Short Story: Katanya Kamu Bakal Kasih Permen!
By Yuukisanto
(Yuuki-san to)
Seorang utusan surga turun ke tengah-tengah kerumunan
Ditangannya terdapat sebuah pusaka suci, dan api harapan
Bersamaan dengan itu terukirlah takdir mereka
Untuk menyegel akar dari segala kejahatan, sang raja iblis
Mereka datang bersamaan dengan cahaya harapan yang menyelimuti gelapnya malam
… Mereka adalah ‘Para Pahlawan’
Kesatria penyelamat umat manusia utusan dewa.
Di dunia ini ada beberapa tempat yang tidak boleh didatangi hanya karena rasa ingin tahu.
Contohnya, menjelajahi hutan dengan tanda ‘Bahaya! Sarang serigala’ hanya untuk mencari buah-buahan. Itu pengalaman paling buruk. Akibatnya, aku menangis histeris sambil dikejar-kejar oleh seekor serigala. Orang tuaku dengan lemah lembut mengajariku dengan tinju mereka. Beberapa bintang kecil berkelap-kelip di mataku.
Dan juga, jangan sentuh tembok putih dengan tanda ‘Jangan disentuh’. Itu juga pengalaman yang parah. Aku berakhir dengan menangis sambil mencuci tanganku yang berubah menjadi putih. Sang pemiliki rumah baru itu, seorang pandai besi (botak, berotot) yang sudah lama kukenal dengan lembut mengelus kepalaku dengan tinjunya. Karenanya aku bisa bertemu dengan almarhumah nenekku, dan berbicara dengannya setelah sekian lama.
Aku, Mary, seorang gadis tomboy dengan masa kecil yang penuh dengan kenakalan, menginjak umur 28 tahun ini.
…Ya. Aku menjadi seorang wanita terhormat yang sering digosipi tetangga, karena telah melepas kesempatannya untuk menikah. Ya, ya.
Tapi mau bagaimana lagi.
Kedua orang tuaku membuka toko roti. Aku kehilangan mereka akibat wabah penyakit ketika aku berumur 15 tahun. Saat itu aku berpikir kalau aku tidak akan membiarkan toko roti yang mereka sayangi ini bangkrut, kukuatkan tekad, mencari pinjaman, mengambil alih bisnis, belajar, mendapatkan penghasilan, sedikit demi sedikit membayar hutang dan berhasil menghidupkan kembali toko roti. Dan ketika kulihat diriku, aku sudah berumur segini.
Ya, mau bagaimana lagi kalau nasibku seperti ini. Sahabat sejatiku sudah memiliki 3 orang anak, dan sedang mengandung yang ke-4, dia sudah menjadi seorang ibu yang baik, jadi mau bagaimana lagi. Itu yang kukatakan pada diriku. Maksudku, aku sangat sibuk. Tapi aku sama sekali tidak iri dengan kehidupan orang lain. Biar kukatakan padamu, aku sama sekali tidak iri.
Dari subuh, aku bangun dan menyiapakan bahan-bahan; ketika siang, aku menjual roti dan permen; ketika malam tiba, aku menyiapkan keperluan untuk esok hari, mandi dan tidur seperti beruang hibernasi. Selama aku menjalani kehidupan tanpa kemewahan itu, aku suka pergi berbelanja di hari libur toko, sambil berkeliling tanpa tujuan di ibu kota.
Di sudut ibu kota, ada sebuah kerumunan yang sangat besar, jadi aku menghampiri kerumunan itu karena rasa penarasan dan menemukan seorang prajurit dengan wajah merah sedang menarik sebuah pedang emas yang tertancap di batu.
Setelah itu, banyak orang yang bergantian mencobanya, tapi pedang itu tidak sedikit pun bergeming. Apa ini kontes kekuatan? Begitu pikirku sambil mengamati kerumunan, sampai tiba giliranku.
Yah karena aku sudah sampai di sini, kenapa tidak coba saja. Seakan-akan pertunjukan tadi seperti kebohongan belaka, pedang emas tercabut dari batu. Apa-apaan ini, ini sangat mudah… tapi aku terkejut, detak jantungku semakin cepat mengantisipasi hadiah yang akan kudapatkan. Aku menghadap ke seorang pak tua, dengan penampilan terhormat, yang mengeluarkan aura seperti seorang menteri istana.
Aku cuma beruntung. Hm? Triknya? Ketika menarik pedang, jangan gunakan pergelangan tanganmu, pakai pundakmu dan kasih sedikit tarikan, mungkin? Ini seperti menarik penutup botol anggur… aku sudah menyiapkan berbagai macam jawaban di kepalaku, tapi si pak tua tidak membuka mulutnya sama sekali. Tidak, mulutnya terbuka, tapi tidak ada sedikit pun suara yang keluar.
Ada apa ini? Kuputar bola mataku ke sekeliling dan menemukan sebuah poster.
Di atasnya, tertulis beberapa kata yang terdengar seperti lelucon.
Dan saat itu aku menyadarinya.
『Bagi yang mampu menarik pedang suci dari batu akan dianugerahi gelar ‘Pahlawan’』
---Oh. Sepertinya aku masih belum lulus dari masa kanak-kanak. Ha. Ha. Ha.
☆彡
Hasilnya: Mereka memberikanku uang dan peralatan, dan mengusirku dari kota.
Tidak, diusir mungkin bukan kata yang akurat.
Mereka membuat petisi memintaku untuk pergi.
Mereka ingin aku pergi untuk mengalahkan raja iblis yang baru saja bangkit.
Raja kami yang memberikan perintah.
Aku mempertanyakan akal sehatnya. Lagian, coba dipikirkan. Aku ini cuma pembuat roti di toko roti tua. Untuk berbagai alasan, tidak hanya wanita, tapi juga pria-pria yang terlihat seperti pendekar membeli rotiku dengan senang, jadi terkadang kami mendapatkan sedikit pelanggan yang aneh, tapi cuma itu. Itu cuma toko roti yang normal. Soal bertarung, tidak pernah sedikit pun terlintas dalam benakku .
Lalu meminta wanita seperti aku untuk pergi membunuh raja iblis, apa kepalamu baik-baik saja? Ratusan kali aku menanyakan pertanyaan itu dan berkali-kali aku juga diberikan penjelasan luar biasa asam-manis, seperti jeruk limun. Tapi itu tidak berguna.
Sepertinya raja iblis baru saja bangkit, dan setelah dia mendapatkan kembali semua kekuatannya, akan menjadi sangat sulit untuk mengalahkannya, kata dia. Kebetulan penyihir kerajaan mendeteksi jejak tipis mana raja iblis, dan sekarang adalah satu-satunya kesempatan bagi umat manusia untuk membunuhnya… dan juga, 『Negara lain sudah mengetahuinya dan mengirimkan para pahlawan, jadi kami akan dicibir jika cuma kami saja yang tidak mengirimkan pahlawan』katanya seperti itu, dan aku yakin itu adalah alasan terbesarnya.
Terlebih lagi, ketiga pahlawan yang lain sudah memulai perjalanan mereka, jadi mereka tidak akan bisa melindungiku.
Apa yang sebenarnya kalian inginkan dariku? Aku mencoba memperbaiki penggunaan kata-kataku, aku tidak peduli dengan harga diri negara mereka, tapi seluruh negeri sudah dipenuhi atmosfir ‘dengan begini, kita bisa mengalahkan raja iblis’, dan aku tidak bisa berbuat apapun lagi.
Jadi setelah satu minggu bersiap-siap untuk perjalanan, dengan enggan aku terpaksa meninggalkan ibu kota yang sudah lama kukenal.
Sekarang, tempat pertama yang kudatangi adalah sebuah desa miskin di pinggiran perbatasan.
Dikatakan di gunung terdekat, sang naga terkuat yang dijuluki Raja Naga meminta persembahan.
Raja naga dikenal sebagai monster terkuat, bahkan di antara para bawahan raja iblis. Dua ratus tahun yang lalu, dia diangkat sebagai salah satu dari 4 jendral raja iblis, kekejaman sebagai ciri khasnya, sampai dia dikalahkan oleh seorang pahlawan pada waktu itu, dia ditakuti oleh semua orang sebagai simbol kehancuran. Dengan tubuh yang sangat besar dan cakar setajam pedang. Sisik merah darahnya dapat menangkis semua serangan, dan taring dan rahangnya yang tajam dapat menghancurkan batu. Itulah gambaran Raja Naga yang tertulis di legenda dunia… kata kepala desa menjelaskan. Aku harus mulai bertanya dari ‘siapa itu raja naga?’
