Baka to Test: Volume 2 soal Kedua B. Indonesia
Jawablah
Pertanyaan berikut:
Tuliskan
nama-nama ketiga negara negara Baltik.
Jawaban
Himeji Mizuki:
Lithuania,
Estonia, Latvia.
(Terdapat di Eropa Utara. Nama "Baltik" didapat
dari lokasi ketiga negara yang berada dekat laut Baltik)
Komentar
Guru:
Benar .
Jawaban
Tsuchiya Kouta:
Asia, Eropa,
Urayasu.
(Uruyasu, Kota terletak di Chiba Barat, Disneyland ada
disana)
Komentar
Guru:
Saya lebih
khawatir tentang bagaimana Tsuchiya-san menjelaskan kata 'negara'.
Jawaban
Yoshii Akihisa:
Kagawa,
Tokushima, Ehime, Kochi.
(Semua nama ini berasal dari perfektur Shikoku, sebuah
pulau di jepang dengan kota-kota besar yang punya nama yang sama)
Komentar
Guru:
Sebelum saya
membetulkan jawabanmu, saya harap kamu sadar kalau kamu tidak menjawab dengan
jumlah yang benar.
***
"Aki,
bisa bicara sebentar?"
Sekarang
sudah waktu pulang sekolah. Baru saja ingin pulang tanpa memikirkan apa pun
yang penting, Minami memanggilku.
"Un,
kau butuh bantuanku?"
"Bukan
bantuan... Lebih tepatnya, aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu."
Dia
kelihatan normal sekarang. Sepertinya dia tidak ingin membicarakan yang aneh-aneh.
"Diskusi?
Oke, akan kudengarkan."
"Um,
thanks. Kurasa Aki yang paling cocok diajak bicara tentang ini. Apa tidak ada
cara supaya Sakamoto mau ikut membantu?"
Ngomong-ngomong
tentang Sakamoto, dia adalah sahabat terburukku, Ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji .
Sepertinya
Minami berpikir kalau Kedai Teh hanya akan sukses kalau Yuuji yang memimpin
kelas F. Tapi dia tidak mau menimbulkan masalah dengan memintanya langsung ke
Yuuji, sepertinya dia gadis yang pintar.
"Mm--- Ini
sangat susah... Kan sudah kubilang, Yuuji tidak akan peduli dengan apa pun kalau
dia tidak tertarik."
Orang itu
juga mungkin tidak tahu kelas ini akan melakukan apa.
"Tapi
kalau Aki yang minta, mungkin dia akan melakukan sesuatu?"
Minami menatapku
dengan wajah penuh harap.
"Eh? Kurasa
kalau aku yang minta juga tidak akan merubah pikirannya--"
"Tidak,
itu tidak akan mungkin. Dia pasti akan menerima permintaan Aki,
karena----"
"Walaupun
kami sering main bersama, tidak akan ada perbedaan..."
"----Kalian
saling cinta, kan?"
"Aku tidak
akan bisa menikah!!!!!!"
Bisa-bisanya
kau mengatakan itu dengan muka datar seperti itu...
"Dari
awal juga siapa yang mau sama Yuuji? Kalau begitu ceritanya, aku lebih pilih
Hideyoshi!"
"...Ah,
Akihisa?"
Saat ini,
Hideyoshi yang sedang berdiri disebelah kami menghentikan kegiatannya. Ah, sial,
bagaimana situasi bisa jadi aneh seperti ini?
"Itu...
mengenai itu, aku berterima kasih untuk perasaanmu, tapi walaupun kau bilang
begitu, ada banyak halangan yang tidak bisa dilewati. Itu, misalnya, sesuatu
seperti perbedaan umur..."
"Hi...Hideyoshi!!
Bukan seperti itu!! Kau benar-benar telah salah paham!! Itu cuma kiasan!! Dan
halangan terbesar kita bukan umur!!"
Hideyoshi
menundukkan kepalanya tersipu. A-apa yang terjadi sekarang?! Apa aku mulai
berpikir tidak masalah kalau jatuh cinta pada Hideyoshi.
"Jadi,
maksudmu, kau tidak bisa mengajak Sakamoto juga?"
"Eh?
Ah, mm, ya seperti itu."
Aku
menggeleng-gelengkan kepalaku, mencoba mengeluarkan seluruh pikiran berbahaya
ini dari otakku, dan menengok ke arah Minami.
"Apa ada
cara lain? Kalau begini terus Kedai Tehnya akan gagal."
Minami menundukkan
kepalanya, wajahnya juga terlihat murung. Itu benar, aku juga harus berpikir
bagaimana cara untuk mengajak Yuuji.
Jika Kedai
Teh-nya sukses, kami bisa memakai uang penghasilannya untuk meningkatkan
fasilitas Kelas F, dan mengurangi beban tubuh Himeji-san juga. Jika mungkin, aku
ingin kedai ini sukses.
"Oh ya,
apa yang kalian bicarakan? Kelihatannya kalian sangat kebingungan, pasti
sesuatu yang serius."
"Ini
bukan sesuatu yang sangat serius, kami hanya membicarakan tentang Kedai Teh dan
perlengkapan kelas"
"Aki,
bukan itu saja. Ini benar-benar serius."
"Eh?
Tentang apa?"
Minami
kelihatan sedikit aneh. Dia tidak masalah dengan fasilitasnya tapi tiba-tiba
dia bersikap seantusias ini. Apa yang dia pikiran?
"Walaupun
dia bilang jangan kasih tahu siapa pun, tapi di situasi seperti ini... Bisa kau
jaga rahasia?"
"Um,
mm, iya."
Aku cukup terkejut
dengan ekspresi serius Minami.
"Ini
ada hubungannya dengan Himeji."
"Himeji-san?
Ada apa dengannya?"
"Dia mungkin
terpaksa harus pindah sekolah."
"Eh?"
Himeji-san
pindah sekolah!? Bagaimana mungkin! Kami akhirnya sekelas dan baru saja mulai. Sekarang
dia akan pindah sekolah! Aku belum membuat kenangan indah bersamanya, bahkan
aku belum tidur di pangkuannya atau membiarkannya membersihkan kupingku!
