Bokubitch chap 4 B. Indonesia
Chapter 4 Segalanya mungkin menjadi lebih baik jika aku berusaha lebih keras
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Keesokan paginya, di kelas pada jam pelajaran.
Aku sedang membaca majalah dikursiku. Ini kubeli di toko dalam perjalanan pulang kemarin.
"Selama berkencan, seorang pria harus berjalan di sisi jalan*....Aku sudah tahu ini. Tapi mengejutkannya, aku malah lupa"
[Kalian tau kan maksudnya?? Jika tidak, coba kalian tonton anime Net-juu no Susume eps 6 di menit 14an]
Ini adalah majalah mode untuk remaja laki-laki.
Ketika dulu belum sepenuhnya menjadi otaku, aku kadang-kadang akan membaca majalah semacam ini.
Tentu saja, artikelnya kebanyakan berisi tentang fashion. Tapi ada juga pengetahuan yang berguna sekaligus membantu ketika berkencan. Benar-benar barang riajuu.
"Oh, selamat pagi Ikuno-kun"
Sama seperti kemarin, Shinonome berdiri tegak di depanku sambil menyisir rambutnya menggunakan jari.
"Sariyama-kun, Tsunehiro-kun, terima kasih atas bantuan kalian. Tinggalkan sisanya padaku"
Dirinya tersenyum ketika melontarkan ucapan syukur pada beberapa orang yang membawa setumpukan kertas.
"Seperti biasa, kau sangat mahir memanipulasi para lelaki...."
"Fufu , apa yang kau katakan?"
Karena ada orang-orang di dekat sini, dia tersenyum seolah mengisyaratkanku untuk diam.
Setelah kedua lelaki itu pergi, aku ditusuk oleh tatapan sedingin Nol Mutlak*.
[Singkatnya, ini adalah suhu terendah]
"Jangan bicara lebih jauh"
"Iya, iya. Aku minta maaf"
Dia tersenyum membalas permintaan maaf patuhku.
"Kesampingkan itu, sebagai seseorang yang hanya tertarik pada subkultur, ada apa?"
"Hmm? Yah, aku sedang memikirkan berbagai hal yang terjadi kemarin...."
"Houh. Sepertinya kau sudah belajar"
"Ti-Tidak juga. Itu karena kau menunjukkan kesalahanku kemarin!"
Shinonome menunduk, menatapku dengan mata yang tampak senang, memeganggi lengannya sendiri dan menungguku melanjutkan.
"Ketika kita berpisah kemarin, Aizawa berkata akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan klub keesokan harinya. Hanya saja, permintaannya belum lah selesai karena diriku. Oleh sebab itu, sampai dia meminta kencan lagi, aku harus belajar untuk sementara waktu"
Imbalan dari permintaannya adalah, bergabungnya Aizawa ke dalam klub.
Untuk alasan itu, aku harus memecahkan permasalahan yang ada.
"Tentang Aizawa yang jadi bergabung dengan klub, aku mendengarnya juga dari orang itu sendiri kemarin saat kami pulang bersama. Aku tidak tahu apa dia akan meminta lagi atau tidak, tapi bagimu yang terus berusaha, sungguh mengagumkan. Kau cukup putus asa kemarin, bahkan aku sudah kewalahan melihatnya"
"Sampai mengatakannya seperti itu. Yah, aku tidak begitu keberatan...."
"Ufufu, cuma lelucon. Tapi, pada waktu itu Aizawa terkesan sangat menyedihkan. Sebagai orang yang akan menjadi majikanmu, kau telah melakukannya dengan baik untuk memenuhi kewajibanmu"
"Sampai sekarang kau masih ingin menjadi majikanku, ya. Keteguhanmu patut dipuji"
Shinonome menelusuri bibirnya yang lembab dan berwarna pink dengan ujung jari.
"Kau punya kekuatan untuk tidak menyerah pada orang lain. Kekuatan untuk tidak mundur bahkan saat menghadapi banyak preman kuat. Dirimu memang payah sebelumnya, tapi sekarang, pandanganku tentangmu menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, dari sekarang aku akan lebih sering mengawasi pemuda bernama Ikuno-kun....kau adalah jenis lelaki yang pertama kutemui"
Tertangkap oleh tatapannya yang lembut, mataku secara reflek berputar ke tempat lain karena malu.
"Yah....aku memang menghadapi para preman itu. Tapi aku tidak melakukan apapun selain menghadang mereka"
Keraguan ketika melihat Aizawa yang ketakutan, datang untuk membantu tapi tak mampu melakukan apapun, hingga akhirnya malah diselamatkan oleh Shinonome.
"Aku adalah pacar palsunya, tapi hal seperti mengurus preman sangatlah mustahil. Bahkan jika Shinonome bilang begitu, Aizawa pasti akan menganggapku bodoh...."
"Aku juga menganggapmu bodoh"
"....Kau ini ingin menyemangatiku atau menginaku?!"
"Itu hanya kesanku. Untuk mengetahui apa yang Aizawa pikirkan, kau perlu mendengar dari orangnya sendiri, kan?"
"Orangnya sendiri...."
Di malam terakhir, Aizawa berkata akan berpartisipasi dalam kegiatan klub.
Namun, mengingat lagi kencan mengerikan itu, ucapannya hampir mustahil menjadi kenyataan.
Mungkin aku hanya salah dengar....
Lalu....kenapa wajahnya memerah saat itu?
Begitu pikiranku sampai disana, koridor menjadi berisik oleh sebuah suara ceria. Orang yang bersangkutan pun datang.
"Selamat pagi~"
Aizawa menyapa dengan senyuman segar. Gadis itu masuk diiringi penampilan yang stylish, riasan tipis, dan bulu mata panjang juga berkilau.
"Un, pagi, Kashiwagi-kun, Nabeta-kun. Juga, Keiko dan Mutsumi, selamat pagi!"
Seperti yang diharapkan dari Aizawa, dia tidak hanya menanggapi para lelaki saat disapa.
Hanya saja, entah kenapa senyum yang dia lontarkan pada mereka terlihat canggung.
"Ah, Ibuki"
Setelah menemukan Shinonome, dia tersenyum polos dan berlari ke arahnya.
"Terima kasih banyak kemarin! Maaf ya, kau sampai mengantarku pulang dengan mobil...."
"Jangan khawatir. Saat itu sudah larut malam, wajar saja untuk melakukannya"
Apa Shinonome mengkhawatirkan Aizawa....?
"Kalau begitu Ibuki, ayo kita makan siang bersama seperti yang diputuskan kemarin! Ikuno, selamat pagi"
"Ah....Un , pagi"
Kupikir akan sulit berbicara dengannya karena tragedi kemarin. Namun, ini mengejutkan. Aizawa yang memulai duluan secara alami.
Setelah itu, dia kembali ke tempat duduknya sendiri dan mulai mengobrol dengan teman-temannya seperti biasa.
Hmm. Aku jadi bingung....apa Aizawa benar-benar tidak marah padaku? Dari kejadian kemarin, aku tahu kalau dia merupakan orang yang pemaaf, tapi kemurah hatian harusnya memiliki batas....
"Kesampingkan itu....Shinonome, boleh aku bertanya satu hal lagi?"
"Apa itu?"
"Kau tidak menyukai Aizawa, kan. Hanya saja, bagaimana dengan 'makan siang bersama' barusan? Apalagi, kau tidak memanggilnya 'gadis itu' bahkan selama percakapan kita...."
Shinonome memakai ujung jari untuk memutar rambutnya sambil melihat ke luar, kemudian berkata.
"Tak ada alasan khusus. Kalaupun ada, pasti karena dia memanggilku dengan nama pertamaku...."
"Nama pertamamu?"
Ini mengingatkanku, Shinonome memang punya banyak teman, tapi tak ada, setidaknya di kelas kami, yang memanggilnya dengan nama depan.
Lebih tepatnya, orang-orang akan berkerumun di sekelilingnya karena rasa kagum.
Jadi seseorang yang bisa disebut teman seharusnya tidak ada.
"Hahaha. Shinonome, bahkan pelacur sepertimu memiliki sisi manis yang tak terduga. Dengan kata lain, kau bahagia karena seseorang menganggapmu teman, kan?"
"Ufufu , khayalan macam apa yang kau miliki? Ini sangat berbeda. Aku adalah pemimpin berikutnya konglomerat Shinonome. Sesuatu seperti teman tidak diperlukan"
Dia menatapku dengan mata dingin yang tak mampu diterka.
Kemudian, sambil melihat apa yang ada di belakangku, Shinonome tersenyum misterius.
"Lagipula, Aizawa-san sedang membicarakanmu"
"Eh?"
Mendengarnya, aku melirik tempat Aizawa yang berada di sisi kananku.
"Hee~. Manamana akhirnya memutuskan untuk memberitahu Ami. Jadi~, tentang kencan dengan pacarmu, rasanya seperti apa?"
Tiga gadis duduk di meja di dekat si gyaru berambut cokelat lepas yang menanyai Aizawa dengan nada ragu.
Duduk di kursinya sendiri, Aizawa mengelus rambutnya sambil terlihat malu.
"A-Anu....kalau begitu, karena ini khusus, aku akan menceritakan kencan pertamaku"
"Oh, itu bagus~! Jadi, bagaimana?"
"Yah, ternyata itu juga kencan pertama pacarku. Karena itulah, dia tidak bisa membimbingku dengan baik....Secara jujur, dari awal sampai akhir, hanya bisa disebut sebagai 'mengerikan'....Ha-Hahaha"
Memang, begitulah kenyataanya....
Shinonome telah memberitahu berbagai kesalahanku. Dan karena itu, kalimat 'membimbingnya dengan baik' takkan mungkin muncul....
"Hah? Apa, apa maksudmu? Beritahu kami lebih jelas"
Si gyaru berambut cokelat sepertinya sudah mengira dari awal kalau itu hanya rekayasa. Namun, setelah mendengar apa yang gadis ini ceritakan, diapun mulai tertarik.
"Un, lebih rincinya, saat berjalan, langkahnya sangat cepat seolah-olah sedang berjalan sendiri. Di restoran, dia menjatuhkan parfait ke pakaianku. Untuk memperburuk keadaan, dia bahkan menumpahkan air hingga membuat rok dan pakaian dalamku basah....kamipun memutuskan membeli pakaian dalam baru....ada satu setel yang kusuka, tapi aku malah memilih apa yang dia rekomendasikan...."
UUOOOOOOO!!!! Mendengar percakapan mereka membuatku jadi ingin memukul diri sendiri!!!
Sambil mengingat kejadiannya ketika berbicara, ekspresinya perlahan menjadi semakin suram.
"Pada akhirnya, yang terburuk adalah....Sementara aku berganti pakaian, dia tiba-tiba masuk ke kamar gantiku....dan me-menyentuh dadaku...."
"D-D-D-Dada?! S-Siapa laki-laki itu?! Dia yang terburuk!!"
"U-Un....dia sungguh yang terburuk"
Setelah mendengar kata-kata mereka, aku sadar.
Sesuai perkiraan, ucapan terakhir yang dia katakan kemarin itu mustahil benar.
Dengan begini, situasi klub sastraku kembali menuju ambang kehancuran. Aku harus mulai mencari 2 anggota segera.
Ketika akan menyerah pada kelangsungan hidup klub....
"Tapi"
Pipi putih Aizawa berubah memerah.
Ekspresinya sama dengan yang dia tunjukkan saat kami berpisah kemarin.
"Walaupun dia orang yang canggung dan sangat tidak pengertian....ketika aku dalam bahaya, dia dengan sepenuh hati akan datang untuk membantu....pada waktu itu, dirinya sangat keren"
Firasatku berkata kalau ucapannya barusan bukanlah kebohongan.
Sebab, saat dia selesai berbicara, wajahnya menjadi lebih merah dari sebelumnya. Mungkin dia memang tidak sedang berakting.
"Apa? Hanya karena itu....kau jatuh cinta pada pecundang sepertinya?"
Terkejut, si gyaru berambut coklat bertanya.
