Kusoge chap 1 (6) vol 3 B. Indonesia

Chapter 1 (6)
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel


Selanjutnya adalah pembuatan karakter.

"Sekarang mari kita beri nama putrimu, tolong diskusikan sampai kau merasa puas"

"Apa anak perempuan satu-satunya pilihan?"

"Semua AI di dunia virtual ditakdirkan untuk sebagai perempuan"

"Alasannya?"

"Secara umum adalah karena tak memiliki anggaran yang cukup untuk implementasi AI laki-laki"

"Kurasa aku tidak bisa menyanggahnya"

Ada tiga besar B di game ini: Belum diterapkan, Belum diuji, Belum dipastikan.

Setiap sistem memiliki kurang dari setengah dari apa yang harusnya dimiliki.

"Ini adalah perangkat antarmuka kalian"

Sebuah dudukan mencuat keluar dari lantai, terdapat keyboard dibagian permukaannya.

Dari apa yang terlihat, kau dapat memasukkan huruf hiragana, katakana, dan alfabet.

"Kita harus beri dia nama apa, Azrael?"

"....Terserah. Namai saja sesukamu"

"Eh? Kau yakin?"

Dia mengira Azrael menyukai hal-hal semacam ini.

"Jika ku namai, aku akan terikat dengannya....Dan aku tidak tertarik pada nama gadis lain"

Pipi Azrael memerah, gadis itu memalingkan wajah. Sepertinya dampak dari edukasi seks sebelumnya masih melekat. Tak ada pilihan lain, ya?, pikir Sasaraki sambil memeras otak. Dia akan menjadi putri mereka berdua (setidaknya itulah latar belakangnya), jadi....

"—El"

Sasaraki mengetik di keyboard.

"Heh?"

Suara keheranan berasal dari Azrael.

Gadis itu dengan kosong menatap layar bertuliskan "El" disana.

"Maksudnya apa?"

"Aku memakai dua huruf dari Azrael, jadi El"

Yah, bukan maksudku sombong tapi ini memang ide yang bagus, atau begitulah pikirnya ketika ekspresi Azrael agak menggelap.

"Ap---? Tunggu! Namanya terlalu simpel!"

"Menurutmu begitu? Kurasa simpel lebih bagus"

"El adalah suku kata yang kau tempatkan di akhir nama malaikat, setidaknya pikirkan awalannya!"

"Lalu, bagaimana kalau bagian dari namaku juga....? Sasael atau semacam itu?"

Lelaki ini mengoreksi nama menjadi 'Sasael'.

"—Hmm. Tidak buruk"

Azrael meletakkan tangan ke dagunya dan mulai menggerutu, "Hmhmhm...."

"Sasael....Ada dua suku kata dari 'sa' berturut-turut membuatnya sulit diucapkan dan sangat dekat dengan kata Jepang 'sasaeru'. Azrael, Rafael, atau Uriel punya kata 'ra', kan? Jadi, bisa lebih bermakna, pertimbangkan misalnya tata bahasa Hebraic! "

Dia terus mengoceh.

"Berarti kita harus mengubahnya ke 'Sariel', malaikat yang mengatur kematian. Ini juga memiliki kesamaan denganku"

"Baiklah. Aku paham, kalau begitu Sariel"

Sasaraki menggunakan keyboard untuk mengubahnya sekali lagi.

"Ah! Kita belum selesai! Tunggu sebentar!"

Azrael menggerutu serius, "Hmmm".

"Sariel....tidak buruk, tidak buruk, tapi masih ada yang kurang!"

"Kurang? Kurang apa?"

"Di Azrael, ada tekanan dari huruf 'z', kan?"

"Ya, memang"

"Bukankah itu membuatnya lebih keren?"

"....Benarkah?"

"Ya. Kalau Sariel agak....kau tahu, terlalu polos, kurang berdampak!"

Kenapa dia jadi plin-plan?

"Dia harus bertahan hidup di dunia ini, jadi namanya harus sesuatu yang lebih kuat"

"....Tunggu, bukannya kau tak tertarik, Azrael?"

"Tak tertarik apanya?"

"Nama gadis ini, kau bilang begitu"

Hanya berselang sekian menit setelah si gadis mengucapkannya. Azrael berkedip tanpa henti. Entah kenapa, Sasaraki seolah bisa mendengar tik-tok jarum jam. Sekitar sepuluh hitungan kemudian, pipi Azrael mendadak berkobar.

"I-I-I-I-Itu benar! Tentu saja aku tidak peduli pada namanya!!"

Dia dengan panik menegaskan pernyataan tersebut.

Gadis ini ternyata lupa ucapannya sendiri.

"Kalau begitu, 'Sariel' boleh, kan?"

"Ah! T-Tunggu!"

Azrael meraih tangan Sasaraki.

"Aku memang tak tertarik, tapi memilih nama, yah, adalah masalah besar!"

"Baiklah"

"Dengan kata lain, bagaimana aku harus menyimpulkannya?!"

"Emmm...."

Si lelaki menggaruk pipi.

Pada dasarnya apa yang ingin Azrael ucapkan, atau lebih tepatnya, apa yang Azrael ingin Sasaraki ucapkan, adalah....

"Bisakah kau memilihkan nama untuknya menggantikanku?"

Baginya, mata Azrael tampak mulai berkilauan.

"Ehehe....J-Jika kau memaksa, maka aku tidak punya pilihan!"

Dan dia mulai menggerutu.

30 menit kemudian....

"Kenapa bisa sangat lama?!"

Sejauh ini, 30 kandidat potensial nama telah muncul.

"Idiot, ini tentang nama, biasanya bahkan memakan waktu tiga bulan!"

Azrael menyeringai dengan berani.

"Baiklah. 'A. Kisara!' Itulah namamu! "

Rangkaian katanya berasal dari 'Sasaraki' yang di bolak-balik. "Dia bukan putriku jadi aku tidak bisa membuatnya mewarisi namaku", ucap Azrael ditengah-tengah proses berpikir, jadi dia memusatkannya di sekitar nama Sasaraki. Ketika ditanya apa kepanjangan 'A', si gadis menjawab dengan bangga: "Fufufu, rahasia. Tapi masih terkait dengan misteri seputar kelahirannya, itu saja yang perlu kau ketahui!"

Mungkin A untuk Azrael.

"Sepertinya diskusi kalian berakhir"

"Ya, tolong dikonfirmasi"

"Dimengerti. Nama putri kalian adalah 'El Sasael Sariel Lyric Kilkilios Azusa Edifel Neimial Afulamas Yamiko Mayoi Kurisu Anzelitta Allblack Aaaa Ah AkuTakSengajaSudahMenekanTombolnyaA.%&?!', benar?"

Sekitar waktu ketika 'Afulamas' disebut, Mata Azrael terbuka dengan keheranan.

"Tunggu sebentar! Nama-nama barusan itu cuma ide, dan kenapa nama sebenarnya tak dimasukkan?!"

"Karakter yang sudah di ketik akan langsung di simpan dan tak dapat dikembalikan. Penambahan karakter ditumpuk ke entri sebelumnya"

Sistem input busuk macam apa ini?

"Ka-Kalau begitu kita ulangi dari awal saja!"

"Nama yang sudah dimasukkan tak dapat diubah. Ini adalah keputusan sekali seumur hidup"

"Tidak Tidak Tidak!!"

"Namun, aku mendeteksi jumlah karakter melebihi batas yang dapat menyebabkan kesulitan di dunia virtual ini"

"Kita singkat saja sampai bagian ujungnya...."

"Karena itulah, aku akan menyiapkan papan nama ekstra besar. Jadi semuanya tidak masalah"

"Itu sudah masalah!!"

"Baiklah, mari kita putuskan kejadian besar dimana 'El Sasael Sariel Lyric Kilkilios Azusa Edifel Neimial Afulamas Yamiko Mayoi Kurisu Anzelitta Allblack Aaaa Ah AkuTakSengajaSudahMenekanTombolnyaA.%&?!'-sama bertumbuh dan berkembang"

"TUNGGU, TUNGGU, TIDAK BISA BEGINI, BODOOOOOHHHHHHHH!!!!!!"

Teriakan Azrael bergema sia-sia. Tentu saja programnya tak berhenti.

"Baiklah, 'Tes Upacara' memutuskan bagaimana putri kalian tumbuh. Berganti lokasi...."

Di saat sistem menyuarakannya, atmosfir tiba-tiba berubah warna. Bangunan kayu usang yang mengingatkan orang pada kuil muncul. Berlantai marmer dengan pilar pahatan raksasa. Dan yang paling mencolok, di depan mata Sasaraki dan Azrael adalah telur, seukuran manusia.

"KYAA?!"

Pekik Azrael. Perutnya kembali ke ukuran normal.

"Eh? H-Huh?"

"Ini adalah telur yang terdapat di dalam dirimu"

"Telur....? Kau sebenarnya tahu kalau manusia tidak bertelur, kan?"

Azrael menggosok perutnya heran.

"Ah, tapi rasanya jadi ringan lagi.... T-Telur itu ada di dalam diriku....?"

Si gadis menatap telur. Cangkangnya agak transparan hingga bisa terlihat sesuatu yang melayang menyerupai sosok bayi dengan badan meringkuk di dalam. Tampak seperti bayi sungguhan yang belum lahir.

Kemudian, 2 bola seukuran kepalan tangan berwarna merah dan biru muncul di depan matanya. Kedua benda itu memutari Azrael layaknya satelit.

"Bola biru mewakili ciri-ciri sang ayah, sedangkan bola merah mewakili ciri-ciri sang ibu. Keduanya akan aktif dan diwariskan ke si anak. Cinta bersama kalian diperlukan untuk mengaktifkannya"

"Cinta?"

"Kalian hanya harus menyentuh bola-bola itu"

"Bagaimana, Azrael?"

"....Tak ada jalan lain"

Azrael pun menyentuh bola biru* dengan sedikit kecurigaan tertera wajah.
[Di inggrisnya sih emank gini. Meski sebelumnya dijelaskan kalau bola biru mewakili si ayah malah dipegang Azrael]

Tepat setelahnya, benda itu menggembung jadi sangat besar, sekejap kemudian---

"KYAAAAA?!?!?!"

---memancarkan cahaya yang intens. Sasaraki membuka mata setelah kilatan memudar. Bola biru sekarang mengambang di dekat Azrael. Dengan kata-kata tertulis di sana....

"Lelaki itu tidak mengolok-olokku"

"Inilah yang menurut ibu sifat ayah"


Suara sistem berlanjut diiringi suara lain yang keluar dari bola. Suara milik Azrael.

"Lelaki itu tidak mengolok-olokku karena menjadi Deathbringer Angel, menerima kesalahanku tanpa tertawa, dan menyebut diriku keren. Aku bisa merasa nyaman ketika bersamanya. Inilah hal-hal yang....aku sukai tentang Sasaraki"

"WAAAAAAAAAAAAAHHHHH?!?!?!?!"

Gema teriakan lengking dari Azrael.

"B-B-B-B-Bukan!! Bukan aku!!! YANG BARUSAN DARI BOLA INIIIIIII!!!!!"

"Eh....? Ah, be-benarkah?! Oh, ternyata dari bola itu!!"

"Tidak, ini adalah sifat-sifat yang menurut ibu dimiliki ayah"

"KAU DIAMLAH!!!!"

Bahu Azrael bergetar di bawah napas berat sementara wajahnya berwarna merah pucat.

"Selanjutnya adalah bola merah"

"Ah....E-Emm...."

Dilihat dari apa yang terjadi barusan, bolanya akan membaca tulisan yang muncul dengan suaraku. Tapi, harus tetap dilakukan. Sasaraki mengulurkan tangan dan meletakkannya di bola. Terasa sensasi hangat. Untuk sebentar, benda itu berdetak seperti jantung dan kemudian bersuara....

"Dia manis"

"....Eh?"

Azrael membuka mulut sambil terkaku.

Suara Sasaraki terus terdengar dari bola.

"Dia manis ketika berusaha dalam bermain peran. Dia manis ketika tersipu malu. Dia manis ketika menganggap teman-temannya sangat berharga. Dia manis ketika dirinya mudah sekali ditipu. Dia manis ketika memaafkanku karena menghamilinya. Tentu saja, dia sendiri terlihat manis. Dalam hal apa pun, Azrael manis dan....itulah yang aku sukai tentangnya "

"....Uh...."

Oh dewa.

Sasaraki lalu mengerti bagaimana perasaan Azrael sebelumnya.

Sungguh memalukan mendengar hal-hal semacam itu diucapkan dengan suaranya sendiri.

Yah, aku memang memanggap dia manis, tapi....bola ini terlalu blak-blakan.

"Ti-Tidak!! Kau tahu, itu dari bolanya!! Bolanya!!"

Si lelaki berteriak karena tak mampu menahan suasana tegang.

Azrael yang melamun akhirnya kembali sadar.

"Ah....Y-Ya, i-itu dari bolanya, ya?!"

"Ya! Dari bolanya!!"

Tak satu pun dari mereka tahu cara menjelaskannya, tapi sekarang, dua orang ini saling mengangguk.

"Kalau begitu, silakan letakkan bola pada alas"

Tiga alas muncul di sekitar telur. Terbuat dari marmer berwarna biru, merah, dan emas. Di bagian tengah masing-masing alas terdapat penyok berbentuk oval, tampak sebagai titik untuk meletakkan bola.

"Ja-Jadi, kumulai ya"

Pertama, Sasaraki meletakkan bola merah ke atas alas merah.

Cahaya merah lalu terpancar, menerangi bayi di dalam telur. Azrael juga melakukan hal yang sama pada bola biru dan membuatnya bersinar biru.

"Hah....? Dia bergerak....?"

Azrael bergumam. Seperti yang dia katakan, bayi dalam bola sedikit menggerakkan tangannya. Masih dalam posisi meringkuk, namun mata kecilnya menyipit sesaat.

"KYA?! A-Apa dia baru saja tersenyum?!"

"Jika seorang anak melihat orang tuanya, dia akan tersenyum"

"Mu-Mungkin benar, tapi...."

Azrael menggeser pandangannya di antara bola merah dan anak di dalam telur.

"Eh....? Apa bayi ini akan hidup sungguhan?"

"Dia masih tidak memiliki kesadaran diri, ini untuk setelah tes bakat"

"Be-Benar juga, ya...."

Azrael mendekati telur. Dia menatap bayi tersebut penuh rasa ingin tahu.

"Ada apa?"

"HYAUU?! Ti-Tidak! Aku tidak tertarik sama sekali!!"

Gadis ini menggelengkan kepala dengan panik.

"Bola ketiga adalah berkah yang diberikan oleh dunia ini"

"Diberikan oleh dunia ini?"

"Itu akan dipilih secara acak dari seperangkat ciri khas sebelum penciptaan"

Kata suara sistem, sesuatu yang besar kemudian memanifestasikan diri di hadapan Sasaraki. Benda ini memiliki sejumlah besar bola di bagian atas, dan tombol di depan sesuatu yang kemungkinan tutup di mana bola akan keluar. Dia mungkin seharusnya menekan tombol itu*.
[Bentuknya kayak mesin pachinko. Nentuin ciri-ciri anak aja pake gacha. Hebat]

"Kau bisa mengeluarkan hingga tiga bola berbeda. Jadi, bersenang-senanglah"

"Bahkan jika dibilang begitu...."

Tatapan Sasaraki bertemu dengan mata perempuan di sampingnya.

"Azrael, mau coba?"

"Ti-Tidak perlu. Lagipula dia tidak akan terlahir, jadi tak ada gunanya...."

Ucap Azrael sambil melemparkan pandangan sekilas ke arah bayi dalam telur. Dia jelas sangat tertarik, tapi mungkin tidak pantas kalau menyelidikinya lebih jauh. Yah, kami bisa melakukan redo, pikir Sasaraki dan langsung saja menekan tombol.

(Bang, srek-srek, klontang)

Bersama dengan bunyi-bunyi tak menyenangkan, sebuah bola keluar dari tutupnya.

Sasaraki mengambilnya, tertulis disana....

{Karakter Meta}

"....Apa-apaan ini?"

"Karakter dengan sifat 'Karakter Meta' memiliki kemampuan untuk mengenali bahwa dunia maya ini hanyalah game. Memang takkan punya pengetahuan di awal, tapi ketika sudah belajar, mereka akan menyadarinya. Karakter yang memperoleh sifat ini sebagian besar menjadi gila"

"APANYA YANG BERKAH?!?!?!"

"Lebih mirip kutukan...."

"Apa kau ingin meletakkan bola pada alas? Atau mencoba lagi? Jika memilih yang terakhir, silakan tekan tombol"

"Ayo, Sasaraki, kita lakukan lagi!"

Azrael melangkah maju dan menekan tombol.

Bola putih lain keluar.

Dia mengintip isinya bersama Azrael.

{Agitator}

"Karakter dengan sifat 'Agitator' memiliki kemampuan untuk menyemangati banyak orang, mereka adalah pembicara yang sangat baik. Jika memimpin kelompok besar, antusiasme mereka bahkan mungkin mengubah dunia---benar tidaknya masih perlu diselidiki"

"Kedengarannya agak samar, ya?"

"Bukannya itu berarti dia akan menjadi diktator? Tak boleh! Benar-benar tidak boleh!! Selanjutnya!!"

Entah bagaimana, Azrael jadi serius.

"Ei! Tekan!!"

(Bang, srek-srek, klontang)

Dan keluarlah....{Seraphic}.

"Ya ya! Ini bagus!"

Seluruh wajah Azrael hampir berkilauan. Suara sistem melanjutkan dengan penjelasannya.

"Karakter dengan sifat 'Seraphic' memiliki keinginan kuat untuk menyelamatkan seluruh dunia. Mereka selalu berpikir tentang apa yang bisa dilakukan demi menjadi penyelamat. Karakter yang memegang sifat ini sudah terjamin akan menjadi gila"

"Pada akhirnya mereka menggila semua, kan?!"

"Masih lebih baik dari yang lain, kan?!"

Memang kalau dibandingkan dengan yang lain, yang ini tidak seburuk itu. Sasaraki pun meletakkan bola putih tertulis 'Seraphic' ke alas emas. Namun kemudian, dua bola sisanya, 'Meta Character' dan 'Agitator,' mulai mengambang dan menempelkan diri ke alas.

"Kenapa sekarang?!"

"Sifat tak bisa dikembalikan setelah di peroleh"

"Tidak tidak Tidak!!"

"Sifat-sifatnya adalah 'Tidak mengolok-olok', 'manis', 'karakter meta', 'agitator', 'seraphic', benar?"

"Apanya yang benar! Itu kombinasi kekacauan!!"

"Sistem tak bisa menerapkan perubahan apa pun"

"Aku tahu!!"

"Baiklah, putri kalian akan tumbuh dengan tiga bola ini"

"Kau menyebutnya tadi lima, bukan tiga, oiii?!"

Lima bola bersinar pada tiga alas, jalur cahaya merasuk ke dalam telur seolah aliran sungai lembut. Sesuatu yang aneh terjadi. Putih, merah, dan biru. Bayi itu diterangi oleh tiga warna, dan seolah waktu berpacu cepat, tubuhnya berkembang pesat.

"Eh....? Dia pirang...."

Guman Azrael. Tubuh si anak berhenti tumbuh di kisaran bentuk usia sepuluh tahun. Sekarang memiliki rambut pendek, terlihat lebih muda dari Alice, tanpa pakaian---intinya, telanjang bulat. Tubuhnya memancarkan cahaya emas pucat.

Dan dibagian punggung---dia memiliki sayap putih bersih, seperti malaikat.

"Gadis dengan sifat 'malaikat' diberikan sayap yang tak terlihat"


"Tapi aku bisa melihat sayap 'tak terlihat' itu"

"Mereka yang memiliki hubungan darah, seperti ibu dan ayah, bisa melihatnya"

Dia bisa mendengar Azrael menelan ludah.

"Luar bia---Ah, sayapnya bersinar....Dia benar-benar terlihat seperti malaikat"

"Ya. Kelasnya adalah Seraph"
"Kelas Seraph....!"

Mata Azrael berbinar.

Meskipun berkata tak boleh melahirkan, dia tampak sangat tertarik. Itu sangat mungkin. Lagipula, dia menggambarkan dirinya sebagai Deathbringer Angel berkali-kali, dan sekarang malaikat sejati (walaupun baru saja diberi sifat) ada tepat di depan mata. Sebagai tambahan, anak ini adalah malaikat yang sangat mirip dirinya.

Dia meletakkan tangan di atas telur dan menatap lekat sang malaikat.

Pikirannya seperti telah pergi ke suatu tempat. Dia menepuk telur dengan tangannya.

"Baiklah, pertanyaan terakhir. Jika kalian lulus, sang anak akan memperoleh kesadaran diri. Namun, jika gagal, dia takkan terlahir. Ini kesempatan terakhir. Silakan pilih setelah kalian mempertimbangkan memang ingin punya anak atau tidak"

Gema suara sistem. Setelah beberapa saat linglung, tangan Azrael berhenti dan dia mengangkat kepala.

"Jika ingin menetaskan telur, tepuk cangkangnya tiga kali dan panggil nama putri kalian. Jika tidak ingin, hancurkan itu"

Bola-bola berhenti memancarkan cahaya. Sebaliknya, cangkang telur mulai bersinar.

"Azrael, emm...."

Sasaraki mencoba memanggil, namun kata-katanya memudar. Dia melihat sekilas anak dalam telur----putri mereka. Si gadis pirang berambut pendek. Terus terang, bohong jika dia berkata tkak tertarik. Apa anak ini akan memanggilnya Papa jika mereka memberi kesadaran dirinya sekarang?

Tidak, tidak boleh!

Sasaraki menggelengkan kepala dan menghilangkan godaan tersebut.

AI dengan kesadaran diri. Apa dirinya berbeda dari manusia?

Dia tak bisa mengambil tanggung jawab sebesar itu, bagaimana jika si anak berakhir seperti Fury karena dia?

Mereka harus bertindak sesuai rencana dan membatalkan semuanya.

Tapi---

Yang membebani pikirannya adalah Azrael.

Bahkan sekarang, gadis ini menatap lekat anak di dalam telur.

Sejak tadi, dia terlihat sangat sulit dimengerti, jadi bagaimana perasaannya tentang ini?

Sementara keheranan tentang itu....

"—Kita hancurkan, Sasaraki"

Gumam Azrael dengan nada rendah.

"Eh....? Ka-Kau yakin?"

Gadis itu diam-diam menghunus 'Magical Sword Gram' dari pinggulnya.

"Anak ini....tak boleh terlahir"

Dengan nada bergetar, Azrael berbalik padanya dan tersenyum seolah menyadari sesuatu.

"Lagipula, dia pasti takkan bisa menemukan kebahagiaan"

Bilah 'Magical Sword Gram' yang terselimuti aura ungu teracung pada telur, dia melanjutkan.

"Sasaraki, apa kau ingat namanya?"

"Eh....? Kisara, kan?"

"'El Sasael Sariel Lyric Kilkilios Azusa Edifel Neimial Afulamas Yamiko Mayoi Kurisu Anzelitta Allblack Aaaa Ah AkuTakSengajaSudahMenekanTombolnyaA.%&?!'"

"Kau ingat semuanya?!"

Daya Ingat yang menakjubkan---Yah, mungkin hasil dari rasa kasih sayang pada putrinya sendiri?

Azrael menggelengkan kepala sedih.

"Takkan ada kebahagiaan untuknya di dunia yang memaksakan nama seperti itu padanya"

Sungguh meyakinkan.

"Karena itulah....maafkan aku"

Azrael perlahan mengangkat pedangnya. Sasaraki bisa melihat air mata mengalir di pipi perempuan ini. Setiap tetes pasti berisi ketulusan. Lagipula, dia selalu jujur dalam permainan perannya.

"Kau tak seharusnya terlahir....MENGHILANGLAH, PUTRIKU!!!!"

Pedang yang berayun ke bawah bersama teriakan itupun---

(TRRAAAANNNGGGGG!!!!!)

---tertahan oleh penghalang emas yang membungkus telur.

""Eh?""

Suara kaget dua orang kemudian bergema.

"Menetaskan telur---"

"Eh....? E-Eh?! Tunggu, TUNGGU!! Kenapa tidak pecah?!"

"Karena kau menepuk telur tiga kali dan memanggil namanya sebelum melakukan hal barusan"

"Eh....? A-AAAAAAAAAHHHH?!?!?!?!"

Azrael memang sudah mengelusnya.

"Tidak, tadi tidak masuk hitungan, kan?! Aku sudah memegangnya bahkan sebelum kau menjelaskan hal itu?!"

"Inilah fungsi semestinya dari Sistem antrian pra-perintah"

"Kenapa sistemnya malah diatur begitu?! Batal, BATAL!!!"

"Tak ada fitur pembatalan"

Pengembangnya punya dendam pada opsi pembatalan atau apa? Seseorang mungkin telah membatalkan acara kencan mereka di saat-saat terakhir? Ditengah-tengah memikirkan hal semacam ini, yang tak lain adalah pelarian, dia mendengar bunyi cangkang telur yang pecah.

Gadis kecil itu membuka matanya.

Dua pupil hijau menatap langsung ke Sasaraki. Dia dan Azrael tak mampu berucap apapun. Bibir sang anak bergerak. Suara tegasnya lalu bergaung ke seluruh bagian kuil.

"Kudus! Oh kudus, sangat kudus! Aku, ibu, dan ayah, Trinitas yang suci!!"

Cangkang telur hancur. Pecah dan berubah menjadi potongan-potongan berkilau. Gadis itu dengan tenang berdiri di tengahnya. Sayap yang melengkung menyebar dengan megah, dengan satu kibasan kuat, gadis itu melesat ke udara dengan momentum besar.

(BAM!!!)

Hingga kepalanya menabrak langit-langit.

"....Eh?"

Kemudian jatuh.

(Wuuuuuussshhh)....Sasaraki merasakan angin dingin bertiup.

Dia dan Azrael terkaku dan membisu lagi. Yang mereka lakukan hanya memandangi gadis telanjang yang tiba-tiba jatuh dengan posisi bersujud di lantai depan mereka. Sasaraki telah melihat pemandangan semacam ini sebelumnya. Tanpa sadar, dia menoleh ke Azrael.

Oh benar, hal sama terjadi sepanjang kesalahpahaman Death Game yang diadakan Azrael.

Kepalanya juga terbentur saat itu.


Akhirnya, sang gadis kecil berdiri.

"Hau, sa-sakit....Hah? Ternyata tidak....?"

Diiringi air mata yang masih mengalir, dia memiringkan kepala keheranan. Sambil terhiasi benjolan di dahi karena menabrak langit-langit, si gadis kecil tampak bingung tentang tak munculnya rasa sakit. Anak ini mengamati sekeliling lalu bertemu tatap dengan Sasaraki dan Azrael.

Dia berseru pelan, "Aaah!"

Setelah menggoyang-goyangkan kepala, dia menepuk pipinya dan berdiri.

"Umm! Y-Yang barusan tak dihitung!"

"Tak dihitung?"

Sasaraki telah mendengar kata-kata ini dari orang lain tadi.

"Jadi jangan salah paham dulu! Beri aku kesempatan lain!"

"....Apa yang kau ingin kami lakukan?"

"A-Aku akan melakukan persiapan sekali lagi!"

"Persiapan?"

"Ya. Beri aku waktu sebentar"

Dia duduk dan memeluk lututnya di kelilingi cangkang telur pecah. Azrael dan Sasaraki mengawasi dengan diam.

"TAAHH!!!"

Dia membentangkan sayap dan melesat. Kali ini, mendarat dengan aman.

Sambil memasang pose kemenangan seolah-olah berkata, "Berhasil!", si gadis kecil berputar.

Dia lalu berteriak dengan melipat tangannya dan berpose agak mencolok.

"PUTRI KALIAN, MALAIKAT PENYELAMAT, TELAH DATANG KE DUNIA"

Anak yang mengakui diri sendiri sebagai Malaikat penyelamat berteriak dengan ekspresi sukses di wajah. Sasaraki sekarang yakin.

Ya, tanpa diragukan lagi, dia memang putrinya Azrael.

"....Gefuu...."

Di lain arah, Azrael sendiri mengeluarkan suara aneh kemudian pingsan.

"Mama, apa yang terjadi?! Apa kau begitu kewalahan oleh adegan debutku sebagai penyelamat hingga kau pingsan?!"

"Mungkin bukan itu alasannya"

☆☆☆
Ke
Ke

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]