Baka to Test: Volume 2 soal Keempat B. Indonesia

Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Soal Keempat


Jawablah pertanyaan di bawah ini:

'Tuliskan kepanjangan PKO dan fungsinya!'





Jawaban Himeji Mizuki:

'Peace Keeping Operation. Merupakan anggota PBB yang bertugas menjaga perdamaian di bawah perintah PBB.'

Komentar guru:
'Jawaban benar. Sekadar tambahan, itu disebut juga sebagai United Nations Peacekeeping Operation. Kalau ada waktu cobalah menghafalnya.'


Jawaban Tsuchiya Kouta:
'Pantsu, koshi-tsuki, oppai. Standar internasional untuk mengukur ukuran badan dari asosiasi produsen lingerie.' (Celana dalam, pinggang, dada)

Komentar guru:
‘Kamu anggap apa perdamaian dunia?’


Jawaban Yoshii Akihisa:
'Powell, Kanemoto, Okada.’ (Ketiganya pemain tim baseball Jepang, Hanshin Tigers. Saat cerita ini dibuat, hanya pemain Kanemoto yang masih aktif)

Komentar guru:
'Mereka adalah pemain yang menjaga perdamaian Liga Pasifik.'




***


“Aku kembali~...eh, tidak ada pelanggan...”

Walaupun kami sudah punya meja yang terlihat baru, sepertinya tidak ada pelanggan di Kedai Teh kami.

“Oh, kalian sudah kembali.”

Karena tidak ada kerjaan, Hideyoshi yang bekerja sebagai pelayan kelihatan agak bosan.

“Kami menang.”

“Baguslah. Ah, kemana Yuuji?”

“Hm, katanya dia ke toilet.”

Walaupun katanya dia cemas dengan keadaan Kedai Teh kami, kenyataannya dia cukup santai menghadapinya.

“Ngomong-ngomong Hideyoshi, apa yang terjadi? Kok tidak ada pelanggan satu pun?”

“...Uu. Aku di sini terus, tapi sejak kejadian tadi, tidak ada seorang pun yang datang.”

Hideyoshi memiringkan kepalanya, memasang wajah bingung.

“Dengan kata lain, sesuatu sedang terjadi di luar kelas, kan?”

“Mungkin.”

Baru saja kami memikirkan ini—

“Onii-chan, aku minta maaf.”

“Tidak ada yang perlu dimaafkan, jadi tidak usah dipikirkan, cebol.”

“Bukan ‘cebol’, namaku Hazuki.”

Terdengar suara Yuuji dan seorang gadis.

“Ah, hm, sepertinya begitu.”

Eh, Hazuki... suara itu, sepertinya pernah dengar...?

Ka-chang. Pintu kelas terbuka, dengan Yuuji di luarnya. Orang yang sedang bicara dengannya itu kecil, jadi dia terhalang oleh Yuuji.

“Oh, Sakamoto. Adikmu?”

“Imut sekali~eh. Apa kau mau kencan dengan kakak lima tahun lagi?”

“Aku mau kencan denganmu sekarang.”

Dalam sekejap keduanya dikelilingi laki-laki busuk dari kelas kami. Mungkin semua orang panik karena tidak ada kerjaan.

“Pe-permisi. Hazuki sedang mencari Onii-chan.”

Sepertinya gadis ini sedang mencari seseorang, makanya dia bersama dengan Yuuji. Yuuji, meski pun mulutnya kasar, dia tahu bagaimana cara memperlakukan anak kecil, huh...

“Onii-chan? Namanya?”

“Ah... Hazuki tidak tahu...”

“Bukan kakak kandungmu? Ciri-cirinya seperti apa?”

Sekali pun gadis ini tidak tahu nama orang yang dia cari, Yuuji tetap ingin membantu gadis kecil ini. Dari sikap akrabnya, aku bisa merasakan kelembutannya, mungkin dia suka anak kecil.

“Hm... Dia Baka Onii-chan!” (Kakak bodoh)

Ciri-ciri yang cukup jelas.

“Benarkah?”

Dari sela-sela keramaian, aku bisa melihat Yuuji memutar kepala ke sekeliling ruangan mencoba mencari orang itu.

“...Tapi ada cukup banyak orang seperti itu disini.”

Aku tidak bisa menyangkalnya.

“Eh, bukan seperti itu...”

“Hm? Ada ciri-ciri lainnya?”

“Dia Onii-chan yang benar-benar bodoh!”

“““Itu Yoshii, kan?”””

Jahatnya!!! Aku tidak akan menangis di sini!

“Kasar sekali! Aku sama sekali tidak kenal anak ini! Pasti ada kesalah---“

“Ah! Itu dia Baka Onii-chan!”

Tiba-tiba aku dipeluk oleh gadis kecil yang berlari ke arahku.

“...en, ini tidak buruk juga, eh...”

Pada akhirnya, semua orang sudah memperlakukanku seperti orang idiot, sampai-sampai aku sendiri sudah mulai merasa begitu.

“Jadi, kau siapa? Kau seharusnya murid SD, tapi aku tidak ingat pernah bertemu anak seumurmu!”

Aku harus menjauhkannya dariku untuk melihat wajahnya lebih jelas.

“Eh? Onii-chan... Onii-chan tidak ingat Hazuki... Onii-chan sangat...”

