Baka to Test soal kedelapan vol 1 B. Indonesia
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Soal Kedelapan
Mohon jawab pertanyaan berikut :
Perempuan akan menampakkan karakteristik seks sekunder setelah ( ), dan kemudian mengembangkan karakteristik feminim.
Jawaban Himeji Mizuki :
"Menstruasi"
Komentar Guru :
Jawaban yang tepat.
Jawaban Yoshii Akihisa :
"Besok"
Komentar Guru :
Bukannya kau terlalu terburu-buru?
Jawaban Tsuchiya Kouta :
"Itu disebut menstruasi, datang bulan pertama sejak perempaun lahir. Dalam istilah medis, datang bulan disebut periode menstruasi. Menstruasi sangat berhubungan dengan faktor usia dan berat badan. Biasanya muncul saat tubuh perempuan mencapai berat 43 kg, tapi usia akan berbeda pada tiap orang. Di Jepang, rata-rata usia adalah 12 tahun. Ada faktor lain disamping berat badan, seperti ras, cuaca dan lingkungan yang akan mempengaruhi waktu kemunculan menstruasi...."
Komentar Guru :
Kau menulis terlalu banyak.
"Akihisa, kau benar-benar putus asa!"
Itulah hal pertama yang dikatakan Hideyoshi padaku setelah perang berakhir.
"Ugh....sakit, ini benar-benar sakit...."
Bagaimanapun juga, tanganku benar-benar nyeri. Meski tidak semua kekuatan dipantulkan padaku, rasa sakit akibat menghancurkan tembok menggunakan tangan kosong bukan main.
"Taktik semacam ini....benar-benar sesuai sifatmu"
"Be--benarkah? Bukankah kau harusnya lebih memujiku?"
"Ini adalah stategi luar biasa dan jantan yang membuat dirimu dalam keadaan sangat berbahaya. Rasa terdesak kemudian memaksamu untuk menyelesaikannya"
"....Apa kau mencoba mengatakan bahwa aku orang Idiot?"
Menghancurkan tembok sekolah bukanlah masalah kecil. Aku dipaksa tinggal di kantor guru untuk menerima konseling psikologi. Jika ini bukan kenakalan pertamaku di sekolah, aku mungkin tidak bisa naik kelas, atau bahkan sudah dikeluarkan.
"Yah, inilah kekuatan Akihisa"
Yuuji menepuk pundakku.
Menjadi Idiot adalah kekuatanku? Itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan!
"Sekarang, mari kita mulai pertemuan yang membuat beberapa orang senang tapi juga mempermalukan yang lain. Bagaimana pendapatmu. Ketua Pecundang?"
"...."
Nemoto bagaikan balon tanpa udara, duduk terdiam di lantai.
"Awalnya, aku berencana mengambil seluruh peralatan kelas B, lalu memberikkanmu Chabudai kecil sebagai hadiah. Namun, aku bisa menawarikan kesepakatan spesial yang bisa membuatmu lolos dari hukuman ini"
Pengumuman Yuuji sepertinya memunculkan reaksi-reaksi yang tidak diharapkan.
"Tenang, semuanya. Aku telah mengatakan ini sebelumnya, tapi target kita adalah Kelas A, bukan disini"
"Ya, dia benar"
"Tempat ini hanya titik singgah kita. Jadi selama Kelas B menyetujui syarat kita, kita akan melepas mereka untuk sekarang!"
Semua orang di kelasku terlihat paham dengan perkataan Yuuji. Yuuji telah mengatakan sesuatu yang mirip saat kami bertempur dengan Kelas D, jadi teman-teman sekelas kami sudah mengerti dia lebih baik.
"....Apa syaratnya?"
Nemoto bertanya dengan suara lemah.
"Syaratnya terkait denganmu, Ketua Kelas Pecundang"
"Terkait denganku?"
"Ya. Kali ini kau sudah menggunakan cukup banyak trik kotor. Jujur saja, aku tidak menyukaimu sejak tahun lalu"
Meski apa yang Yuuji katakan tidak sopan, Nemoto benar-benar melakukan apa yang dikatakan Yuuji, jadi tak ada yang membantunya. Dan sepertinya dia juga mengerti situasinya.
