Short Story: Penyihir dan Kendi Cerita-cerita (Ekstra)
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel, MrStar
http://mypage.syosetu.com/mypageblog/view/userid/168198/blogkey/1504994/
By
Kazehana Hiromi
Ada
berbagai macam pelayan yang tinggal di kediaman penyihir.
Yang
pertama kali bertemu dengan sang pemuda adalah raksasa dengan kepala banteng.
Meskipun wajahnya sangat menakutkan, dia yang mengurus berbagai hal di dalam
mansion sendirian, dan dia bisa menciptakan apa pun yang kamu butuhkan dengan
sihir.
Membersihkan
mansion yang luas adalah tugas ogre kecil. Mereka memiliki telinga dan ekor yang
menyerupai keledai, dan kaki mereka berkuku seperti kuda, menimbulkan suara
riang ketika mereka berlari.
Salah
satu ogre kecil sedang menguleni lempung di pojok taman.
Sang
pemuda yang sedang memikirkan sebuah cerita sambil jalan-jalan menemukan si
ogre kecil yang sedang berusaha keras dan berhenti di depannya.
“Kamu
sedang apa, ogre kecil?”
“Ah.”
Dia
mengejutkan si ogre kecil, menyebabkan lempung terjatuh dari tangannya. Melihat
lempung yang terjatuh ke tanah, sang pemuda memiringkan kepalanya.
“Kamu
sedang membuat sebuah wadah?”
“…Ya.”
Si
orge kecil menatap ke bawah karena canggung dengan ekornya yang berayun-ayun maju
mundur.
“Sama
seperti milik Nyonya, aku juga ingin kendi sihir. Tapi aku tidak bisa
membuatnya mirip.”
“Begitu.
Kalau begitu boleh aku bantu?”
Sang
pemuda melipat lengan bajunya, dan mengambil lempung yang terjatuh. Tapi tentu
saja, karena dia tidak pandai dalam hal apa pun kecuali membuat cerita, itu
berakhir menjadi bentuk yang aneh dan licin.
“Ya,
ini sangat sulit.”
“Jadi
tidak bisa juga.”
Sang
pemuda dan ogre kecil saling menghela nafas sambil menatap tangan mereka yang
berlumur lempung.
Ketika
mereka berniat mencuci tangan di dapur, mereka bertemu dengan kepala koki.
Kepala koki yang memiliki beberapa lengan yang menyerupai gurita mellihat
mereka berdua dan berubah menjadi merah seakan-akan habis direbus.
“WHOAH!
Berhenti! Kalau kalian berkeliaran dengan tangan sekotor itu, kalian hanya akan
mengotori semua lantai. Buruan cuci tangan kalian!”
Kami
baru saja ingin cuci tangan, mereka ingin membalas seperti itu, tapi kalau kamu
memarahi kepala koki, kamu cuma akan mendapatkan sedikit cemilan. Tanpa berkata
apa-apa, mereka berdua segera mencuci tangan mereka dengan air di dapur.
Sang
pemuda mencuci tangannya sambil melamun dan melihat-lihat dapur. Ada begitu
banyak botol berbagai ukuran berbaris teratur. Mereka berisi dedaunan dengan
aroma yang harum, buah-buahan dan kacang-kacangan, dan berbagai macam biji-bijian.
“Hei,
kamu punya botol kosong? Kecil juga tidak apa-apa.”
“Botol?
Seperti ini?”
Dengan
ekspresi heram, kepala koki mengambil satu dari rak. Sang pemuda menerimanya
dan memberikannya ke ogre kecil.
Itu
seukuran genggaman kedua tangan ogre. Tapi bukan kendi sihir. Ketika ogre kecil
mengedipkan kedua matanya, dia melihat ke arah sang pemuda.
“Semua
ceritaku adalah milik Nyonya, jadi sekalipun kamu membuat kendi sihir, aku
tidak bisa mengisinya dengan ceritaku. Jadi kamu hanya perlu menyimpan harta
karunmu ke dalamnya. Dan sesekali, aku ingin kamu menunjukkannya padaku.”
“Harta
karunku?”
“Ya.
Seperti batu yang cantik, atau bulu burung yang indah, atau kulit mati ular.”
Setelah
mengatakan itu, sang pemuda membungkuk ke telinga keledai si ogre kecil, dan
berbisik.
“Kalau
kamu tunjukkan padaku, aku akan memasukkan mereka ke dalam ceritaku.”
Wajah
ogre kecil berbinar-binar. Sang pemuda tersenyum dan mengangguk, lalu mengelus
kepala ogre kecil.
“Dengarkan
ceritaku bersama Nyonya. Dengan begitu, harta karunmu akan menjadi seperti
kepingan ceritaku. Mereka memang bukan sebuah cerita, tapi ketika kamu melihat
mereka lagi, kamu pasti akan teringat berbagai hal. Bukannya itu indah?”
“Ya!
Oke, aku akan pergi mengumpulkan harta karun!”
Ogre
kecil menyahut dengan senang sambil berlari dengan botol di tangannya. Sang
pemuda melihatnya pergi dan tertawa canggung. Alasannya karena apa yang dia
katakan kepada ogre kecil adalah sesuatu yang dia lakukan dulu ketika masih
kecil. Mencari harta karun, mengumpulkannya, dan membuat cerita berdasarkan
harta karun itu tanpa dia sadari.
“Mungkin
botol itu tidak butuh ceritaku, karena dia akan terisi cerita yang ogre kecil
kumpulkan.”
Gumam
sang pemuda, tersenyum sambil berjalan menuju Nyonya.
Comments
Post a Comment