Si gadis kecil cemberut. Ah, gawat, apa aku membuatnya menangis?

“Baka Onii-chan memang sangah bodoh! Hazuki mencari-cari Baka Onii-chan, jalan sambil bertanya ‘apa kau kenal kakak bodoh?’ dan sampai ke sini...”

Oh tidak, bahkan rasanya aku juga ingin menangis mendengarnya!

“Akihisa—tidak, Baka Onii-chan ini memang bodoh sekali. Aku minta maaf.”

“Benar itu. Si kakak bodoh yang benar-benar bodoh. Bisakah kau memaafkannya?”

Harusnya tidak ada orang yang bleh dibilang bodoh sampai separah ini.

“Tapi, tapi, Baka Onii-chan sudah berjanji akan menikahi Hazuki---“

“Mizuki!”

“Minami!”

““Bunuh dia!!!””

“Ack!!!”

Leherku tiba-tiba sakit sekali!!! Apa!!! Apa yang sedang terjadi??

“Oh, Himeji dan Shimada. Kelihatannya kalian menang.”

Yuuji berkata dengan santainya.

“Mizuki, tarik lehernya ke sana. Aku akan memutar lututnya dari arah lain.”

“A, apakah begini?”

Buruk, aku akan dibunuh.

“Tunggu sebentar! Aku bahkan tidak ingat janji nikah seperti apa yang kita---“

“Uuu! Keterlaluan sekali! Hazuki bahkan memberikan ciuman pertama Hazuki untuk Baka Onii-chan---“

“Sakamoto, ambil pisau daging. Lima harusnya cukup.”

“Yoshii-kun, kau menggunakan mulut ini untuk melakukan hal seburuk itu?”

“Kou savvah (Kau salah)! Viakan ako jowassan (Biarkan aku jelaskan)!”

Bahkan si lembut Himeji-san jadi gila! Meskipun dia akan dipaksa pindah sekolah jika ada orang jahat yang berani menyakiti seorang gadis, tetap saja ini berlebihan!

“Apa boleh buat. Kalau begitu, kami akan menusukmu dengan dua pisau sebelum mendengar penjelasanmu, jadi bersabarlah.”

“Eh, Minami. Pisau daging cukup untuk menyebabkan luka fatal, kan?”

Aku rasa Minami tidak hanya kurang di kemampuan berbahasa Jepang saja.

“Ah, Onee-chan. Hazuki datang bermain kesini!”

Anak itu berhenti menangis begitu melihat Minami.

Kakak... Hazuki... ciuman pertama...

“Ahh! Kau gadis boneka itu!”

Aku ingat! Dulu ada anak perempuan yang ingin membelikan hadiah untuk kakaknya tapi tidak punya cukup uang. Aku kasihan padanya dan membantunya. Seingatku, aku memberinya boneka besar waktu itu, ya kan? Setelah itu, aku ditunjuk jadi Kansatsu Shobunsha (Siswa dalam pengawasan) dan kemudian segala macam hal aneh terjadi, jadi aku benar-benar lupa soal dia.

“Aku bukan gadis boneka! Aku Hazuki!”

Gadis kecil ini menggelembungkan pipinya karena marah.

“Oh iya, namamu Hazuki. Lama tidak ketemu, apa kabarmu?”

“Hazuki baik-baik saja!”

“Hmmm, baguslah. Dipikir-pikir, bagimana caranya kau menemukan sekolahku?”

“Karena Onii-chan memakai seragam sekolah ini.”

Hazuki mulai menarik-narik seragamku setelah mengatakannya.

“Eh, Hazuki dan Aki saling kenal?”

Melihat situasi ini, Minami memiringkan kepalanya dengan wajah bingung.

“Mn, dari tahun lalu. Kau kenal Hazuki juga?”

“Tidak hanya kenal, kami sangat dekat. Dia adikku.”

“Eh?”

Aku menatap wajah Hazuki. Setelah dia bilang begitu, mereka memang nampak mirip. Luar biasa bersemangat, dan memiliki mata yang menunjukkan tekad kuat untuk menang.

“Yoshii-kun licik sekali... Bagaimana bisa kau tahu keluarga Minami? Aku bahkan belum ketemu orang tuanya... Jangan bilang kau sudah jadi kakak iparnya...”

Apa yang sedang dikatakan Himeji? Aku rasa sepertinya dia sering jadi pusing. Pasti gara-gara lingkungan kelas ini.

“Ah! Kirei Onee-chan! Terima kasih bonekanya!” (Kakak cantik)

Hazuki membungkuk ketika mengatakannya. Anak yang sopan, tidak seperti si Kepala Sekolah.

“Apa kabar, Hazuki? Kau suka bonekanya?”

“Tentu! Aku tidur dengannya setiap hari!”

Boneka? Setiap hari? Boneka macam apa yang diberikan Himeji-san pada Hazuki? Dia adik Minami, dan Himeji-san pasti pernah ke rumah Minami, yang berarti mereka saling kenal.

“Baguslah~ kau menyukainya.”

Setelah mengatakan ini Himeji tersenyum bahagia. Kenapa aku merasa banyak sekali orang di sekitarku yang menyukai anak-anak? Walaupun aku tidak membenci mereka, aku tidak tahu bagaimana bersikap dengan mereka, jadi aku agak iri melihat situasi seperti ini.

