Baka To Test: Volume 3 Soal Keempat, B. Indonesia


Diterjemahkan oleh I-Fun Novel

Kali ini hanya 1 chapter karena chapter soal kelima dua kali lebih panjang dari biasanya…
Jadi silahkan membaca!

***

Soal Keempat
Tulis pengalaman kalian di hari ketiga training camp


Pengalaman Tsuchiya Kouta:
"Bagian pertama dihilangkan (Sakamoto Yuuji yang akan melanjutkan)

Komentar guru:
Apa ini buku harian estafet? Menyelesaikan buku harian satu demi satu, kalian memang bisa berpikir dengan cepat.


Pengalaman Sakamoto Yuuji:
"Kemudian Shouko perlahan membuka yukatanya di depanku. Aku dengan panik menghentikannya sambil mencoba untuk meyakinkan dia untuk tidak melakukannya. Pada saat itu, Shimada, yang berada di sampingku, semakin dekat dengan Akihisa, dan suasana di antara mereka agak canggung.”

Komentar guru:
Apa yang sedang kalian lakukan? Sensei benar-benar penasaran tentang bagian yang ditinggalkan Tsuchiya-san.


Pengalaman Yoshii Akihisa:
Bagian terakhir dihilangkan

Komentar guru:
Kalian tidak bisa berhenti begitu saja seperti ini.



***

Di pagi hari selanjutnya-

"Um..."

"Hm? Apa sekarang... WAAH!"

Saat aku membuka mata, apa yang muncul di hadapanku adalah wajah tidur Hideyoshi. Ditambah dengan alisnya yang lembut dan mata bulatnya yang besar yang sedang tertutup rapat.

Bagaimana bisa ada wajah tidur yang begitu indah di dunia ini? Aku tidak bisa berhenti menatapnya.

Hideyoshi hanya sedikit berkedut, dan rambut halusnya menutupi bahuku.

"Mm..."

Mulut kecilnya mengeluarkan nafas lembut.

Hanya beberapa millimeter jarak yang memisahkan antara aku dan dia, dan dengan sedikit gerakan, aku akan bisa merasakan bibir manisnya.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Ini adalah kesempatan sekali seumur hidup! Jika aku menciumnya sekarang, setidaknya aku bisa berpura-pura kalau itu tidak sengaja! Tapi jika aku melakukannya, tanpa seizinnya, itu akan jadi agak canggung nanti...

"Jika kamu ingin melakukannya, lakukanlah! Bukankah kamu tipe orang yang akan menggunakan kemampuan penuhmu di saat-saat terakhir?"

Ack? Iblis dalam pikiranku! Apa dia mencoba menarikku di jalur yang sesat? Tidak! Aku tidak boleh melakukan hal yang sangat tercela seperti itu!

"Pikirkan, kamu tidur di ranjang yang sama! Jika kamu tidak melakukan apa pun padanya, bukannya itu tidak sopan?"

Uuu... dia benar juga...

"Jangan percaya dengan apa yang dikatakan iblis! Hideyoshi percaya kalau kamu bukan homoseksual, itu sebabnya dia setuju tidur denganmu di ranjang yang sama!"

Ini adalah malaikat di dalam hatiku — Hei, jangan pernah muncul lagi!

"Oke, ayo mulai, Hideyoshi sedang menunggu!"

Itu benar! Tidak baik jika aku membuatnya menunggu terlalu lama.

Setelah membulatkan tekad, aku perlahan bergerak mendekati wajah tidur Hideyoshi yang manis. Aku sangat gugup hingga jantungku berdegup kencang, dan aku berkeringat seperti orang gila meskipun aku tidak kepanasan.

Beberapa milimeter lagi, aku bisa mencium bibir manisnya...


—Tapi kemudian, aku terbangun.


"Jadi itu cuma mimpi? Sialan, aku sangat kecewa!"

"Tidak, kamu seharusnya sadar kalau Hideyoshi itu laki-laki, kan? Bahkan di saat tidur pun kamu masih memikirkannya, apa kamu sudah tidak waras?"

Ah, itu iblis di hatiku, kenapa kamu masih di sini?

"Aiyo~, jangan terlalu kecewa. Anggap saja itu sebagai latihan, tidak masalah, kan?"

Begitu, jadi mimpi itu adalah latihan untuk satu kesempatan yang akan terjadi pada waktu yang tidak terduga. Ini benar-benar pemikiran yang sangat positif, jadi aku akan simpan saranmu.

"Huu..."

Di saat pikiranku menjadi liar, kudengar erangan lemah di samping telingaku. Mungkinkah itu...

Kubalikkan tubuhku perlahan.

"Huu..."

"--TIDAK MUNGKIN!!!"

Yang tidur di sampingku sebenarnya adalah Yuuji.

Di bawah alis tebal yang lebat itu, mata yang biasanya memancarkan kedengkian sedang tertutup rapat. Bagaimana bisa ada wajah tidur sejelek ini di dunia ini!