Tidak, kamu salah. Bukannya aku tidak menanggapi masa-masa krisis, aku bersumpah, demi para dewi, tidak pernah membaca legenda atau dongeng atau semacamnya. Dari kecil, aku selalu membantu di toko, dan orang tuaku juga tidak terlalu tertarik dengan cerita seperti itu.
Jadi, kepada para penduduk desa, bisa berhenti menatapku dengan tatapan ‘apa ini bakal baik-baik saja?’. Aku bukannya tidak berpendidikan. Hanya saja pendidikan yang kuterima cuma resep dan langkah-langkah untuk membuat roti enak dan bahan-bahannya. Jadi aku salah masuk lapangan kerja.
Aku benar-benar minta maaf, karena menjadi pahlawan yang seperti ini. Mungkin umat manusia sudah tidak punya harapan lagi.
Aku sudah sedikit curiga dengan pedang suci yang ada dipinggangku karena sudah salah mengira aku dengan orang lain, tapi meskipun begitu, aku tetap mencari tahu tentang raja iblis. Tidak akan kubiarkan aku mati hanya karena pemilihan tidak masuk akal ini.
Raja Iblis mengamuk 200 tahun yang lalu. Untuk melindungi umat manusia dari kepunahan, sama seperti saat ini, 4 pahlawan yang terpilih oleh artifak legendaris bekerja sama dan berusaha menyegel Raja Iblis.
Hei, kalahkan dia dengan benar, wahai pahlawan yang agung. Dadaku sudah penuh dengan berbagai macam ketidakpuasan, tapi sekuat itulah Raja Iblis itu. Memintaku untuk mengalahkan monster mengerikan yang tidak memiliki batas kekuatan seperti itu, seperti yang kupikirkan, si raja dan orang-orangnya sudah tidak punya otak.
Kalau aku mati, aku akan menghantui dari sela-sela bantal mereka, dan membisikkan kutukan ‘satu jiwa… dua jiwa… sepertinya aku butuh satu lagi…’ ke telinga mereka dengan mulut penuh bubuk pasta. Begitu tekadku.
Bagaimana pun, sekarang yang harus kuhadapi terlebih dahulu adalah Raja Naga. Langsung klimaks setelah tirai diangkat. Dasar, apa yang kalian harapkan dari seorang wanita yang telat menikah, yang dipilih oleh sebuah pedang suci karatan. Setidaknya, biarkan aku melangkah beberapa kali lagi. Bukan berarti beberapa langkah tambahan akan menyelesaikan masalah ini.
Tapi ada, ada sedikit informasi yang berguna yang masuk ke telingaku.
Kudengar, Pahlawan Panah ada di kota ini.
Perisai, Panah, Zirah dan Pedang. Salah satu pahlawan yang dipilih oleh artifak legendaris. Sepertinya dia mendengar rumor tentang Raja Naga, dan datang kemari dari luar.
Karena aku segera ingin bertemu dengannya, aku menanyakan arah.
Dan setelah itu, aku diantar ke sebuah bangunan kayu yang sangat panjang, dia pasti ada di sana.
Rambut pirang yang sangat halus. Bola mata biru tua seperti warna biru di dasar samudera. Raut wajahnya yang penuh keberanian, dan dengan proposi tubuh yang ideal dan bagus, dia sedang tiduran di atas sebuah kasur…
…dan terbalut perban.
Oh, tuhanku. Maafkanlah hambamu yang berdosa ini karena telah berpikir ‘semoga para malaikat menyanyikan lagu kedamaian bagimu…’ dengan kecewa. Aku sedikit berharap. Lagian, para penduduk desa yang yang memanduku kemari berkata, ‘Dia pria yang gagah dan dapat diandalkan.’ Dan membuatku sedikit berharap.
Bisa saja dia berkata padaku, ‘Serahkan Raja Naga padaku,’ lalu membunuh naga itu sendirian, dan mengizinkan aku pergi bersamanya, ya kan? Kalau perlu, aku akan menyerahkan pedang suci padanya.
…Tidak, aku tidak mengharapkan cerita romantis sama sekali, tahu? Pasti ada batasnya bagi seorang wanita yang tidak feminim yang telat nikah sepertiku untuk mengkhayalkan hal memalukan seperti itu, meskipun hidupku seperti ini, aku sadar dengan posisiku.
Tapi…
“…Oy, siapa wanita itu?”
“Ya. Dia adalah Pahlawan Pedang dari Kerajaan Lumis.”
“Hah? Pahlawan? Wanita tua ini?”
… Apa-apaan orang ini.
Tiba-tiba dia menatapku dengan tatapan merendah sambil mencibir. Dia langsung memanggilku tua. Ya, memang benar kalau umur 28 tahun sudah melewati masa menikah, tapi meskipun begitu, itu kata yang kasar bagi orang yang baru kamu temui.
Dari yang kulihat, dia mungkin tujuh atau delapan belas tahun. Penampilannya menarik, tapi yang disayangkan adalah dalamnya. Terlebih lagi, aku bahkan tidak bertanya tapi dia dengan bangga selalu menceritakan petualangan heroiknya. Berdasarkan ceritanya, dia dipuji-puji sebagai pemanah jenius ketika dia berusia 5 tahun, dan ketika berumur 10 tahun, dia sudah menumbangkan banyak makhluk sihir. Desa ini adalah tempat pertama dia melakukan perjalanan setelah dipilih menjadi pahlawan, dan setelah menantang Raja Naga yang berbahaya sendirian, dia kalah telak dan menerima luka berat. Sedikit lagi, dan dia bakal berhasil mengalahkan Raja Naga, katanya.
Melihat kondisi saat ini, aku mengira ini mungkin bakal sia-sia, tapi aku menahannya berharap, setidaknya, aku bisa mendapatkan informasi berguna, dan mendengarkan cerita lebaynya.
…Tapi sebagai orang yang sangat terbuka, aku juga punya batasan.
“Dan begitulah ceritanya… jadi, oi, wanita tua. Berikan pedang sucimu.”
“Heh?”
“Artifak legendaris di tangan wanita bagaikan permata di tangan babi betina. Kalau aku punya pedang itu, aku bisa menang melawan Raja Naga.”
Dia mengatakan kata-kata bodoh itu seakan-akan memberikan perintah dari atas.
“…Pahlawan Panah, aku tidak bisa memberikan oedang suci padamu.”
“Hah? Apa yang kamu katakan? Tidak mungkin wanita sepertimu berhak membantah perintah dari seorang pahlawan sepertiku.”
“Oh, ti… Tentu saja. Karena aku juga pahlawan… dan …”
Berdiri, dengan lembut kuraih tangannya.
…Tepat di atas perban yang sedikit bernoda darah.
“O, oi. Apa yang kamu laGYAAAAAAAH!?”
“Kamu sudah terluka, Pahlawan Panah. Bukannya sebaiknya kamu beristirahat? …kalau begitu aku pamit, aku sudah selesai dengan urusanku di sini, jadi aku mohon pamit. Semoga harimu menyenangkan.”
Ketika aku menyentuh lukanya dengan lembut, Pahlawan Panah(?) mengeluarkan teriakan luar biasa, jadi kutinggalkan dia dan pergi ke luar ruangan.
…Tapi aku tidak merasakan hal yang istimewa dari lukanya…
Para petualang yang mampir ke toko kami bahkan lebih parah dari itu. Tapi mereka semua tertawa seakan-akan ‘mendapatkan penghargaan.’
Tapi itu tidak penting. Aku berhenti berharap pada orang lain untuk sekarang.
Kalau aku harus berharap pada orang seperti itu, lebih baik aku melakukannya sendiri.
Kuperkuat tekadku, dan memulai persiapan perjalanan ke gunung.
☆彡
Ketika sedang mendaki gunung naga, yang kukhawatirkan adalah serangan dari makhluk sihir.
Di dunia tempat Raja Iblis bangkit. Ada banyak monster berbahaya berkeliaran di lading seakan-akan itu hal yang lumrah.
Di depan di jalan setapak yang sedang kupakai, seperti dugaan, ada dua makhluk sihir yang terlihat seperti serigala bertanduk yang besar.