“Oh iya, kenapa pelanggan kita sedikit sekali?”

Yuuji mengamati kelas dan mengatakannya. Dipikir-pikir, aku tadi juga berpikir begitu. Karena Hazuki aku jadi lupa.

“Hazuki dengar banyak hal waktu datang ke sini.”

“Eh? Seperti apa?”

Yuuji berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Hazuki.

“Mmm, seperti Kedai Teh yang sangat kotor jadi orang-orang sebaiknya tidak kesana.”

Kata-kata Hazuki membuatku geram.

Daerah di bawah meja memang agak kotor tadi, tapi kami sudah membersihkannya. Walaupun begitu, komentar negatif masih juga beredar. Kenapa mereka harus menyebarkannya seluas ini?

“Ugh... Pasti orang-orang yang tadi mengganggu bisnis kita. Aku seharusnya menghajar mereka sampai babak belur.”

Yuuji meletakkan tangannya dekat mulutnya dan mengatakan kesimpulannya dengan yakin.

“Orang itu maksudmu si geng Toko-Natsu? Bagaimana bisa? Apa mereka sama sekali tidak punya kerjaan?”

Biar bagaimanapun, kami akan menghajar senpai-senpai itu dengan gerakan gulat. Tidak kusangka mereka berani berbuat hal seperti itu pada kami.

“Yah, siapa tahu? Kita harus mengecek situasi dulu.”

“Ya, benar. Setidaknya kita harus tahu sudah sampai mana gosip ini tersebar.”

Bahkan Hazuki kecil sudah mendengarnya. Mungkin gosipnya memang sudah tersebar luas sekali.

“Onii-chan, ayo keluar dan bermain bersama Hazuki.”

Hazuki menggenggam tanganku erat. Gawat, kalau saja ini hari biasa dan kami boleh fokus bersenang-senang di festival sekolah, aku bisa keluar bermain dengannya.

“Maaf Hazuki, kakak harus membantu kedai teh ini bagaimanapun caranya, jadi kakak tidak punya cukup waktu bermain dengan Hazuki.”

Aku mengatakannya sambil menepuk kepalanya.

“Humph~ Hazuki sengaja datang ke sini untuk mencari kakak~~”

Dia menggelembungkan pipinya, tidak senang.

Tetapi kedai teh ini sangat penting untuk menentukan apakah Himeji-san bisa tetap di sini atau tidak. Aku berusaha melakukan yang terbaik agar tidak ada yang disesali nanti.

“Kalau begitu bawa saja si pendek bersamamu. Kita harus mengecek kelas lain yang juga menjual makanan.”

Ucap Yuuji. Dia benar. Mengecek situasi adalah strategi dasar.

“Hm~ benarkah? Kalau begitu pergi makan siang, yuk!”

“Mn.”

Ekspresi cemberutnya segera menjadi senyuman. Dia memang punya banyak ekspresi menarik. Oh, jadi yang namanya polos itu adalah anak-anak seperti ini!

“Kalau begitu Hazuki, kakak juga akan ikut bersamamu.”

Nada suara Minami benar-benar berbeda dari biasanya. Di depan adiknya, Minami pasti kakak yang lembut.

“Hmm, kalau begitu Himeji pergi bersama kelompok Yuuji. Kalian harus mengikuti turnamen Syokanju, jadi lebih baik kalian segera bereskan ini.”

“Benarkah? Maaf merepotkanmu, Hideyoshi.”

“Aku boleh pergi? Terima kasih banyak, Kinoshita-san.”

Dengan begitu, Yuuji dan Himeji-san bergabung dengan kami. Untuk bergerak di tengah keramaian festival sekolah ini, lima orang tidak terlalu sedikit.

“Jadi Pendek, di mana kau dengar kata-kata itu? Bisa kau kasih tahu aku?”

“Hmmm... di toko yang ada banyak Onee-chan cantik memakai rok pendek---“

“Apa kaubilang!? Yuuji, kita harus kesana!”

“Ayo, Akihisa! Demi kesuksesan kelas kita, kita harus mengamati dengan teliti!”

Mendengarnya, kami bergegas maju.

Kedai teh ini adalah kunci paling penting untuk mencegah Himeji-san pindah sekolah. Aku berharap melakukan yang terbaik agar tidak ada penyesalan nanti.

“Aki memang sangat rendah.”

“Yoshii-kun jahat sekali...”

“Kakak bodoh sekali!”

Tidak memedulikan komentar kejam di belakangku, hatiku mulai berdebar.




“Akihisa, lebih baik kita menyerah saja soal tempat ini.”

“Apa maksudmu? Kita sudah jauh-jauh ke sini! Cepat masuk!”

“Kumohon!!! Cuma ini!!! Cuma ini kelas yang tidak ingin kumasuki!!!”

Sumbernya berasal dari musuh bebuyutan kami, Kelas A, saat ini dikenal dengan <Maid cafe ‘Biarkan kami memanggilmu Goshujin-sama!’>, menurut papan nama yang ada di depan kami.

“Oh begitu. Jadi ini kelasnya Kirishima-san yang sangat Sakamoto sukai.”

