Kusoge chap 1 (2) vol 3 B. Indonesia

Chapter 1 (2)
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel



Bersama dengan Lizna, dia menuju ke markas serikat 'Pursue the Brilliance of the Stars'.

"Hmm~, cuaca hari ini terasa sangat bagus ya, Sasaraki-kun?"

Kata Lizna penuh energi sambil merentangkan tubuh. Rambut pendeknya melambai.

"Aku setuju"

"Tubuh seolah bisa meleleh perlahan kalau bermandikan sinar mentari, kenapa ya?"

"Entahlah"

"Aku sangat ingin mencoba meleleh sekali saja~"

"Percuma meski kau menatapku dengan mata keingintahuan besar itu....hoi?!"

Lizna pada dasarnya punya 'quest permanen', yaitu pencarian cara-cara baru untuk mati.

"Jadi? Kita mau pergi kemana?"

"Tepat di sana, searah dengan jalan paving itu"

Tujuan mereka adalah sebuah bangunan besar---atau lebih tepatnya, aula pertemuan---terletak di lingkungan terbaik area perumahan, lima menit berjalan kaki dari pusat kota. Ada sekitar sepuluh jenis bangunan rumah yang berbeda dalam game ini. Di antara semua itu, yang ini adalah jenis termahal ketiga, 'Benteng Besar'.

Jumlah penghuni maksimum adalah 180. Di halamannya terdapat banyak karung pasir untuk latihan jarak dekat, target kayu untuk latihan memanah, dan sebagainya. Bahkan ada dungeon. Di dungeon itu, undead terus bermunculan. Jika dibiarkan, monster-monster ini bisa membanjiri seluruh bagian bangunan. Singkat kata, merubahnya menjadi rumah hantu.

Ini memang cuma masalah di parameternya, hanya saja Sasaraki telah mendengar bahwa mereka bahkan menggunakan hantu untuk latihan.

Serikat yang sungguh berkemauan keras. Serikat paling andal yang bisa di bayangkan seseorang.

Sasaraki dan Lizna tiba di depan pintu masuknya, sebuah pintu baja besar lengkap dengan grendel, memblokir jalur mereka.

Tapi, ini terlalu sunyi. Tak ada penjaga di pintu masuk, mereka juga tak mendengar suara orang di baliknya.

"Mungkin sesuatu terjadi?"

"Pembunuhan berantai?"

Cara pikir Lizna adalah kematian.

"Yah, kalaupun ada pembunuhan berantai, mereka harusnya sudah hidup lagi"

"Ah, benar. Ayo kita coba dan memeriksa"

Dia dengan sopan mengetuk pintu, tapi tak muncul jawaban apapun.

"Mereka tidak mendengarku? Kalau begitu, apa boleh buat, ya kan?!"

Lizna mengambil palu raksasa dari punggungnya dan mengayunkan senjata itu dengan satu gerakan halus. Pintupun hancur diiringi gemuruh dahsyat kayu dan logam. Setelah kehilangan semua poin daya tahannya, seluruh bagian pintu menyebar menjadi kilauan yang tak terhitung jumlahnya kemudian lenyap.

"Ada apa, Sasaraki-kun? Kenapa kau mendongak ke langit dengan tangan di wajah?"

"Bukan begitu....Yah....aku hanya berpikir, kalau langit ternyata sangat biru...."

"Memang sangat biru, ya kan~?"

Gadis itu tertawa keras.

Mereka lalu memasuki bangunan.

Dan tiba di atrium*.
[https://id.m.wikipedia.org/wiki/Atrium]

Melihat-lihat sekeliling, tapi masih tak menemukan satu jiwapun.

"Mungkin mereka semua sudah mencapai batas login?"

Tak peduli seberapa kecil kehidupan yang seseorang miliki, kau tak bisa login selama 24/7. Berdasarkan pada ukuran politik yang muncul dari gagasan tentang 'Mengidolakan dunia virtual adalah hal buruk bagi manusia', waktu seseorang dapat tetap online di dunia virtual-pun ditentukan melalui tes individu.