…Tapi tidak perlu panik.
Aku sudah memikirkan berbagai trik, dan sudah berhasil dalam beberapa percobaan.
Perlahan-lahan kubuka ikatan di kantong pinggang, dan mengeluarkan isinya.
Itu adalah roti bulat dengan buah kesukaan makhluk sihir dicampurkan keadonan.
Ditambah lagi, roti ini berisi buah kesukaan makhluk sihir yang telah direbus menjadi selai.
Begitu mencium aroma menggiurkan, perhatian serigala langsung tertuju pada roti di tanganku.
“Kejar ini.”
Kulempar roti sekuat-kuatnya.
Serigala bertanduk berlomba-lomba mengejarnya. Aku juga melihat makhluk lain yang juga ikut mengejar, pada akhirnya, makhluk sihir tetaplah binatang.
Kalau ada makanan yang lebih nikmat dibandingkan manusia di hadapan mereka, mereka langsung menyambarnya.
Aku sudah melayani para petualang bukan tanpa tujuan. Aku selalu meneliti tentang kehidupan makhluk sihir. Rotiku terkenal dengan reputasinya sebagai benda paling berguna dibandingkan magic item.
Setelah mengumpulkan informasi mengenai monster di sekitar area, dan membuat beberapa umpan untuk setiap tipe monster, mereka bukan lagi ancaman bagiku.
Kuikat lagi kantong pinggangku, dan dengan santai menyusuri jalan setapak yang sudah tidak berbahaya lagi.
Eh? Pedang Suci?... aku juga menggunakannya untuk memotong bahan-bahan dengan benar, kok.
Kulit hijau dan keras buah Pample, juga kacang waltun yang seperti cangkang batu bisa dipotong seperti mentega. Seperti yang diharapkan dari Pedang Suci! Aku sangat terkesan. Ketika di perjalanan, kilauan emasnya yang sangat menyolok membuatku malu, jadi kusimpan ke dalam tas besar dipunggungku. Pinggirannya sudah mulai sedikit tumpul, jadi apa sekarang waktunya bagiku untuk mempelajari teknik menempa? Kalau begitu, aku pasti akan mendapatkan sesuatu yang menarik.
Setelah melempar beberapa roti lagi untuk menyingkirkan mahkluk sihir di sekitar, aku sampai di puncak.
Kupijakkan kakiku yang kelelahan dengan susah payah dan akhirnya sampai di puncak tempat Raja Naga tinggal.
Seperti yang kuperkirakan, mendaki sangat melelahkan. Aku biasanya berkeliling jalan kaki seharian ketika sedang libur, tapi hutan di sekitar ibu kota, dan jalanan di gunung sama sekali berbeda. Lereng yang sangat curam membuat kaki gemetaran. Kalau aku bertemu dengan raja naga sekarang, aku bakal sangat kesusahan. Sambil memikirkan itu, aku melihat ke sekeliling, tapi sepertinya Raja Naga tidak ada di rumah.
Kuistirahatkan diriku di dekat batang kayu yang mirip seperti batu, dan meregangkan kakiku yang kelelahan. Kuangkat wajahku, melihat langit biru yang sangat bersih. Udara bersih gunung menerpa wajahku, dan dan beberapa tanaman hijau mengeluarkan aroma segar.
Meregangkan tubuh dan menarik nafas dalam-dalam. Aaaah, udara yang sangat bersih. Sulit membayangkan seekor naga mengerikan tinggal di sini.
Kuambil botol dari tas di punggungku, dan menenggak sedikit air lemon yang asam manis.
『…… Nyalimu besar sekali untuk beristirahat dengan santai di ekor naga.』
“Heh?”
Aku mendengar semacam auman rendah di dekatku.
Eh? Dari mana? Aku melihat ke sekeliling, tapi aku tidak menemukan sumber suara.
Tidak, tidak, tidak, tunggu dulu. Kalau tidak salah, dia bilang sesuatu seperti ekor naga, jadi…
Eh, jangan-jangan.. di-di atas?
『……Apa-apaan dengan wajah idiotmu itu?』
Suara itu tidak diragukan lagi keluar dari mulut yang besar di atas kepalaku.
Rahang dengan taring yang berbaris rapih sedang terbuka.
Sebuah leher yang panjang mengeliat untuk melihat.
…Seekor naga abu-abu sedang menatapku.
“Apaaaaaaaaa!? A-aku minta maaf! A… A-a-a-aku tidak mengira ini ekormu, jadi aku – eh, tunggu, kamu bahkan tidak hitam! Kepala Desa membohongikuuuuu!?”
『…… Untuk sekarang, tenanglah. Kamu sangat berisik.』
Perintah langsung turun, dan aku langsung menutup rapat-rapat mulutku. Gi-gi-gimana nih? Kalau begini a… aku bakal di… makan… eh, tunggu?
…Dia tidak bergerak?
“Um…”
『Apa?』
“U-um… Aku cuma sedikit berharap, tapi mungkinkah Raja Naga yang baik hati sedang tidak ingin makan aku hari ini? Mungkin? Um, aku Cuma penasaran, tahu? Jadi?”
『Mendengarmu bicara seperti itu terdengar menjijikan. Kamu baru saja bersikap santai di ekor naga, minum air dan mengeluarkan suara seperti kakek-kakek tua. Kau pikir ini rumahmu.』
Ugh… Ah, di-diam kau! Aku sadar kalau wanita yang belum menikah untuk waktu yang lama bakal bersuara seperti kakek-kakek tua.
Eh, tunggu, jadi dia juga tahu? Ini sangat memalukan.
『Aku tidak makan manusia.』
“Eh?”
Ketika wajahku berubah merah karena malu, aku mendengar bisikan.
Karena terkejut, aku menatap sang Raja Naga.
『Kenapa kamu terkejut?』
“Ah, tidak, aku cuma berpikir kalau kamu berbeda dengan yang dicerita di legenda… Raja Naga, dua ratus tahun yang lalu, bukannya kamu menyerang manusa, dan dikalahkan oleh seorang pahlawan?”
『Itu adalah pendahuluku. Aku menjadi Raja Naga seratus tahun yang lalu. Dan aku tidak pernah menyerang ras manusia seumur hidupku. Kalau kamu menyerang manusia, mereka akan membuat kelompok, dan kembali untuk membalas dendam, ya kan? Ketika aku hidup di gunung yang penuh dengan makhluk buruan, untuk apa aku pergi menyerang dan memakan ras manusia?』
“O-oh, jadi begitu… tidak, tunggu dulu. Kudengar kamu meminta persembahan ke desa di kaki gunung.”
『Mereka sendiri yang membuat cerita seperti itu. Meyakinkan para gadis penakut itu dan mengirim mereka ke desa lain membuat tubuhku pegal-pegal. Jadi pergi dan katakan pada mereka untuk tidak melakukan hal yang tidak berguna itu.』
“Kalau kamu tidak membutuhkan mereka, kamu bisa saja mengirim mereka kembali, dan meluruskan kesalah pahaman ini… eh, oh begitu. Jadi mereka tidak bisa kembali.”
『Kamu lebih pintar dari yang kukira. Seorang gadis yang gagal melaksanakan tugasnya tidak bisa menikmati masa hidupnya di desa yang sudah mengorbankan mereka』
Apa, jadi itu semua hanyalah kesalahpahaman para penduduk desa? Jadi, itu artinya, Ryuu-sama sudah difitnah? Gadis-gadis yang dikorbankan juga kehilangan tempat tinggal mereka… Uwah, parah banget.
Tapi ini hal yang sangat bagus, karena Ryuu-sama adalah orang (?) yang baik dari yang kukira. Dia dengan santai bercanda denganku, tapi kalau seperti ini, aku tidak perlu khawatir.
『…Oi.』
“Ya?”
『Kalau kamu mau kembali, bawa jantungku. Itu artifak legendaris, ya kan? Yang di punggungmu? Kalau begitu, itu pasti bisa menembus sisikku.』
… Hah?
“Omong kosong apa yang kamu katakana!? Mana mungkin aku bisa melakukan itu!”
