World Teacher chap 49 B. Indonesia

Chapter 49 Master Sihir
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel



☆Emilia☆

Sang Master Sihir, Rodwell.

Kepala sekolah akademi Elysion yang memiliki tiga atribut, yaitu air, angin dan bumi. Dialah Triple.

Ketenarannya sama dengan Lior-ojiichan. Aku dengar tidak ada yang melebihi dia dalam hal sihir.

Sirius-sama menghela nafas karena orang sepertinya malah terobsesi dengan kue, tapi aku pikir itu wajar saja. Lagipula, kue yang Sirius-sama buat sangatlah lezat, setiap orang akan dipenuhi kebahagiaan dengan sekali memakannya.

Pada catatan lain, tingkat kemampuan sihir antara dia dan Sirius-sama tampaknya sangat besar. Sirius-sama bahkan mengambil pelajaran dari kepala sekolah ketika dia membawa kue ke kantornya.

Menurut pendapatku, sihir Sirius-sama sudah sangat hebat, tapi mungkin jadi pengecualian karena spesialisasinya adalah sihir tanpa atribut.

Dialah Rodwell, master sesungguhnya dari dari hampir seluruh atribut, aku ingin melihatnya bertarung secara serius meski hanya sekali.

Sekarang, di hadapan kami, sang master sihir akan menampilkan kekuatannya.

☆☆☆

☆Rodwell☆

"Sekarang....apa kau sudah menyiapkan dirimu?"

Kursi ini berada ditingkat yang agak tinggi, biasanya berbahaya untuk langsung melompat dari sini ke arena, namun itu tidak masalah untukku. Aku menggunakan sihir dasar {Craft} untuk mengubah tanah menjadi tangga dan berjalan turun. Sihir ini banyak digunakan di bidang teknik, hanya saja Sirius-kun sering memakainnya untuk menggali lubang.

Setelah mengatakan nama sihir, aku berjalan menuruni tangga dan berdiri di arena, tapi sepertinya terlalu menarik perhatian. Jangan-jangan ini sihir yang tidak biasa? Aku hanya membuat tangga, lagipula ini cuma sihir pemula yang bisa digunakan siapapun jika berusaha.

Ketika melirik sekeliling, terlihat golem Magna-sensei telah mengalahkan sebagian besar musuh yang tersisa. Aku melangkah perlahan sepanjang medan perang arena, kemudian berhenti di samping Emilia-kun.

"Kerja bagus, Emilia-kun. Tolong serahkan sisanya padaku"

"Namun, anda sendirian. Saya juga akan membantu"

Aku bersyukur dengan kekhawatirannya ketika ditawari bantuan. Tapi kali ini aku perlu menanganinya sendiri.

"Tidak apa-apa. Jika hanya segini, aku saja sudah cukup"

"....Baiklah. Aku hanya akan mengamati dari samping"

Memahami niatku, Emilia-kun membungkuk dengan anggun kemudian melangkah mundur.

Menilai dari ucapan dan keputusannya, dia mungkin ingin belajar dari pertarunganku agar bisa mengasah diri lebih jauh. Huhu....bagus, aku suka sikap itu. Setelah merasa senang sebentar, aku melangkah ke arah Gregory dan para siswa yang mengikutinya.

"Kenapa kau di sini?! Bajingan, kau seharusnya berada di kota tetangga!"

"Apa kau benar-benar berpikir aku akan dibodohi oleh informasi semacam itu? Aku berpura-pura pergi hanya untuk memancingmu"

Kau memang pandai bersembunyi, jadi aku memanfaatkan informasi palsu agar kau mengira itu kesempatan dan datang.

Hanya saja, kami tidak menyangka dia telah mempersiapkan revolusi setingkat ini, bahkan Golia juga terlibat. Memakaikan kerah pada para siswa adalah tindakam kejam, tapi ini bisa menjadi pelajaran bagus untuk mereka. Dengan begitu, masing-masing bisa tahu betapa buruknya mengenakan kerah budak.

"Kau harusnya lebih berhati-hati ketika penghalang diaktifkan. Rencana menjebak kalian disini sukses dengan sempurna"

"Ka-Kalau begitu, bagaimana caramu kembali kesini haa! Aku sudah memastikan bahwa dirimu sudah meninggalkan kota!!"