“Sakamoto, kau tidak bisa lari dari seorang gadis, tahu?”

Tepat ketika Yuuji sedang protes dengan cara paling konyol, tiga orang gadis muncul dari belakang.

“Yuuji, kita di sini untuk penyelidikan. Tidak ada hubungannya dengan keinginan pribadi---“

“............! (klik klik klik)”

Aku berbalik untuk melihat seorang laki-laki menekan tombol kamera dengan sangat cepat, secepat kilat.

“Muttsurini?”

“.....Kau salah orang.”

Siswa yang bertugas di dapur itu memegang kamera di satu tangan sementara tangan lainnya membuat tanda untuk membantah tuduhan itu.

“Dilihat dari mana pun kau Tsuchiya. Sedang apa kau disini?”

“...Memata-matai musuh.”

Datang memata-matai di sini sepertinya dia bermaksud mengambil foto para gadis dari sudut pandang rendah.

“Muttsurini. Kau tidak bisa melakukannya. Kalau kau mengambil foto-foto para gadis itu tanpa sepengetahuan mereka, bukannya mereka---“

“...Satu, seratus yen.”

“Aku ambil dua lusin ---kasihan sekali?”

“Aki, kau baru saja memesannya dengan spontan.”

Eeeeh!!! Kapan!?

“...Sudah waktunya aku bertugas, aku akan kembali.”

Muttsurini memberikan foto-foto itu padaku sebelum bergerak kembali ke kelas. Dia sampai sempat mencetak foto-foto ini, benar-benar orang yang membingungkan.

“Benar-benar. Muttsurini ini bikin sakit kepala.”

Aku terbatuk sambil memasukkan foto-foto itu ke kantongku dengan santai.

“Yoshii-kun, apa yang akan kau lakukan dengan foto-foto ini?”

Ah, rencanaku terbaca.

“Ya, menyebalkan sekali~ Tentu saja aku akan menghancurkannya! Lupakan mereka, ayo masuk! Aku lapar sekali.”

Walaupun sebenarnya aku tidak benar-benar lapar, aku menekan perutku dan berusaha terlihat seperti orang kelaparan.

“Ahh, benar. Ayo masuk.”

Himeji-san benar-benar anak baik, bisa mempercayai akting seburuk itu.

“Mmm, memang harus memata-matai saingan--- Ini, ini foto kaki laki-laki??!!! Ah, si brengsek itu!”

“Kau sedang melihat foto-foto itu bukan!”

“Ah, aku tedak! Aku tedak! Brenti mencobit molutkoh!”

Wajahku ditarik dengan kuat, dan Hazuki, yang sedang berada di sebelahku, mencubit pahaku sekuat tenaga.

“Kalau begitu aku masuk dulu. Permisi---“

Minami adalah yang pertama melewati pintu.

“...Selamat datang kembali, Nona.”

Apa yang datang menyambut kami adalah maid cantik dan pintar dengan aura sangat dingin---Kirishima Shouko-san.

“Wa, cantik sekali...”

Himeji-san tanpa sadar mengatakannya. Kirishima-san memang sangat cantik.

Rambut hitam panjang dan celemek putihnya saling melengkapi, dan stocking hitamnya menonjolkan pahanya. Ini adalah kecantikan yang bahkan diakui orang dengan jenis kelamin sama. Sialan, aku benci sekali pada Yuuji dari lubuk hatiku!

“Kalau begitu kami permisi.”

“Kami masuk.”

“Onee-chan cantik sekali!”

Himeji-san membawa Hazuki masuk. Saat ini, seperti saat Minami disambut—

“...Selamat datang kembali, tuan dan nona.”

---Kirishima-san menyambut kami.

“...cheh.”

Yuuji akhirnya masuk dengan enggan. Kirishima menyambutnya dengan cara yang sama seperti---

“...Selamat datang. Aku tidak akan membiarkanmu pulang ke rumah malam ini, sayang.”

---menyambut kami.

“Kirishima-san berani sekali...”

“Aku ingin jadi seperti dia...”

“Apa maksudnya kakak itu tidak akan tidur dan akan bermain bersama kita?”

Tiga gadis, tiga reaksi berbeda. Cuma, aku bingung apa maksud Minami waktu dia bilang ‘ingin seperti dia.’

“Izinkan saya memandu Anda semua.”

Kami mengikuti Kirishima-san menuju bagian dalam toko.

“Eh, Onii-chan. Di sini banyak sekali pembelinya~~”

Hazuki menarik lenganku beberapa kali.

Seperti kata Hazuki, ruang kelas A yang sangat luas dipenuhi pelanggan. Walaupun kupikir cuma cowok yang bakal mengunjungi maid cafe, ternyata ada beberapa cewek juga.

“Kalau begitu, ini menunya.”

Kirishima-san memberikan kami menu mewah ini. Mengerikan, sepertinya kelas terbaik pun harus melakukan segala sesuatu dengan sempurna.

“Aku mau ‘Fluffy Chiffon Cake’.”

“Ah, kalau begitu aku juga.”

“Hazuki juga!”

Ketiga gadis itu berpikiran sama ketika memesan Chiffon Cake.

“Aku mau ‘air putih’. Lebih baik jika kau bisa menambahkan sedikit garam.”

