World Teacher chap 44 B. Indonesia

Chapter 44 Wasiat Ibu
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel


Cardeas Bartfeld

Terlahir sebagai putra sulung Raja sebelumnya, dia merupakan lelaki yang cocok menjadi penerus Raja karena bakat luar biasanya di berbagai bidang.

Namun, dirinya lebih ingin menjadi seorang petualang ketimbang menjadi raja.

Kepercayaan diri disertai intuisi yang tajam, dia juga lebih suka menggerakkan tubuh, terkadang pergi keluar dan berpetualang. Tentu, sebagai putra sulung, dirinya tak diizinkan melakukan itu. Hanya saja, ada seseorang yang mendukung aspirasi tersebut.

Orang itu adalah adik Cardeas, Arious.

Arious memiliki kepribadian yang tenang dan lembut, suka membaca buku, dan sangat berlawanan dengan saudaranya, namun hubungan di antara keduanya sangatlah erat.

Dan kemudian, yang terpilih sebagai penerus raja berikutnya adalah....putra kedua, Arious.

Raja sebelumnya menilai bahwa putra sulung yang tidak memiliki motivasi, tidak cocok menjadi penguasa bahkan jika dirinya mampu. Untungnya, kemampuan Arious sebagai Raja cukuplah baik dan diakui oleh orang-orang di sekitarnya. Karena Cardeas tak tertarik sejak awal, dia melatih tubuhnya sambil mendukung adik laki-lakinya dalam bayang-bayang.

Dikombinasikan dengan kepribadian baik Arious, iklim politik yang stabil pun berlanjut. Selanjutnya, dia menikahi seorang bangsawan dan anak pertama akhirnya lahir. Selang beberapa tahun setelah kelahiran anak kedua, Cardeas yang tidak lagi khawatir tentang penerus adiknya, memutuskan untuk pergi dalam petualangan yang dia impikan.

Lingkunganpun merasa keberatan, namun Arious mengizinkan dan mendorong punggungnya.

"Aku ingin kau melihat dunia menggantikanku"

Demi adik yang memberikan dorongan pada punggungnya tersebut, Cardeas pun memutuskan.

"Sepuluh tahun. Aku akan kembali setelah sepuluh tahun dan akan langsung mendukungmu selama sisa hidupku"

Dengan janji itu, Cardeas akhirnya pergi dalam perjalanan panjang.

Tidak hanya menyenangkan, terkadang juga menyulitkan, tapi dia tetap menikmati petualangannya. Berkunjung ke berbagai belahan dunia, mengumpulkan berbagai pengalaman dan tumbuh semakin kuat.

Tahun-tahun berlalu dalam waktu singkat, suatu hari ketika Cardeas menerima permintaan dari serikat untuk memperoleh penghasilan, itulah waktu ketika dirinya bertemu dengan Laura, ibu Reese.

Karena sama-sama menjadi petualang, mereka bergaul akrab hingga membentuk kelompok dua orang. Saling melindungi punggung masing-masing, mungkin tak terelakkan bagi mereka untuk tertarik satu sama lain dengan bepergian bersama hingga akhirnya menjadi sepasang kekasih.

Berbagi tempat tidur bersama berkali-kali, dan ketika mereka berpikir tentang pernikahan....periode sepuluh tahunpun mendekat.

Cardeas kesulitan. Walau lebih baik untuk kembali bersama Laura, orang-orang mungkin takkan peduli padanya karena status perempuan itu yang hanya sebagai jelata sekaligus petualang. Di atas segala hal, dia tahu Laura tidak menyukai pilihan tersebut.

Tersisa dua pilihan.

Berpisah dari Laura, kembali ke kastil dan mendukung adiknya. Atau berpura-pura melupakan janji itu dan melakukan perjalanan bersama Laura.

Orang yang memutuskan ketika dirinya bimbang, tidak lain adalah Laura sendiri. Dia mengajarinya segala hal hingga bahkan mendorongnya pergi.

"Itu janji kan? Cardi yang tidak mampu melindungi janjinya, bukanlah Cardi* yang aku cintai"
[Laura memanggil Cardeas dgn nama panggilan Cardi/カーディ]

Cardeas lalu memutuskan untuk kembali ke kastil karena kata-kata tersebut, berpisah dari Laura dan pulang ke Elysion.

Kemudian, orang yang menunggu kedatanganya di kastil adalah....sosok adik laki-lakinya yang terbaring lemah di tempat tidur.