Ngomong-ngomong, apa yang akan terjadi dengan kelas ini? Sebagai bintang kelas,
satu kelas ini akan hancur berantakan kalau dia tidak ada, dan akan berubah
menjadi neraka yang penuh dengan kekerasan dan penjarahan. Gaya rambut sekelas
akan menjadi seperti suku Mahican di akhir abad... Setelah itu akan ada perang
besar-besaran untuk memperebutkan Hideyoshi-
(Mahican,
salah satu suku asli dari amerika di abad ke-19, yang memiliki gaya rambut
Mohawk)
"Ugh,
gawat. Akihisa mulai kacau."
"Si
Idiot ini! Dia malah tidak berkutik mendengar berita buruk ini."
"Akihisa,
Sadar!"
Siapa yang
menggoyangkan pundakku sekeras ini? Ah, Hideyoshi. Kau manis sekali hari ini.
"Hideyoshi...
Kalau aku berambut Mohawk, apa kau akan tetap menyukaiku?"
"...Apa
hubungannya dengan Himeji?"
"Bisa
dibilang, ini mungkin bakat langka."
...Ack!
Sial, aku terlalu jauh memikirkannya.
"Minami,
apa maksudmu Himeji-san akan pindah sekolah tiba-tiba seperti ini?"
"Sudah
kubilang. Kalau keadaannya tetap seperti ini, Himeji akan pindah sekolah."
"Keadaaan
tetap seperti ini...?"
Ini adalah
cara yang aneh untuk menjelaskan. Kupikir, sekalinya orang berencana pindah
sekolah, itu sudah tidak terhindarkan.
"Shimada.
Bukannya alasan Himeji-san pindah sekolah tidak ada hubungannya dengan apa yang
kau katakan tadi?"
Hideyoshi menunjukkan
wajah bingungnya.
"Bukan
begitu. Alasan Himeji pindah sekolah adalah karena 'Fasilitas Kelas F'."
"Dengan
kata lain, bukan karena pekerjaan orang tuanya?"
"Ya, alasannya
adalah fasilitas."
Mendengar
ini, tiba-tiba aku sadar.
Siapa pun pasti
langsung tahu kalau fasilitas kelas F tidak cocok untuk Himeji-san. Walaupun
aku tidak menolak metode sekolah untuk memacu edukasi dengan kompetisi, tapi ini
aneh bagi Himeji-san, yang sudah level tinggi, untuk menerima perlakuan buruk
ini.
Kami hanya
punya tikar anyaman dan kardus. Walaupun dia harus belajar di kelas kami, hanya
ada orang-orang idiot di sekitarnya. Dia tidak melakukan sesuatu yang salah,
tapi dipaksa belajar di lingkungan parah seperti ini, orang tua mana pun pasti
mau dia pindah sekolah.
"Dan
juga, tubuh Himeji sangat lemah."
"Ya, ini
sangat merepotkan..."
Seperti yang
Minami bilang, kondisi kumuh seperti ini bisa merusak kesehatan Himeji-san dalam
jangka waktu yang lama. Walaupun kami sering menyapu lantai (yah, sebenarnya sangat
jarang), tetap saja tidak bersih. Sekarang mungkin tidak masalah, tapi nanti saat
angin musim dingin masuk lewat jendela, bukan hanya Himeji-san, pasti banyak
yang akan jauh sakit.
"Begitu
ya... jadi kau mau Kedai Teh ini sukses supaya kita bisa meningkatkan fasilitasnya?"
"Hm,
walaupun Himeji ingin mengubah pola pikir ayahnya tentang kelas F dengan
memenangkan Turnamen Syokanju, kalau kita tidak meningkatkan fasilitasnya..."
Salah satu
alasan kenapa Himeji-san pindah karena Kelas F yang penuh dengan orang idiot,
jadi tindakan Himeji-san bukan untuk pamer. Tapi yang paling penting adalah
kesehatan Himeji-san. Kalau kami tidak menemukan cara untuk mendapatkan fasilitas
yang bagus, orang tuanya tidak akan berubah pikiran.
"...
Aki... Kau tidak senang jika Himeji pindah sekolah kan?"
Minami melirikku
sekilas. Ini tidak terduga; apa aku terlihat begitu kejam?
"Tentu
saja aku tidak senang! Jangankan Himeji-san, kalau itu Minami dan Hideyoshi aku
tentu tidak senang juga."
Kalau
masalah keluarga, ya mau apa lagi, tapi aku tidak mau terpisah dari teman-temanku
gara-gara masalah bodoh ini.
"Benarkah...
Yah, aku rasa kau memang orang yang seperti itu."
Ah tentu
saja, kalau itu Yuuji, aku tidak akan repot-repot mengkhawatirkan dia.
"Kalau
begitu, mau tidak mau kita harus mengajak Yuuji."
"Benar,
setelah mendengar ini aku tidak bisa diam saja."
"Kalau
begitu sebaiknya kita hubungi Yuuji."
Aku
mengeluarkan handphone-ku dan menelepon Yuuji. Tasnya masih ada di kelas, walaupun
dia tidak ada di sekitar sini. Dia pasti masih di sekolah.
Duludulu~ Nada
sambung telepon masih berdering. (SFX-nya memang seperti itu)
"Halo~"
"Ah
Yuuji, ada sesuatu yang aku-"
"Akihisa?
Nice timing. Sorry, bisa ambilkan tas-Aaagh!!! Shoukooo!!!"
"Eh?
Yuuji, kau sedang apa?"
"Sialan,
aku ketahuan! Pokoknya, tolong ambil tasku!!!"
"Yuuji?
Halo, Halo----!?"
Teleponnya
ditutup. Hanya tersisa suara "duu duu duu" (Sekali lagi memang seperti
itu SFX-nya)
"Sakamoto
bilang apa?"
"Eh, sesuatu
seperti 'Aku ketahuan' dan 'tolong ambil tasku'.”
"Maksudnya
apa coba?"
Minami menatapku
dengan ekspresi 'dasar tidak berguna',
kasar sekali!
"Sepertinya
dia dikejar Kirishima Shouko. Walaupun tampangnya seperti itu, dia lemah terhadap
perempuan."
Hideyosi
melipat tangannya, mengangguk dan mengeluarkan suara 'mm' tanda setuju.
Kirishima-san
adalah perwakilan sekolah, gadis berambut hitam legam dan bertubuh langsing, berkharisma
dan berbakat. Namun untuk alasan yang tidak jelas, ada yang salah dengannya, dia
jatuh cinta pada Yuuji sampai seperti itu..
Um, kenapa
Yuuji harus lari dan sembunyi? Kalau laki-laki lain, mereka tidak akan dikejar
oleh kirishima-san, malahan mereka yang akan mengejar. Yuuji, kenapa juga kau
malah membuang-buang kesempatan ini?
"Kalau
begitu, sulit untuk menghubungi Yuuji."
"Tidak,
mungkin ini kesempatan bagus."
"Eh?
Maksudnya?"
"Ini
situasi yang paling pas untuk membuat Yuuji mau memimpin kelas untuk persiapan Kedai
Teh. Mm, kalian mau bantu?"
"Yah,
tidak masalah... Tapi memang kau tahu dimana Sakamoto?"
"Tidak
masalah, aku bisa memperkirakan apa yang dia pikirkan."
"Sepertinya
kau ada rencana."
"Yah.
Kurang lebih."
Aku memasang
senyum licik, dan memimpin mereka keluar kelas.
☆
"Ara,
Yuuji, kebetulan sekali bisa bertemu denganmu di sini."
"...Kebetulan
apanya kalau kita bertemu di ruang ganti perempuan!?"
Benar,
seperti yang Yuuji bilang, Ini adalah ruang ganti perempuan. Karena itu Yuuji, tidak
mungkin dia akan bersembunyi di toilet atau ruang ganti laki-laki dengan
polosnya, di mana perempuan tidak akan boleh masuk, dan menggunakan psikologi
kebalikan dan sembunyi di tempat dimana laki-laki tidak boleh masuk... sudah
kutebak mencarinya tidak akan sulit.
"Bicara
apa kau? Cuma kebetulan kok.”
"Jangan
bohong, seakan-akan kau boleh ke sini."
Kacha—
Pintu
terbuka disaat suara itu terdengar, seorang perempuan dengan pakaian olahraga
sedang berdiri di depan pintu.
"Erm...Eh?
Bukankah kalian duo bermasalah dari Kelas F? Ini ruang ganti perempuan, tahu!"
"Ara,
Kinoshita Yuuko-san, kebetulan sekali."
"OH,
Kakaknya Hideyoshi, senang bertemu kau disini..."
"Ah,
ya, kebetulan sekali."
Aku mencoba
tertawa seperti biasa. Hmm, memang ini terlalu kebetulan...
"Sensei!!!
Ada orang cabul di sini!!!"
"CEPAT
LARI, AKIHISA!!"
"OKE!"
Kami
melompat keluar jendela kecil yang ada di ruang ganti, sepertinya tidak ada
cara menghindar dari ini.
"Yoshii
dan Sakamoto, katamu?!!! Mereka berdua lagi?!!!"
"Sialan,
Yuuji! Itu si Tetsujin."
"Sudah
lari saja!"
Walaupun
cuma memakai sepatu indoor, kami tetap berlari. Lawannya adalah Tetsujin, kalau
kami tertangkap, matilah kami.
"Ketemu
kalian!!! Tidak akan kubiarkan kalian kabur!!!"
Suara kasar
itu terdengar dari belakang. Sial! Dia mulai mendekat!
"Akihisa!!!"
Suara Yuuji
terdengar dari belakang. Matanya tertuju pada jendela terbuka di lantai dua
bangunan sekolah baru. Kita akan kabur lewat sana?
"Oke!!!"
Setelah
tanda dari Yuuji, aku melepas mantelku sambil lari. Saat ini, Yuuji lari
melewatiku.
"Tidak
ada jalan keluar! Menyerah dan terimalah pelajaran tambahan kalian!"
Suara Tetsujin
semakin mendekat. Sejujurnya, aku malah makin ketakutan.
"Ayo,
Akihisa!"
Yuuji, yang
sudah lari di depanku, berhenti dan berputar balik menghadapku.
"Oke!!!”
Aku melompat
ke pijakan tangan Yuuji. Kemudian Yuuji mengayunkan tangannya ke atas,
melemparkanku ke lantai dua dengan mudah.
"Ugh,
orang-orang idiot ini malah punya kemampuan atletik di situasi bodoh seperti
ini!"
Mengabaikan auman
Tetsujin, kuulur mantelku yang tadi kulepas setelah berhasil melompat masuk ke bangunan
sekolah.
Whoosh!
Saat ini,
Yuuji berlari di tembok, menggunakan momentum untuk mengangkat dirinya sampai
di udara dan menggapai mantelku.
"Ha!"
Setelah itu kuayunkan
mantelku keatas. Walaupun mantelku mengeluarkan suara berkibar yang
mengesalkan, setidaknya kami bisa masuk dengan aman.
"Yoshii!!!
Sakamoto!!! Tidak akan kulepas kalian besok!!!"
Meskipun itu
Tetsujin, dia tidak akan bisa lompat ke lantai dua. Sekarang yang kami cuma
gonggongan anjing yang telah kalah, karena buruannya lepas.
"Haaahh...sekarang
reputasi kita bertambah buruk."
Memakai
mantelku lagi, aku menghela napas. Ini berlebihan.
"Seharusnya
aku yang kerepotan. kalau kau tidak ada di sana tadi, ini tidak akan terjadi."
Yuuji
bersikap seolah-olah bukan dia yang salah.
"Apa
maksudmu? Itu salahmu, kan? Sembunyi di ruang ganti perempuan?"
Sembunyi di
kelas mana aja juga tidak apa-apa kan?
"Ma-mau
apa lagi! Aku dikejar Shouko! Mana mungkin aku bisa sembunyi di sembarang
tempat kalau dia yang mengejar."
Memang sih, kelihatannya
Kirishima-san tidak akan ragu-ragu masuk ke ruang ganti laki-laki.
"Ngomong-ngomong
kenapa kau sembunyi dari Kirishima-san?"
"...Dia
ingin aku mampir ke rumahnya."
Yuuji
memperlihatkan wajah tidak senangnya. Memangnya apa yang tidak menyenangkan?
"Dari
perspektif-ku, banyak orang yang akan cemburu, ya kan? Apa kamu diajak masuk ke
kamar Kirishima-san? Aku ingin masuk---"
"Dia
ingin memperkenalkanku kepada keluarganya."
"...Kau
belum pacaran dengannya, kan?"
Mungkin perasaannya
sedikit berlebihan. Aku mulai kasihan kepada Yuuji. Tapi rasa iba ini tidak ada
hubungannya dengan alasan kenapa aku mencarinya!
"Kalau
begitu, Yuuji, karena kau sedang kesusahan, ada berita bagus yang ingin aku
kasih tahu."
"Benarkah?
Kalau berita buruk kubunuh kau."
"..."
Nada bicara
serius Yuuji membuatku terdiam sesaat.
"Pokoknya,
pakai teleponku."
Kuambil
HP-ku, menekan nomor Kirishima-san, dan menyerahkannya ke Yuuji.
"Serius,
apa rencana yang sedang kalian pikirkan?"
Yuuji memperlihatkan
tampang terkejutnya sambil menerima HP-ku dan menempelkannya di telinganya.
"Halo?
Ini Sakamoto-kah?"
"Oh
Shimada, kalian sedang apa?"
"Tunggu,
aku akan kasih teleponnya."
"Untuk
siapa? Halo--- hey, halo? Halo?"
Dari suaranya,
sepertinya Minami sedang menyerahkan HP-nya ke orang lain.
"...Yuuji,
sekarang kau dimana?"
"Salah
nomor!!!"
Keputusan
tiba-tiba yang menakutkan. Tidak banyak orang di dunia ini bisa menjawab
tiba-tiba dengan 'salah nomor'.
"Kubunuh
kau...!!!"
Tidak
kusangka kalimat ini bisa membuatku merinding.
"Ma~,ma~,
tenang dulu. Kalau kau mau membantu, aku tidak akan melakukan sesuatu yang
buruk padamu."
"Bantu?
Humph, ini tentang Kedai Teh, ya kan?"
Setiap kali
situasi ini muncul, aku harus ingat kalau Yuuji dulu dikenal sebagai anak genius,
karena otaknya bereaksi dengan sangat cepat.
"Serius,
tidak perlu bertele-tele. Kalau kau bilang 'Aku ingin melakukan sesuatu untuk
Himeji-san tersayangku! Tolong, bantu aku!', Aku akan bantu walaupun ini
merepotkan."
"Apa?
Aku belum mengatakan apa pun!"
"Ah---oke
oke. Aku tahu permintaanmu. Kurasa aku akan membantumu."
Yuuji
langsung memperlihatkan ekspresi antusias. Kenapa dia harus selalu seperti ini...!
"Haaah ya
sudah. Pokoknya, terima kasih karena sudah ingin membantuku."
"Tidak
masalah. Ngomong-ngomong, memangnya Shimada dan Shouko akrab?"
Tiba-tiba
Yuuji memasang mata curiga. Sepertinya dia bingung kenapa Kirishima-san dari
Kelas A bisa bersama Minami yang dari Kelas F.
"Un---
Kau tidak akan marah kalau kukasih tahu?"
"Idiot.
Aku kan sudah setuju untuk membantu, tidak ada gunanya juga marah kan?"
Memang benar,
Yuuji sudah setuju untuk membantu.
"Ya sudah.
Sebenarnya, tadi itu Hideyoshi yang menirukan suara Kirishima-san"
"Bersiaplah
sialan!!! Tutup mata dan mulutmu!!!"
Yuuji! Dasar
pembohong!
☆
"Begitu.
Intinya Himeji-san akan pindah sekolah..."
Setelah
Yuuji dan aku bertemu dengan Minami dan Hideyoshi, kami sekarang di Kelas F.
"Kalau
begitu, walaupun Kedai Tehnya sukses, itu tidak akan cukup."
Yuuji
melihat ke sekeliling kelas yang berantakan sambil mengatakan itu.
"Tidak
cukup? Kenapa?"
"Ada tiga
alasan kenapa ayah Himeji-san ingin dia pindah"
Yuuji mengatakan
itu sambil mengacungkan 3 jari.
"Pertama,
fasilitas belajar yang sangat kurang, kita hanya punya tikar dan kardus. Dengan
kata lain, ini bukan lingkungan belajar yang nyaman. Jika Kedai Teh-nya sukses,
setidaknya kita bisa pakai uangnya untuk menyelesaikan masalah ini."
Satu jarinya
dilipat.
"Kedua,
kelas tua dan bobrok ini. Dengan kata lain, lingkungan belajar di sini akan
mengganggu kesehatannya untuk jangka panjang."
"Jadi
menurutmu pertama itu fasilitas kelas, kedua adalah ruangan kelasnya
sendiri?"
"Ya.
Untuk ini, kita tidak bisa pakai uang yang kita dapat dari Kedai Teh. Untuk
memperbaiki kelas, kita butuh bantuan sekolah."
Artinya jika
kami punya uang, kami dapat beli meja dan kursi. Akan tetapi, untuk memperbaiki
kelas, kami harus membicarakan tentang masalah administrasi dan memanggil
kontraktor. Ini bukan sesuatu yang bisa kami lakukan, seperti itulah yang ingin
Yuuji jelaskan.
"Dan
ketiga, yang terakhir adalah------ standar kelas kita yang parah. Dengan kata
lain, lingkungan ini tidak bisa membuat Himeji-san berkembang."