“Kalau begitu, aku mau—“

“... Saya ulangi pesanannya, tiga ‘chiffon cake empuk’, segelas ‘air putih’, dan satu ‘formulir pendaftaran pernikahan dengan maid.’ Apa sudah semuanya?”

“Jangan Ngimpi!!!”

Yuuji berteriak kaget. Cara dia mengerjai Yuuji benar-benar aneh, jadi aku akan duduk saja dan melihat Yuuji dikerjai.

“...Kalau begitu saya akan mempersiapkan peralatan makannya.”

Kirishima-san meletakkan garpu di depan para gadis, garam di depanku, dan sebuah stempel merah di depan Yuuji.

“Sho, Shouko! Itu stempel keluargaku, kan?! Bagaimana caramu mendapatkannya!?”



(Setiap keluarga di Jepang memiliki stempel dengan nama keluarga untuk urusan penting dan resmi mereka, seperti pernikahan)

“...Silahkan bayangkan kehidupan pengantin baru Anda dengan maid ini sementara menunggu.”

Kirishima membungkuk hormat sebelum kembali ke dapur.

“...Akihisa. Aku harus menang turnamen apapun yang terjadi...!”

“Ah, ya, sama denganku.”

Aku bisa melihat tekad di mata Yuuji. Walaupun aku senang dia punya motivasi, ini tetap saja mengerikan.

“Jadi Hazuki, ini tempat yang kau bilang, kan?”

“Nn. Di sana. Ada dua kakak menyebalkan yang mengatakannya sambil berteriak!”

Hazuki mengangguk dengan semangat.

Dua cowok menyebalkan. Sudah pasti itu mereka.

“Selamat datang, tuan-tuan.”

“Meja untuk dua orang. Ada meja di bagian tengah, tidak?”

Pada saat ini kami bisa mendengar suara-suara para pelanggan baru. Sepertinya kami sudah pernah mendengar suara kelas rendah itu sebelumnya.

“Ah, itu mereka. Orang yang bilang ‘kedai teh itu kotor sekali’!”

Pemilik suara itu tidak lain adalah geng Toko-Natsu yang berusaha merusak bisnis kami. Kalau kata-kata mereka tadi terdengar dari sini, berarti mereka datang bolak-balik?

“Dipikir-pikir, kedai teh ini bagus sekali!!!”

“Iya, kedai teh cina di kelas 2-f jelek sekali!!!”

“Mejanya kotak kardus bobrok, malahan ada tikus berkeliaran di sana!!!”

Di tengah kedai teh yang begitu ramai, berteriak begitu keras. Pantas saja reputasi buruk kami tersebar sementara mereka terus-terusan melakukan ini!

“Tunggu, Akihisa!

Baru saja aku akan pergi menghajar mereka, Yuuji menghentikanku.

“Yuuji, kenapa kau menghentikanku? Kalau kau tidak menghentikan mereka...!”

“Tenang dulu. Reputasi kita malah akan tambah buruk kalau kita menghajar mereka di sini.”

Yuuji memandang mereka dengan tajam.

Benar kalau kami menghajar mereka di tempat seramai ini, orang-orang akan mendapat kesan bahwa kelas F adalah tempat bekumpulnya anak-anak berandalan bermasalah. Bukan cuma bisnis kedai teh kami yang terancam, kalau sampai ini terdengar oleh ayah Himeji, Himeji pasti akan dipindahkan.

“Tapi kalau kita cuma diam di sini...”

Sekarang pun, gosip itu terus tersebar. Biar pun kami tahu, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Mengesalkan sekali!

“Tidak, kalau kita mau melakukannya, kita harus pakai otak—oi, Shouko!!!”

“....ya?”

Kirishima-san langsung muncul begitu dipanggil. Jangan-jangan dia memang terus berada di sekitar Yuuji, makanya dia bisa datang begitu cepat...

“Apakah ini pertama kalinya mereka datang kesini?”

Yuuji mengarahkan dagunya ke pasangan di sana. Pada saat yang sama Kirishima mengangguk ringan.

“...Mereka keluar masuk terus-menerus. Mereka selalu mengatakan hal yang sama berulang kali.”

Wajah Kirishima yang biasanya datar agak mengerut. Sepertinya mereka juga bukan tamu yang disukainya.

“Benarkah... oke. Sekarang, pinjamkan aku seragam maid.”

Yuuji mengatakan permintaan yang gila tanpa ekspresi malu di wajahnya. Cowok ini,apa dia tidak pernah ragu-ragu atau punya  rasa malu?

“...Aku mengerti.”

Dia juga menjawab tanpa ragu. Sepertinya mereka akan jadi pasangan yang cocok—eh, tunggu!

“Ki, Kirishima-san!? Kau tidak bisa melepas bajumu disini!”

“Ya, ada banyak hewan liar disini!”

“Wa~. Dada kakak besar sekali~”

Himeji-san dan Minami menghentikan Kirishima-san dengan panik, yang saat ini sedang melepaskan seragam maidnya. Tadi benar-benar berbahaya—Aku tak yakin aku seharusnya mengatakan ini, tapi untuk beberapa alasan, rasanya sayang juga kalau dihentikan.

“...Karena Yuuji bilang dia menginginkannya.”

Kirishima-san, yang sudah dihentikan, memberikan ekspresi campur-aduk.