Saat aku merasa ingin muntah, tiba-tiba si Ogre jelek di sampingku membalik tubuhnya ke arahku. (Ogre, monster di game dengan penampilan buruk)

"Uwah..."

Yuuji si Ogre bernafas dengan sangat berisik.

Hanya ada beberapa millimeter jarak yang memisahkan kami, dan sedikit lagi, itu akan menjadi bencana alam!

"Jika kamu ingin melakukannya, lakukanlah! Bukankah kamu tipe orang yang akan menggunakan kemampuan penuhmu di saat-saat terakhir?"

Diam! Jangan gunakan kalimat yang sama di situasi seperti ini! Aku bahkan tidak berharap hal seperti itu terjadi!

"Aku mengerti, aku tidak akan menghentikanmu kalau begitu..."

Malaikat! Kau seharusnya menggunakan kata-kata yang sama seperti tadi!

"Ngomong-ngomong, Yuuji... CEPAT BANGUN!"

"UWAAHH!!"

Aku menendang Yuuji keluar dari kasur. Ya ampun, pagi yang sangat melelahkan.

"Hm? Apa lagi sekarang? Apa Yuuji pindah ke kasur orang lain lagi?"

Hideyoshi menggosok matanya sambil keluar dari selimutnya. Hanya melihat wajah imutnya setelah bangun sudah cukup untuk menenangkan hatiku yang sangat jengkel ini. Dan di sisi lain, sepertinya Muttsurini juga bangun gara-gara kami.

"Apa yang kamu maksud dengan 'lagi', Hideyoshi?"

"Ah, tidak apa-apa... hanya saja Yuuji sering tidur dengan posisi yang agak buruk, dan di pagi hari, dia akan pindah ke tempat tidurku — AKIHISA! KENAPA KAMU MENGANGKAT VAS ITU!!!"

"AKU INGIN MENGHAJARNYA! AKU TIDAK AKAN BERHENTI SAMPAI TUBUHNYA MENJADI UNGU!!!" (Ungu, mayat)

KALAU ORANG SEPERTI DIA TETAP HIDUP, ITU HANYA AKAN MEMBAHAYAKAN NYAWA ORANG LAIN DI SEKITARNYA!


—Kacha (suara pintu terbuka)


"Oi kalian para belatung! Waktunya bangun — oh..."

"MATI KAU, YUUJI! TEBUS DOSA BERATMU DENGAN KEMATIAN! ATAU KITA SEMUA AKAN BERTEMU DI PENGADILAN!"

"APA-APAAN INI? KENAPA AKIHISA MENGAMUK DI PAGI HARI!? APA KAMU SAKIT?"

"Tenang, Akihisa! Maaf, Nishimura-sensei, tapi bisakah Sensei membantu kami menghentikannya?"

"...(Mengangguk keras)"

"...Hal gila apa lagi yang kalian lakukan pagi-pagi begini?"

Sayangnya, karena semua orang mencoba menghentikan aku, aku tidak bisa mengirim Yuuji ke akhirat.


***


"Oh ya, Yuuji, aku dengar sesuatu yang aneh kemarin."

"Hm? Apa yang kamu bicarakan?"

Setelah keributan yang terjadi pagi ini, sekarang kami sedang sarapan, dan aku menggunakan kesempatan ini untuk berbicara dengan Yuuji yang sedang sarapan di depanku.

"Soal Kudo-san. Dia mengatakan kalau ada kamera lain yang belum ditemukan di dalam ruang ganti."

"Apa katamu?"

Yuuji, yang sedang sibuk menyendok makanan ke mulutnya, tiba-tiba berhenti.

"Itu sangat mencurigakan. Karena dia tahu ada kamera tersembunyi di sana, berarti dia adalah pelakunya, kan?"

"Tidak, kita tidak bisa memastikannya, kan? Kalau memang benar dia pelakunya, dia tidak akan sengaja mengatakan itu pada kita."

Duduk di sampingku, Hideyoshi menjawab menggantikan Yuuji.

"...Kita hanya bisa memastikannya."

"Sepertinya kita hanya bisa melakukan itu..."

Bagaimana pun kami memikirkannya, kami hanya bisa memikirkan jalan keluar dengan mengintip. Haaaaah, sungguh...

"Tapi, kita harus berterima kasih untuk informasi Kudo."

"Hm? Maksudmu informasi kalau ada kamera tersembunyi lain?"

"Itu benar. Karena hanya Kudo yang tahu tentang itu, itu berarti kamera itu mungkin telah mengambil beberapa foto gadis-gadis yang sedang melepas baju. Selama kita mendapatkan kamera itu, kita dapat mengidentifikasi gadis dengan bekas luka bakar di pantatnya."

"...Kalau soal kamera. Aku yakin bisa menemukannya dalam 5 detik."

Seperti yang diharapkan dari Muttsurini, hanya orang cabul yang bisa mengerti apa yang orang cabul pikirkan.

"Tapi kalau ada kamera, bukannya itu terlalu mencurigakan?"

"Tidak, lebih tepatnya kamera yang pertama kali ditemukan adalah yang paling mencurigakan. Untuk pelaku yang ahil dalam mengambil foto secara diam-diam, bagaimana mungkin kamera akan terlihat oleh orang awam dengan mudah? Jadi—"

"...Perangkap ganda."

"Itu benar, kamera yang ditemukan pertama mungkin adalah tipuan."

Pelakunya telah merencanakan semuanya.

Lawan menggunakan sedikit trik untuk menurunkan penjagaan semua orang, dan kemudian memasang kamera lain untuk mengambil semua foto yang dia inginkan. Metode si pelaku sangat rumit.

"Kalau begitu, kita hanya perlu menghindari waktu mandi dan menemukannya, kan?"

"...Itu tidak mungkin."

"Eh? Kenapa?"

"…Selain waktu mandi, pemandian selalu dikunci."

Pemandian dikunci? Apakah karena mereka menemukan kamera pada hari pertama? Sialan, kenapa semua hal baik tidak pernah terjadi sama sekali dan hal-hal buruk selalu datang satu per satu?

"Jadi pada akhirnya, kita hanya bisa menggunakan metode itu..."

"Sepertinya begitu."

Pada akhirnya, kami tidak bisa memikirkan hal lain selain menerobos. Situasinya belum berubah sama sekali!

"Sekarang, ayo kita bahas kenapa kita gagal kemarin. Akihisa, menurutmu, kenapa kita gagal kemarin?"

"Kenapa? Um~ karena ada beberapa anak perempuan yang ikut bertarung?"

Jika musuh hanya beberapa guru seperti dua hari yang lalu, kami pasti tidak akan kalah dari mereka. Buktinya kami bisa mengalahkan Fuse-sensei.

"...Kudo Aiko juga musuh kita." Muttsurini bergumam dengan pahit.

Muttsurini menjawab dengan nada kesal. Mungkin dia marah karena selalu dihalangi oleh Kudo-san berkali-kali, atau mungkin dia tidak senang dengan pertarungan 2 v 1 ketika seorang guru datang membantu Kudo-san dan berakhir dengan kekalahannya.

"Itu benar. Alasan kenapa kita kalah adalah karena pertahanan mereka meningkat dengan bantuan anak perempuan dari Kelas A."

Seingatku, jumlah mereka tiga kali lebih banyak dari pasukan kami. Termasuk para guru yang menghadang kami, perbedaan kekuatan bertempur antara kedua belah pihak luar biasa jauh. Mencoba untuk menghadapi mereka begitu saja adalah tindakan bodoh.

"Jadi aku merasa kalau kita harus meningkatkan kekuatan kita juga. Hanya Kelas F saja tidak cukup, kita harus merekrut anak-anak dari kelas lain supaya bisa bertarung dengan seimbang melawan mereka."

Seperti biasa, Yuuji mengusulkan rencana pertempuran. Tapi, kenapa aku merasa kalau rencananya kali ini lebih aneh? Lebih seperti, ini bukan ide Yuuji yang biasanya.

"Hm? Akihisa, ada apa?"

"Hm~ Rasanya rencana kali ini berbeda dari biasanya... Seperti, lawan meningkatkan kekuatan mereka dan kita melakukan hal yang sama untuk melawannya. Itu bukan sesuatu yang biasanya kita lakukan..."

Ketika aku mengatakan pendapatku, Yuuji menunjukkan ekspresi setuju sambil menganggukkan kepalanya.

"Ohh... sepertinya Akihisa mulai bisa sedikit menggunakan otaknya. Kamu benar, ini bukan untuk menembus pertahanan lawan."

Jadi ada alasan lain? Apa metodenya akan berubah?

"Lalu apa tujuan utamanya?"

"Untuk melindungi diri kita sendiri."

"Melindungi diri kita? Dari siapa?"

"Dengar, meskipun tidak menjadi masalah karena kita gagal sampai sekarang, mengintip masih merupakan kejahatan. Jika kita berhasil mencapai kamar mandi perempuan tapi gagal menangkap pelakunya, kita akan diskors."

Begitu rupanya. Aku tidak terlalu memikirkannya kemarin karena fokus bertarung, tapi jika kami tidak menemukan pelaku sesungguhnya, bahkan jika kami berhasil menerobos, kami tidak akan bisa membuktikan ketidakbersalahan kami. Kemudian kami hanya akan ditertawakan karena tindakan pelecehan seksual, dan yang terburuk, kami mungkin akan dikeluarkan.

"Untuk menghindari itu, kita perlu meningkatkan kekuatan kita — dengan kata lain, meningkatkan jumlah orang yang kita miliki."

"Apakah meningkatkan jumlah orang akan membuat kita terhindar dari hukuman dikeluarkan?"

"Ah, jika jumlahnya bertambah, akan sulit bagi mereka untuk fokus. Sangat sulit menghafal wajah semua orang saat berada di medan perang."

Dia benar. Mencoba untuk memperhatikan lingkungan saat bertarung, itu bukan hal yang mudah dilakukan.

"Tapi wajah kita sudah ketahuan, bukan? Bukannya itu tidak ada gunanya lagi?"

