World Teacher chap.47 B. Indonesia

Chapter 47 Mulai Serangan Balik
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel



☆Reus☆

Kami mulai bergerak setelah Aniki meninggalkan kelas.

Menurut informasi Aniki, kelas di tahun yang sama Demidorion....di singkat kelas Demi, setelah para siswanya mengurus musuh dengan cara yang sama seperti kami, mereka tetap diam di dalam kelas. Jadi kami kesana untuk menemui mereka.

Semua orang yang datang juga waspada ketika di lorong. Saat tiba, ternyata kelas Demi terkunci dari dalam hingga membuat Nee-chan mengetuk dan memanggil para siswa di balik pintu.

"Permisi, aku adalah Emilia dari kelas Carlisle. Tolong, bisakah kalian membukakan pintu?"

"Emilia-san? Apakah disisi kalian baik-baik saja?"

"Para penyusup juga menyerang pihak kami, namun dengan cepat ditangkap dan mengamankan situasi. Jadi, kami datang untuk memeriksa keadaan di sini"

"Dimengerti. Kami akan buka sekarang"

Sisi lain pintu mendadak jadi ribut seolah ada sesuatu yang sedang digeret. Apa mereka menggunakan meja dan kursi sebagai penghalang daripada menguncinya? Jika Aniki di sini, dia akan berkata tindakan ini adalah 'minus'. Bisa saja kami diancam untuk mengatakan hal-hal itu, kalian tidak boleh membukanya tanpa konfirmasi pasti. Aku tidak akan memberitahukannya sekarang karena itu merepotkan.

"Silakan masuk, Emilia-san"

"Terima kasih"

Karena kelas Demi terdiri dari sebagian besar rakyat jelata dan sedikit bangsawan, tak ada bangsawan bodoh yang memiliki mata aneh disini.

Orang yang menyambut ketika pintunya terbuka adalah ketua kelas Demi. Dia mengucapkan terima kasih kepada Nee-chan dengan wajah memerah, apa dia jatuh cinta pada Nee-chan? Nee-chan milik Aniki, akan kuhancurkan kau jika berani macam-macam.

Ketika aku memasuki kelas sambil melotot pada si ketua, aku melihat beberapa meja dan kursi yang rusak, juga ada para prajurit bayaran yang roboh terikat di lantai. Selain itu, ada beberapa siswa yang terluka. Memang terdapat penyihir khusus penyembuhan disini, tapi karena jumlahnya sedikit, siswa yang belum sempat dirawat hanya bisa pasrah menunggu giliran.

"Kami entah bagaimana berhasil menundukkan para penyusup, namun seperti yang kau lihat, situasi disini tidaklah bagus"

"Apa yang akan kalian lakukan mulai sekarang?"

"Itu belum diputuskan. Seluruh kelas kami terbagi dalam dua pilihan, tinggal di tempat yang aman dan menunggu atau bergerak untuk melawan para penyusup"

"Apa ada siswa yang tidak bisa bertarung?"

"Hanya ada beberapa. Jujur saja, kami memang berhasil menangkap para penyusup, namun sebagai gantinya guru kami pingsan dan para siswa juga menjadi takut"

Seperti yang dikatakan si ketua, seluruh kelas Demi diliputi suasana suram. Meskipun ada beberapa yang ekspresinya cerah ketika melihat kami, kebanyakan dari mereka duduk dengan depresi.

"Apa gurumu baik-baik saja? Jika tidak keberatan, aku bisa mencoba menyembuhkannya dengan sihirku"

"Maaf, tapi tolong. Kami jadi khawatir karena sihir kami tampaknya tidak berpengaruh"

Reese-ane terkenal luas di seluruh sekolah sebagai penyihir penyembuh yang menakjubkan. Dipercayakan dengan tugas itu, Reese-ane berlari ke guru dan mulai memeriksa kondisinya.

"Ini....gejala yang sama dengan guru kami. Apa ada yang memeriksa tas prajurit bayaran? Mereka harusnya memiliki obat penawar"

"O-Ouh"

Sementara beberapa orang dari kelas mulai menginterogasi para prajurit bayaran, Reese-ane menyembuhkan siswa terluka yang tersisa. Berkat pelatihan Aniki yang luar biasa, kami mulai mendapatkan kepercayaan kelas Demi.

"Kami cukup paham situasinya sekarang. Meski semua siswa disini baik-baik saja, guru kami diracuni dengan cara yang sama dan telah membuatnya tak bisa bergerak untuk sementara waktu"

"Apakah begitu? Akan bagus kalau ada siswa senior tapi...."

"Kalian mungkin cemas karena banyak alasan, tapi tak ada yang akan berubah jika hanya duduk diam. Kami berencana untuk mengumpulkan siswa lain dan melawan para penyusup"

"Itu tidak masuk akal! Ada para prajurit bayaran dewasa bersama golem-golem mereka! Kita hanya anak-anak, tidak mungkin bisa menang!!"

Sama seperti di kelas kami, ada siswa yang menentang gagasan itu, tapi rasa takutnya terhalau ketika Nee-chan tersenyum pada mereka. Oi, ketua kelas di sana, jangan terpesona!

"Tidak, kita bisa menang. Sihir tingkat menengah sudah cukup untuk menghancurkan para golem. Bahkan prajurit bayaran dapat diurus dengan mengepungnya"

Nee-chan menyampaikan informasi yang dia peroleh dari Aniki. Dia mengajari kami untuk selalu berbicara dengan percaya diri ketika ingin mendapat kepercayaan seseorang, karena itulah Nee-chan tersenyum percaya diri selama berpidato. Aku ingin Aniki melihat bahwa dia lebih antusias daripada orang lain di sini, dia tumbuh jauh lebih kuat.

"Kita unggul dalam hal jumlah. Tak perlu menunjukkan belas kasih atau bertarung secara adil melawan musuh yang menggunakan taktik tercela seperti ini, kita akan berkelompok dan mengalahkan musuh langsung. Daripada hanya bersembunyi dan menunggu pertolongan, bukankah lebih baik mencoba untuk mengalahkan mereka dengan tangan kita sendiri?"

"Apakah itu....mungkin?"

"Tolong lihatlah ke koridor. Disana ada para siswa yang tidak hanya dari kelas kami, namun kelas lain juga sedang bertarung"

"Itu benar! Ayo lakukan! Jumlah kita akan bertambah, kan?"

"Aku akan melakukannya! Aku akan melindungi Emilia-san!"

"Terima kasih banyak. Namun diriku hanya untuk Sirius-sama"

"....Iya. Tidak, masih terlalu dini untuk menyerah!"

Meskipun si ketua ini sangat tertekan oleh penolakannya, dia langsung bangkit lagi. Kau keras kepala, tapi Nee-chan adalah dinding yang mustahil ditembus. Tak ada celah bagimu untuk lewat.

Pokoknya, kelas Demi tampak bersedia membantu berkat pidato Nee-chan. Aku tidak akan kalah darinya.

"Aku akan memimpin pertarungan! Tidak peduli berapa banyak golem dan prajurit bayaran yang datang, aku akan menghempaskan mereka semua!!"

"Ooh! Aniki termotivasi!"

"Kami akan mengikutimu!"

Teman-teman dari kelas ini juga bersemangat dan bersiap bertarung.

Pada akhirnya, 60% kelas Demi bergabung dengan kami. Para siswa yang tak bisa bertarung diinstruksikan untuk pergi ke kelas kami bersama guru yang tidak bisa bergerak. Kami meningkatkan jumlah, dan menuju ke kelas berikutnya.

☆☆☆

Setelah itu, kami terus mengumpulkan sekutu.

Ada ruang kelas di mana bangsawan dan rakyat jelata bertengkar, tapi kami menenangkan mereka setelah memasuki kelasnya. Kami membebaskan para siswa yang bersembunyi atau ditahan oleh para prajurit bayaran, dan terus meningkatkan jumlah.

Karena sebagian besar siswa belum diserang musuh sampai kami tiba, masalah yang kami hadapi hanya sedikit.

Setelah menyelesaikan patroli sekolah....sekarang kami punya lebih dari 100 orang. Kami berhenti di luar sekolah untuk membagikan senjata yang kami sita, dan bersiap untuk serangan.

"Aku penasaran, apa kita sudah memiliki cukup banyak orang?"

"Ini cukup, Emilia. Jika informasi Sirius-san benar, maka jumlah kita sudah lebih dari dua kali lipat jumlah musuh"

Aniki berkata ada sekitar empat puluh musuh di arena tempat para siswa yang tertangkap berkumpul. Angka itu mengganda ketika para penyihir pemanggil golem dihitung, tapi kami masih melampaui jumlah tersebut.

Aniki juga memberitahu bahwa Gregory ada di sini. Kami hampir tidak berbicara dengannya, tapi dia adalah pria menjijikkan yang telah melakukan hal-hal buruk kepada kami sejak kami datang ke tempat ini. Aku sendiri ingin menebasnya, tapi....

"Andai saja aku membawa pedangku...."

Dengan pedang itu, aku bisa mengiris tanpa takut menjadi tumpul, tak peduli seberapa banyak golem yang di iris. Sangat mudah juga untuk mengaliri bilahnya dengan mana.

Tak ada masalah dengan pertarungan tangan kosong karena aku hampir setiap hari berlatih dengan Aniki hanya menggunakan tinju. Aku juga bersyukur memiliki pedang dari barang sitaan prajurit bayaran. Hanya saja ini belum memuaskan karena bilahnya terlalu rapuh, seolah-olah bisa pecah dalam satu ayunan jika digunakan dengan serius. Contohnya teknik dari Jii-chan* yang kebanyakan takkan bisa ditahan oleh sembarang pedang.
[Lior]

"Apa boleh buat kan, berjuanglah dengan menggunakan sihir sebagai serangan utama"

"Baiklah"

Aku akan memakai pedang melawan para prajurit bayaran, tapi akan menggunakan tinju ketika melawan golem.

Selagi aku menyesuaikan diri dengan pedangnya, beberapa senior mendekati Nee-chan.

"Persiapan sudah selesai, Emilia. Kita bisa pergi kapan saja"

"Terima kasih banyak. Mengesampingkan itu, apa tidak masalah bagiku untuk memimpin?"

"Aku tidak keberatan. Kalian adalah orang-orang yang mengatur kelompok ini, dan dengan begitu kami dapat berfokus untuk bertempur"

"Benar. Sebagai senior, aku akan menyingkirkan para penyusup di garis depan"

"Baiklah. Meski belum berpengalaman, aku akan bekerja keras. Namun demikian, izinkan aku menjelaskan sekali lagi"

Walaupun ada siswa senior disini, Nee-chan entah bagaimana malah dipilih untuk menjadi pemimpin.

Di sisi lain, mereka yang tidak bersedia bertarung dikirim kembali ke kelas kami untuk bertahan. Kekhawatiran tentang merekapun lenyap, membuat Nee-chan mudah untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin. Yah, dari dulu di kampung halaman kami di hutan, Nee-chan sering memimpin anak-anak. Dia juga belajar banyak dari mengawasi Aniki, hingga memberikan kesan yang sama ketika berbicara. Apa ini karisma yang Aniki bicarakan?

Nee-chan mengumpulkan perhatian semua orang yang hendak bertarung, dan melakukan instruksi sekali lagi.

"....Itu keseluruhannya. Musuh-musuh kita kuat, namun kita jauh lebih kuat! Ayo berusaha demi kembali ke rumah dengan selamat!"

Dia kemudian mengangkat tangannya dengan anggun dan menunjuk ke arena.

"Serbu!!"

""""OOOOHHHHH!!!!!!""""

Mengikuti di belakang para petarung terkuat yang sebagian besar terdiri dari para senior, kami semua berlari menuju arena.

Ketika bergerak sebagai kelompok, tentu saja akan menonjol bagi para prajurit bayaran maupun penyihir yang sedang berjaga. Mereka menjadi takut dengan jumlah kami dan memerintahkan golem terdekat untuk menyerang, sementara mereka mulai melarikan diri.

"Ha! {Flame Knuckle}!"

Kepalanku yang terbalut api menghantam formasi sihir di dada golem dan menghancurkannya berkeping-keping. Di sisiku, tiga senior mengganggu golem, membuatnya lengah dan menghancurkan formasi sihir dengan senjata tumpul.

Golem yang kami lawan identik dengan yang ada di labirin, kelemahannya pun sama. Jika formasi sihir dihancurkan, mereka akan lenyap. Tidak praktis menggunakan senjata fisik karena golem sangat kokoh, tapi sihir berfungsi dengan baik. Hanya saja, demi mempertahankan sihir yang disiapkan sebelum pertarungan, para siswa sepertiku harus menyerang ke tengah-tengah gerombolan musuh.

"Reus-kun, kita diberitahu untuk tidak menggunakan sihir terlalu banyak untuk menghemat mana. Apa kau baik-baik saja?"

"Tidak masalah!! Bagiku ini masih normal, lagipula konsumsi mana sihirku jauh lebih rendah daripada yang terlihat!!"

Mark tampak cemas meski aku berkata begitu. Tapi ini hanyalah latihan ringan dibanding ketika berhadapan dengan Aniki. Selain itu, Aniki berkata jika aku mampu mengalahkan musuh, itu akan meningkatkan moral semua orang.

Tak peduli seberapa banyak pertarungan yang di lewati, aku terus mengalahkan musuh dengan satu serangan. Meski berada di garis depan, takkan ada yang mengeluh jika aku mengamuk seperti ini. Semangat kami terus naik, bahkan Nee-chan tersenyum dan mengangguk pada tindakanku.

"Bagus, Reus. Bagaimana kondisimu?"

"Di kondisi puncak. Pemanasan juga selesai, jadi ini adalah kesempatan terbaik untuk menjadi serius"

Kondisi tubuhku sempurna dan mana juga masih tersisa banyak. Di atas segalanya, aku dipenuhi motivasi sekarang.

Aniki percaya dan mengirim kami keluar. Aku tidak memiliki sesuatu untuk disanggah terhadap kepercayaan itu.

Kegagalan yang aku alami di labirin tidak akan terjadi lagi. Intinya, aku terlalu mudah percaya diri ketika merasa unggul dalam pertarungan. Untuk menghindari kesalahan karena hal itu, aku memilih untuk membatasi diri sampai memiliki kontrol yang lebih baik atas situasi.

Kamipun segera tiba di depan arena, memutuskan untuk berhenti sebentar dan mendiskusikan strategi.

"Kita sudah sampai. Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan mulai sekarang?"

"Musuh disana pasti sudah tau tentang serangan ini, jadi bukannya akan gawat kalau kita menyerbu langsung dari depan?"

Apa yang dikatakan senior ini benar, karena musuh sedang menunggu di arena, aku pikir mereka menyiapkan satu atau dua perangkap. Kami mendiskusikan kemungkinan alternatif, tapi Nee-chan hanya diam dan melihat arena.

"Akan memakan waktu terlalu lama jika membahas hal-hal semacam itu. Kalau tidak segera diputuskan, musuh yang menyebar dari arena mungkin dipanggil kembali"

"Sia-sia saja jika kita ragu disini, jadi ayo minta pemimpin untuk membuat keputusan"

"Kau benar, bagaimana Emilia? Kami ingin mendengar pendapatmu"

Nee-chan yang sudah membuat keputusan, menjawab dengan satu kata.

"Serang"

☆☆☆

Ketika kami bergerak menuju pusat arena dan melihat sekeliling dengan teliti, para siswa lain tidak bisa menyembunyikan ekspresi marah mereka

Di sekeliling kami, duduk di kursi penonton, adalah para siswa yang ditangkap. Mereka menatap kami dengan sunyi, tertahan oleh kerah budak dan hanya bisa menunjukkan kesedihan di mata masing-masing.

Tanda-tanda pertempuran di arena masih ada. Ketika menoleh ke pojokan, aku bisa melihat para siswa yang memberontak sebelumnya kalah dan dipasangi kerah oleh para prajurit bayaran.

"Ada banyak siswa disana. Reese-ane, berapa menurutmu yang telah tertangkap?"

"Mungkin....sekitar dua ratus"

"Kenapa kalian begitu tenang?"

Seorang senior bertanya dengan ketidakpercayaan di wajahnya, tapi aku memang terbiasa dengan pemandangan mengerikan ini karena pernah merasakan perbudakan. Adapun Reese-ane, mungkin dia baik-baik saja karena sudah mengalami berbagai hal sejak bertemu Aniki.

Ketika berjalan, lingkaran sihir muncul di pusat arena dan aktif, memunculkan banyak golem. Jumlahnya sekitar tiga puluh, agak lebih sedikit dari kami.

"Selamat datang, para lelaki dan perempuan yang berani sekaligus nekat"

Saat aku siap bertempur, sebuah suara nyaring menggelegar di arena.

Aku berbalik mencari asalnya, dan melihat pria paruh baya berjenggot duduk di kursi mewah berlagak hebat. 'Mengenakan perhiasan logam mahal dan sangat gemuk', ku pikir itulah yang akan dikatakan Aniki jika melihat pria itu. Di sisinya, berdiri musuh kami, Gregory.

"Reese-ane. Aku tahu Gregory, tapi siapa pria yang berlagak sok penting itu?"

"Golia Advend. Ane-sama memberitahuku bahwa dia adalah pria kaya terkemuka di Elysion. Aku sempat heran darimana biaya untuk semua kerah ini....tidak aneh jika berasal darinya"

Di antara para bangsawan yang mendiskriminasi ras binatang, kelihatannya dia salah seorang yang pernah berdebat dengan ayah Reese-ane. Dan saat itu, kabarnya dia telah kalah sambil membawa banyak masalah.

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Kalian hanya hiburan bagi revolusi ini. Jadi segeralah bertarung!"

Aku bermaksud untuk bertarung bahkan jika tidak diminta, tapi kenapa kau memiliki tampilan arogan di wajahmu?

"Sungguh orang yang menjijikkan"

"Reese-ane, kenapa kau berkata dia menjijikkan?"

"Golia adalah orang yang memotivasi para siswa kalau revolusi adalah hal yang spektakuler. Dia mungkin memaksa kita bertarung disini untuk menunjukkan pada mereka yang ditahan apa yang akan terjadi jika memberontak"

Menurut analisa Reese-ane, siswa-siswi yang ditahan oleh kerah memang sengaja dibiarkan ada disana, akibatnya banyak yang berharap bantuan akan datang. Namun setiap kali para siswa dikalahkan, harapan itupun sirna. Itulah sebabnya pandangan mereka tampak sedih.

"Mereka sudah menyiapkan antisipasi semacam ini, ya. Jangan ceroboh, Reus"

"Baiklah! Sebelum itu, aku harus menyelesaikan tugas Nee-chan"

Sebelum datang ke arena, Nee-chan memintaku untuk mengulur waktu sambil mendapatkan lebih banyak informasi. Setelah melirik sebentar siswa-siswi di kursi penonton, aku berbicara dengan si bajingan Golia.

"Katakanlah, Gorya-san. Meskipun aku berniat bertarung, kenapa kau melakukan hal seperti ini?"

"Bukan Gorya, tapi Golia! Jangan berani-berani menyebutku dengan cara itu!! Akulah pemimpin revolusi mulia ini!! Kami akan menggulingkan raja bodoh yang mentolerir ras binatang!!"

"Meski pada dasarnya tidak ada perbedaan antara kita dalam penampilan, kau masih sangat membenci kami? Aku menyukai ras manusia, kau tahu? Khususnya, Aniki, Reese-ane....dan Dee-nii juga!"

"Kau menyukai ras manusia?! Menjijikkan! Aku bahkan tidak ingin dipikirkan oleh ras binatang yang menjijikkan seperti dirimu, apalagi disukai!"

Bukan berarti aku menyukai kalian, kau ini seperti diriku yang dulu.

Di masa lalu ketika Nee-chan dan aku masih budak, kami sangat membenci ras manusia karena telah menculik dan menyiksa kami. Tapi setelah bertemu Aniki, Dee-nii, dan dibesarkan oleh Erina-san, aku sadar bahwa tidak semua manusia itu sama. Meskipun lebih tua dariku, dia tidak mengerti itu. Sebenarmya siapa yang dewasa disini? Dibandingkan denganmu, Aniki jauh lebih dewasa*.
[Yah, bener sih....jika dihitung sama usia pikirannya]

"Telinga dan ekor yang kotor, berlagak murni sambil meningkatkan populasi mereka. Kalian lebih baik pergi dan tinggal di hutan. Setelah revolusi ini berakhir, semua ras binatang akan ditendang keluar, dan Elysion akan dirubah menjadi surga bagi hanya umat manusia!"

"Tidak perlu ada setetespun darah subhuman di surga kita! Mereka yang tidak kompeten juga termasuk! Setiap satu tanpa kecuali....akan dibasmi!"

Aku mendengar dari Aniki bahwa sumber kebencian Gregory adalah pembunuhan ayahnya oleh ras binatang dan orang tanpa warna. Aku bisa mengerti rasa sakit kehilangan keluarga, tapi aku tidak ingin memusnahkan siapa pun. Meski begitu dalam kasusku, para pelakunya adalah monster.

"Kalian sangat kekanak-kanakan. Apa kalian benar-benar dewasa?"

"Diam!! Buang senjatamu dan menyerahlah. Kalau tidak, aku akan menggunakan kerah untuk membunuh para siswa yang ditahan!"

Dia memerintahkan kami dengan mata setengah merah. Jika pemilik kerah memerintahkan, adalah mungkin untuk membunuh pemakainya. Banyak kerah budak dilengkapi dengan fungsi itu. Aku telah melihat langsung efeknya.

Teman-temanku marah tentang Gregory yang berkata bahwa dia akan membunuh para sandera, para siswa yang duduk di kursi penonton membuat suara gemuruh pada saat yang bersamaan.

Namun, seseorang yang menghentikan kecerobohan Gregory adalah Golia.

"Tolong tunggu sebentar, Gregory-dono. Membunuh para sandera akan menghalangi rencana kita, bukankah begitu?"

"....Maaf. Aku lupa barusan karena terlalu fokus untuk membalas para subhuman itu"

"Tenanglah dulu. Bagaimanapun juga, pemilik kerah adalah aku, jadi kau tidak diperbolehkan mengambil keputusan sendiri di sini"

Ini adalah percakapan kecil yang harusnya hanya bisa terdengar oleh mereka berdua.

Namun, pendengaranku telah diperkuat oleh {Boost} sesuai ajaran Aniki, oleh sebab itu obrolan mereka bisa terdengar jelas oleh telingaku. Dan kemudian, tentu saja....

"Dorashaaaa–!"

Aku langsung menarik pedangku, dan menggunakan {Flame Knuckle} pada golem terdekat.

Kali ini aku dengan serius menghantamkan tinju terbungkus apiku, dan memporak-porandakan seluruh tubuh golem. Ini adalah pembuka yang bagus untuk pertempuran.

"Ayo pergi!! SERBUUU!!!!!"

Dengan suara lantangku sebagai sinyal, para siswa yang berada di belakang bergegas ke depan. Jumlah golem secara bertahap menurun karena serangan kami melebihi jumlah mereka.

Dan kemudian, ketika ada sepuluh golem yang tersisa, formasi sihir di tanah melahirkan golem baru. Ini melengkapi golem berdasarkan berapa banyak yang kami hancurkan.

Di suatu tempat di arena ada para penyihir bumi yang bersembunyi, memanggil lebih banyak golem. Jika aku tidak memberantas asalnya, golem akan terus bermunculan sampai para penyihir kehabisan mana.

"Tiba-tiba menyerang, sungguh ras binatang yang barbar"

"Kita nikmati saja perkembangannya"

Goria dan Gregory tertawa sambil melihat para siswa yang mengalami kesulitan berurusan dengan kemunculan tanpa henti golem. Prajurit bayaran dan penyihir yang berada di kursi penonton hanya melihat tanpa melakukan apapun. Saksikan saja dari saba, akan kubuat kalian tercengang.

Aku menghancurkan golem kesepuluh, dan saat gelombang ketiga golem datang....situasinya berubah.

"Penyihir golem ada di sana!"

"Targetkan mereka! Gunakan sihir!"

"Jangan sampai mengenai siswa dengan kerah!"

Sambil mengintai di sekitar kursi penonton, beberapa siswa berhasil menemukan para penyihir yang memanggil golem.

{Flame Lance} milik Mark menyingkirkan satu penyihir, dan beberapa kakak kelas mengalahkan dan mengikat beberapa lagi. Setelah itu, kecepatan pemanggilan golem sangat menurun, dan kami menyelesaikan gelombang tempur lebih cepat dari sebelumnya.

Gregory dan Golia sedang menggertakkan gigi, jelas tidak senang dengan perubahan situasi. Golia mendorong tangannya ke depan dan mulai mengonsentrasikan mana.

"Sial, banyak orang yang merepotkan. Jika sampai begini, aku akan memerintahkan siswa yang menonton untuk menangkap mereka yang melawan...."

"Seolah aku akan membiarkanmu melakukannya"

"Apa?! Kapan kau bajingan....guhoo?!"

Sementara dia berkonsentrasi, Nee-san menggunakan sihir angin untuk melompat turun dari atap dan diam-diam mendarat di belakangnya. Dia menggunakan jarum yang sama yang meracuni para guru dan menusukkan ke leher, membuatnya jatuh pingsan.

Strategi kami kali ini adalah membagi menjadi dua kelompok, satu untuk menyebabkan gangguan, dan satu lagi untuk mencari para penyihir bumi. Setelah tahu siapa yang mengendalikan kerah, Nee-san akan masuk dan menyerang mereka dari belakang.

Tugasku adalah pengalih perhatian. Aku bertanggung jawab untuk mencari tahu siapa yang mengendalikan kerah. Awalnya aku berpikir tentang metode cerdik, tapi lawan malah keceplosan. Itu keberuntunganku.

"Kau?! Kau adalah pengikut si tidak kompeten itu!! Aku memohon, nyala—...."

"Sirius-sama bukan tidak kompeten! {Air Shot}"

Sihir tanpa mantra Nee-chan langsung mengenai perut Gregory saat dia masih melantunkan mantra. Dia mungkin tidak memilih menghindar karena terlihat pelan, tapi itu pasti tetap sakit. Aku hanya merasa bersimpati.

"Kalau begitu, ayo kita interogasi mereka nanti untuk mendapatkan kunci kerahnya---....?!"

Kupikir kami sudah selesai, tapi Nee-chan merasakan sesuatu yang aneh. Dia mendongak dan meraih kerah Golia pada saat yang sama, lalu melompat ke arah kami dengan sekuat tenaga.

Pada saat itu, tempat di mana Nee-chan berdiri tertikam dengan pisau dan suara 'cih' pelan terdengar. Terampil memanipulasi sihir angin untuk mendarat di depan kami, Nee-chan berbalik dan menatap ke tempat dia berada sebelumnya.

"....Hei gadis, kau memiliki persepsi yang sangat tajam"

"Ya, itu tempat yang berbahaya"

Seorang pria dengan tubuh besar berotot muncul dari kursi penonton.

Memang tidak sampai sejauh Jii-chan, tapi dia pasti mengasah tubuhnya dengan pedang itu. Sudah jelas dari pakaiannya bahwa dia adalah seorang prajurit bayaran, hanya saja mengingat keterampilan dan aura yang dia berikan, dia mungkin adalah pemimpin kelompok.

Aku mengerti hanya dengan melihat dari kejauhan, dia kuat. Sangat kuat. Aku merasakan tekanan yang sama dari yang aku rasakan melawan kelompok 'Dragon Fresh Blood'. Langkah kami berhenti di sini.

"Ayo keluar, kalian! Saatnya bekerja!"

Para prajurit bayaran yang tersembunyi di kedalaman muncul dan mulai bentrok dengan kelompok kami. Hanya ada dua puluh pulih atau lebih, tapi kami masih unggul dalan jumlah.

Beberapa golem terakhir hampir roboh, jadi keunggulan kami seharusnya tidak berubah, namun....

"Para golem muncul lagi! Bersiaplah!"

"Bukannya sudah berhenti tadi? Sial, jumlah mereka bertambah!"

Ada lebih banyak penyihir bumi di antara kelompok tentara bayaran baru ini, dan mereka memanggil lebih banyak golem daripada sebelumnya. Diatasnya, golem-golem ini jauh lebih kuat daripada kelompok barusan.

"Jangan samakan dengan para bangsawan, kalian mengerti? Sihir kami telah diasah dalam pertempuran hidup dan mati!"

"Jika itu masalahnya, targetkan pada para penyihirnya. {Flame Lance}!"

Meski Mark melempar {Flame Lance} ke salah satu penyihir yang membuat golem, pria itu dengan mudah menghindar sambil tetap mengonsentrasikan mana.

"Sia-sia saja menggunakan sihir!"

Ketika Hart* akan menebas prajurit bayaran langsung, prajurit bayaran lain melompat masuk untuk menghalangi. Mungkin, dia tahu bahwa Hald terluka.
[Masih ingat? Hart Arcade, anak lelaki yg pernah menantang Reus untuk menyelesaikan labirin/dungeon akademi pas di Strongest Arc. Yang ujung2nya pingsan karena Dragon of Fresh blood]

Kelompok prajurit bayaran baru ini menggunakan taktik yang bagus, bekerja sama dengan baik, dan dapat memantrai sambil bergerak. Tak diragukan lagi bahwa mereka adalah bawahan dari pria yang muncul sebelumnya. Mereka berada di tingkatan yang berbeda dari prajurit bayaran tadi.

Walau kami memiliki keuntungan dalam jumlah, dengan situasi seperti ini, takkan lama sebelum para siswa mulai lelah. Kami akan berada dalam banyak masalah saat itu.

Haruskah kami mendukung mereka segera atau....

"....Nee-chan, aku meninggalkan semuanya untukmu. Aku akan berurusan dengan orang-orang ini"

"Hentikan. Kau harus bertarung bersama dengan yang lain"

"Tapi semuanya mengalami kesulitan dan akan menjadi buruk jika tidak ada yang mengawasi orang-orang Golia ini, kan?"

Pria itu memegang otoritas untuk membunuh atau menyakiti setiap siswa yang dipasangi kerah budak. Kami tidak bisa mengembalikannya kepada musuh. Nee-chan paling cocok untuk peran ini, karena dia mengkhususkan diri dalam sihir jarak jauh, jadi dia dapat mendukung siswa lain sambil menjaga Golia.

"Serahkan padaku, Nee-chan! Ini akan baik-baik saja, musuhnya bukanlah Aniki atau Lior-Jiichan!"

Aku berbalik menghadap si pemimpin yang menuju ke sini dengan menghunus pedangnya.

Aku akan mengalahkannya dan menang kali ini. Kegagalan di labirin berdering jelas di benakku, dan aku tidak akan membiarkan situasi itu terulang.

Aku benar-benar....harus menang.

"....Baiklah. Kau harus berhasil, dan mintalah Sirius-sama memujimu"

"Ya! Jika begitu, aku akan dipuji lebih dari Nee-chan, kan?"

"Aku tidak akan mengatakannya, karena aku pemimpin di sini, semua orang berpikir kontribusiku lebih besar"

"Hentikan, kalian berdua"

Bahaya, bahaya. Jika Reese-ane tidak menghentikannya, kami akan bertengkar. Seperti yang diharapkan, Reese-ane sangat penting bagi kami.

"Reus, kau terluka. Kesinilah"

"Terima kasih, Reese-ane"

"Semoga berhasil"

"Ouu!"

Setelah Reese-ane menyembuhkan lukaku, aku melangkah maju untuk menghadapi pria itu. Dia mencari pertarungan satu lawan satu sambil dengan sabar menunggu, berdiri dengan pedangnya. Dia siap untuk aku serang.

"Aku datang!"

Aku mengambil langkah cepat. Pertama, ayo kita coba tebas dia dengan pedang.

Si pemimpin menahan dengan pedangnya, tapi seranganku lebih kuat dari yang dia perkirakan hingga dipaksa mundur sedikit. Aku berniat terus menerapkan tekanan, hanya saja terdengar bunyi deritan dari pedangku, jadi aku menendangnya dan dengan enggan mundur beberapa langkah.

Sial. Aku memang sudah mengira, pedang miliknya jauh lebih baik daripada milikku. Punyaku pasti akan hancur jika kami terus bertukar tebasan.

Aku bermaksud untuk membuatnya lengah dan menghantamnya dengan {Flame Knuckle}, tapi sebelum aku memulai serangan, pria itu meletakkan pedangnya di pundak dan tertawa lebar.

"Ternyata ada seorang sehebat ini di sekolah yang berisi kebanyakan bocah. Untuk bahkan menyudutkan majikanku ke posisi yang sulit, aku takkan bosan dengan situasi ini!"

"Kau tidak akan memiliki kesempatan untuk bosan, aku akan menghancurkanmu!"

"Itu bagus, kata-kata barusan hanya terisi keyakinan pada kekuatan ya. Maukah kau memberitahuku namamu?"

"Memberitahu namamu sendiri sebelum menanyakan nama orang lain termasuk sopan santun, itulah yang dikatakan Aniki"

"Begitu kah? Aku adalah pemimpin dari prajurit bayaran 'Gigantes', namaku Dominique"

"Murid terhebat Aniki, Reus!"

Mengambil langkah maju lagi, aku menggunakan teknik untuk melepaskan hempasan ke depan, {Tsuyoshi Yabu Itto-Ryu • Pelepas Dampak}. Teknik ini tidak dirancang untuk pedang yang aku gunakan, tapi itu tidak masalah. Dominique melompat ke udara, menghindarinya. Kemudian, ketika dia terjebak di udara, aku melompat ke arahnya dengan {Flame Knuckle}.
[衝破を放つ / Shouha o hanatsu. Pelepas Dampak]

"Ha ha! Hebat! Serangan itu benar-benar tidak ragu sama sekali, aku lebih suka ini!"

Saat masih di udara, dia melemparkan pisau ke wajahku tanpa menghiraukan {Flame Knuckle} yang datang. Akupun terpaksa menggunakan gelombang kejut yang tercipta untuk menghempaskan laju pisau. Tanpa berhenti, dia melemparkan pisau lain dan aku memblokirnya dengan pedang sementara dia dengan aman mendarat kembali di tanah.

"Sekarang giliranku!"

Aku menerima serangan dari Dominique, tapi jika aku terus menahan dengan pedang, ini akan patah dan aku akan tertebas. Oleh karenanya, aku meminjam teknik yang sering digunakan Aniki dan memiringkan pedangku untuk mengarahkan momentum menjauh dari diriku. Ini membutuhkan sedikit keuletan untuk digunakan, tapi sangat mengurangi tekanan pada senjata. Aku menggunakan teknik ini berkali-kali melawannya sebelum dia mencoba untuk mengubah situasi pertempuran lagi.

"Oh oh, teknik pedangnya juga bagus! Tapi, bagaimana dengan ini?!"

Aku pikir dia akan menggunakan kesempatan untuk mundur dariku dan mencoba serangan lain, tapi dia malah meraih sesuatu du balik armornya dan melemparkan bungkusan kecil ke arahku.

Aku hendak memotongnya, namun langsung ingat pelatihan dengan Aniki, jadi aku berjongkok dan menghindar. Setelah lewat, aku berdiri sekali lagi dan bersiap untuk mengejar, tapi dia berdiri diam. Bertepuk tangan dengan ekspresi takjub.

"Kau menghindarinya dengan baik! Secara umum, kebanyakan orang akan panik dan memotongnya dengan senjata mereka"

"Aniki memperingatkanku tentang hal-hal seperti ini. Dia berkata bahwa banyak hal yang bisa disembunyikan dalam bungkusan seperti tadi, bubuk pelumpuh atau racun misalnya. Dia juga memperingatkan tentang pisau yang terikat di suatu bagian pada pakaian lawan, atau proyektil seperti jarum yang dapat ditembakkan dari perangkat di pergelangan tangan"

"Kau memiliki pengetahuan sejauh itu? Apa Aniki-mu itu guru atau sesuatu?"

"Benar. Dia adalah orang yang mengajariku segalanya!"

Aku mengerti setelah melawannya sebentar, kalau pria ini jauh lebih lemah dibandingkan Aniki dan Jii-chan, kupikir aku mungkin lebih kuat dalam hal kekuatan dan pedang. Sebagai bukti, aku bisa bertarung setara dengannya menggunakan pedang berkualitas lebih rendah.

Tapi....dia masihlah sulit untuk dilawan.

Pria ini mundur selangkah demi selangkah ketika aku mendekat dan jika aku mencoba mengejar, dia melempar pisau atau menggunakan trik kecil seperti melempar bungkusan kecil. Perbedaan usia tidak bisa dibantah, dia memiliki lebih banyak pengalaman bertarung daripada diriku.

Sementara aku kesulitan dalam memutuskan cara menyerang, Dominique menyarungkan pedangnya dan mengangkat tangan.

"Oi....kau bilang namamu Reus, kan? Apa kau ingin menjadi rekan kami?"

"....Apa yang kau katakan?"

"Akan sia-sia membunuhmu ketika memiliki bakat seperti ini di usiamu. Ditambah lagi, karena kami hidup di dunia bawah, kami tidak keberatan oleh hal-hal seperti ras. Kami bahkan memiliki banyak sekutu ras binatang. Tak perlu khawatir tentang diskriminasi"

"Majikanmu berencana untuk memusnahkan dan melarang semua ras binatang"

"Hadiah untuk misi ini cukup menarik. Namun, jika berbicara jujur, aku tidak memiliki simpati kepada mereka. Aku berencana mengambil hadiah dan melarikan diri segera setelah penghalangnya lenyap"

"Bukankah kau hanya orang jahat? Aku tidak ingin menjadi teman seseorang semacam itu"

"Orang jahat? Kau benar-benar mengatakan itu?"

Kenapa aku malah merasa kesal ketika dia tertawa mendengarnya? Jika kau bukan orang jahat, lalu apa?

"Bukankah Aniki-mu seseorang dari dunia yang sama dengan kami?"

"Haah?! Hal seperti itu tidak mungkin, aku belum pernah melihatnya melakukan hal-hal semacam ini! Jangan bercanda denganku!"

"Aku tahu dari caramu memprediksi seranganku. Aniki mu telah mengajarkan hal-hal yang hanya seseorang yang pernah hidup di dunia bawah atau mengalaminya sendiri ketahui. Kenyataan bahwa dia paham tentang teknik-teknik ini hingga mampu mengajarkannya semakin menegaskan kecurigaanku. Hidupnya dan hidupku tidak jauh berbeda"

"Aniki....dan kau mirip?"

Berpikir tentang ini, Aniki sering pergi sendirian di malam hari. Dia terkadang akan tercium bau darah ketika kembali. Beberapa tahun yang lalu, aku mendengar sesuatu dari seorang pencuri yang aku interogasi tentang Aniki.

Bahwa matanya mirip seorang pembunuh dari dunia bawah yang tidak kuketahui sampai sekarang.

"Tak salah lagi. Sementara bersama dengannya, kau ternyata tidak tahu kalau gurumu adalah orang yang seperti itu. Kasihan, apakah sakit sekali mengetahui bahwa kau telah dikhianati oleh orang yang paling kau percayai?"

"....Itu tidak ada hubungannya"

"Haah?"

"Aku bilang itu tidak ada hubungannya! Apapun Aniki, aku...."

Benar. Setelah mengetahui bahwa aku adalah anak terkutuk, dia hanya tertawa dan berkata itu hanya masalah sepele. Ketika aku menyerang dan mencoba melarikan diri, dia adalah orang yang memukul dan membuatku melihat kenyataan.

Tak peduli seberapa banyak pertarungan yang aku miliki dengan Jii-chan, tak peduli berapa kali aku berpikir diriku akan mati, tak ada yang sesakit pukulan dari Aniki.

Memukulku sejauh itu, mengawasi Nee-chan dan aku....siapa pun dia, aku....

"Aku telah memutuskan untuk mengikutinya selama sisa hidupku!! Segala sesuatu yang lain hanyalah masalah sepele!!!"

"....Keh, bocah nakal yang keterlaluan. Kau bahkan tidak ragu-ragu"

"....Apa kau barusan berpura-pura?"

"Aku setengah serius. Aku menyesali ini, karena keahlianmu luar biasa"

"Tidak masalah. Aku akan mengalahkanmu dan Aniki akan memujiku"

"Itu tidak mungkin. Memang benar bahwa keahlian berpedangmu lebih baik daripada diriku, tapi aku telah berlatih dalam berbagai cara untuk menang sehingga dapat bertahan hidup"

Dominique menarik sesuatu dari armornya lagi, dan beberapa tombak api muncul di udara, menembak ke langit dan meledak dengan keras hingga bergema ke seluruh arena. Pertempuran sejenak berhenti karena bunyi ledakan, namun segera berlanjut kembali.

Di tangannya ada beberapa batu, aku ingat kalau Aniki pernah menggunakan batu-batu itu sebelumnya. Itu adalah Mana Stone, yang mungkin diisi oleh sihir {Flame Lance}. Kurasa hanya barang sekali pakai karena ada yang hancur setelah digunakan.

"....Kenapa kau tidak menggunakan itu padaku?"

"Ini bukanlah serangan, tapi sinyal. Setiap prajurit bayaran yang mendengarnya akan segera kembali ke sini untuk mendukung"

"Apa?!"

"Meski aku mungkin menunggu lebih lama dari seharusnya, bagaimana kau akan menanggapi ketika dirimu menghadapi serangan mendadak dari arah acak? Selanjutnya....oi!"

"Ya!"

Dominique memanggil temannya, yang melemparkan Mana Stone lain ke tengah arena.

Saat menyentuh tanah, formasi sihir besar muncul dan diaktifkan. Dari sana, golem lain terpanggil. Golem ini jauh lebih besar dan lebih kuat dari yang sebelumnya.

"Golem besar ini ditambahkan ke pertarungan. Sekarang, apa yang akan kau lakukan?"

Gawat, jika serangan golem seperti itu, bukankah moral teman-teman kami akan jatuh? Lebih buruk lagi, jika para prajurit bayaran muncul juga....

"Nee-chan! Lakukan sesuatu tentang golem itu...."

"Kau harus mati! Ras binatang bodoh!"

"Karena Sirius-sama tidak mengizinkannya, aku tidak bisa mati!"

"Emilia, para junior di sisi kanan sedang mundur!"

Ini tidak mungkin. Nee-chan dan Reese-ane terlalu sibuk mendukung sekutu dan bertahan melawan anak buah Gregory. Sementara itu, golem besar lain muncul. Kesempatan kami untuk menang jadi semakin tipis.

"Jika begini, aku akan mengalahkanmu dulu!"

Agar bisa cepat mengalahkannya, aku melepaskan {Boost} dan menyerang. Kecepatanku meningkat drastis, begitu banyak sehingga dia tampak terkejut, tapi dia masih bisa beradu pedang denganku. Ini pasti hasil dari naluri bertarungnya.

Aku akan mencoba langkah yang berbeda untuk menghindari pedangku patah, tapi aku terlambat menyadari betapa dengan serangan terakhir itu.

{Boost} adalah teknik yang tidak hanya meningkatkan kecepatan, tapi juga kekuatan. Kekuatanku saat ini telah berkali-kali lipat dari yang sebelumnya, yang berarti tidak peduli seberapa ringan serangan, dampaknya akan terlalu berat untuk ditangani pedang ini....Tak mampu menahan beban serangan terakhirku, akhirnya patah.

"Pada saat seperti ini!!"

"Kau masih anak-anak. Kau tidak memiliki cukup pengalaman di medan perang"

Aku tidak berdaya, namun Dominique tidak mencoba mengambil keuntungan dan menyerang. Sebaliknya, tanpa pedang dan semua lawan yang harus aku hadapi, dia tampak puas dengan situasinya.

Sialan, jika aku memiliki pedangku sendiri, aku bisa dengan mudah mengalahkannya bersama semua golem ini. Itu bahkan tidak tergores meski pertarungannya keras, tidak peduli berapa banyak golem yang harus aku potong. Tak memiliki pedang bagus bisa membuat frustrasi!!

Tapi....aku tidak boleh menyerah!

Jika begini, aku akan menyerang dengan kekuatan penuh {Flame Knuckle}! Meski akan gawat kalau diriku juga ikut terbakar, tapi itu bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan sekarang.

Ketika aku mulai menuangkan mana ke kedua tangan, tepat pada saat itu...

(BAMMM!!!!)

Suatu suara keras bergema dan mendadak sebuah lubang muncul di kepala golem. Di sanalah formasi sihir golem berada, membuatnya hancur berkeping-keping.

"Aa---? Golem itu....dengan satu serangan?"

"Ini...."

Suara yang lebih keras terdengar, dan masing-masing kepala golem kemudian hancur. Dalam sekejap, sebelum kami menyadarinya, semua golem pun lenyap.

Selama situasi ini, sesuatu menancap dengan keras di depanku, melontarkan badai debu dan puing-puing.

Disaat tirai pasir lenyap, tepat di hadapanku adalah....

"Pedang....ku?"

Rekan bagiku yang dibuat oleh Grant-occhan, ada di sana.

Mengalahkan semua golem dalam sekejap, dan membawa pedangku dari pondok berlian....itu hanya bisa dilakukan Aniki.

Baik Nee-chan dan aku melihat sekeliling, tapi tidak dapat menemukan sosoknya. Jika Aniki serius bersembunyi, kami tidak akan pernah menemukannya. Kami sering berlatih bersama di hutan, namun masih belum dapat menemukannya, bahkan ketika kami dapat mencium aromanya.

Tetap saja....kenapa dia bersembunyi lagi?

Jika Aniki melibatkan dirinya, kami bisa dengan mudah mengalahkan para prajurit bayaran dan golem, lalu benar-benar membalik posisi pada penyusup.

{Lakukan yang terbaik}

Akupun mendengar suara Aniki di kepalaku.

....Begitu kah? Dia pasti sibuk membantu kami dengan cara lain, itu sebabnya tidak bisa muncul di sini.

Dia menyerahkannya padaku untuk mengalahkan orang ini.

Sungguh, meskipun situasinya bisa berubah jika itu dia....

....Berapa lama aku akan bertindak seperti anak manja di depan Aniki?!

Aku minta maaf karena menjadi menyedihkan, Aniki.

Dan....terima kasih.

Aku akan mengalahkan orang ini.... tolong tunggulah.

Aku menggenggam pasanganku, menariknya keluar dari tanah dan memanggilnya.

"Kita lakukan, Silver Fang*!"
[ギンガ /Ginga. Atau 銀牙 / Gin Kiba = Taring perak]

☆☆☆Chapter 47 berakhir disini☆☆☆

Tambahan / Bonus 1

"Aku murid terbaik Aniki, Reus!"

"Murid terbaiknya adalah aku!"

Itu tidak terdengar oleh sebagian besar arena, karena kekacauan yang terjadi, tapi Emilia menolak untuk mundur dari pernyataan semacam itu.

Tambahan / Bonus 2

"Bukankah Aniki mu seseorang dari dunia yang sama dengan kami?"

"Aah....ini dia"

Sambil mengintip ke medan perang, karakter utama berkeringat saat rahasianya terbongkar.

Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]