Bokubitch chap 7 B. Indonesia

Chapter 7 Tidak mungkin aku akan pergi ke hotel cinta dengan dua pelacur.
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel




Pertengahan Juni. Dua minggu telah berlalu sejak saat itu, musim hujanpun datang.

Tapi aku dan Aizawa masih belum menemukan anggota.

Hari ini adalah Minggu, jadi jika situasi tetap seperti apa adanya, klub akan resmi bubar Jumat depan.

Meski otak kami berdua terlintas berbagai rencana bagus, itu mencapai kesimpulan dimana aku datang ke ruang klub hanya untuk membenamkan diri dalam hobi demi lari dari kenyataan. Aizawa pun khawatir padaku, namun dia tetap berusaha keras dan mencari ide terbaik.

Walau merasa tidak enak padanya, tapi aku memiliki sudut pandang tersendiri tentang masalah ini.

Bagian terburuk pastinya adalah kehilangan tempat di mana diriku dapat menikmati hobi. Di lain sisi, itu juga berarti waktu yang aku habiskan bersama Shinonome dan Aizawa selepas sekolah akan berakhir.

Jika terus cemas tentang mereka berdua, 3 tahunku di SMA kemungkinan tinggi akan hancur. Kehilangan klub sebagai ganti memiliki kehidupan sekolah yang terjamin aman, kupikir bukan tawaran buruk.

Meski berpikir demikian, pada hari Jumat, sekali lagi aku dimintai hal yang mengejutkan dari Aizawa.

---Aku ingin tahu perasaan ketika melakukan hal-hal ecchi dengan pacar di sebuah hotel cinta---

Si gyaru berambut coklat berbulu bernama Kuroki Ami* itu, tampaknya entah bagaimana meragukan dia lagi.
[黒姫亜海, huruf 姫 berarti "hime" tapi bisa juga dibaca sebagai "Ki" menurut hiragana]

Permintaan sebelumnya dibatalkan akibat bujukan Ten-nee pada Aizawa. Oleh karena itu ketika si Kurohime menanyakan hal yang sama lagi, Aizawa tak dapat menjawab dengan benar dan mulai dicurigai, Kurohime terus menyudutkannya dengan pertanyaan sensitif....begitulah menurutku.

Tentu saja berbohong itu buruk, tidak terkecuali untuk Aizawa. Hanya saja, dia sudah melakukan yang terbaik demiku dan klub sastra, hingga membuatku tak bisa menolak.

Karena itulah sekarang, pada sebuah kamar hotel mencurigakan, diriku yang menyamar sebagai om-om berperut buncit duduk berdua dengan Aizawa di kasur.

"Kalian berdua terlambat. Apa terjadi sesuatu?"

Setibanya di hotel sesuai rencana, Shinonome terlihat keluar dari kamar mandi sambil mengeluarkan kacamata hitam, dia tampaknya telah mengisi bak mandi dengan air panas. Blus putih bersih yang perempuan ini kenakan sangat serasi dengan rok berbulu hitam mengembang itu, benar-benar memberi kesan seorang 'ojousama'.

"Ah, Ibuki! Maaf membuatmu menunggu. Uwah, maksudku, pakaian samaranmu super imut!"
[Aizawa menyebut apa yg dikenakan Shinonome pakaian tidak formal, atau pakaian utk org biasa. Di ver inggris disebut pakaian sipil, tapi karena menurutku aneh, kuganti jadi "pakaian samaran" karena mereka sedang menyamar]

"Ufufu, ini tidak berbeda dari biasanya. Lagipula, apa dia memaksamu melakukan sesuatu yang aneh?"

Shinonome mengirim tatapan dingin pada penampilan mencurigakanku.

Kedua perempuan ini berhubungan dekat sampai ditingkat dimana mereka makan siang bersama setiap hari. Aizawa berbicara tentang apa pun dengan cara yang menurutku terlalu jujur. Tanpa bertanya berlebihan, Shinonome anehnya nyaman berkumpul bersama Aizawa, kedekatan mereka meningkat dari hari ke hari.