"Aku akan memberikan kalian, Kelas B, kesempatan istimewa yang tiada duanya ini"
Yuuji menambahkan apa yang kuminta padanua kemarin pagi kedalam persyaratan.
"Pergilah ke kelas A dan katakan pada mereka, Kelas B sudah siap untuk Perang Syokanju. Jika kau melakukan itu, aku takkan mengambil fasilitas kelas. Namun, ingat ini. Jangan mengumumkan perang melawan Kelas A secara langsung, atau kalian takkan bisa menghindari pertempuran. Yang perlu dilakukan hanyalah membuat mereka mengerti bahwa kalian berencana berperang, itu saja"
"....Itu saja?"
Mata Nemoto dipenuhi rasa tak percaya. Jika berjalan sebagaimana rencana sebelumnya, hanya ini yang akan kami minta darinya. Namun....
"Ya. Selama ketua kelas B memakai ini dan mengatakan persis dengan apa yang baru saja kukatakan, nyawamu akan diampuni"
Ini adalah taktik untuk mendapatkan seragamnya, tapi kupikir Yuuji juga mencampur sedikit perasaan pribadi kedalamnya.
"Be-Berhenti bercanda! berani-beraninya kau menyuruhku melakukan tindakan bodoh semacam itu!"
Nemoto mulai panik dan tak bisa berbicara dnegan benar. Dia pasti sangat membenci rencana ini.
"Para siswa Kelas B pasti akan melakukan apa yang dikatakan Tuan Yuuji!"
"Percayakan saja pada kami! Kami pasti akan membuatnya mengenakan seragam perempuan itu!"
"Jika melakukan ini bisa melindungi fasilitas kelas, kami tak punya pilihan lain!"
Dukungan hangat datang dari seluruh siswa Kelas B. Dari sikap mereka, aku bisa membayangkan hal-hal busuk apa yang biasa dilakukan Nemoto.
"Kalau begitu, kita sepakat"
"Oi! J-Jangan mendekat! Kalian mesum----UGH?!?!"
"Diamkan dia dulu!"
"Oh, terimakasih"
Seorang laki-laki dari Kelas B mendadak memberikan sekepal tinju ke perut ketua kelas mereka. bahkan Yuuji pun terkejut dengan kecepatan perubahan sikap mereka.
'Sekarang, ganti bajunya. Akihisa, kuserahkan ini padamu"
"Baiklah"
Aku mendekati Nemoto yang tengah terbaring di lantai dan mulai mengganti pakaiannya. Meski tidak ada hukuman yang lebih buruk dari melepas baju seorang lelaki, apa boleh buat karena ini merupakan salah satu tujuanku.
"Ahh....Ahhgg...."
Nemoto mulai membuat suara. Oh tidak, mungkin dia akan segera bangun.
"HAAHH!!!!"
"UGHH?!?!?!"
Agar yakin dia tidak bangun, aku memberikannnya pukulan lagi. Setelah mengambil seragam lelaki yang familiar dan bersiap membantunya mengenakan seragam perempuan.
"Hmm....bagaimana aku harus memakaikannya?"
Cara mengenakan seragam perempuan sangat berbeda dari seragam lelaki. Aku bahkan tak tahu harus mulai dari mana.
Saat kebingungan dan tak tahu apa yang perlu dilakukan selanjutnya----
"Biarkan aku membantumu"
Seorang gadis Kelas B memunculkan dirinya untuk membantu.
"Benarkah? Terima kasih atas bantuannya. Karena ini adalah kesempatan langka, berikan dia sedikit riasan cantik juga!"
"Dasarnya sudah busuk, jadi itu mustahil"
Itu sangat kasar.
"Kalau begitu, tolong ya"
Aku menyerahkan Nemoto padanya dan membawa seragam ini menjauh dari TKP.
Mungkin ada di sekitar sini?