Walaupun kami
dapat bergabung dengan kelompok sosial, untuk mengembangkan diri kami, syaratnya
adalah harus dapat menghadapi tantangan atau kompetisi. Selama Himeji-san ada
di kelas F, dia tidak akan bisa mendapatkan kompetisi untuk berkembang.
(Orang
pintar di antara orang-orang bodoh tidak akan pernah berkembang, orang bodoh di
antara orang-orang pintar akan selalu berkembang)
"Aku menyerah.
Terlalu banyak masalah."
"Benar.
Poin pertama sih tidak apa apa, tapi poin yang kedua dan ketiga akan
susah."
Pertama,
mengadakan pertarungan Syokanju akan menyelesaikan masalah, tapi
sekarang, situasinya sudah semakin rumit.
"Tidak
juga. Untuk poin ketiga, bukannya Himeji dan Shimada sudah punya rencana?"
Yuuji menengok
ke arah Minami.
Setelah
kupikir, Himeji-san bilang dia ingin mengejutkan ayahnya tadi saat rapat. Kalau
dia bisa memenangkan pertarungan Syokanju, itu akan membuktikan kalau Kelas
F punya kemampuan untuk bertanding dengan yang terbaik. Kalau begitu, itu
artinya kompetisi sudah di tentukan.
"Ini
karena Mizuki memintaku. Dia bilang 'Aku tidak mau pindah sekolah, jadi kumohon
bantu aku.' Walaupun aku malas mengikuti hiburan tidak penting seperti
pertarungan Syokanju, aku tidak bisa nolak jika dia memintaku seperti
ini, bukan?"
Minami terlihat
sedikit lembut, yang tidak seperti-dia-banget. Tiba-tiba dia terlihat seperti
kakak yang ingin menjaga adiknya. Mungkin dia punya adik di rumah?
"Kalau
Shouko ikut dalam turnamen, kita akan kesulitan untuk menang. Cuma, dia tidak kelihatan
tertarik dengan hal seperti itu. Dengan kemampuan Himeji dan Shimada, tinggi
kemungkinan mereka akan menang.”
"Benar,
kalian berdua pasti bisa."
Kalau
Kirishima-san ikut, partnernya akan dari kelas A juga. Akan sulit memenangkannya.
Baguslah dia tidak tertarik dengan pertarungan Syokanju.
"Sebenarnya,
lebih baik kalau ada murid lain selain Himeji-san yang ikut turnamen."
"Sebaiknya
kita tidak mebahas ini."
Kalau menambah
pasangan lain, kami mungkin tidak akan lolos babak penyisihan. Karena kelas F
penuh dengan orang-orang idiot.
"Kalau
Himeji dan Shimada menang, itu akan mempromosikan Kedai Teh kita. Ini jadi
seperti melempar dua burung dengan satu batu."
Hideyoshi berkata
sambil mengangguk setuju. Karena kelas kami ada di bangunan sekolah tua yang
kotor, pemasaran semacam ini akan sangat bagus.
"Jadi,
Sakamoto. Masalah kedua bagaimana?"
"Tidak
masalah, kami akan bicara dengan Kepala Sekolah."
Kata Yuuji
dengan ekspresi ‘serius'.
"Itu
saja? Kepala Sekolah akan mengurusnya jika kita bicara dengannya?"
"Kubilang,
seburuk apa pun, tetap saja ini institut pendidikan, ya kan? Tidak peduli
seperti apa peraturan yang mereka terapkan, selama menyangkut kesehatan murid,
kita punya hak untuk meminta perbaikan."
Jika kami bisa
lakukan ini, ada kemungkinan 3 masalah ini bisa diselesaikan.
"Kalau
begitu, ayo bicara dengan Kepala Sekolah."
Seperti
pepatah bilang: Hajar ketika besi masih panas, benar kan?
"Oke,
jadi sekarang, kami akan pergi ke kantornya. Hideyoshi dan Shimada, kalian berdua
pikirkan persiapan untuk festival sekolah, dan juga, kalau ketemu Tetsujin,
bilang kami sudah pulang."
Yuuji
berdiri ketika memberikan instruksi. Mungkin sudah bakatnya bisa memberikan
perintah dengan kepala dingin.
"Mm,
aku mengerti. Kalau ketemu Tetsujin atau Kirishima Shouko kami akan bilang
itu."
Hideyoshi tersenyum
sambil mengatakan itu. Sekalinya nama Kirishima-san disebut, Yuuji menjadi ketakutan.
"Aki, kau
harus melakukannya dengan baik!"
"OK,
serahkan padaku!"
Menerima
dukungan Minami, Yuuji dan aku meninggalkan kelas, menuju kantor Kepala Sekolah.
☆
"...Hadiah...tersembunyi."
"...Kali
ini...mereka sendiri...Kisaragi Highland..."
Saat kami
tiba di depan kantor Kepala Sekolah, yang terletak di ujung gedung baru,
sepertinya sedang ada perdebatan di dalam.
Hadiah?
Kisaragi Highland? Apa yang sedang mereka bicarakan?
"Ada
apa, Akihisa?"
"Tidak
ada, cuma ada yang sedang mereka diskusikan di dalam."
"Serius?
Berarti Kepala Sekolah ada di dalam. Baguslah kita tidak buang-buang tenaga ke
sini, ayo masuk."
Ya sudah,
kami akan lihat mereka sibuk atau tidak. Yuuji benar. Pokoknya selagi kami
sudah di sini sebaiknya kami selesaikan urusan kami kesini.
"Permisi!"
Setelah
mengetok pintu mewah kantor Kepala Sekolah, Yuuji dan aku langsung menerobos
masuk.
"Dasar
kalian bocah tidak sopan, seharusnya kalian tunggu jawaban sebelum masuk."
Orang yang menyambut
kami adalah Kepala Sekolah dengan kepalanya yang penuh rambut putih, Todou
Kaoru. Dia juga pelopor Sistem Pemanggilan Syokanju. Mungkin karena dia
ilmuwan? Sepertinya dia punya kebiasaan aneh, dan kalimat pertamanya saat
bertemu kami adalah 'Dasar kalian bocah tidak sopan'.