『Aku sudah kelelahan. Tidak ada yang mau mendengarkan suaraku, manusia maupun naga. Ditakuti dan diserang tanpa alasan sangat melelahkan. Sudah berapa lama semenjak terakhir kali aku berbincang dengan santai? … kalau ini tidak akan pernah berakhir, aku lebih memilih berakhir di tanganmu, dari pada di tangan manusia rendahan Pahlawan panah atau apalah sebutannya.』
Suaranya yang terdengar sedikit kesepian pasti bukan imajinasiku saja.
Mendengar kata-katanya, aku sedikit mundur. Dan menyadarinya.
Alasan Ryuu-sama tidak bergerak… alasan kenapa dia tidak bisa.
…Di kaki Ryuu-sama, ada banyak panah emas tertancap.
“I-itu… jangan-jangan Pahlawan Panah…?”
『Ya, bocah itu, aku tidak tahu dari mana dia mendapatkannya, tapi dia memakai bayi naga sebagai perisai ketika menyerangku. Aku berhasil membuat bayi itu melarikan diri, tapi pada akhirnya aku berakhir seperti ini. Mungkin dia menanamkan sihir kutukan pembunuh naga ke dalamnya. Jadi aku tidak bisa menyentuhnya. Hanya masalah waktu sebelum raga meninggalkan tubuh ini. Jadi sebelum itu terjadi, cepatlah…』
“…Tidak!”
Tanpa sengaja, aku berteriak.
Marena, ini sangat aneh. Ryuu-sama sama sekali tidak berbuat buruk. Terlebih, semua ini hanyalah kesalahpahaman dari ras manusia.
Membunuhnya adalah salah.
…Tentu saja aku tidak akan menyetujuinya.
“Aku yang akan mencabut panah itu! Dan aku juga punya kue dengan efek penyembuhan, jadi tolong nanti di makan! Aku rasa kamu akan sedikit baik-baik saja!”
『O-oi, apa yang… ghh!?』
Kucabut salah satu panah yang tertancap. Aku berusaha membuatnya tidak menyakitkan sebisa mungkin, tapi kepala panah tertancap begitu dalam, jadi sangat sulit ditarik.
Aku menggertakkan gigiku, dan mengeluarkan semua kekuatanku. Akhirnya, panah pertama tercabut. Darah mengalir deras dari luka yang sangat dalam itu.
Ini lebih parah dibandingkan luka yang diterima Pahlawan. Tapi Ryuu-sama hanya mendengus sedikit tanpa berteriak.
Kuambil kain dari tas untuk menghentikan pendarahan. Apa aku punya banyak? Aku harus segera menarik sisanya.
Setiap kali darah mengalir, aku mendengarnya bersuara menahan rasa sakit dari atas kepalaku.
…Ah, jadi Ryuu-sama dari tadi menahan rasa sakit.
Tidak peduli seberapa menyakitkannya, dia tidak mengeluarkan sedikitpun teriakan.
Setiap kali dia diberikan persembahan yang tidak pernah dia pinta, setiap kali dia ditakuti oleh para gadis yang tidak pernah dia lukai, setiap kali dia diserang para manusia yang tidak pernah mendengar kata-katanya… hatinya pasti sangat tersakiti selama ini.
Kucabut sebuah panah. Suara kesakitan terdengar. Begitu banyak darah yang muncrat keluar.
Warna darahnya sama dengan warna darah yang mengalir dalam tubuhku.
…Ketika aku sadar, air mataku mengalir dengan sendirinya.
“…Maaf.”
『……Kenapa kamu meminta maaf?』
“Karena ini semua kesalahan ras manusia. Kami seharusnya mendengarkan kata-katamu… dari dulu. Aku minta maaf… aku minta maaf…”
Kata-kata bergetar.
Kami membunuh makhluk hidup lainuntuk bertahan hidup. Kalau tidak, kami tidak akan mendapatkan makanan. Kami tidak akan dapat bertahan di tengah-tengah kejamnya musim dingin. Kami tidak akan bisa melindungi kehidupan kami. Jadi aku pikir itu tidak salah.
Bermain dengan rantai makanan, tenggelam oleh perasaan tidak terkalahkan bukanlah kebaikan, tapi arogan.
Tapi daging ngaga terlalu keras. Tidak perduli diolah seperti apa , manusia tidak akan bisa memakannya. Tidak ada yang bisa memotong sisik dan cakarnya kecuali artifak legendaris, jadi harus dibuang.
Kalau mereka yang menyerang duluan beda ceritanya, tapi Ryuu-sama tidak pernah sekali pun turun untuk menyerang pemukiman manusia. Dia adalah raja para naga yang peduli dengan para gadis yang dipersembahkan untuknya.
Itu semua adalah kesalahan manusia karena menyimpulkan dengan seenaknya.
Aku tidak bisa melakukan apa pun keculi meminta maaf, walaupun meminta maaf tidak bisa akan menyembuhkan luka-lukanya.
Aku merasa ini sangat menyedihkan, sambil menangis, aku terus berusaha mencabut panah-panah emas.
Ketika akhirnya aku berhasil mencabut semua panah, Ryuu-sama sudah sangat kelelahan, dan seluruh tubuhku tertutupi darah. Dan matahari sudah terbenam di kejauhan.
Tanganku terasa kebas. Aku tidak punya tenaga lagi untuk berjalan. Seluruh tubuhku terasa sangat berat dan aku hampir pingsan, tapi masih ada yang harus aku lakukan.
Kubersihkan tanganku yang merah sebisa mungkin, dan dari kantong tas, aku mengambil sekantong biskuit.
“Ryuu-sama… Ini adalah biskuit berbahan tanaman obat yang berguna untuk luka luar. Aku pikir ini juga sedikit membantu untuk menghilangkan rasa sakit, jadi… tolong, dimakan…”
Kuberikan semua yang ada di tanganku.
Aku khawatir dia tidka punya tenaga lagi untuk makan, tapi Ryuu-sama membuka sedikit rahang besarnya.
Kuletakkan biskuit di lidahnya dan menuang air lemon untuk membasahi lidahnya.
Kualihkan perhatianku dari gerakan lemah rahangnya ketika menelan ke luka-lukanya.
Semua prajurit dan petualang sering bilang, ‘berkat biskuit buatanmu aku berhasil selamat,’ dengan berlebihan, tapi apa mereka memang berguna?
…Maksudku, tanaman obat yang kupakai cuma tanaman yang kutanam di kebun belakang rumah, kau tahu.
Tapi yang ngomong adalah para ahli, prajurit dan petualang, jadi sekali pun itu pujian yang berlebihan, setidaknya aku rasa itu bisa sedikit menyembuhkannyAAAAAAAAAAA? LU-LUKANYA! Lukanya langsung tertutup sendiri, tapi apa-apaan iniiiiiiiii!?
Eh? Tanaman obatnya? Seberapa efektif tanaman obat itu sebenarnya?
『… Oi.』
“Fue…? Ah, ya.”
『Apa… yang kamu masukkan?』
“Apa? … itu cuma tanaman obat yang kutanam di kebun.”
『Bohong! Mana mungkin hobi berkebun bisa menghasilkan obat tingkat tinggi seperti ini!!』
Bahkan jika kamu bilang itu bohong, itu kenyataannya, tidak ada yang bisa kubuktikan. Dari pada itu, aku sendiri juga terkejut.
Maksudku, yeah, itu biskuit yang semua orang bisa beli. Bahkan tokonya memiliki desain yang imut.
Melongo, wajah kami terlihat seperti orang bodoh.
Wajah Ryuu-sama yang sedang bengong dalam tubuh raja naga terlihat sangat lucu, dan tanpa sengaja aku tertawa.
『Aku tidak terima ini. 』
“Kufufu… sudah, sudah, yang penting ini menyembuhkan luka-lukamu, jadi bukannya itu bagus? Yang terpenting sekarang, apa ada tempat bagiku untuk membersihkan diri? Sepertinya aku tidak bisa kembali ke pemukiman dengan penampilan seperti ini.”
『Muh… um, maaf. Ini salahku.』
“Jangan khawatir… sebagai gantinya, aku akan sangat senang kalau kamu mau memaafkan kami, walaupun cuma sedikit.”
Aku mencoba bersikap berani, padahal jantungku berdebar-debar. Mataku tidak bisa diam berusaha mencari cara untuk tenang.
Tapi seaakan melihat ke dalam hatiku, Ryuu-sama tertawa kecil.