Aku mencari-cari pada seragam Nemoto, dan akhirnya menemukan sebuah benda.
"....Ketemu, ketemu"
Aku mengambil surat yang terlihat sangat kuhapal dan menaruhnya di sakuku sendiri.
Sekarang, apa yang harus dilakukan dengan seragam ini? Yah, aku memutuskan untuk membuagnya. Ini merupakan sebuah kesempatan agar Nemoto menikmati sentuhan dan nuansa dari sehelai seragam perempuan saat pulang.
Aku memikirkan semua hal itu sambil berjalan menuju Kelas F sebelum yang lain tiba.
Setelah melempar seragam Nemoto ke tong sampah, aku menarik surat dari sakuku.
"Sekarang waktunya mengembalikan ini ke pemiliknya yang asli"
Aku menaruh surat kedalam tas Himeji yang berada di atas meja, dan misi ini resmi berakhir.
"Yoshii!"
"Apa?!"
Tiba-tiba, seseorang berteriak dari belakang. Aku hanya bisa menjerit bagaikan seorang idiot, memalukan.
"A-Ada apa?"
Aku dengan panik berbalik, dan melihat Himeji berdiri disana.
"Yoshii...."
Matanya terlihat seakan siap menangis kapan saja.
“Y-Ya?”
Mungkin itu karena dia melihatku menyentuh tasnya, jadi aku mulai panik.
Himeji pun mendadak memelukku dengan erat.
"Waaa?!"
"Terima kasijh atas bantuanmu....Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa...."
Orang yang benar-benar tak tahu harus berbuat apa itu aku, kan? Sial! Apa ini taktik yang baru ditemukan untuk memaksa orang mengubah fokus mereka?
"Pokoknya, kau perlu tenang dulu. Aku akan bermasalah jika kau menangis seperti ini"
"....Y-Ya"
Untuk menenangkan Himeji, aku dengan lembut mendorongnya menjauh.
Ah, sial! Kenapa aku malah menjauhkannya! Kesempatan semacam ini takkan datang lagi!
"Maaf, Aku terlalu senang...."
Himeji mengusap matanya yang agak memerah setelah menangis.
Ahhh! Aku ingin sekali mengatakan tolong sekali lagi peluk erat diriku!
"Aku ingin....ingin....---"
"Apa?"
Ah! Itu keluar dari mulutku! Aku akan berada dalam masalah besar jika tak bisa mengatakan sesuatu untuk meloloskan diriku dari sini!
"....---menghantam tembok lagi"
Bodohnya!! Aku benar-benar idiot!! Apa kau seorang teroris? Kenapa malah ingin menghantam tembok lagi?!
"Eh, jika melakukannya lagi, kau takkan bisa naik kelas...."
Ya, aku mengerti! Aku sudah tahu!! Jangan menatapku seperti itu!!!
"....Kalau begitu, aku akan bergabung dengan yang lain"
"Ah, tolong tunggu sebentar"
Aku merasa benar-benar lemah dan mencoba berbalik lalu kabur, tapi Himeji menarik lengan bajuku.
"A-Ada apa?"
"Emm...."
Mungkin dia ingin memperkenalkan seorang dokter yang bagus padaku. Sial! Tidak kusangka apa yang kukatakan sebelumnya akan segera berbalik padaku. Kenapa penghinaan semacam ini harus muncul setiap waktu?!
"Tentang surat itu, terimakasih atas bantuanmu"
Himeji menundukkan kepala dan berterima kasih padaku dengan suara yang sangat pelan.
"Bukan apa-apa. Aku hanya kebetulan menemukan surat itu dari seragam Nemoto dan mengambilnya"
"Itu....bohong, kan?"
"Tidak, itu tidak sungguh---"
"Yoshii, kau benar-benar lembut. Ketika aku meninggalkan kursiku saat ujian pembagian kelas, kau juga berdiri dan berteriak pada pengawas, dia seharusnya tidak gagal hanya karena merasa tidak enak badan dan perlu pergi...."
Kalau dipikir-pikir, hal seperti itu memang pernah terjadi. Karena pengawasnya terlalu dingin, aku hanya bisa marah.
"Dan, perang ini....dimulai karena aku, kan?"
"Eh? Ah, tidak! Bagaimana mungkin?"
"Hehe, kau tak bisa menyembunyikannya lagi. Aku melihat Yoshii mendiskusikan sesuatu dengan Yuuji ketika pengenalan diriku berakhir"
Saat itu, dia melihat kami? Kalau begini aku memang tak bisa menyembunyikannya lagi.
"Aku sangat bahagia. Yoshii, kau sungguh baik, tepat seperti ketika di SD...."
....Hah? Aku hanya merasa situasi di adegan ini sangatlah aneh. Bahkan, muncul rasa lumpuh yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Meski kurang mengerti apa yang terjadi, aku sama sekali tak menyukai keadaan ini!
"S-Surat itu, aku harapkan yang terbaik untukmu!"
Pokoknya, ayo ubah topiknya sekarang juga. Kalau tidak, hal-hal mungkin akan berkembang ke tahap di luar imajinasiku.
"Ah...Ya! Aku akan melakukan yang terbaik!"
Himeji tersenyum ketika menjawabnya. Melihat senyum ini, aku hanya bisa berpikir....gadis ini sangat menyukai Yuuji. Aku tahu kalau dari dulu diriku takkan mampu menyaingi lelaki itu. Meski tak menyukainya, aku tak bisa berbuat apapun.
"Lalu, kapan kau mau mengakui perasaanmu?"
Ayo mencoba berbincang sebentar, setidaknya aku bisa melakukan ini, kan?
"Eh....Aku pikir itu harus menunggu hingga semuanya selesai...."
Wajah Himeji memerah saat menjawab pertanyaanku.
"Begitu ya. Menurutku mengakui perasaan secara langsung lebih baik daripada menggunakan selembar surat"
"Be-Benarkah? Yoshii lebih suka seperti itu?"
"Ya. Jika aku orangnya, mengatakan itu tepat di depanku akan membuatku lebih bahagia!"
Karena Nemoto, surat itu berubah menjadi kenangan buruk. Kurasa cara ini lebih baik bagi Himeji.
"Kalau begitu, jangan lupakan apa yang kau baru saja katakan!"
"Eh? Ah, aku tahu"
Pendapatku mungkin berbeda dengan Yuuji, tapi Himeji nampak sangat senang, seakan telah mendapatkan saran yang penting.
"(P-Pakaian ini, roknya terlalu pendek!)"
"(Jangan khawatir soal itu, kau akan baik-baik saja jika berjalan pelan-pelan)"
"(Bajingan kau, Sakamoto....Berani-beraninya kau membuatku melakukan ini....)"
"(Jangan membuang-buang waktu! Kau punya jadwal pemotretan di luar nanti, jadi kau takkan tepat waktu jika tidak cepat-cepat!)"
"(T-Tunggu!! Aku tak pernah mendengar itu sebelumnya!!)"
Suara-suara ribut datang dari koridor. Sepertinya, acaranya telah dimulai.
"Apa yang terjadi?"
"Entahlah"
Terdapat sesi pemotretan di luar yang baru ditambahkan selain mengirim pesan ke Kelas A. Hari ini mungkin akan menjadi kenangan indah yang takkan pernah dilupakan untuk Nemoto.
"Yah intinya, semoga berhasil"
"Ya! Terima kasih!"
Himeji memberikan jawaban bersemangat lalu meninggalkan ruang kelas. Langkahnya tampak ringan.
Sekarang, waktunya bagiku kembali ke kelompok.
Aku bersiap pergi dan mengikuti Himeji.
"....Tunggu, sebelum itu"
Aku berjalan menuju chabudai Yuuji, dan mengambil tasnya.
"Ayo tinggalkan beberapa kata kasar di buku catatan Yuuji!"
Aku bukan mereka yang bisa memberi ucapan selamat kepada seorang lelaki beruntung dengan mudah!
