Kusoge chap 1 (7) vol 3 B. Indonesia

Chapter 1 (7)
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel


Tak lama kemudia Azrael tersadar, meski masih dalam kondisi kaku dengan mata melek.

Inilah yang terjadi ketika kau mengalami kejutan psikologis dalam game ini. Para pengembang menggambarkannya sebagai bentuk perlindungan demi menjaga kesehatan mental para pemain, namun makna sebenarnya masih belum diketahui. Mungkin malah tak ada yang tahu.

"Ayo, Kisara, tenanglah dan perkenalkan lagi dirimu---....Mama? Apa kau baik-baik saja? Matamu terlihat mati"

"Aku baik-baik saja. Aku Deathbringer Angel, aku baik-baik saja"

"Jadi, kau baik-baik saja! Terima kasih dewa! Mama hebat!"

"Tidak, dia sama sekali tak terlihat sehat....Yah, terserah"

Menurut pengalaman Sasaraki, Azrael akan kembali ke dirinya yang biasa dalam beberapa menit.

"Tidak baik-baik saja? Fufufu, kalau begitu, giliranku!"

"Untuk apa?"

Gadis kecil itu tertawa angkuh "Fufu ~" (persis seperti Azrael).

"Sebenarnya, aku bisa menggunakan sihir pemulihan!"

"Eh? Sihir?"

"Karena aku adalah malaikat keselamatan!"

Tidak ada sihir di game ini. Yah, meskipun para monster menggunakan sihir.

Diiringi ucapan untuk menyemangati dirinya sendiri, si gadis kecil mengayunkan tangannya seolah-olah sedang merapal mantra.

"Ini dia~! 'SERAPH HEALING!!'"

(Cling cling cling). Efek kilauan pun muncul.

Begitu saja. Azrael masih terbujur kaku.

"....Hah?"

Gadis itu memiringkan kepalanya.

"Se-Sekali lagi!"

(Cling cling cling cling cling cling cling).

"Ke-Kenapa tidak ada yang terjadi selain bersinar?!"

"Mungkin karena mantramu belum diimplementasikan...."

Sesuatu yang sering kau temui di sekitar sini.

"Papa, ini pasti bagian dari skema jahat!"

"(Pastinya) begitulah"

"Siapa yang bisa mengganggu sihirku?! Pasti ada makhluk jahat yang mampu memanipulasi sihir di dunia kita!"

"(Ini bukan makhluk, tapi pastinya) ada"

Sasaraki mengangguk kepada gadis kecil yang dengan sungguh-sungguh memaksakan kisahnya.

Beginilah malaikat penyelamat, dia ingin menyelamatkan dunia, jadi mau bagaimana lagi.

Tapi---

Anak ini benar-benar seperti Azrael mini. Satu-satunya yang membedakan adalah rambutnya yang pirang, ukuran tubuh yang lebih kecil (terutama di sekitar dada), dan kurangnya pakaian. Tunggu, dia masih telanjang bulat. Ditambah sayap putih, auranya terasa mirip malaikat, tapi---

"Papa, ada apa? Apa ada sesuatu di wajahku?"

"Daripada wajahmu, kau sebaiknya memakai pakaian"

"Pakaian? Eh? KYAAAA?!?!"

Akhirnya menyadari dirinya telanjang, dia merasa malu karenanya.

Dia menunjukkan reaksi lucu dan berjongkok, sambil mengerang, "Auuh...."

"K-K-Kau seharusnya tidak menatapku selekat itu, kan?!"

"M-Maaf! Ini, ambillah!"

Sasaraki menyerahkan jubahnya untuk sementara.

"Uuuh...."

Gadis kecil itu buru-buru menerima jubah tersebut.

Dia menatap Sasaraki.

"....Papa, menatap putrimu yang sedang telanjang adalah perbuatan salah"

"Eh? Tidak, bukan maksudku begitu, tapi ya maaf"

"Tak peduli seberapa miripnya diriku dengan Mama, itu cabul"

"....Padahal aku sungguh bukan orang cabul"

Sasaraki memang tak merasakan itu terhadap seorang siswi SD, ditambah lagi putrinya sendiri.

"Yah, tak apa-apa. Aku malaikat, aku akan tersenyum dan memaafkanmu"

"Ya terima kasih"

Suasana hati gadis kecil ini sepertinya sedikit menghangat.

"Jadi, Papa, aku ingin mendengar namaku"

"....Namamu?"

"Ya, nama yang diberikan Papa dan Mama padaku"

Matanya berbinar.

Tapi meskipun sudah dimintai----Sasaraki tidak bisa mengingat nama panjang itu.

"Hei, Azrael, tadi siapa namanya?"

"....Ha!"

Dipanggil, Azrael akhirnya tersentak.

"Eh....? Nama? Maksudmu 'El Sasael Sariel Lyric Kilkilios Azusa Edifel Neimial Afulamas Yamiko Mayoi Kurisu Anzelitta Allblack Aaaa AhDisentuhthebuttonbyaccidentthere A% &?!?"

Dalam sekejap, El Sasael Sari (dan seterusnya)A %&?!'s, tersenyum beku.

"....Maaf, aku tidak mengikutinya barusan. Bisa Mama mengulanginya lagi?"

"El Sasael (dan seterusnya)"

Setelah mendengar dengan seksama kali ini, Sasaraki adalah orang yang menjawab. Senyum beku gadis itu berubah menjadi ekspresi tercengang. Kemudian, bersama dengan kepulan asap, papan nama raksasa muncul. Nama yang baru saja mereka ucap, nama yang begitu penuh teka-teki dan panjang hingga terasa tak nyata, tertulis di sana.

Gadis itu menatap papan nama dan tampaknya ingin berucap sesuatu. Pada akhirnya....

"....Aku...."

Dia tersenyum seperti malaikat dan mengambil papan nama.

"A-Aku mengerti! Na-Namaku....Namaku, um, El Sasael....Emm, um, itu, a-aku tak bisa mengingat semuanya dan juga tak bisa membacanya, tapi....Tapi! Karena ini nama yang Papa dan Mama buat dengan sepenuh hati untukku! Akan kuingat! Tepatnya! Dan untuk sementara waktu—! "

Dia mengumumkan, masih tersenyum. Senyum yang dipaksakan.

Tiba-tiba, Sasaraki merasa mereka telah melakukan sesuatu yang salah.

Hah? Apa ini benar-benar boleh?

"....?! T-T-Tidak, kau salah paham!"

Azrael berteriak dalam sekejap. Dia tampak sangat serius.

"Bukan! Itu bukanlah namamu!"

"Eh? Ta-Tapi yang tertulis di papan nama...."

"Itu kesalahan! Namamu adalah Kisara!"

Si gadis kecil berkedip tanpa henti.

Dia lalu menggumamkan suku kata 'ki', 'sa', dan 'ra'.

Ekspresinya jadi secerah mentari.

"Kisara, aku Kisara! Kisara adalah Kisara! Sungguh nama yang hebat!"

Wajah Azrael juga cerah.

"Y-Ya, benar!! Tentu saja!!"

"Terima kasih mama!"

Azrael mendadak berhenti bergerak.

"Mama, ada yang salah?"

"....Ah...."

Dia menggelengkan kepala dengan canggung.

"SA....SASARAKIIIIIIIIIIIIII?!?!?! APA YANG KITA AKAN LAKUKAN?!?!?!"

"Aku malah tidak tahu!!"

"Kita bahkan sudah memberinya nama!"

"Di-Dia terlihat sangat sedih, jadi tidak apa-apa kan?!"

"Terlebih, dia sangat imut!"

"Apa kau barusan memuji dirimu sendiri?!"

"APA YANG KITA AKAN LAKUKAANNNN?!?!"

Dia meraih kerah baju Sasaraki dan mengguncangnya.

"Ah, Mama, tak boleh ada pertengkaran rumah tangga!"

"Kami tidak berumah tangga!! Aku tidak akan pernah mengakui pernikahan ini!!"

"Eh?"

Wajah Kisara membeku lagi.

"Mu-Mungkinkah hubungan dalam keluarga Kisara sedang dilanda 'badai pernikahan'?"

"Tidak, daripada badai....ada banyak insiden tak mengenakkan, atau bagaimana mengatakannya ya...."

"Kelahiran Kisara adalah insiden tak mengenakkan?!"

Persis seperti itu.

---Adalah apa yang Sasaraki mutlak tak bisa beri tahu pada anak ini. Daripada begitu, dia berkata dengan tergesa-gesa....

"Ti-Tidak sama sekali, kehadiranmu sudah direncanakan matang-matang! Ya kan, Azrael ?!"

"Eh....? Ah, um, hnnnn"

Azrael bolak balik menatap Sasaraki dan Kisara. Kemudian memaksakan senyum.

"Te....Tentu saja begitu! Aku hanya bercanda sebelumnya!"

"Ah, le-leganya, Kisara sempat terkejut..."

Kisara meletakkan tangannya ke dada dan menghela nafas lega.

Sementara itu, Azrael mendekat ke telinga Sasaraki.

"Hei, apa yang akan kita lakukan? Dia anak yang sangat baik!"

"Ah, apa kalian mau membicarakan sesuatu yang rahasia? Kalau memang begitu, Kisara akan menutup telinga"

"Oh....Maaf ya, tolong lakukan itu"

Kisara mengangguk dengan penuh semangat dan berlari, mengambil sedikit jarak.

"Auu, dia gadis baik....Tidak, tidak, tidak!"

"Jadi, apanya yang tidak?"

"Artinya buruk! Gadis sebaik dia akan mati dalam sekejap mata di dunia kusoge ini!"

"....Ah...."

Tentu saja, ini kekhawatiran Azrael sejak awal. Orang yang benar-benar lembut tidak bisa bertahan hidup di dunia virtual ini. Mengingat hal-hal yang diucapkan gadis kecil itu sebelumnya, dia memang memiliki pengetahuan di tingkat tertentu, tapi belum sadar kalau berada dalam game.

"Jika dia memutuskan pergi bertualang untuk membunuh raja iblis atau sesuatu semacam itu, dia akan mati dalam sedetik!"

"Tepat sekali"

Sasaraki menatap Kisara. Dengan jubah longgar terpasang di tubuh mungilnya, dia menutup telinga sesuai permintaan Azrael. Pastinya gadis kecil ini bukanlah manusia, melainkan AI, sama seperti Fury. Namun Sasaraki tak bisa melihat Kisara selain sebagai orang yang nyata.

Jadi haruskah mereka merahasiakan banyak hal dan hanya tinggal di RPG ini sebagai orang tua dan anak?

Itu tidak mungkin, kan? Sasaraki menggelengkan kepala. Ada tiga masalah. Pertama-tama, mereka perlu berfokus mengawasi game ini tanpa punya waktu untuk hal lain. Kedua, seperti kata Azrael, Kisara mungkin akan mati dalam sekejap mata.

Dan ketiga sekaligus yang terpenting.

Tidak ada raja iblis di dunia ini yang harus mereka kalahkan.

Sebenarnya, Sasaraki telah merencanakan untuk membuat sesuatu seperti itu di kemudian hari.

Bahkan jika mereka berbohong padanya sekarang, cepat atau lambat pasti akan ketahuan.

"Ya....Ayo kita katakan yang sebenarnya tentang dunia ini"

"Aku penasaran, apa dia nanti akan jadi seperti Fury?"

Fury adalah AI kesayangan yang tak mencintai apa pun selain pembunuh massal pemain.

"Kita perlu lakukan yang terbaik agar dia tidak jadi begitu....Hei, Kisara"

Sasaraki menepuk bahu Kisara dari sebelahnya sementara gadis kecil ini masih menutupi telinganya.

Sang malaikat mungil kemudian berbalik dan menunjukkan senyum.

"Kisara, emm, kami punya hal penting untuk diberitahukan padamu"

Kisara duduk di lantai dengan pose sopan 'seiza' dan menatapnya.

Sekarang, bagaimana menjelaskannya---Sasaraki merenung, alih-alih teori, dia ingin membuktikannya secara praktis.

Cara tercepat dan termudah mungkin....

"Aku akan menunjukkan kepadamu kekuatanku sekarang, jadi fokuslah memperhatikannya dengan tenang ya"

"Oooh....! Kekuatan Papa! Kisara akan mengawasi dengan tenang!"

Ucapnya dengan mata berbinar.

Sasaraki bergumam, "Screen on", dan 'Master Screen' pun muncul. Layar berwarna biru pucat adalah bukti bahwa dirinya seorang gamemaster, bahwa dunia ini adalah sebuah game, bahwa ini bukanlah kenyataan.

"Ooohh! Bentuknya indah! Apa fungsinya?"

"Emmm, bisa memunculkan item, monster, juga ada bagian penciptaannya...."

"Eh....?"

Sasaraki memasuki 'Mode Penciptaan' dan perlahan mengubah medan.

Mereka sekarang berada di dalam bangunan, di sebuah ruangan kayu, namun dindingnya menjadi semakin transparan dalam sekejap. Tanah dihadapan mereka juga meninggi, sebuah bukit perlahan-lahan terbentuk. Selagi begini, Sasaraki juga perlu memunculkan item, jadi dia meletakkan pedang legendaris di puncak bukit.

Mata Kisara pun berubah jadi titik-titik kecil.

"Heh? E-Eeh?! Apa yang barusan?!"

"Alat penciptaan"

"Kisara mengira hanya dewa yang bisa melakukan hal seperti itu!"

"Ya, bisa dibilang, agak mirip dewa, aku adalah administrator dunia ini"

"....Tu-Tunggu sebentar!"

Kisara terbang ke atas bukit kecil.

Dia meletakkan tangan di pedang legendaris, menariknya keluar sambil berteriak, "OOOOOHH!!!! INI MEMANG ASLIIII?!?!". Dia kemudian berusaha memanggulnya dan dengan hati-hati kembali ke bawah bukit. Matanya berbinar.

"Tung---, in---! I-I-I-I-I-INI SANGAT HEBAT!!!! PAPA ADALAH DEWA?!?!?!"

"Tidak, bukan dewa, seorang gamemaster"

"Ga-Gamemaster?"

"Dunia ini adalah sebuah game"

Kisara menatap wajah Sasaraki dengan serius. Gadis kecil ini bukan berarti tidak tahu apa itu game, dia hanya meragukan apa yang sedang terjadi di kepalanya. Kisara pun mengerang kecil "Auuh....".

"Apa yang harus kulakukan....? Papa ternyata pecandu game...."

"Kisara, kau cukup berpengetahuan dengan hal-hal sosial semacam ini, ya....?"

"Karena aku mewarisi sebagian dari ingatan Mama"

Pada saat itu....

"[Sasaraki, apa kalian berdua selesai?]"

Jendela sistem muncul, itu adalah pesan dari Alice.

"Ah, ya....Kisara, kami akan kembali ke ruang debugging, bagaimana denganmu?"

"Ruang debugging terdengar seperti tempat di mana musuh dunia kita berada. Tapi sebenarnya apa itu?"

"Suatu tempat seperti ruang untuk mengontrol game ini"

Kisara mengerang "Mumumumu...."

"Apa yang dilakukan Papa dan Mama di sana?"

"Kalau menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti, kurasa kami sedang menyelamatkan dunia"

"Menyelamatkan dunia adalah kelebihan Kisara!"

"Aku akan sangat senang jika kau bisa membantu kami dengan pekerjaan gamemaster"

Berbeda dari Fury, anak ini masih benar-benar naif (walaupun Fury juga naif dalam caranya sendiri).

Akan sangat bagus jika kami bisa bersenang-senang mengembangkan game dengan orang sepertinya, pikir Sasaraki.

"Kisara adalah penyelamat hebat, jadi tentu saja aku akan membantu Papa dan Mama menyelamatkan dunia!"

"Baguslah, kalau begitu ayo kita pergi bersama"

Kisara tersenyum dan mengangguk kencang. Dia lalu bergumam sendiri.

"Fufu, Pedang Messian mematikan Kisara sudah menggeram"

Apa dia akan memperoleh kesempatan untuk menggunakannya ya....

Sasaraki berpikir cemas sambil mengangkat tangannya untuk berteleportasi.

☆☆☆
Ke
Ke

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]