Orang ini akan melakukan apapun selama Yuuji yang memintanya? Benar-benar orang yang berbahaya.

“Se, sejak kapan aku bilang aku mau memakai seragam maidmu? Maksudku, aku mau minta seragam maid cadangan!”

Yuuji memalingkan wajahnya yang merona. Walaupun Kirishima-san orang yang berbahaya, karena Yuuji sedang seperti ini aku yakin dia tidak akan melakukan hal yang buruk terhadap Kirishima-san. Benar-benar melegakan.

“...Akan kuambil sekarang.”

Kirishima-san merapikan pakaiannya sebelum meninggalkan kami. Kami menyadari bahwa meja kami sudah jadi pusat perhatian semua orang. Sekarang jadi makin sulit menghajar si duo Toko-Natsu.

“Makanan yang mereka berikan benar-benar tidak enak, kan??!!!”

“Jangan bilang begitu!!! Aku tidak mau keracunan makanan!!!”

“Kalian semua hati-hati dengan kelas 2-F!!!”

Sialan! Kenapa sih mereka harus bilang begitu? Rasanya aku ingin menghajar mereka sekarang juga!

“Yuuji! Bagaimana kita akan menghajar mereka?”

“Oke, tunggu sebentar lagi. Himeji, Shimada, punya sisir?”

“Ng?, Ya, punya...”

“Pinjam sebentar. Oh, aku juga mau pinjam semua peralatan yang biasa dipakai untuk make up.”

“Ah...”

Himehi-san mengeluarkan sebuah tas kecil dari kantong kemejanya. Seperti yang bisa diperkirakan dari gadis seusianya.

“Maaf. Akan kukembalikan nanti.”

Yuuji menerima tas kecil itu. Hanya saja, untuk panjang rambutnya, kurasa dia bahkan tidak butuh sisir.

“...Yuuji, ini.”

Pada saat ini, Kirishima-san membawakan sebuah seragam maid.

“Oh, maaf soal ini.”

“...Kau berhutang padaku.”

“Ah, oke. Akihisa.”

“Aku mengerti. Lain kali kau boleh menggunakan Yuuji seharian.”

“...Terima kasih. Yoshii pria yang baik.”

“Oi, tunggu sebentar!!! Kenapa aku?”

Tidak peduli bagaimanapun Yuuji berusaha menjelaskan, sia-sia saja. Kirishima-san nampak begitu bahagia ketika dia meninggalkan kami.

“Lalu, apa yang akan kita lakukan dengan itu?”

Seragam maid di sebelah kami tidak bisa jadi senjata bagaimanapun aku berpikir.

“...Pakai!”

Yuuji menatapku dengan penuh kebencian. Dia harus mendengar semua perintah Kirishima-san karena kami kalah di pertarungan Syokanju. Benar-benar laki-laki yang tidak berguna.

“Tolong pakai, Himeji-san.”

“Eh? A, aku yang pakai?”

Himeji-san membelalakkan matanya. Menurutku dia pantas memakainya.

“Berhenti bicara konyol. Himeji-san tidak bisa menyerang mereka kalau dia yang pakai, kan?”

“Kalau begitu, Minami? Tapi bukannya itu bakal longgar di sekitar dada------Ackkk!!!”

“Aku tidak akan melepaskanmu semudah itu lain kali!”

Benar-benar aura yang mengerikan.

“Bukan Minami juga. Mereka pasti langsung sadar kalau dia yang memakainya.”

“...Begitukah?”

Karena bukan Himeji-san atau Minami, dan Hazuki terlalu kecil dan tidak bisa memakainya. Jadi, yang tersisa tinggal...

“Kau yang akan memakainya.”


“Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakk!!!”


Aku! Walaupun ada kemungkinan identitasku tidak akan ketahuan kalau memakainya...!

“Tidak bisakah Yuuji saja yang pakai? Kau masih bisa pakai kalau dipaksa sedikit!”

“Oh ya ampun, keras kepala sekali. Bagaimana kalau kita suit?”

Ini dia, ide Yuuji. Aku sudah ditipu entah berapa kali.

Biarpun begitu, percuma menolaknya. Aku sudah bisa membaca pikirannya. Ah, yang penting sekarang adalah membuatnya memakai seragam maid itu.

“Baiklah, kuterima.”

“Kalau begitu ayo mulai. Jan-ken—“

“Pon (kertas).”

Aku pilih kertas. Yuuji pilih gunting. Aku kalah.

“Lihat—“

Yuuji mengeluarkan jari telunjuknya dan mengarahkannya padaku.

Triknya adalah---itu! Teknik rahasia dimana kalau aku memalingkan wajah untuk menghindari jarinya, dia akan menunjuk ke arah itu sehingga dia menang!

(Permainan suit versi lain, yang menang harus menunjuk ke salah satu arah, kalau yang kalah suit menghadap ke arah yang ditunjuk maka yang kalah akan kalah, jika tidak maka seri)

“Aku tidak akan tertipu!”

Tidak melihat kemanapun, aku terus menatap jari Yuuji. Aku takkan kalah!

“Ayo---“

Poof.

Ah, sungguh suara yang memuakkan.

“Aaaaarghhh! Mataku, matakuuuu!”