∆∆∆Soal kedelapan berakhir disini∆∆∆
Soal Kedelapan
Mohon jawab pertanyaan berikut :
Perempuan akan menampakkan karakteristik seks sekunder setelah ( ), dan kemudian mengembangkan karakteristik feminim.
Jawaban Himeji Mizuki :
"Menstruasi"
Komentar Guru :
Jawaban yang tepat.
Jawaban Yoshii Akihisa :
"Besok"
Komentar Guru :
Bukannya kau terlalu terburu-buru?
Jawaban Tsuchiya Kouta :
"Itu disebut menstruasi, datang bulan pertama sejak perempaun lahir. Dalam istilah medis, datang bulan disebut periode menstruasi. Menstruasi sangat berhubungan dengan faktor usia dan berat badan. Biasanya muncul saat tubuh perempuan mencapai berat 43 kg, tapi usia akan berbeda pada tiap orang. Di Jepang, rata-rata usia adalah 12 tahun. Ada faktor lain disamping berat badan, seperti ras, cuaca dan lingkungan yang akan mempengaruhi waktu kemunculan menstruasi...."
Komentar Guru :
Kau menulis terlalu banyak.
***
"Akihisa, kau benar-benar putus asa!"
Itulah hal pertama yang dikatakan Hideyoshi padaku setelah perang berakhir.
"Ugh....sakit, ini benar-benar sakit...."
Bagaimanapun juga, tanganku benar-benar nyeri. Meski tidak semua kekuatan dipantulkan padaku, rasa sakit akibat menghancurkan tembok menggunakan tangan kosong bukan main.
"Taktik semacam ini....benar-benar sesuai sifatmu"
"Be--benarkah? Bukankah kau harusnya lebih memujiku?"
"Ini adalah stategi luar biasa dan jantan yang membuat dirimu dalam keadaan sangat berbahaya. Rasa terdesak kemudian memaksamu untuk menyelesaikannya"
"....Apa kau mencoba mengatakan bahwa aku orang Idiot?"
Menghancurkan tembok sekolah bukanlah masalah kecil. Aku dipaksa tinggal di kantor guru untuk menerima konseling psikologi. Jika ini bukan kenakalan pertamaku di sekolah, aku mungkin tidak bisa naik kelas, atau bahkan sudah dikeluarkan.
"Yah, inilah kekuatan Akihisa"
Yuuji menepuk pundakku.
Menjadi Idiot adalah kekuatanku? Itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan!
"Sekarang, mari kita mulai pertemuan yang membuat beberapa orang senang tapi juga mempermalukan yang lain. Bagaimana pendapatmu. Ketua Pecundang?"
"...."
Nemoto bagaikan balon tanpa udara, duduk terdiam di lantai.
"Awalnya, aku berencana mengambil seluruh peralatan kelas B, lalu memberikkanmu Chabudai kecil sebagai hadiah. Namun, aku bisa menawarikan kesepakatan spesial yang bisa membuatmu lolos dari hukuman ini"
Pengumuman Yuuji sepertinya memunculkan reaksi-reaksi yang tidak diharapkan.
"Tenang, semuanya. Aku telah mengatakan ini sebelumnya, tapi target kita adalah Kelas A, bukan disini"
"Ya, dia benar"
"Tempat ini hanya titik singgah kita. Jadi selama Kelas B menyetujui syarat kita, kita akan melepas mereka untuk sekarang!"
Semua orang di kelasku terlihat paham dengan perkataan Yuuji. Yuuji telah mengatakan sesuatu yang mirip saat kami bertempur dengan Kelas D, jadi teman-teman sekelas kami sudah mengerti dia lebih baik.
"....Apa syaratnya?"
Nemoto bertanya dengan suara lemah.
"Syaratnya terkait denganmu, Ketua Kelas Pecundang"
"Terkait denganku?"
"Ya. Kali ini kau sudah menggunakan cukup banyak trik kotor. Jujur saja, aku tidak menyukaimu sejak tahun lalu"
Meski apa yang Yuuji katakan tidak sopan, Nemoto benar-benar melakukan apa yang dikatakan Yuuji, jadi tak ada yang membantunya. Dan sepertinya dia juga mengerti situasinya.