"Itu, yah, karena aku pencipta penghalangnya"

Sebenarnya, aku masuk lewat lorong bawah tanah yang diciptakan oleh sihir Magna-sensei.

Tentu saja, belum ada yang tahu keberadaan lorong ini, jadi mustahil bagi musuh untuk melarikan diri lewat sana. Memang akulah pencipta sistem penghalang, tapi hari ini aku sadar bahwa kekurangannya ada banyak. Lain kali aku harus melakukan perbaikan sampai akses lewat bawah tanah dan langit tak lagi dimungkinkan. Yah, akses lewat langit harusnya tidak masalah karena tak ada monster yang bisa terbang setinggi itu.

"Pada akhirnya, kalian terpojok. Jika kalian ingin menyerah layaknya orang dewasa, aku akan membiarkan istana yang memutuskan hukuman, bagaimana?"

Lagipula, Gregory takkan dapat melarikan diri dari hukuman mati.

Ditambah lagi, aku sudah memberi tahu Raja, Cardi tentang situasi di sini. Tentara telah bersiaga di luar penghalang untuk menyergap siapapun termasuk bangsawan yang melarikan diri. Meski kebanyakan dari mereka akan tertangkap disini.

Aku sudah menduga Gregory akan menolak untuk menyerah, dan malah menunjuk padaku dengan senyum bodohnya. Dia idiot yang tak sadar sudah kalah. Yah, tak perlu menjelaskan apapun, aku hanya harus melakukannya.

"Menyerah? Ini hanya masalah mengalahkanmu dan melarikan diri"

"Itu jika kau bisa melarikan diri, kan?"

"Ya, melarikan diri. Rekan-rekanku, sudah waktunya kita mengalahkan si Master Sihir"

"Dimengerti!"

"Jika kita mengalahkannya....kita pasti akan terkenal, ya?"

Para siswa itu benar-benar tertipu oleh ucapan Gregory. Meski situasinya sudah tidak membahas tentang ras binatang, aku masih cukup terganggu. Sepertinya mereka tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan.

"Kalian, apa kalian sadar apa yang pria disana itu lakukan?"

"Ayah Gregory-san terbunuh oleh ras binatang menjijikkan! Tidak mungkin kami bisa memaafkan ras binatang!"

"Benar! Elysion tidak butuh ras binatang!!"

"Baiklah, lalu apa kalian tahu kenapa ayahnya dibunuh?"

"Ya. Dia dibunuh oleh orang tidak kompeten dan ras binatang yang dibutakan oleh keserakahan, kan?"

Para siswa benar, ayah Gregory terbunuh di kediamannya sendiri. Ditikam berulang kali dengan pisau oleh seorang tanpa atribut dan seorang ras binatang yang menyelinap masuk, ditemukan juga koin emas yang tersebar di tempat kejadian.

....Namun, informasi itu salah, kebenarannya berbeda.

"Kalian benar, namun ada beberapa hal yang berbeda. Ayah Gregory memang dibunuh oleh orang tanpa atribut dan ras binatang, tapi kedua orang itu adalah budaknya yang dia perlakukan dengan kejam"

"""?!"""

Mungkin karena terlalu banyaknya kekejaman, membuat kedua budak ini membenci hingga ingin melakukan pembunuhan.

Dan ketika itu sudah melebihi kesabaran, ayahnya pun dihabisi. Yang terjadi kemudian adalah, keduanya dikejar oleh pengawal dan satu orang terbunuh, sedangkan satunya lagi meninggal karena efek kerah. Namun kabarnya, mereka mati dengan ekspresi puas.

"Tak ada aib yang lebih buruk bagi bangsawan daripada dibunuh oleh budaknya sendiri. Fakta bahwa mereka adalah budak disembunyikan, dan sebuah cerita palsu disebar untuk mempertahankan kehormatannya"

"Salah!! Mereka membunuh ayahku demi uang!"

"Jika tujuannya adalah kekayaan, mereka akan menargetkan tempat yang lebih bebas daripada tempat berkeamanan tinggi. Bagaimanapun, ayahmu terbunuh akibat kesalahannya sendiri. Kau tidak pantas membenci ras binatang dan orang tanpa atribut"

"Keh....apa yang pria tua sepertimu ketahui tentangku haa?!"