Aku menutupi mataku dan melangkah mundur. Seharusnya dia tidak perlu menusuk mataku, ya kan!?

“Ha! ...Oh. Aku menang.”

Mendengar Yuuji mendeklarasikan kemenangannya, kubuka mataku yang berair. Jari Yuuji menunjuk ke arah yang sedang kulihat.

“Yoshii-kun, kau baik-baik saja?”

Himeji-san memberikanku saputangan. Ah, aroma yang begitu manis...

“Fufufu...... tapi tidak apa-apa.”

“Kau benar. Tentu ini tidak dihitung karena kau menggunakan tipuan muraha---“

“Menurutku Yoshii-kun akan terlihat imut memakainya!”

Kurasa, bukan itu masalahnya.




“A, aku belum pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya...!”

“Akihisa, tidak disangka kau cocok sekali memakai ini.”

Hideyoshi, yang datang setelah dipanggil Yuuji, hanya memerlukankan waktu beberapa menit membantuku ganti baju dan merias wajah di toilet laki-laki. Benar-benar hebat, walaupun aku tidak berterimakasih sedikitpun.

“Kalau begitu aku pergi dulu. Akan kuhajar berandalan-berandalan itu.”

“Nn, semoga berhasil.”

Setelah berpisah dari Hideyoshi, aku masuk kembali ke kelas 2-A. Oh ya ampun, rasanya ada banyak orang yang melihatku.

“Yang jelas, kelas itu kotor sekali!!!”

“Mn, kelasnya ada di gedung lama, tentu saja kotor!!! Itu sudah bisa diperkirakan!!!”

Orang ini masih saja ngomong begitu. Mereka hanya memilih tempat yang strategis untuk memaki-maki kedai orang lain. Bagiku, yang sudah mempertaruhkan semua nasib teman sekelasku pada Kedai Teh, ini tidak bisa dimaafkan.

“Permisi.”

Aku bergerak perlahan-lahan sambil berusaha terdengar seperti pelayan.

Orang-orang itu, akan kuhajar mereka habis-habisan.

“Apa?---Ah, rupanya ada cewek seperti ini disini.”

“Lumayan imut.”

Mereka mengelilingiku, seolah mereka ingin menjilatku. Menjijikkan sekali.

“Permisi tuan, karena saya harus menyapu bagian itu, bisakah tolong berdiri sebentar?”

“Sapu? Cepat bersihkan, ya?”

Keduanya berdiri dari tempat mereka.

“Terima kasih. Kalau begitu kami akan---“

“Hm? Kenapa kau memelukku? Jangan-jangan kau jatuh cinta padaku?”

“Mati kau!!!”

“Gyaaahhh!!!”

Bantingannya sukses. Ini kedua kalinya dalam hari ini Botak-senpai dihajar dengan German Suplex. (Bantingan belakang gulat)

“Kau, kau Akihisa dari kelas F...! Ternyata kau punya hobi memakai baju perem---“

Cheh! Masih hidup rupanya! Tidak ada pilihan lain, aku butuh bantuan.

“Cowok ini, dia.... Dia menyentuh dadaku!!!”

“Tunggu! Aku melakukannya karena kau membantingku. Lagi pula kau kan cow---Uaaagghh!!!”

“Melakukan hal seperti itu di siang bolong. Dasar tidak tahu malu!”

Yuuji pakai alasan menghajar orang mesum supaya bisa terlibat.

“Apa yang kalian lihat? Bukannya jelas-jelas kami korbannya!?”

Sambil membantu Botak-senpai yang terbaring di lantai bangun, Mohawk-senpai berusaha menghentikan Yuuji.

“Diam! Tadi, dia menyentuh dada si pelayan, kan? Aku tidak buta!!!”

Tidak, sebenarnya, menurutku kau buta.

“Pelayan, kau urus orang mesum di lantai itu.”

“Eh, ah, oke. Baiklah.”

Oh iya, aku sekarang pelayan.

Hm~. Si botak ini, apa yang harus kulakukan dengannya? Kurasa aku akan meletakkan bra yang diberikan Hideyoshi ke kepalanya, mungkin dengan sedikit lem cepat kering.

“Jadi, untuk menyelidiki kelakuan mesumnya, bisakah kau ikut dengan kami?”

Yuuji menjentikkan jarinya sementara dia mendekati Mohawk-senpai. Dia berkata dia akan membawa mereka, tapi kenapa rasanya menyebalkan sekali? Kemungkinan dia akan menginterogasi mereka di kelas.

Cheh! Ayo, Natsukawa!”

Melihat keadaan ini, Mohawk-senpai memutuskan untuk pergi.

“Ini, ini, lepaskan!!! Makhluk rendah!!! Aku akan membuatmu mengingatnya, dasar mesum!!!”

Botak-senpai berlari keluar kelas masih dengan bra di kepalanya.

“Berhenti kalian!!! Ayo kejar mereka, nona Aki!”

“Oke! Tapi tolong jangan panggil aku begitu!”

Yuuji dan aku bergegas ke koridor mengejar mereka.

“Kalau dipikir, Yuuji, gimana caranya kita mengurus bon di sana?”

“Kita kan tidak pesan apa-apa! Biar Himeji-san dan yang lain saja yang urus!!”

Karena Yuuji bilang begitu ya sudah.