Arious jatuh sakit setahun yang lalu, dan ketika Cardeas kembali, dia sudah divonis tidak memiliki banyak sisa hidup lagi. Sudah terlambat untuk pengobatan, adik yang lemah itu menyambutnya kembali sambil tertawa putus asa.

Beberapa hari kemudian....Arious meninggal.

Anak-anak Arious masih terlalu muda dan terlalu dini untuk menggantikannya. Ketika negara itu di landa duka, Cardeas melihat ke negara bernama Elysion yang dilindungi oleh adiknya kemudian memutuskan.

"Aku....Tidak, aku* akan menjadi raja dan melindungi negara ini!"
[Cardeas mengucapkan 'aku' menggunakan kata 'Ore', lalu dia mengoreksinya dengan berkata 'watashi'. Watashi terkesan lebih sopan dan formal]

Cardeas mengadopsi tiga anak Arious dan menjadi penguasa baru Elysion. Ngomong-ngomong, salah satu dari anak-anak itu adalah Lifell-hime.

Tentu saja ada pihak yang keberatan, namun dia memotivasi dirinya sendiri sebagai pria yang memiliki kemampuan menjadi raja sejak awal, membangun hubungan baik dan menghadapi mereka secara langsung. Dengan pengalaman dan intuisi yang didapat selama menjadi petualang, langkah-langkah politikpun terus dikembangkan dan membuat musuh-musuhnya secara bertahap bungkam. Dia menikah dengan seorang bangsawan terkenal dan memperoleh kelahiran putra tertua, menghabiskan setiap harinya sibuk menangani bisnis resmi....ketika dirinya sadar, sepuluh tahun selanjutnya hampir berlalu.

Pada suatu hari, sepucuk surat sampai padanya. Kertas itu sendiri kotor namun tampak sudah dikirimkan dengan aman karena terdapat sebuah stempel pribadi jika dilihat lebih dekat. Dia tahu satu-satunya orang yang memiliki stempel itu selain dirinya. Tidak salah lagi, itu berasal dari cincin yang dia berikan kepada Laura selama perpisahan mereka.

Ada satu lembar kertas yang terlampir di surat tersebut. Sebuah kalimat yang tertulis disana mengguncangnya.

{Tolong jagalah putriku}

Cardeas langsung mencari asal surat itu dan mengirim bawahannya untuk melakukan penyelidikan.

Menurut laporan, Laura sudah meninggal karena penyakit dan diketahui memiliki seorang putri bernama Faeris.

Sebelum mereka terpisah sepuluh tahun yang lalu, dia sudah mengandung anak Cardeas. Ketika kasus diselidiki, tidak ada kemungkinan terdapat pria lain hingga membuatnya berpikir tanpa ragu, bahwa anak yang dikandung pada saat itu adalah putrinya.

Laura berpikir kalau anak biasa mungkin hanya akan menjadi penghalang bagi Cardeas. Jadi dia membesarkannya tanpa memberitahu pria itu.

Dia tak bisa memaafkan dirinya sendiri karena langsung kembali ke Elysion dan meninggalkannya sendirian selama hampir sepuluh tahun. Cardeas segera mengirim surat untuk mengambil hak asuh Reese.

Disaat mereka bertatap muka, dia bisa melihat wajah Laura pada Reese.

Ekspresi macam apa yang harus dirinya tunjukkan kepada putri yang dia abaikan sampai sekarang....itulah yang dipikirkannya.

☆☆☆

Setelah menyelesaikan monolog tersebut, pria ini berjalan mendekati jendela dan menghela nafas.

"Aku tidak bermaksud menunjukkan sisi ayah yang sekarang, tapi aku takkan mengabaikanmu lagi"

"Tou-sama...."

"Namun aku membuatmu terlibat dalam kejadian itu. Hanya demi agar kau tidak terjebak bersama para bangsawan bodoh, aku bertindak dingin seolah-olah tidak peduli, tapi....sekarang berbeda. Kau tahu, aku ini adalah ayah yang terburuk karena lebih memilih menjadi raja daripada menjadi orangtua"

Dia ingin melindungi anaknya sendiri, Reese, tapi dia juga harus melindungi negaranya sebagai seorang raja. Apa yang dia pilih pada akhirnya adalah negaranya. Sebagai seorang raja, dia tidak salah, itulah sebabnya dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena rasa tanggung jawab yang kuat. Selain itu, alasan dia menghindari Reese mungkin karena perasaan bersalah terhadap Laura.

