Baka to Test: Volume 3.5 Bab Persiapan, B. Indonesia
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel, -MrStar-
Lebih cepat dibandingkan bel masuk kelas, wali kelas kami, Tetsu-- maksudku, Nishimura-sensei berteriak, tanpa peringatan.
"Kuperingatkan kepada kalian: jangan pernah berpikir untuk melarikan diri!"
Hanya orang bodoh yang mengira dia bisa melarikan diri dari wali kelas ini. Biar bagaimanapun juga, dia sangat berotot dan dijuluki sebagai "Tetsujin/Ironman". Dia akan memanfaatkan otot-otot kuatnya, yang dilatih untuk lomba lari 'Ironman', untuk mengejar mereka yang berani melarikan diri.
"Bagus, aku akan berkeliling untuk mengecek satu per satu. Semua barang yang tidak berhubungan dengan pelajaran akan disita."
Dimulai dari barisan pertama, dia berkeliling untuk menggeledah isi tas para siswa, menyita kartu, majalah, dan sebagainya.
"Sakamoto, perlihatkan isi sakumu."
Salah seorang siswa diperiksa tidak hanya tasnya, tapi juga sakunya.
"Sialan!"
Umpat Yuuji Sakamoto. Ngomong-ngomong, dia teman terbaikku sekaligus teman terburukku.
"Sudah kuduga. Aku akan menyitanya."
Tetsujin mengambil MP3 itu ke dalam kantong barang sitaannya. Yuuji, yang tidak pernah mengira sakunya akan digeledah, memelototi Tetsujin seakan-akan ingin menghajarnya.
"Kena juga, eh?"
Aku berbisik padanya.
"Sial! Dia tidak biasanya menggeledah isi saku, kan?! Kenapa hanya aku yang mendapat perlakuan spesial ini?"
Setelah kuperhatikan, seberapa teliti Tetsujin memeriksa tas tergantung dari tas siapa yang dia periksa. Dia hanya akan melihat sekilas tas milik siswa yang baik, namun bagi siswa lainnya, dia akan memeriksa dengan teliti, termasuk kantong yang tersembunyi.
"Kamu berikutnya, Yoshii Akihisa!"
Tetsujin berdiri dihadapanku. Aku yakin dia tidak akan memintaku mengeluarkan isi sakuku seperti Yuuji-
"Lepas bajumu dan ganti dengan seragam olahraga."
Aku tidak percaya bertapa rendahnya kepercayaannya padaku.
"Tapi... akan memalukan sekali mengganti baju di depan para gadis..."
Saat aku berdiri untuk mengutarakan maksudku, sesuatu jatuh dari sela-sela kaki celanaku dengan debum keras.
"Oi, Akihisa, PSP-mu jatuh."
Aku berterima kasih kepada Yuuji, yang berbaik hati mengambilkan PSP-ku, dan kembali menghadap Tetsujin.
"Seperti kataku tadi, percayalah sedikit padaku, bisakan?"
Ap-apa!? Malah makin parah.
"Kamu jelas-jelas membawa game, manga, light novel, dan PSP ke sekolah... Kamu anggap apa sekolah ini?"
Harta berhargaku dimasukkan ke kantongnya satu per satu. Kenapa dia melakukan razia tepat di hari aku membawa mereka semua? Kebetulan macam apa ini?
"Apa ini sudah semuanya? Kuulangi sekali lagi: Sekolah adalah tempat belajar. Lain kali, jangan bawa barang-barang yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan belajar kalian!"
Tetsujin kembali ke podium dengan sekarung barang sitaan. Selamat tinggal, harta berhargaku.
"Oke, karena pemeriksaan kali ini memakan waktu sedikit lebih lama, hari ini tidak ada kegiatan dalam kelas. Pelajaran pertama menjadi praktek Syokanju, jadi pergilah ke ruang olahraga secepatnya."
Kelas berakhir setelah dia mengatakan itu, Tetsujin meninggalkan kelas sambil menenteng kantong barang-barang sitaan.
Dengan suara para siswa yang sedang berlatih pemanggilan di seluruh sudut ruang olahraga, aku menoleh ke arah Yuuji, yang sedang duduk di sampingku.
"Belum sejam kita tiba di sekolah tapi kita sudah babak belur."
Wajah liarnya terlihat jengkel. Aku sangat mengerti perasaannya.
"Akihisa, konsol gamemu juga kena, kan? Ada banyak sekali."
Konsol game, DVD dan CD... Dilihat dari harga barang yang disita, yang paling rugi adalah aku atau Muttsurini. Benar-benar sial...
"Selanjutnya, Himeji Mizuki, maju."
Depresi, kepala Muttsurini makin tertunduk lebih rendah. Ya sudah, mau bagaimana lagi.
"Be-beginikah cara melakukannya? Summon!"
Dia menggumamkan hal itu dengan malu-malu. Cahaya sihir geometris terbentuk di dekat kakinya, dan makhluk panggilannya muncul di depan semua orang.
"Seperti dugaanku, Syokanjunya terlihat sangat kuat."
Syokanju Himeji-san terlihat sangat imut. Karena makhluk yang dipanggil mengambil bentuk dari pemanggilnya, sudah sewajarnya Syokanjunya terlihat sangat imut karena pemanggilnya juga sama imutnya.
"Aku yakin cuma Syokanju Himeji-san yang mampu menghunus pedang sebesar itu."
Syokanjunya memegang Boardsword dari Barat, yang sangat lebar dan beberapa kali lebih besar dari tinggi badannya, dengan mudah. Siapa pun bisa mengatakan kalau Syokanju ini tidak bisa diremehkan.
"Tidak heran Syokanjunya sangat kuat."
Di pojokan, kami mengangguk setuju satu sama lain.
"Oh ya, Akihisa, bukannya kamu kenal dia?"
Karena kami berada di kelas yang berbeda sekarang, jarak kami makin jauh. Aku pasti akan berbicara dengannya jika aku memiliki kesempatan, tapi kemungkinan itu terjadi hampir 0. Kemungkinan besar akan terlihat seperti pengakuan cinta jika aku masuk ke kelasnya dan berkata padanya, "aku ingin mengatakan sesuatu".
"Menurutku... Karena tidak mungkin kamu berada di kelas yang sama dengannya tahun depan, namamu akhirnya akan menghilang dari ingatannya sepenuhnya."
Sama seperti sekolah lain di Jepang, kami diacak dan ditempatkan di kelas yang berbeda saat memasuki akademi. Namun, berbeda untuk tahun depan dan seterusnya. Kami akan diurutkan berdasarkan nilai kami. Meskipun Himeji-san berada di Kelas C, dengan nilai miliknya, dia pasti akan dipindahkan ke Kelas A tahun depan. Itu sebabnya Yuuji dan aku mungkin akan berada di kelas yang berbeda dengannya lagi karena kami berdua akan masuk ke Kelas D.
"Apa dia benar-benar sudah melupakanku? Rasanya agak sedih ketika aku memikirkan itu."
"Selanjutnya! Yoshii Akihisa dan Shimada Minami!"
Tetsujin- maksudku, suara Nishimura-sensei terdengar keras ke seluruh penjuru ruang olahraga. Melihat sekeliling, aku menyadari kalau yang lain sudah menyelesaikan praktik mereka.
"Aku akan segera kembali."
Aku memutar bola mataku ke arah Yuuji. Dasar, aku menjadi kandidat Kansatsu Shobusha? Parah sekali. Memiliki gelar itu sama saja dengan dicap sebagai siswa yang paling bermasalah di sekolah. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi kandidat gelar yang belum pernah ada dalam sejarah sekolah sebelumnya?
"Cepat, Yoshii!!"
Mendengar Tetsujin berteriak ke arahku, aku buru-buru berlari. Pasangan latihanku sudah memanggil Syokanju miliknya.
"..."
Pasangan latihanku menatap kosong Syokanju di depannya. Gadis energik ini, dengan kuncir kuda dan sepasang kaki yang seksi dan langsing, adalah teman sekelasku, Shimada. Tapi, dia sedang memasang ekspresi cemas di wajahnya. Ada apa? Apa dia kecewa karena Syokanju miliknya terlihat sangat lemah?
"Ada apa, Shimada? Apakah kamu kecewa dengan kekuatan Syokanju milikmu?"
Aku berusaha menghiburnya dengan kata-kata yang baik. Dalam sekejap, awan kelabu di atas kepalanya sepertinya telah menghilang, dan dia tersenyum ke arahku.
"Ah, jadi kamu adalah lawanku. Aku sangat senang!"
Dia sedikit tersipu. Melihat wajahnya sedikit merona membuatku senang juga. Dasar, aku tidak berpikir dia akan mengatakan itu di depan semua orang... Aku tidak tahu bagaimana cara membalasnya.
"Rasanya senang bisa mengalahkanmu!"
...Serius, seseorang tolong ajariku cara menangani gadis gila ini.
"Shimada, Syokanju kita yang akan bertarung, bukan kita."
Aku sedikit khawatir, jadi aku mengatakan aturan dasar untuk mengingatkannya. Praktik Syokanju ini dimaksudkan untuk pertempuran Syokanju tahun depan, jadi itu seharusnya pertarungan antara Syokanju. Setidaknya, itulah yang kupikirkan.
"Kamu benar. Kita tidak bertarung."
Dia mengangguk setuju. Hebat, sepertinya dia mengerti maksudku.
"Kalau cuma aku yang akan menghajarmu sampai mati namanya bukan bertarung."
BUKAN ITU INTINYA!
"Sensei dengar itu, kan? Dia mengancamku! Kalau sensei punya waktu untuk memeriksa barang-barang kami, sensei juga seharusnya bisa melakukan sesuatu terhadap tindakan kekerasan di sekolah ini, ya kan?!"
Senyum lebar muncul di wajah Tetsujin,
"-Aku akan membuat pengecualian untuk kali ini."
Apa aku terlalu banyak berpikir? Percakapan ini terdengar seperti seorang guru baru saja mengizinkan tindakan kekerasan di sekolah.
"Aku akan melakukan yang terbaik!"
Mereka tidak melepaskan aku, bahkan setelah aku berkali-kali memohon.
***
"Dasar... Semenjak pemeriksaan tadi pagi, selalu bencana yang kudapat..."
Sekolah akhirnya berakhir. Aku mengeluarkan unek-unekku tentang hari ini dengan teman nongkrongku.
"Itu salahmu karena membawa begitu banyak benda yang tidak perlu ke sekolah."
Duduk di sampingku sambil tersenyum adalah Kinoshita Hideyoshi, yang sekelas denganku, Yuuji dan Muttsurini. Sangat aneh ketika mendengar logatnya yang seperti orang tua ditambah dia memiliki paras yang sangat cantik. Dia suka sekali berkomentar. Meskipun begitu, aku merasa kalau dia adalah orang yang paling normal setelahku, karena dua orang lainnya sangat tidak normal sampai-sampai tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
"Omong-omong, Hideyoshi, barangmu ada yang disita?"
Sekolah telah menyediakan beberapa alat peraga dan kostum untuk Hideyoshi, jadi Hideyoshi sendiri tidak perlu membawanya. Tapi, itu tidak penting. Karena-
"Tidak perlu menyita semua barang, dia seharusnya memberi kita sedikit kelonggaran. Siapa yang mengira otak Tetsujin begitu keras."