"Aku akan memberikan kalian, Kelas B, kesempatan istimewa yang tiada duanya ini"
Yuuji menambahkan apa yang kuminta padanua kemarin pagi kedalam persyaratan.
"Pergilah ke kelas A dan katakan pada mereka, Kelas B sudah siap untuk Perang Syokanju. Jika kau melakukan itu, aku takkan mengambil fasilitas kelas. Namun, ingat ini. Jangan mengumumkan perang melawan Kelas A secara langsung, atau kalian takkan bisa menghindari pertempuran. Yang perlu dilakukan hanyalah membuat mereka mengerti bahwa kalian berencana berperang, itu saja"
"....Itu saja?"
Mata Nemoto dipenuhi rasa tak percaya. Jika berjalan sebagaimana rencana sebelumnya, hanya ini yang akan kami minta darinya. Namun....
"Ya. Selama ketua kelas B memakai ini dan mengatakan persis dengan apa yang baru saja kukatakan, nyawamu akan diampuni"
Ini adalah taktik untuk mendapatkan seragamnya, tapi kupikir Yuuji juga mencampur sedikit perasaan pribadi kedalamnya.
"Be-Berhenti bercanda! berani-beraninya kau menyuruhku melakukan tindakan bodoh semacam itu!"
Nemoto mulai panik dan tak bisa berbicara dnegan benar. Dia pasti sangat membenci rencana ini.
"Para siswa Kelas B pasti akan melakukan apa yang dikatakan Tuan Yuuji!"
"Percayakan saja pada kami! Kami pasti akan membuatnya mengenakan seragam perempuan itu!"
"Jika melakukan ini bisa melindungi fasilitas kelas, kami tak punya pilihan lain!"
Dukungan hangat datang dari seluruh siswa Kelas B. Dari sikap mereka, aku bisa membayangkan hal-hal busuk apa yang biasa dilakukan Nemoto.
"Kalau begitu, kita sepakat"
"Oi! J-Jangan mendekat! Kalian mesum----UGH?!?!"
"Diamkan dia dulu!"
"Oh, terimakasih"
Seorang laki-laki dari Kelas B mendadak memberikan sekepal tinju ke perut ketua kelas mereka. bahkan Yuuji pun terkejut dengan kecepatan perubahan sikap mereka.
'Sekarang, ganti bajunya. Akihisa, kuserahkan ini padamu"
"Baiklah"
Aku mendekati Nemoto yang tengah terbaring di lantai dan mulai mengganti pakaiannya. Meski tidak ada hukuman yang lebih buruk dari melepas baju seorang lelaki, apa boleh buat karena ini merupakan salah satu tujuanku.
"Ahh....Ahhgg...."
Nemoto mulai membuat suara. Oh tidak, mungkin dia akan segera bangun.
"HAAHH!!!!"
"UGHH?!?!?!"
Agar yakin dia tidak bangun, aku memberikannnya pukulan lagi. Setelah mengambil seragam lelaki yang familiar dan bersiap membantunya mengenakan seragam perempuan.
"Hmm....bagaimana aku harus memakaikannya?"
Cara mengenakan seragam perempuan sangat berbeda dari seragam lelaki. Aku bahkan tak tahu harus mulai dari mana.
Saat kebingungan dan tak tahu apa yang perlu dilakukan selanjutnya----
"Biarkan aku membantumu"
Seorang gadis Kelas B memunculkan dirinya untuk membantu.
"Benarkah? Terima kasih atas bantuannya. Karena ini adalah kesempatan langka, berikan dia sedikit riasan cantik juga!"
"Dasarnya sudah busuk, jadi itu mustahil"
Itu sangat kasar.
"Kalau begitu, tolong ya"
Aku menyerahkan Nemoto padanya dan membawa seragam ini menjauh dari TKP.
Mungkin ada di sekitar sini?
Aku mencari-cari pada seragam Nemoto, dan akhirnya menemukan sebuah benda.
"....Ketemu, ketemu"
Aku mengambil surat yang terlihat sangat kuhapal dan menaruhnya di sakuku sendiri.
Sekarang, apa yang harus dilakukan dengan seragam ini? Yah, aku memutuskan untuk membuagnya. Ini merupakan sebuah kesempatan agar Nemoto menikmati sentuhan dan nuansa dari sehelai seragam perempuan saat pulang.
Aku memikirkan semua hal itu sambil berjalan menuju Kelas F sebelum yang lain tiba.
Setelah melempar seragam Nemoto ke tong sampah, aku menarik surat dari sakuku.
"Sekarang waktunya mengembalikan ini ke pemiliknya yang asli"
Aku menaruh surat kedalam tas Himeji yang berada di atas meja, dan misi ini resmi berakhir.
"Yoshii!"
"Apa?!"
Tiba-tiba, seseorang berteriak dari belakang. Aku hanya bisa menjerit bagaikan seorang idiot, memalukan.
"A-Ada apa?"
Aku dengan panik berbalik, dan melihat Himeji berdiri disana.
"Yoshii...."
Matanya terlihat seakan siap menangis kapan saja.
“Y-Ya?”
Mungkin itu karena dia melihatku menyentuh tasnya, jadi aku mulai panik.
Himeji pun mendadak memelukku dengan erat.
"Waaa?!"
"Terima kasijh atas bantuanmu....Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa...."
Orang yang benar-benar tak tahu harus berbuat apa itu aku, kan? Sial! Apa ini taktik yang baru ditemukan untuk memaksa orang mengubah fokus mereka?
"Pokoknya, kau perlu tenang dulu. Aku akan bermasalah jika kau menangis seperti ini"
"....Y-Ya"
Untuk menenangkan Himeji, aku dengan lembut mendorongnya menjauh.
Ah, sial! Kenapa aku malah menjauhkannya! Kesempatan semacam ini takkan datang lagi!
"Maaf, Aku terlalu senang...."
Himeji mengusap matanya yang agak memerah setelah menangis.
Ahhh! Aku ingin sekali mengatakan tolong sekali lagi peluk erat diriku!
"Aku ingin....ingin....---"
"Apa?"
Ah! Itu keluar dari mulutku! Aku akan berada dalam masalah besar jika tak bisa mengatakan sesuatu untuk meloloskan diriku dari sini!
"....---menghantam tembok lagi"
Bodohnya!! Aku benar-benar idiot!! Apa kau seorang teroris? Kenapa malah ingin menghantam tembok lagi?!
"Eh, jika melakukannya lagi, kau takkan bisa naik kelas...."
Ya, aku mengerti! Aku sudah tahu!! Jangan menatapku seperti itu!!!
"....Kalau begitu, aku akan bergabung dengan yang lain"
"Ah, tolong tunggu sebentar"
Aku merasa benar-benar lemah dan mencoba berbalik lalu kabur, tapi Himeji menarik lengan bajuku.
"A-Ada apa?"
"Emm...."
Mungkin dia ingin memperkenalkan seorang dokter yang bagus padaku. Sial! Tidak kusangka apa yang kukatakan sebelumnya akan segera berbalik padaku. Kenapa penghinaan semacam ini harus muncul setiap waktu?!
"Tentang surat itu, terimakasih atas bantuanmu"
Himeji menundukkan kepala dan berterima kasih padaku dengan suara yang sangat pelan.
"Bukan apa-apa. Aku hanya kebetulan menemukan surat itu dari seragam Nemoto dan mengambilnya"
"Itu....bohong, kan?"
"Tidak, itu tidak sungguh---"
"Yoshii, kau benar-benar lembut. Ketika aku meninggalkan kursiku saat ujian pembagian kelas, kau juga berdiri dan berteriak pada pengawas, dia seharusnya tidak gagal hanya karena merasa tidak enak badan dan perlu pergi...."
Kalau dipikir-pikir, hal seperti itu memang pernah terjadi. Karena pengawasnya terlalu dingin, aku hanya bisa marah.