"Serius.
Kami sedang sibuk sekarang, dan tiba-tiba datang tamu tidak diduga. Sudahlah, kita
tidak bisa teruskan seperti ini... Jangan bilang kalau kau yang merencanakan
ini?"
Pria yang
sedang mengatur kembali kacamatanya dan menatap ke Kepala Sekolah adalah
dekannya, Takehara-sensei. Dia sangat populer dikalangan murid perempuan karena
mata tajam dan sikap dinginnya. Tapi aku tidak terlalu suka dia.
"Berhenti
mengatakan hal bodoh seperti itu. Tidak ada yang perlu kusembunyikan dari awal,
jadi untuk apa aku pakai taktik tidak berguna seperti ini?"
"Oh,
benarkah? Kau sangat pandai menyembunyikan sesuatu."
Percakapan tetap
berlanjut meski kami tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan. Kepala Sekolah
dan dekannya sedang mendiskusikan sesuatu yang berhubungan dengan kelangsungan
sekolah. Mungkin lebih baik kami datang di lain waktu.
"Sudah
kubilang dari tadi. Aku tidak menyembunyikan apa-apa. Anda salah paham."
"...Oh benarkah.
Karena kau tidak ingin mengakuinya, hari ini cukup sampai sini."
Setelah dia
selesai bicara, Takehara-sensei melirik ke pojok ruangan---
"Kalau
begitu, aku pamit."
Setelah itu,
dia berputar dan meninggalkan ruangan. Barusan, Takehara-sensei kelihatan
sedang memastikan sesuatu, tapi apa? Apakah ada sesuatu di ruangan ini?
"Oke,
bocah. Mau apa kalian kesini?"
Kepala
Sekolah, yang terlihat tidak peduli sekalipun percakapannya dengan
Takehara-sensei yang diganggu, mulai menanyai kami.
"Permisi,
Bu. Kami kemari untuk mendiskusikan sesuatu dengan Anda."
Berdiri di depan
Kepala Sekolah, Yuuji mulai bicara. Aku kaget dia bisa bicara dengan sopan.
"Aku
tidak ada waktu untuk membicarakan ini. Kalau masalah administrasi sekolah, pergilah
ke Takehara-sensei. Dan juga, ingatlah budaya sopan santun untuk memberi tahu
nama kalian terlebih dahulu."
Kami
diceramahi tentang sopan santun oleh nenek arogan ini. Dunia hampir kiamat.
"Mohon
maaf atas ketidaksopanan kami. Saya ketua Kelas 2-F, Sakamoto Yuuji, dan dia---"
Yuuji
memperkenalkan dirinya, lalu menunjukku.
"---perwakilan
orang-orang Idiot dari kelas 2."
Kenapa orang
ini tidak bisa memperkenalkan aku dengan benar?
"Oh...begitu.
Kalian Sakamoto dan Yoshii dari kelas F kan?"
Tunggu, Kepala
Sekolah! Aku bahkan belum memperkenalkan diri. Anda langsung tahu namaku hanya
dengan perkenalan seperti itu, aku hampir menangis...
"Aku
berubah pikiran, mari dengarkan apa yang ingin kalian katakan?"
Bertingkah seperti
preman yang memandang rendah, bibir Kepala Sekolah tergulung ke dalam. Orang seperti
dia bisa menjadi seorang guru, ini benar-benar tidak dapat dijelaskan.
"Terima
kasih banyak."
"Kalau masih
sempat berterima kasih, cepat katakan, Idiot."
"Baiklah
kalau begitu."
Dipikir-pikir,
pemandangan di depanku ini benar-benar mengejutkanku. Yuuji masih bersikap
dingin saat dilecehkan seperti ini. Aku tidak pernah menyangka dia bisa
bersikap dewasa.
"Kami
di sini untuk meminta perbaikan ruangan Kelas F."
"Oh ya?
Aku kagum kalian mau repot-repot kemari untuk itu."
"Saat
ini kelas F sudah seperti otak keriput yang berlubang, keadaannya sangat menyedihkan
bahkan angin pun bisa masuk."
Ah, akhirnya
dia mulai marah.
"Kalau Kepala
Sekolah, yang seperti sampah ini ada di Era Sengoku, itu tidak masalah. Tapi di
zaman sekarang, lingkungan belajar ini terlalu berbahaya untuk murid SMA normal.
Kami merasa ini bisa membahayakan nyawa seseorang."
Dia
mencampuradukkan bahasa provokatif ke dalam nada bicara sopannya, mungkin Yuuji
akhirnya mengamuk juga.
"Jadi,
karena angin bisa masuk ke dalam kelas, beberapa murid telah jatuh sakit. Jadi
cepat perbaiki, Nenek Tua Idiot!!! Sekian."
Hmm, ini dia
Yuuji yang kukenal.
Mendengar perkataan
kasar Yuuji yang bernada sopan, Kepala Sekolah terlihat sedang berpikir, tanpa bersuara.
"Maaf, Kepala
Sekolah..."
Mungkin dia marah
karena sikap kasar Yuuji? Hahh, tentu saja, siapa pun pasti akan marah.
"...Mm,
ini waktu yang tepat..."
Huh? Apa
yang dia katakan?
"Baiklah,
aku mengerti maksudmu."
"Eeh?
Kalau begitu kau bisa bantu kami memperbaiki ruangan kelas?"
Yuuji benar.
Walaupun kebijakannya aneh, Akademi Fumizuki tetaplah institut pendidikan.
Kalau menyangkut masalah kesehatan murid, sekolah harus mengambil tindakan yang
tepat. Ini bagus, ini bagus.
"Aku
Menolak."
"Yuuji,
cekokin orang ini dengan lumpur terus lempar ke laut!!!"
"...Akihisa,
jaga sikapmu."
Ah? Tanpa sengaja
aku mengeluarkan amarahku.
"Serius,
si Idiot ini sangat tidak sopan. Kalau bisa, tolong beri tahu alasannya, Nenek Tua
Bau?"
"Itu
benar. Tolong beritahu kami, Nenek Lampir Sialan."
"...Kalian,
benar-benar ingin tahu?"
Kepala Sekolah
memelototi kami dan membuat kami terkejut. Apa kami mengatakan sesuatu yang
aneh?
"Tidak
ada alasan yang perlu dikatakan. Ini karena, membuat kelas dengan tingkat yang
berbeda-beda adalah tujuan kami. Jadi jangan bicara seenaknya, Dasar Bocah."
Dasar Nenek
Penyihir Tua ini!
"Tidak
bisa! Kalau tetap seperti ini, lupakan tentang kami, semua gadis di kelas kami
akan jatuh sakit---"
"Itu
yang biasanya kukatakan."
Kepala Sekolah
memotong perkataanku, sambil menopang dagu dengan tangannya.
"Lagipula,
karena murid-murid manisku yang memintanya. Kita akan sepakat kalau kalian menyetujui
permintaanku."
Sepakat? Dengan
kata lain, tidak pernah ada yang gratis ya?
"..."
Eh? Yuuji
tidak bereaksi sama sekali. Dia meletakkan tangan dekat mulutnya, terlihat
sedang memikirkan tentang sesuatu.
"Apa permintaannya?"
Sekarang karena
situasinya sudah seperti ini, aku hanya bisa mengikuti Yuuji dan membuat Kepala
Sekolah bicara.
"Kalian
tahu Turnamen Syokanju di festival musim panas ini?"
"Mm, sedikit."
"Jadi
kalian tahu hadiahnya?"
"Eh?
Hadiah?"
Aku tidak tahu
kalau ada hadiah. Karena aku tidak mau ikut turnamen, dan aku tidak berpikir
bisa menang walaupun aku ikut.
"Untuk
pemenang turnamen, kami akan berikan sertifikat, trofi, dan sebuah Gelang
Platinum. Untuk juara kedua, dua tiket premium pra-opening 'Kisaragi Highland'."
Mendengar
hadiahnya, Yuuji membatu. Kenapa dia?
"Oh...apa
hubungannya dengan permintaanmu?"
"Biarkan
kuselesai dulu, bocah. Bukannya kalian pernah dengar pepatah 'Kalau terburu-buru
apalah'?" (Kepala Sekolah
lupa pepatah aslinya. Mungkin maksudnya 'kalau terburu-buru tidak akan
mendapatkan apa-apa' atau semacamnya)
Tidak tahu.
"Ini
tentang tiket premium-nya. Aku dengar ada rumor buruk mengenai ini, jadi kalau
mungkin aku ingin membatalkannya."
"Membatalkannya?
Anda cuma tidak perlu kasih mereka tiketnya saja, kan?"
"Kalau
bisa, akan aku lakukan. Tapi si Dekan yang mengurus ini, dia sudah
menandatangani perjanjian dengan perusahaan Kisaragi, dan sekarang kami tidak
bisa tarik kembali."
Setelah
kuingat-ingat, aku dengar ada rumor yang bilang 'Kepala Sekolah sedang sibuk
dengan sistem Syokanju, dan mengizinkan si Dekan untuk mengurusi
sekolah'. Sepertinya ini benar.
"Sebagai
Kepala Sekolah bukannya kau harus lebih hati-hati untuk masalah
perjanjian?"
"Diam,
bocah!!! Aku sudah sibuk dengan Gelang Platinum. Sedangkan aku juga baru dengar
masalah ini."
Kepala
Sekolah cemberut. Dia kelihatan seperti
orang yang santai, tapi dia punya tanggung jawab yang harus dipegang.
"Lalu, apa
rumor buruknya?"
Kepala
Sekolah mulai menjelaskan dengan kata-kata 'sesuatu yang merepotkan' dan
menjelaskan seluruh situasinya.
"Perusahaan
Kisaragi ingin membuat kesan di Kisaragi Highlands, isinya adalah 'pasangan
yang datang kesana akan sangat bahagia'."
"Apa
masalahnya? Bukannya itu bagus?"
"Untuk
membuat kesan ini, mereka akan membuat event 'pernikahan' untuk para pasangan
yang masuk dengan tiket premium. Untuk alasan marketing, cara mereka agak
memaksa."
"A....
Apa kau bilang??!!!"
Yuuji tiba
tiba meraung-----seram...
"Sekarang
apa,Yuuji? Kenapa kau sangat ketakutan sekali."
"Tentu
saja aku takut!!! Apa yang dimaksud si Mbah adalah 'perusahaan kisaragi akan
pakai seluruh kekuatan mereka untuk memaksa para pasangan yang membawa tiket
premium untuk menikah'!!!"
"Eh-heh.
Aku sudah mengerti tanpa kau jelaskan lagi."
Agak menyegarkan
melihat Yuuji bersikap seperti ini.
"Ditambah,
pasangan yang datang harus dipilih dari Akademi Fumizuki ini."
"Sialan!!!
Entah kenapa, banyak gadis cantik di sekolah kita, dan dunia sedang membicarakan
sistem Syokanju. Ini akan sempurna kalau mereka ingin menciptakan rumor ’menikah
di masa SMA’! Sudah pasti kita akan diincar oleh perusahaan Kisaragi."
Yuuji
menggigit bibirnya dengan perasaan menderita. Kenapa dia bersikap aneh sekali?
"Hm. Seperti
yang diharapkan dari mantan anak genius, otakmu encer juga."
Mendengar
Yuuji mengatakan ini, Kepala Sekolah mengangguk. Dia sepertinya cukup tahu
Yuuji.
"Yuuji,
kita harus tenang dulu. Rencana perusahaan Kisaragi tidak terlalu buruk. Lagi pula
kita tahu rencana ini, jadi kita tidak perlu kesana."
Dia pasti
takut diseret-seret oleh Kirishima-san. Aku sangat cemburu.
Sebagai
catatan, kalau aku, mungkin tidak ada yang bisa kuajak. Membuatku merasa kesepian
juga....
"...Dia
pasti akan ikut turnamen ini untuk tiket... kalau aku pergi aku harus
menikah... kalau tidak pergi, aku juga akan dipaksa menikah... ma... masa
depanku sudah..."
Mata Yuuji
kosong. Apa yang terjadi? Dia mungkin janji ke Kirishima-san 'kita akan pergi
bersama jika kita dapat tiket premium-nya'. Walaupun aku tidak tahu apa bayarannya
kalau tidak menepati janjinya. Pastinya itu sesuatu yang bodoh.
"Hm, seperti
yang dia bilang, aku tidak suka mengabaikan permintaan dan memaksakan masa
depan kepada murid-muridku yang manis."
Dia
benar-benar berpikir murid-muridnya manis? Aku sangat curiga dengan itu.
"Dengan
kata lain, permintaanmu adalah-"
"Benar.
Menangkan 'hadiah dari turnamen Syokanju'. Kalau kau bisa lakukan itu, aku akan
perbaiki kelasmu."
Oh, jadi mengganti
hadiah Turnamen Syokanju? kalau begitu---
"Tentu saja,
kalian tidak boleh merebut atau dikasih oleh pemenangnya. Kuminta padamu,
menangkan turnamennya."
Ugh! Dia membaca
pikiranku! Walaupun dia aneh, dia tetap seorang guru, huh? Sepertinya dia tidak
akan mengizinkan kecurangan.
"...Kalau
kami menang, kau janji akan perbaiki kelas dan meningkatkan fasilitasnya?"
"Bicara
apa kau? Aku hanya setuju dengan perbaikan kelas. Untuk fasilitas, itu bagian
dari kebijakan sekolah. Aku tidak berniat untuk mengubahnya."
Seperti yang
kutebak, pasti dia akan menjawab seperti ini. Jika kami bisa mendapatkan
fasilitas dengan kesepakatan ini, ini akan menjadi contoh buruk bagi kelas lain...
"Tapi,
kalau kalian pakai uang dari festival musim panas, itu masalah lain. Aku akan
berikan kelonggaran dan mengizinkan kalian meningkatkan fasilitas kelas
kalian."
Ini proposal
dari Kepala Sekolah. Biasanya, berdasarkan kebijakan sekolah, membeli fasilitas
sendiri tidak diperbolehkan. Tapi selama kami menyetujui permintaannya, dia
akan memberikan kami pengecualian.
"Bisakah
kau membantu menaikkan fasilitas kami? Bagi kami memperbaiki kelas sama
pentingnya dengan meningkatkan fasilitas."
"Terus?"
"Kalau Kedai
Teh kami tidak sukses dan kami tidak bisa menaikkan fasilitas kami, kami akan
khawatir tentang situasi di sana, dan tidak bisa konsentrasi di turnamen. Ini
tidak akan bagus bagi kami dan Kepala Sekolah juga..."
"Apa?
Itu saja? Tidak akan. Aku tidak akan izinkan."
"Tapi!
Kalau kau janji untuk menaikkan fasilitas, kami bisa konsentrasi dengan
turnamennya---"
"Percuma
Akihisa. Nenek itu tidak berniat untuk mengizinkan. Kita terpaksa harus terima tawarannya."
Tidak kuduga,
Yuuji sudah sadar dan menepuk bahuku.
...Sialan.
Walaupun aku tidak suka, kami benar-benar tidak punya pilihan dan akhirnya
harus terima tawarannya.
"Aku
mengerti. Kami terima tawaranmu."
"Benarkah?
Kalau begitu negosiasi kita selesai."
Kepala
Sekolah memasang senyum 'sesuai rencana' di wajahnya.
"Tapi,
kami punya permintaan lain juga."
Seperti yang
kupikirkan, saat negosiasi selesai dan ingin kembali ke kelas, Yuuji memberikan
permintaan lain kepada Kepala Sekolah.
"Oh ya?
Apa itu?"
"Kudengar
Turnamen Syokanju ini pertarungan dua lawan dua. Tipe eliminasi. Pertama
matematika, kedua Kimia."
Kalau subjek
pertama Matematika, seluruh peserta harus bertarung dengan nilai Matematika
mereka. Alasan pergantian mata pelajaran di pertandingan kedua mungkin karena
poin yang terpakai di pertandingan pertama akan mengurangi hiburan dari
kompetisinya. Tidak peduli pendapat orang lain, ini adalah acara promosi
sekolah.
"Terus?"
"Kalau
peserta pertandingan sudah diumumkan, biarkan saya yang menyusun jadwal mata
pelajarannya."
Setelah
Yuuji mengatakannya, entah kenapa, dia memperlihatkan tatapan tajamnya ke Kepala
Sekolah, mencoba meyakinkannya. Apa dia mencurigai sesuatu?
"Hm... oke.
Membantu menambah poin tidak akan kuizinkan, tapi jika hanya ini saja, aku rasa
aku bisa bantu."
"...Terima
kasih banyak."
Tatapan
Yuuji menjadi lebih tajam. Ini pasti akan menguntungkan kami, jadi untuk apa
memasang ekspresi seperti itu? Aku benar benar tidak mengerti dia.
"Jadi, hanya
sejauh itu aku bisa bantu kalian. Aku anggap kalian akan memenangkan Turnamen Syokanju
ini, ya kan?"
Kepala
Sekolah bertanya. Apa dia benar-benar ingin mencegah rencana perusahaan
Kisaragi?
"Tentu
saja! Kau pikir kami siapa?"
Yuuji
tersenyum penuh percaya diri. Ekspresi penuh motivasi inilah yang dia pakai
saat Perang Ujian Syokanju.
"Kami
pasti akan menang, jadi jangan lupakan janjinya!"
Pastinya aku
termotivasi juga. Karena metode untuk menyelesaikan masalah ada di depan mata,
dan kami hanya perlu mengerjakan pekerjaan kami.
"Kalau
begitu, bocah, kuserahkan pada kalian!"
"Oke!!!"
Dengan
begitu, pasangan terburuk se-Akademi Fumizuki telah terbentuk.
Makasih min...
ReplyDelete