“...Untuk tagihannya, yang mana yang kalian mau, Natsume Souseki atau Sakamoto Yuuji?”

(Novelis Jepang yang fotonya pernah dipakai di mata uang Jepang senilai 1000 Yen, jadi intinya Shouko menagih mereka 1000 yen)

“Sakamoto Yuuji.”

“...Terima kasih atas kedatangannya,”

Benarkah tidak apa-apa? Kedai kalian baru saja rugi 1000 yen.

“Akihisa! Mereka kabur ke lantai 4!”

Yuuji teriak di tengah-tengah koridor penuh orang.

“Tolong! Panggil aku nona Aki saja! Pandangan mereka membunuhku!”

Aku harap aku tidak bertemu satu orang pun yang kukenal.

“Baiklah! Akihisa Yoshii---koreksi, nona maid Aki!”

“Brengsek!!! Kau sengaja, kan!!!”

Aku terus menaiki tangga sambil memperhatikan kibasan rokku dengan hati-hati. Kelas di lantai 4 adalah kelas 3 semua. Kami bisa ditendang keluar kalau kami tertangkap berbuat macam-macam, jadi kami mesti hati-hati.

Yuuji bergegas ke kelas terdekat. Pintu masuk Kelas 3-A, yang tertutup tirai hitam, bertanda ‘Labirin Rumah Hantu’.

“Selamat datang. Dua orang?”

“Bukan, empat. Orang di belakang kami yang akan bayar.”

Luar biasa. Kau melimpahkan tagihan ke orang di belakangmu tanpa ragu-ragu.

“Oke, silahkan nikmati dunia menakutkan ini.”

Senior yang berperan sebagai penjaga membuka pintu tanpa ragu.

Yuuji dan aku langsung masuk supaya tipuan kami tidak ketahuan.

“Yuuji, di sini gelap. Kalau kita bergerak dengan ceroboh...”

“Ya. Kita tidak tahu perangkap macam apa yang mereka pasang.”

Kami terus berjalan di jalan sempit yang terbuat dari kardus. Untuk sumber cahaya, hanya ada lampu kecil di dekat kaki kami. Lupakan menangkap mereka. Kemungkinan kami yang akan diserang dari belakang.

“Hati-hati, maid palsu yang suka berpakaian cewek.”

“Mn, mn. Kalau tidak hati-hati... kalau tidak hati-hati... kalau tidak hati-hati...”

Kami merasakan atmosfir sekitar kami sambil bergerak maju.

Sialan. Rok ini membuatku sulit bergerak. Apa harus kuangkat dan ikat di sekeliling pinggangku?

“Kalau tidak hati-hati---“

Pam!

Saat ini, sesuatu muncul di hadapan kami. Itu adalah sesosok monster yang tidak pernah kami lihat sebelumnya. Mengenakan seragam laki-laki, botak, berpostur sedang—dan mengenakan bra di kepala.
 


“He, hentaaiiiiiii!!!”

“Kalian berdua juga!!!”

Kasar sekali. Aku hanya memakai pakaian maid gara-gara situasi. Aku harap aku tidak disamakan dengan orang yang senang memakai bra di kepalanya.

“Mereka mengejar kita sampai ke sini, benar-benar mengesalkan!”

Botak-senpai berlari masuk lebih ke dalam. Sepertinya bukan serangan tiba-tiba; dia memang tidak sengaja bertemu kami.

“Berhenti!!! Terima serangan pamungkas ‘Miss Aki Explosion’ ini!!!”

“Yuuji!!! Jangan pakai nama itu!!! Justru aku yang jadi korbannya!!!”

Aku protes sekuat-kuatnya ke Yuuji yang sedang menarik leherku. Ini di lantai empat. Jika aku tidak selamat hanya dengan terkilir, kemungkinan semuanya akan langsung berakhir.

“Sekarang!!! Dorong dindingnya dan kurung mereka!!!”

Suara Mohawk-senpai datang entah dari mana. Sialan! Kalau kami tidak bisa bergerak...

“Cheh! Menghindar! Nona Aki!”

“Kelihatannya kita hanya bisa mundur!”

Menyerah untuk mengejar mereka, kami berlari kembali ke pintu masuk.

“...Oh? Dindingnya tidak runtuh.”

“Mereka menipu kita!? Si Mohawk itu...!”

Kami tidak bisa melihat Botak-senpai lagi. Kelihatannya kami takkan bisa menangkap mereka.

“Yuuji, pertandingan ketiga akan segera dimulai.”

“Apa? Di saat seperti ini?...Tidak ada pilihan. Walaupun tanggung, ayo kita kembali.”

Dengan berbagai peristiwa yang terjadi satu demi satu, kami tidak bisa fokus pada turnamen Syokanju. Benar-benar orang-orang menyusahkan.

“Ya, kita hampir didiskualifikasi gara-gara mereka.”

Karena kami tidak perlu khawatir terkurung di dalam, kami berjalan ke arah pintu keluar.

“...Ah!!! Itu Pengunjung yang tidak bayar tadi!”

“Lari, nona Aki!”

“AH~ Astaga! Kenapa sih hal seperti ini selalu terjadi?”

Bukannya berjalan, kami berlari sampai ke kelas. 



 

Comments

Popular posts from this blog

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]