"Ah, tidak tidak! Bukan itu alasan kami terlambat! Hanya saja....di tempat pertemuan sebelum pergi ke hotel, rasanya seperti ada seseorang yang mengikuti kami"

"Diikuti? Ceritanya menjadi agak berbahaya. Apa kau melihat wajah si pelaku?"

Aizawa menunduk dan menggelengkan kepala, Shinonome kemudian beralih menatapku dengan tajam.

"Apa kau melihatnya?....Tunggu dulu, berapa lama kau akan berpenampilan begitu?"

Dia mengernyit sambil melihat perutku yang buncit.

"Haaahh....Aku pikir akan mati karena kepanasan"

Aku melepas topeng dan topi dari wajah* kemudian menggoyang-goyangkan leher T-shirt untuk mengipasi dadaku.
[Mungkin Ikuno memakai semacam topeng festival]

"Ikuno-kun, kenapa tidak lepaskan saja jika terlalu panas? Sesuai dugaan dari penyamaran sempurna itu, aku merasa bersalah walau tahu yang memakainya adalah kau...."

"Mau bagaimana lagi, kan? Tak seperti Shinonome, aku tak punya kacamata hitam. Jadi lebih atau kurang, ini akan menjadi masalah serius kalau seseorang yang aku kenal melihat kita"

Aku mengambil nafas setelah akhirnya mengeluarkan bantal dengan bunyi 'fukafuka'* dari perutku.
[SFX untuk suara lembut atau halus]

"Nah, tentang tidak melepas penyamaran segera setelah tiba....itu ada alasannya, Aizawa akan terkejut jika aku tiba-tiba menanggalkan pakaian"

"Hmm"

Saat kami memasuki hotel, Aizawa telah menjaga jarak, bahkan sekarang tidak mau melihat wajahku. Meski dia terkejut dengan penampilan ini ketika kami bertemu, kami tetap mengobrol dalam perjalanan kemari walau suasananya canggung.

"Fufu, begitu ya, aku mengerti. Tapi, apa Ikuno-kun melihatnya?"

"Orang yang mengikuti kita? Aku memang merasa adanya tatapan, tapi...."

Faktanya, seseorang mengikuti kami dari sekitar taman air mancur sampai ketika memasuki hotel. Tapi saat berbalik dan mencari sumbernya, aku tidak melihat siapa pun, jadi pihak lain belum bisa dipastikan.

Oh iya, ketika kasus Ten-nee, aku juga merasa pandangan seseorang di koridor depan ruang audiovisual. Mungkin, itu adalah orang yang sama yang mengikuti kami?

"Meski tak ada yang terjadi....Aizawa-san, kau terlihat seperti tidak menyamar"

"Ma-Maaf. Aku, tidak berpikir sejauh itu...."

Aizawa secara spesifik tidak menyamar, dia memakai celana pendek putih ketat dan atasan merah muda tipis dengan sablon huruf alpabet. Daripada menyembunyikan diri, tingkat eksposurnya sungguh tinggi.

"Yah, ini salahku karena tidak mengatakannya lebih dulu, tidak apa-apa, jangan dipikirkan. Daripada itu, kita hanya memiliki 90 menit tersisa di ruangan ini, kalian lebih baik melakukannya dengan cepat"

Shinonome dengan ramah mengatakan demikian, Aizawa meminta maaf sambil tersenyum masam.

"Ibuki, terima kasih banyak. Karena aku tidak punya PC, aku tidak bisa melakukan reservasi kamar seperti ini"

"Tentang itu, aku juga merasa bersalah. Adikku selalu memeriksa history PC-ku dengan teliti, jadi aku terpaksa mempercayakannya pada Shinonome, meski kau seorang gadis*"
[Nyewa kamar biasanya dilakukan si laki. Apalagi kalo hotelnya yg khusus buat begituan]

Jika Sharte menemukan history semacam ini, aku pasti akan diperiksa berulang-ulang dalam berbagai cara.

Tentu saja, selama teman sekelas tidak tahu takkan masalah, aku akan menjadi laki-laki pertama di dunia yang membuat reservasi di sebuah hotel cinta, mungkin.

"Kalian berdua tak perlu khawatir. Mula-mula, aku anggota OSIS yang bertugas memecahkan masalah konsultasi. Oleh sebab itu, wajar saja mencoba segala cara sebisa mungkin untuk siswa yang dalam kesulitan"

Pada akhirnya Shinonome akan menjadi pengurus sekolah, masuk akal kalau dia ketat soal siapa pun yang melanggar peraturan sekolah. Tapi kali ini, dia membantu hal yang jelas bertentangan dengan itu. Tentunya untuk Aizawa, ya?

Aku menatap Aizawa dan mulai bicara, meski kecanggungan masih ada.

"N-Nah Aizawa....karena kita tidak punya banyak waktu, bagaimana kalau mandi dulu?"

"U-Un. Kau benar....Ah, tapi setelah semua, aku...."

Aizawa hendak mengatakan sesuatu dengan gelisah, tapi untuk menenangkannya, Shinonome berkata diiringi nada lembut.

"Tak apa, Aizawa-san. Lagipula, kau hanya ingin memahami perasaan itu, paling banyak dia cuma akan menyentuh tubuh atau dadamu sedikit"

Aizawa kemudian menunduk dengan ekspresi yang tak bisa kupahami. Tapi, segera tertawa seperti biasanya.

"Be-Benar....Hahaha. Mendengarnya membuatku merasa lega! Kalau begitu, karena Shinonome sudah berjuang keras untuk memesan, kita tidak bisa membiarkan waktu ini sia-sia. Aku akan mandi sekarang!"

Memegang tas bermerek terkenal di lengannya, Aizawa lalu lenyap ke kamar mandi.

Meski kupikir dia ragu, sepertinya baik-baik saja.

Mungkin, dia memang perempuan berbahaya seperti kata Ten-nee? Sampai saat ini, dia hanya bertindak layaknya gadis lugu, tapi sebenarnya mungkin si jalang yang menghasilkan uang lewat prostitusi? Tas merek terkenal barusan, bukanlah sesuatu yang bisa mudah di beli dengan uang hasil kerja paruh waktu biasa....

Namun saat menyadari hal serius seperti ini, jantungku mulai berdebar kencang. Pelacur atau bukan, untuk sekarang aku sudah pasti bisa menyentuh tubuhnya, terutama payudara besar itu, kan?

Bagian atas yang membengkak, mengingatkan pada keberadaan yang memungkinkanku melihat lembah, itu mempesona.

'Buk'. Mendadak, dadaku di dorong ringan hingga membuatku jatuh dengan punggung di tempat tidur.

"Fufu"

Membuka mata, aku melihat iblis yang tersenyum memukau seolah-olah telah menunggu momen ini. Setelah melepaskan sepatu hak tinggi, dia melingkarkan kedua tangannya di leherku.

"Hei ternak, sudah lama sejak terakhir kali kita berduaan, kan?"

Tertusuk oleh tatapan yang menyempit dan terasa lembut, darahku tiba-tiba mendidih, membuat suhu seluruh tubuh naik.

"O-Oi, cepat hentikan lelucon ini. Selain kita juga ada Aizawa, kau tahu?"

"Ya, aku tahu. Tapi, tidak apa-apa menggodamu sesekali, kan?"

Seakan malu berbicara pada dirinya sendiri, pipi Shinonome merona.

"Kau ingat janjimu padaku beberapa hari yang lalu? Setelah ini, haruskah kita melakukan sesuai rencana?"

Jumat, Aizawa kembali bekerja paruh waktu segera setelah dia meminta hal ini. Itu tidak biasa. Kemudian di saat kami meninggalkan sekolah, Shinonome mulai memberitahuku rencananya.

"Aku ingat. Shinonome akan memesan kamar hotel, tapi kita akan berkencan setelah permintaan Aizawa terpenuhi, kan?"

"Bukan kencan. Karena kau adalah hewan peliharaanku, berjalan-jalan adalah kata yang tepat, kurasa?"

"Lelaki dan perempuan yang sedang makan bersama di luar disebut kencan kan? Lagipula, aku sudah mengatakannya berkali-kali, aku ini manusia"

"Berjalan-jalan"

Wajahnya yang memiliki tatapan tajam seolah mengatakan TIDAK, berada tepat di depan mataku.

Ke-Kenapa juga seserius itu? Kau membuatku malu....

"Baiklah, baiklah. Berjalan-jalan, akan ku ingat, berjalan-jalan, ya ampun"

"Begitukah? Ufufu, hewan bodoh sepertimu ternyata bisa mengingat kata-kata tuannya. Hebat"

Ini 'wortel dan tongkat' yang dia katakan beberapa hari yang lalu, ya? Shinonome dengan lembut mengusap kepalaku.

Dia lalu bergumam dengan wajah yang kurasa paling bersemangat, ini pertama kali aku melihatnya, mungkin?

"Karena berjalan bersamamu hari ini, aku meminta seorang petugas eksklusif untuk mendandaniku dengan hati-hati. Jadi, apa menurutmu aku lebih cantik dari biasanya?"

"Baiklah, kau terlalu dekat jadi aku tidak tahu...."

"Hmm, bagaimana kalau begini?"

Shinonome memisahkan wajah kami, dengan ringan mengangkat kedua ujung roknya.

Tentu saja, riasannya tertata seperti yang biasa kau lihat ketika pergi ke pesta. Selain kulit seputih salju, pipi berwarna merah terangnya membuat wajah cantik itu tampak lebih menonjol.

"Agar bisa menjadi tuanmu yang layak, aku menghabiskan lebih banyak waktu persiapan dari biasanya. Tentang pakaian barat, aku bahkan memilih sesuatu berkualitas tinggi tapi tidak mencolok, seperti yang kau suka juga"

Seakan menunggu pemikiranku, dia menatap dengan mata yang agak berharap. Meski Shinonome biasanya terlihat sangat dewasa, kali ini aku bisa merasakan kepolosan seorang gadis seusianya.

"Fu-Fun~....Yah, normal"

Shinonome benar-benar cantik hari ini. Tapi, aku malu dan tak bisa memuji dia dengan jujur.

Perempuan ini lalu mengulurkan tangan, yang kupikir untuk mencubit pipi. Namun, ternyata pipiku malah dibelai dengan sangat lembut.

"Kau benar-benar perusak suasana. Tapi tidak apa-apa, hari ini istimewa jadi aku mengizinkannya"

Biasanya aku akan di injak sekaligus di caci maki pada adegan berikutnya. Jangan bilang, Shinonome sekarang benar-benar dalam suasana hati yang baik? Ini mungkin mustahil, tapi apa dia memang menantikan kencan denganku?

"Restoran kelas satu favoritku telah dipesan pada Jumat malam. Aku akan mengurus semua biaya. Kau bisa makan apa saja yang kau suka"

"Untuk seseorang sepertiku, kau tampaknya sangat siap...."

"Tentu saja. Ini kan berjalan-jalan denganmu"

Menatapku, Shinonome berbisik dengan suara manis dan tersenyum bahagia.

Namun, ini hanya akting. Aku takkan tertipu. Shinonome berkata akan melatihku dengan keras sehingga aku mau berada di sisinya. Karena itu, tujuannya adalah untuk berdamai dengan membiarkanku menghisap madu yang manis.

Kemudian, seolah mendadak mengingat sesuatu, Shinonome mendekatkan wajahnya lagi.

"Benar juga, kau dicium Takatora-san, kan? Aku pada saat itu akhirnya mengingat perasaan yang disebut marah setelah bertahun-tahun"

Jadi, kau benar-benar marah di ruang audiovisual?

"Sterilisasi* diperlukan"
[Mensterilkan. Membersihkan zat-zat pada sesuatu hingga menjadi bersih]

"Eh?....O-Oi , apa yang kau lakukan?!"

Shinonome menarik rambut samping ke belakang telinganya, memejamkan mata dan mendekatkan bibir. Aku meletakkan kedua tanganku di pundaknya untuk menghentikan perempuan ini.

Mengangkat bulu matanya perlahan, dia lalu tersenyum nakal.

"Orang yang pantang menyerah dan berharga sepertimu, harus aku dapatkan sebagai model*. Jika barang yang ingin di beli kotor, itu tidak bagus, kan? Oleh karenanya perlu di sterilkan seperti ini...."
[Aku juga kurang tau maksudnya "Model" ini apa. Mungkin pajangan]

"Tunggu tunggu tunggu! Ciuman demi alasan sesederhana itu?!"

"Tidak apa-apa. Karena ini ke pipi seperti Takatora-san"

Setelah mengatakan itu, Shinonome mendorongku ke bawah. Dia menggunakan kedua tangannya untuk menekanku.

"Dengan begini, kau tidak bisa melarikan diri"

Dan, saat bibir di mana lipstik merah muda tipis itu akan menyentuh pipiku....

"Ah? Oi, apa kau barusan mendengar sesuatu?"

"Ufufu, sia-sia saja mencoba untuk menipuku"

"Tidak, bukan begitu"

Aku berusaha mendengarkan dengan seksama sekali lagi. Itu pasti suara tangisan dari kamar mandi.

Mungkin Aizawa terjatuh, jadi dia menangis....Tidak, ini berbeda. Nada sedih itu seolah mengartikan bahwa hatinya terluka, hingga perlahan-lahan menjadi lebih kencang. Kemudian, akupun sadar.

Aizawa, jangan bilang....

"Shinonome, minggir sebentar"

"Mengancam juga percuma saja. Aku takkan bisa diusir"

"Dengar ya, aku bilang minggir!"

"Aduh?!...."

Aku menangkap plexus solar* dari blus-nya dan dengan keras mendorong tubuhnya yang ramping ke bawah.
[Jadi begini, bagian plexus solar itu ada di atas pusar, tapi gak sampai ke dada. Istilah ini sering dipakai pada hal2 semacam meditasi, dibidang spiritualitas]

"....A-Apa yang kau lakukan?"

Sambil memegang bahunya sendiri, Shinonome mengangkat setengah bagian tubuh. Tapi, mengabaikan itu, aku bergegas ke kamar mandi.

"Aizawa!!"

Setelah membuka pintu dengan keras, dia yang masih dalam pakaiannya duduk di ruang ganti sesuai dugaan.

"Hya....uuhh....I-Ikuno...."

Pipi Aizawa basah dengan mata memerah, dia berbalik ke arahku sambil memeluk tubuhnya yang kurus dan gemetar.

Melihat sosok itu, aku merasa sangat marah pada diri sendiri, hingga membuat seluruh tubuhku memanas.

Seharusnya aku tahu. Aizawa adalah gadis lugu yang bahkan bimbang melakukan sesuatu seperti berpegangan tangan.

Seharusnya aku tahu. Aizawa akan menangis hanya karena dadanya tersentuh.

Tapi, mau bagaimana lagi, dia pantang menyerah, suka pamer, pembohong.

Seharusnya aku tahu dari awal bahwa permintaan semacam itu tidak mungkin, namun....

Pada saat memasuki kamar, Aizawa pasti sudah berpikir untuk membatalkan permintaan itu. Tapi, karena Shinonome secara khusus memesan ruangan dan aku juga bersedia meskipun hari ini libur, hatinya yang lembut khawatir tentang kami dan tak mampu menolak.

....Namun tetap saja, aku terhadap dirinya....

Menganggap serius ucapan Ten-nee, hingga meragukan apakah Aizawa perempuan berbahaya atau tidak.

Melupakan bagaimana dia berjuang yang terbaik demi klub sastra. Diriku hanya terus mencurigainya.

Kenapa aku tak bisa mengakui bahwa Aizawa adalah gadis murni dan baik?

"....Ayo pulang, Aizawa"

"Eh? Uuhh....uhh....tapi....u-untukku....Ikuno dan Ibuki"

"Jangan khawatirkan itu, kau tidak perlu memikirkan apa pun. Serahkan saja semua padaku"

Aku menggandeng tangannya dan kembali ke kamar. Melihat dia menangis, Shinonome bungkam dan membeku di tempat. Setelah terburu-buru mengumpulkan koper, kami berdua pergi menuju pintu keluar.

"Shinonome, permintaan dibatalkan. Aku akan mengantar Aizawa ke dekat rumahnya... sampai ketemu lagi"

Kepalaku masih belum bisa bekerja normal karena kemarahan terhadap diri sendiri yang meluap. Aku hanya mengatakan sebanyak itu kemudian meninggalkan ruangan bersama Aizawa.

Menoleh kebelakang untuk terakhir kalinya, aku melihat Shinonome menunduk, berdiri sendirian di tengah ruangan. Blus rapi dan elegan tadi, telah kusut dengan kerah yang terbuka karena perlakuan kasarku, bahunya sampai bisa terlihat.

Ketika kami meninggalkan hotel, lingkungan telah berubah gelap gulita sekitar 19:30.

Tiba di stasiun terdekat. Karena searah dalam perjalanan, aku dan Aizawa menunggu kereta di peron yang sama. Hanya saja, aliran air matanya tak kunjung berhenti. Gadis ini pasti menangis karena merasa bersalah terhadapku dan Shinonome.

Aku tak bisa membiarkannya yang terus menangis pulang sendirian, kamipun mampir ke taman dekat rumahnya, tetap berada di sisi sampai dia berhenti menangis. Pada akhirnya, dia mengucapkan terima kasih dan maaf berkali-kali saat kembali dengan pandangan sembab.

Setelahnya, aku menyalahkan diri sendiri karena hanya bisa terus-terusan mencurigai Aizawa. Dan meski bisa langsung kembali ke stasiun, akupun tersesat karena terlalu banyak berpikir. Ketika pulang, jarum jam sudah menandakan lewat tengah malam.

Menungguku kembali di pintu masuk adalah Sharte mengenakan piyama dan duduk di lantai sambil memeluk lututnya. Dia sudah terlelap dengan napas pelan 'suu~suu~'. Akupun menggendong tanpa membangunkan gadis ini dan membawa ke kamarnya. Merasa sangat lelah, aku langsung tidur tanpa berganti pakaian dan diserang rasa kantuk.

Tepat sebelum kehilangan kesadaran, kepalaku serasa melupakan sesuatu namun tak mampu mengingatnya.

☆☆☆

Keesokan harinya, aku pergi ke sekolah dan hampir tak bisa memulai aktivitas karena kelelahan semalam.

"Hmm?"

Keadaan kelas agak aneh. Atau lebih tepatnya, jarang sekali Hiiragi-sensei belum datang. Biasanya, dia akan berdiri di depan meja guru satu menit sebelum bel berbunyi dan menyebarkan senyuman.

Menuju ke mejaku dekat jendela. Klub koran sepertinya membuat suatu berita, semua orang di kelasku kemudian meributkan sesuatu yang tidak jelas*.
[Disini ada istilah Grey Space yang artinya merujuk pada sesuatu yg tidak pasti, kurang jelas, dsb]

Hmm? Kalau dipikir-pikir, Aizawa dan Shinonome belum terlihat di sekolah hari ini. Aizawa mungkin terlambat, wajar saja jika dia kepikiran tentang kemarin dan terlalu malu untuk bertemu denganku, tapi tidak biasanya Shinonome yang serius itu terlambat....

20 menit terlewat begitu saja. Hiiragi-sensei yang tubuhnya terbungkus baju olahraga hijau biasa datang ke kelas dengan rambut kelabu melambai. Namun, wajah tersenyum khas-nya tidak ada, terganti dengan kesan sangat suram.

Sambil menunggu dia berucap, aku memiliki firasat buruk karena segala sesuatu di dalam kelas tidaklah normal.

Dan kemudian, Hiiragi-sensei mengumumkan.

Pengusiran Aizawa Manaha telah diputuskan.

☆☆☆Chapter 7 berakhir disini☆☆☆

Ke Halaman utama Bokubitch
Ke Chapter selanjutnya

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia