Bokubitch chap 10 B. Indonesia

Chapter 10 Boku no Bungeibu ni Bitch ga iru nante arienai*
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
[Tidak mungkin ada pelacur di klub sastraku]




Hari ketika klub sastra dihapuskan pun datang. Pada Jumat pagi, kelas telah dipenuhi dengan siswa, meski di luar hujan karena sedang musimnya, semua orang terisi kehidupan disebabkan berada di tengah berakhir pekan.

Sementara itu, berdiri di depan diriku, Shinonome menghadap kesini dengan tatapan serius.

"Kemudian, apa kau menghubungi Aizawa-san kemarin?"

Pertanyaannya terkesan sangat khawatir.

"Tidak, jujur ​​saja....Sama sepertimu, aku tidak tahu alamat kontaknya*"
[Bisa saja nomer telpon, email, dsb]

"Haah. Walau ketua klub, kau tidak tahu alamat kontak anggotamu.....benar-benar tak berguna, ya kan?"

"Aku minta maaf karena menjadi ketua yang buruk...."

Kamis, hari berikutnya setelah pertemuan, Aizawa tidak hadir di sekolah. Khawatir tentang situasi tersebut, Shinonome memintaku untuk menghubunginya. Akupun mencoba sepulang sekolah, namun mulai sadar saat itu kalau tidak punya alamat kontak Aizawa dan jadi bermasalah.

"Aku jadi penasaran apa Aizawa-san baik-baik saja...."

Tapi kemudian, koridor menjadi ribut yang diikuti oleh terbukanya pintu kelas.

"P-Pagi---"

Yang memasuki ruangan dengan senyum canggung adalah Aizawa.

Ruang kelas yang ramaipun menjadi sunyi seketika.

Gadis itu hampir tersentak saat merasa situasi yang tidak normal, tak ingin kalah diapun menggigit bibirnya erat-erat, menjaga senyum menyedihkan, dan bertukar pandang dengan kami sebentar sebelum duduk di kursinya.

Hanya saja, tak ada yang bicara. Semua orang, meski paham bahwa Aizawa tidak bersalah. Apa mereka masih meragukannya? Walau sudah berusaha keras menghindari pengusiran, hal semacam ini....

Tapi....dua gadis yang selalu mengobrol dengan Aizawa (kupikir mereka adalah Fujisaki dan Nanjou) dengan canggung berjalan ke sisinya.

""Manaha, kami benar-benar minta maaf!!""

"Eh??....Tu-Tunggu, apa yang kalian berdua lakukan! Kenapa meminta maaf?!"

"Karena, meski kami tahu bahwa Manaha bukanlah pelacur, malah percaya ketika melihat foto itu"

"Anu....kami sudah sedikit berbicara buruk tentangmu...."

Sepertinya gadis-gadis ini entah bagaimana mengerti kalau Aizawa adalah pribadi yang tak jujur. Tapi mereka mempercayai foto bukti ketika melihatnya, dan sedikit mengolok-olok dirinya.

"Eh....kalau begitu, kalian tahu aku berbohong?!"

Keduanya telah membuat wajah suram sampai sekarang, tapi ketika melihat keterkejutan Aizawa, kendali diri mereka menghilang.

"Puh---....Ja-Jangan bilang, kau masih berpikir itu belum ketahuan?"

"Ku-Kuku~....itu sangat jelas, Manaha. Kau memang tidak pandai berbohong"

"Eeeehh~~?! Jadi, kalian tidak percaya ketika aku bilang punya pengalaman dengan lelaki?!"

Dua orang yang ditanyai menggeleng ke kiri dan kanan, Aizawa menghela nafas lega.

Aku tidak tahu apakah Fujisaki dan Nanjou adalah pelacur, aku juga tidak tahu apakah Aizawa mengatakan kebohongan lebih dari yang diperlukan. Tapi, melihat ketiganya seperti ini sekarang, hal barusan serasa cuma masalah sepele.

"Ma-Maaf kalian berdua! U-Um....aku tidak bermaksud berbohong. Tapi, melihat kalian seperti itu, bagian dalam diriku merasa seolah tak ingin kalah hingga sedikit mendorongku untuk mengatakan semuanya...."

"Hahahaha! Tak apa-apa. Sebaliknya, hal itulah yang membuat Manaha imut"

"Benar! Kami juga salah karena sampai berpikir begitu, jadi dengan ini kita impas, kan?"

"Eh....Kalian memaafkanku?"

Fujisaki dan Nanjou mengangguk sambil tersenyum.

"Kalian berdua~~~"

Mata Aizawa menjadi basah, tapi setelah menyekanya, dia menunjukkan wajah bahagia.

Melihat pemandangan mereka ini, segera para siswa di sekitar mulai mengerumuni Aizawa, meminta maaf karena sebagai teman sudah menjelek-jelekan dirinya. Dia kemudian terus berkata 'Tidak apa-apa' sambil tersenyum untuk sementara waktu.

Setelah tenang, dia yang akhirnya bebas datang ke tempat kami.

"Maaf, Ibuki, Ikuno! Aku tidak bisa keluar"

"Tidak, tak masalah....Lagipula, apa kau baik-baik saja kemarin?"

"Aizawa, karena berbagai kesalahpahaman, kau pasti tertekan ya....?"

"Uun! Soalnya ada Ibuki dan Ikuno yang sangat berusaha keras demiku. Oleh sebab itu, aku agak senang dan bersemangat kemarin♪"

Dia menunjukkan senyum gembira dan mempesona, benar-benar gambaran seorang bidadari. Wajahnya memerah tanpa sengaja.

"Selain itu, ketika tahu aku tidak jadi diusir, ibuku sangat senang kemarin....Dan untuk merayakannya, kami melakukan perjalanan kecil ke area yang diperuntukkan melihat pemandangan di dekat rumah. A-Ahaha....Maaf, karena membuat kalian khawatir"

Seperti yang diharapkan dari ibu Aizawa, dia sangat mencintai putrinya....Orang yang akan menikahinya di masa depan pasti mengalami masa sulit demi meyakinkan ibunya.

"Begitukah? Tapi syukurlah, kau tidak tertekan"

"U-Un. Ehehe...."

Tapi karena ada masalah tentang Kuroki Ami, entah bagaimana Aizawa tampak kesepian.

"Ini sudah bagus. Aku sempat yakin kalau kau sedang begitu tertekan...."

"Aku sangat menyesal karena membuatmu khawatir. Juga....aku benar-benar minta maaf untuk masalah kali ini!"

Aizawa yang sopan meski terlihat seperti gyaru meletakkan kedua tangan di dekat roknya dan menundukkan kepala dalam-dalam.

"Salahku membuat kalian berdua terlibat kali ini. Karena itulah, aku berjanji tak akan berbohong lagi. Ja-Jadi....bisakah kita masih berteman untuk seterusnya?"

Meski permintaan maaf itu diarahkan pada kami berdua, tapi bagianku terkesan untuk seorang teman dan selebihnya adalah untuk Shinonome saja*, karena dia menatapnya dengan mata yang tulus.
[Aizawa menganggap Shinonome sbg sahabat, hubungan diatas teman"

"Y-Ya. Tentu saja. Selain itu, aku juga menyusahkanmu kali ini"

Pastinya begitu. Masing-masing memang melakukan kesalahan. Keliru jika menyebut seseorang jahat.

"Sungguh?! Terimakasih Ibuki! Aku mencintaimu ♥ "

"T-Tunggu, Aizawa-san? Semua orang melihat. Tenanglah sedikit...."

"Bukankah baik-baik saja, setidaknya untuk sekarang. Aku sangat senang berteman dengan Ibuki♪"

Shinonome dibuat bingung karena Aizawa yang ramah memeluknya, hanya saja dia segera tersenyum masam seolah menyerah.

"Fufu, seperti yang diharapkan, kau seperti anak kecil"

"M-Mou, jangan perlakukan aku seperti bocah---Ah, kesampingkan itu. Ibuki, bisakah kau memberitahuku alamat kontakmu?! Kemarin, aku berpikir kalau Ibuki atau Ikuno akan khawatir dan mau menelepon, tapi aku sadar kalau tidak memiliki alamat kontak kalian"

"Aku juga. Bukankah ini kesempatan bagus untuk bertukar?"

"Un! Kalau begitu biarkan aku mempersiapkan---....ah"

Pada saat itu, mataku bertemu Aizawa, dia dengan canggung mengalihkan tatapannya.

Mungkin dia khawatir, berpikir akan buruk kalau sampai berbicara dengan seorang otaku sepertiku.

Meski aku juga khawatir karena wajahnya memerah untuk suatu alasan, mungkin diriku akan menjadi gangguan di sini, haruskah aku pergi?

Langkahku meninggalkan tempat di mana ada dua orang yang berbahagia.

Akan ada semacam hadiah jika aku membantu heroine dua dimensi. Tapi inilah kenyataan. Selain itu, Aizawa beranggapan bahwa usahaku datangnya berkat instruksi Shinonome. Wajar saja kalau tidak terjadi apapun.

Tapi Aizawa adalah gadis baik nan cantik, aku merasa agak hampa karena tidak memperoleh apa-apa.

☆☆☆

Dan kemudian, sepulang sekolah, duduk di sofa ruang klub tak seperti pagi hari, kemuraman sedang terpampang di wajah Aizawa.

"Uuh, maaf Ikuno....Aku, benar-benar lupa kalau klub sastra akan dibubarkan hari ini"

"Jangan terlalu dipikirkan. Aku juga belum menggunakan catatan dari Aizawa"

Semua strategi yang dibuat Aizawa tidak kuterapkan. Tapi, ini sudah cukup.

"O-Oh ya! Bagaimana kalau meminta Ibuki menunggu sedikit lagi?!"

"Sepertinya, mustahil....Orang itu adalah wakil ketua dewan sekaligus anggota Osis, memberi perlakuan menguntungkan ke klub tertentu sedikit tidak bijaksana, kan?"

"Benar juga...."

"Ah, tapi jangan khawatir Aizawa! Dari awal, ini hanya tempat untukku membenamkan diri dalam hobi"

"Yah, mungkin saja begitu. Tapi ketika tempat ini hilang....aku tidak bisa....dengan Ikuno....lagi"

"Eh, apa yang kau katakan?"

"Ah....uun!! T-Tidak ada! A-Ahahahaha!"

Dia melambaikan kedua tangan di depan wajahnya. Lalu mendadak, dengan tampilan sedih.

"Anu, Ikuno. Masalah kali ini, aku benar-benar berterima kasih. Jika Ikuno tidak melakukan yang terbaik saat itu, mungkin diriku takkan berada di sini sekarang"

"Tak perlu dipikirkan. Aku hanya bertindak seperti yang dikatakan Shinonome"

"T-Tapi, itu tak merubah kenyataan kalau kau yang berjuang untukku, kan? Jadi, Ikuno, jika boleh....aku"

Ketika Aizawa akan mengatakan sesuatu dengan malu, Shinonome tiba di ruang klub.

"Kalian berdua sudah di sini ya....Hmm, ada apa Aizawa-san?"

"Ti-Tidak ada"

Ditanyakan oleh Shinonome dengan pandangan lembut, Aizawa entah bagaimana mengambil sikap yang sama dengan merajuk dan mengalihkan wajahnya.

Memegang semacam kertas print di tangan, dia datang ke depan meja dan menghapus senyumnya.

Akhirnya, waktunya sudah tiba ya....

"Meski kupikir kalian berdua sudah tahu, jika tidak dapat mengumpulkan anggota reguler lagi pada tahap ini, klub sastra akan dibubarkan. Karena itu, boleh aku mendengar kondisinya sekarang?"