Muttsurini dan Yuuji tampaknya setuju denganku. Mau bagaimana lagi, karena barang mereka juga disita.
"Praktik Syokanju..."
Mendengar gumaman kecilku, Yuuji bergumam pada dirinya sendiri.
"Eh? Ada apa, Yuuji?"
Entah kenapa, dia tampak bahagia ketika dia mengatakan itu.
"Tapi kenapa kita harus menggunakan sistem perang Syokanju? Jika kita ingin bertanding dengan nilai, kenapa tidak tingkatkan saja peringkat semua orang?"
Saat mereka berempat sedang mengobrol.
"Ah... dasar, si Yoshii berani-beraninya meninggalkan piket. Ke mana dia pergi?"
Salah seorang siswa terdengar berteriak di koridor. Apa itu Shimada-san?
"Dasar, Akihisa. Kamu piket hari ini?"
"Dasar. Begitu aku menangkapnya, akan kuikat kakinya dan kulempar dari lantai 3!"
Bahkan seorang stuntman profesional akan ketakutan untuk melakukan aksi seperti itu.
"Sorry, aku rasa aku tidak bisa melindungi nyawaku lebih lama lagi. Aku pergi sekarang!"
Tanpa mengatakan apa pun lagi, aku mengambil tas dan berlari keluar ke koridor. Aku mencintai nyawaku.
"Ah, Yoshii! Jadi kamu bersembunyi di sini! Tunggu!"
Itu pasti bohong.
"Hubungan mereka berdua agak dekat."
Dia bilang dia tidak marah, tapi entah kenapa dia membawa tali.
***
"Hooo... Tadi itu mengerikan sekali~"
Aku sudah berlari lebih dari 30 menit semenjak meninggalkan sekolah, dan tanpa kusadari, aku sedang berada di area perbelanjaan.
"Yah. Aku tidak berniat membeli sesuatu, jadi kurasa aku akan kembali ke rumah — hm?"
Persis ketika aku bermaksud untuk pulang ke rumah, aku melihat sosok yang kukenal berjalan memasuki sebuah toko. Bukannya itu Himeji-san?
"Kami bertemu di sini, ini pasti takdir. Apa aku harus memanggilnya..."
Meskipun kami belajar di kelas yang sama ketika SD, kami dipisahkan ke dalam kelas yang berbeda ketika SMP. Sebelum aku menyadarinya, Himeji-san tampak begitu jauh dariku. Ketika dapat melihatnya di depanku setelah bertahun-tahun, aku benar-benar ingin berbicara dengannya — alasan kenapa aku merasa seperti ini kemungkinan besar karena kata-kata Yuuji 'dia akan menghapus namamu dari ingatannya'.
"Sebaiknya aku kembali. Toko ini benar-benar tidak cocok untukku."
Aku langsung bergegas berjalan menuju pintu keluar. Pokoknya, yang paling penting sekarang adalah meninggalkan tempat ini.
"Ini permintaan Hazuki seumur hidup. Tolong, paman!"
Saat aku sampai di pintu keluar, tiba-tiba aku mendengar percakapan ini. Sepertinya seorang gadis berdiri di konter dan mengatakan sesuatu kepada penjaga kasir. Dia sepertinya agak maksa. Apa yang terjadi?
"Hazuki menginginkan boneka Noi yang besar itu bagaimanapun juga. Tolong, Hazuki mohon!"
Paman kasir tampak agak kesulitan saat dia mengatakan ini dan menggaruk-garuk kepalanya. Tapi gadis itu terus memohon dengan sungguh-sungguh. Melihat seorang gadis kecil memohon seperti ini, aku akan terlihat sangat kejam kalau aku meninggalkannya seperti ini...
"Hei, gadis kecil, kenapa kamu menginginkan boneka ini?"
Aku tahu kalau aku terlalu ikut campur, tapi pada akhirnya aku tetap terlibat.
"Ka, karena Onee-chan tidak terlihat terlalu bersemangat akhir-akhir ini. Hazuki ingin membeli boneka yang selalu diinginkan Onee-chan untuk memotivasinya..."
Pindah rumah... jangankan pindah ke luar negeri, bahkan jika pindah ke daerah lain sekalipun masih di Jepang, siapa pun akan merasa kesepian ketika teman dan lingkungannya berubah.
"Meski begitu, Onee-chan tetap bertanggung jawab dan melakukan semua pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan mencuci pakaian dengan baik, dan sering bermain bersama dengan Hazuki..."
Sepertinya aku menanyakan pertanyaan paling sensitif karena mata lebar Hazuki-chan mulai berlinangan air mata.
"Waa! Ja, jangan menangis! Nii-san akan membantumu!"
Sambil menyeka air matanya, Hazuki-chan menunjukkan senyum yang bahagia.
"Ngomong-ngomong, berapa harga boneka ini?"
Boneka di lengan Hazuki-chan tingginya sekitar 1m. Jika aku menebak harganya, aku pikir 5.000 yen tidak akan cukup.
"Termasuk pajak, totalnya 24.800 yen."
Hazuki-chan terlihat agak sedih.
"Lalu, berapa banyak yang dimiliki Hazuki-chan?"
Jadi kita kekurangan 15.000. Termasuk seluruh hartaku, kami cuma punya 11.699 yen. Bahkan tidak hampir 24,800 yen! Paling bisa kami bayar setengahnya.
"Permisi, bisakah paman menjual boneka ini kepada kami ¥ 11.699?"
Jawabannya masih sama.
"Onii-chan, ini tidak ada bedanya dari sebelumnya."
Hazuki-chan berbisik ke telingaku.
"Kami hanya memiliki ¥ 11.699, itu kira-kira setengah dari harga boneka itu, kan?"
Aku, aku dipanggil 'baka' oleh anak SD!
"Aku tidak bisa memberimu diskon, tapi aku bisa menjamin kalau aku tidak akan menjual boneka ini untuk saat ini. Kamu bisa kembali setelah berdiskusi dengan orang tuamu."
Dengan begitu paman mengakhiri pembicaraan ini.
"Kamu tidak bisa minta orang tuamu untuk membelikannya untukmu, Hazuki-chan?"
Setelah keluar dari toko, kami mampir ke taman untuk mendiskusikan rencana kami.
"Ibu dan ayah biasanya tidak ada di rumah... jadi mereka akan meninggalkan uang ke Onee-chan. Jika Hazuki ingin membeli sesuatu, Onee-chan pasti akan menanyakan alasannya..."
Ingin melakukan sesuatu untuk kakak perempuan tercintanya — hati Hazuki-chan yang sangat tulus, itu jauh berbeda dari keluargaku yang mengirimku ke Akademi Fumitzuki dengan alasan 'tidak ingin menyia-nyiakan uang sekolah'. Aku harus membantu Hazuki-chan untuk mempertahankan keintiman dengan keluarganya.
"Oh iya! Hazuki bisa mendapatkan uang jika Hazuki menjual manga ke toko bekas, kan?"
Hazuki-chan mendapatkan ide brilian ini dengan mata berkilauan. Memang benar kalau kita bisa mendapatkan uang dengan cara seperti itu, tapi kurasa dia tidak akan bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Tentu saja, beda halnya kalau aku masih punya game portabel yang disita pagi ini—
"Hm? Oh ya, seperti itu juga bisa!"
Meskipun aku merasa itu tidak akan berhasil... mmmm! Tapi ini masih patut dicoba.
"Oke! Hazuki-chan, bisa kita ketemuan lagi di taman ini besok?"
Aku melambaikan tanganku dan mengucapkan selamat tinggal pada Hazuki-chan. Ngomong-ngomong, aku harus mendiskusikannya dengan Yuuji dan yang lainnya besok.
"Ah, mm, bye bye..."
Ngomong-ngomong, Himeji-san benar-benar masuk ke toko itu?
***
"Jadi kamu mau mengambil barang-barang sitaan itu?"
Keesokan paginya, di ruang kelas yang sama, aku berbicara dengan ketiga orang yang sama.
"Aku merasa sayang sekali barang-barangku disita kemarin, tapi..."
Yuuji dan Hideyoshi menurunkan dagu mereka dan berpikir. Sepertinya mereka tidak berniat membantuku. Gawat, sepertinya aku harus melakukannya sendiri.
"...Aku menyetujui usulan Akihisa."
Bagus! Sekarang setidaknya aku mendapatkan seseorang yang ahli dalam menyelinap.
"...Bodo amat, ayo kita lakukan."
Yuuji menyeringai. Wajahnya sangat antusias.
"Kalau begitu, aku akan membantu juga. Jika aku bisa mendapatkan kembali barang-barangku, aku juga tidak ingin menyerah."
Pada akhirnya, bahkan Hideyoshi pun juga bergabung, dan semua orang memutuskan untuk mengambil bagian dalam rencana ini. Seperti yang diharapkan dari kelompok anak kelas satu yang paling bermasalah.
"Saat ini, yang paling penting adalah menyelidiki di mana target kita."
Barang-barang yang disita mungkin telah dibuang/dijual, tapi barang-barang itu baru saja disita kemarin, jadi Tetsujin pasti masih menyimpannya.
"Karena itu. Akihisa, matikan mode ‘silent’ ponselmu."
Telepon tidak mungkin berdering selama jam pelajaran, seharusnya tidak ada masalah, bukan? Kita ikuti saja apa yang Yuuji suruh.
Kuambil ponsel dari saku dan mematikan mode silent-nya.
"Oi, kalian cepat duduk. Aku akan mulai membacakan absensi."
Melihat guru wali kelas kami, Tetsujin, masuk ke ruang kelas, aku langsung memasukkan kembali ponselku ke dalam saku.
"Baiklah, mari kita mulai."
Dengan demikian, pertempuran kami untuk barang-barang yang disita secara resmi dimulai sekarang.
Seperti biasa ketika membacakan absen, suara kasar Tetsujin menggema dengan jelas ke seluruh ruang kelas.
"Yamaguchi."
—Beep beep beep.
Masalahnya adalah, orang bodoh ini adalah aku.
"Yu, Yuuji, kamu mengkhianatiku!"
Ponselku dirampas oleh Tetsujn tanpa ragu.
"Sangat bagus. Tidak ada yang datang terlambat atau bolos. Sensei harap kalian semua terus mempertahankan hal ini."
Setelah membacakan absen, Tetsujin memindahkan kakinya yang berat keluar dari kelas — bersamaan dengan ponselku.
"Bagus sekali. Bagian pertama dari rencana selesai."
"...Aku kembali."
Tiba-tiba berbicara tepat di belakangku. Membuatku kaget saja~
"Oh, Muttsurini sudah kembali. Bagaimana?"
Sepertinya Muttsurini pergi membuntuti Tetsujin dan mencari tahu di mana ponselku disimpan. Kalau menguntit orang lain tanpa menarik perhatian, Yuuji tidak bisa melakukannya, dan Hideyoshi tidak memiliki keterampilan.
"...Tapi lemari itu terkunci."
Pokoknya, mari belajar dan menunggu jam pulang sekolah.
Akhirnya tiba jam pulang sekolah.
“Jadi, apa rencanamu?”
Ketika aku mencoba menyelinap keluar kemarin, aku dihukum membersihkan seluruh koridor sendirian. Jadi, sekarang aku sedang mendiskusikan rencana dengan Yuuji dan yang lainnya sambil mengepel lantai. Orang-orang terkutuk ini sama sekali tidak berniat untuk membantu.
"Kita akan menggunakan itu."
Yuuji mengangkat dagunya dan menunjuk.
"Ember? Apa yang akan kita lakukan dengan itu?"
Oh, begitu. Jika seperti itu, kita mencuri bajunya dan mengambil kunci lemari,
"Mm hm~ metode ini sederhana dan sangat mudah untuk berhasil."
Hideyoshi benar. Kami tidak mungkin gagal. Cuma, hanya ada satu masalah terakhir dari rencana ini, dan itu adalah — siapa pun yang akan menyiramkan air ke Tetsujin akan dikejar oleh Tetsujin sampai ke ujung dunia.
"Hanya ada satu masalah dari rencana ini, dan itu adalah siapa pun yang akan menyiram air, 'Akihisa' akan dikejar oleh Tetsujin sampai ke ujung dunia."
"Tapi, itu bukan masalah besar."
ITU ADALAH MASALAH BESAR BAGIKU!
"Oi, bukannya itu tidak adil? Ayo kita putuskan ini dengan Janken!"
Mereka bertiga sudah melarikan diri tanpa bersuara dalam sekejap.
"GUAH!"
Ba, bagaimana mungkin! Seperti yang diharapkan dari Tetsujin! Bisa bereaksi dalam sekejap dan menghindari tumpahan air berkat indra super tajamnya! Tapi-
"Rasanya aku baru saja mendengar suara 'Jangan menghindar', bukan?"
Di mana kalian sekarang! Ayo selamatkan aku! Aku bakal berubah jadi seperti panda kalau dipukuli oleh Tetsujin!
"Ahh, Akihisa, jadi kamu tetap melakukannya."
Yuuji dan yang lainnya muncul entah dari mana. Aaaah, akhirnya aku selamat~
"Sudah kubilang berkali-kali 'jangan coba-coba menyiram air ke sensei'..."
Mereka, mereka sama sekali tidak membantu! Orang-orang terkutuk ini! Mereka cuma berniat untuk duduk dan menonton?
"Sensei, hukum Akihisa nanti saja. Sebaiknya Sensei ganti baju. Kalau sensei tidak keberatan, aku bisa meminjamkan pakaian olahragaku."
Berkata sambil pergi, Tetsujin, yang basah kuyup gara-gara aku, pergi ke ruang kelas bersama Yuuji dan yang lainnya untuk ganti pakaian.
"...Sial."
Setelah semua itu, aku tetap di sini untuk membersihkan lantai.
"Aku mendapatkan kuncinya, Akihisa."
Setelah menyandarkan gagang pel di dinding, Hideyoshi dan aku segera menuju ke ruang guru.
"Aku akan masuk."
Aku mengambil kunci lemari dari tangan Hideyoshi dan meraih gagang pintu.
"Tidak ada masalah kan?"
Aku seharusnya hanya murid biasa di mata para guru, kecuali untuk Tetsujin. Seharusnya aku lebih cocok dengan peran ini dibandingkan Hideyoshi, yang berparas cantik.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan menunggu di sini."
Kubuka pintu ruangan guru perlahan. Tidak masalah, aku bukan murid bermasalah.
"Yoshii? Cepat ke sini!"
Aku lagnsung tertangkap oleh guru Sastra Kuno begitu memasuki ruangan. Kenapa?
"Aku ingin mendengar penjelasanmu soal tugas 'menerjemahkan Tsurezuregusa ke Bahasa Modern'!"
Tanpa sadar, aku sudah dikelilingi oleh beberapa guru. Kalau begini, jangankan berhasil menjalan rencana, aku mahal akan diburu oleh guru-guru ini sampai malam! Aku harus menemukan cara untuk menjauh dari mereka!
"Permisi..."
Saat aku memikirkan apa yang harus dilakukan, ada orang lain yabg memasuki ruang guru. Hm? Bukannya itu Hideyoshi?
"Ooh, Kinoshita? Ada apa?"
"Hideyoshi, jangan-jangan kamu—"
Aku dengan panik bergegas ke arahnya. Namun, dia tiba-tiba berkedip ke arahku. Begitu, jadi dia cuma bersandiwara! Seperti yang diharapkan dari bintang klub drama, aku hampir tertipu.
"Maaf, tapi bisakah aku beristirahat di sini—"
Sebelum selesai, Hideyoshi ambruk ke lantai.
"Ki, Kinoshita! Apa kamu baik-baik saja?"
Beberapa guru mulai membuat keributan. Setelah itu, semua orang di ruang staf pergi untuk menemani Hideyoshi ke UKS. Kerja yang luar biasa, Hideyoshi!
"Ayo gunakan kesempatan ini untuk mengambil barang-barang sitaan. Coba kulihat, Tetsujin... eh tunggu, Nishimura. Nishimura..."
Aku memeriksa nametag di lemari yang diurut berdasarkan nama. Oh, ketemu. Ini.
"...Ngomong-ngomong, entah kenapa tapi aku membayangkan ada serangga yang akan merayap keluar dari lemari Tetsujin."
Meskipun aku sedikit ketakutan, aku tidak punya waktu untuk ragu-ragu. Kukeluarkan kunci yang diberikan Hideyoshi dan menarik gagang pintu, dan lemari besi terbuka dengan mudah.
"Oh, tidak disangka bersih..."
Lemari diatur agak rapi, dan kantong barang sitaan diletakkan di tempat yang jelas.
"Ayo pergi dari sini sebelum ada yang melihat— hm?"
Tepat ketika aku hendak mengunci lemari dan melarikan diri, aku melihat setumpuk buku-buku tua yang diikat dengan tali rafia. Pasti akan dibuang.
"Uu~ hm... karena dia akan membuangnya, aku akan ambil. Mungkin aku bisa mendapatkan sedikit uang."
Setelah mengambil buku dengan kedua tangan, aku langsung berlari keluar dari ruangan guru.
"Coba kulihat, apa dia ada di sini~"
Hazuki-chan segera berlari menghampiriku begitu aku sampai di taman. Dia benar-benar terlihat seperti anak anjing yang lucu, dan membuat hatiku terasa hangat. Mungkin karena aku sering dikelilingi oleh orang-orang idiot, Tetsujin dan seorang gadis kasar...
Setelah kulihat dari dekat, Hazuki-chan memeluk sesuatu yang mirip dengan boneka Noi yang ingin dia beli (apa itu namanya?). Sepertinya itu boneka buatan tangan.
"Ada seorang One-chan cantik yang datang dan berkata kepada Hazuki 'Jika onii-chan itu tidak bisa berhasil, maka berikan ini pada kakakmu!' dan menyerahkannya pada Hazuki!"
Kesalahan anak-anak dalam mengurutkan cerita membuatku bingung.
"Mmm, begitu? Kalau begitu boneka ini akan menjadi milik Hazuki-chan."
Aku memberikan boneka besar di tanganku ke Hazuki-chan. Pasti sulit bagi tubuh mungilnya untuk membawa boneka sebesar itu, tetapi dia tetap menerimanya dengan senang.
"Ini hebat! Terima kasih, Onii-chan!"
Aku menepuk kepalanya. Hazuki-chan tampaknya menikmatinya saat dia perlahan menutup matanya.
Apakah dia akan berterima kasih kepadaku? Aku sangat tersentuh. Seseorang tidak bisa menjadi orang dewasa yang baik jika orang itu bahkan tidak bisa mengatakan 'terima kasih' atau 'maaf'.
"Oke, apa yang ingin kamu katakan?"
Aku membungkuk untuk menyamai tinggi badannya, tetapi tanpa diduga—
"Terima kasih, onii-chan~♪"
Whooosh! Aroma manis melewati wajahku. Eh? Ini... jangan bilang ini...
Tanpa menunggu jawabanku, Hazuki-chan melompat keluar dari taman.
"Huuuu... waktunya aku untuk pulang..."
Setelah mengangkat tas dan mengayunkannya ke belakang punggung, aku berjalan ke pintu keluar taman. Saat keluar, aku melihat sosok yang kukenal kemarin. Orang itu adalah—
"Permisi... apa kamu Himeji-san?"
Jadi ini Himeji-san. Pasti sulit menemukan gadis lain yang secantik dirinya. Jadi aku tidak mungkin salah.
"Maaf, sepertinya aku membuatmu terkejut."
Percakapan kami menggantung begitu saja. Ini, ini benar-benar canggung... apa yang harus kukatakan kepada seorang teman yang belum kutemui sejak lama?
"Erm, itu... kebetulan sekali kita bertemu di sini. Apakah kamu baru saja selesai kelas? Tapi kamu terlihat agak kelelahan sekarang?"
Himeji-san selalu memberikan kesan kalau dia menjalani secara normal, tapi tidak disangka kalau dia akan bergadang juga.
"Bukan itu, aku bergadang tadi malam saja, karena ada sesuatu yang harus kulakukan..."
Tanpa sengaja Himeji-san menguap saat berbicara. Himeji-san sangat imut ketika dia mengeluarkan air mata karena kantuk.
"Kalau begitu, aku akan pergi ke arah sini, sampai jumpa."
Aku melambaikan tanganku ke Himeji-san, yang membungkuk kepadaku dengan sopan.
"... Ada kasus pencurian di ruangan guru."
Keesokan paginya, ketika jam belajar mandiri, Tetsujin tiba-tiba mengatakan ini. Pasti yang dia maksud adalah kantong barang sitaan yang kami ambil kemarin.
"Kalau ada peristiwa seperti itu wajar kalau marah, bukankah begitu, Yoshii?"
Dia dengan serius melemparkan pertanyaan ini kepadaku. Seperti yang diharapkan dari Tetsujin, dia pasti menyadari kalau aku adalah pelakunya, tapi siapa yang akan mengakuinya dengan patuh?
"Ya, sayang sekali."
Kulontarkan beberapa kata ini dengan santai. Tidak masalah, semua masih dalam kendali.
"Benarkah? Ngomong-ngomong, pelakunya itu bahkan mengambil buku-buku sensei."
Hm? Buku-buku? Maksud dia buku-buku yang diikat itu? Bukannya dia berniat membuangnya?
"Bahkan pelakunya punya nyali untuk menggunakan identitasnya sendiri untuk menjual buku-bukuku ke toko bekas."
Tetsujin dan aku mulai tertawa dengan semangat. Serius, kami tertawa lepas tanpa beban— kelihatannya seperti itu jika bukan karena kedua mata itu.
"YOSHII! KUBUNUH KAMU!!!"
Tiba-tiba Tetsujin menyerahkan selembar kertas di tangannya. Kertas putih polos ini hanya memiliki satu kalimat di atasnya.
Isilah
kolom di bawah ini dengan nama tokoh bersejarah.
__________
membentuk kebijakan Rakuichi Rakuza yang menghapus dan melarang monopoli untuk
merangsang bisnis dan perekonomian.
Jawaban
Mizuki Himeji:
"Oda
Nobunaga"
Komentar
guru:
Benar.
Jawaban
Minami Shimada:
"Pria
berjambul" (TLN: Yang dimaksud Shimada, potongan gaya rambut pada jaman
dahulu, yang sekarang hanya dipakai oleh pesumo)
Komentar
guru:
Apa
kamu masih belum terbiasa di Jepang? Sensei sedikit khawatir ketika melihat
jawabanmu.