Itu alasannya kenapa aku tetap dipanggil lewat siaran audio untuk dimarahi.

"Karena Akademi Fumitzuki adalah sekolah eksperimental yang terkenal yang sedang ditonton oleh seluruh dunia, jika hal memalukan seperti itu terjadi, apakah mereka akan menghukum semua orang atau mereka akan berusaha keras untuk menutupi kejadian itu. Jika mereka hanya menghukum setengah murid, mereka akan dipandang buruk karena 'bersikap diskriminasi pada murid kelas lain', dan itu akan menghancurkan sedikit reputasi sekolah."

Hm... dengan kata lain, kami akan memanfaatkan informasi kalau kami adalah murid dari kelas F? Memang benar kalau kami satu-satunya yang akan dihukum, itu akan terlihat seperti 'hanya kelas F yang dihukum dan sekolah bermurah hati untuk memaafkan kelas lain'. Mempertimbangkan perhatian masyarakat pada kami, kemungkinan sekolah akan berusaha untuk menghindar terlibat dalam hal-hal yang dapat merusak reputasi sekolah.

"Aku mengerti. Seperti yang diharapkan dari Yuuji, tidak ada yang bisa mengalahkanmu dalam hal cara tercela."

"Tolong sebut itu kemampuan meramal masa depan."

Jika kami ingin membuat mereka tidak dapat mengidentifikasi anggota kami, meningkatkan kekuatan tempur dan kemampuan menembus pertahanan mereka, kami harus menambah jumlah kami sebanyak yang kami bisa.

"Hm, kalau begitu poin utama hari ini adalah meningkatkan jumlah anggota?"

"Ahh, untung saja belajar gabungan lebih mirip seperti jam belajar mandiri; kita bisa bergerak dengan mudah."

"Ya. Lalu, dari mana kita mulai?"

Mempertimbangkan kekuatan mereka, aku harap kita bisa merekrut Kelas A sampai Kelas C untuk bergabung dengan kami.

"Tentu saja kelas A. Jika kita ingin mendapatkan jumlah kekuatan yang sama, lebih baik untuk mendapatkan yang terbaik."

Jadi Yuuji memiliki ide yang sama denganku. Haaah, syukurlah.

"Karena kita berinteraksi sedikit dengan kelas A kemarin, kita seharusnya bisa berkomunikasi sedikit lebih baik dengan mereka."

"Kalau begitu sudah diputuskan. Kita akan bicara dengan Kelas A pas jam belajar bersama."

"Mengerti. Bagaimana menurutmu, Muttsurini?"

"...Tidak masalah."

Setelah kami memutuskan apa yang harus dilakukan, kami melanjutkan sarapan kami. Bisa makan makanan sungguhan, bahagianya..


***


"Kalau kita ingin mendapatkan Kelas A, kita harus meyakinkan Kubo. Akihisa, coba yakinkan dia."

"Itu benar, aku merasa Akihisa yang paling cocok untuk melakukan ini."

"...Kami akan menyerahkannya padamu."

Apa yang terjadi? Kenapa semua orang setuju kalau aku yang harus meyakinkan Kubo?

"Ah, oh, baiklah."

Selain itu, aku tidak punya alasan untuk menolak, jadi aku turuti saja rencana mereka.

"Tapi, sekali lagi, kenapa aku?"

Tepat saat aku berniat pergi ke arah Kubo-san, aku tiba-tiba berpikir untuk menanyakan ini sambil berbalik menghadap mereka bertiga.

"""..."""

Apa aku menanyakan sesuatu yang aneh? Kenapa semua orang berpaling dengan canggung?

"Erm, soal itu... aku punya firasat buruk. Apa ini benar baik-baik saja?"

"A, apa masalahnya? Biar kukatakan langsung padamu, percayalah padaku, Kubo tidak akan pernah menyakitimu."

"...Dia sama sekali tidak pernah bermaksud jahat padamu."

"Kenapa kalian berdua mengatakan ini seolah-olah ada sesuatu yang mencekik kalian?"

Apa yang terjadi? Entah kenapa, aku jadi tidak ingin pergi.

"Akihisa, buruan pergi."

"Eh? Tapi..."

"Tidak masalah! Di antara kita semua, Kubo memandangmu dengan sangat baik, jadi percayalah!"

"Ah, mm..."

"...Tapi jika terjadi sesuatu, gunakan ini."

Setelah mengatakan ini, Yuuji memasukkan sesuatu ke dalam sakuku. Aku mengintip untuk memastikan benda apa itu.


—Alat penyetrum. [Stun Gun]


Aku cuma ingin meminta bantuan ke teman seangkatan, jadi kenapa aku harus membawa Stun Gun segala? Aku jadi bingung.

"O, oke, aku pergi dulu."

Meskipun aku tidak mengerti, pada akhirnya aku tetap berjalan ke arah Kubo-san.

Seperti yang diharapkan dari orang yang menempati urutan kedua di angkatan kami, Kubo-san membalik buku pelajaran dan mempelajarinya dengan serius. Meskipun aku berpikir 'mungkin sekarang bukan saat yang tepat untuk mengganggunya', tapi aku harus melakukan tugasku.

"Kubo-san, bisa minta waktumu sebentar?"

"Yoshii-san? Tumben kamu mencariku. Duduklah."

Pada saat dia mengatakan ini, Kubo-san menggeser pantatnya untuk memberikan sedikit tempat di kursinya. Hm, aku sungguh berterima kasih atas niat baik Kubo-san, tapi apa perlu berbagi kursi?

"Eh, menurutku sebaiknya aku duduk di kursi yang kosong di sana."

"Benarkah? Tidak apa-apa, jika kamu ingin menggunakan kursi itu, silahkan."

"Ngomong-ngomong, aku punya permintaan."

"Kuterima!"

"Sebenarnya— CEPAT SEKALI!!"

Aku bahkan belum mengatakan permintaanku!

"Ah, maafkan aku, aku kehilangan ketenanganku. Lalu, katakan, apa yang kamu minta dariku?"

"Ah, mm, sebenarnya..."

Aku ingin kamu membantuku mengintip--- Aku tidak bisa seenaknya meminta seperti itu!

"Jangan khawatir, katakan saja apa yang kamu inginkan."

Melihatku kesulitan mengungkapkan permintaanku, Kubo-san berkata dengan tatapan tulus. Jika orang yang ingin kumintai bantuan merespon dengan begitu pengertian, aku seharusnya bisa meminta secara langsung, kan? Tidak perlu berpikir terlalu banyak, aku hanya perlu memercayainya dan memintanya secara langsung!

"Yah... aku ingin meminta kalian, anak laki-laki Kelas A, untuk membantu kami mengintip ke dalam kamar mandi anak perempuan."

"Aku menolak."

Kenapa aku merasa sedikit dikhianati?

"Mengintip kamar mandi anak perempuan? Apa kamu serius?"

"Um... Itu, ada alasan bagi kami untuk melakukan ini..."

"Yoshii-san, itu benar-benar menghancurkan kesanku terhadapmu. Manusia diciptakan dengan memiliki logika, dan dengan mengikuti logika, masyarakat terbentuk. Sebagai manusia, kamu tidak seharusnya melakukan hal semacam itu, dan jika kamu memikirkan hal seperti itu, kamu tidak akan diterima di masyarakat. Kita sebentar lagi akan bergabung dengan lingkungan orang dewasa, apa kamu kira kamu bisa melakukan semuanya sesukamu? Selain itu, pikiranmu yang ingin mengintip kamar mandi anak perempuan supaya bisa melihat tubuh telanjang mereka, itu terlalu kotor."

Kubo-san memarahiku seperti peluru meriam, dan aku tidak bisa merespon. Setelah dia mengatakan itu, dia dengan dingin memberi 'huh' dan menundukkan kepalanya untuk melanjutkan pertempuran dengan buku pelajaran. Melihat sikap keras kepalanya, sepertinya kami tidak bisa melanjutkan negosiasi.

"Maaf mengganggumu. Aku akan pergi kalau begitu."

Terpaksa! Tapi saat aku akan berjalan kembali ke Yuuji dan teman—

"...sebagai manusia, haruskah kita melakukan itu ..."

Sebelum aku pergi, aku tidak sengaja mendengar Kubo-san bergumam pada dirinya sendiri. Apa maksudnya?

"Jadi bagaimana, Akihisa?"

"Maaf, aku gagal."

"Aku mengerti... tidak masalah. Tidak apa-apa selama kamu baik-baik saja."

"Erm, aku tidak melakukan apa pun yang akan mengancam nyawa orang lain, kan?"

Aku harap orang-orang ini akan mencemaskan diriku di saat darurat.

"Tapi, karena kita gagal, kita sebaiknya mulai bernegosiasi dengan kelas lain."

"Benar, tapi kita lagi di jam belajar sekarang."

Meskipun ini waktu belajar mandiri, seseorang pasti akan mengawasi. Jika kami tidak berpura-pura belajar serius, kami pasti akan diperhatikan oleh guru pengawas.

"Aku tahu itu! Tapi waktu istirahat saja tidak cukup bagi kita untuk berinteraksi dengan kelas lain. Sepertinya kita harus menyelinap keluar."

Yuuji melirik Tetsujin dengan tajam, mencoba mencari kesempatan.

Kemudian, seseorang berjalan di samping kami,

"Oi, apa kalian berencana melakukan hal buruk lagi?"

Kata Minami yang sedang belajar di dekat kami.

Kami memang menurunkan suara kami, tapi kami tidak bisa lolos dari pengawasannya. Dan ketika Tetsujin, yang berdiri jauh dari kami, mendengar kata 'sesuatu yang buruk', dia langsung memutar kepalanya.

"Kamu salah, Minami. Kami tidak berpikir untuk melakukan hal buruk."

Kami hanya mendiskusikan bagaimana caranya melakukan serangan frontal dan mengintip.