"Laura senang menjadi petualang hingga ke lubuk hatinya, sama sepertiku. Namun, kesenangan itu terenggut karena diriku, dan bahkan aku belum sempat mengambil tanggung jawab hingga akhirnya Laura meninggal. Itu sebabnya....aku terlalu malu untuk menghadapimu"

Ketika mengandung seorang anak, dia seharusnya tidak dapat melanjutkan pekerjaan sebagai seorang petualang. Untuk tinggal di kota dengan penghasilan yang tidak mencukupi sambil membesarkan bayi seorang diri, betapa sulitnya itu? Sungguh seorang wanita dengan hati dan pikiran yang kuat.

"Yah, Faeris. Tidakkah kau ingin berkata sesuatu pada si bodoh yang telah meninggalkanmu beserta ibumu, hingga membuatmu terjebak kedalam hal yang konyol? Jangan ragu jika kau ingin memukul. Aku akan menerima semuanya"

Sambil tertawa sedih, Cardeas memanggil Reese. Putrinya berdiri menanggapi, berjalan perlahan ke depan Cardeas, dan mengambil napas dalam-dalam.

"Tolong jangan memutuskannya sendiri!!"

Sebuah tamparan mengiringi jeritannya. Hanya saja, dia tidak menampar dengan kekuatan dan hanya menimbulkan bunyi tepukan kecil.

"Kenapa kau harus memutuskannya sendiri?! Tolong jangan katakan itu ketika kau tidak tahu tentang perasaan ibu dan perasaanku!!"

"....Aku mengerti. Jika ingin membenci, tidak apa-apa, bencilah diriku sebanyak yang kau suka"

"Kau masih salah! Dari awal, Tou-sama sudah salah! Kaa-sama....tidak pernah membenci Tou-sama"

"....Tapi aku....pada kalian...."

"Kaa-sama mengatakan ini sebelum dia meninggal....'Jangan membenci ayahmu'...."

"....A-Apa....?!"

Begitu Reese berucap bahwa dia tidak membencinya, Cardeas membuka lebar mata dan terkaku. Dari sudut pandang seorang raja, dia merasakan keresahan hingga berpikir Laura dan Reese ingin menikam jantungnya sampai sekarang.

"Kaa-sama sering bercerita tentang kehebatan Tou-sama, dia berbicara dengan bangga seolah-olah yang dia ceritakan adalah dirinya sendiri. Pada saat itu, aku tidak benar-benar mengerti dan menganggap Tou-sama sudah mati, tetapi aku memahaminya dengan jelas sekarang. Kaa-sama bangga pada Tou-sama. Tou-sama yang sebagai Raja...."

"Laura....kau...."

"Karena itu, aku juga tidak bisa menyalahkan Tou-sama yang hidup sebagai Raja dan takkan bisa. Tapi, ada satu hal yang ingin aku dengar. Apakah aku....apakah hal yang baik bagiku untuk dilahirkan sebagai putri Tou-sama?"

"Tentu saja! Ketika tau bahwa Laura meninggal, aku lupa kalau diriku akan putus asa jika kau juga meninggalkanku!"

"....Aku senang. Sudah cukup bagiku untuk mengetahui kalau kau merasa bahagia karena aku menjadi putrimu"

"Faeris....apa kau memaafkanku?"

"Memaafkan atau apapun itu, pada awalnya aku tidak marah. Selain itu, Tou-sama, tolong panggil aku Reese"

Ketika Reese tersenyum, wajah Cardeas yang kaku ikut tersenyum. Beban berat yang dirinya pikul tentang Laura pun pecah dan dia tampak seolah cerah kembali.

"Huuhh....benar. Reese, terima kasih sudah memberitahuku kata-kata Laura"

"Ya!"

Kesalahpahaman diantara keduanya pun terselaikan, waktu lalu terliputi suasana hati yang sangat baik. Hanya saja, masih ada satu hal yang belum memuaskan. Karena dia telah dipandang sebagai seorang ayah, aku mengerti apa yang diinginkan Reese untuk saat ini.

"Maaf menganggu, Yang Mulia. Bolehkah saya mengatakan sesuatu? Sebagai orang tua, tidakkah lebih baik menepuk kepalanya jika Anda sedang memuji seorang anak?"

"....Yah, itu memang benar. Terima kasih, Reese"

"Aah...."

Rambutnya menjadi berantakan oleh belaian yang sedikit kasar, namun Reese senang dari lubuk hatinya ketika ditepuk oleh ayah kandungnya.

Kesenjangan antara Reese dan ayahnya akhirnya terkubur. Mungkin masih terasa canggung tapi setidaknya itu bukanlah hal yang buruk.

Ketika ketegangan di udara lenyap dan Senia menyiapkan teh baru, pelayan Cardeas mulai berbicara padanya.