『Kalau begitu, aku akan bayar lebih. Akan kutunjukkan padamu mata air penyembuh yang hanya diketahui oleh Raja Naga.』
Sambil mengatakan itu, dengan lembut dia mengangkat tubuhku yang terkulai lemas dengan tangannya yang besar.
“Tempat seperti apa air mata penyembuh yang hanya diketahui Raja Naga itu?”
『Itu adalah mata air yang mengeluarkan air panas. Itu memiliki efek penyembuh dan mempercantik kulit.』
“Wow, itu luar biasa… apa kamu juga akan masuk?”
『… Seharusnya kamu sadar kalau kamu itu wanita.』
“Ngomong ape koe. Sekalipun kamu jantan, kamu tetap naga.”
『… 』
☆彡
…Um, ini Cuma perasaanku saja, ataun Ryuu-sama baru saja berubah menjadi manusia?
Eh? Apa? Naga bisa melakukan perubahan seperti itu? Rambut lurus perak sepungguh, sangat tampan, dan bahkan kulitnya sangat bersih dan halus, apa dia ngajak berantem denganku yang seorang wanita? Da-dan juga, pas dia berubah, dia te-tela, dia telanjang… Dan yang lebih buruk, dia juga melihatkuuuuuuuu! Dan juga karena aku tidak bisa menggerakkan tubuhku karena kelelahan, dia yang membersihkan setiap kotoran dan sisa darah di sela-sela tubuhku!?
Waah… aku tidak akan bisa menikah…
…… aku tidak berencana menikah juga sih.
“Marie, dari tadi kamu bergerak-gerak terus seperti itu.”
“Aku mohon, tinggalkan saja aku sendirian.”
“Aku tidak masalah, tapi… kamu terlihat seperti tanaman pemakan manusia yang baru saja tumbuh.”
Siapa yang monster?
Sambil menahan perasan ingin meninju si Raja Naga, yang sudah meninggalkan urat malunya di telurnya dulu, aku memulai perjalanan menuju tanah sang 4 jendral selanjutnya.
Dengan apa yang terjadi padaku, aku memutuskan untuk bertemu dan melihat seperti apa sang keempat jendral itu sebenarnya.
Mungkin saja ada kesalahpahaman dari cerita di legenda dan ada kemungkinan itu cuma kesalahpahaman manusia. Tentu saja aku tahu itu berbahaya. Tapi itu adalah pemikiran yang menyedihkan, aku ingin memperbaikinya.
Aku adalah koki pembuat roti.
Seseorang yang membuat roti dan manisan untuk banyak orang.
Dan jika kamu bertanya kenapa aku membuatnya, aku hanya bisa menjawab karena itu akan membawa kebahagiaan bagi mereka yang memakan roti buatanku.
…Jiwa seorang pengrajin, aku akan tunjukkan itu pada dunia.
Pokoknya, setelah ini dan itu, aku melanjutkan perjalananku, tapi entah kenapa, sang Raja Naga… Zelosphede memutuskan untuk ikut denganku. Karena dia tidak bisa berpergiaan dalam wujud naga, jadi aku meminta dia mengenakan jubbah karena bentuk manusianya sangat mencolok.
Ngomong-ngomong, ketika aku menanyakan apa tidak masalah meninggalkan sarangnya seperti itu…
“… Ini bukan waktu yang buruk untuk mencari pasangan.”
Hmm. Aku tidak begitu mengerti apa yang kamu katakana.
Kamu berpikir mendapatkan pasangan semudah itu? Ini sebabnya kenapa orang-orang cakep seperti kalian… ya, ya, jika kamu seperti itu dalam wujud manusia, kamu pasti juga seperti magnet naga betina dalam wujud nagamu… ini tidak seperti aku cemburu atau semacamnya, oke?
“Oy! Wanita tu–”
“『Burning Breath』!!”
“Giiyaaaaah–!?”
Ketika aku memikirkannya dan meratapi diriku sendiri, aku mendengar ledakan mengerikan dan teriakan dari belakang.
Buru-buru, aku langsung menengok ke belakang. Yang ada di sana adalah tanah yang terbakar, dan Zelo-sama, yang sepertinya baru saja menggunakan sihir dalam wujud manusianya. Aku merasa mendengar suara orang lain juga, tapi…
“A-apa itu tadi?”
“Tidak… bukan apa-apa. Ada monster yang keluar. Monster itu bersuara seperti 『Wanitatu~ Wanitatu~ Wanitatu~』sambil mengincar para gadis dan betina dari ras lain. Burung Hidung belang.”
“Apa-apaan itu? Kedengarannya menjijikan.”
“Tadi monster itu menghampiri kita, jadi aku usir dia dengan 『Breath』.”
“Itu luar biasa… eh, tunggu. Kamu mengusirnya, bukan membakarnya?”
“Tidak, tidak masalah.”
“O-oke…?”
Aku tidak begitu paham, tapi sepertinya Raja Naga sudah mengurus monster berbahaya itu.
Dia sangat bisa diandalakn dalam keadaan seperti ini. Keputusan yang tepat untuk membiarkannya ikut
Ngomong-ngomong, Zelo-sama bisa menggunakan berbagai macam 『Breath』, jadi kalau dia tidak menemukan pasangan, aku bilang padanya dia bisa membantuku di toko roti.
Dia sendiri langsung menjawab ‘tidak masalah,’ jadi aku yakin dia akan mencari pasangan dengan santai.
Dan dengan begitu, aku tidak perlu lagi membeli batu es atau korek. Bantuan yang sangat besar bagi keuangan kami.
“…Marie. Kudengar iblis di daerah sebelah sering menculik wanita. Selama aku di sini, mungkin tidak akan ada masalah, tapi sebaiknya tetap berhati-hati.”
“Ya, makasih. Aku akan berhati-hati.”
Aku membalas dengan terima kasih untuk kata-katanya yang penuh dengan rasa khawatir.
Oke. Ayo kuatkan tekad. Jangan lengah, ayo kita keluarkan seluruh kemampuan kita. Kudekap kuat-kuat botol yang berisi buah berry yang baru saja kupetik dari hutan.
“g….uh… Sialan kamu, pahlawan…!”
Seorang bocah tampan dengan rambut pirang mengerang kearah kami.
Taring tajam mencuat dari dalam mulutnya, dan cairah merah tua menetes dari bibirnya.
Matanya yang bagaikan batu permata merah. Mengenakan jas berjubah dengan kualitas bagus, dia yang terlihat seperti bangsawan adalah pelaku yang menculik gadis-gadis dari desa. Cucu dari salah satu keempat jendral, dan seorang 『vampir』.
“Sialan, kalian pikir… kalian sudah mengalahkanku dengan trik murahan seperti ini? Dasar pengecut!!”
Kata-kata kasarnya terdengar sedikit bergetar.
Dia memasang pose marah. Dan mendesah kasar.
Dengan sudah payah membersihkan mulutnya yang belepotan, tangannya sedang menggengam sebuah sendok besi.
Di dekat tangan si bocah, ada aku. Dia menatapku seakan-akan aku adalah musuh bebuyutan… Dia menggenggam semangkuk penuh agar-agar mengkilap yang memancarkan kilauan merah tua.
“Zelo-sama, bagaimana menurutmu mengenai reaksi dia? Dia terus terusan menatapku.”
“Walapun begitu, dia tetap makan dengan lahap dari tadi. Sedikit lagi, dia bakal pingsan, sepertinya?”
“Yeah~ mungkin aku harus mengurangi jumlah gula yang kupakai.”
“Tidak,segini sudah cukup bagiku.”
Sambil mengatakan itu, Zelo-sama menyendok semulut penuh agar-agar. Dia terlihat puas dengan rasanya.
Desa terdekat memohon pada kamu untuk menyelamatkan para gadis muda yang telah diculik, dan dari sedikit informasi yang di dapatkan, kami memastikan kalau dia adalah vampir, jadi aku menyiapkan manisan yang cocok untuknya.
Dari hutan terdekat, aku mengumpulkan bagitu banyak 『Ruby Berry』. Karena berbuah sejak awal musim semi, buah itu terasa keras. Daging buah mengandung konstrasi zat besi yang tinggi, sehingga memiliki efek maningkatkan kadar darah dalam tubuh sangat dianjurkan untuk mereka yang mkenderita anemia.