Jawaban
Akihisa Yoshii:
"Nobu"
Komentar
guru:
Kenapa
kamu sok akrab dengan dia?
***
Baka
to Test to Syokanju ~Bab Persiapan~
Onee-chan
terlihat kelelahan setelah pindah kemari.
Apa
Onee-chan dibully di sekolah? Atau seseorang membuatnya jengkel?
Tapi,
teman-teman sekelasnya terdengar sangat menarik dari cerita Onee-chan, dan
Onee-chan terlihat menyukai mereka...
Jadi,
kenapa Onee-chan terlihat kelelahan?
Apa
karena kegiatan sekolah? Kata Onee-chan, Onee-chan kesulitan mengejar
ketertinggalan pelajarannya.
Hazuki
harap Onee-chan segera bersemangat.
Hari
ulang tahunnya hampir tiba... Apa Onee-chan akan senang jika Hazuki memberi
hadiah sebuah boneka besar? Karena Onee-chan menyukai boneka.
Mm...
Benar! Hazuki akan membeli boneka besar supaya Onee-chan kembali semangat.
Hazuki
harap Hazuki punya uang saku yang cukup.
***
"PERHATIAN
SEMUANYA! LETAKKAN TAS KALIAN DI ATAS MEJA DAN KELUARKAN ISINYA!"
Lebih cepat dibandingkan bel masuk kelas, wali kelas kami, Tetsu-- maksudku, Nishimura-sensei berteriak, tanpa peringatan.
Sial!
Barang-barang yang kubawa hari ini tidak ada hubungannya dengan pelajaran.
Sebuah
ide muncul dalam benakku. Aku akan mengambil tasku dan
lari secepat mungkin!
"Kuperingatkan kepada kalian: jangan pernah berpikir untuk melarikan diri!"
Hanya orang bodoh yang mengira dia bisa melarikan diri dari wali kelas ini. Biar bagaimanapun juga, dia sangat berotot dan dijuluki sebagai "Tetsujin/Ironman". Dia akan memanfaatkan otot-otot kuatnya, yang dilatih untuk lomba lari 'Ironman', untuk mengejar mereka yang berani melarikan diri.
"Bagus, aku akan berkeliling untuk mengecek satu per satu. Semua barang yang tidak berhubungan dengan pelajaran akan disita."
Dimulai dari barisan pertama, dia berkeliling untuk menggeledah isi tas para siswa, menyita kartu, majalah, dan sebagainya.
"Sakamoto, perlihatkan isi sakumu."
Salah seorang siswa diperiksa tidak hanya tasnya, tapi juga sakunya.
"Sialan!"
Umpat Yuuji Sakamoto. Ngomong-ngomong, dia teman terbaikku sekaligus teman terburukku.
Tetap
saja, dia dengan patuh merogoh isi sakunya dan mengeluarkan sebuah MP3.
"Sudah kuduga. Aku akan menyitanya."
Tetsujin mengambil MP3 itu ke dalam kantong barang sitaannya. Yuuji, yang tidak pernah mengira sakunya akan digeledah, memelototi Tetsujin seakan-akan ingin menghajarnya.
"Kena juga, eh?"
Aku berbisik padanya.
"Sial! Dia tidak biasanya menggeledah isi saku, kan?! Kenapa hanya aku yang mendapat perlakuan spesial ini?"
"Sayang
sekali. Siapa yang memintamu jadi sebodoh itu?"
"Berengsek!"
Setelah kuperhatikan, seberapa teliti Tetsujin memeriksa tas tergantung dari tas siapa yang dia periksa. Dia hanya akan melihat sekilas tas milik siswa yang baik, namun bagi siswa lainnya, dia akan memeriksa dengan teliti, termasuk kantong yang tersembunyi.
"Kamu berikutnya, Yoshii Akihisa!"
"Ah,
iya."
Tetsujin berdiri dihadapanku. Aku yakin dia tidak akan memintaku mengeluarkan isi sakuku seperti Yuuji-
"Lepas bajumu dan ganti dengan seragam olahraga."
"Eh?!
Kamu bercanda, kan?!"
Aku tidak percaya bertapa rendahnya kepercayaannya padaku.
"Tapi... akan memalukan sekali mengganti baju di depan para gadis..."
"Tidak
peduli. Kamu juga mungkin menyebunyikan sesuatu di celanamu. Jadi ganti
pakaianmu sekarang."
"Apa?!
Aku tidak akan mempermalukan diriku serendah itu! Setidaknya percayalah
padaku-"
Saat aku berdiri untuk mengutarakan maksudku, sesuatu jatuh dari sela-sela kaki celanaku dengan debum keras.
"Oi, Akihisa, PSP-mu jatuh."
Aku berterima kasih kepada Yuuji, yang berbaik hati mengambilkan PSP-ku, dan kembali menghadap Tetsujin.
"Seperti kataku tadi, percayalah sedikit padaku, bisakan?"
"Tidak
usah repot-repot ganti pakaian! Bahkan di dalam pakaian olahragamu saja, kamu
tidak bisa dipercaya."
Ap-apa!? Malah makin parah.
"Kamu jelas-jelas membawa game, manga, light novel, dan PSP ke sekolah... Kamu anggap apa sekolah ini?"
Harta berhargaku dimasukkan ke kantongnya satu per satu. Kenapa dia melakukan razia tepat di hari aku membawa mereka semua? Kebetulan macam apa ini?
"Apa ini sudah semuanya? Kuulangi sekali lagi: Sekolah adalah tempat belajar. Lain kali, jangan bawa barang-barang yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan belajar kalian!"
Tetsujin kembali ke podium dengan sekarung barang sitaan. Selamat tinggal, harta berhargaku.
"Oke, karena pemeriksaan kali ini memakan waktu sedikit lebih lama, hari ini tidak ada kegiatan dalam kelas. Pelajaran pertama menjadi praktek Syokanju, jadi pergilah ke ruang olahraga secepatnya."
Kelas berakhir setelah dia mengatakan itu, Tetsujin meninggalkan kelas sambil menenteng kantong barang-barang sitaan.
***
"Summon!"
Dengan suara para siswa yang sedang berlatih pemanggilan di seluruh sudut ruang olahraga, aku menoleh ke arah Yuuji, yang sedang duduk di sampingku.
"Belum sejam kita tiba di sekolah tapi kita sudah babak belur."
"Memang
sial. Haaaah, aku tidak percaya MP3 yang baru kubeli sebulan yang lalu kena
sita!"
"Whoa,
lumayan baru itu."
"Mahal
lagi!"
Wajah liarnya terlihat jengkel. Aku sangat mengerti perasaannya.
"Akihisa, konsol gamemu juga kena, kan? Ada banyak sekali."
"Um...
totalnya bisa sampai tiga puluh ribu yen."
Konsol game, DVD dan CD... Dilihat dari harga barang yang disita, yang paling rugi adalah aku atau Muttsurini. Benar-benar sial...
"Selanjutnya, Himeji Mizuki, maju."
"Y-Ya."
"Hei,
sekarang giliran Himeji! Muttsurini, kamu tidak ambil foto langka Himeji pakai
pakaian olahraga??"
"...Kameraku
disita."
"Oh,
iya... Sayang sekali. Jarang-jarang melihatnya pakai pakaian olahraga karena
kita berbeda kelas."
"Dan
ini adalah satu-satu jadwal praktek gabungan yang kita dapat."
"..."
Depresi, kepala Muttsurini makin tertunduk lebih rendah. Ya sudah, mau bagaimana lagi.
Dengan
rambut panjangnya yang halus, dan wajahnya yang manis dan polos, ditambah
dengan dua buah melon besar yang sepertinya bisa bergerak sendiri, sangat mudah
mencari tahu kenapa ada banyak orang yang ingin mengambil fotonya. Aku sendiri
akan mati-matian untuk mengambil fotonya saat ini.
"Be-beginikah cara melakukannya? Summon!"
Dia menggumamkan hal itu dengan malu-malu. Cahaya sihir geometris terbentuk di dekat kakinya, dan makhluk panggilannya muncul di depan semua orang.
"Seperti dugaanku, Syokanjunya terlihat sangat kuat."
"Memang.
Tidak akan ada yang menduga itu dari penampilannya yang lucu."
Syokanju Himeji-san terlihat sangat imut. Karena makhluk yang dipanggil mengambil bentuk dari pemanggilnya, sudah sewajarnya Syokanjunya terlihat sangat imut karena pemanggilnya juga sama imutnya.
Ngomong-ngomong,
apa yang membuat Syokanjunya begitu mengesankan adalah—
"Aku yakin cuma Syokanju Himeji-san yang mampu menghunus pedang sebesar itu."
"Ya,
mungkin hanya mereka yang setingkat itu yang bisa melakukannya."
Syokanjunya memegang Boardsword dari Barat, yang sangat lebar dan beberapa kali lebih besar dari tinggi badannya, dengan mudah. Siapa pun bisa mengatakan kalau Syokanju ini tidak bisa diremehkan.
Kelas
C, Himeji Mizuki, Mata Pelajaran Gabungan 3943 poin
vs
Kelas
C, Furukawa Ayumi, Mata Pelajaran Gabungan 1264 poin
Sesuatu
ditampilkan di depan mereka. Ini mungkin hasil dari ujian tengah semester
sebelumnya.
"Tidak heran Syokanjunya sangat kuat."
"Wah,
hampir 4000 poin. Dia benar-benar pintar."
Di pojokan, kami mengangguk setuju satu sama lain.
Kekuatan
Syokanju yang dipanggil berbanding lurus dengan hasil ujian siswa. Jadi pada
dasarnya, dalam pertandngan Syokanju, semakin tinggi nilai ujianmu, semakin
kuat Syokanju yang dipanggil.
"Oh ya, Akihisa, bukannya kamu kenal dia?"
"Mm.
Dia teman sekelasku di SD, tapi kami belum pernah berbicara satu sama lain
selama bertahun-tahun. Dia mungkin tidak ingat denganku, kayaknya."
Karena kami berada di kelas yang berbeda sekarang, jarak kami makin jauh. Aku pasti akan berbicara dengannya jika aku memiliki kesempatan, tapi kemungkinan itu terjadi hampir 0. Kemungkinan besar akan terlihat seperti pengakuan cinta jika aku masuk ke kelasnya dan berkata padanya, "aku ingin mengatakan sesuatu".
"Menurutku... Karena tidak mungkin kamu berada di kelas yang sama dengannya tahun depan, namamu akhirnya akan menghilang dari ingatannya sepenuhnya."
"Tahun
depan? Maksudmu ujian penempatan?"
"Yeah.
Kamu pasti tidak akan berada di kelas yang sama dengannya."
"Itu
mungkin benar, tapi..."
Sama seperti sekolah lain di Jepang, kami diacak dan ditempatkan di kelas yang berbeda saat memasuki akademi. Namun, berbeda untuk tahun depan dan seterusnya. Kami akan diurutkan berdasarkan nilai kami. Meskipun Himeji-san berada di Kelas C, dengan nilai miliknya, dia pasti akan dipindahkan ke Kelas A tahun depan. Itu sebabnya Yuuji dan aku mungkin akan berada di kelas yang berbeda dengannya lagi karena kami berdua akan masuk ke Kelas D.
"Apa dia benar-benar sudah melupakanku? Rasanya agak sedih ketika aku memikirkan itu."
"Tentu
saja, karena tidak ada gunanya mengingat pecundang sepertimu."
"Apa
katamu?!"
Kami
terus mengobrol sambil melihat orang lain latihan ketika sebuah suara
memanggil:
"Selanjutnya! Yoshii Akihisa dan Shimada Minami!"
Tetsujin- maksudku, suara Nishimura-sensei terdengar keras ke seluruh penjuru ruang olahraga. Melihat sekeliling, aku menyadari kalau yang lain sudah menyelesaikan praktik mereka.
"Aku akan segera kembali."
"Oke.
Kau adalah kandidat untuk "Inspektur Hukuman/Kansatsu Sobusha", jadi
gunakan kesempatan itu untuk belajar mengendalikan makhluk panggilanmu."
"Hei!
Aku tidak bodoh sepertimu, Yuuji!"
Aku memutar bola mataku ke arah Yuuji. Dasar, aku menjadi kandidat Kansatsu Shobusha? Parah sekali. Memiliki gelar itu sama saja dengan dicap sebagai siswa yang paling bermasalah di sekolah. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi kandidat gelar yang belum pernah ada dalam sejarah sekolah sebelumnya?
"Cepat, Yoshii!!"
"Yaaaa!"
Mendengar Tetsujin berteriak ke arahku, aku buru-buru berlari. Pasangan latihanku sudah memanggil Syokanju miliknya.
"..."
Pasangan latihanku menatap kosong Syokanju di depannya. Gadis energik ini, dengan kuncir kuda dan sepasang kaki yang seksi dan langsing, adalah teman sekelasku, Shimada. Tapi, dia sedang memasang ekspresi cemas di wajahnya. Ada apa? Apa dia kecewa karena Syokanju miliknya terlihat sangat lemah?
"Ada apa, Shimada? Apakah kamu kecewa dengan kekuatan Syokanju milikmu?"
Aku berusaha menghiburnya dengan kata-kata yang baik. Dalam sekejap, awan kelabu di atas kepalanya sepertinya telah menghilang, dan dia tersenyum ke arahku.
"Ah, jadi kamu adalah lawanku. Aku sangat senang!"
Dia sedikit tersipu. Melihat wajahnya sedikit merona membuatku senang juga. Dasar, aku tidak berpikir dia akan mengatakan itu di depan semua orang... Aku tidak tahu bagaimana cara membalasnya.
"Rasanya senang bisa mengalahkanmu!"
...Serius, seseorang tolong ajariku cara menangani gadis gila ini.
"Shimada, Syokanju kita yang akan bertarung, bukan kita."
Aku sedikit khawatir, jadi aku mengatakan aturan dasar untuk mengingatkannya. Praktik Syokanju ini dimaksudkan untuk pertempuran Syokanju tahun depan, jadi itu seharusnya pertarungan antara Syokanju. Setidaknya, itulah yang kupikirkan.
"Kamu benar. Kita tidak bertarung."
Dia mengangguk setuju. Hebat, sepertinya dia mengerti maksudku.
"Kalau cuma aku yang akan menghajarmu sampai mati namanya bukan bertarung."
BUKAN ITU INTINYA!
"Sensei dengar itu, kan? Dia mengancamku! Kalau sensei punya waktu untuk memeriksa barang-barang kami, sensei juga seharusnya bisa melakukan sesuatu terhadap tindakan kekerasan di sekolah ini, ya kan?!"
"Shimada,
kekerasan itu buruk, bahkan sekali pun itu Yoshii."
"Tapi,
sensei..."
"Tidak
ada tapi-tapian. Pokoknya tidak, mengerti?"
"...Baik."
"Aku
senang kamu mengerti. Jadi-"
Senyum lebar muncul di wajah Tetsujin,
"-Aku akan membuat pengecualian untuk kali ini."
"TUNGGU...
BUKANNYA ITU ANEH..."
Apa aku terlalu banyak berpikir? Percakapan ini terdengar seperti seorang guru baru saja mengizinkan tindakan kekerasan di sekolah.
"Aku akan melakukan yang terbaik!"
"Semoga
berhasil!"
"Ahaha,
kalian berdua benar-benar bodoh. Apakah kamu pikir aku akan menyerah dengan
mudah dan memaafkan kalian? Aku akan membuat kalian mematuhi perintahku sebelum aku
-AKU MAAF! ITU SALAHKU, KUMOHON LEPASKAN AKU!!"
Mereka tidak melepaskan aku, bahkan setelah aku berkali-kali memohon.
Apa
mereka marah karena perkataanku sebelumnya...?
***
"Dasar... Semenjak pemeriksaan tadi pagi, selalu bencana yang kudapat..."
Sekolah akhirnya berakhir. Aku mengeluarkan unek-unekku tentang hari ini dengan teman nongkrongku.
"Itu salahmu karena membawa begitu banyak benda yang tidak perlu ke sekolah."
Duduk di sampingku sambil tersenyum adalah Kinoshita Hideyoshi, yang sekelas denganku, Yuuji dan Muttsurini. Sangat aneh ketika mendengar logatnya yang seperti orang tua ditambah dia memiliki paras yang sangat cantik. Dia suka sekali berkomentar. Meskipun begitu, aku merasa kalau dia adalah orang yang paling normal setelahku, karena dua orang lainnya sangat tidak normal sampai-sampai tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
"Omong-omong, Hideyoshi, barangmu ada yang disita?"
"Tentu
saja, beberapa kostum dan alat peraga disita. Meskipun aku sudah bilang kalau itu untuk klub drama,
tetap saja diambil."
Sekolah telah menyediakan beberapa alat peraga dan kostum untuk Hideyoshi, jadi Hideyoshi sendiri tidak perlu membawanya. Tapi, itu tidak penting. Karena-
"Tidak perlu menyita semua barang, dia seharusnya memberi kita sedikit kelonggaran. Siapa yang mengira otak Tetsujin begitu keras."
"...
(mengangguk dengan keras)."
"Otaknya
pasti penuh dengan timah."
Muttsurini dan Yuuji tampaknya setuju denganku. Mau bagaimana lagi, karena barang mereka juga disita.
Dan
aku serius berpikir kalau 'kami hanya melakukan latihan Syokanju hari ini, jadi
tidak ada pelajaran; seharusnya hari ini agak santai'.
Seharunya
memang santai, tapi menurutku lebih baik belajar tanpa ada pemeriksaan dari pada berakhir seperti ini.
"Praktik Syokanju..."
Mendengar gumaman kecilku, Yuuji bergumam pada dirinya sendiri.
"Eh? Ada apa, Yuuji?"
"Tidak
ada. Hanya saja aku teringat kalau kita harus mengikuti perang Syokanju tahun
depan."
Entah kenapa, dia tampak bahagia ketika dia mengatakan itu.
Berbicara
tentang perang Syokanju, yah, ini soal mengadakan pertempuran Syokanju antar
kelas dengan fasilitas kelas menjadi taruhannya. Jika kami bisa naik kelas
tanpa masalah, kami akan memiliki hak untuk mengajukan perang Syokanju.
"Tapi kenapa kita harus menggunakan sistem perang Syokanju? Jika kita ingin bertanding dengan nilai, kenapa tidak tingkatkan saja peringkat semua orang?"
"Yah,
kemungkinan besar, mereka lebih memilih perang Syokanju sebagai tes karena itu
dapat memotivasi siswa, kan? Sebagai anggota kelas, para siswa akan bekerja
keras supaya tidak membebani teman-teman sekelas mereka."
"Begitu.
Jadi mereka berniat untuk membuat kita bekerja bersama dan meningkatkan nilai
kita tanpa memaksa kita, kan?"
"Ya,
ini membuat sekolah dapat mencapai target yang mereka inginkan, itu 'untuk
mendidik siswa yang dapat menunjukkan potensi penuh mereka di
masyarakat'."
"Oh
~ begitu?"
Saat mereka berempat sedang mengobrol.
"Ah... dasar, si Yoshii berani-beraninya meninggalkan piket. Ke mana dia pergi?"
Salah seorang siswa terdengar berteriak di koridor. Apa itu Shimada-san?
"Dasar, Akihisa. Kamu piket hari ini?"
"Mm,
tapi aku serahkan semuanya ke Shimada-san dan kabur duluan."
"Hmm,
menurutku, hubungan kalian berdua cukup dekat."
"...
(mengangguk dengan keras)."
"Ahhaha, itu bukan seperti yang kamu pikirkan."
"Dasar. Begitu aku menangkapnya, akan kuikat kakinya dan kulempar dari lantai 3!"
Bahkan seorang stuntman profesional akan ketakutan untuk melakukan aksi seperti itu.
"Sorry, aku rasa aku tidak bisa melindungi nyawaku lebih lama lagi. Aku pergi sekarang!"
Tanpa mengatakan apa pun lagi, aku mengambil tas dan berlari keluar ke koridor. Aku mencintai nyawaku.
"Ah, Yoshii! Jadi kamu bersembunyi di sini! Tunggu!"
"Aku
tidak akan menunggu! Kamu akan membunuhku, kan?"
"Aku
tidak marah sama sekali. Tahan dulu, oke!?"
Itu pasti bohong.
"Hubungan mereka berdua agak dekat."
"...
(Mengangguk dengan keras)."
Dia bilang dia tidak marah, tapi entah kenapa dia membawa tali.
***
"Hooo... Tadi itu mengerikan sekali~"
Aku sudah berlari lebih dari 30 menit semenjak meninggalkan sekolah, dan tanpa kusadari, aku sedang berada di area perbelanjaan.
"Yah. Aku tidak berniat membeli sesuatu, jadi kurasa aku akan kembali ke rumah — hm?"
Persis ketika aku bermaksud untuk pulang ke rumah, aku melihat sosok yang kukenal berjalan memasuki sebuah toko. Bukannya itu Himeji-san?
"Kami bertemu di sini, ini pasti takdir. Apa aku harus memanggilnya..."
Meskipun kami belajar di kelas yang sama ketika SD, kami dipisahkan ke dalam kelas yang berbeda ketika SMP. Sebelum aku menyadarinya, Himeji-san tampak begitu jauh dariku. Ketika dapat melihatnya di depanku setelah bertahun-tahun, aku benar-benar ingin berbicara dengannya — alasan kenapa aku merasa seperti ini kemungkinan besar karena kata-kata Yuuji 'dia akan menghapus namamu dari ingatannya'.
Untuk
memantapkan niatku, aku mengikuti Himeji-san dari dekat lalu ikut masuk ke
dalam toko... dan menemukan begitu banyak boneka di sini, tidak bisa dipercaya.
Sepertinya ini adalah toko boneka yang sangat disukai anak cewek — apa-apaan
ini, toko ini sih toko boneka!
"Sebaiknya aku kembali. Toko ini benar-benar tidak cocok untukku."
Aku langsung bergegas berjalan menuju pintu keluar. Pokoknya, yang paling penting sekarang adalah meninggalkan tempat ini.
"Ini permintaan Hazuki seumur hidup. Tolong, paman!"
"Bahkan
jika kamu mengatakan itu, aku adalah pedagang, kamu tahu..."
Saat aku sampai di pintu keluar, tiba-tiba aku mendengar percakapan ini. Sepertinya seorang gadis berdiri di konter dan mengatakan sesuatu kepada penjaga kasir. Dia sepertinya agak maksa. Apa yang terjadi?
Aku
sedikit penasaran, jadi aku menoleh ke tempat suara itu berasal. Seperti yang
kuduga, ada paman kasir dan seorang gadis yang terlihat seperti anak SD.
"Hazuki menginginkan boneka Noi yang besar itu bagaimanapun juga. Tolong, Hazuki mohon!"
"Bahkan
jika kamu meminta padaku seperti ini... kami sedang berjualan. Bukannya tidak
adil buat pelanggan lain kalau aku memberimu sedikit diskon? Kami, pemilik
toko, harus memperlakukan semua pelanggan dengan sama."
"Meski
begitu, Hazuki mohon!"
"Uuu...
kamu keras kepala sekali..."
Paman kasir tampak agak kesulitan saat dia mengatakan ini dan menggaruk-garuk kepalanya. Tapi gadis itu terus memohon dengan sungguh-sungguh. Melihat seorang gadis kecil memohon seperti ini, aku akan terlihat sangat kejam kalau aku meninggalkannya seperti ini...
"Hei, gadis kecil, kenapa kamu menginginkan boneka ini?"
Aku tahu kalau aku terlalu ikut campur, tapi pada akhirnya aku tetap terlibat.
karena
tiba-tiba ada orang lain yang tiba-tiba muncul, si gadis kecil dan si paman
menunjukkan ekspresi terkejut di wajah mereka.
"Ka, karena Onee-chan tidak terlihat terlalu bersemangat akhir-akhir ini. Hazuki ingin membeli boneka yang selalu diinginkan Onee-chan untuk memotivasinya..."
"Tidak
terlihat bersemangat?"
"Kemungkinan
besar, karena Onee-chan baru saja kembali dari Jerman dan tidak bisa mengerti
bahasa Jepang dengan baik!"
Pindah rumah... jangankan pindah ke luar negeri, bahkan jika pindah ke daerah lain sekalipun masih di Jepang, siapa pun akan merasa kesepian ketika teman dan lingkungannya berubah.
"Meski begitu, Onee-chan tetap bertanggung jawab dan melakukan semua pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan mencuci pakaian dengan baik, dan sering bermain bersama dengan Hazuki..."
Sepertinya aku menanyakan pertanyaan paling sensitif karena mata lebar Hazuki-chan mulai berlinangan air mata.
"Waa! Ja, jangan menangis! Nii-san akan membantumu!"
"...Benarkah?"
"Mm,
benar."
"...Terima
kasih, Onii-chan!"
Sambil menyeka air matanya, Hazuki-chan menunjukkan senyum yang bahagia.
"Ngomong-ngomong, berapa harga boneka ini?"
Boneka di lengan Hazuki-chan tingginya sekitar 1m. Jika aku menebak harganya, aku pikir 5.000 yen tidak akan cukup.
"Termasuk pajak, totalnya 24.800 yen."
"Maaf,
Nii-san sudah mencoba, tapi Nii-san gagal."
"Onii-chan?"
Hazuki-chan terlihat agak sedih.
Argh!
Aku tidak menyangka kalau itu akan sangat mahal. Gara-gara itu, tanpa sengaja
aku langsung menyerah.
"Lalu, berapa banyak yang dimiliki Hazuki-chan?"
"Hazuki
cuma punya 10.000 yen..."
Jadi kita kekurangan 15.000. Termasuk seluruh hartaku, kami cuma punya 11.699 yen. Bahkan tidak hampir 24,800 yen! Paling bisa kami bayar setengahnya.
"Permisi, bisakah paman menjual boneka ini kepada kami ¥ 11.699?"
"Eh,
aku sudah bilang sebelumnya kalau kami melakukan bisnis di sini..."
Jawabannya masih sama.
"Onii-chan, ini tidak ada bedanya dari sebelumnya."
Hazuki-chan berbisik ke telingaku.
Dia
benar. Sampai sekarang, aku telah melakukan hal yang sama seperti apa yang
telah dilakukan Hazuki-chan. Namun, semuanya akan berbeda mulai sekarang. Aku
bukan anak SD; mari kita tunjukkan padanya bagaimana orang dewasa (pelajar SMA)
melakukannya!
"Kami hanya memiliki ¥ 11.699, itu kira-kira setengah dari harga boneka itu, kan?"
"Ya.
Hampir setengah."
"Hazuki-chan
menginginkan boneka ini, dan paman ingin menjual boneka ini padanya, tetapi
paman tidak mau menjual kepadanya dengan setengah harga. Kalau begitu, aku
punya ide bagus!"
"Hm?
Apa itu?"
"Kita
bisa belah boneka itu menjadi dua dan menjual sisi kanannya ke — eh? Apa?
Kenapa kalian berdua melihatku seperti orang idiot?"
"...Apa
kamu benar-benar anak SMA?"
"...Onii-chan
baka!"
Aku, aku dipanggil 'baka' oleh anak SD!
"Aku tidak bisa memberimu diskon, tapi aku bisa menjamin kalau aku tidak akan menjual boneka ini untuk saat ini. Kamu bisa kembali setelah berdiskusi dengan orang tuamu."
Dengan begitu paman mengakhiri pembicaraan ini.
"Kamu tidak bisa minta orang tuamu untuk membelikannya untukmu, Hazuki-chan?"
Setelah keluar dari toko, kami mampir ke taman untuk mendiskusikan rencana kami.
"Ibu dan ayah biasanya tidak ada di rumah... jadi mereka akan meninggalkan uang ke Onee-chan. Jika Hazuki ingin membeli sesuatu, Onee-chan pasti akan menanyakan alasannya..."
"Aku
mengerti, uu~"
Ingin melakukan sesuatu untuk kakak perempuan tercintanya — hati Hazuki-chan yang sangat tulus, itu jauh berbeda dari keluargaku yang mengirimku ke Akademi Fumitzuki dengan alasan 'tidak ingin menyia-nyiakan uang sekolah'. Aku harus membantu Hazuki-chan untuk mempertahankan keintiman dengan keluarganya.
Tapi
ngomong-ngomong, apa yang harus aku lakukan? Semuanya akan baik-baik saja kalau
aku punya uang, tetapi uangku sudah habis semua...
"Oh iya! Hazuki bisa mendapatkan uang jika Hazuki menjual manga ke toko bekas, kan?"
Hazuki-chan mendapatkan ide brilian ini dengan mata berkilauan. Memang benar kalau kita bisa mendapatkan uang dengan cara seperti itu, tapi kurasa dia tidak akan bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Tentu saja, beda halnya kalau aku masih punya game portabel yang disita pagi ini—
"Hm? Oh ya, seperti itu juga bisa!"
"...Onii-chan,
Onii-chan berhasil mendapatkan ide?"
"Barang-barangku
mungkin tidak akan pernah kembali padaku. Jika aku berhasil, kita mungkin bisa
mendapatkan cukup uang untuk membeli boneka..."
Meskipun aku merasa itu tidak akan berhasil... mmmm! Tapi ini masih patut dicoba.
"Oke! Hazuki-chan, bisa kita ketemuan lagi di taman ini besok?"
"Ya,
ya. Hazuki bisa datang..."
"Kalau
begitu kita akan bertemu di sini besok. Sudah mulai gelap sekarang, ayo
pulang."
Aku melambaikan tanganku dan mengucapkan selamat tinggal pada Hazuki-chan. Ngomong-ngomong, aku harus mendiskusikannya dengan Yuuji dan yang lainnya besok.
"Ah, mm, bye bye..."
Ngomong-ngomong, Himeji-san benar-benar masuk ke toko itu?
***
"Jadi kamu mau mengambil barang-barang sitaan itu?"
Keesokan paginya, di ruang kelas yang sama, aku berbicara dengan ketiga orang yang sama.
"Aku merasa sayang sekali barang-barangku disita kemarin, tapi..."
"Uu~
mm ... ya, tapi lawannya itu si Tetsujin. Kita bisa ditunjuk sebagai 'Kansatsu
Shobusa/Inspektur Hukuman' jika kita tidak hati-hati..."
Yuuji dan Hideyoshi menurunkan dagu mereka dan berpikir. Sepertinya mereka tidak berniat membantuku. Gawat, sepertinya aku harus melakukannya sendiri.
"...Aku menyetujui usulan Akihisa."
"Eh?
Muttsurini? Kamu mau membantuku?"
"...(Mengangguk
dengan keras)."
Bagus! Sekarang setidaknya aku mendapatkan seseorang yang ahli dalam menyelinap.
"...Bodo amat, ayo kita lakukan."
"Ah?
Jadi Yuuji juga ikut?"
"Ya.
Aku baru saja membeli MP3 itu, dan aku punya cukup banyak hutang dengan Tetsujin,
jadi mari kita selesaikan ini sekali dan untuk selamanya."
Yuuji menyeringai. Wajahnya sangat antusias.
"Kalau begitu, aku akan membantu juga. Jika aku bisa mendapatkan kembali barang-barangku, aku juga tidak ingin menyerah."
Pada akhirnya, bahkan Hideyoshi pun juga bergabung, dan semua orang memutuskan untuk mengambil bagian dalam rencana ini. Seperti yang diharapkan dari kelompok anak kelas satu yang paling bermasalah.
"Saat ini, yang paling penting adalah menyelidiki di mana target kita."
"Itu
benar. Jika kita bahkan tidak tahu di mana Tetsujin menyembunyikan
barang-barang sitaan itu, kita tidak mungkin bisa mendapatkannya kembali
meskipun kita berusaha."
Barang-barang yang disita mungkin telah dibuang/dijual, tapi barang-barang itu baru saja disita kemarin, jadi Tetsujin pasti masih menyimpannya.
"Karena itu. Akihisa, matikan mode ‘silent’ ponselmu."
"Eh?
Kenapa?"
"Jangan
bacot, lakukan saja. Kamu ingin barang-barang yang disita itu kembali,
kan?"
"...Aku
sangat tidak yakin, tapi aku hanya perlu mematikan mode ‘silent’ saja,
kan?"
"Ya."
Telepon tidak mungkin berdering selama jam pelajaran, seharusnya tidak ada masalah, bukan? Kita ikuti saja apa yang Yuuji suruh.
Kuambil ponsel dari saku dan mematikan mode silent-nya.
"Oi, kalian cepat duduk. Aku akan mulai membacakan absensi."
Melihat guru wali kelas kami, Tetsujin, masuk ke ruang kelas, aku langsung memasukkan kembali ponselku ke dalam saku.
"Baiklah, mari kita mulai."
Dengan demikian, pertempuran kami untuk barang-barang yang disita secara resmi dimulai sekarang.
"Shimada."
"Hadir."
"Shimizu."
"Hadir."
Seperti biasa ketika membacakan absen, suara kasar Tetsujin menggema dengan jelas ke seluruh ruang kelas.
"Yamaguchi."
"Hadir."
"Watanabe."
"Hadir."
—Beep beep beep.
Tiba-tiba,
bunyi ‘beep’ menginterupsi seisi kelas saat absen sedang dibacakan. Ponsel
siapa itu? Dasar, jangan bilang kalau ada orang bodoh di kelas ini. Ponsel
pasti akan disita kalau berdering di kelas.
"...Yoshii,
serahkan ponselmu."
"...Ya."
Masalahnya adalah, orang bodoh ini adalah aku.
Sial!
Kenapa harus berdering di saat-saat seperti ini!? Siapa yang menelpon!?
<<
Panggilan tidak terjawab: Sakamoto Yuuji >>
"Yu, Yuuji, kamu mengkhianatiku!"
"Aku
akan menyita ponselmu."
"Ahh!
Ponselku! PONSELKUUUUU!"
Ponselku dirampas oleh Tetsujn tanpa ragu.
"Sangat bagus. Tidak ada yang datang terlambat atau bolos. Sensei harap kalian semua terus mempertahankan hal ini."
Setelah membacakan absen, Tetsujin memindahkan kakinya yang berat keluar dari kelas — bersamaan dengan ponselku.
"Bagus sekali. Bagian pertama dari rencana selesai."
"Yuuji!
Dendam macam apa yang kamu miliki terhadapku! Sekarang ponselku disita oleh Tetsujin
gara-gara kamu!"
"Ini
adalah umpan supaya kita tahu di mana target kita. Kita hanya perlu merebut
mereka kembali."
"Eh?
Umpan?"
"Benar.
Aku sengaja membiarkan Tetsujin menyita ponselmu untuk mencari tahu di mana Tetsujin
menyembunyikan barang-barang itu."
"Kenapa
kamu tidak memberitahuku terlebih dahulu..."
Dan
kalau bisa, aku berencana menggunakan ponselmu sebagai umpan.
"...Aku kembali."
"WAHH!"
Tiba-tiba berbicara tepat di belakangku. Membuatku kaget saja~
"Oh, Muttsurini sudah kembali. Bagaimana?"
"...Barang-barang
yang disita disimpan di lemari penyimpanan karyawan."
"Seperti
yang diharapkan dari Muttsurini, menghapus keberadaanmu sendiri untuk mengintai,
itu benar-benar keahlian yang luar biasa. Aku terkesan."
Sepertinya Muttsurini pergi membuntuti Tetsujin dan mencari tahu di mana ponselku disimpan. Kalau menguntit orang lain tanpa menarik perhatian, Yuuji tidak bisa melakukannya, dan Hideyoshi tidak memiliki keterampilan.
"...Tapi lemari itu terkunci."
"Oke.
Jadi di mana kuncinya?"
"...Di
kantong kiri belakang celana Tetsujin."
"Begitu.
Kalau begitu, kita harus merebut kunci itu darinya."
"Ya,
tapi bagaimana cara kita melakukan itu?"
"Tidak
masalah. Aku punya ide yang bagus. Kami akan beraksi ketika jadwal piket."
Pokoknya, mari belajar dan menunggu jam pulang sekolah.
***
Akhirnya tiba jam pulang sekolah.
“Jadi, apa rencanamu?”
Ketika aku mencoba menyelinap keluar kemarin, aku dihukum membersihkan seluruh koridor sendirian. Jadi, sekarang aku sedang mendiskusikan rencana dengan Yuuji dan yang lainnya sambil mengepel lantai. Orang-orang terkutuk ini sama sekali tidak berniat untuk membantu.
"Kita akan menggunakan itu."
Yuuji mengangkat dagunya dan menunjuk.
"Ember? Apa yang akan kita lakukan dengan itu?"
"Kita
akan menggunakan itu untuk menyiram air ke Tetsujin dan membuatnya melepas
pakaiannya."
Oh, begitu. Jika seperti itu, kita mencuri bajunya dan mengambil kunci lemari,
"Mm hm~ metode ini sederhana dan sangat mudah untuk berhasil."
Hideyoshi benar. Kami tidak mungkin gagal. Cuma, hanya ada satu masalah terakhir dari rencana ini, dan itu adalah — siapa pun yang akan menyiramkan air ke Tetsujin akan dikejar oleh Tetsujin sampai ke ujung dunia.
"Hanya ada satu masalah dari rencana ini, dan itu adalah siapa pun yang akan menyiram air, 'Akihisa' akan dikejar oleh Tetsujin sampai ke ujung dunia."
Tunggu
dulu! Siapa yang memutuskan kalau aku yang akan bertanggung jawab melakukan
ini?
"Tapi, itu bukan masalah besar."
ITU ADALAH MASALAH BESAR BAGIKU!
"Oi, bukannya itu tidak adil? Ayo kita putuskan ini dengan Janken!"
"Ooh,
lihat! Kamu dan si target sudah ada di sini."
"Bagus
sekali. Lakukan yang terbaik, Akihisa!"
"...Lakukan
yang terbaik."
"Eh?
Tunggu!"
Mereka bertiga sudah melarikan diri tanpa bersuara dalam sekejap.
Tetsujin
sudah menaiki tangga. Jika demikian, aku hanya harus melakukannya!
Mataku
sudah mengunci target, dan memperkirakan kecepatan relatifnya. Senjata sudah
siap di tanganku, semuanya baik-baik saja — waktunya untuk menyerang!
"WAAHH!
AKU KEPELESET!"
Sambil
membawa ember berisi air, aku sengaja jatuh ke depan dengan membiarkan kakiku
terhuyung-huyung dan membidik ember ke wajah Tetsujin, yang ada di tangga. MANDI
SANA!
"GUAH!"
Ba, bagaimana mungkin! Seperti yang diharapkan dari Tetsujin! Bisa bereaksi dalam sekejap dan menghindari tumpahan air berkat indra super tajamnya! Tapi-
"JANGAN
MENGHINDAR!?"
Aku
mengayunkan gagang pel di tanganku ke tempat Tetsujin akan menghindar. Aku tidak
akan menyerah secepat itu!
Phoosh, Clak cak cak.
Air
dari ember berhasil membasahi Tetsujin, dan ember berguling ke samping. Misi
selesai.
Aku
mengambil ember dan pel yang kulempar sambil menghindari genangan air, sambil berkata
kepada Tetsujin yang tercengang, "Maaf, aku kepeleset — AHH, sensei! Buku
ensiklopedia tidak boleh digunakan sebagai senjata!"
"Rasanya aku baru saja mendengar suara 'Jangan menghindar', bukan?"
"Itu
hanya halusinasi."
"Jangan
mencoba berbohong padaku dengan wajah serius. Apa kata-kata terakhirmu!?"
"Sen,
sensei, tolong jangan gunakan tepi buku ensiklopedia!"
Di mana kalian sekarang! Ayo selamatkan aku! Aku bakal berubah jadi seperti panda kalau dipukuli oleh Tetsujin!
"Ahh, Akihisa, jadi kamu tetap melakukannya."
Yuuji dan yang lainnya muncul entah dari mana. Aaaah, akhirnya aku selamat~
"Sudah kubilang berkali-kali 'jangan coba-coba menyiram air ke sensei'..."
"OW,
OWW! SENSEI! SUDAH KUBILANG AKU TIDAK SENGAJA MELAKUKANNYA!"
Mereka, mereka sama sekali tidak membantu! Orang-orang terkutuk ini! Mereka cuma berniat untuk duduk dan menonton?
"Sensei, hukum Akihisa nanti saja. Sebaiknya Sensei ganti baju. Kalau sensei tidak keberatan, aku bisa meminjamkan pakaian olahragaku."
“Kamu
benar. Maaf, pinjamkan aku bajumu. Yoshii, tetap di sini dan bersihkan lantai!"
Berkata sambil pergi, Tetsujin, yang basah kuyup gara-gara aku, pergi ke ruang kelas bersama Yuuji dan yang lainnya untuk ganti pakaian.
"...Sial."
Setelah semua itu, aku tetap di sini untuk membersihkan lantai.
Ketika
aku sedang bekerja keras untuk menyeka air dari lantai, Hideyoshi keluar dari
kelas dan berjalan ke arahku.
"Aku mendapatkan kuncinya, Akihisa."
"Benarkah?
Kalau begitu kita hanya perlu pergi ruangan karyawan dan merebut kembali
barang-barang yang disita."
"Um,
ayo cepat sebelum Tetsujin menyadarinya."
"Oke!"
Setelah menyandarkan gagang pel di dinding, Hideyoshi dan aku segera menuju ke ruang guru.
"Aku akan masuk."
Aku mengambil kunci lemari dari tangan Hideyoshi dan meraih gagang pintu.
"Tidak ada masalah kan?"
"Tidak
perlu khawatir. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk masuk ke ruang guru
tanpa menarik terlalu banyak perhatian dan mengambil barang-barang itu."
Aku seharusnya hanya murid biasa di mata para guru, kecuali untuk Tetsujin. Seharusnya aku lebih cocok dengan peran ini dibandingkan Hideyoshi, yang berparas cantik.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan menunggu di sini."
"Mm,
aku akan masuk~ permisi~"
Kubuka pintu ruangan guru perlahan. Tidak masalah, aku bukan murid bermasalah.
"Yoshii? Cepat ke sini!"
"Kenapa!?
Kenapa aku langsung diperhatikan begitu masuk!?"
Aku lagnsung tertangkap oleh guru Sastra Kuno begitu memasuki ruangan. Kenapa?
"Aku ingin mendengar penjelasanmu soal tugas 'menerjemahkan Tsurezuregusa ke Bahasa Modern'!"
"Ah,
aku mengerjakan PR-ku dengan benar."
"Aku
bertanya kenapa kamu mengubah Tsurezuregusa menjadi rap?"
"Eh?
Tapi sensei ingin itu diterjemahkan ke dalam bahasa modern, dan berbicara
tentang bahasa Jepang modern, bukannya—"
"Ah,
Yoshii-kun, kalau sudah selesai, jangan lupa ke sini.”
"Yoshii,
laporan kimia yang kau berikan itu terlalu konyol! Datang dan jelaskan padaku
nanti."
Tanpa sadar, aku sudah dikelilingi oleh beberapa guru. Kalau begini, jangankan berhasil menjalan rencana, aku mahal akan diburu oleh guru-guru ini sampai malam! Aku harus menemukan cara untuk menjauh dari mereka!
"Permisi..."
Saat aku memikirkan apa yang harus dilakukan, ada orang lain yabg memasuki ruang guru. Hm? Bukannya itu Hideyoshi?
"Ooh, Kinoshita? Ada apa?"
"Aku,
aku tiba-tiba... merasa tidak terlalu sehat ... tapi guru UKS sedang tidak... ada..."
Hideyoshi
menangkupkan mulutnya. Dia benar-benar tidak terlihat baik. Apa dia sakit?
"Hideyoshi, jangan-jangan kamu—"
Aku dengan panik bergegas ke arahnya. Namun, dia tiba-tiba berkedip ke arahku. Begitu, jadi dia cuma bersandiwara! Seperti yang diharapkan dari bintang klub drama, aku hampir tertipu.
"Maaf, tapi bisakah aku beristirahat di sini—"
Sebelum selesai, Hideyoshi ambruk ke lantai.
"Ki, Kinoshita! Apa kamu baik-baik saja?"
"Pokoknya,
ayo bawa dia ke UKS!"
"Ka,
kamu benar! Sensei, tolong pegang kakinya!"
Beberapa guru mulai membuat keributan. Setelah itu, semua orang di ruang staf pergi untuk menemani Hideyoshi ke UKS. Kerja yang luar biasa, Hideyoshi!
"Ayo gunakan kesempatan ini untuk mengambil barang-barang sitaan. Coba kulihat, Tetsujin... eh tunggu, Nishimura. Nishimura..."
Aku memeriksa nametag di lemari yang diurut berdasarkan nama. Oh, ketemu. Ini.
"...Ngomong-ngomong, entah kenapa tapi aku membayangkan ada serangga yang akan merayap keluar dari lemari Tetsujin."
Meskipun aku sedikit ketakutan, aku tidak punya waktu untuk ragu-ragu. Kukeluarkan kunci yang diberikan Hideyoshi dan menarik gagang pintu, dan lemari besi terbuka dengan mudah.
"Oh, tidak disangka bersih..."
Lemari diatur agak rapi, dan kantong barang sitaan diletakkan di tempat yang jelas.
"Ayo pergi dari sini sebelum ada yang melihat— hm?"
Tepat ketika aku hendak mengunci lemari dan melarikan diri, aku melihat setumpuk buku-buku tua yang diikat dengan tali rafia. Pasti akan dibuang.
"Uu~ hm... karena dia akan membuangnya, aku akan ambil. Mungkin aku bisa mendapatkan sedikit uang."
Setelah mengambil buku dengan kedua tangan, aku langsung berlari keluar dari ruangan guru.
"Oke!
Setidaknya kita berhasil mendapatkannya!"
Setelah
apa yang terjadi barusan, aku membawa rampasan — kantong barang-barang sitaan
kembali ke Yuuji, hanya mengambil barang-barang milikku sendiri dan tumpukan
buku-buku lama. Kemudian membawa mereka ke toko bekas untuk dijual.
Konsol
game dan software gameku diberi harga yang lebih rendah dari yang kuharapkan,
sementara tumpukan buku itu cukup mahal harganya; untungnya aku membawa
buku-buku itu. Aku benar-benar harus berterima kasih kepada Tetsujin untuk ini.
"Coba kulihat, apa dia ada di sini~"
"Ah!
Onii-chan! Onii-chan beneran datang!"
Hazuki-chan segera berlari menghampiriku begitu aku sampai di taman. Dia benar-benar terlihat seperti anak anjing yang lucu, dan membuat hatiku terasa hangat. Mungkin karena aku sering dikelilingi oleh orang-orang idiot, Tetsujin dan seorang gadis kasar...
"Mm,
karena kita sudah janjian kan. Oh ya, dari mana kamu mendapatkan boneka
itu?"
Setelah kulihat dari dekat, Hazuki-chan memeluk sesuatu yang mirip dengan boneka Noi yang ingin dia beli (apa itu namanya?). Sepertinya itu boneka buatan tangan.
"Ada seorang One-chan cantik yang datang dan berkata kepada Hazuki 'Jika onii-chan itu tidak bisa berhasil, maka berikan ini pada kakakmu!' dan menyerahkannya pada Hazuki!"
"?"
"Dan
dia juga berkata 'Jika onii-chan itu berhasil membeli boneka itu, aku akan
memberikan boneka ini padamu.'"
Kesalahan anak-anak dalam mengurutkan cerita membuatku bingung.
Erm,
biarkan aku meluruskan kata-kata Hazuki-chan—
—Ada
Onee-chan cantik datang ke Hazuki-chan hari ini.
—Dan
kemudian, dia menyerahkan boneka buatan tangan ini ke Hazuki-chan
—Onee-chan
cantik ini bahkan mengatakan bahwa jika aku tidak berhasil membelikan boneka,
dia akan memberikan boneka ini untuk kakak Hazuki-chan sebagai hadiah.
—Tapi
jika aku berhasil, boneka ini jadi milik Hazuki-chan.
—Jadi
begitu.
"Mmm, begitu? Kalau begitu boneka ini akan menjadi milik Hazuki-chan."
"Eh?
Benarkah?"
"Ya.
Dan boneka ini akan jadi milik kakak Hazuki-chan."
Aku memberikan boneka besar di tanganku ke Hazuki-chan. Pasti sulit bagi tubuh mungilnya untuk membawa boneka sebesar itu, tetapi dia tetap menerimanya dengan senang.
"Ini hebat! Terima kasih, Onii-chan!"
"Tidak
masalah. Semoga kakakmu kembali bersemangat."
Aku menepuk kepalanya. Hazuki-chan tampaknya menikmatinya saat dia perlahan menutup matanya.
"Uu~
Ah, itu benar! Onii-chan, boleh Hazuki meminjam telingamu?"
"Eh?
Ada apa? Apa kamu akan mengatakan sebuah rahasia padaku atau semacamnya?"
"Jangan
tanya, pinjamkan telingamu saja."
Apakah dia akan berterima kasih kepadaku? Aku sangat tersentuh. Seseorang tidak bisa menjadi orang dewasa yang baik jika orang itu bahkan tidak bisa mengatakan 'terima kasih' atau 'maaf'.
"Oke, apa yang ingin kamu katakan?"
Aku membungkuk untuk menyamai tinggi badannya, tetapi tanpa diduga—
"Terima kasih, onii-chan~♪"
Whooosh! Aroma manis melewati wajahku. Eh? Ini... jangan bilang ini...
"Ap,
ap, apa..."
"Onii-chan
mungkin idiot, tapi Onii-chan orang yang sangat lembut! Hazuki-chan mencintaimu!
Ketika Hazuki dewasa, Hazuki ingin menikah denganmu!"
Tanpa menunggu jawabanku, Hazuki-chan melompat keluar dari taman.
A,
anak SD jaman sekarang...
Aku
menyentuh wajahku dengan tanganku, seakan-akan ingin menghapus sensasi lembut
yang tertinggal di wajahku. Bahkan tanpa melihat ke cermin, aku tahu wajahku merah.
Sa, sangat memalukan... dia hanya anak sekolah dasar...
"Huuuu... waktunya aku untuk pulang..."
Setelah mengangkat tas dan mengayunkannya ke belakang punggung, aku berjalan ke pintu keluar taman. Saat keluar, aku melihat sosok yang kukenal kemarin. Orang itu adalah—
"Permisi... apa kamu Himeji-san?"
"Ah,
ya, ada apa — YO, YOSHII-KUN!"
Jadi ini Himeji-san. Pasti sulit menemukan gadis lain yang secantik dirinya. Jadi aku tidak mungkin salah.
"Maaf, sepertinya aku membuatmu terkejut."
"Tidak,
jangan khawatir. Aku hanya sedang melamun..."
Percakapan kami menggantung begitu saja. Ini, ini benar-benar canggung... apa yang harus kukatakan kepada seorang teman yang belum kutemui sejak lama?
"Erm, itu... kebetulan sekali kita bertemu di sini. Apakah kamu baru saja selesai kelas? Tapi kamu terlihat agak kelelahan sekarang?"
"Ya,
karena aku begadang semalaman ..."
"Heee~
jadi Himeji-san juga pernah bergadang."
Himeji-san selalu memberikan kesan kalau dia menjalani secara normal, tapi tidak disangka kalau dia akan bergadang juga.
"Bukan itu, aku bergadang tadi malam saja, karena ada sesuatu yang harus kulakukan..."
Tanpa sengaja Himeji-san menguap saat berbicara. Himeji-san sangat imut ketika dia mengeluarkan air mata karena kantuk.
"Kalau begitu, aku akan pergi ke arah sini, sampai jumpa."
"Ah,
mm, bye bye."
Aku melambaikan tanganku ke Himeji-san, yang membungkuk kepadaku dengan sopan.
Dalam
perjalanan pulang, aku baru sadar — oh iya, kenapa Himeji-san muncul di tempat
seperti itu?
☆
"... Ada kasus pencurian di ruangan guru."
Keesokan paginya, ketika jam belajar mandiri, Tetsujin tiba-tiba mengatakan ini. Pasti yang dia maksud adalah kantong barang sitaan yang kami ambil kemarin.
"Kalau ada peristiwa seperti itu wajar kalau marah, bukankah begitu, Yoshii?"
Dia dengan serius melemparkan pertanyaan ini kepadaku. Seperti yang diharapkan dari Tetsujin, dia pasti menyadari kalau aku adalah pelakunya, tapi siapa yang akan mengakuinya dengan patuh?
"Ya, sayang sekali."
Kulontarkan beberapa kata ini dengan santai. Tidak masalah, semua masih dalam kendali.
"Benarkah? Ngomong-ngomong, pelakunya itu bahkan mengambil buku-buku sensei."
Hm? Buku-buku? Maksud dia buku-buku yang diikat itu? Bukannya dia berniat membuangnya?
"Bahkan pelakunya punya nyali untuk menggunakan identitasnya sendiri untuk menjual buku-bukuku ke toko bekas."
"Begitukah,
nyalinya besar sekali."
"Ya,
hahahaha!"
"Ahhahaha..."
Tetsujin dan aku mulai tertawa dengan semangat. Serius, kami tertawa lepas tanpa beban— kelihatannya seperti itu jika bukan karena kedua mata itu.
"YOSHII! KUBUNUH KAMU!!!"
"Ma,
maaf! Siapa yang mengira itu koleksi sensei, aku tidak—"
"Apa
kamu mengatakan kalau kamu bahkan tidak memikirkannya?"
"Tidak,
aku serius memikirkannya, tapi kemudian aku berpikir 'karena itu Tetsujin, tidak
masalah~'! OOOOOW! OUCH! SENSEI! KEPALAKU SAKIT SEKALI!"
"Jadi
kamu idiot yang paling patut dicurigai. Sepertinya aku harus lebih berhati-hati
dan mengawasimu."
"Sensei!
Aku selalu merasa kalau aku sudah diawasi olehmu selama ini, tidak ada cara lain
bagimu untuk mengawasiku!"
"Tidak,
masih ada, kan? Aku punya gelar kehormatan yang sangat terhormat yang sangat cocok
untukmu—"
"Eh,
tunggu, ini..."
"Semua
orang di rapat staf pagi ini sudah sepakat, jadi terima ini. Ini adalah hadiah dari
sensei untukmu."
Tiba-tiba Tetsujin menyerahkan selembar kertas di tangannya. Kertas putih polos ini hanya memiliki satu kalimat di atasnya.
—Yoshii
Akihisa
Yang
disebutkan di atas telah ditetapkan sebagai 'Kansatsu Shobusa'
—Pertanda
Akademi Fumitzuki
Akademi Fumitzuki
☆
"Onee-chan!"
“Hm?
Ada apa, Hazuki?"
"Ini
untuk Onee-chan!"
"Eh?
Bukannya ini boneka Noi yang selalu aku inginkan? Bagaimana bisa kamu..."
"Karena
Onee-chan terlihat sangat lesu. Hazuki membelinya untuk Onee-chan supaya
Onee-chan terhibur!"
"Hazuki...
sungguh, kamu... terima kasih, Onee-chan sangat senang!"
"Tugas
sekolah mungkin sulit, tetapi harus tetap semangat, Minami Onee-chan!"
"Hm,
Onee-chan akan melakukan yang terbaik! Aku akan merasa kalah kalau aku terus dipusingkan
seperti ini. Dan juga..."
"Dan
juga?"
"Onee-chan
memikirkan seseorang di sekolah."
"Eh?
Onee-chan memikirkan seseorang? Siapa itu? Seperti apa orang itu?"
"Yah~
sebagai rasa terima kasih untuk boneka Noi, Onee-chan hanya akan mengatakan ini
pada Hazuki. Orang itu ada di kelas yang sama denganku, dan dia adalah orang
paling idiot~"
Comments
Post a Comment