"Yang Mulia. Anda harus segera kembali ke istana, kalau tidak ini mungkin mempengaruhi urusan pemerintahan"

"Begitukah....haruskah aku kembali?"

Ketika Cardeas menatap Reese tanpa sengaja, pandangannya bertemu dengan mata putrinya yang tampak kecewa. Melihat tatapan seperti anak anjing terbuang itu, pria ini memejamkan mata sambil berpikir dan kemudian bertanya kepada pelayannya.

"Yah, Jin. Bagaimana kelihatannya pipiku sekarang?"

"Jejak tamparan Lifell-sama masih tampak jelas"

"Dengan wajah seperti ini, tidak mungkin bagiku untuk pergi keluar sebagai raja yang menghadapi para pengikutnya"

"Itu benar. Untungnya, disini adalah sanatorium. Jika Anda berendam di air panas, bekas itu mungkin akan lenyap setelah satu hari"

"Hmm, haruskah aku melakukan itu? Aku akan merepotkanmu"

"Tidak masalah. Kalau begitu, saya akan kembali ke kastil"

"Aku serahkan padamu"

Pelayan yang dipanggil Jin meninggalkan ruangan tanpa bersuara. Kemudian, Cardeas yang masih disini duduk di sofa dan mengajak Reese untuk duduk di sampingnya.

"Reese, jika tidak apa-apa, maukah kau menceritakan lebih banyak tentang Laura? Selain itu, aku ingin tahu bagaimana keadaanmu di sekolah"

"Y-Ya!"

Lifell-hime dan yang lainnya merasa lega melihat adegan di mana orang tua dan anak dengan damai duduk di sofa, Emilia dan Reus juga mengangguk puas. Entah bagaimana masalah ini telah berakhir damai sehingga mungkin Reese tidak akan melihatku lagi sebagai pengganti ayahnya di masa depan.

"Oh ya, apa kau tahu ini, ayah? Reese memiliki seseorang yang dia sukai"

“Ane-sama?! Apa kau harus membicarakannya sekarang?!"

"Hou? Jadi, yang mana dari keduanya...."

Sudah terlambat untuk melarikan diri....lebih tepatnya, keluar dari ruangan ini. Mulai sekarang, ku pikir ini harusnya menjadi pembicaraan antara anggota keluarga dan aku berencana meminjam dapur untuk membuat semacam kue.

Sia-sia saja, karena sepertinya akan merepotkan, aku tidak lari.

"Aniki, ayah Reese-ane melotot kesini ketika aku hendak keluar dari ruangan, kau tahu?"

"Itu hanya imajinasimu. Yah, aku akan ke dapur, jadi apa yang harus aku buat? Pembicaraan akan serasa lebih hidup jika kita makan kue"

"Itu benar"

Kami pergi dan mendapat izin untuk meminjam bagian dari dapur demi membuat kue. Aku ditunjukkan bahan-bahan apa saja yang tersedia di sini oleh si koki, karena ada berbagai jenis, sepertinya aku bisa membuat kue favorit Reese, cheesecake.

Meskipun tidak ada oven, aku memutuskan untuk membuat peralatan pengganti oven sambil meminta Emilia mengumpulkan bahan-bahan. Tenaga panasnya berasal dari formasi sihir, dan karena aku sendiri bisa menggambar formasi sihirnya, itu bisa langsung dibuat. Peralatan mirip oven pun jadi ketika aku selesai menggambar formasi sihir pada wadah kedap udara yang terbuat dari bahan tahan panas. Ini hanyalah peralatan sekali pakai yang mudah dibuat.

Setelah mencampuri bahan-bahan yang disiapkan Emilia, menaruhnya ke dalam oven, selang beberapa menit kemudian....cheesecake akhirnya selesai. Aku mengalami kesulitan karena ovennya sederhana tapi seharusnya tidak ada masalah dengan rasanya.

Si koki tampak bersemangat pada saat memasak sambil mencatat. Aku pikir tak ada artinya jika kau tak punya peralatan pengganti oven, hanya saja peralatan yang mirip oven sungguhan akan diproduksi secara massal dan diiklankan oleh Perusahaan Galgan segera.

Aku meninggalkan tempat itu selama kira-kira dua jam, Reese dan yang lain sedang mengobrol gembira di ruang tamu.

Perasaan buruk di antara keduanya hampir hilang, Cardeas memiliki figur seorang ayah yang sebenarnya saat dia tertawa dan menikmati obrolan dengan Reese.

"Reese telah menjadi lebih kuat. Ketika kami bertemu untuk pertama kalinya, dia hanyalah seorang anak yang bahkan tidak mampu mengucapkan apapun"

"Yah, itu berkat Ane-sama. Dan juga semua orang. Khusus untuk Sirius-san....Aah, Sirius-san, kemana kau pergi?"

"Aku membuat ini"

Reese sadar ketika kami kembali, tatapannya langsung berkilauan disaat melihat kue yang aku bawa. Lifell-hime serta yang lainnya pun tersenyum dan tampak bahagia. Satu-satunya orang yang tidak tahu tentang ini, Cardeas, sedang melihat cheesecake dengan tanda tanya di wajahnya.

"Hmm, kau adalah Sirius kan. Apa ini?"

"Ini kue yang saya buat. Meskipun sudah hampir waktunya makan siang, apakah semua orang ingin mencicipi kue yang baru dipanggang ini?"

"Tentu. Ayah juga, silakan makan karena ini benar-benar enak. Senia"

"Baik. Sirius-sama, silahkan duduk di sofa karena saya akan memotong kuenya"

"Terimakasih"

Karena Senia mengajukan diri, aku memutuskan untuk menyerahkan pembagian kue padanya. Setelah diberi sepotong oleh Senia, aku duduk di tempat yang sama beberapa saat yang lalu, namun tatapan Cardeas mengerikan. Mungkin, aku diamati karena dia tahu aku adalah guru Reese. Meskipun hanya Raja sekarang, tatapannya sangat tajam dan aku bisa memperkirakan bahwa dia hanya menatap kesini.

'Hei keparat*, apa kau sudah berani macam-macam pada putriku, hah?'....dengan suara seperti Yakuza yang dapat didengar dan rasanya bukanlah pertanyaan.
[Temee/てめえ]

Akupun menghindari pelototannya dan beralih untuk melihat Senia. Seperti yang diharapkan dari seorang pembantu eksklusif untuk seorang putri, dia memotong kue sama rata sesuai dengan jumlah orang yang hadir hanya dengan melihat secara fisik. Diakhiri dengan sedikit pengujian makanan, dia mengatur irisan kue kehadapan setiap orang....

"....Oi. Kenapa bagianku satu-satunya yang kecil?"

Hanya bagian Cardeas yang jelas berbeda.

Jika ukuran kueku biasanya bernilai sepuluh, kue untuk porsi Cardeas hanya bernilai enam. Di lain sisi, Reese dan Lifell-hime masing-masingnya mendapat kue senilai duabelas*.
[Angka2 diatas cuma perbandingan]

Wajar baginya untuk keberatan atas hal ini, hanya saja Senia yang ditanyai bertindak tak peduli.

"Tidak, bukankah ini sama?"

"Bagian mananya yang sama? Darimanapun kau melihat, bagianku lah yang paling kecil"

"Menurutku sama"

"Tapi ini...."

"Ini sama"

"Tidak, itu sebabnya...."

"Ini sama"

"....Hmm"

Oi, dia dikalahkan.

Ketika dipikir-pikir lagi, Senia menyayangi Reese sebagai seorang adik perempuan, dia harusnya marah ketika Reese dibuat sebagai umpan. Sebagai pelayan, dia tidak bisa menamparnya seperti Lifel-hime, namun apapun itu bagus selama dia bisa membalas dendam. Dibandingkan dengan tamparan, ini menggemaskan....

"Muu?! Sungguh cita rasa yang luar biasa! Apakah masih ada lagi?"

"Sudah habis. Reese, cheesecake-nya enak ya"

"Iya! Ini lebih lezat ketika aku memakannya dengan semua orang!"

"Baiklah anak-anak, maukah kalian berbagi sedikit denganku?"

""Tidak!""

"Muoooh!"

Efeknya luar biasa.

Kedua anak perempuan itu tertawa gembira atas ayah mereka yang frustrasi. Reese mungkin merindukan hari-hari seperti ini sepanjang waktu.

"Ya, Reese. Ada satu hal yang ingin aku dengar"

"Apa itu Ane-sama?"

"Aku mendengar dari Sirius-kun bahwa kau dititipkan cheesecake beberapa kali ketika kau datang berkunjung ke tempatku tapi....kakak heran, kenapa yang sekarang adalah pertama kalinya kakak memakan ini?"

"....Ah?"

"Tawa bodohmu itu juga sangat imut. Tapi kau tahu, hati kakak sekarang dipenuhi api"

"Ane-sama....maafkan aku"

"....Tidak~"

....Yah, itulah skinship* harian antara saudara perempuan.
[Berpelukan, saling menempel pipi, bergandengan tangan, dll yg menandakan kedekatan hubungan antar dua orang atau lebih]

Tidak perlu tahu apa yang terjadi pada Reese setelahnya. Jika boleh mengatakan satu hal, kami para lelaki, hanya menatap pemandangan ini dengan ekspresi lembut.

☆☆☆

Kami kemudian makan siang. Dan ketika memasuki pemandian air panas sekali lagi, Cardeas menerobos masuk ke dalam.

Meskipun sebagai raja, dirinya memiliki otot yang kencang karena pernah menjadi seorang petualang. Ketika benakku dipenuhi pujian atas otot-ototnya, entah kenapa Reus mencoba menantang dengan memamerkan otot-ototnya juga.

"Aku takkan kalah! Bagaimana dengan ini, Aniki!"

"Hoho, beginilah anak muda. Kau punya otot yang sangat luar biasa!"

Cardeas sepertinya tidak keberatan sama sekali dengan bahasa Reus. Mereka menunjukkan otot satu sama lain dan kemudian memuji masing-masing, keduanya tertawa keras dan tampak seperti orang tua dan anak, bahkan melebihi ketika dengan Reese. Mereka sejenis ya?

Ngomong-ngomong, kegemparan menjadi tenang setelah beberapa saat. Cardeas tiba-tiba berbicara padaku segera setelah dirinya duduk di sebelahku.

"Aku mendengar tentangmu dari putriku. Tampaknya mereka meminta bantuanmu dalam berbagai hal"

"Aku hanya melakukannya karena aku ingin melakukannya"

"Hmm, tulus, ya? Namun tetap saja, melihat otot-otot tipis namun kekar itu, ternyata mampu membawa Reese dari kastil. Aku setuju kalau Lifell sampai mencoba merekrutmu. Bagaimana dengan ini, daripada Lifell, bagaimana kalau bekerja untukku?"

"Terima kasih atas tawaran Anda, tapi saya harus menolak"

"Kupikir kau akan mengatakan itu"

Apa sia-sia saja karena dia tidak menunjukkan kekecewaannya setelah ditolak? Cardeas bersandar di dinding dan menghela napas, bergumam sambil menatap langit-langit.

"....Ngomong-ngomong, apa pendapatmu tentang Reese?"

"Anak yang sangat manis dan lembut, juga pekerja keras dalam segala hal. Hanya saja....dia tidak cocok sebagai bangsawan"

Aku melihat Cardeas tertawa senang. Dia tercengang sebentar dengan jawaban jujur itu, lalu menepuk punggungku sambil terbahak-bahak.

"Ha ha ha! Kau memang benar. Dia memang tidak cocok sama sekali menjadi bangsawan, apalagi keluarga kerajaan. Jika dia memasuki rumah pelacuran*, dia akan dimakan dalam waktu singkat"
[Makutsu. Bisa diartikan sebagai rumah bordil (tempatnya para PSK), atau Sarang pencuri]

"Aku paling suka Reese-ane ketika dia makan makanan yang dia sukai"

"Benar. Yang terbaik baginya adalah hidup sebagai rakyat biasa disaat bersama dengan Laura. Aku berpikir untuk membawanya kembali ke kastil dan memberikan pendidikan kerajaan, tapi pergi ke sekolah mungkin adalah kesimpulan terbaik"

"Bukankah itu bagus. Reese memiliki banyak kenalan di antara teman-teman sekelas dan dia juga senang pergi ke sekolah setiap harinya"

"Hmm, tolong jaga Reese mulai sekarang. Tapi...."

Dan kemudian, dia meletakkan tangannya di pundakku dengan erat. Emm....Aku bisa mendengar suara berderit dari bahuku, dan itu menyakitkan.

"Aku tidak akan membiarkanmu berhubungan dengan Reese"

'Aku tidak berpacaran dengannya'....itu adalah sesuatu yang tak bisa kuucapkan karena ada tekanan yang tak terbantahkan saat ini. Sepertinya aku tidak bisa menang melawan kekuatan seorang ayah yang memikirkan putrinya.

☆☆☆

Kami tinggal di sanatorium sampai sore, dan karena akan buruk untuk meninggalkan asrama sekolah kosong selama dua hari, kami pun kembali.

Pada hari berikutnya, kami kecuali Reese pergi ke sekolah. Disebabkan alasan pekerjaan yang diberikan pada Magna-sensei, dia sedikit marah karena kami tidak masuk kelas selama dua hari.

Setelah situasi itu, aku menyimpulkan keseluruhan kejadian sendiri.