Tapi, itu terlalu asam untuk dimakan, jadi kugunakan dana perjalananku yang sangat banyak (setelah berkali-kali negosiasi) untuk membeli banyak gula dan mencampurkannya ke dalam air, menambahkan jus buah yang sudah dicampur madu dan agar, dan akhirnya jadilah jeli yang terbuat dari potongan buah. Ketika memakannya, rasa manis yang nikmat akan terasa dari potongan buah. Jeli dengan rasa manis yang sangat nikmat.
Biasanya hasilnya akan disimpan di ruang bawah tanah yang sejuk untuk sementara waktu, tapi kali ini, dengan bantuan Zelo-sama, aku bisa menyelesaikannya dengan cepat. 『Breath』Naga sangat luar biasa… meskipun Zelo-sama memasang wajah bingung ketika mendinginkannya.
Aku mencoba tantangan dengan ide sederhana, darah=(zat)besi, dan si vampir sepertinya suka. Setipa suapan, dia akan berkata, ‘sialan…’ tapi dia bahkan meminta nambah, jadi aku rasa tidak masalah.
…Ngomong-ngomong, para gadis desa yang diculik datang ke kastilnya atas keinginan mereka sendiri. Kelihatannya.
Begitu rupanya, setelah dipikir-pikir, dia adalah anak laki-laki cantik yang sangat jarang kau temui di pedesaan.
Zelo-sama juga tampan, tapi kalau ngomingin soal insting keibuan, Zelo-sama harus mengalah ke bocah vampir.
Dari penampilannya, dia sepertinya empat atau lima belas tahun. Para gadis penguntit-tidak diundang ini datang atas kemauan mereka sendiri untuk menjadi vampir dan mereka terlihat lebih tua dari si bocah vampir. Dan mereka menyaksikan sikap kurang ajar si bocah dengan ‘Ufufu…’ sambil menikmati kelakuan si bocah.
Tapi sebenarnya, apa yang harus kulakukan di sini?
Sekalipun aku ingin membawa mereka kembali ke desa, mereka sudah jadi vampir, dan mereka sendiri tidak ingin kembali…
Ketika aku pusing dengan pertanyaan itu, Zelo-sama tiba-tiba memegangi tanganku.
“A-apa? Sesuatu terjadi?”
“Tidak, walaupun kamu tidak melakukan sesuatu yang istimewa, kamu mampu membuat manisan seenak ini… kupikir mungkin ini semua berasal dari tanganmu.”
“Memangnya aku apa, anak ajaib? Tidak mungkin aku seperti itu!”
Kumohon, setidaknya hargai teknik dan pengalaman bertahun-tahun yang sangat berat kudapatkan ini!
“Tapi Marie, tanganmu sangat hangat.”
“Ah, iya. Memang seperti itu dari dulu. Suhu tubuhku sedikit tinggi dari kebanyakan orang. Sangat berguna untuk mengolah tepung dan semacamnya, tapi menyulitkan untuk membuat adonan kue pie… karena cepat menjadi lembut.”
“Hmm… mungkin itu yang meningkatkan efek tanaman obat. Mungkin saja kamu memiliki sedikit berkah yang diberikan padamu dari dewa.”
Yeah, tidak mungkin. Sekalipun itu benar, efeknya terlalu besar. Tidak, mungkin aku harus senang. Sebagai koki, maksudnya.
…Yang lebih penting, Zelo-sama, bukannya ini waktunya bagimu untuk melepaskan tagnanku? Kenapa tanganmu sangat lembut?
Tunggu, kamu membuatku teringat kejadian di mata air, beneran, hentikan itu, dasar naga mesum! Ja-jangan selipkan jari-jarimu ke tangankuuuuuu!?
“Kuh, sialan… sialan kau…! …Tambah lagi!!”
☆彡
Dan setelah itu, aku berhasil melanjutkan perjalananku, dan kami akhirnya tiba di perbatasan Wilayah Iblis tempat para iblis hidup.
Ini sungguh perjalanan yang sangat panjang. Kira-kira sudah 3 bulan, sepertinya? Aku tidak pernah berkelana sebelumnya, jadi insting waktuku tidak terlalu akurat. Berkat Zelo-sama, dan kerja keras semua orang yang bisa terbang, kami berhasil mempersingkat perjalanan kami.
“Marie.”
“Ada apa Zelo-sama?”
“…Mungkinkah kamu berencana mengambil alih negeri iblis?”
Katanya sambil mengeluh.
Tentu saja, aku tidak punya niatan seperti itu.
Aku tidak, tapi,
“Yah, memang benar kalau rekan kita bertambah… banyak.”
Saat ini, jumlah rekan yang menemani kami, ditambah Raja Naga, ada 52 anggota.
Mereka semua adalah iblis dan roh yang kuat, dan manusia setengah hewan, makhluk legendaris dan pahlawan, dan sejujurnya, kelompok sebesar ini sudah di luar kemampuanku.
Maksudku, aku bahkan tidak bisa bertarung.
Selama perjalanan kemari, aku sama sekali tidak pernah bertarung. Terkadang Burung Hidung Belang yang bersuara ‘Wanitatu~ Wanitatu~’ datang dan diusir langsung oleh Zeo-sama, tapi selain itu, tidak ada monster yang berani mendekat. Kalau aku harus bilang, mendapatkan makanan dan tempat berteduh untuk kelompok sebesar ini adalah masalah yang paling besar saat ini. Ketika kami mencapai kota besar, semua orang akan berusaha keras untuk bekerja. Dan sedikit melakukan pekerjaan petualang.
“Tapi lewat dari perbatasan ini, semua monster sangat kuat, ya kan?... aku sedikit takut.”
Gadis kecil yang terlihat seperti hewan mungil ini adalah Pahlawan Armor. Namanya si kecil Rouché.
Hanya dari penampilannya saja semua orang akan berpikiran sama, dia adalah anak kecil yang membuatmu ingin melindunginya. Dia begitu pemalu sampai-sampai dia menyerah ketika berhadapan dengan monster tanpa ingin bertarung, dan ketika dia jatuh pingsan di tanah, aku langsung melindunginya. Aku rasa semua artifak legendaris benar-benar senang bermain-main.
“…… aku akan… melindungi semua orang…”
Dan pria muda dengan suara rendah adalah Pahlawan Perisai, Gram.
Penampilannya sangat tinggi, berotot, terlihat seperti petarung yang sangat kuat, tapi dia mengidap penyakit anti-sosial.
Di pasar suatu kota kecil, dia sedang menghindari tatapan orang lain dengan berjalan sambil menutupi dirinya dengan artifak legendaris dengan sikap yang sangat mencurigakan, dan ketika penjaga istana ingin menangkapnya, aku langsung melindunginya.
Apa anak muda ini butuh perisai? Dari pada itu, kalau dia tidak merendahkan perisainya sedikit, jangankan musuh, orang terdekatnya pun tidak sanggup berdiri di sampingnya.
Ngomong-ngomong, mereka sama sepertiku, anak-anak ini dipuja-puja untuk melakukan perjalanan sendirian demi harga diri negara mereka.
Semua sumber masalah itu adalah si Pahlawan Panah.
Dari pada Raja Iblis, bukannya lebih berguna jika kita menyingkirkan dia?
Aku pasti akan membuat dia babak belur jika aku bertemu dengannya sekali lagi. Atau begitu niatku, tapi untuk sekarang, aku kembali mengamati tanah suram di Wilayah Iblis.
Tanah di depan adalah sarang monster yang tidak berkeprimanusiaan dan kejam.
Sekali saja kamu masuk, tidak ada jaminan kalau kamu akan kembali hidup-hidup.
“A-aku akan berucaha sebiza mungkin!”
“…Aku tidak… akan kalah!”
“Aku rasa ini akan baik-baik saja.”
Kedua pahlawan memperkuat tekad mereka, dan aku mengangguk detuju dengan mereka. Dan juga, Zelo-sama, kau seharusnya sedikit membaca suasana.
“…Sepertinya ini waktunya untuk sedikit serius.”
Tubuhku sedikit tegang. Dengan pasukan super di samping dan belakangku, aku kembali memperkuat tekadku.
Karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi, aku akan berusaha seakan-akan nyawaku sedang dipertaruhkan.
Memutuskan untuk bersikap serius, aku dengan hati-hati menggenggam cokelatku yang berharga (sangat mahal).
“Sepertinya ini adalah akhir dari hidupku…”
Dengan potongan cokelat milikku di mulutnya, perdana menteri Negara Iblis perlahan-lahan pingsan…
“Ituuuuuuuu~! Tidaaaaaak~! Adiiiiiiiil~! Itu tidak adiiiiiiiiiiiil~!”
Dan sekarang, setelah sampai di ruang takhta Raja Iblis tanpa sedikit pun luka di pasukan kami, kami menemukan gadis kecil yang sedang menangis histeris sambil menginjak-injakkan kakinya ke lantai.
Rambut hitam lurus tanpa sedikit pun gelombang, dan mata emas. Dengan kulit yang putih pucat, dan bibir mungil merah seperti mawar, sang gadis cantik adalah Raja Iblis yang baru saja bangkit. Sepertinya.
Sekali pun dia bersikap mengamuk, berteriak, penampilannya yang seperti boneka anak kecil berumur 7-8 tahun sangat manis. Aku ingin memelukanya erat-erat, dan mengelus kepalanya.
“Yeah~, walaupun kamu bilang ini tidak adil…”
“Ini bukan pertarungan!? Ini berbeda dari yang kudengar! Kenapa iblis sendiri yang melawan kami!?”
“Aku tidak bermaksud begitu, hanya saja mereka sendiri yang mengikuti dengan suka rela setelah memberi mereka permen.”
Sekarang apa yang harus kulakukan? Yang bisa kulakukan sangat terbatas.
Membuat sang Raja Iblis mungil berhenti menangis, itu di luar dari kemampuanku.
“Um, Raja Iblis, ini…”
“A-aku tidak ingin! Aku tidak ingin bnda seperti itu…!”
Manisanku langsung terlempar dari tanganku.
“Um, Demon King, here…”
“I-I don’t want it! Something like that…!”
The sweet was promptly knocked off of my hand. Petit gâteau fondant au chocolat berguling di karpet merah di ruang tahta.
… Ah, ini tidak baik.
Di saat seperti ini, apa yang akan dilakukan ibu?
Aku bahkan tidak perlu memikirkan jawabannya. Tubuhku sendiri yang langsung menjawabnya.
…Kulemparkan tinjuku ke kepala si Raja Iblis cantik.
“OW!?”
“…Raja Iblis, dengarkan baik-baik.”
Aku berlutut untuk menyamai tinggi si gadis kecil.
Setiap kali mereka memarahiku karena melakukan sesuatu yang buruk, mereka akan selalu merendahkan tinggi mereka seperti ini. Tidak dari atas, mereka dengan perlahan-lahan membuatku mendengarkan kata-kata mereka.
Itu sangat menyakitkan, tapi bukan itu saja.
Kata-kata mereka sangat membekas di hatiku. Dan kata-kata mereklah yang telah membuatku menjadi diriku yang sekarang.
Karena aku bukan seorang ibu, aku khawatir apakah aku bisa melakukannya dengan benar.
Aku tidak terlalu percaya diri.
…Tapi, kalau aku peduli dengan masa depan anak kecil ini, aku harus melakukannya.
“Ap!? Apa yang kamu…”
“Kamu tahu, semua yang kita makan itu berasal dari jerih payah semua orang, Bukan hanya manisan ini, semua makanan yang bisa kamu temukan di luar sana juga sama. Semua yang kamu makan, semua yang akan kamu makan, sereka semua memiliki jiwa. Seseorang mencampurkan jiwa mereka ketika sedang membuatnya. Jadi jangan dibuang-buang. Melemparnya seperti tadi itu sangat tidak baik… oke? Kamu mau berjanji padaku?”
“Wah… Uuu…”
“Raja Iblis, apa kamu tidak suka manis-manisan?
“…… A-aku… tidak membenci mereka…”
“Begitu…kalau begitu, ini. Aku sendiri yang membuatnya. Mungkin ini buatanku, tapi aku nilai ini sangat enak, oke?”
Sambil mengatakan itu, kuambil lagi cokelat petit gateau dari kantongku, memberikan padanya.
Ah, kali ini dia menerimanya. Syukurlah.
Kuambil juga cokelat yang telah berguling di lantai, dan melihat dia masih ragu-ragu, aku menggigit sebagian cokelat.
Sip. Manis, dan harum.
Sangat enak, kalau aku bilang.
“I-itu… baru saja jatuh di lantai…”
“Oh. Bahkan kantang dan lobuk juga berasal dari tanah, kamu tahu? Kalau kamu menyebut dirimu seorang koki pembuat roti, kamu tidak akan takut dengan manisan yang jatuh ke tanah.”
Tentu saja, aku tidak akan memberikannya ke pelanggan.
Yang lain mungkin sudah terbiasa dengan sikap ekstrimku, jadi mereka menanggapinya dengan tenang.
…Yah, mungkin karena sikapku yang seperti ini, para pria tidak pernah mendekatiku.
“…Sangat… enak…”
Akhirnya hasil kerja kerasku berhasil masuk ke mulutnya, dia langsung mengeluarkan suara tanpa sengaja.
…Ah, bagus, ekspresi itu.
Wajah itulah yang membuatku ingin menjadi seorang koki.
Dari tangan mungilnya, semua manisan lenyap dalam sekejap.
Tiba-tiba, pipinya sudah penuh dengan manisan, dan mengunyah sebisa mungkin.
Dan ketika melakukannya, air mata mengalir menelusuri pipi putih si Raja Iblis yang kecil.
“Uhuuuu… I-ini pertama kalinya… a-aku makan makanan yang enak… Papa, Mama… hic… mereka semua mati… sebelum aku… bangun… aku selalu sendirian… aku selalu makan sendirian, dan… ti-tidak ada rasanya sama sekali…!”
“Eh. Kamu bukan Raja Iblis dua ratus tahun yang lalu?”
“Bukan… Itu papa…”
“Eh… jadi yang disegel bukan… Raja Iblis? Lalu kenapa kamu ingin menjadi Raja Iblis?
“Perdana Menteri bilang demi membalas dendam, jadi…”
Mendengar kata-katanya, aku langsung menoleh ke belakang.
Ah, Zelo-sama sudah menangkap Perdana Menteri berkacamata itu. Dengan gerakan lincah dan mulus, seakan-akan dia hanya bernafas. Tanpa sedikit pun kesempatan untuk melawan, perdana menteri langsung diborgol dan dirantai di tembok.
…Dari mana dia mendapatkan rantai itu? Sudah pasti bukan dari tasku…
“Tu-tunggu dulu! Sebagai seorang pelayan, siapa pun akan membalas kematian tuan mereka, ya kan! Aku hanya berencana mengembalikan kejayaan tuanku, sang ra-!? HEI!? Berhenti menyodokku dengan tombak…!?”
Dia berteriak dengan semangat.
Sekarang, anggap saja kita sudah menyelesaikan masalah untuk sekarang, dan putuskan apa yang kita lakukan selanjutnya.
“Raja Ib… Tidak. Siapa namamu?”
“Hic… Milouge.”
“Owh, jadi kamu Mil-chan.”
“Dari dulu aku sudah memikirkannya, tapi Marie, kamu seharusnya lebih sensitif ketika memberikan nama panggilan untuk orang lain.”
“Tolong diam, Zelo-sama.”
Bukannya itu imut? Mil-chan? Seperti kucing.
“Mil-chan, apa ada kamar mandi sini?”
“Y-ya, ada.”
“Kalau begitu, ayo mandi. Kamu juga boleh ikut, Rou-chan. Ah. Nanti kasih tahu aku letak dapur dan gudang makanan juga ya. Kalian semua, setelah mandi, bantu aku masak.”
Ketika aku memberikan perintah, semua orang bergerak sesuai perintah.
Ah, inilah hasil latihan yang sudah kami lakukan selama 3 bulan ini.
Kalau mereka tidak bergerak sesuai perintah, mereka akan telat untuk makan. Melihat mereka sangat bersemangat menanti makanan adalah berkah bagi koki sepertiku.
Mil-chan terlihat seperti masih belum memahami situasi saat ini, kuelus kepalanya, dan tertawa ceria seperti ayah dulu.
“Kalau sudah selesai mandi… kita semua akan makan bersama-sama. Itu akan sangat menyenangkan sampai pipimu akan meleleh, oke!”
Dia sudah pernah merasakan tidak enaknya makan sendirian.