Pada saat itu, wajah Aizawa kembali normal.
"Hahaha, yah. Tapi, jantungku terus berdetak tak karuan sampai kencan kami selesai, itu terus terjadi bahkan hingga keesokan harinya"
Aku mengerti.
Kurasa aku mengerti alasan Aizawa tetap diam sampai kami berpisah kemarin.
Ini bagus.
Paling tidak, dia entah bagaimana menghargai peranku sebagai pacar palsunya.
"Hmm, untuk berpikir Manamana berkencan dengan pria seperti itu, memang tak terduga. Tapi~, meskipun ceritamu itu benar, ada sesuatu yang menurutku masih janggal"
"Y-Yah. Kalianlah yang bertanya. Walau cuma sedikit, setidaknya kalian percaya!"
"Haha, bercanda~. Aku percaya, jadi jangan marah, Manamana~"
Setelah obrolan mereka berakhir, aku menarik napas lega.
"Ufufufu . Dengan perkembangan situasi semacam itu, normalnya permintaan Aizawa akan dianggap gagal. Tapi, karena cara menjelaskan pihak lain, hasil ini sudah cukup. Bersyukurlah"
"Kau benar, aku tidak punya komentar apapun"
Tapi kemudian, ingatan tentang siapa yang telah memberiku tekad untuk menghadapi para preman melintas. Akupun menatap gadis cantik berambut hitam yang berdiri tepat di depanku.
"Shinonome, untuk yang kemarin, terimakasih. Jika bukan karena ucapanmu, aku pasti akan gagal. Karena itu, sekali saja, terimakasih"
Shinonome mungkin menyebalkan. Tapi kali ini dia telah memberiku saran yang tepat, sekaligus membantu Aizawa tanpa mencampuradukkan masalah umum dan pribadi.
Oleh karena itu, aku menghormatinya dan bersyukur dengan senyuman.
"Pelatihan bagian 1, selesai"
"....Hah? Apa barusan?"
"Bagian pertama dari latihanmu telah selesai, ternak"
Entah kenapa, pipi Shinonome memerah. Dia tersenyum seperti seorang ahli taktik diiringi rambut hitam legamnya yang berkibar.
"Tujuan utamaku adalah membuatmu menjadi milikku. Jadi membiarkan dirimu menangani permintaan itu agar kau bisa menjadi semakin patuh, aku hanya memberi umpan. Hasilnya, aku cukup mengerti hanya dari melihat wajah tersenyummu sekarang. Ufufu"
Siapa?! Siapa barusan yang bilang gadis ini tidak mencampuradukkan masalah umum dan pribadi?!?!
Sebaliknya, dia terlalu dipenuhi oleh hasrat, ya kan?!...
"Hahh....inilah yang terjadi jika pecaya pada pelacur meski cuma sebentar. Sialan!"
Hanya saja, jika niat aslinya adalah memberiku umpan, tak ada gunanya kalau aku tidak memakannya, kan....?
"Aku bisa menjadi pendukungmu kapan saja. Paling tidak, sampai kau menjadi milikku, aku akan memperlakukanmu dengan baik"
"Shinonome, kau benar-benar gadis yang merepotkan...."
Seperti yang diharapkan, gadis-gadis cantik hanyalah sekelompok pelacur.
Selain itu, dia adalah pelacur rapi, memegang posisi sebagai salah satu dari dua pelacur besar.
Situasiku sekarang adalah yang terburuk, tidak punya pilihan selain bertahan menghabiskan kehidupan SMA yang tersisa dalam rasa kegelisahan.
Apalagi di kelas ini, dimana ada pelacur penuh nafsu, yang merupakan bagpian lain dari dua pelacur besar.
Tunggu, kecurigaanku tentang Aizawa yang merupakan pelacur penuh nafsu seharusnya sudah lenyap.
....Hmm?.
Aizawa berada disebuah keluarga tanpa ayah, dimana keuangannya begitu ketat.
Jadi, produk bermerek yang sering gadis ini pakai dan gonta-ganti, bagaimana dia bisa menjelaskannya?
∆∆∆
Setelah sekolah, aku berencana meninggalkan kelas dan menuju ruang klub.
Berlari ke toilet seusai jam pelajaran, dan saat diriku kembali, Aizawa sudah pergi.
Apakah dia pulang ke rumah?
Perasaan cemas mendadak menerpa disaat aku berjalan di jembatan yang menghubungkan bangunan sekolah.
Shinonome berkata bahwa anggota resmi harus sering berpartisipasi dalam kegiatan klub.
Hari ini, dia pasti datang untuk memantau. Aku merasa sedikit tidak enak jika Aizawa tidak di sana.
Tapi, anehnya, kecemasan itu langsung lenyap.
Aku mengerti kemarin bahwa Aizawa bukanlah tipe gadis yang akan mengkhianati harapanku.
Dia tidak seperti gadis cantik yang pernah aku temui sejauh ini.
Saat meminta bantuan orang lain, dia tidak melihat dengan mata menengadah melainkan menunduk dan memohon dengan benar.
Pintar meski penampilannya seperti itu. Peduli meski kesan pertamanya boros. Gadis yang bermurah hati memaafkan dan bersedia menyemangatiku disaat aku murung karena salah dalam bertindak.
Dia tidak terlihat seperti perempuan yang pandai dalam hal asmara, apalagi pelacuran. Itu bahkan lebih tidak mungkin.
Aku berhenti di depan pintu ruang klub sambil berpikir lagi. Apa dia benar-benar tidak melakukan pelacuran....?
Sebenarnya, apa yang aku curigai?
Aizawa adalah gadis murni dan baik hati. Dirinya takkan berbohong.
Matanya berkaca-kaca saat aku menyentuh dadanya di ruang ganti. Seorang gadis yang tidak marah bahkan saat aku melakukan hal-hal mengerikan seperti mencipratkan air padanya.
Seorang pelacur pasti akan menunjukkan sifat aslinya di momen-momen tersebut.
Lagipula, Aizawa adalah malaikat yang bergabung dengan klub demiku.
Jadi paling tidak, aku harus percaya padanya.
Namun, produk-produk bermerek itu terus mengganggu pikiranku....
"....Sepertinya tak ada pilihan selain bertanya pada orangnya sendiri"
'Gulp'*. Aku mengambil keputusan lalu membuka pintu.
[Suara menelan ludah]
"Ah, kau terlambat, Ikuno!"
Di ambang jendela, tampak seorang gadis yang sedang menatap pemandang luar. Menyadari keberadaanku, dia kemudian menoleh ke belakang diiringi senyuman ceria.
"A-Aizawa....kau datang...."
"Hah? Tentu saja. Aku sudah bilang kemarin, kan?....kenapa?"
Gadis itu mendekat dan menatap wajahku sambil bertanya.
Aku bisa mencium aroma harum feminim. Hari ini dadanya agak terpapar karena kancingnya tidak terpasang semua. Guncangan lembah itu mengisi seluruh pandanganku.
"Ti-Tidak, tak ada yang salah, hanya saja....aku ingin mendengar sesuatu darimu"
"Eh, dariku? Kau tampaknya bermasalah, ada apa?"
Aizawa tampak dipenuhi semangat.
Aku melihat aksesori kecil berdesain rumit di lengannya.
Menurut ucapan para gadis di kelas tempo hari, sepertinya itu berasal dari merek terkenal.
"Aizawa, apa kau benar-benar tidak melacurkan diri?"
Kemunculan pertanyaan semacam itu secara mendadak membuat wajah orang yang bersangkutan segera memerah dengan alis yang terangkat.
"Su-Sudah jelas kan! Hal seperti, seperti menggunakan tubuh untuk memperoleh uang....takkan mungkin aku melakukannya ke tubuh yang diberikan oleh ibu!"
Mendeklarasikannya, Aizawa lanjut berbicara.
"Selain itu, pelacuran dan semacamnya, aku hanya terlalu memaksakan diri di depan teman-temanku...."
"Un, sudah kuduga kau akan mengatakan begitu. Aku ingin mempercayaimu, tapi....kau sering gonta-ganti barang bermerek, kan? Aizawa berada dalam keluarga tanpa ayah, aku hanya penasaran bagaimana kau bisa mendapatkan uang untuk membeli semua itu"
"I-Ini...."
Setelah satu kata keluar, dia lalu terdiam sebentar.
"....Aku, bekerja paruh waktu"
"Paruh waktu? Pekerjaan apa itu?"
"Hmm....untuk menjelaskannya agak memalukan...."
Aizawa tersipu sambil terlihat gelisah.
Hmm, ini mencurigakan....
Tapi, sepertinya dia memang tidak menggunakan tubuhnya untuk mendapatkan uang.
Dia harusnya mengatakan itu langsung kalau pekerjaannya tidaklah salah....
Aizawa yang memerah kemudian melotot kearahku.
"I-Ikuno! Kau tidak percaya padaku, ya?!"
Haahh, situasi ini.
Biasanya, para pelacur akan selalu menggunakan mata mereka yang berkaca-kaca dan terbelalak dalam situasi ini.
Tapi, Aizawa menatapku dengan keteguhan yang kuat.
Itulah kenapa, aku jadi tidak berpikir dia pelacur penuh nafsu lagi.
"Yah....baiklah, aku mengerti. Jangan menatapku dengan mata yang menakutkan itu"
Karena terbebani oleh tekanannya, akupun sedikit mundur.
Wajar saja jika marah. Bagaimanapun, kemarin semuanya sudah jelas setelah mengobrol dengannya.
Jadi aku harus melupakan masalah ini.
"....Pfft. Hahahahaha!"
Aizawa mendadak tertawa terbahak-bahak, sambil mencondongkan tubuh ke depan dengan lengannya yang kurus menahan perut.
Berkat itu, payudaranya berguncang hebat.
"Hah?....A-Apa aku telah mengatakan sesuatu yang lucu?"
"Ha-Habisnya! Kemarin, Ikuno melindungiku dari para preman berotot....tapi kau malah gugup di hadapan gadis lemah sepertiku. Ini sangat lucu"
Aizawa terus tertawa untuk beberapa saat. Hingga akhirnya dia menyeka air matanya lalu menoleh padaku lagi.
"Fuuhh, maaf, maaf. Tapi, sungguh, terima kasih atas kemarin. Saat itu, Ikuno benar-benar keren"
Wajahku langsung memanas begitu mendengar pujian barusan.
"Ke-Kesampingkan itu. Aizawa, maafkan aku. Maaf karena meragukanmu...."
"Hmm? Aku tidak keberatan. Lagi pula, itu juga karena kebohonganku sendiri"
....Pada akhirnya, Aizawa bukanlah seseorang yang akan mengkhianati ekspektasiku.
Aku tidak tahu pekerjaan paruh waktunya seperti apa.
Tapi aku yakin, dia bukanlah pelacur penuh nafsu.
"Mulai hari ini, tolong perlakukan aku dengan baik, Ikuno! A-Apakah kau ketua klubnya?"
"Jangan terlalu mempermasalahkan detail kecilnya. Aku juga, terima kasih telah bergabung dengan klub, Aizawa"
Meski begitu, dia cantik.
Kepribadiannya bagus, sangat murni dan merupakan seorang gadis pekerja keras. Sungguh sempurna.
....Bisa kukatakan dia pelacur yang luar biasa, pelacur yang melampaui dua pelacur besar.
Kurasa dirinya akan pantas disebut {Gadis cantik berambut pirang yang sebenarnya polos}....Hanya saja, gadis semacam itu tidak ada di dunia nyata.
Juga, diriku belum pernah melihat gadis cantik seperti Aizawa sampai sekarang.
Oleh karena itu, aku memutuskan untuk memanggil dia yang tertawa terbahak-bahak ini sebagai, Pelacur tak diketahui (sementara).
∆∆∆Chapter 4 berakhir disini∆∆∆
Catatan penerjemah : Ujung2nya Ikuno tetap menganggap Aizawa sebagai pelacur, tak peduli pemikiran apa yang menumpuk di otaknya. Hadeehh -_-....
Ke Halaman utama Bokubitch
Ke Chapter selanjutnya
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Keesokan paginya, di kelas pada jam pelajaran.
Aku sedang membaca majalah dikursiku. Ini kubeli di toko dalam perjalanan pulang kemarin.
"Selama berkencan, seorang pria harus berjalan di sisi jalan*....Aku sudah tahu ini. Tapi mengejutkannya, aku malah lupa"
[Kalian tau kan maksudnya?? Jika tidak, coba kalian tonton anime Net-juu no Susume eps 6 di menit 14an]
Ini adalah majalah mode untuk remaja laki-laki.
Ketika dulu belum sepenuhnya menjadi otaku, aku kadang-kadang akan membaca majalah semacam ini.
Tentu saja, artikelnya kebanyakan berisi tentang fashion. Tapi ada juga pengetahuan yang berguna sekaligus membantu ketika berkencan. Benar-benar barang riajuu.
"Oh, selamat pagi Ikuno-kun"
Sama seperti kemarin, Shinonome berdiri tegak di depanku sambil menyisir rambutnya menggunakan jari.
"Sariyama-kun, Tsunehiro-kun, terima kasih atas bantuan kalian. Tinggalkan sisanya padaku"
Dirinya tersenyum ketika melontarkan ucapan syukur pada beberapa orang yang membawa setumpukan kertas.
"Seperti biasa, kau sangat mahir memanipulasi para lelaki...."
"Fufu , apa yang kau katakan?"
Karena ada orang-orang di dekat sini, dia tersenyum seolah mengisyaratkanku untuk diam.
Setelah kedua lelaki itu pergi, aku ditusuk oleh tatapan sedingin Nol Mutlak*.
[Singkatnya, ini adalah suhu terendah]
"Jangan bicara lebih jauh"
"Iya, iya. Aku minta maaf"
Dia tersenyum membalas permintaan maaf patuhku.
"Kesampingkan itu, sebagai seseorang yang hanya tertarik pada subkultur, ada apa?"
"Hmm? Yah, aku sedang memikirkan berbagai hal yang terjadi kemarin...."
"Houh. Sepertinya kau sudah belajar"
"Ti-Tidak juga. Itu karena kau menunjukkan kesalahanku kemarin!"
Shinonome menunduk, menatapku dengan mata yang tampak senang, memeganggi lengannya sendiri dan menungguku melanjutkan.
"Ketika kita berpisah kemarin, Aizawa berkata akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan klub keesokan harinya. Hanya saja, permintaannya belum lah selesai karena diriku. Oleh sebab itu, sampai dia meminta kencan lagi, aku harus belajar untuk sementara waktu"
Imbalan dari permintaannya adalah, bergabungnya Aizawa ke dalam klub.
Untuk alasan itu, aku harus memecahkan permasalahan yang ada.
"Tentang Aizawa yang jadi bergabung dengan klub, aku mendengarnya juga dari orang itu sendiri kemarin saat kami pulang bersama. Aku tidak tahu apa dia akan meminta lagi atau tidak, tapi bagimu yang terus berusaha, sungguh mengagumkan. Kau cukup putus asa kemarin, bahkan aku sudah kewalahan melihatnya"
"Sampai mengatakannya seperti itu. Yah, aku tidak begitu keberatan...."
"Ufufu, cuma lelucon. Tapi, pada waktu itu Aizawa terkesan sangat menyedihkan. Sebagai orang yang akan menjadi majikanmu, kau telah melakukannya dengan baik untuk memenuhi kewajibanmu"
"Sampai sekarang kau masih ingin menjadi majikanku, ya. Keteguhanmu patut dipuji"
Shinonome menelusuri bibirnya yang lembab dan berwarna pink dengan ujung jari.
"Kau punya kekuatan untuk tidak menyerah pada orang lain. Kekuatan untuk tidak mundur bahkan saat menghadapi banyak preman kuat. Dirimu memang payah sebelumnya, tapi sekarang, pandanganku tentangmu menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, dari sekarang aku akan lebih sering mengawasi pemuda bernama Ikuno-kun....kau adalah jenis lelaki yang pertama kutemui"
Tertangkap oleh tatapannya yang lembut, mataku secara reflek berputar ke tempat lain karena malu.
"Yah....aku memang menghadapi para preman itu. Tapi aku tidak melakukan apapun selain menghadang mereka"
Keraguan ketika melihat Aizawa yang ketakutan, datang untuk membantu tapi tak mampu melakukan apapun, hingga akhirnya malah diselamatkan oleh Shinonome.
"Aku adalah pacar palsunya, tapi hal seperti mengurus preman sangatlah mustahil. Bahkan jika Shinonome bilang begitu, Aizawa pasti akan menganggapku bodoh...."
"Aku juga menganggapmu bodoh"
"....Kau ini ingin menyemangatiku atau menginaku?!"
"Itu hanya kesanku. Untuk mengetahui apa yang Aizawa pikirkan, kau perlu mendengar dari orangnya sendiri, kan?"
"Orangnya sendiri...."
Di malam terakhir, Aizawa berkata akan berpartisipasi dalam kegiatan klub.
Namun, mengingat lagi kencan mengerikan itu, ucapannya hampir mustahil menjadi kenyataan.
Mungkin aku hanya salah dengar....
Lalu....kenapa wajahnya memerah saat itu?
Begitu pikiranku sampai disana, koridor menjadi berisik oleh sebuah suara ceria. Orang yang bersangkutan pun datang.
"Selamat pagi~"
Aizawa menyapa dengan senyuman segar. Gadis itu masuk diiringi penampilan yang stylish, riasan tipis, dan bulu mata panjang juga berkilau.
"Un, pagi, Kashiwagi-kun, Nabeta-kun. Juga, Keiko dan Mutsumi, selamat pagi!"
Seperti yang diharapkan dari Aizawa, dia tidak hanya menanggapi para lelaki saat disapa.
Hanya saja, entah kenapa senyum yang dia lontarkan pada mereka terlihat canggung.
"Ah, Ibuki"
Setelah menemukan Shinonome, dia tersenyum polos dan berlari ke arahnya.
"Terima kasih banyak kemarin! Maaf ya, kau sampai mengantarku pulang dengan mobil...."
"Jangan khawatir. Saat itu sudah larut malam, wajar saja untuk melakukannya"
Apa Shinonome mengkhawatirkan Aizawa....?
"Kalau begitu Ibuki, ayo kita makan siang bersama seperti yang diputuskan kemarin! Ikuno, selamat pagi"
"Ah....Un , pagi"
Kupikir akan sulit berbicara dengannya karena tragedi kemarin. Namun, ini mengejutkan. Aizawa yang memulai duluan secara alami.
Setelah itu, dia kembali ke tempat duduknya sendiri dan mulai mengobrol dengan teman-temannya seperti biasa.
Hmm. Aku jadi bingung....apa Aizawa benar-benar tidak marah padaku? Dari kejadian kemarin, aku tahu kalau dia merupakan orang yang pemaaf, tapi kemurah hatian harusnya memiliki batas....
"Kesampingkan itu....Shinonome, boleh aku bertanya satu hal lagi?"
"Apa itu?"
"Kau tidak menyukai Aizawa, kan. Hanya saja, bagaimana dengan 'makan siang bersama' barusan? Apalagi, kau tidak memanggilnya 'gadis itu' bahkan selama percakapan kita...."
Shinonome memakai ujung jari untuk memutar rambutnya sambil melihat ke luar, kemudian berkata.
"Tak ada alasan khusus. Kalaupun ada, pasti karena dia memanggilku dengan nama pertamaku...."
"Nama pertamamu?"
Ini mengingatkanku, Shinonome memang punya banyak teman, tapi tak ada, setidaknya di kelas kami, yang memanggilnya dengan nama depan.
Lebih tepatnya, orang-orang akan berkerumun di sekelilingnya karena rasa kagum.
Jadi seseorang yang bisa disebut teman seharusnya tidak ada.
"Hahaha. Shinonome, bahkan pelacur sepertimu memiliki sisi manis yang tak terduga. Dengan kata lain, kau bahagia karena seseorang menganggapmu teman, kan?"
"Ufufu , khayalan macam apa yang kau miliki? Ini sangat berbeda. Aku adalah pemimpin berikutnya konglomerat Shinonome. Sesuatu seperti teman tidak diperlukan"
Dia menatapku dengan mata dingin yang tak mampu diterka.
Kemudian, sambil melihat apa yang ada di belakangku, Shinonome tersenyum misterius.
"Lagipula, Aizawa-san sedang membicarakanmu"
"Eh?"
Mendengarnya, aku melirik tempat Aizawa yang berada di sisi kananku.
"Hee~. Manamana akhirnya memutuskan untuk memberitahu Ami. Jadi~, tentang kencan dengan pacarmu, rasanya seperti apa?"
Tiga gadis duduk di meja di dekat si gyaru berambut cokelat lepas yang menanyai Aizawa dengan nada ragu.
Duduk di kursinya sendiri, Aizawa mengelus rambutnya sambil terlihat malu.
"A-Anu....kalau begitu, karena ini khusus, aku akan menceritakan kencan pertamaku"
"Oh, itu bagus~! Jadi, bagaimana?"
"Yah, ternyata itu juga kencan pertama pacarku. Karena itulah, dia tidak bisa membimbingku dengan baik....Secara jujur, dari awal sampai akhir, hanya bisa disebut sebagai 'mengerikan'....Ha-Hahaha"
Memang, begitulah kenyataanya....
Shinonome telah memberitahu berbagai kesalahanku. Dan karena itu, kalimat 'membimbingnya dengan baik' takkan mungkin muncul....
"Hah? Apa, apa maksudmu? Beritahu kami lebih jelas"
Si gyaru berambut cokelat sepertinya sudah mengira dari awal kalau itu hanya rekayasa. Namun, setelah mendengar apa yang gadis ini ceritakan, diapun mulai tertarik.
"Un, lebih rincinya, saat berjalan, langkahnya sangat cepat seolah-olah sedang berjalan sendiri. Di restoran, dia menjatuhkan parfait ke pakaianku. Untuk memperburuk keadaan, dia bahkan menumpahkan air hingga membuat rok dan pakaian dalamku basah....kamipun memutuskan membeli pakaian dalam baru....ada satu setel yang kusuka, tapi aku malah memilih apa yang dia rekomendasikan...."
UUOOOOOOO!!!! Mendengar percakapan mereka membuatku jadi ingin memukul diri sendiri!!!
Sambil mengingat kejadiannya ketika berbicara, ekspresinya perlahan menjadi semakin suram.
"Pada akhirnya, yang terburuk adalah....Sementara aku berganti pakaian, dia tiba-tiba masuk ke kamar gantiku....dan me-menyentuh dadaku...."
"D-D-D-Dada?! S-Siapa laki-laki itu?! Dia yang terburuk!!"
"U-Un....dia sungguh yang terburuk"
Setelah mendengar kata-kata mereka, aku sadar.
Sesuai perkiraan, ucapan terakhir yang dia katakan kemarin itu mustahil benar.
Dengan begini, situasi klub sastraku kembali menuju ambang kehancuran. Aku harus mulai mencari 2 anggota segera.
Ketika akan menyerah pada kelangsungan hidup klub....
"Tapi"
Pipi putih Aizawa berubah memerah.
Ekspresinya sama dengan yang dia tunjukkan saat kami berpisah kemarin.
"Walaupun dia orang yang canggung dan sangat tidak pengertian....ketika aku dalam bahaya, dia dengan sepenuh hati akan datang untuk membantu....pada waktu itu, dirinya sangat keren"
Firasatku berkata kalau ucapannya barusan bukanlah kebohongan.
Sebab, saat dia selesai berbicara, wajahnya menjadi lebih merah dari sebelumnya. Mungkin dia memang tidak sedang berakting.
"Apa? Hanya karena itu....kau jatuh cinta pada pecundang sepertinya?"
Terkejut, si gyaru berambut coklat bertanya.
Pada saat itu, wajah Aizawa kembali normal.
"Hahaha, yah. Tapi, jantungku terus berdetak tak karuan sampai kencan kami selesai, itu terus terjadi bahkan hingga keesokan harinya"
Aku mengerti.
Kurasa aku mengerti alasan Aizawa tetap diam sampai kami berpisah kemarin.
Ini bagus.
Paling tidak, dia entah bagaimana menghargai peranku sebagai pacar palsunya.
"Hmm, untuk berpikir Manamana berkencan dengan pria seperti itu, memang tak terduga. Tapi~, meskipun ceritamu itu benar, ada sesuatu yang menurutku masih janggal"
"Y-Yah. Kalianlah yang bertanya. Walau cuma sedikit, setidaknya kalian percaya!"
"Haha, bercanda~. Aku percaya, jadi jangan marah, Manamana~"
Setelah obrolan mereka berakhir, aku menarik napas lega.
"Ufufufu . Dengan perkembangan situasi semacam itu, normalnya permintaan Aizawa akan dianggap gagal. Tapi, karena cara menjelaskan pihak lain, hasil ini sudah cukup. Bersyukurlah"
"Kau benar, aku tidak punya komentar apapun"
Tapi kemudian, ingatan tentang siapa yang telah memberiku tekad untuk menghadapi para preman melintas. Akupun menatap gadis cantik berambut hitam yang berdiri tepat di depanku.
"Shinonome, untuk yang kemarin, terimakasih. Jika bukan karena ucapanmu, aku pasti akan gagal. Karena itu, sekali saja, terimakasih"
Shinonome mungkin menyebalkan. Tapi kali ini dia telah memberiku saran yang tepat, sekaligus membantu Aizawa tanpa mencampuradukkan masalah umum dan pribadi.
Oleh karena itu, aku menghormatinya dan bersyukur dengan senyuman.
"Pelatihan bagian 1, selesai"
"....Hah? Apa barusan?"
"Bagian pertama dari latihanmu telah selesai, ternak"
Entah kenapa, pipi Shinonome memerah. Dia tersenyum seperti seorang ahli taktik diiringi rambut hitam legamnya yang berkibar.
"Tujuan utamaku adalah membuatmu menjadi milikku. Jadi membiarkan dirimu menangani permintaan itu agar kau bisa menjadi semakin patuh, aku hanya memberi umpan. Hasilnya, aku cukup mengerti hanya dari melihat wajah tersenyummu sekarang. Ufufu"
Siapa?! Siapa barusan yang bilang gadis ini tidak mencampuradukkan masalah umum dan pribadi?!?!
Sebaliknya, dia terlalu dipenuhi oleh hasrat, ya kan?!...
"Hahh....inilah yang terjadi jika pecaya pada pelacur meski cuma sebentar. Sialan!"
Hanya saja, jika niat aslinya adalah memberiku umpan, tak ada gunanya kalau aku tidak memakannya, kan....?
"Aku bisa menjadi pendukungmu kapan saja. Paling tidak, sampai kau menjadi milikku, aku akan memperlakukanmu dengan baik"
"Shinonome, kau benar-benar gadis yang merepotkan...."
Seperti yang diharapkan, gadis-gadis cantik hanyalah sekelompok pelacur.
Selain itu, dia adalah pelacur rapi, memegang posisi sebagai salah satu dari dua pelacur besar.
Situasiku sekarang adalah yang terburuk, tidak punya pilihan selain bertahan menghabiskan kehidupan SMA yang tersisa dalam rasa kegelisahan.
Apalagi di kelas ini, dimana ada pelacur penuh nafsu, yang merupakan bagpian lain dari dua pelacur besar.
Tunggu, kecurigaanku tentang Aizawa yang merupakan pelacur penuh nafsu seharusnya sudah lenyap.
....Hmm?.
Aizawa berada disebuah keluarga tanpa ayah, dimana keuangannya begitu ketat.
Jadi, produk bermerek yang sering gadis ini pakai dan gonta-ganti, bagaimana dia bisa menjelaskannya?
∆∆∆
Setelah sekolah, aku berencana meninggalkan kelas dan menuju ruang klub.
Berlari ke toilet seusai jam pelajaran, dan saat diriku kembali, Aizawa sudah pergi.
Apakah dia pulang ke rumah?
Perasaan cemas mendadak menerpa disaat aku berjalan di jembatan yang menghubungkan bangunan sekolah.
Shinonome berkata bahwa anggota resmi harus sering berpartisipasi dalam kegiatan klub.
Hari ini, dia pasti datang untuk memantau. Aku merasa sedikit tidak enak jika Aizawa tidak di sana.
Tapi, anehnya, kecemasan itu langsung lenyap.
Aku mengerti kemarin bahwa Aizawa bukanlah tipe gadis yang akan mengkhianati harapanku.
Dia tidak seperti gadis cantik yang pernah aku temui sejauh ini.
Saat meminta bantuan orang lain, dia tidak melihat dengan mata menengadah melainkan menunduk dan memohon dengan benar.
Pintar meski penampilannya seperti itu. Peduli meski kesan pertamanya boros. Gadis yang bermurah hati memaafkan dan bersedia menyemangatiku disaat aku murung karena salah dalam bertindak.
Dia tidak terlihat seperti perempuan yang pandai dalam hal asmara, apalagi pelacuran. Itu bahkan lebih tidak mungkin.
Aku berhenti di depan pintu ruang klub sambil berpikir lagi. Apa dia benar-benar tidak melakukan pelacuran....?
Sebenarnya, apa yang aku curigai?
Aizawa adalah gadis murni dan baik hati. Dirinya takkan berbohong.
Matanya berkaca-kaca saat aku menyentuh dadanya di ruang ganti. Seorang gadis yang tidak marah bahkan saat aku melakukan hal-hal mengerikan seperti mencipratkan air padanya.
Seorang pelacur pasti akan menunjukkan sifat aslinya di momen-momen tersebut.
Lagipula, Aizawa adalah malaikat yang bergabung dengan klub demiku.
Jadi paling tidak, aku harus percaya padanya.
Namun, produk-produk bermerek itu terus mengganggu pikiranku....
"....Sepertinya tak ada pilihan selain bertanya pada orangnya sendiri"
'Gulp'*. Aku mengambil keputusan lalu membuka pintu.
[Suara menelan ludah]
"Ah, kau terlambat, Ikuno!"
Di ambang jendela, tampak seorang gadis yang sedang menatap pemandang luar. Menyadari keberadaanku, dia kemudian menoleh ke belakang diiringi senyuman ceria.
"A-Aizawa....kau datang...."
"Hah? Tentu saja. Aku sudah bilang kemarin, kan?....kenapa?"
Gadis itu mendekat dan menatap wajahku sambil bertanya.
Aku bisa mencium aroma harum feminim. Hari ini dadanya agak terpapar karena kancingnya tidak terpasang semua. Guncangan lembah itu mengisi seluruh pandanganku.
"Ti-Tidak, tak ada yang salah, hanya saja....aku ingin mendengar sesuatu darimu"
"Eh, dariku? Kau tampaknya bermasalah, ada apa?"
Aizawa tampak dipenuhi semangat.
Aku melihat aksesori kecil berdesain rumit di lengannya.
Menurut ucapan para gadis di kelas tempo hari, sepertinya itu berasal dari merek terkenal.
"Aizawa, apa kau benar-benar tidak melacurkan diri?"
Kemunculan pertanyaan semacam itu secara mendadak membuat wajah orang yang bersangkutan segera memerah dengan alis yang terangkat.
"Su-Sudah jelas kan! Hal seperti, seperti menggunakan tubuh untuk memperoleh uang....takkan mungkin aku melakukannya ke tubuh yang diberikan oleh ibu!"
Mendeklarasikannya, Aizawa lanjut berbicara.
"Selain itu, pelacuran dan semacamnya, aku hanya terlalu memaksakan diri di depan teman-temanku...."
"Un, sudah kuduga kau akan mengatakan begitu. Aku ingin mempercayaimu, tapi....kau sering gonta-ganti barang bermerek, kan? Aizawa berada dalam keluarga tanpa ayah, aku hanya penasaran bagaimana kau bisa mendapatkan uang untuk membeli semua itu"
"I-Ini...."
Setelah satu kata keluar, dia lalu terdiam sebentar.
"....Aku, bekerja paruh waktu"
"Paruh waktu? Pekerjaan apa itu?"
"Hmm....untuk menjelaskannya agak memalukan...."
Aizawa tersipu sambil terlihat gelisah.
Hmm, ini mencurigakan....
Tapi, sepertinya dia memang tidak menggunakan tubuhnya untuk mendapatkan uang.
Dia harusnya mengatakan itu langsung kalau pekerjaannya tidaklah salah....
Aizawa yang memerah kemudian melotot kearahku.
"I-Ikuno! Kau tidak percaya padaku, ya?!"
Haahh, situasi ini.
Biasanya, para pelacur akan selalu menggunakan mata mereka yang berkaca-kaca dan terbelalak dalam situasi ini.
Tapi, Aizawa menatapku dengan keteguhan yang kuat.
Itulah kenapa, aku jadi tidak berpikir dia pelacur penuh nafsu lagi.
"Yah....baiklah, aku mengerti. Jangan menatapku dengan mata yang menakutkan itu"
Karena terbebani oleh tekanannya, akupun sedikit mundur.
Wajar saja jika marah. Bagaimanapun, kemarin semuanya sudah jelas setelah mengobrol dengannya.
Jadi aku harus melupakan masalah ini.
"....Pfft. Hahahahaha!"
Aizawa mendadak tertawa terbahak-bahak, sambil mencondongkan tubuh ke depan dengan lengannya yang kurus menahan perut.
Berkat itu, payudaranya berguncang hebat.
"Hah?....A-Apa aku telah mengatakan sesuatu yang lucu?"
"Ha-Habisnya! Kemarin, Ikuno melindungiku dari para preman berotot....tapi kau malah gugup di hadapan gadis lemah sepertiku. Ini sangat lucu"
Aizawa terus tertawa untuk beberapa saat. Hingga akhirnya dia menyeka air matanya lalu menoleh padaku lagi.
"Fuuhh, maaf, maaf. Tapi, sungguh, terima kasih atas kemarin. Saat itu, Ikuno benar-benar keren"
Wajahku langsung memanas begitu mendengar pujian barusan.
"Ke-Kesampingkan itu. Aizawa, maafkan aku. Maaf karena meragukanmu...."
"Hmm? Aku tidak keberatan. Lagi pula, itu juga karena kebohonganku sendiri"
....Pada akhirnya, Aizawa bukanlah seseorang yang akan mengkhianati ekspektasiku.
Aku tidak tahu pekerjaan paruh waktunya seperti apa.
Tapi aku yakin, dia bukanlah pelacur penuh nafsu.
"Mulai hari ini, tolong perlakukan aku dengan baik, Ikuno! A-Apakah kau ketua klubnya?"
"Jangan terlalu mempermasalahkan detail kecilnya. Aku juga, terima kasih telah bergabung dengan klub, Aizawa"
Meski begitu, dia cantik.
Kepribadiannya bagus, sangat murni dan merupakan seorang gadis pekerja keras. Sungguh sempurna.
....Bisa kukatakan dia pelacur yang luar biasa, pelacur yang melampaui dua pelacur besar.
Kurasa dirinya akan pantas disebut {Gadis cantik berambut pirang yang sebenarnya polos}....Hanya saja, gadis semacam itu tidak ada di dunia nyata.
Juga, diriku belum pernah melihat gadis cantik seperti Aizawa sampai sekarang.
Oleh karena itu, aku memutuskan untuk memanggil dia yang tertawa terbahak-bahak ini sebagai, Pelacur tak diketahui (sementara).
∆∆∆Chapter 4 berakhir disini∆∆∆
Catatan penerjemah : Ujung2nya Ikuno tetap menganggap Aizawa sebagai pelacur, tak peduli pemikiran apa yang menumpuk di otaknya. Hadeehh -_-....
Ke Halaman utama Bokubitch
Ke Chapter selanjutnya
Comments
Post a Comment