Pertama adalah Reese. Rahasianya akan tetap sebagai rahasia. Aku muncul selama upacara pertunangan, namun semua bangsawan yang menyadari tentang ini ditangkap dan keluar pengumuman bahwa gadis itu dipekerjakan sebagai umpan. Selain itu, mengingat banyak pihak yang terlibat dari sisi kastil, dia bisa datang ke sekolah lagi ketika kegemparan berlama-lama mereda.

Reese tinggal bersama dengan saudara perempuannya sampai saat itu di sanatorium, dan karena kami juga kadang-kadang datang, dia melewatkan waktu dengan gembira.

Ada lebih dari lima puluh bangsawan yang berpartisipasi dalam upacara tersebut.

Tampaknya 80 hingga 90 persen bangsawan kehilangan gelar mereka, diusir dari Elysion, atau sedang ditangani secara rahasia. Awalnya, kejahatan kecil sudah bisa melumpuhkan politik, jadi ketika itu semakin besar, menjadi sulit untuk dihentikan. Meskipun ada penolakan dari para tersangka, mereka tidak bisa berbuat apapun selain diam ketika bukti yang telah dikumpulkan tentang korupsi mereka diserahkan kepada Raja.

Dan kemudian, ada pasangan pernikahan Reese, Kura. Dia sedih ketika ayahnya disamakan dengan kelompok bangsawan jahat, hanya saja dia tampak cerah untuk sementara seolah-olah telah dibebaskan.

Kejahatannya tidak serius, dia dipindahkan ke wilayah terpencil jauh dari Elysion dengan beberapa pembantu dan....bersama dengan gadis yang lemah itu. Aku tidak tau apa yang akan terjadi di masa depan, tapi mereka mungkin akan baik-baik saja karena ada laporan yang mengatakan bahwa dia berhubungan dekat dengan si gadis.

Terakhir, tentang kami.

Tersebar kabar bahwa gangguan upacara sepenuhnya diinstruksikan oleh sang raja, dan orang yang menculik Reese adalah prajurit pribadinya. Karena sedang menyamar dan tak ada bukti sosok kami atau bahkan jejak yang ditemukan, kami tidak punya masalah untuk berjalan-jalan di kota mulai sekarang.

Kami memang telah berkenalan dengan Raja, namun pertemuan di kamar mandi itu ternyata bukanlah pertemuan terakhir. Sang Raja tidak menggulirkan kami dengan politik dan tentu saja karena kami juga tidak ingin terlibat. Aku bertemu Lifell-hime melalui Reese, dan itu untuk memberi kue.

Jika Reese sudah bisa pergi ke sekolah, keadaanpun sudah bisa dikatakan normal lagi.

Ketika berbicara tentang perubahan aspek, masalah Emilia dan Reus akhirnya dipecahkan dengan ikut tinggal di pondok berlian.

Ketika aku mengizinkan mereka untuk tinggal, Emilia segera membawa barang-barangnya ke dalam ruangan dan menyelesaikan urusan pindah rumah hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Aku tahu diriku sudah mempersiapkan ini sebelumnya tapi aku tidak berpikir dia sebegitu inginnya berada di sini.

Meskipun kamarnya lebih kecil dari yang sebelumnya, terdapat dua tempat tidur di kamar Emilia. Satunya untuk Reese, keputusan untuk tinggal di sini diambil ketika dia kembali ke sekolah.

Meskipun mencoba menghentikan kepanikan teman sekamarnya, Reus juga selesai berpindah, pondok berlian tempatku dulu tinggal sendiri pun tiba-tiba menjadi lebih hidup.

☆☆☆

Beberapa hari kemudian....festival panen dimulai di Elysion.

Kota dipenuhi keaktifan, semua orang menikmati festival, berbagai kios baru juga mulai berbaris di berbagai tempat. Seluruh Elysion bergembira karena festival dan itu berlangsung selama beberapa hari.

"Meskipun biasanya ada banyak orang, hari ini jumlahnya lumayan tak terduga, Aniki"

"Jangan sampai tersesat, kalian mengerti"

"Tidak masalah. Kami takkan kehilangan pandangan dari Sirius-sama"

Sambil mendorong gelombang orang disana-sini, kami memasuki suasana festival dan berjalan menuju pusat kota. Kami menikmatinya dengan melihat berbagai kios di jalan, window shopping*, dan membeli tusuk sate.
[Yah, intinya cuma melihat-lihat barang2 apa saja yg dijual pada sebuah toko tanpa membelinya. Ini biasanya dilakukan untuk bahan pertimbangan dimasa depan, kayak "beberapa minggu lagi si A ulang tahun, aku harus beli apa ya nantinya? Lihat2 dulu deh"]

"Meskipun sate juga bagus di festival, aku ingin Takoyaki"

"Apa itu Takoyaki, Aniki?! Apakah enak?!"

"Aah, ya, enak. Karena aku akan membuatnya lain kali, pertama-tama, berhentilah mengayunkan tusuk sate itu dengan kedua tangan"

"Dimengerti!"

Berjalan berdampingan dengan Reus yang berfokus makan sejumlah besar sate, kami kemudian tiba di tempat pertemuan. Di sinilah kami berencana untuk bergabung dengan Reese, tapi tampaknya dia belum datang.

"Sirius-sama, tolong buka mulutmu"

"Aah....hmm, agak ringan tapi tidak buruk. Dari mana kau membelinya?"

"Ya, teman sekelas membuka warung di sana. Mereka kelihatannya benar-benar memanfaatkan bumbu yang aku sarankan"

Aku menunggu beberapa menit sambil memakan makanan yang aku terima dari Emilia. Reus yang selesai dengan daging satenya terlihat menemukan seseorang di kerumunan.

"Aniki, bukankah yang disana itu Lifell-ane?"

Ketika aku melihat ke arah yang Reus tunjuk, rambut berekor kuda dicat warna biru dari yang aslinya merah, Lifell-hime mengenakan gaun one-piece yang indah datang sambil melipat tangannya dengan Melt. Ngomong-ngomong, akulah yang memberikan produk pewarna rambutnya sebagai hadiah.

Senia dan Melt mengenakan pakaian gaun satu tingkat lebih rendah seperti biasa dan rambut mereka juga di warnai. Memang menarik sedikit perhatian tapi kemampuan mereka untuk menyatu dengan latar daerah pusat kota sungguh hebat.

"Kenapa kau berpisah dariku? Kau akan tersesat jika tidak menempel lebih dekat"

"T-Tapi, aku...."

"Menjadi panik hanya karena bergandengan tangan...."

"Itu benar. Karena kita bertunangan, hadapilah dengan tegap"

Dari cerita yang aku dengar, mereka datang ke festival sebagai pasangan yang ikut membawa seorang pelayan. Demi bisa berakting dalam drama itu, Melt yang tampak bermasalah melewati kami.

"Apa kau tidak mau berbicara dengan mereka, Aniki?"

"Aku akan mengabaikan mereka sendiri untuk sekarang. Yang terbaik adalah meninggalkan ketiga orang itu, kau tahu"

Mengalihkan pandangan dari pasangan bahagia yang menyamar barusan, muncul sosok Reese ketika aku secara tak sengaja menoleh ke bagian dalam etalase sebuah kedai. Namun dia tidak sendirian, ada pria bertubuh besar di sisinya.

"Tou-sama, bagaimana kalau kita mencoba memakan ini sekarang?"

"Sate ya. Hei pemilik toko, aku ingin kau memanggang mereka semua"

Pria di sampingnya memiliki rambut dicat hitam dan mengenakan pakaian seperti orang biasa adalah Cardeas.

Sepertinya dia menyelinap pergi dari kastil untuk menikmati festival bersama putrinya. Para menteri dan bawahannya mungkin sedang berusaha yang terbaik dengan mata berkaca-kaca saat ini.

Mereka berdua memakan sate yang di pesan dalam waktu singkat. Selanjutnya, mereka menikmati hidangan panggang dengan kedua tangan. Penampilan damai ketika makan benar-benar menghangatkan hati tapi....mereka makan dengan penuh semangat tanpa rasa berhenti bahkan ketika sudah berada di tusuk kesepuluh.

Ini adalah adegan di mana kau dapat yakin bahwa keduanya adalah orang tua dan anak.

"Aah, Sirius-san!"

Ketika Reese melihat sekeliling dengan iseng, dia menyadari kehadiran kami, melambaikan tangannya kemudian berlari ke sini.

Cardeas juga mengikuti dari belakang dengan berjalan diiringi tatapan tajam sambil memakan daging sate, namun tanpa mengatakan apapun tentang putrinya yang bersemangat.

"Tou-sama membelikanku banyak hal!"

Aku bisa melihatnya tersenyum cerah tanpa perasaan cemas dan celah dengan ayahnya juga telah benar-benar terkubur.

☆☆☆Chapter 44 berakhir disini☆☆☆

Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya

Comments

  1. Terima Kasih min

    ReplyDelete
  2. Yah..baru bisa baca.. makasih min...

    Semoga aktif terus...😄😄😄

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]