"Aku memang tidak tahu perasaanmu yang sampai melibatkan orang lain untuk balas dendam, aku juga tidak ingin tahu. Gregory, kesalahanmu adalah kau tidak belajar dari kejadian yang menimpa ayahmu. Dulu aku sudah menasihatimu itu kan?"

"Diam, diam!! Kau pria tua yang sudah memegang posisi kepala sekolah terlalu lama! Berapa lama kau akan menempel di kursi itu?!"

"Bukan berarti aku tidak ingin berhenti. Aku hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk mengundurkan diri"

Oh? Mengubah topik ketika dirinya terpojok, yah aku tidak keberatan. Para siswa yang mengikutinya sekarang sudah mulai ragu, kau sudah mulai tidak stabil, mungkin mereka telah sedikit paham bahwa alasan revolusi ini hanyalah dendam pribadi?

Aku memang sudah menjadi kepala sekolah ini selama hampir satu abad, aku juga sudah mengenalmu sejak kau kecil. Tidak sopan menyebutku pria tua, ada alasan dimana aku tidak bisa pensiun!

"Kalau begitu, akan kubuat kau pensiun dengan tanganku! Oi, kalian semua!!"

"Ta-Tapi...."

"....Apa?"

"Kalian telah melakukan kejahatan yang sama denganku sekarang. Berpikir untuk mundur adalah bodoh, kita berada di posisi yang sama!"

"Kuh....apa tak ada hal lain yang bisa kita lakukan?"

"Akan kulakukan! Aku akan mengalahkannya dulu, setelah itu akan kubunuh si tidak kompeten itu!"

"Itu benar! Jika kita membunuh mereka, kita takkan dianggap kriminal melainkan pahlawan! Ikuti aku!!"

Alstro-kun sepertinya giat sekali. Akan bagus jika orang tuanya membatasi dia untuk berpartisipasi dalam hal ini, di pikirannya mungkin hanya ada balas dendam pada Sirius-kun. Para siswa lain awalnya kurang yakin, tapi kemudian memutuskan untuk mengikuti Gregory sekali lagi.

Masing-masing mulai melantunkan mantra, berbagai sihir termasuk yang tingkat menengah bermunculan di udara. Jumlahnya mungkin dua puluh? Khususnya Gregory yang langsung mengaktifkan lima {Flame Lance} sendirian....

"Oh ya, alasan kenapa aku belum meninggalkan kursi sebagai kepala sekolah adalah....---''

"Mati kau, pria tua!!!"

"---karena ada banyak orang yang tingkat kekuatannya sama seperti kalian. {Multi Elemental}"

Banyak sihir dilempar ke arahku dan meledak, namun meski asap telah lenyap, hanya ada diriku yang tak terluka sedang menatap ekspresi terkejut di wajah Gregory. Mereka sepertinya tidak paham apa yang baru saja terjadi, jadi biar kutunjukan di giliran berikutnya dengan lebih mudah.

"A....pa? Bukannya barusan....kena?"

"Y-Ya. Harusnya kena"

"Ada apa? Apa kalian kehabisan mana setelah satu serangan?"

"Jangan takut! Terus tekan dia!!"

Mereka mulai mengucapkan mantra lagi, tapi aku tak terburu-buru karena aku bisa mengaktifkan sihir tanpa mantra. Berpikir dari sini, aku bisa saja menyerang ketika musuh masih bersiap.

Namun, aku memutuskan membuat peristiwa ini sebagai pelajaran dan menunjukan ke para siswa akhir dari mereka yang melakukan tindakan bodoh. Sederhananya, dengan memperlihatkan kekuatan yang luar biasa hingga mengancurkan kepercayaan diri mereka menjadi berkeping-keping. Selain itu, aku ingin mereka melihat setinggi apa kemampuanku. Meski nanti akan ada banyak yang menyerah melalui jalan panjang ini, tapi aku ingin para generasi muda tahu bahwa jika kepercayaan pada sihir masing-masing mampu membuat setiap orang kuat dari manapun asalnya.

Tadi aku melepaskan sihir tepat sebelum sihir lawan mengenaiku, tapi kali ini aku mengaktifkannya bersamaan dengan selesainya mantra mereka.

"Wahai api, jadilah tombak! {Flame Lance}"

"Tombak bumi, tembuslah! {Earth Lance}"

"Tembakkan air! {Aqua Barrett}"

"Robeklah dengan angin! {Air Slash}"

"{Multi Elemental}"

{Flame Lance}, {Air Slash}, dan seterusnya, aku melepaskan sihir di jumlah yang sama dan mementahkan seluruh serangan musuh.

Setiap orang di sekitar arena tertegun pada tingkat kekuatan dan penggunaan yang mampu mengimbangi seluruh lawan.

"Sudah berakhir kah? Daripada revolusi, menyerah saja"

"Apa?! Bajingan, wahai api, jadilah tombak...."

"Terlalu lambat, {Multi Elemental}"

Meski Gregory memperoleh kesadarannya lebih awal dari siswa lain, aku melemparkan sihir sekali lagi bahkan sebelum dia selesai mengucap mantra.

Dia mengaktifkan lebih banyak dari sebelumnya, dan membuat semua sihir itu mengapung di udara sambil terus memantrai. Para siswa yang sebelumnya mendukung Gregory telah benar-benar kehilangan niat bertarung, sebagian besar dari mereka memilih diam.

{Multi Elemental}.

Ini sihir asli yang aku buat setelah beberapa dekade penelitian.

Ada teknik yang bisa mengaktifkan beberapa {Flame Lance} langsung hanya dengan satu nama sihir, tapi milikku ini bukan hanya mampu membuat banyak sihir, melainkan juga mampu mengaktifkan berbagai atribut pada saat yang sama. Intinya, aku harus akrab dengan sihir yang digunakan, menggabungkan keseluruhan kata dalam mantra agar bisa dilepaskan, karena itulah akan sulit jika seseorang hanya tahu memanfaatkan sihir tapi tidak dengan mantranya.

Saat ini aku mampu memanggil maksimal tiga puluh sihir karena diriku {Triple}.

"Berapa lama kau akan diam di sana sambil memantrai? Aku lelah menunggu"

"Se-Selama mungkin, bodoh!"

"Begitu ya, kalau kau tidak datang, aku yang akan pergi kesana. Aku sarankan kau tidak bergerak dari titik itu"

Ketika jari-jariku menunjuk ke arah lawan, dua puluh sihir sekaligus menyerang Gregory dan yang lainnya.

Tombak api meledak, peluru air menusuk tanah, pisau angin menebas sekitar, dan tombak bumi meremukkan sekaligus menghancurkan, para siswa yang menonton tercengang melihat pemandangan kacau ini.

Ketika aku meniup debu dengan {Wind}, muncul dataran arena yang amburadul seolah telah terkena badai, dengan pengecualian titik di mana Gregory dan yang lain berdiri. Karena mereka belum boleh mati, aku berusaha mengarahkan seluruh serangan agar tidak mengenai lawan. Arena ini memang jadi berantakan, tapi aku bisa memperbaikinya nanti menggunakan {Craft}.

"Apa kau menyerah?"

"Ah....padahal....sudah sejauh ini...."

"Sungguh merepotkan, jawab saja dengan cepat"

Aku memanggil {Multi Elemental} lagi, kali ini dengan tiga puluh sihir. Akhirnya, salah satu dari mereka berlari ke arahku, membungkuk dan merendahkan kepalanya.

"Aku menyerah! Aku takkan melakukan hal semacam ini lagi, jadi tolong ampuni aku!!"

"A....Aku juga! Tidak mungkin menang melawan anda!!"

"Aku tidak mau mati....sampai bisa mengalahkan si tidak kompeten itu"

Para siswa menyerah satu per satu, dan hanya menyisakan Gregory. Aku perlu memanfaatkannya dulu sebelum mengakhiri ini.

Pertempuran yang terjadi di sekitar berhenti ketika aku melepaskan sihir tadi, jadi aku mengambil keuntungan dari keheningan dan menggunakan sihir angin untuk memperkuat suaraku.

"Semua orang! Gregory merupakan contoh seorang extrimis yang membenci ras binatang. Dia memandang tindakan pengucilan melampaui batas dan bahkan kekerasan terhadap mereka adalah hal yang benar. Kerah di leher kalian adalah buktinya"

Meski apa yang aku katakan sedikit berlebihan, ini bagus untuk situasinya. Kerah perbudakan dipasangkan pada mereka yang bukanlah budak, kau memang pantas menanggung kebencian semua orang.

"Inilah hasil dari keyakinannya yang bodoh. Aku tidak menyuruh kalian membenci suatu golongan atau ras, baik manusia maupun ras binatang sama-sama hidup di dunia ini. Berhentilah membenci tanpa suatu alasan pasti"

"Ke-Kepala sekolah! Aku sebenarnya tidak membenci ras binatang. Kami telah ditipu oleh Gregory-sa*....oleh Gregory!"
[Mungkin dia mau manggil Gregory-sama]

"Aku juga! Aku diperintahkan untuk melakukannya oleh orang itu"

"Begitu ya. Namun, kalian sendiri yang bertindak meski diminta oleh orang lain. Jika kalian menyebut diri sebagai bangsawan, bertanggung jawablah atas tindakan masing-masing"

Walau para siswa yang mengikuti Gregory mengajukan banding, aku tidak bisa memberi maaf begitu saja. Mereka memang siswa-siswi disini, tapi tak ada alasan bagiku melindungi para kriminal yang tindak kejahatannya sudah setingkat ini.

Aku berkata mereka harus bertanggung jawab sebagai bangsawan, tapi mereka mungkin takkan diperlakukan sebagai bangsawan ketika penghakimannya tiba.

"Terimalah hukuman istana dengan patuh. Bahkan jika orang tua kalian menangis, dengan semua saksi di sini, termasuk diriku sendiri, takkan ada yang berubah"

Ketegangan di situasipun mencair, khususnya para siswa yang tak bersalah menurunkan bahu mereka. Selanjutnya adalah akar masalahnya, Gregory. Dia tidak mungkin bisa menolak lagi, meski matanya masih terbakar dengan amarah.

"Apa ada sesuatu yang ingin kau ucapkan?"

"Andai saja kau tidak muncul, ini pasti berjalan dengan lancar...."

"Lalu kenapa?"

Sesuai dugaan, tapi walaupun aku tidak muncul, kalian tetap akan gagal. Jika 'dia' mampu menghabisi Dragon of Fresh Blood sendirian, maka kalian bukanlah tandingannya....ngomong-ngomong, kemana 'dia'?

"Emilia-kun, dimana tuanmu, Sirius-kun?"

"Ah iya. Sirius-sama bertindak terpisah namun masih secara diam-diam mengawasi kami"

Dia mengambil tindakan terpisah, tapi tetap diam-diam mengawasi? Hmm, jika begitu, aku jadi penasaran di tempat mana dia menonton sekarang? Terlepas dari itu, dia mungkin tidak bertindak karena memahami niatku dari awal.

Dia mengabaikan Gregory, agar aku tidak hanya menangkapnya, tapi menggunakan kesempatan ini sebagai pelajaran pada siswa lain. Adanya kerah perbudakan memang diluar dugaan, namun kejadian ini pasti berguna untuk mengubah pandangan mereka yang tidak menyukai ras binatang.

Setelah ini selesai, ayo melepas kerah para siswa. Musuh harusnya memiliki kuncinya.

"Gregory, di mana kunci kerah? Kau tidak perlu menyembunyikannya lagi"

"....Golia adalah orang yang sepenuhnya mengurus kerah perbudakan. Aku tidak tahu"

"Kepala Sekolah, dia saat ini lumpuh dan diamankan disana---...."

Saat Emilia-kun menunjuk ke arah Golia, tirai kabut mendadak menyebar di arena.

Reaksi mana ini....tampaknya {Aqua Mist}. Kabut menebal saat aku menganalisanya, hingga hampir tidak bisa melihat Emilia-kun yang hanya beberapa langkah di dekatku.

Bunyi gemuruh menenggelamkan sebagian besar pendengaranku, yang diakibatkan kepanikan para siswa karena berkurangnya jarak pandang. Namun, disela-sela keributan itu, kupingku menangkap percakapan yang tidak bisa diabaikan.

"Danna, Golia telah diamankan! Ayo pergi!"

"Bagus!"

Obrolan gelisah dari seseorang dengan Gregory bergema di dalam kabut. Mungkin kabut ini berfungsi untuk menyembunyikan mereka bedua? Aku bisa saja menghempaskannya, tapi itu akan sia-sia kalau formasi sihir yang berfungsi sebagai sumber kabut tidak ditemukan.

"Wahai air, kumohon! Emilia, disana!!"

"Ya, aku melihatnya! {Air Shot}! {Wind Storm}!!"

Emilia-kun dan Reese-kun sudah bergerak sebelum aku bertindak.

Reese-kun bagus dengan pendeteksian menggunakan sihir air, yang kemudian Emilia-kun manfaatkan dengan menembak {Air Shot} sambil meniup kabut dengan {Wind Storm}. Aku menantikan masa depan kedua orang ini.

"Di mana Gregory dan Golia?!"

"Di sini tidak ada! Temukan mereka!"

"Oi!! Prajurit bayaran yang tadi juga menghilang!"

Mereka sudah pergi pada saat kabut lenyap. Tak ada bayangan maupun batang hidung keduanya yang terlihat. Para siswa mulai mencari di sekitar arena, tapi mereka mungkin melarikan diri ke luar.

"Astaga, bukan hanya pandai bersembunyi tapi dia juga cepat ketika harus melarikan diri"

"Kepala sekolah! Orang-orang itu mungkin telah berhasil mundur, kasus ini belum selesai!"

"Benar! Kehidupan para siswa dengan kerah perbudakan masih terancam!"

"Tolong tenanglah, kalian. Orang-orang itu belum bebas, lokasi mereka akan segera ditemukan. Jangan khawatir"

Emilia-kun dan Reese-kun bingung, tapi panik takkan ada gunanya. Mereka tidak akan bisa jauh dengan penghalang yang masih aktif, belum lagi ada barisan tentara yang menjaga jalur keluar.

"Magna. Apa 'mereka' sudah bisa dipakai?"

"Ya. Pengaturannya telah selesai"

Sebelum kami datang kesini, Magna-sensei dan aku menempatkan golem di sekitar perbatasan. Jika mereka terlibat pertarungan dengan seseorang, kami akan segera tahu tempatnya. Gregory pasti akan kesulitan dalam kondisi itu. Ketika saatnya tiba, kami hanya perlu berfokus pada satu area.

"Lagipula....pelarian diri mereka mungkin akan berakhir sebelum menemukan para golem...."

☆☆☆

☆Gregory☆

....Kenapa?

Kenapa aku harus melarikan diri dengan penampilan yang tak sedap dipandang seperti ini?

Rencanaku adalah menyerang istana dengan memanfaatkan siswa sebagai sandera, menggunakan mereka sebagai perisai daging, dan mengalahkan keluarga kerajaan. Demi tercapainya, aku bahkan bersedia menjabat tangan seorang koruptor seperti Golia. Jadi kenapa hasilnya begini?

Berlari di belakangku sambil tersengal-sengal adalah pemimpin prajurit bayaran yang kusewa sebagai pengawal, Dominique.

"Oi danna! Sepertinya mereka tidak mengejar...."

Dia membawa Golia dengan satu tangan, sedangkan sebelahnya terputus, sambil mengikuti di belakang ketika berlari. Terkadang terhuyung sedikit, melambat, lalu menoleh padaku dengan tatapan ragu ketika dia mengatakan itu.

Kupikir dia hanyalah pecundang untuk seorang prajurit bayaran ketika aku melihat si subhuman tadi menebasnya, hanya saja sekarang orang ini tetap melarikan diri seolah tak ada yg terjadi. Dalam hal bertarung, dia kalah dari si subhuman, tapi jauh lebih baik dalam bertahan hidup.

"Kau ternyata masih selamat"

"Heh! Aku tidak merasa sakit karena efek sebuah obat, dan meski pingsan bisa segera bangun"

Sepertinya dia sudah mengira tidak bisa menang dalam situasi tadi, lalu memilih berpura-pura pingsan. Ketika melihat kesempatan, dia menggunakan Mana Stone yang terisi dengan formasi sihir {Aqua Mist}.

"Ya ampun, sungguh situasi terburuk. Aku menggunakan begitu banyak peralatan mahal, dan bahkan kehilangan lengan"

"Hmph, keadaan memang jadi mengerikan. Tapi setidaknya kau masih memiliki satu lengan"

Situasi telah berubah menjadi suram, tapi disisi kami ada Golia yang mengontrol kerah perbudakan.

Kerah dirancang untuk meledak jika dilepas secara paksa, bahkan teknisi sihir berpengalaman sekalipun akan membutuhkan waktu untuk membongkarnya. Apalagi ketika ada lebih dari 200, paling tidak akan memakan satu atau dua hari.

Golia akan pulih selama waktu itu, jika kami bisa meyakinkan dia untuk memicu beberapa kerah, keuntungan kami bisa kembali. Sandera dapat diperoleh, yang bisa dijadikan bahan ancaman pada mereka yang menolak.

Mungkin lebih baik jika melakukan itu di awal. Semua rencana jadi kacau ketika Golia menolak memanfaatkan sandera dan malah teracuni oleh jarum yang kami gunakan untuk para guru. Dalam situasi tadi, kau terlalu bodoh karena lebih memikirkan tentang biaya penggunaan kerah daripada menghabisi satu siswa! Kau hanya perlu menganggap kerah sebagai barang sekali pakai.

"Baiklah, bagaimana kita akan melarikan diri? Penghalangnya masih ada...."

"Kau pikir aku ini siapa! Diamlah dan ikuti saja!"

Penghalangnya memang kuat, tapi daripada melewatinya langsung, kami akan menggunakan sihir bumi untuk menggali lubang dan membuat jalur bawah tanah. Pria tua itu mungkin sampai ke sini dengan trik yang sama.

Tak peduli apakah akan muncul musuh atau tidak, selama si prajurit bayaran ini menanganinya lalu aku dan Golia selamat, kami bisa menyerang lagi.

Salahkan dirimu sendiri, Rodwell, karena tidak menyempurnakan penghalangnya.

"Berhenti, danna!!"

Mendadak tak bergerak, si prajurit bayaran kemudian meneriakiku. Ada apa, padahal kami harus secepatnya pergi!

"Berhenti!! Atau kau akan terbunuh!!!"

Karena kata-kata barusan tak bisa di abaikan, aku menghentikan langkah dan berbalik. Kupikir dia akan mengeluh, tapi sebaliknya dia malah melempar Golia ke samping lalu meraih pedang, ekspresi gelisah sedang terpampang diwajahnya.

"Oi bajingan, pria itu adalah bangsawan. Perlakukan dia lebih hati-hati"

"Cih! Inilah kenapa para bangsawan itu bodoh dan ceroboh. Apa kau tidak menyadari niat membunuh yang diarahkan padamu?"

"Niat membunuh? Aku tidak----....?!?!"

Sesuatu mengalir di sekujur tubuhku. Meski baru saja berlari dengan penuh semangat, aku mulai menggigil.

Apa-apaan ini?! Si prajurit bayaran berkata tentang niat membunuh, tapi tingkat ini mirip ketika ditatap oleh Rodwell....Tidak, apa melebihi itu?

"Oi oi, setelah monster ras binatang, lalu monster elf, tapi masih ada yang muncul lagi? Apa-apaan sekolah ini?!"

Aku tidak tahu! Aku tidak tahu siapa yang melepaskan niat membunuh ini!

Jika niat membunuh Rodwell bagaikan pisau yang di dorong ke tenggorokan, maka haus darah ini terasa seolah lusinan pisau sedang tertancap dangkal ke seluruh bagian tubuhku. Berbagai anggota gerak menjadi mati rasa, aku hanya bisa berdiri diam, berkeringat dan gemetar.

Saat diriku terengah-engah disana, seorang pria aneh muncul dari balik bayangan suatu gedung.

Tidak, mungkin seorang pemuda dari fisik dan tingginya. Penampilannya juga tidak biasa, dia mengenakan pakaian hitam yang menutupi seluruh tubuh tanpa celah dan mengenakan topeng putih di wajahnya.

Meski aneh, tapi niat membunuh yang membuatku merinding tak diragukan lagi berasal dari eksistensi dihadapanku ini.

Pemuda itu berjalan perlahan ke arahku, lalu....

"Kemana kau pikir akan pergi?"

Ya, aku dipanggil oleh suara pemuda itu.

☆☆☆Chapter 49 berakhir disini☆☆☆

Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]