Kusoge chap 2 (5) vol 3 B. Indonesia

Chapter 2 (5)
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel


Sasaraki dan Lizna berada di dasar lautan yang menutupi keseluruhan lantai dua, 'The End of the Endless Ocean'. Terpendam di dasarnya adalah 'Cagar Alam Bawah Laut', sebuah istana mewah terbuat dari marmer yang mengingatkan pada kuil-kuil di zaman Yunani kuno.

Di bagian terdalamnya ada aula raksasa, dimodelkan seperti kapel, dan Lizna duduk di lantai sambil memeluk lututnya tepat di tengahnya.

Dia adalah bos terakhir dari acara ini. Karena itu, dia menunggu pemain datang.

"Masih belum ada siapa-siapa?"

"Acara ini baru saja dimulai, akan butuh waktu"

"Menjadi bos terakhir itu membosankan, ya~?"

"Yah, tapi itu akan jadi masalah jika kau bergerak seenaknya sekarang"

"Tapi bukannya bos terakhir sering muncul sebelum bertemu bos mini dan mengatakan hal-hal seperti, 'Kau tidak cukup kuat untuk mengalahkan pelayanku!', atau hal semacam itu?"

Kalau dipikir-pikir, memang ada bos seperti itu.

"Tapi kau meremehkan mereka jika melakukannya, lagipula kau adalah seorang dewi"

"Lalu bagaimana kalau, 'Kau bisa melakukannya! Aku percaya padamu!'"

"Itu mungkin hanya akan membuat mereka marah dan menyerangmu saat itu juga"

"Tidak apa-apa. Aku sudah mengaktifkan Invincible Barrier"

'B-B-Barrier~', kata Lizna, berpose seperti Ultraman, lalu tersenyum.

"Dan aku menonaktifkan 'Izinkan PK'!"

"Apa itu?"

"Alice-san memberitahuku. Jika kau mencoba dan menyerang seseorang, kau hanya akan melukai dirimu sendiri"

"....Itu seperti Invincible Barrier yang aktif sebelum pertarungan dimulai, ya?"

Sasaraki menatap lantai. Ada genangan air besar sehalus cermin menutupinya. Dan di pantulannya dia bisa melihat banyak orang bergerak maju melalui gua lava. Di ujung tombak serangan itu adalah seorang gadis muda dengan rambut pirang, Kisara. Dia berkembang melalui dungeon terakhir dari lantai pertama sambil menaikkan moral juang sekutu-sekutunya.

Sepertinya dia melakukan yang terbaik demi menyelesaikan lantai pertama untuk mereka, sesuai rencana.

{Panas....Apa semua orang baik-baik saja?}

{Tentu saja, Juruselamatku! Aku melompat ke lava sebelumnya dan mati, tapi selain itu, aku baik-baik saja!}

{Jadi kau....tidak apa-apa, kan?! Kenapa kau melompat ke lava?!}

{Soalnya, di game sering ada pintu tersembunyi di jebakan, kan?}

{Kadang-kadang ada, lagipula siapa yang mengetahui tentang hal seperti itu?}

Untuk sesaat, Kisara terdiam, namun akhirnya berteriak,

{KAU HARUS MENGHARGAI HIDUPMU!!! ADA ORANG YANG AKAN SEDIH JIKA KAU MATI!!!}

{Yah, tidak apa-apa. Keluargaku mengira aku maniak gim dan meninggalkanku}

{Pengakuan itu---terlalu menyedihkan}

{Auuu....t-tapi Kisara akan sedih!}

{Eh?}

{Kisara akan sedih jika kau mati, aku akan menangis! Jadi kau tidak boleh mati!}

{....Uwah, ini buruk}

{Ada apa?}

{Aku sangat tersentuh---oleh seorang gadis kecil}

{Bukankah itu baik-baik saja?}

{Tapi, aku agak penasaran apa dia akan benar-benar menangis untukku jika aku mati}

Pria itu melompat ke lava dan meleleh.

{AKU SERIUS BERKATA PADAMU UNTUK JANGAN MATIII!!!~}

Kisara tampaknya berada di situasi cukup sulit.

"Aku mengerti kenapa dia begitu populer"

"Itu membuatmu bahagia jika ada seseorang yang benar-benar menangis untukmu, kan?!"

"Tidak, aku harap mereka bisa menahan diri agar tak membuatnya menangis...."

Kisara memukuli dada pria yang baru saja hidup lagi sambil menangis {BODOH, BODOH, BODOH, BODOH!!! KAU IDIOT!!! BAGAIMANA JIKA KAU TIDAK BISA HIDUP LAGI?!?!?!} Sekitar lima pria dan wanita di sekelilingnya menonton pemandangan itupun tersenyum. Dia sangat menarik.

"....Tapi, Sasaraki-kun, apa kau tidak berpikir ada sesuatu yang aneh?"

"Aku pikir semua ini aneh sekarang"

"Bukan itu, Kisara-chan berpikir dunia ini adalah kenyataan, kan?"

Lizna menunjuk ke air, pada pantulan pemain yang baru saja bangkit kembali.

"Kenapa dia tidak curiga melihat orang yang mati bisa langsung hidup lagi?"

"Karena dia berpikir pada kenyataannya ada sihir yang dapat menghidupkan kembali orang?"

"Namun dia meminta pada mereka agar jangan mati?"

Lizna memiringkan kepala, jawaban itu sepertinya tidak memuaskannya.

"Jika kau tahu kalau orang-orang akan hidup lagi, tidakkah kau akan lebih santai dengan kematian mereka? Atau bahkan secara aktif membunuh mereka?"

"Itu sesuatu yang hanya akan kau lakukan!"

"Benarkah begitu~....?"

Lizna memiringkan kepalanya sebentar, dan akhirnya berkata, "Yah, terserahlah"

Mereka berdua terus menonton Kisara dan kelompoknya untuk sebentar. Parade itu tampaknya berlangsung lancar.

"Hei, Sasaraki-kun, bisakah aku membuat jebakan atau semacamnya?"

"Eh? Aku tidak keberatan, tapi....untuk apa?"

"Kau tahu, keadaan mereka berjalan terlalu lancar. Bukankah para pemain akan lebih puas jika mereka menghadapi beberapa kesulitan?"

"Biasanya, ya, tapi....bagaimana dengan Kisara?"

Dia tidak melihat dirinya sebagai pemain. Nyatanya, memang bukan. Menjadi malaikat yang akan menyelamatkan dunia, itulah yang dia tegaskan sendiri. Bagaimana mereka membuat orang seperti dirinya bahagia?

"Kita bisa melakukan itu"

Namun, Lizna menunjukkan padanya senyum manis.

"Semua orang senang mengatasi kesulitan dengan kekuatan mereka sendiri"

"Tapi mereka tidak akan benar-benar berterima kasih kepada siapa pun yang memberi mereka kesulitan itu"

"Mereka tidak harus berterimakasih. Lagipula aku bos terakhir"

Lizna mengetuk permukaan air dengan jari. Rupanya, dia sedang menyiapkan jebakan.

"Baiklah, sudah selesai"

{Kenapa tiba-tiba ada pintu baja yang menghalangi jalan kita?!}

{Ini muncul begitu saja, tanpa alasan yang jelas, oi!}

{Perangkap ini cukup memaksa!}

Mereka protes dengan keras.

"Ayo kita lihat~, aku penasaran dengan bagaimana Kisara-chan akan menerobos~"

"Aku hanya ingin tahu, tapi mereka harus bagaimana agar bisa menerobosnya?"

"Aku tidak merencanakan sejauh itu"

"....EH?"

Suara Sasaraki meledak karena terkejut, Lizna menatapnya dengan bingung.

"Bukannya tugas para pemain untuk menciptakan solusi?"

"Tidak tidak tidak, ada perbedaan antara memberi mereka sesuatu yang sulit untuk diatasi dan meminta hal mustahil, kau tahu?!"

"Oh begitu!"

Lizna tampak agak kesepian.

Saat dia berpikir, Kukira aku harus memberi mereka solusi sendiri—, para pemain telah membentuk lingkaran dan mendiskusikan sesuatu. Masing-masing dari mereka menggenggam item hitam pekat yang menyerap cahaya, 'Black Dice'.

"Apa yang mereka lakukan?"