"Ya ampun... Pokoknya, jangan buat masalah lagi. Meskipun aku tahu kalian tidak akan mendengarkan sekalipun aku mengoceh, tapi mengintip... apa kalian memikirkan bagaimana perasaan gadis-gadis yang diintip? "

Minami benar. Jika aku tidak diancam, tidak difitnah dan jika payudara Himeji-san sedikit lebih kecil, aku pasti tidak akan berniat mengintip.

"Dan ketika kamu mengintip ke dalam kamar mandi... tidak ada tempat untuk bersembunyi, dan tubuh para gadis akan dibanding-bandingkan satu sama lain, bahkan tidak bisa memasukkan bantalan payudara, atau bahkan meremas..."

"Erm, Minami... Kurasa kamu hanya tidak ingin aku melihat bagian tubuh tertentu, kan?"

Kamu tidak perlu menjelaskan itu semua kepada kami, Minami — aku ingin menghiburnya, tapi aku dipelototi Yuuji.

"Tetsujin sedang melihat ke arah kita, cepat jaga jarak dari Shimada."

Hm? Tetsujin sedang menatap kami? Di mana dia?

Ahh, aku mengerti. Tetsujin pasti sedang memperhatikan kami. Percakapan Minami dan aku sepertinya membuat Tetsujin menjadi waspada. Bagi kami, yang berniat menyelinap ke kelas lain untuk merekrut pasukan, akan merepotkan jika dia fokus mengawasi kami sekarang. Ayo ikuti apa yang dikatakan Yuuji dan jangan terlibat dengan Minami.

Masalahnya adalah bagaimana caranya menjaga jarak dari Minami? Bagaimana kalau aku menggunakan alasan 'ah, seseorang mencarimu' untuk mengelabui dia? Harus cari tempat yang lebih jauh... oh, posisi Sugawa-san lumayan jauh. Mari gunakan dia untuk mengelabui Minami.

"Ah, Minami..."

"Hm? Apa?"

"Katanya Sugawa-san ingin mengatakan sesuatu padamu..."

"Hm? Sugawa-san mencariku?"

"Ya, dia memintaku untuk mengatakan kalau dia ingin bicara denganmu."

Bagus sekali, Minami sama sekali tidak curiga. Kalau begitu, dia pasti akan pindah ke Sugawa-san yang ada di sana, kan?

"Hmmm... kenapa dia mencariku? Ya sudah, aku akan bicara dengannya pas istirahat."

"Eh? Ah, jangan, itu akan sedikit merepotkan..."

"Hm? Kenapa?"

Minami sepertinya tidak akan meninggalkan tempat duduknya. Merepotkan, aku harus memikirkan sesuatu dengan cepat.

"Yah, soal itu, katanya ada sesuatu yang penting, jadi dia ingin kamu segera ke sana."

"Eh? Sesuatu yang penting?"

Ohh, berhasil? Reaksi yang bagus. Sepertinya dia akan pergi jika aku mengatakan lebih banyak lagi.

"Karena dia memasang ekspresi yang sangat sangat sangat serius, kukira itu sesuatu yang penting."

"EHHH!? Ja, jangan bilang...? Sugawa ke aku, bagaimana mungkin... tapi tapi, ada yang bilang kalau hal semacam ini sering terjadi selama training camp..."

Minami tiba-tiba tersipu. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi sepertinya itu berhasil jika dilanjutkan!

"Waktu itu, dia bilang kalau dia ingin memberitahumu secepatnya, kasihan Sugawa-san kalau kamu tidak segera pergi."

Seharusnya segini juga sudah cukup, ya kan? Jadi Minami pasti akan pergi ke Sugawa-san—

"...Aki, kamu terima ini...?"

Saat dia berniat untuk pergi, ada sedikit perasaan lembut dan kesepian dari suaranya.

"Eh? Aku tidak peduli apa yang ingin dia katakan."

"Kenapa!? Kamu seharusnya mengatakan sesuatu jika aku bersama Sugawa-san..."

"Maaf, aku tidak mengerti maksudmu."

Aku tidak begitu mengerti apa yang dikatakan Minami.

"Ahh, benarkah! Pokoknya, bagaimana kalau dia mengungkapkan perasaanya padaku?"

"Pasti itu cuma lelucon."

"Haaaah... akan buruk kalau bajuku terkena noda darah..."

"Kamu khawatir dengan noda darah!? Kamu ingin memukuliku? Apa salahku?"

Kenapa aku selalu diperlakukan seperti ini?

"Shimada, Akihisa merasa kalau kamu tidak akan pergi kemana-mana, jadi dia cukup santai. Memangnya kamu pikir baik membuat Akihisa khawatir?"

Dari tadi Yuuji hanya memperhatikan dari samping, tapi sekarang dia mengatakan sesuatu yang aneh.  Sekarang aku benar-benar khawatir kalau Minami tidak akan pergi.

"...Kamu benar. Lihat aku, Aki, aku benar-benar populer di sini!"

Menatapku sekilas, Minami pergi menuju Sugawa-san dengan ekspresi marah.

"Ada apa dengan ekspresimu, Shimada?"

"Nishimura-sensei, ada yang ingin kukatakan pada Sugawa. Ini akan segera berakhir."

"Benarkah? Tapi melihatmu marah seperti ini membuatku khawatir dengan nyawa Sugawa."

Oh, dia dicegat oleh Tetsujin? Kesempatan emas!

"Akihisa, Hideyoshi, Muttsurini. Sekarang saatnya keluar dan jangan ketahuan."

Yuuji mengatakan ini padaku, Hideyoshi dan Muttsurini, yang masih berpura-pura belajar. Kami saling melirik dan menganggukkan kepala kami, lalu menyelinap keluar lewat pintu samping tanpa bersuara, langsung menutup pintu begitu kami sampai di koridor.


"Hal yang penting? Apaan?"

"Aki menipuku! DI MANA KAMU, AKI!"


Di saat-saat kritis, aku bisa mendengar percakapan Minami dengan Sugawa-san.

Pokoknya ini adalah kesempatan emas untuk melarikan diri.


***


"Jadi ada guru yang mengawasi juga di sini."

"Sudah kuduga."

Setelah berjalan dengan hati-hati di koridor selama beberapa menit, kami akhirnya tiba di depan area kelas gabungan Kelas D dan E. Kami sedang memata-matai mereka sekarang.

"Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Kita bahkan tidak bisa bernegosiasi dengan mereka sekarang."

"...Mencoba untuk masuk ke kelas lain sekarang juga sangat sulit."

Alasan kenapa ini sangat sulit adalah karena ada guru pengawas yang memblokir pintu masuk dari dalam. Jadi, mencoba menyelinap ke dalam adalah rencana mustahil.

"Mudah, kita hanya butuh seseorang untuk memancing guru pergi."

"Aku menolak."

Setiap kali situasi semacam ini terjadi, biasanya aku yang akhirnya akan melakukan peran yang sulit, jadi aku harus menolak duluan sebelum mereka menunjukku.

“Terpaksa kalau begitu. Jadi bagaimana kalau kita main game untuk memutuskan siapa yang akan menjadi umpan?"

Ohh, jadi itu yang Yuuji sarankan? Tapi menolak proposalnya tidak ada bedanya dengan melarikan diri dari pertempuran. Jadi, meskipun aku tidak menyukainya, aku harus mendengar apa yang dia usulkan.

"Jadi, apa yang kita mainkan?"

"Ayo main 'dulu dan sekarang'." [TL Note: Permainan ini diawali dengan menentukan huruf awal dan setiap pemain harus memberikan jawaban berdasarkan huruf tersebut]

Jadi kami akan main itu? Kalau begitu, aku pasti bisa menang, kan? Tidak, aku harus mengalahkan Yuuji kali ini, aku harus membuatnya merasakan sakitnya menjadi tumbal.

"Aku mengerti. Ayo mulai kalau begitu."

"Baiklah, kita mulai."

Aku berdiri menghadap Yuuji, dan kami mulai game ini dengan suara yang tidak akan terdengar sampai area kelas.

"Sakamoto Yuuji akan mulai." (Yuuji)

"""Ya~!""" (Aku, Hideyoshi dan Muttsurini menjawab dengan irama)

"'Masa lalu dan masa kini'!"

"""Ya ~!"""



"Mari kita mulai dengan kata bahasa Inggris yang dimulai dengan huruf 'A'!"

"...Heh?

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliran Yuuji

"'Apel'!"

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliranku

"...Aku tersesat..." (Jawaban Akihisa: Aim los)

"Kamu bahkan tidak bisa memikirkan satu kata pun?"

"Uu! Tidak! Itu terlalu tiba-tiba jadinya aku tidak bisa meresponnya tepat waktu. Setelah aku tenang, aku pasti bisa menjawab yang benar! Ta, tapi, bukannya Muttsurini juga buruk dalam hal ini? "

"...Tidak juga."

Tapi jawabannya tidak sesuai harapanku.

"Be, benarkah?"

"...Akan tunjukkan padamu."

Muttsurini bertukar tempat denganku, dan kali ini, dia yang berdiri di depan Yuuji.

"Kita mulai, 'dulu dan sekarang', dimulai dengan kata bahasa Inggris yang dimulai dengan huruf 'A'."

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliran Yuuji

"'Amond'" (Jawaban Yuuji: Almond, kacang almond. Karena Orang jepang cadel huruf ‘L’)

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliran Muttsurini

"...AV." (Adult Video)

Kata Bahasa Inggris?

"Tunggu, kalian berdua."

"Ada apa, Akihisa?"

"Kata-kata bahasa Inggris yang Muttsurini gunakan barusan tampak aneh."

Bukannya itu abjad bahasa Inggris?

"Apa yang kamu bicarakan? Dia memulai dengan 'A'!"

"Eh... mm, dia mulai dengan 'A' baiklah..."

"Kalau begitu tidak ada masalah; ayo lanjutkan."

Yuuji mengabaikan protesku sambil melanjutkan permainan.

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliran Yuuji

"'Agen'".

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliran Muttsurini

"...Akihisa."

Bukannya itu namaku?