"Aku tidak bisa mengumpulkan....anggota klub reguler adalah dua orang, aku dan Aizawa"

"Begitukah? Apa boleh buat"

"Tunggu Ibuki! Bukannya kau sedikit tak berperasaan?!"

Aizawa yang berpikiran kuat berdiri dan melontarkan protes dalam keputusasaan, namun ekspresi Shinonome tak berubah.

"Mohon maaf. Aku datang ke sini sebagai seorang anggota OSIS"

"Uhh....walau....walaupun begitu, tapi"

Aizawa menatapku dengan wajah tak setuju, tapi aku menggelengkan kepala dan tertawa lemah.

"T-Tapi....Dengan masalah besar, Ikuno melakukan yang terbaik untuk membuat klub sastra dan...."

Sungguh, Aizawa adalah gadis baik. Aku merasa ingin melakukan kegiatan dengannya di klub yang sama sedikit lebih lama. Juga, Shinonome, kali ini aku menyadari bahwa dia memiliki sisi baik yang tak terduga. Oleh karena itu, aku juga ingin diizinkan untuk bersama sedikit lebih lama. Tapi dengan penghapusan klub, hubungan spesial dengan gadis-gadis ini akan berakhir. Walau sedikit disesalkan, tidak ada pilihan lain kecuali menyerah....

"Baiklah, ketua Ikuno-kun. Silakan tandatangani tulisan ini"

Aku melihat kertas yang terbentang lurus di atas meja.

"Eh, ini....?!"

Melihat keadaan terkejutku, Aizawa yang berada di sisi lain buru-buru datang ke sampingku.

"Tidak mungkin....i-ini....Bukannya ini kertas pendaftaran anggota klub?!"

Tatapanku bertemu dengan Aizawa, kamipun beralih melihat ke arah Shinonome secara bersamaan.

"Ufufu, jika tidak mau, bisakah kau mengembalikannya?"

"Jadi, kau benar-benar akan bergabung dengan klub?!"

Melihat Shinonome yang menatap ke bawah sambil tersenyum, aku menyadari bahwa itu adalah pertanyaan yang tak perlu. Ketika diriku penuh oleh sukacita dan hampir berteriak kapanpun, lenganku terbungkus sesuatu yang lembut.

"Yayyy, kita berhasil Ikuno! Klub sastra tidak jadi bubar!!"

Lenganku terapit diantara dua tonjolan lembut dan tak bisa dipindahkan. Namun Aizawa yang gembira seolah-olah adalah hasil jerih payahnya, membuatku tak lagi memperdulikan hal semacam itu.

"A-Aah! Ini karena bantuan Aizawa juga, benar-benar terima kasih!!"

"Uun, itu tidak benar! Ada Ibuki, kau harus berterima kasih kepada Ibuki juga!!"

Dengan demikian, sekali lagi aku dapat menempatkan diri disini untuk menikmati hal-hal favorit sepenuh isi hati. Tanpa bisa menahan kegembiraan, sambil merasakan Aizawa dengan lenganku, aku menandatangani dan menulis nama lengkapku di kertas.

"Kalau begitu Aizawa-san, karena ruang OSIS akan dikunci pada pukul 18:30, bisakah kau segera mengirim kertas ini? Aku sendiri perlu berunding dengan Ikuno-kun tentang aspek kondisional"

Hahahaha, aspek kondisional, pembicaraan macam apa ini?

Selain itu, melihat Aizawa memelukku, pipi Shinonome sepertinya berkedut.

"Me-Mengerti! Tinggal 5 menit lagi, aku harus cepat!"

Gadis ini begitu polos hingga tidak menyadari motif Shinonome yang terlampau jahat, dia melepaskan lenganku dan berlari keluar dari ruang klub.

Shinonome kemudian duduk di sebelahku sambil mencibir dan menepuk pahanya.

"Baiklah, karena aku telah bergabung dengan klub semacam ini, aku akan membuatmu menerima sebuah syarat"

"Kuh....Aku tahu itu, sesuai dugaan....Lalu, syaratnya apa?"

"Dengarkan semua permintaanku. Karena akulah yang membantumu, tidak adil jika kau tidak mau menurut. Lagipula, pada saat yang sama aku anggota OSIS juga"

Yah, demi membuat Aizawa bergabung dengan klub, aku harus menerima permintaannya. Jadi takkan impas jika Shinonome tak memperoleh apapun, bukankah begitu....?

"Baiklah. Tapi, aku tak mau menuruti hal yang sangat mustahil!"

"Hmm, tidak masalah. Negosiasi selesai untuk sekarang ... .. mulai dari sini----"

guriguriguri 〜〜〜〜〜!*
[SFX: Menginjak sesuatu]

"Sakit sakit sakit sakit sakit sakit!! Ke-Kenapa kau menginjakku?!"

"Bukannya karena kau bersalah? Menjadi deredere* setelah dipeluk oleh Aizawa. Mengibaskan ekor pada gadis-gadis lain di depan majikanmu sendiri, hal seperti itu tak perlu ditanyakan lagi. Melihatnya saja sudah sangat tidak menyenangkan"
[Ini bukan merujuk ke sifat seperti tsundere, yandere dsb. Tapi lebih ke 'tersipu/terpesona oleh sesuatu']

Se-Sesuai dugaan, Shinonome hanya menganggapku sebagai binatang....

Dan kemudian, disaat dia mendengar suara Aizawa kembali, gadis ini memisahkan diri dariku.

"Haah, haah....kertas pendaftaran anggota, entah bagaimana....aku tepat waktu"

"Kousuke! Pulanglah denganku hari ini!"

Tepat setelahnya, wajah dengan senyum berkilauan Ten-nee muncul.

Sejak waktu itu, Ten-nee kadang-kadang mampir ke ruang klub dan pulang bersamaku seperti ini.

"Oh benar juga, sekarang waktunya pulang. Jadi, bagaimana kalau kita menyudahinya?"

"Kau benar. Karena kita bisa memulai kegiatan klub pada hari Senin, mari kita pulang"

Meskipun di hati senang dan ingin berada di ruang klub sedikit lebih lama, aku menahannya.

"A-Anu....Iku, no...."

Berdiri dari sofa, Aizawa mulai berbicara agak ragu sambil memegang tasnya.

"Hmm, ada apa, Aizawa?"

"Y-Yah....Ini...."

Merasakan tatapan Shinonome dan Ten-nee membuat dia gelisah. Namun, akhirnya mampu meneguhkan diri dan berucap.

"I-Ikuno! Ku-Kumohon....berkencanlah denganku!"

Mendengar kata-kata tersebut, aku merasa déjà vu.

☆☆☆

Dalam perjalanan pulang, aku dan Aizawa datang ke taman air mancur di depan stasiun.

"Maaf Ikuno. Karena mendadak memintamu pergi bersamaku"

"Tolong jangan keberatan. Sebagai ganti kau bergabung dengan klub, aku harus mendengar permintaan Aizawa kan"

Saat ini sudah pukul 19.00 dan langit dipenuhi oleh lautan awan hingga seolah-olah hujan bisa turun kapan saja, jika tak ada lampu jalan yang menyala di taman, aku yakin kalau daerah sekitar akan terselimuti kegelapan total.

Aizawa kelihatannya tidak membawa payung, seharusnya takkan masalah jika tidak hujan.

"Ke-Kesampingkan itu, bukannya kau bilang tak ingin berbohong lagi? Kencan ini, apa demi mendapatkan pengalaman untuk meyakinkan teman-temanmu lagi?"

Ketika aku bertanya sambil bingung, Aizawa terlihat menyesal.

"Aku memang bilang begitu, tapi....setelah melihat Fujisaki dan Nanjou, mereka kelihatannya sudah sangat percaya, jadi aku tak bisa berkata bohong seperti memiliki banyak pengalaman dengan lelaki sekarang. Oleh karena itu, kupikir jika kebohongan bisa diubah menjadi kebenaran...."

"Kebohongan menjadi kebenaran? Apa maksudmu?"

"Dengan kata lain, aku sempat berpikir 'Jika merasa bersalah atas kebohongan, bukankah perasaan buruk itu akan lenyap ketika kebohongan menjadi kebenaran?'. Karena itulah, aku akan berterima kasih jika Ikuno dapat membantu...."

Begitu ya, dia juga tak ingin berbohong. Tapi juga tak bisa mengkhianati teman-temannya.

Tentu saja, pada awalnya Aizawa yang berbohong dan tak mau mengalah itu buruk. Tapi mungkin, dia berpikir itu menakutkan. Merasa tidak cocok, terisolasi dari sekitar.

Aku benci jadi bahan perhatian dan mengikuti 'lebih dari seorang kenalan, kurang dari seorang teman' karena tidak ingin merasa sengsara seperti waktu di SD maupun SMP. Setelah memahami bahwa kepahitan dari terisolasi sangat menyakitkan, Aizawa yang berkata kebohongan jadi terlihat tidak seburuk itu.

"Sesuatu yang begini benar-benar seperti Aizawa. Baiklah, jika diriku sudah cukup pantas maka aku mau bekerja sama"

"Be-Benarkah? Tidak masalah?"

"Un. Entah bagaimana, aku juga mengerti perasaanmu. Aku akan membantu sampai kebohongan menjadi kenyataan"

"Begitu ya? Maaf, karena meminta sesuatu yang egois....lalu...."

Dia tiba-tiba menjadi gelisah, cahaya dari lampu air mancur menerangi wajah meronanya.

"A-Alamat kontak Ikuno....Jika boleh, bisakah kau memberitahuku?"

Dia mengatakannya dengan suara sangat pelan sambil memalingkan wajah.

Aah, aku tidak terlalu tertarik tapi karena mendengar percakapan pagi ini, mungkin dia mencemaskanku dan dengan enggan bertanya. Aizawa benar-benar baik.

"Kau tidak perlu memaksakan diri. Kupikir kau benar-benar tidak ingin tahu alamat kontak seorang otaku seperti diriku"

"A-Aku tidak beranggapan semacam itu! Aku bertanya karena benar-benar ingin tahu tentang Ikuno!"

Mata yang tampaknya marah menatapku serius, sepertinya dia benar-benar berpikir demikian. Y-Yah, sebagai sesama anggota klub, aku rasa ini perlu....kamipun bertukar alamat kontak.

"Terima kasih Aizawa. Aku sudah menyimpannya dengan benar"

"Un. Aku juga, sudah disimpan...."

Seakan merasa khawatir, Aizawa mengkonfirmasi buku alamat berkali-kali.

Benar juga, ini pertama kalinya aku bertukar alamat kontak dengan seorang gadis, kan? Hmm, mungkinkah aku sudah jadi riajuu sekarang?

"A-Anu. Kesampingkan itu, sekarang sudah larut, jika ini kencan, apa kita akan makan dulu?"

"Itu benar....Ah, tapi Ikuno, meskipun di kata kencan, sebenarnya ini adalah tanda terima kasihku padamu. Oleh karena itu, biarkan aku mentraktirmu karena telah menolongku hari ini"

"Eh, apa tidak apa-apa?"

"Ahaha, jangan khawatir. Aku berencana melakukan sesuatu untuk berterima kasih kepada Ibuki segera"

Shinonome?....Itu mengingatkanku, ketika kami akan pergi, orang itu diam-diam berkata padaku.

{"Aku meminjamkanmu ke Aizawa-san hari ini. Sebagai gantinya, aku akan memonopoli dirimu diwaktu selanjutnya"}

Aku tidak tahu apa yang gadis itu rencanakan, untuk sekarang aku merasa sedikit tidak aman....

Sedangkan Ten-nee tetaplah Ten-nee, 'Kalau begitu berkencanlah denganku lain kali!' Sambil marah-marah.

"Yah, jika memang seperti itu, perkenankan aku untuk menerima tawaranmu? Lalu, kita pergi?"

"Un, kalau begitu tolong bimbing aku dengan benar!"

Aizawa terlihat sangat senang sekarang. Karena tak punya banyak pengalaman, keinginannya untuk berkencan dengan lawan jenis cukuplah kuat, mungkin? Meski aku ingin berpegangan tangan untuk memuaskannya, jika tidak salah dia berkata ingin melakukan hal seperti itu dengan lelaki yang benar-benar dicintai seperti sebelumnya.

Setelah mengingat kata-kata tersebut, aku berjalan tanpa melakukan apa pun untuk sementara. Kemudian....

"H-Hei! Ini kira-kira sudah mirip kencan tapi, kenapa kau tidak memegang tanganku?"

Berbalik, gadis yang terlihat bahagia beberapa saat yang lalu sedikit menaikkan alisnya.

"Heh? Itu ya karena, kau pasti membalas kalau ingin berpegangan tangan dengan orang yang kau cintai, bukankah itu benar?"

"Eh....? A-Aah! Kalau dipikir-pikir, aku memang bilang hal seperti itu ya....Ahahaha! Tapi, kupikir berpegangan tangan setidaknya boleh-boleh saja, maksudku, jika tidak ini takkan terasa seperti kencan, kan?"

"Begitukah? Hmm, jika anggapanmu seperti itu maka aku akan setuju"

"Ka-Kalau begitu....silahkan"

Aizawa yang mendadak berekspresi kukuh, perlahan menawarkan tangan putihnya.

Karena sadar sudah sejauh ini, akupun menjadi gugup. Lagipula, ini mungkin pertama kalinya aku bergandengan dengan seorang gadis. Meski berpikir demikian, aku memutuskan memegang tangannya sebelum diriku tak bisa bergerak karena canggung.

"....Kita sudah bergandengan ya?"

Tak mampu melihat wajah Aizawa yang hanya memiliki suara sangat emosional, aku hanya terus berjalan sambil menuntunnya lewat genggaman.

Sayangnya di momen ini, rintik-rintik air mulai berjatuhan dari langit dan segera, hujanpun secara bertahap menjadi lebih lebat.

"Maaf, Aizawa. Karena turun hujan, ayo kita berpisah sebentar"

Aku membuka payung di tanganku, membiarkan Aizawa mendekat dan mulai berjalan sekali lagi.

"Setelah begitu banyak masalah, untuk berpikir aku dapat berpegangan tangan saat berkencan, tapi malah...."

Pipi Aizawa mengembung ketika kulirik. Sambil berpikir kalau kondisinya ini menarik, aku berjalan perlahan demi menyamai ritme langkahnya untuk sekarang. Kemudian, seolah menyadari bahwa diriku sengaja memelankan laju ayunan kaki, dia dengan manis membiarkan tawa kecil.


"Yah, mungkin sesuatu seperti ini tidak buruk...."

Dalam ruang sempit ini, bahkan sedikit saja, Aizawa condong ke arahku hingga bisa tercium aroma parfum yang melayang di udara.

Walau sebagai gadis yang cantik, dia bukanlah pelacur. Mungkin karena itulah, diriku menjadi lebih sadar dan wajahku memanas.

Hal yang Ten-nee katakan, saat ini aku merasa seolah telah mengerti. Tiga tahunku di SMA, atau bahkan hidupku mungkin diombang-ambingkan oleh gadis ini....Bahkan, sekarang aku sudah cukup terombang-ambing.

Namun, aku tidak menganggapnya terlalu merepotkan....Haah, Aizawa bisa sangat mungkin juga pelacur bersifat buruk.

Aku memutuskan untuk berpikir demikian untuk mengendalikan perasaan yang semakin panas.

Dan, membayangkan akan ada dua gadis cantik yang menunggu setiap kali diriku datang ke ruang klub.

Soalnya kan, tidak mungkin ada pelacur di klub sastraku.

☆☆☆Chapter 10 berakhir disini☆☆☆

Ke Halaman utama Bokubitch
Ke

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]