Ketika Sasaraki dan Lizna terus menonton, Kisara mencengkeram gagang pedangnya dengan satu tangan dan mengambil posisi berdiri rendah. Para pemain lain melemparkan 'Black Dice' mereka ke udara sekaligus. Kisara menghunus pedangnya dan membenturkannya bersama dengan sebuah teriakan.

{AYOOOOO!!!! 'PEDANG MESSIAN NEO'!!!!}

Saat salah satu dari 'Black Dices' menyentuh ujung pedang, sebuah kilat hitam mengalir melalui bilahnya. Kisara mengayunkan pedangnya. Bersama-sama dengan suara keras kaca pecah, kilatan hitam terlepas dari titik kontak antara pedang dan dadu---kau bisa menyebutnya laser.

Sinar itu menembus pintu baja dengan terlalu mudah dan melubanginya dengan bentuk persegi.

{Tak ada yang bisa menghentikan kita!!}

Mata Sasaraki dan Lizna menjadi titik-titik.

"Apa-apaan itu?"

"Apa kita memiliki keterampilan seperti itu?"

"Ada keterampilan yang membuat pedang bersinar, tapi tidak menembak laser"

Jika ada keterampilan di sini yang akan membuatmu menembakkan laser, Azrael akan mengincarnya.

"Ooh☆ Aku belum pernah melihat yang ini, Debugging Beam☆"

Kepulan asap muncul di depan mata mereka dan keluarlah seorang peri. Itu Fury.

"Debugging Beam? Fury, apa kau tahu apa yang terjadi?"

"Di antara seluruh jenis item, Item Bug sangat tidak stabil. Arti tidak stabil disini adalah batas antara item itu dan benda-benda di sekitarnya tidaklah jelas. Jadi ketika menerapkan vektor yang kuat---semisal tebasan pedang---akan berujung menelan data di sekitar dan menghancurkannya☆"

"Terdengar seperti bom"

"Ya, kau akan menyebutnya ledakan nuklir di dunia nyata☆"

"Tidak tidak tidak...."

Jangan katakan nuklir.

"Apa dunia ini akan baik-baik saja jika mereka menggunakan sesuatu seperti itu?"

"Tentu saja tidak, lihat☆"

Fury menunjuk ke pintu baja. Itu memiliki lubang menganga dalam bentuk kotak. Bagian dalam lubang itu penuh dengan sesuatu. Jika dilihat lebih dekat, itu adalah kata-kata. Ada banyak sekali, {ERROR! ERROR! ERROR! ERROR! ERROR! ERROR! ERROR! ERROR!}.

"Kehancuran data berujung pada error sintaksis objek☆"

"Jadi dengan kata lain, itu adalah laser yang bisa menghancurkan data dan menyebabkan banyak error"

"Ngomong-ngomong, jika terlalu banyak error yang menumpuk, itu akan menghancurkan dunia ini☆"

"ITU BURUK, WOI?!?!"*
[Simpelnya begini. Ada kata "PINTU". Kemudian, huruf "P"-nya mendadak hilang. Maka, hanya akan terbaca sbg "INTU". Sistem pun tak mengenali apa itu "INTU". Kenapa "INTU" bisa menempel ditanah? Kenapa "INTU" bisa berdiri tegak? Dsb. Akhirnya, error merambat ke objek sekelilingnya seperti tanah/lantai dan udara yg menyentuhnya]

Rupanya, itu adalah teknik yang tidak boleh mereka gunakan.

"Sasaraki-kun, bagaimana kalau kita bawa kembali pintu itu?"

"Benar, jika aku menggunakan skill gamemaster 'Object Teleport', seharusnya---"

"Ah, jika kau melakukannya sekarang, itu takkan berfungsi, kau tahu?~☆"

"Eh?"

Peringatan Fury sudah terlambat, Sasaraki sudah menggunakan skill itu. Begitu ruangwaktu di sekitar pintu baja terdistorsi, distorsi sepenuhnya menyebar ke seluruh area sekitarnya dalam sekejap, Kisara dan sekutunya juga terjebak di dalamnya.

{EH!? A-A-APA INI?!?!}

Sasaraki dan Lizna berada di bagian terdalam dari 'Istana Bawah Air'. Dan di sana, (BAM!!)

Sebuah pintu baja, Kisara, dan banyak pemain muncul melalui teleport.

"Lihat?☆ Jika kau menggunakan skill pada objek yang rusak, inilah yang terjadi☆"

Lizna dan Sasaraki berjarak sekitar lima meter dari Kisara dan kelompoknya. Lizna masih duduk di lantai sambil memeluk lututnya dan menatap Kisara dan teman-temannya dengan tercengang. Kisara dan para pemain lainnya balas menatap Lizna dengan cara yang sama.

Dia membuka dan menutup mulutnya beberapa kali.

Sungguh. Bos terakhir dan penyelamat berhadapan tanpa sengaja.

"(Sasaraki-kun, apa yang harus kita lakukan?!)"

Lizna berbisik ke arahnya. Mendengar suaranya, Sasaraki tersentak. Benar, untuk sekarang kita harus mengurus mereka. Jika aku hanya memindahkan orang-orang ini kembali ke tempat asalnya, seolah-olah tidak ada yang terjadi---Tidak, jika aku melakukannya sekarang, itu mungkin akan menyebabkan masalah yang sama.

"Ap-? D-Dewi, dan Papa juga?! Apa yang kalian lakukan di sini tiba-tiba?!"

"Ah, m-maaf, tunggu sebentar, aku akan melakukan sesuatu!"

"Kau akan melakukan sesuatu?!"

"Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku mengatakan kalimatku? 'Kau berhasil menyelesaikan The Underwater Temple!'"

Lizna bertanya dengan bingung.

"Kami belum menginjakkan kaki di sana! Kami sebenarnya masih di lantai pertama, tahu?!"

"I-Itu, begitu, aku akan sangat senang jika kau begitu baik untuk mengabaikan itu!"

"Baik?!"

"Dia imut, jadi aku bisa mengabaikan itu"

"Cara dia duduk di sana benar-benar memamerkan paha itu, aku akan mengabaikannya"

"APA YANG KALIAN PARA IDIOT BICARAKAN?!?!?!"

Ini kacau.

Situasi telah mencapai puncak kebingungan, Lizna bertepuk tangan.

"Baiklah, umm, banyak keadaan yang tidak menguntungkan mungkin telah membawa kita ke sini, tapi ayo kita bertarung sekarang!"

"SUDAH KUBILANG, AKU TIDAK MENGERTI APA YANG KAU BICARAKAN?!?!"

"Aku duluan, 'HOLY LANCE GENOCIDE!'"

Lizna meraih 'Immortal Pendant'-nya - item terkuat di dunia ini, item yang memberi gamemaster kekuatan mereka - yang menggantung dari lehernya. Begitu dia menggenggamnya, tujuh tombak dari cahaya keemasan muncul di atas kepalanya.

"AMBIL INI!!!"

Ketika Lizna menjentikkan jari, tombak energi padat terbang ke arah Kisara dan kelompoknya.

"AP---?!?!"

Kisara bertahan dari serangan tersebut dengan pedang. Tombak itu ditangkis dan tersebar menjadi cahaya. Namun, para pemain lain di sekitar Kisara tidak sehebat dirinya. Beberapa menancap ke perut, beberapa masuk ke dada.

"ALPHAAA?! BREAAAAAAAAK?!?!"

Kisara berteriak di depan pemandangan mengerikan itu dengan air mata di penglihatannya.

"Be-Bertahanlah! Ini mungkin hanya luka dangkal!"

"Tidak, Juruselamatku, sudah terlambat bagiku. Aku mati, jadi tolong izinkan aku menggunakan pangkuanmu sebagai bantal"

"Tidak, akulah yang benar-benar berakhir di sini. Tolong peluk aku dan tepuk kepalaku saat aku mati"

"Kalian berdua tampaknya baik-baik saja, ya kan?!"

Melihat bar kesehatan mereka, setiap kali tombak berdenyut, itu malah memulihkan kesehatan mereka.

"A-re, a-re? Sasaraki-kun, kenapa mereka tidak mati?"

"Lizna, apa kau sudah menguji skill itu sebelumnya?"

"Tidak"

"Seharusnya di uji dulu"

"Maaf, akan ku lakukan lain kali"

Lizna membungkuk. Dia sangat penurut.

"Fury, apa kau tahu apa yang baru saja terjadi?"

"Semua pemain memiliki ketahanan terhadap serangan tipe cahaya dan menyerap kerusakannya☆"

"Kenapa begitu? Apa mereka melakukan fotosintesis?"

"Jika mereka tidak memiliki ketahanan cahaya, matahari akan terlalu ganas dan bisa menguapkan mereka semua☆"

"Alasan yang sangat bodoh, tapi aku bisa percaya itu"

Kisara menampar wajah kedua orang itu dan mereka berdua bangkit lagi. Mereka terlihat cukup energik.

Lizna tersenyum lembut dan berpose yang mungkin berasal dari seni bela diri Tiongkok.

"Itu hanya salam animasi pertamaku! Akan membosankan jika aku mengalahkan kalian semua saat kalian belum siap bertarung dengan serius!"

Rupanya, itu drama yang dia putuskan.

"Tapi kau terlihat menembaki kami dengan sangat serius barusan"

"Ya, padahal matamu sedingin es dan penuh dengan keinginan untuk membunuh"

"Sasaraki, apa yang harus aku lakukan?! Mereka tidak mengikuti alur sama sekali!"

Sangat membosankan.

"Kenapa kau berpikir bahwa itu sudah cukup untuk membodohi mereka....? Lawan saja mereka secara langsung"

"Begitu ya! Baiklah!"

Lizna menggumamkan sesuatu dan palu raksasa muncul entah dari mana. Manslaughter Hammer favorit Lizna yang dia gunakan sejak dirinya menjadi pemain. Sasaraki juga sudah merasakan berat benda itu di kepalanya beberapa kali. Tak ada pemain yang selamat dari serangan langsung darinya.

Dia memutar palu di atas kepala seperti bilah kipas dan (BAM!!)

Dengan menendang tanah sampai menimbulkan raungan gemuruh, Lizna pun menyerang Kisara dan kelompoknya.

"JURUS PAMUNGKAS!!! RASAKAN INIIII!!!!"

"Kuh....Dia datang! Kita harus memblokirnya!!"

Kisara mengambil sikap yang seharusnya kau lihat di kendo. Lizna menerjang ke arahnya dengan senyum di wajah. Palu dan pedang saling menghantam. Tapi hanya sesaat. Pedang Kisara terpental dan menusuk langit-langit. Tanpa kehilangan momentumnya, palu itu mendekati Kisara---

"Sayang sekali!! Datanglah lagi---setelah kau naik level sedikit!!!"

"---?!"

Kemudian, sesuatu yang aneh terjadi.

Detik ketika palu menyentuh tubuh halus Kisara, senjata itu melaju
mundur seolah-olah seseorang sedang memutar mundur kaset video. Palu itu mendekati Lizna dengan gerakan yang seharusnya tidak mungkin didasarkan pada mesin fisika. Bersama dengan suara ledakan, dia memukul home run pada dirinya sendiri. Meledakkan dirinya ke dinding 'Kuil Bawah Air' dengan keras.

(Alice-san memberitahuku. Jika kau mencoba dan menyerang seseorang, kau hanya akan melukai dirimu sendiri)

Oh ya, 'Izinkan PK'-nya tidak aktif.

Keheningan yang begitu lama sampai-sampai sakitnya terasa.

{Dewi Lizeltna telah dikalahkan. Acara diselesaikan. Selamat!}

Suara Lizna (dari masa lalu) bergema. Mereka sudah merekam itu sebelumnya.

Sasaraki, Kisara, dan para pemain lainnya menatap dewi yang menempel ke dinding.

{Tapi jangan berpikir kau telah melihat yang terakhir dari dewi! Sampai jumpa lagi di acara selanjutnya!}

Suara putus asa Lizna berkata.

Mata Sasaraki menjadi jauh. Kisara juga sama.

Akhirnya, yang pertama mengangkat suara mereka adalah pemain di sisi kanan Kisara.

"....Kita berhasil! Kita menang!"

"....Kita benar-benar melakukannya, ya kan?!"

Mereka melirik Kisara.

"....HAHH...."

Dia ragu-ragu sejenak, tapi kemudian menggelengkan kepala. Setelah itu, wajahnya tersenyum.

"Te-Tentu saja! Keberanian kita membawa kita pada kemenangan!"

Rupanya, itulah drama yang dia putuskan.

"Kau benar-benar harus meledak dengan keberanian hanya untuk menghadapi palu itu!"

"Lagipula, kata-kata dan senyumnya penuh dengan niat untuk membunuh, kan?! Kau mengalahkan tekanan haus darah itu dan menang!"

"HOREEEEE UNTUK JURUSELAMAT KITA!!!"

"EEEEEEEEEHHHH?!?!?!"

"Apa kalian sungguh tidak apa-apa dengan itu?" Wajah Kisara sepertinya bertanya.

"Ayo, Juruselamatku! Ayo kita ambil harta kita!"

"Hadiah acara adalah tiket 'Dapatkan Apapun yang Kau Inginkan', kan?!"

"Kita bisa menggunakannya untuk memecahkan mantra para pengembang jahat itu, kan?!"

"I-Itu benar! Kita bisa mengembalikan kewarasan semua orang dengan ini!!"

Kisara tampaknya telah mendapatkan kembali jiwanya dan tertawa, "Ehehe~". Kemudian dia berbalik ke Sasaraki.

"Papa, aku ingin meminta satu hal padamu"

"....Satu hal?"

"Iya"

Dengan ekspresi serius di wajahnya, Kisara menatap langsung ke matanya.

"Aku ingin Mama dan kau datang ke rumah guild kami sekarang"

"Azrael juga? Apa kau berencana mengadakan sesuatu?"

"Ya! Itu akan dimulai sekarang!"

Dia memeluk tiket 'Dapatkan Apapun yang Kau Inginkan' di dadanya dan mengatakan satu hal lagi,

"Tolong! Itu saja yang aku minta!"

"Tentu, aku tidak keberatan"

"Sungguh?! Yeeeaahh!! Woohoooo~!!"

Kisara melompat kegirangan.

"Juruselamat kita memang hebat!"

"Itu bagus, Juruselamatku!"

"Ngomong-ngomong, aku ingin Juruselamatku memanggilku Papa juga!"

"Aku juga!"

"Tidak denganku! Ayo kembali ke rumah guild, kita harus membawa kemenangan kita!"

"Bagaimana cara keluar dari sini? Kita dipindahkan ke sini, kan....?"

"Jika kita mati, harusnya bisa kembali ke titik kebangkitan"

"Kalau begitu, aku duluan"

"BUKANNYA SUDAH KUBILANG JANGAN MATIIII?!??!"

Teriakan Kisara bisa terdengar.

{Hei, hei, Sasaraki-kun, apa yang direncanakan Kisara?}

Dia bisa mendengar suara Lizna dari kejauhan setelah dia terlihat telah hidup kemllbali.

"....Hmmm...."

Sasaraki memperhatikan Kisara saat dia berjalan pergi dengan langkah bahagia.

"Dia mungkin berbicara tentang mengembalikan kewarasan semua orang, tapi...."

{Tapi?}

"Aku tidak berpikir ada kewarasan dalam game ini yang bisa ditemukan"

{Eh? Tapi aku waras?}

Lizna bisa mengatakan hal-hal seperti itu dengan sangat serius.

Lelaki ini duduk di lantai dan menatap langit-langit. Dia tidak tahu apa rencana Kisara, hanya saja---dia harus pergi dan memastikannya sendiri. Dan, jika sesuatu terjadi, itu adalah tugasnya untuk menyelamatkannya.

{Juga, Sasaraki-kun, kurasa liontinku hilang}

"'Immortal Pendant-mu?'"

{Ya, tapi kenapa? Tidak mungkin itu hancur, kan?}

"Itu sangat mungkin, tapi tunggu sebentar di sana"

Ketika monster memiliki item penting, mereka menjatuhkannya begitu dikalahkan. Gim ini menganggap Lizna sebagai bos dungeon sekarang, jadi dia mungkin telah menjatuhkannya ketika Kisara mengalahkannya---dalam kasus itu, kemungkinan besar Kisara memilikinya.

"Aku akan mendapatkannya kembali ketika aku bertemu dengannya"

{Lebih penting lagi, apa Kisara-chan juga tidak mau menjadi dewi?}

"Akan lebih bagus jika dia mau, tapi....kedengarannya sulit"

Sasaraki menghela nafas.

Dia berpikir akan lebih baik jika dia bisa memperpendek jarak antara Kisara dan dirinya sendiri dari sini.

☆☆☆
Ke Halaman utama Kusoge Online (BETA)
Ke

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]