"Oke, bisa kalian berdua berhenti lagi?"

"Apa lagi sekarang, Akihisa?"

"Sejak kapan namaku menjadi kata bahasa Inggris?"

"...'nama' itu artinya idiot, jadi bisa dipakai. Menambahkan '-ful' di akhir kata itu akan menjadi kata keterangan. '"

"Apa! Berhenti menggunakan penjelasan yang bahkan tidak ada di kamus!"

"Contoh: He is so Akihisaful (Tidak ada yang lebih bodoh darinya.)"
(TL Note: Arti harfiahnya, dia sangat bodoh, Lvl 1: Stupid, Lvl 2: Idiot, Lvl 3: Akihisa)

Sebelumnya, mereka memperlakukan aku seperti orang bodoh. Tapi akhir-akhir ini, aku merasa perlakuan mereka padaku semakin kejam.

"Pokoknya, tidak boleh pakai nama atau istilah yang disederhanakan, itu pelanggaran!"

"Aiyo, baiklah, baiklah. Itu benar-benar merepotkan! Kalau begitu, ayo lanjutkan."

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliran Yuuji

"'Arrival'." (Kedatangan)

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliran Muttsurini

"... 'Amen'... bo." [Di Katakana Jepang, アメンボ, Amenbo artinya Laba-laba air.]

"Oi, bukannya Muttsurini menambahkan 'bo'? Bukannya dia ingin mengatakan 'amenbo'?"

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliran Yuuji

"'Action'." (Aksi)

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliran Muttsurini

"... 'Aljl09u&!@((&*&^'."

"Kamu kalah! Kamu tidak bisa menemukan kata bahasa Inggris jadi kamu mencoba membacanya dengan cepat, kan?"

"Oh... sepertinya kita tidak bisa memutuskan siapa pemenangnya. Kita sudahi saja."

"...(mengangguk)."

"SIALAN!! SUDAH CUKUP!! SEMUA JAWABAN MUTTSURINI TIDAK JELAS, TAPI KENAPA KAMU MEMBIARKANNYA?"

"Oi, Akihisa, jika kamu berteriak begitu keras—"

Kacha! (suara pintu dibuka)

"Siapa yang membuat keributan di koridor? Ini seharusnya waktu belajar mandiri!"

"WAH! FUSE-SENSEI! YUUJI, APA YANG KITA - Eh, dia pergi? SEJAK KAPAN DIA KABUR?"

"TUNGGU, JANGAN KABUR KAMU!! YOSHII-SAN!"

"DAN AKHIRNYA AKU LAGI YANG JADI TUMBAL!"

"OI, BERHENTIIII!"

Pada akhirnya, aku yang berlari keliling satu lantai dan memancing Fuse-sensei.


"Hu, hu, hu... toh... aku… akhirnya... berhasil… memancingnya..."

"Kamu terlihat sangat kecapean, Akihisa."

"Tadi itu gila! Bahkan... Ooshima-sensei... ikut lari mengejarku..."

"Tapi berkatmu, kami berhasil mendapatkan bantuan Kelas D dan E. Kerja bagus."

Aku masih menekan tanganku di dada saat mencoba menenangkan napasku, huuuu...

"Bagus, sekarang pasukan kita meningkat sedikit."

"Baiklah. Sekarang kita hanya perlu meyakinkan Kelas B dan C. Akihisa, kami akan mengandalkanmu lagi."

Yuuji memberiku ekspresi 'tentu saja' saat dia bertanya seakan-akan sudah pasti aku yang akan jadi tumbal. Tapi, aku tidak akan membiarkannya mengatur seenaknya.

"Aku tidak ingin melakukan hal gila seperti itu lagi. Lagi pula, aku tidak terima dengan kekalahanku barusan. Aku ingin tanding ulang!"

"Yah, mau bagaimana lagi, tapi kita hanya membuang-buang waktu di sini, tahu."

"Huh, begitukah? Aku sarankan kamu untuk tidak membingungkanku dengan namaku seperti tadi!"

Saat aku lari tadi, aku berhasil memikirkan beberapa kata. Aku pasti akan menang kali ini!"

"Yoshii Akihisa akan mulai." (Aku)

"""Ya~!" "" (Yuuji, Hideyoshi dan Muttsurini menjawab dengan irama)

"'Masa lalu dan masa kini'!"

"""Ya~!"""

"Mari kita mulai dengan kata bahasa Inggris yang dimulai dengan huruf 'O'!"

Pa pa (bertepuk tangan dalam irama) -> Giliranku



"Augusto!"



"Tunggu di sana, Yoshii-san! Kenapa kamu berjalan di koridor!?"

"Maaf! Aku ada urusan!"

Tidak kuduga, Igarashi-sensei sangat cepat.

***
Kubo-san secara resmi menduduki peringkat kedua. Tapi sebenarnya Himeji-san yang berada di peringkat kedua, tapi karena peringkat itu berdasarkan nilai ketika Ujian Pembagian Kelas, dan Himeji-san jatuh sakit, jadi Kubo-san yang menduduki peringkat kedua.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]