"Tidak, serikat ini punya sistem kerja rotasi, jadi selalu ada sekelompok anggota yang aktif"

Pertama-tama, keduanya mencoba menuju ke ruang terdalam yang pada dasarnya adalah ruang master serikat. Berpijak dari satu set tangga ke set tangga lain, lalu berjalan lurus ke depan, setelah memasuki lantai tiga mereka menemukan kamar dengan plat pintu bertertuliskan 'Ruang Master'. Mengetuk terlebih dahulu, jawaban pelan kemudian menyapa, "....Siapa itu....?". Itu suara pria.

"Bukan orang yang mencurigakan. Aku hanya seorang dewi"

"....Itu saja sudah terdengar mencurigakan, tapi yah, silakan masuk"

Ketika keduanya membuka pintu, seorang pria yang pernah mereka lihat sedang duduk di kursi. Warrior berusia tiga puluhan, dengan tubuh kuat berlapis armor. Kepala serikat, Yutanga. Sang Warroir terkuat di gim ini.

Hanya saja, posisi duduknya di kursi tampak lemas, tak terlihat energik sama sekali.

"Siapa kalian---oh, setidaknya aku kenal kau"

"Ya, aku sang dewi"

Salam macam apa itu? Yutanga tertawa terbahak-bahak.

"Jadi si Dewi Kekejaman---datang untuk menuai jiwa kami yang telah melemah?"

"Kalian melemah?"

"Ya. Serikat ini, 'Pursue the Brilliance of the Stars', bisa dipastikan telah jadi semakin lemah"

Lizna mengerutkan kening.

"Itu sangat mengkhawatirkan"

"Bagi kami, bahkan lebih gawat"

Apa-apaan obrolan ini?


"Apa terjadi sesuatu? Apa semua orang melarikan diri setelah pembantaian?"

Tanya Sasaraki, yang dijawab oleh gelengan kepala Yutanga.

"Tidak, sesuatu se-absurd itu tidak akan berpengaruh pada kami"

"Lalu kenapa?"

"Ini gara-gara....pakaian renang"

Ucap Yutanga malu.

"30% anggota serikat kami terdiri dari para perempuan"

"Dan?"

"Di antara perempuan-perempuan itu, 70%-nya tepos...."

"Ah, aku paham---....Tunggu dulu oi!"

Apa yang di ocehkan paman ini sekarang?!

"Selama insiden pembantaian kemarin, kami sudah membagikan pakaian renang kepada para perempuan berpayudara besar...."

"Kenapa kau berbuat seidiot itu?!"

"Aku bersumpah, kemenangan kami sudah murni dan adil dalam taruhan itu....*"
[Jadi gini, serikat ini ngadain taruhan tentang. Dan mungkin cewek2 nya kalah, terus disuruh pake baju renang. Tapi yg diminta cuma yg dadanya gede doank]

Sistem Lotre-nya mungkin telah dimanipulasi?

Tak ada yang bisa dipercaya selain 'keacakan' dalam gim ini.

"Para perempuan berdada kecil yang tersisapun memberontak, 'Ini diskriminasi!'. Begitulah protes mereka"

"Tentu saja"

"Terutama salah satu anggota inti kami, Tiolis sampai menangis dan berkata, 'Padahal aku mempercayaimu!'"

"Ya, dadanya memang rata"

"Sasaraki-kun, kau sangat ingat bagian itu, ya?"

"Tidak, cuma mendadak kepikiran, paham?!"

"Baiklah, baiklah"

Senyum Lizna memiliki aura yang seolah berkata, "Kumaafkan kau".

"Kemudian, serikatpun terbagi menjadi tiga faksi. Para lelaki, perempuan berdada besar, dan perempuan berdada kecil"

"Tapi laki-laki memenuhi 70% dari kuota serikat, kan?"

"Tanpa adanya perempuan, para lelaki jadi seperti barang rapuh"

"Dengan kata lain, tanpa perempuan, mereka tidak punya motivasi untuk melakukan apa pun"

"Bisa dibilang begitu"

Keheningan yang tak seorang pun prediksi mulai berputar di atmosfir. Yutanga menatap keluar jendela dan bergumam....

"Aku ingin tahu---apa yang harusnya kami lakukan....?"

"Mana aku tahu?"

Serikat ini sudah tamat.

☆☆☆

Ke Halaman utama Kusoge Online (BETA)
Ke

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia