"Ini 8 koin emasnya. Silakan"
Aku mengeluarkan uang dari saku dadaku dan meletakkannya di atas meja. Kepala sekolah menerimanya sambil agak terkaku. Dia mungkin berpikir bahwa aku tidak memiliki uang sebanyak itu, tapi berkat berbisnis dengan perusahaan Galgan, aku memiliki penghasilan yang cukup besar.
Awalnya, aku berencana meminta bantuan perusahaan Galgan. Hanya saja apa yang mereka beli harus mendapat izin terlebih dahulu dari Serikat Pedagang.
Oleh sebab itu, aku mengandalkan kepala sekolah. Yah, walaupun aku akan bisa mendapatkannya melalui mereka pada akhirnya karena Zack sempat berkata akan segera mendapatkan izin.
"Kau mengejutkanku seperti biasa. Daripada itu, apa yang ingin kau lakukan dengan 'Magic Stone'?"
"Aku berencana untuk bereksperimen, apakah aku bisa menggambar lingkaran sihir untuk sihir asliku sendiri atau tidak. Begitulah"
Yang ingin aku buat adalah alat komunikasi dua arah dengan memanfaatkan sihir {Call}. Komunikasi satu arah dariku kurang berguna, aku baru bisa lega kalau mendapat tanggapan dari murid-muridku. Ada sihir angin yang bisa mengirim informasi ke rekanmu dengan memanipulasi angin, tapi ada kemungkinan yang besar kata-kata si pengirim takkan sampai jika si penerima berada terlalu jauh. Hanya saja, {Call}-ku hampir pasti mencapai target. Kelebihan utamanya adalah, itu bisa digunakan sama seperti ponsel. Aku ingin menggunakan formasi sihir sebagai gantinya. Itulah alasan diriku tidak ragu untuk membeli 'Magic Stone' meski harganya mahal.
Kepala sekolah terkejut mendengar penjelasanku. Dia menyentuh jidatnya dan mengerang.
"....Aku tidak tahu apa sihir aslimu, tapi ini akan menjadi prestasi besar jika kau sampai bisa menciptakan pola sihir baru. Ada juga kemungkinan kalau kau akan menjadi sasaran para teknisi sihir yang bodoh. Jadi, tolong sebisa mungkin tidak membicarakannya di depan umum"
"Aku tahu itu"
Lagi pula, yang akan menggunakannya hanya aku dan murid-muridku. Di sekitar sini memang damai, tapi ada negara-negara yang berperang untuk memperluas teritori masing-masing. Jika {Call} sampai ketahuan, mereka akan bergegas mencurinya untuk digunakan dalam perang. Sengketa adalah sifat manusia. Aku tidak mengatakan bahwa diriku menentang perang, tapi jangan salahkan aku jika ini malah memperburuk keadaan.
"Aku dengar kau ingin bepergian setelah lulus. Apa kau berencana untuk menjadi petualang?"
"Ya, aku ingin melihat berbagai hal di dunia"
"Cara berpikir itu sangatlah bagus. Kau mungkin tidak akan memiliki masalah karena tingkat kekuatanmu. Tapi bagiku, ini adalah hal yang disesalkan....Jika kau bukan seorang siswa, aku ingin mempekerjakanmu sebagai koki di rumahku, sayangnya...."
"Jangan bercanda"
"Tidak, aku serius"
Hei, bukankah raut wajahmu menjadi lebih serius dari beberapa saat yang lalu? Aku menyukai memasak karena ini merupakan hobi. Namun, aku tidak berencana mencari uang dengan itu.
"Ketika berpikir bahwa Sirius-kun telah pergi dalam dua tahun mendatang, aku takkan bisa makan kue lagi, kan? Haahh....walaupun kuenya sangat lezat...."
"Aku punya kabar baik tentang itu"
Sebenarnya, aku berencana menjual resep kue ke perusahaan Galgan. Hanya saja, yang sebenarnya kau butuhkan bukanlah informasi bahan atau cara membuatnya, melainkan cara menciptakan alat sihir sebagai pengganti oven. Aku menggunakan alat sihir asliku untuk membuat kue, jadi yang sesungguhnya kujual adalah informasi tentang alat sihir ini ke perusahaan Galgan.
Tapi tetap saja, aku tidak akan menyebarkannya tanpa berpikir meskipun hanya berupa oven. Karena berkaitan dengan sihir, aku menjelaskan kepada kepala sekolah secara lengkap tentang keberadaan alat ini. Benda yang sesungguhnya cukuplah besar, jadi aku memutuskan untuk menulisnya di kertas dan menjelaskannya.
Meski tahu bahwa aku takkan berada di sini ditambah tak bisa memakan kue lagi, mata kepala sekolah tetap berbinar-binar ketika mendengar tentang alat sihir oven untuk pertama kalinya.
"Hoouuhhh!!....Begitu ya! Ini alat sihir yang mampu memanggang secara seimbang dengan menciptakan formasi sihir panas di seluruh sisinya, kan? Hahaha!! Ini sungguh alat sihir yang menarik"
"Bagaimana? Akankah timbul masalah jika informasinya sampai tersebar?"
"Kau akan menjual ini ke perusahaan Galgan, kan? Jika begitu, ini akan menjadi tanggung jawab perusahaan Galgan. Jadi, Sirius-kun tidak perlu mencemaskannya. Aku akan mencoba mengawasi perkembangan bisnis mereka. Tapi, haruskah aku berbicara dengan perwakilan perusahaan Galgan setidaknya sekali?"
"Apa ini tentang ada atau tidaknya resiko?"
"Jika mereka bisa memproduksi kue itu secara massal, aku ingin giliranku diprioritaskan"
"Hoi"
Dari beberapa waktu yang lalu, pria ini jadi berlebihan. Mungkin itu adalah bukti bahwa kami semakin akrab, tapi bukannya orang yang menganggumi sosok kepala sekolah akan kecewa ketika melihatmu? Yah, sepertinya tidak apa-apa kalau dia menunjukkan optimisme seperti itu. Aku juga ingin berpikir begitu.
Setelah aku menceritakan penyakit menakutkan yang bisa terjadi akibat mengkonsumsi terlalu banyak kue, aku meninggalkan kantor kepala sekolah.
☆☆☆☆
Bagian 2
Langkahku menuju ke tempat latihan dimana para muridku sedang menunggu.
Tempat latihan di sekolah ini lumayan luas. Ada banyak papan sasaran yang berjejer untuk digunakan sebagai target sihir atau boneka kayu untuk latihan ayunan pedang. Reus terlihat di sebuah petak area latih tanding, sedang mengayunkan pedangnya diam-diam. Di sekitarnya tergelatak banyak 'mayat' orang yang menghadapinya.
"Ah, Aniki!! Kau sudah selesai?!"
"Yah, kelihatannya kegiatanmu juga sudah selesai"
Begitu menyadariku, dia berlari melewati sekumpulan 'mayat' dan melompat keluar dari pagar pembatas kemudian tiba didekatku sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
"Tentu saja, kan? Lagipula aku berada dalam kondisi sempurna sekarang!"
"Sepertinya tidak ada lagi efek dari luka yang tersisa sebelumnya"
Setengah bulan telah berlalu sejak insiden pembunuh mengerikan itu, kedua kakak beradik telah pulih sepenuhnya dan mulai melanjutkan latihan mereka. Contohnya Reus, dalam kondisi sempurnanya, dia mampu mengalahkan para lawannya dengan terlalu mudah. Melihat lebih teliti, ada juga si bangsawan Hart yang ambruk bercampur dengan 'mayat' lainnya di tanah. Meski ini seharusnya bukanlah hal yang aneh.
"Dimana Emilia dan Reese?"
"Nee-chan sedang berlari mengelilingi batas luar sekolah, kupikir dia akan segera kembali. Sedangkan Reese-ane sepertinya mendapat suatu kabar lalu pulang ke rumahnya sendiri"
"Ke rumahnya....ya. Aku ingin tahu apa yang akan terjadi jika Emilia mendengar tentang ini"
Begitu menoleh ke arah di mana Emilia seharusnya berlari, aku langsung melihat sosoknya. Ada sepuluh orang di belakang gadis itu, dia mungkin berlari sambil memimpin teman sekelasnya.
"SIRIUS-SAMAAAA!!!!!"
....Tapi, begitu melihatku, dia meninggalkan perannya sebagai pemimpin lalu melesat menghampiriku. Gadis ini berhenti tepat di depanku sambil tersenyum lebar dan mengibaskan ekornya seperti Reus. Setelah merapikan bajunya, dia membungkuk.
"Terima kasih atas kerja kerasnya. Apa kau sudah selesai dengan urusanmu, Sirius-sama?"
"Yah, sudah selesai, tapi....bukankah kau masih di tengah-tengah memimpin mereka?"
"Ah benar juga! Tolong tunggu sebentar!"
Membungkuk sekali lagi, dia lalu berlari ke teman sekelasnya. Setelah sampai, gadis itu memimpin mereka lagi dan mengkonfirmasi kondisi fisik setiap orang, setelah selesai dia kembali ke tempatku.
"Terima kasih sudah menunggu"
"Kerja bagus. Apa semua orang memintamu untuk membimbing mereka?"
"Benar sekali. Itu karena mereka ingin tahu rahasia kekuatan kita. Tapi walaupun aku berlari agak ringan...."
Semua teman sekelas yang berlari bersamanya, roboh dan tak bergerak sambil bernafas tersengal-sengal. Jika dibandingkan dengan Emilia yang terus tersenyum cerah tanpa kehabisan napas, perbedaannya terlihat jelas
"Yah, dengan ini mereka akan menyadari kenyataannya. Ngomong-ngomong, apa Emilia mendengar sesuatu tentang Reese?"
"Aku juga belum tahu rinciannya. Seorang utusan dari rumahnya datang beberapa waktu yang lalu. Setelah mereka selesai berbicara, Reese berkata bahwa dirinya harus pulang"
"Bagaimana ekspresinya saat itu?"
"Dari wajahnya, dia tampak sedang mengalami hal yang sulit. Aku yakin ada sesuatu yang telah terjadi"
Sejak insiden tersebut, kondisi kedua bersaudara telah membaik, hanya Reese yang bertingkah aneh. Ada banyak dari perilakunya yang mencurigakan, mungkin aku harus menemuinya.
"Benar juga. Bagaimanapun, maukah kalian berbicara dengannya ketika gadis itu kembali? Dalam kasusnya, akan sulit membuatnya berbicara kecuali kalau kalian sedikit memaksa"
"Haruskah aku mencoba mengikuti kemana dia pergi dengan baunya?"
"Aku mengerti kalau kau khawatir tentang dia dan segera ingin menyusulnya, tapi tolong hentikan. Paling tidak, tampaknya bukan situasi yang mengancam jiwa"
Aku mengelus kepala Emilia untuk menenangkannya, tindakan ini membuatnya memejamkan mata dengan nyaman. Belakangan ini aku tahu kalau akar telinga serigala merupakan titik paling menyenangkan baginya. Dengan kata lain, jika aku berfokus untuk membelai bagian itu, dia bisa ketagihan.
"Aniki! Aku juga, aku juga!"
"Aah, iya iya"
Reus juga suka saat aku dengan ringan memijat telinga serigalanya. Ketika nyaman, dia akan berseru 'Ooohh....' atau apalah, tapi terkesan aneh jika dilihat dari samping.
Setidaknya keduanya tidak menjadi manja.
"Haahh....sungguh memuaskan. Baiklah, aku akan menceritakan kehebatan Sirius-sama kepada semua orang"
"Hentikan!"
Apa rencanamu dengan memberitahu teman sekelas disaat memiliki ekspresi gembira yang ekstrim itu? Aku sangat takut jika mereka sampai menyembahku seperti penganut aliran sesat. Oleh karena itu, aku bertekad untuk tidak membiarkannya terjadi. Situasi akan menjadi terlalu tak tertahankan.
Entah bagaimana Emilia berhasil dihentikan, sedangkan teman sekelas mulai bubar karena sudah mencapai batas stamina mereka.
☆☆☆☆
Seusai menyelesaikan pelatihan di sekolah, kami semua kecuali Reese menuju ke kota.
Ini adalah perjalanan untuk mengisi bumbu dan bahan makanan kami yang mulai menipis. Kami berjalan menyusuri kawasan perbelanjaan dan melintasi
berbagai toko, dari yang sudah kami kenal hingga toko yang pertama kalinya kami kunjungi. Reus agak kagum padaku yang mengunjungi beberapa toko tanpa membeli hal-hal menarik disana.
"Aniki suka melihat berbagai toko ya"
"Begitulah. Tapi, karena aku bisa menciptakan variasi masakan baru, ketika melakukan ini berulang-ulang, apa kesannya terlihat bodoh?"
"Itu adalah hal yang penting!"
Untung dia mengerti. Kami terus melewati satu toko ke toko lain dan akhirnya tiba di perusahaan Galgan. Ada banyak hal yang hanya tersedia di sini. Lagipula, bagian terpentingnya adalah aku berencana membahas topik kue.
"Selamat datang, Danna. Apa yang kau perlukan hari ini?"
"Aku datang untuk membeli bumbu dan hal-hal lain. Ah, juga untuk membahas tentang kue"
"Kau akhirnya akan mengajari kami?! Seperti yang diharapkan dari Danna!! Ini bukan tempat yang cocok untuk mendiskusikannya, jadi ayo ke kantor pemimpin!"
"Zack-san, aku ingin meminjam dapurnya"
"Lakukan saja sesukamu. Ayo, ayo. Masuklah, Danna"
Aku memasuki kantor pimpinan atas bimbingan Zack, tapi entah kenapa malah aku yang diperlakukan selayaknya bos. Pada kenyataannya, kupikir takkan ada yang protes bahkan jika aku duduk di kursi pimpinan.
"Meski Zack-niichan yang harusnya menjadi orang yang paling penting di sini, sepertinya Aniki memegang posisi paling tinggi. Bagaimana kalau duduk di kursi sana, Aniki?"
"Haha, itu belum tentu salah. Memang benar kalau diriku adalah orang paling penting di sini, tapi aku tidaklah hebat. Jika bukan karena pengetahuan Danna, aku tidak akan bisa mencapai titik ini. Takkan ada masalah bahkan seandainya Danna ingin duduk di kursi itu. Bagaimana kalau menjadi wakil cabang ini menggantikan diriku?"
"Tidak....Terima kasih"
Sungguh hal mengerikan untuk dikatakan. Reus memiliki intuisi yang sangat bagus. Begitu menakutkan kalau Zack bisa secepat itu menyerahkan kursi pemimpin dengan mudah.
Sementara aku menggigil terhadap dua orang yang memiliki pemikiran serupa, Emilia datang menyiapkan beberapa minuman di atas nampan yang dia pinjam dari dapur.
"Ini dia. Kopi hitam untuk Sirius-sama, kan?"
"Terima kasih"
Dia menuangkan cairan gelap ke cangkir tanpa menimbulkan suara. Aku bisa mencium aroma yang menyebar mengisi ruangan. Inilah yang kau sebut kopi. Di suatu hari, akhirnya aku berhasil menemukan sesuatu seperti biji kopi.
Ada sebuah gerai yang dibuka oleh sekelompok suku tertentu. Mereka menawarkan suatu bentuk biji-bijian yang mirip kopi. Saat di kunyah ternyata rasanya juga sama. Suku itu tidak sekedar memakan biji-bijian ini karena suka, tapi dengan mengunyah biji yang dipanggang juga akan meningkatkan semangat juang ketika bertarung. Sepertinya mereka lebih terbiasa dengan memanggangnya....Dan dari sanalah, aku berpikir untuk menggiling lalu meminumnya.
Aku tidak terlalu peduli pada kualitas, aku hanya ingin minum kopi karena sudah lama tak mencicipinya. Dengan cepat, aku membeli banyak biji itu menggunakan satu koin emas dan membawanya ke perusahaan Galgan, memanggang lalu mencicipinya. Ini kurang lebih karena kebiasaan, tapi ketika bisa merasakan kepahitan, aroma, dan cita rasa uniknya setelah sekian lama membuatku merasa senang. Ngomong-ngomong, Reus mencoba meniruku dengan menenggak secangkir kopi tanpa gula, tapi langsung disemprotkan hingga menciptakan kabut dan membuat Emilia marah.
"Zack-san lebih suka menaruh sedikit gula dan susu, kan?"
"Ya, ini suatu kehormatan untuk mempelajarinya sampai aku mampu menciptakan versiku sendiri. Hmm, aromanya begitu memikat"
"Reus harus meminumnya dengan banyak gula dan susu"
"Terima kasih, Nee-chan"
Warna kopi Reus pun berubah. Daripada menyebut itu kopi, ini lebih seperti cafe au lait*. Kupikir tak ada salahnya karena yang dia minum masihlah sejenis kopi.
[Cappucino]
"Produksi massal bumbu kari sudah dimulai. Selain itu, kontrak bisnis biji kopi telah dibuat dengan suku yang bersangkutan. Kami telah menyiapkan pemesanannya. Jadi ini segera bisa dipasok pada Danna dengan stabil"
"Seperti biasa, aku akan mengandalkanmu. Sekarang, ke masalah utama. Tentang kue...."
Dulunya, saat aku memberikan kue ke Zack, tentu saja ia dipenuhi ketertarikan. Namun, ada karakteristik khusus yang disebut oven, jadi aku sengaja menolak menjualnya dan menunggu keputusan kepala sekolah. Kali ini, karena sudah mendapat izin resmi darinya, aku bisa mengajarkan metode pembuatan oven sekaligus kuenya. Mengambil kesempatan ini, aku juga menyampaikan kalau kepala sekolah ingin segera menjalin hubungan dengan perusahaan Galgan.
"Uwaahh....situasi yang tak terpikirkan. Jadi aku harus berbicara dengan kepala sekolah sendiri"
"Dia cuma seorang elf pecandu kue"
"Hanya Danna yang akan berpikir seperti itu! Status sosial pria itu sendiri setinggi anggota kerajaan. Leherku mungkin akan terputus jika sampai ceroboh, kau tahu!"
Memang benar orang itu kuat dan hebat, tapi karena aku terus melihatnya menikmati kue bersama Magna-sensei, martabatnya menjadi lenyap. Meski belum menemukan gejala apapun, aku masih khawatir kalau mereka akan terkena diabetes dari memakan kue berlebih. Oleh karena itu, aku mulai memberi saran hingga menciptakan kue yang bahannya sebagai pertimbangan kondisi fisik mereka. Kenapa aku sampai khawatir begini?
"Ketika bertemu dengannya nanti, aku akan menceritakan dirimu, Zack. Selama tidak diprovokasi, dia orang yang sangat sopan. Bicara saja dengannya seperti kau bicara denganku"
"Y-Ya. Aku memang masih belajar tentang sopan santun, tapi aku akan berusaha yang terbaik. Dan juga, aku akan memberitahu Danna waktu kapan bisnis kue ini dibuka"
"Tolong beritahu aku. Selanjutnya, ini adalah daftar pesananku"
Yang aku serahkan adalah sekumpulan kertas berisi jumlah pembelian bahan dan bumbu. Barang-barang pesanan yang tertera disana hanya tersedia di perusahaan Galgan. Zack membolak-baliknya, lalu memanggil si sekretaris wanita dan menyerahkan daftar itu padanya.
"Begitu selesai memastikan stoknya, aku akan mengantarkan ini semua ke Pondok Berlian. Jadi tolong tunggulah"
"Maaf karena merepotkan, tapi bisakah kau membungkus daging dan bahan-bahan kecilnya untuk kubawa sendiri?"
"Tentu, tidak masalah. Tapi apa yang akan Danna makan hari ini? Aku baru saja menemukan restoran baru, kau tahu"
Kapan pun kami datang ke perusahaan Galgan, pergi bersama Zack untuk makan adalah acara yang biasa. Hanya saja, Reese tidak bersama kami hari ini. Mungkin dia sudah kembali dan sampai di Pondok Berlian. Jika benar, aku tidak ingin meninggalkan dirinya sendirian disana terlalu lama.
"Membiarkan Reese di Pondok Berlian akan buruk. Maaf, tapi aku harus menolak yang ini"
"Aku mengerti. Tunggulah sebentar lagi, butuh sedikit waktu untuk mempersiapkannya"
Sekretaris wanita dengan elegan mengembalikan daftarnya padaku, yang perlu dilakukan sekarang hanyalah menunggu. Karena urusan bisnis sudah berakhir, murid-murid dan aku terus mengobrol dengan Zack sebagai pengisi waktu. Isi obrolan kamipun berubah ke topik festival panen yang akan datang ke lingkungan sekitar.
"Festival panen ya? Perusahaan Galgan berencana menjual crepes yang Danna pernah ajarkan. Aku berharap proses kue ini bisa selesai tepat waktu, tapi sepertinya mustahil"
"Cobalah berkompromi dengan kepala sekolah. Dialah yang paling berisik jika itu tentang kue"
"Aku akan bekerja keras. Selain itu, apa kau sudah tahu tentang ini? Putri tunggal raja, Putri Lifell, akan segera menikah"
Aku tahu karena itu telah menjadi bahan perbincangan di sekolah.
Raja saat ini, Cardeas Bartfeld memiliki beberapa anak lelaki dan satu perempuan. Putri Lifell, yang merupakan satu-satunya gadis sepertinya sangat cantik dan cerdas. Sekarang adalah tahun yang baik, tapi kelihatannya raja mulai tidak sabaran karena putrinya belum menemukan pasangan untuk menikah. Namun, pada akhirnya mereka menemukan kandidat baru-baru ini, dan kabar itu membuat keributan pada festival panen bertambah meriah.
"Aku tahu. Tapi kenapa kita membicarakannya?"
"Tidak. Hanya saja, jika aku mengirim kue ucapan selamat ke pernikahannya, apa menurutmu perusahaan Galgan akan berkembang secara drastis?"
"Jiwa berdagang yang gigih. Meski aku tidak terlalu keberatan tentang kue dan pernikahan yang akan terjadi, tapi bekerja keraslah"
"Galgan akan bekerja keras karena kami berada dalam kondisi terbaik! Pertama, aku akan bertemu dan berbicara dengan orang yang bertanggung jawab menyiapkan makanan"
Obrolan berlanjut sesudahnya. Begitu menerima barang yang kami pesan tadi, kamipun meninggalkan perusahaan Galgan.
☆☆☆☆
"Kita mendapat daging yang lezat. Apa yang akan kita makan hari ini?"
"Yah....mungkin aku harus membuat Roast Beef lagi"
"Bagus, Aniki!! Aku akan mengirisnya dengan lurus lalu menggigitnya seperti ini!"
"Kita akan menyisakan bagian untuk Reese, kau tahu. Jika dia tidak kembali hari ini atau besok, dia mungkin akan sedih karena tidak memperoleh bagian makanannya"
"Gadis itu tidak akan menangis jika kita meninggalkan porsinya, tapi paling tidak membuatnya frustrasi. Reese mungkin tidak terlihat seperti itu, tapi dia cukup rakus"
"....Maksudnya, Reese-ane?"
Sambil memikirkan rencana untuk malam ini, kami terus berjalan menuju Pondok Berlian. Kemudian, secara mendadak Reus berpaling ke Emilia dan aku dengan wajah yang rumit.
"Ada apa Reus?"
"....Aniki, Nee-chan. Apa yang akan dilakukan Reese-ane saat dia lulus dari sekolah?"
"Itu....aku juga belum pernah mendengarnya"
Ketika lulus dari sekolah, kami telah memutuskan untuk berkeliling dunia. Tanpa adanya tempat untuk dipanggil sebagai rumah, kami bisa melakukan perjalanan sebagai petualang tanpa harus khawatir.
Di sisi lain, Reese memiliki rumah dan keluarga, hanya saja....apa yang ingin dia lakukan setelah lulus? Itu tetap belum diketahui....seolah menjadi satu-satunya rahasia yang dia pegang.
"Reese-ane....bukankah dia akan ikut bersama kita?"
"....Yah, kupikir akan menyenangkan jika kita bisa bepergian bersama. Namun, aku tidak bisa memaksanya melakukan itu"
"Bagaimana perasaanmu tentang Reese-ane, Aniki?*"
[Yg dimaksud Reus disini lebih tepatnya adalah rasa kepedulian]
Perasaanku tentang Reese....ya?
Baru-baru ini, ada banyak kesempatan di mana dia menatapku seolah aku adalah ayahnya. Di lain sisi, aku juga menganggapnya sebagai anak perempuan yang imut.
Reese adalah seorang gadis baik hati yang berteman dekat dengan Emilia. Jujur saja, aku menyukainya entah sebagai murid maupun sebagai perempuan. Akan bagus jika dia bisa bepergian bersama kami. Tapi, dia memiliki rumah untuk pulang....Aku sebenarnya ingin tahu apa yang dia pikirkan.
"Aku juga merasa senang jika dia bisa ikut dengan kita. Hanya saja, bahkan jika orangnya sendiri setuju ingin pergi, keputusan itu akan ditentang oleh keluarganya karena dia seorang bangsawan"
"Ya. Tapi, kita perlu membicarakan hal ini dengan Reese setidaknya sekali"
"Pertama-tama, apa yang akan terjadi setelah itu. Andaikan dia memilih pergi, keluarganya akan memprotes itu... jadi apa menurutmu kita harus melarikan diri dengan Reese? Posisi kita akan berubah menjadi buronan"
"Itu juga bisa terjadi, kan? Bahkan jika aku menjadi buronan, aku masih akan menemani Sirius-sama kemanapun"
"Aku juga!!"
"Tetap saja, aku tidak ingin menjadi buronan karena aku menyukai kebebasan"
Aku mengatakannya sebagai lelucon, tapi jika benar gadis itu memiliki masalah dengan rumah dan orang tuanya, mungkin aku akan serius menculik Reese. Dia adalah anak yang berharga bagi kami. Ditambah lagi, dia merupakan murid ketigakku. Wajar saja jika kami ingin menyelamatkannya.
Seusai makan malam, Emilia masih menunggu sampai saat terakhir sebelum waktunya tidur. Tapi pada akhirnya, Reese tidak kembali.
☆☆☆☆
Bagian 3
Sebagai kesimpulan, Reese kembali dua hari kemudian.
Sekolah sudah memasuki masa liburan. Kami akan memulai pelatihan setelah makan siang di Pondok Berlian. Tapi entah kenapa kami merasakan sesuatu dan mengalihkan perhatian ke jalan yang menuju ke sekolah.
"....Aniki. Aku mencium sesuatu yang datang ke sini dengan kecepatan tinggi"
"Aku tahu. Menilai dari reaksinya....apa itu kereta kuda?"
"Perusahaan Galgan? Tapi, barang yang kita pesan sudah sampai kemarin, kan?"
Ketika kuperiksa menggunakan {Search}, kereta kuda yang tiba tak lama setelahnya ternyata bukan dari perusahaan Galgan. Kudanya berlari kencang seolah dikejar sesuatu dan tiba dalam beberapa menit. Untuk berjaga-jaga, kami mulai menjadi waspada.
Begitu berhenti sedikit di depan kami, penampilannya pun terlihat jelas. Itu merupakan sebuah kereta kelas tinggi yang mirip dengan apa yang dinaiki para bangsawan. Sang kusir sedang mencoba menenangkan kudanya. Pintu gerbong pun mendadak terbuka dengan keras seiring Reese yang melompat keluar dari interiornya. Dia muncul dengan dampak yang hebat.
"Sirius-san, aku senang kau ada di sini!!"
Meski terburu-buru, dia tampak lega begitu menyadari keberadaanku dan langsung berubah serius. Gadis itu berdiri di hadapan kami lalu membungkuk dalam-dalam.
"Aku meminta padamu. Maukah kau ikut denganku menaiki kereta ini?"
"Reese, apa yang telah terjadi? Mendadak datang seperti itu...."
"Aku akan membicarakan rinciannya saat kita bergerak. Maafkan aku kalau ini terlalu tiba-tiba dan mungkin membuatmu terganggu! Tapi tolong, tolong ikutlah denganku!!"
"....Apa ada hal lain yang kau butuhkan?"
Aku tidak yakin kenapa dia terburu-buru, tapi diriku memutuskan untuk pergi. Diriku ini telah memilih untuk membantunya jika dia berada dalam masalah. Dan inilah saat yang tepat. Senang atas jawabanku, dia meraih dan memegang tanganku dengan erat.
"Terima kasih banyak! Jika Sirius-san setuju untuk ikut, itu saja sudah cukup!"
"Reese, apa kami berdua juga boleh ikut?"
"Boleh kah, Reese-ane?"
"....Aku juga ingin kalian ikut. Itu karena....aku ingin kalian tahu segalanya tentang diriku"
Telah di pastikan bahwa semua orang akan pergi. Kami menaiki kereta tanpa membawa apapun. Ketika Reese selesai berbicara dengan si kusir, kereta kuda pun melesat dan meninggalkan pondok berlian. Kecepatannya tetap stabil meski jumlah penumpangnya bertambah. Kereta ini berlari melewati sekolah dan sampai di kota dalam waktu singkat.
Selama berada di dalam, kami mulai mengagumi interior mewah dari sebuah gerbong yang jarang terlihat. Ukuran kereta tidak terlalu besar, tapi empat orang bisa menyesuaikan diri dengan nyaman. Reus di sampingku, sedangkan Emilia dan Reese berada di sisi yang berlawanan.
"Ini luar biasa, aniki!! Kursinya begitu empuk! Mungkin akan nyaman jika aku berbaring disini!"
"Itu memalukan, Reus. Maaf karena terlalu ribut, Reese"
"Tidak apa-apa. Saat masuk kesini untuk pertama kalinya, aku juga ingin berbaring"
Ekspresi Reese melunak, dia tersenyum pada Reus dan Emilia. Mungkin karena gadis ini merasa lega bahwa kami ada di sini. Namun, dilihat lebih teliti, aku bisa mengerti kalau dia sedang kewalahan. Sangat jelas bahwa ada sesuatu yang terjadi. Tanpa mengetahui situasinya, tak ada yang bisa kami lakukan. Aku ingin dia langsung bicara.
"Jadi....apa yang telah terjadi?"
"....Baiklah, biarkan aku menjelaskannya. Tapi sebelum itu, aku ingin mengatakan satu hal. Jika kalian bersedia mendengarkan topik ini, mulai sekarang semua orang mungkin akan terlibat dalam berbagai hal yang tidak terduga. Tapi tetap saja, aku....tidak punya pilihan lain kecuali mengandalkan Sirius-san"
"Jangan ragu dan katakanlah. Aku adalah Shishou dan temanmu. Kau bisa mengandalkanku"
"Aku tidak yakin apa yang bisa aku perbuat. Tapi aku juga akan membantumu, Reese"
"Apa ada yang bisa aku bantu, Reese-ane?"
"....Terima kasih....banyak"
Walaupun butiran kecil air mata sedikit merembes dari sana, dia tetap menegakkan tubuhnya dan membuka mulut sambil menatapku yang ada di hadapannya.
"Persoalan tentangku yang adalah anak haram dari bangsawan tertentu adalah sebuah kebohongan. Nama asliku adalah Felice, dengan nama keluarga....Bardfeld. Ayahku adalah Raja Elysion"
Reese mengaku bahwa dia adalah putri raja. Mungkin tidak ada orang lain, kecuali anggota kerajaan yang tahu tentang ini. Bahkan seseorang dengan posisi kepala sekolah, Rodwell, tidak mengetahuinya. Setelah secara jujur mengatakan itu, Reese memejamkan mata seolah berdoa untuk bertahan dari sesuatu.
"....Jadi, kami harus memanggilmu apa?"
"Heh?! I-Itu....aku ingin dipanggil Reese, seperti biasanya"
"Haruskah aku menggunakan sebutan kehormatan, Reese-ane*?"
[-sama, -dono]
"Tolong hentikan itu. Aku ingin kalian semua bertindak secara normal"
"Kalau begitu, kami akan memperlakukanmu seperti sebelumnya"
"....kau tidak terkejut ya. Itu agak tak terduga"
Selain diriku, kedua bersaudara juga tidak terkejut. Alasannya mungkin karena kami tidak berhubungan dengan bangsawan. Rumah tempatku dilahirkan adalah wilayah tertutup yang hampir tak terjangkau oleh dunia luar. Kedua bersaudara mungkin berpikir bahwa aku lebih menakjubkan daripada raja, jadi mereka tidak merasa bahwa anaknya seistimewa itu.
Meski perasaan Reese tengah tercampur aduk sekarang, dia tetap berbicara sambil terharu. Wajahnya tampak lebih cerah, seolah banyak beban yang menimpa gadis ini ikut jatuh bersama air matanya.
"Sungguh....tadinya aku berpikir bahwa diriku ini sendirian....seperti orang bodoh saja"
"Bahkan jika kau mengatakan itu, Reese tidak memancarkan suasana seorang dari keluarga kerajaan"
"Ya. Daripada memakai gaun cantik, Reese-ane terlihat lebih baik ketika menikmati makanan Aniki"
"Apa-apaan itu....Tapi....aku senang. Terima kasih"
Reese yang telah melenyapkan beban di hatinya, meraih jemari Emilia dan Reus kemudian memeluk mereka. Meski kakak beradik ini sedikit malu, tapi masih terlihat senang karena merasakan kehangatan kedua tangan Reese.
"Aku tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti keluarga kerajaan. Daripada itu, Reese harusnya memiliki sesuatu yang lebih penting untuk diceritakan, jadi bisakah muridku ini melanjutkannya?"
"Ya, mulai sekarang, mohon bantuannya"
"Serahkan saja padaku"
Kami berdua tertawa ringan
Aku tidak terkejut dengan latar belakangnya. Bagiku, seorang bangsawan ataupun keluarga kerajaan itu tidaklah relevan. Aku menganggap semua muridku sama. Bahkan jika raja campur tangan, aku sama sekali tidak berniat mengubah pendirianku sendiri.
Ketika menengok ke samping dan melihat apa yang ada di balik jendela gerbong, pemandangan diluar terisi dengan barisan bangunan-bangunan besar nan megah. Ini mungkin distrik di mana hanya para bangsawan yang bisa tinggal, sedangkan jelata sepertiku tak bisa memasukinya. Sampai-sampai membawaku ke sini dengan terburu-buru.....apa yang sedang terjadi?
"Sekarang, bisakah kau memberi tahuku alasan kenapa aku dibawa kemari?"
"Ya...."
Dia membungkukkan tubuhnya ke depan dan meminta dengan sungguh-sungguh.
"Ane-sama....Putri Lifell....aku ingin kau bertemu dengannya"
☆☆☆Chapter 38 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis: Kebanyakan orang mungkin mengharapkan ini, tapi Reese sebenarnya anggota keluarga kerajaan, bukannya bangsawan.
Cerita Ekstra / Bonus
Beberapa waktu kemudian....ini adalah pecahan singkat dari cerita antara Emilia dan Noel.
Emilia
"Onee-chan, kehebatan Sirius-sama tidak tersebar dengan baik kepada semua orang. Aku dihentikan oleh Sirius-sama sendiri"
Noel
"Jangan khawatir, Emi-chan. Karena kita akan tetap mengerjakan 'misi' ini~!"
....Isi topik itu bocor lalu dihentikan langsung oleh Sirius.
>Catatan penerjemah : Chapter ini sepertinya memiliki penerjemah/pengedit english yg berbeda. Hasilnya hampir sama dengan Omega Harem Translation, yaitu sudah sangat sesuai dengan versi RAW. Bahkan beberapa bagiannya di jelaskan lebih detail sehingga paragrafnya menjadi lebih panjang.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Bagian 1
Festival Panen Elysion
Acara ini diadakan di Elysion setiap beberapa tahun sekali. Ini adalah festival dengan harapan panen yang melimpah.
Festival yang melibatkan seluruh Elysion dan berlangsung hingga beberapa hari ini membuat seluruh kota ramai dengan kegembiraan.
Sekolah sepertinya akan diliburkan, namun beberapa fasilitas di dalamnya akan tetap terbuka. Selama para siswa menginginkannya, mereka diizinkan membuka toko di Arena, tempat Reus dan aku bertarung dalam pertandingan kecil bernama Trade. Inilah waktunya untuk memperoleh uang bagi siswa yang bukan bangsawan.
Pada suatu hari, sebulan sebelum festival, aku sedang minum teh di kantor kepala sekolah seusai jam pulang.
"Dari semua kue yang dibuat Sirius-kun, aku paling suka Kue Keju"
"Kupikir yang terbaik shortcake biasa"
Alasannya adalah untuk memberikan kue ke kepala sekolah.
Sejak kejadian dengan kelompok pembunuh mengerikan itu, aku sering mendatangi kantornya dan bersantai dalam berbagai cara. Dia juga tak menyamarkan diri sebagai Vile-sensei ketika dihapadanku. Menyelesaikan urusan diantara kami, topikpun beralih ke festival panen yang akan datang.
"Selama festival panen, karena fasilitas di sekolah dibuka untuk umum, para guru akan secara bergiliran berpatroli untuk mengawasi keadaan"
"Jumlah orang yang menghadiri acara ini kelihatannya akan melimpah, itu mungkin akan menjadi pekerjaan sulit"
"Tepat sekali. Aku juga akan sibuk mengatur para siswa yang ingin membuka toko. Apa kau punya rencana untuk festival panen ini, Sirius-kun?"
"Tak ada yang khusus. Aku hanya berpikir untuk pergi ke kota dan menikmati suasana festival dari pinggir jalan, berkeliling dengan murid-muridku"
"Itu bagus juga, tapi bagaimana kalau kau mencoba menjual kue? Buatanmu ini pasti akan sangat populer"
"Jika itu sampai terjadi, permintaan dari orang lain akan meningkat sehingga jumlah kue yang bisa kukirimkan untuk Anda dan Magna-sensei akan---"
"Aku takkan membiarkan Sirius-kun membuka toko. Tak ada izin untukmu meski aku harus menggunakan gelarku"
Perubahannya benar-benar cepat. Dia memasang tampang serius yang tidak mengizinkanku untuk melakukannya. Sebegitu besarkah keinginannya untuk memakan kue?
Aku memberi kue ke kepala sekolah dan Magna-sensei agar bisa lebih akrab dengan mereka, tapi tujuan utamanya adalah membuat mereka merasa berutang budi. Jika hanya satu kue, itu memang bukan suatu hal besar, tapi Jika terus diberikan, ini akan berubah menjadi hutang yang sesungguhnya. Jujur saja, aku menggunakannya untuk mendapatkan berbagai hal. Hari ini, sepertinya informasi tentang 'hal' yang kuinginkan telah muncul.
"Oh ya, barang yang kau inginkan telah tiba"
Apa yang dia letakkan di atas meja adalah permata hijau. Benda itu seukuran jari kelingkingku, tapi meski begitu harganya cukup mahal karena merupakan barang yang langka.
Permata ini adalah bijih yang mengandung Mana dan telah mengkristal selama bertahun-tahun. Secara umum disebut 'Magic Stone'. Tidak seperti bijih biasa, permata ini sangat kompatibel untuk menggambar formasi lingkaran sihir karena dipenuhi Mana. Aku telah menginginkannya untuk waktu yang lama.
"Berapa harga seukuran ini?"
"8 koin emas. Tapi jangan khawatir, Sirius-kun. Tidak apa-apa bahkan jika kau membayarnya dengan mencicil---"
"Ini 8 koin emasnya. Silakan"
Aku mengeluarkan uang dari saku dadaku dan meletakkannya di atas meja. Kepala sekolah menerimanya sambil agak terkaku. Dia mungkin berpikir bahwa aku tidak memiliki uang sebanyak itu, tapi berkat berbisnis dengan perusahaan Galgan, aku memiliki penghasilan yang cukup besar.
Awalnya, aku berencana meminta bantuan perusahaan Galgan. Hanya saja apa yang mereka beli harus mendapat izin terlebih dahulu dari Serikat Pedagang.
Oleh sebab itu, aku mengandalkan kepala sekolah. Yah, walaupun aku akan bisa mendapatkannya melalui mereka pada akhirnya karena Zack sempat berkata akan segera mendapatkan izin.
"Kau mengejutkanku seperti biasa. Daripada itu, apa yang ingin kau lakukan dengan 'Magic Stone'?"
"Aku berencana untuk bereksperimen, apakah aku bisa menggambar lingkaran sihir untuk sihir asliku sendiri atau tidak. Begitulah"
Yang ingin aku buat adalah alat komunikasi dua arah dengan memanfaatkan sihir {Call}. Komunikasi satu arah dariku kurang berguna, aku baru bisa lega kalau mendapat tanggapan dari murid-muridku. Ada sihir angin yang bisa mengirim informasi ke rekanmu dengan memanipulasi angin, tapi ada kemungkinan yang besar kata-kata si pengirim takkan sampai jika si penerima berada terlalu jauh. Hanya saja, {Call}-ku hampir pasti mencapai target. Kelebihan utamanya adalah, itu bisa digunakan sama seperti ponsel. Aku ingin menggunakan formasi sihir sebagai gantinya. Itulah alasan diriku tidak ragu untuk membeli 'Magic Stone' meski harganya mahal.
Kepala sekolah terkejut mendengar penjelasanku. Dia menyentuh jidatnya dan mengerang.
"....Aku tidak tahu apa sihir aslimu, tapi ini akan menjadi prestasi besar jika kau sampai bisa menciptakan pola sihir baru. Ada juga kemungkinan kalau kau akan menjadi sasaran para teknisi sihir yang bodoh. Jadi, tolong sebisa mungkin tidak membicarakannya di depan umum"
"Aku tahu itu"
Lagi pula, yang akan menggunakannya hanya aku dan murid-muridku. Di sekitar sini memang damai, tapi ada negara-negara yang berperang untuk memperluas teritori masing-masing. Jika {Call} sampai ketahuan, mereka akan bergegas mencurinya untuk digunakan dalam perang. Sengketa adalah sifat manusia. Aku tidak mengatakan bahwa diriku menentang perang, tapi jangan salahkan aku jika ini malah memperburuk keadaan.
"Aku dengar kau ingin bepergian setelah lulus. Apa kau berencana untuk menjadi petualang?"
"Ya, aku ingin melihat berbagai hal di dunia"
"Cara berpikir itu sangatlah bagus. Kau mungkin tidak akan memiliki masalah karena tingkat kekuatanmu. Tapi bagiku, ini adalah hal yang disesalkan....Jika kau bukan seorang siswa, aku ingin mempekerjakanmu sebagai koki di rumahku, sayangnya...."
"Jangan bercanda"
"Tidak, aku serius"
Hei, bukankah raut wajahmu menjadi lebih serius dari beberapa saat yang lalu? Aku menyukai memasak karena ini merupakan hobi. Namun, aku tidak berencana mencari uang dengan itu.
"Ketika berpikir bahwa Sirius-kun telah pergi dalam dua tahun mendatang, aku takkan bisa makan kue lagi, kan? Haahh....walaupun kuenya sangat lezat...."
"Aku punya kabar baik tentang itu"
Sebenarnya, aku berencana menjual resep kue ke perusahaan Galgan. Hanya saja, yang sebenarnya kau butuhkan bukanlah informasi bahan atau cara membuatnya, melainkan cara menciptakan alat sihir sebagai pengganti oven. Aku menggunakan alat sihir asliku untuk membuat kue, jadi yang sesungguhnya kujual adalah informasi tentang alat sihir ini ke perusahaan Galgan.
Tapi tetap saja, aku tidak akan menyebarkannya tanpa berpikir meskipun hanya berupa oven. Karena berkaitan dengan sihir, aku menjelaskan kepada kepala sekolah secara lengkap tentang keberadaan alat ini. Benda yang sesungguhnya cukuplah besar, jadi aku memutuskan untuk menulisnya di kertas dan menjelaskannya.
Meski tahu bahwa aku takkan berada di sini ditambah tak bisa memakan kue lagi, mata kepala sekolah tetap berbinar-binar ketika mendengar tentang alat sihir oven untuk pertama kalinya.
"Hoouuhhh!!....Begitu ya! Ini alat sihir yang mampu memanggang secara seimbang dengan menciptakan formasi sihir panas di seluruh sisinya, kan? Hahaha!! Ini sungguh alat sihir yang menarik"
"Bagaimana? Akankah timbul masalah jika informasinya sampai tersebar?"
"Kau akan menjual ini ke perusahaan Galgan, kan? Jika begitu, ini akan menjadi tanggung jawab perusahaan Galgan. Jadi, Sirius-kun tidak perlu mencemaskannya. Aku akan mencoba mengawasi perkembangan bisnis mereka. Tapi, haruskah aku berbicara dengan perwakilan perusahaan Galgan setidaknya sekali?"
"Apa ini tentang ada atau tidaknya resiko?"
"Jika mereka bisa memproduksi kue itu secara massal, aku ingin giliranku diprioritaskan"
"Hoi"
Dari beberapa waktu yang lalu, pria ini jadi berlebihan. Mungkin itu adalah bukti bahwa kami semakin akrab, tapi bukannya orang yang menganggumi sosok kepala sekolah akan kecewa ketika melihatmu? Yah, sepertinya tidak apa-apa kalau dia menunjukkan optimisme seperti itu. Aku juga ingin berpikir begitu.
Setelah aku menceritakan penyakit menakutkan yang bisa terjadi akibat mengkonsumsi terlalu banyak kue, aku meninggalkan kantor kepala sekolah.
☆☆☆☆
Bagian 2
Langkahku menuju ke tempat latihan dimana para muridku sedang menunggu.
Tempat latihan di sekolah ini lumayan luas. Ada banyak papan sasaran yang berjejer untuk digunakan sebagai target sihir atau boneka kayu untuk latihan ayunan pedang. Reus terlihat di sebuah petak area latih tanding, sedang mengayunkan pedangnya diam-diam. Di sekitarnya tergelatak banyak 'mayat' orang yang menghadapinya.
"Ah, Aniki!! Kau sudah selesai?!"
"Yah, kelihatannya kegiatanmu juga sudah selesai"
Begitu menyadariku, dia berlari melewati sekumpulan 'mayat' dan melompat keluar dari pagar pembatas kemudian tiba didekatku sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
"Tentu saja, kan? Lagipula aku berada dalam kondisi sempurna sekarang!"
"Sepertinya tidak ada lagi efek dari luka yang tersisa sebelumnya"
Setengah bulan telah berlalu sejak insiden pembunuh mengerikan itu, kedua kakak beradik telah pulih sepenuhnya dan mulai melanjutkan latihan mereka. Contohnya Reus, dalam kondisi sempurnanya, dia mampu mengalahkan para lawannya dengan terlalu mudah. Melihat lebih teliti, ada juga si bangsawan Hart yang ambruk bercampur dengan 'mayat' lainnya di tanah. Meski ini seharusnya bukanlah hal yang aneh.
"Dimana Emilia dan Reese?"
"Nee-chan sedang berlari mengelilingi batas luar sekolah, kupikir dia akan segera kembali. Sedangkan Reese-ane sepertinya mendapat suatu kabar lalu pulang ke rumahnya sendiri"
"Ke rumahnya....ya. Aku ingin tahu apa yang akan terjadi jika Emilia mendengar tentang ini"
Begitu menoleh ke arah di mana Emilia seharusnya berlari, aku langsung melihat sosoknya. Ada sepuluh orang di belakang gadis itu, dia mungkin berlari sambil memimpin teman sekelasnya.
"SIRIUS-SAMAAAA!!!!!"
....Tapi, begitu melihatku, dia meninggalkan perannya sebagai pemimpin lalu melesat menghampiriku. Gadis ini berhenti tepat di depanku sambil tersenyum lebar dan mengibaskan ekornya seperti Reus. Setelah merapikan bajunya, dia membungkuk.
"Terima kasih atas kerja kerasnya. Apa kau sudah selesai dengan urusanmu, Sirius-sama?"
"Yah, sudah selesai, tapi....bukankah kau masih di tengah-tengah memimpin mereka?"
"Ah benar juga! Tolong tunggu sebentar!"
Membungkuk sekali lagi, dia lalu berlari ke teman sekelasnya. Setelah sampai, gadis itu memimpin mereka lagi dan mengkonfirmasi kondisi fisik setiap orang, setelah selesai dia kembali ke tempatku.
"Terima kasih sudah menunggu"
"Kerja bagus. Apa semua orang memintamu untuk membimbing mereka?"
"Benar sekali. Itu karena mereka ingin tahu rahasia kekuatan kita. Tapi walaupun aku berlari agak ringan...."
Semua teman sekelas yang berlari bersamanya, roboh dan tak bergerak sambil bernafas tersengal-sengal. Jika dibandingkan dengan Emilia yang terus tersenyum cerah tanpa kehabisan napas, perbedaannya terlihat jelas
"Yah, dengan ini mereka akan menyadari kenyataannya. Ngomong-ngomong, apa Emilia mendengar sesuatu tentang Reese?"
"Aku juga belum tahu rinciannya. Seorang utusan dari rumahnya datang beberapa waktu yang lalu. Setelah mereka selesai berbicara, Reese berkata bahwa dirinya harus pulang"
"Bagaimana ekspresinya saat itu?"
"Dari wajahnya, dia tampak sedang mengalami hal yang sulit. Aku yakin ada sesuatu yang telah terjadi"
Sejak insiden tersebut, kondisi kedua bersaudara telah membaik, hanya Reese yang bertingkah aneh. Ada banyak dari perilakunya yang mencurigakan, mungkin aku harus menemuinya.
"Benar juga. Bagaimanapun, maukah kalian berbicara dengannya ketika gadis itu kembali? Dalam kasusnya, akan sulit membuatnya berbicara kecuali kalau kalian sedikit memaksa"
"Haruskah aku mencoba mengikuti kemana dia pergi dengan baunya?"
"Aku mengerti kalau kau khawatir tentang dia dan segera ingin menyusulnya, tapi tolong hentikan. Paling tidak, tampaknya bukan situasi yang mengancam jiwa"
Aku mengelus kepala Emilia untuk menenangkannya, tindakan ini membuatnya memejamkan mata dengan nyaman. Belakangan ini aku tahu kalau akar telinga serigala merupakan titik paling menyenangkan baginya. Dengan kata lain, jika aku berfokus untuk membelai bagian itu, dia bisa ketagihan.
"Aniki! Aku juga, aku juga!"
"Aah, iya iya"
Reus juga suka saat aku dengan ringan memijat telinga serigalanya. Ketika nyaman, dia akan berseru 'Ooohh....' atau apalah, tapi terkesan aneh jika dilihat dari samping.
Setidaknya keduanya tidak menjadi manja.
"Haahh....sungguh memuaskan. Baiklah, aku akan menceritakan kehebatan Sirius-sama kepada semua orang"
"Hentikan!"
Apa rencanamu dengan memberitahu teman sekelas disaat memiliki ekspresi gembira yang ekstrim itu? Aku sangat takut jika mereka sampai menyembahku seperti penganut aliran sesat. Oleh karena itu, aku bertekad untuk tidak membiarkannya terjadi. Situasi akan menjadi terlalu tak tertahankan.
Entah bagaimana Emilia berhasil dihentikan, sedangkan teman sekelas mulai bubar karena sudah mencapai batas stamina mereka.
☆☆☆☆
Seusai menyelesaikan pelatihan di sekolah, kami semua kecuali Reese menuju ke kota.
Ini adalah perjalanan untuk mengisi bumbu dan bahan makanan kami yang mulai menipis. Kami berjalan menyusuri kawasan perbelanjaan dan melintasi
berbagai toko, dari yang sudah kami kenal hingga toko yang pertama kalinya kami kunjungi. Reus agak kagum padaku yang mengunjungi beberapa toko tanpa membeli hal-hal menarik disana.
"Aniki suka melihat berbagai toko ya"
"Begitulah. Tapi, karena aku bisa menciptakan variasi masakan baru, ketika melakukan ini berulang-ulang, apa kesannya terlihat bodoh?"
"Itu adalah hal yang penting!"
Untung dia mengerti. Kami terus melewati satu toko ke toko lain dan akhirnya tiba di perusahaan Galgan. Ada banyak hal yang hanya tersedia di sini. Lagipula, bagian terpentingnya adalah aku berencana membahas topik kue.
"Selamat datang, Danna. Apa yang kau perlukan hari ini?"
"Aku datang untuk membeli bumbu dan hal-hal lain. Ah, juga untuk membahas tentang kue"
"Kau akhirnya akan mengajari kami?! Seperti yang diharapkan dari Danna!! Ini bukan tempat yang cocok untuk mendiskusikannya, jadi ayo ke kantor pemimpin!"
"Zack-san, aku ingin meminjam dapurnya"
"Lakukan saja sesukamu. Ayo, ayo. Masuklah, Danna"
Aku memasuki kantor pimpinan atas bimbingan Zack, tapi entah kenapa malah aku yang diperlakukan selayaknya bos. Pada kenyataannya, kupikir takkan ada yang protes bahkan jika aku duduk di kursi pimpinan.
"Meski Zack-niichan yang harusnya menjadi orang yang paling penting di sini, sepertinya Aniki memegang posisi paling tinggi. Bagaimana kalau duduk di kursi sana, Aniki?"
"Haha, itu belum tentu salah. Memang benar kalau diriku adalah orang paling penting di sini, tapi aku tidaklah hebat. Jika bukan karena pengetahuan Danna, aku tidak akan bisa mencapai titik ini. Takkan ada masalah bahkan seandainya Danna ingin duduk di kursi itu. Bagaimana kalau menjadi wakil cabang ini menggantikan diriku?"
"Tidak....Terima kasih"
Sungguh hal mengerikan untuk dikatakan. Reus memiliki intuisi yang sangat bagus. Begitu menakutkan kalau Zack bisa secepat itu menyerahkan kursi pemimpin dengan mudah.
Sementara aku menggigil terhadap dua orang yang memiliki pemikiran serupa, Emilia datang menyiapkan beberapa minuman di atas nampan yang dia pinjam dari dapur.
"Ini dia. Kopi hitam untuk Sirius-sama, kan?"
"Terima kasih"
Dia menuangkan cairan gelap ke cangkir tanpa menimbulkan suara. Aku bisa mencium aroma yang menyebar mengisi ruangan. Inilah yang kau sebut kopi. Di suatu hari, akhirnya aku berhasil menemukan sesuatu seperti biji kopi.
Ada sebuah gerai yang dibuka oleh sekelompok suku tertentu. Mereka menawarkan suatu bentuk biji-bijian yang mirip kopi. Saat di kunyah ternyata rasanya juga sama. Suku itu tidak sekedar memakan biji-bijian ini karena suka, tapi dengan mengunyah biji yang dipanggang juga akan meningkatkan semangat juang ketika bertarung. Sepertinya mereka lebih terbiasa dengan memanggangnya....Dan dari sanalah, aku berpikir untuk menggiling lalu meminumnya.
Aku tidak terlalu peduli pada kualitas, aku hanya ingin minum kopi karena sudah lama tak mencicipinya. Dengan cepat, aku membeli banyak biji itu menggunakan satu koin emas dan membawanya ke perusahaan Galgan, memanggang lalu mencicipinya. Ini kurang lebih karena kebiasaan, tapi ketika bisa merasakan kepahitan, aroma, dan cita rasa uniknya setelah sekian lama membuatku merasa senang. Ngomong-ngomong, Reus mencoba meniruku dengan menenggak secangkir kopi tanpa gula, tapi langsung disemprotkan hingga menciptakan kabut dan membuat Emilia marah.
"Zack-san lebih suka menaruh sedikit gula dan susu, kan?"
"Ya, ini suatu kehormatan untuk mempelajarinya sampai aku mampu menciptakan versiku sendiri. Hmm, aromanya begitu memikat"
"Reus harus meminumnya dengan banyak gula dan susu"
"Terima kasih, Nee-chan"
Warna kopi Reus pun berubah. Daripada menyebut itu kopi, ini lebih seperti cafe au lait*. Kupikir tak ada salahnya karena yang dia minum masihlah sejenis kopi.
[Cappucino]
"Produksi massal bumbu kari sudah dimulai. Selain itu, kontrak bisnis biji kopi telah dibuat dengan suku yang bersangkutan. Kami telah menyiapkan pemesanannya. Jadi ini segera bisa dipasok pada Danna dengan stabil"
"Seperti biasa, aku akan mengandalkanmu. Sekarang, ke masalah utama. Tentang kue...."
Dulunya, saat aku memberikan kue ke Zack, tentu saja ia dipenuhi ketertarikan. Namun, ada karakteristik khusus yang disebut oven, jadi aku sengaja menolak menjualnya dan menunggu keputusan kepala sekolah. Kali ini, karena sudah mendapat izin resmi darinya, aku bisa mengajarkan metode pembuatan oven sekaligus kuenya. Mengambil kesempatan ini, aku juga menyampaikan kalau kepala sekolah ingin segera menjalin hubungan dengan perusahaan Galgan.
"Uwaahh....situasi yang tak terpikirkan. Jadi aku harus berbicara dengan kepala sekolah sendiri"
"Dia cuma seorang elf pecandu kue"
"Hanya Danna yang akan berpikir seperti itu! Status sosial pria itu sendiri setinggi anggota kerajaan. Leherku mungkin akan terputus jika sampai ceroboh, kau tahu!"
Memang benar orang itu kuat dan hebat, tapi karena aku terus melihatnya menikmati kue bersama Magna-sensei, martabatnya menjadi lenyap. Meski belum menemukan gejala apapun, aku masih khawatir kalau mereka akan terkena diabetes dari memakan kue berlebih. Oleh karena itu, aku mulai memberi saran hingga menciptakan kue yang bahannya sebagai pertimbangan kondisi fisik mereka. Kenapa aku sampai khawatir begini?
"Ketika bertemu dengannya nanti, aku akan menceritakan dirimu, Zack. Selama tidak diprovokasi, dia orang yang sangat sopan. Bicara saja dengannya seperti kau bicara denganku"
"Y-Ya. Aku memang masih belajar tentang sopan santun, tapi aku akan berusaha yang terbaik. Dan juga, aku akan memberitahu Danna waktu kapan bisnis kue ini dibuka"
"Tolong beritahu aku. Selanjutnya, ini adalah daftar pesananku"
Yang aku serahkan adalah sekumpulan kertas berisi jumlah pembelian bahan dan bumbu. Barang-barang pesanan yang tertera disana hanya tersedia di perusahaan Galgan. Zack membolak-baliknya, lalu memanggil si sekretaris wanita dan menyerahkan daftar itu padanya.
"Begitu selesai memastikan stoknya, aku akan mengantarkan ini semua ke Pondok Berlian. Jadi tolong tunggulah"
"Maaf karena merepotkan, tapi bisakah kau membungkus daging dan bahan-bahan kecilnya untuk kubawa sendiri?"
"Tentu, tidak masalah. Tapi apa yang akan Danna makan hari ini? Aku baru saja menemukan restoran baru, kau tahu"
Kapan pun kami datang ke perusahaan Galgan, pergi bersama Zack untuk makan adalah acara yang biasa. Hanya saja, Reese tidak bersama kami hari ini. Mungkin dia sudah kembali dan sampai di Pondok Berlian. Jika benar, aku tidak ingin meninggalkan dirinya sendirian disana terlalu lama.
"Membiarkan Reese di Pondok Berlian akan buruk. Maaf, tapi aku harus menolak yang ini"
"Aku mengerti. Tunggulah sebentar lagi, butuh sedikit waktu untuk mempersiapkannya"
Sekretaris wanita dengan elegan mengembalikan daftarnya padaku, yang perlu dilakukan sekarang hanyalah menunggu. Karena urusan bisnis sudah berakhir, murid-murid dan aku terus mengobrol dengan Zack sebagai pengisi waktu. Isi obrolan kamipun berubah ke topik festival panen yang akan datang ke lingkungan sekitar.
"Festival panen ya? Perusahaan Galgan berencana menjual crepes yang Danna pernah ajarkan. Aku berharap proses kue ini bisa selesai tepat waktu, tapi sepertinya mustahil"
"Cobalah berkompromi dengan kepala sekolah. Dialah yang paling berisik jika itu tentang kue"
"Aku akan bekerja keras. Selain itu, apa kau sudah tahu tentang ini? Putri tunggal raja, Putri Lifell, akan segera menikah"
Aku tahu karena itu telah menjadi bahan perbincangan di sekolah.
Raja saat ini, Cardeas Bartfeld memiliki beberapa anak lelaki dan satu perempuan. Putri Lifell, yang merupakan satu-satunya gadis sepertinya sangat cantik dan cerdas. Sekarang adalah tahun yang baik, tapi kelihatannya raja mulai tidak sabaran karena putrinya belum menemukan pasangan untuk menikah. Namun, pada akhirnya mereka menemukan kandidat baru-baru ini, dan kabar itu membuat keributan pada festival panen bertambah meriah.
"Aku tahu. Tapi kenapa kita membicarakannya?"
"Tidak. Hanya saja, jika aku mengirim kue ucapan selamat ke pernikahannya, apa menurutmu perusahaan Galgan akan berkembang secara drastis?"
"Jiwa berdagang yang gigih. Meski aku tidak terlalu keberatan tentang kue dan pernikahan yang akan terjadi, tapi bekerja keraslah"
"Galgan akan bekerja keras karena kami berada dalam kondisi terbaik! Pertama, aku akan bertemu dan berbicara dengan orang yang bertanggung jawab menyiapkan makanan"
Obrolan berlanjut sesudahnya. Begitu menerima barang yang kami pesan tadi, kamipun meninggalkan perusahaan Galgan.
☆☆☆☆
"Kita mendapat daging yang lezat. Apa yang akan kita makan hari ini?"
"Yah....mungkin aku harus membuat Roast Beef lagi"
"Bagus, Aniki!! Aku akan mengirisnya dengan lurus lalu menggigitnya seperti ini!"
"Kita akan menyisakan bagian untuk Reese, kau tahu. Jika dia tidak kembali hari ini atau besok, dia mungkin akan sedih karena tidak memperoleh bagian makanannya"
"Gadis itu tidak akan menangis jika kita meninggalkan porsinya, tapi paling tidak membuatnya frustrasi. Reese mungkin tidak terlihat seperti itu, tapi dia cukup rakus"
"....Maksudnya, Reese-ane?"
Sambil memikirkan rencana untuk malam ini, kami terus berjalan menuju Pondok Berlian. Kemudian, secara mendadak Reus berpaling ke Emilia dan aku dengan wajah yang rumit.
"Ada apa Reus?"
"....Aniki, Nee-chan. Apa yang akan dilakukan Reese-ane saat dia lulus dari sekolah?"
"Itu....aku juga belum pernah mendengarnya"
Ketika lulus dari sekolah, kami telah memutuskan untuk berkeliling dunia. Tanpa adanya tempat untuk dipanggil sebagai rumah, kami bisa melakukan perjalanan sebagai petualang tanpa harus khawatir.
Di sisi lain, Reese memiliki rumah dan keluarga, hanya saja....apa yang ingin dia lakukan setelah lulus? Itu tetap belum diketahui....seolah menjadi satu-satunya rahasia yang dia pegang.
"Reese-ane....bukankah dia akan ikut bersama kita?"
"....Yah, kupikir akan menyenangkan jika kita bisa bepergian bersama. Namun, aku tidak bisa memaksanya melakukan itu"
"Bagaimana perasaanmu tentang Reese-ane, Aniki?*"
[Yg dimaksud Reus disini lebih tepatnya adalah rasa kepedulian]
Perasaanku tentang Reese....ya?
Baru-baru ini, ada banyak kesempatan di mana dia menatapku seolah aku adalah ayahnya. Di lain sisi, aku juga menganggapnya sebagai anak perempuan yang imut.
Reese adalah seorang gadis baik hati yang berteman dekat dengan Emilia. Jujur saja, aku menyukainya entah sebagai murid maupun sebagai perempuan. Akan bagus jika dia bisa bepergian bersama kami. Tapi, dia memiliki rumah untuk pulang....Aku sebenarnya ingin tahu apa yang dia pikirkan.
"Aku juga merasa senang jika dia bisa ikut dengan kita. Hanya saja, bahkan jika orangnya sendiri setuju ingin pergi, keputusan itu akan ditentang oleh keluarganya karena dia seorang bangsawan"
"Ya. Tapi, kita perlu membicarakan hal ini dengan Reese setidaknya sekali"
"Pertama-tama, apa yang akan terjadi setelah itu. Andaikan dia memilih pergi, keluarganya akan memprotes itu... jadi apa menurutmu kita harus melarikan diri dengan Reese? Posisi kita akan berubah menjadi buronan"
"Itu juga bisa terjadi, kan? Bahkan jika aku menjadi buronan, aku masih akan menemani Sirius-sama kemanapun"
"Aku juga!!"
"Tetap saja, aku tidak ingin menjadi buronan karena aku menyukai kebebasan"
Aku mengatakannya sebagai lelucon, tapi jika benar gadis itu memiliki masalah dengan rumah dan orang tuanya, mungkin aku akan serius menculik Reese. Dia adalah anak yang berharga bagi kami. Ditambah lagi, dia merupakan murid ketigakku. Wajar saja jika kami ingin menyelamatkannya.
Seusai makan malam, Emilia masih menunggu sampai saat terakhir sebelum waktunya tidur. Tapi pada akhirnya, Reese tidak kembali.
☆☆☆☆
Bagian 3
Sebagai kesimpulan, Reese kembali dua hari kemudian.
Sekolah sudah memasuki masa liburan. Kami akan memulai pelatihan setelah makan siang di Pondok Berlian. Tapi entah kenapa kami merasakan sesuatu dan mengalihkan perhatian ke jalan yang menuju ke sekolah.
"....Aniki. Aku mencium sesuatu yang datang ke sini dengan kecepatan tinggi"
"Aku tahu. Menilai dari reaksinya....apa itu kereta kuda?"
"Perusahaan Galgan? Tapi, barang yang kita pesan sudah sampai kemarin, kan?"
Ketika kuperiksa menggunakan {Search}, kereta kuda yang tiba tak lama setelahnya ternyata bukan dari perusahaan Galgan. Kudanya berlari kencang seolah dikejar sesuatu dan tiba dalam beberapa menit. Untuk berjaga-jaga, kami mulai menjadi waspada.
Begitu berhenti sedikit di depan kami, penampilannya pun terlihat jelas. Itu merupakan sebuah kereta kelas tinggi yang mirip dengan apa yang dinaiki para bangsawan. Sang kusir sedang mencoba menenangkan kudanya. Pintu gerbong pun mendadak terbuka dengan keras seiring Reese yang melompat keluar dari interiornya. Dia muncul dengan dampak yang hebat.
"Sirius-san, aku senang kau ada di sini!!"
Meski terburu-buru, dia tampak lega begitu menyadari keberadaanku dan langsung berubah serius. Gadis itu berdiri di hadapan kami lalu membungkuk dalam-dalam.
"Aku meminta padamu. Maukah kau ikut denganku menaiki kereta ini?"
"Reese, apa yang telah terjadi? Mendadak datang seperti itu...."
"Aku akan membicarakan rinciannya saat kita bergerak. Maafkan aku kalau ini terlalu tiba-tiba dan mungkin membuatmu terganggu! Tapi tolong, tolong ikutlah denganku!!"
"....Apa ada hal lain yang kau butuhkan?"
Aku tidak yakin kenapa dia terburu-buru, tapi diriku memutuskan untuk pergi. Diriku ini telah memilih untuk membantunya jika dia berada dalam masalah. Dan inilah saat yang tepat. Senang atas jawabanku, dia meraih dan memegang tanganku dengan erat.
"Terima kasih banyak! Jika Sirius-san setuju untuk ikut, itu saja sudah cukup!"
"Reese, apa kami berdua juga boleh ikut?"
"Boleh kah, Reese-ane?"
"....Aku juga ingin kalian ikut. Itu karena....aku ingin kalian tahu segalanya tentang diriku"
Telah di pastikan bahwa semua orang akan pergi. Kami menaiki kereta tanpa membawa apapun. Ketika Reese selesai berbicara dengan si kusir, kereta kuda pun melesat dan meninggalkan pondok berlian. Kecepatannya tetap stabil meski jumlah penumpangnya bertambah. Kereta ini berlari melewati sekolah dan sampai di kota dalam waktu singkat.
Selama berada di dalam, kami mulai mengagumi interior mewah dari sebuah gerbong yang jarang terlihat. Ukuran kereta tidak terlalu besar, tapi empat orang bisa menyesuaikan diri dengan nyaman. Reus di sampingku, sedangkan Emilia dan Reese berada di sisi yang berlawanan.
"Ini luar biasa, aniki!! Kursinya begitu empuk! Mungkin akan nyaman jika aku berbaring disini!"
"Itu memalukan, Reus. Maaf karena terlalu ribut, Reese"
"Tidak apa-apa. Saat masuk kesini untuk pertama kalinya, aku juga ingin berbaring"
Ekspresi Reese melunak, dia tersenyum pada Reus dan Emilia. Mungkin karena gadis ini merasa lega bahwa kami ada di sini. Namun, dilihat lebih teliti, aku bisa mengerti kalau dia sedang kewalahan. Sangat jelas bahwa ada sesuatu yang terjadi. Tanpa mengetahui situasinya, tak ada yang bisa kami lakukan. Aku ingin dia langsung bicara.
"Jadi....apa yang telah terjadi?"
"....Baiklah, biarkan aku menjelaskannya. Tapi sebelum itu, aku ingin mengatakan satu hal. Jika kalian bersedia mendengarkan topik ini, mulai sekarang semua orang mungkin akan terlibat dalam berbagai hal yang tidak terduga. Tapi tetap saja, aku....tidak punya pilihan lain kecuali mengandalkan Sirius-san"
"Jangan ragu dan katakanlah. Aku adalah Shishou dan temanmu. Kau bisa mengandalkanku"
"Aku tidak yakin apa yang bisa aku perbuat. Tapi aku juga akan membantumu, Reese"
"Apa ada yang bisa aku bantu, Reese-ane?"
"....Terima kasih....banyak"
Walaupun butiran kecil air mata sedikit merembes dari sana, dia tetap menegakkan tubuhnya dan membuka mulut sambil menatapku yang ada di hadapannya.
"Persoalan tentangku yang adalah anak haram dari bangsawan tertentu adalah sebuah kebohongan. Nama asliku adalah Felice, dengan nama keluarga....Bardfeld. Ayahku adalah Raja Elysion"
Reese mengaku bahwa dia adalah putri raja. Mungkin tidak ada orang lain, kecuali anggota kerajaan yang tahu tentang ini. Bahkan seseorang dengan posisi kepala sekolah, Rodwell, tidak mengetahuinya. Setelah secara jujur mengatakan itu, Reese memejamkan mata seolah berdoa untuk bertahan dari sesuatu.
"....Jadi, kami harus memanggilmu apa?"
"Heh?! I-Itu....aku ingin dipanggil Reese, seperti biasanya"
"Haruskah aku menggunakan sebutan kehormatan, Reese-ane*?"
[-sama, -dono]
"Tolong hentikan itu. Aku ingin kalian semua bertindak secara normal"
"Kalau begitu, kami akan memperlakukanmu seperti sebelumnya"
"....kau tidak terkejut ya. Itu agak tak terduga"
Selain diriku, kedua bersaudara juga tidak terkejut. Alasannya mungkin karena kami tidak berhubungan dengan bangsawan. Rumah tempatku dilahirkan adalah wilayah tertutup yang hampir tak terjangkau oleh dunia luar. Kedua bersaudara mungkin berpikir bahwa aku lebih menakjubkan daripada raja, jadi mereka tidak merasa bahwa anaknya seistimewa itu.
Meski perasaan Reese tengah tercampur aduk sekarang, dia tetap berbicara sambil terharu. Wajahnya tampak lebih cerah, seolah banyak beban yang menimpa gadis ini ikut jatuh bersama air matanya.
"Sungguh....tadinya aku berpikir bahwa diriku ini sendirian....seperti orang bodoh saja"
"Bahkan jika kau mengatakan itu, Reese tidak memancarkan suasana seorang dari keluarga kerajaan"
"Ya. Daripada memakai gaun cantik, Reese-ane terlihat lebih baik ketika menikmati makanan Aniki"
"Apa-apaan itu....Tapi....aku senang. Terima kasih"
Reese yang telah melenyapkan beban di hatinya, meraih jemari Emilia dan Reus kemudian memeluk mereka. Meski kakak beradik ini sedikit malu, tapi masih terlihat senang karena merasakan kehangatan kedua tangan Reese.
"Aku tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti keluarga kerajaan. Daripada itu, Reese harusnya memiliki sesuatu yang lebih penting untuk diceritakan, jadi bisakah muridku ini melanjutkannya?"
"Ya, mulai sekarang, mohon bantuannya"
"Serahkan saja padaku"
Kami berdua tertawa ringan
Aku tidak terkejut dengan latar belakangnya. Bagiku, seorang bangsawan ataupun keluarga kerajaan itu tidaklah relevan. Aku menganggap semua muridku sama. Bahkan jika raja campur tangan, aku sama sekali tidak berniat mengubah pendirianku sendiri.
Ketika menengok ke samping dan melihat apa yang ada di balik jendela gerbong, pemandangan diluar terisi dengan barisan bangunan-bangunan besar nan megah. Ini mungkin distrik di mana hanya para bangsawan yang bisa tinggal, sedangkan jelata sepertiku tak bisa memasukinya. Sampai-sampai membawaku ke sini dengan terburu-buru.....apa yang sedang terjadi?
"Sekarang, bisakah kau memberi tahuku alasan kenapa aku dibawa kemari?"
"Ya...."
Dia membungkukkan tubuhnya ke depan dan meminta dengan sungguh-sungguh.
"Ane-sama....Putri Lifell....aku ingin kau bertemu dengannya"
☆☆☆Chapter 38 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis: Kebanyakan orang mungkin mengharapkan ini, tapi Reese sebenarnya anggota keluarga kerajaan, bukannya bangsawan.
Cerita Ekstra / Bonus
Beberapa waktu kemudian....ini adalah pecahan singkat dari cerita antara Emilia dan Noel.
Emilia
"Onee-chan, kehebatan Sirius-sama tidak tersebar dengan baik kepada semua orang. Aku dihentikan oleh Sirius-sama sendiri"
Noel
"Jangan khawatir, Emi-chan. Karena kita akan tetap mengerjakan 'misi' ini~!"
....Isi topik itu bocor lalu dihentikan langsung oleh Sirius.
>Catatan penerjemah : Chapter ini sepertinya memiliki penerjemah/pengedit english yg berbeda. Hasilnya hampir sama dengan Omega Harem Translation, yaitu sudah sangat sesuai dengan versi RAW. Bahkan beberapa bagiannya di jelaskan lebih detail sehingga paragrafnya menjadi lebih panjang.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Entah kenapa ane semakin ketagihan ama nih novel, adegan kue kali..
ReplyDeleteThanks min. Kue kue kue
ReplyDeleteYah...
ReplyDeleteBikin penasaran lagi.....
Ditunggu lanjutannya min....
dasar pecandu kue akut.... jangan2 ntar malah jadi kritikus kue nih :v
ReplyDeletekeren min. lanjut :D
ReplyDelete