"Dan, perang ini....dimulai karena aku, kan?"
"Eh? Ah, tidak! Bagaimana mungkin?"
"Hehe, kau tak bisa menyembunyikannya lagi. Aku melihat Yoshii mendiskusikan sesuatu dengan Yuuji ketika pengenalan diriku berakhir"
Saat itu, dia melihat kami? Kalau begini aku memang tak bisa menyembunyikannya lagi.
"Aku sangat bahagia. Yoshii, kau sungguh baik, tepat seperti ketika di SD...."
....Hah? Aku hanya merasa situasi di adegan ini sangatlah aneh. Bahkan, muncul rasa lumpuh yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Meski kurang mengerti apa yang terjadi, aku sama sekali tak menyukai keadaan ini!
"S-Surat itu, aku harapkan yang terbaik untukmu!"
Pokoknya, ayo ubah topiknya sekarang juga. Kalau tidak, hal-hal mungkin akan berkembang ke tahap di luar imajinasiku.
"Ah...Ya! Aku akan melakukan yang terbaik!"
Himeji tersenyum ketika menjawabnya. Melihat senyum ini, aku hanya bisa berpikir....gadis ini sangat menyukai Yuuji. Aku tahu kalau dari dulu diriku takkan mampu menyaingi lelaki itu. Meski tak menyukainya, aku tak bisa berbuat apapun.
"Lalu, kapan kau mau mengakui perasaanmu?"
Ayo mencoba berbincang sebentar, setidaknya aku bisa melakukan ini, kan?
"Eh....Aku pikir itu harus menunggu hingga semuanya selesai...."
Wajah Himeji memerah saat menjawab pertanyaanku.
"Begitu ya. Menurutku mengakui perasaan secara langsung lebih baik daripada menggunakan selembar surat"
"Be-Benarkah? Yoshii lebih suka seperti itu?"
"Ya. Jika aku orangnya, mengatakan itu tepat di depanku akan membuatku lebih bahagia!"
Karena Nemoto, surat itu berubah menjadi kenangan buruk. Kurasa cara ini lebih baik bagi Himeji.
"Kalau begitu, jangan lupakan apa yang kau baru saja katakan!"
"Eh? Ah, aku tahu"
Pendapatku mungkin berbeda dengan Yuuji, tapi Himeji nampak sangat senang, seakan telah mendapatkan saran yang penting.
"(P-Pakaian ini, roknya terlalu pendek!)"
"(Jangan khawatir soal itu, kau akan baik-baik saja jika berjalan pelan-pelan)"
"(Bajingan kau, Sakamoto....Berani-beraninya kau membuatku melakukan ini....)"
"(Jangan membuang-buang waktu! Kau punya jadwal pemotretan di luar nanti, jadi kau takkan tepat waktu jika tidak cepat-cepat!)"
"(T-Tunggu!! Aku tak pernah mendengar itu sebelumnya!!)"
Suara-suara ribut datang dari koridor. Sepertinya, acaranya telah dimulai.
"Apa yang terjadi?"
"Entahlah"
Terdapat sesi pemotretan di luar yang baru ditambahkan selain mengirim pesan ke Kelas A. Hari ini mungkin akan menjadi kenangan indah yang takkan pernah dilupakan untuk Nemoto.
"Yah intinya, semoga berhasil"
"Ya! Terima kasih!"
Himeji memberikan jawaban bersemangat lalu meninggalkan ruang kelas. Langkahnya tampak ringan.
Sekarang, waktunya bagiku kembali ke kelompok.
Aku bersiap pergi dan mengikuti Himeji.
"....Tunggu, sebelum itu"
Aku berjalan menuju chabudai Yuuji, dan mengambil tasnya.
"Ayo tinggalkan beberapa kata kasar di buku catatan Yuuji!"
Aku bukan mereka yang bisa memberi ucapan selamat kepada seorang lelaki beruntung dengan mudah!
∆∆∆Soal kedelapan berakhir disini∆∆∆
Comments
Post a Comment