Jadi mari tunjukkan padanya seperti apa rasanya makan bersama.
Kemampuanku sebagai seorang koki sedang diuji.
…Kalau begitu, kenapa tidak kita buat sesuatu yang sangat mewah?
☆彡
Kepada ibu dan ayah di surga.
Bagaimana hari-hari kalian di sana?
Ada banyak hal yang terjadi di sekitarku, tapi aku baik-baik saja.
Putri yang telah kalian perlihara, terkadang kasar, terkadang menyakitkan dan terkadang sangat lembut sebentar lagi akan berusia 29 tahun. Aku berhasil menjadi koki untuk sekian lamanya itu semua berkat kalian berdua.
Hingga hari ini, aku masih hidup tanpa memiliki daya tarik seorang wanita… sekarang, aku sangat yakin kalau aku dari dulu terkena kutukan. Ayah, aku masih ingat ayah pernah berdoa dulu, ‘aku harap putriku tidak pernah membawa pria asing ke rumah seumur hidupnya’ ke pada dewa setiap malam. Ketika aku dewasa, doa itu terwujud. Dan juga, aku yakin dewa itu adalah dewa iblis.
Ahem.
Sekarang, saatnya ganti topik, toko roti yang putri kalian sangat cintai sama seperti cinta kalian telah dipindahkan dari negeri manusia menuju tanah para iblis… dan saat ini telah berubah menjadi kastil mewah di perbatasan.
“Marie-san! Kita kehabisan keju soufflé!”
“Sebentar lagi akan kubuatkan yang baru. Tapi itu akan jadi yang terakhir. Buruan taruh tandanya.”
“Marie-sama, apa yang kita lakukan dengan tepung roti jenis baru yang baru saja tiba?”
“Ah~, untuk sekarang, bisa kamu bawa ke gudang? Aku akan lihat setelah toko tutup.”
“Marie, Aku sudah mengusir Burung Hidung Belang Wanitatu!”
“Hah? Mereka datang lagi? Makasih, Schew. Meski begitu, mereka pasti banyak sekali di sekitar sini… Apa kita berada di dekat sarang mereka… aku senang kamu sudah mengusir mereka, tapi pastikan kamu tidak terluka, oke?”
“Siap, bu!”
Aku melihat gadis ras setengah macan tertawa, dan menghabiskan kue tart berry di depanku.
Dengan beitu, pekerjaanku telah selesai, dan sebentar lagi akan habis. Sepertinya aku akan tutup lebih awal hari ini. Ini bahkan belum sore, jdai aku belum terbiasa dengan jam kerja ini.
Setelah perjalanan untuk menyelamatkan dunia itu, hampir lebih dari setengah tahun telah berlalu. Ada banyak hal-hal yang merepotkan, tapi setelah berbagai siksaan berlalu, kami berhasil membangun sebuah negara baru di perbatasan manusia dan iblis.
Maksudku, lihat kekuatan militer kami. Satu orang saja bisa menyamai kekuatan sebuah negara dengan kekuatan penuh mereka, jadi jika kami menetap pada suatu tenpat, itu akan menyebabkan ketidak seimbangan antar negara. Itu sangat menarik melihat wajah pucat para pejabat tinggi setiap negara yang kami datangi. Itu terlihat seperti barisan pasukan terkuat di dunia.
Tapi masih ada pembatas antara manusia dan iblis.
Semua anak-anak yang kujadikan anggota, masih banyak dari mereka yang belum memaafkan manusia sepenuhnya.
Tapi mereka belum pernah meminta dipisahkan dari kelompok campuran yang kami bentuk. Karena itu, jalan keluar muncul ketika Zelo-sama ‘bernegosiasi’ dengan perdana menteri licik Negara Iblis dan rekan-rekannya adalah keputusan untuk membentuk sebuah negara baru.
Sebuah negara tempat semua ras dapat hidup berdampingan.
Masih ada segunung masalah yang menanti, tapi aku pikir itu semua akan berjalan lancar perlahan-lahan.
Kamu tidak akan pernah tahu sebelum mencoba, dan itu semua tergantung pada bagaimana kita melakukannya dari sekarang.
Untungnya, para iblis dari negara iblis semuanya sangat kooperatif, dan jumlah manusia yang imigrasi perlahan-lahan bertambah. Meskipun kami tidak terlalu besar untuk disebut sebuah negara, setidaknya kami memiliki teritori. Mungkin lebih seperti kota perdagangan.
Sebagai gantinya, taun perdana menteri licik akan merasakan neraka. Orang-orang yang membantunya dan pihak pengiriman sangat sibuk setiap hari. Yup, semua orang bekerja keras.
…Dan aku sama sekali tidak bisa membantu soal politik, jadi untuk sekarang, aku hanya membuka ulang toko rotiku.
Tidak, maksudku, sesuatu yang membuat setiap orang dapat hidup dengan tersenyum, toko permen dan roti. Dan mungkin karena aku juga sering membuatkan makanan dari berbagai negara, ada pelanggan yang datang dari luar negri. Bahkan pelanggan dari ibu kota tempatku tinggal dulu datang untuk mampir. Ketika mereka telah selesai dengan tanggung jawab mereka, mungkin mereka akan pindah bersama keluarga mereka ke sini.
Semua orang memuji betapa mengagumkannya tokoku ini.
Yah…
…Itu karena seluruh lantai dasar adalah toko rotiku yang baru.
Roh hutan dan para dwarf sangat luar biasa karena bisa membangun kastil dalam waktu 3 bulan, atau perdana menteri yang sangat hebat karena bisa memberikan izin untuk menjadikan kastil sebagai toko, aku tidak tahu siapa yang lebih pantas untuk dipuji.
Semua orang mengerti betapa mengerikannya itu… tapi aku tidak mempermasalahkannya.
Untuk sekarang, aku akan bekerja keras untuk membuat sesuatu yang enak. Semua orang bilang mereka tidak bisa bekerja tanpa manisan buatanku, katanya.
Dan tanpa perlu bekerja sendirian lagi, dan hanya masak setiap hari, aku memiliki seorang putri yang manis.
“He-hei, Marie.”
“Hmm? Ada apa, Mil-chan?”
“Marie, um… ka-kamu menyukai… ku?”
“Tentu saja. Aku menyintaimu.”
Sikapnya yang malu-malu sambil bertanya padaku sngat manis, jadi aku langsung menjawab pertanyaannya. Seperti kuncup yang mekar, senyumannya mekar dengan cantik. Yup, dia sangat manis. Aku ingin mengelus-elus kepalanya. Tapi tanganku dipenuhi adonan sekarang.
…tetap saja, memanjakan dia tidak baik untuk pendidikannya.
“Jadi…”
“Tidak. Kamu baru saja jajan, ya kan? Kamu tidak akan nafsu makan nanti, jadi tidak boleh.”
“Ah… awuuu…”
Sang mantan putri Raja Iblis, Mil-chan, menundukkan kepalanya.
Erk… memasang wajah seperti itu tidak adil… aku merasa tatapan semua orang melihatku seperti ibu yang tidak berperasaan.
Tapi kamu harus tegas dengan peraturan.
Manisan sangat enak, tapi itu bukan sesuatu yang boleh dimakan terlalu banyak. Manisan akan meninggalkan kesan membekas di dalam hati ketika sedikit. Itu adalah pengetahuan dasar para pecinta makanan. Itu sebabnya kenapa banyak seniman manisan membuat makanan penutup dalam porsi kecil.
Jadi aku memutuskan untuk berhenti memberikannya manisan terlalu banyak.
“Ah~ padahal aku sudah berencana untuk membuatkan kroket krim kesukaanmu untuk makan malam nanti~”
“…K-kroket krim…!?”
“Dan aku ingin membuat sup kantang… kalau kamu sudah kenyang, mungkin aku tidak usah bikin~.”
“A-aku tidak butuh manisan!”
“Aku akan senang kalau kamu juga ikut membantu~”
“Aku akan! Aku akan membantu! Aku akan berusaha demimu!!”
“Terima kasih! Jangan sampai jatuh, ya!”
“Y-ya, tentu saja!”
Punggungnya yang terlihat sedang berusaha dengan hati-hati membawa kue tar berry campur terlihat sangat manis.
Kuku, bahkan putri Raja Iblis tetap seorang anak kecil. Terlalu mudah bagi orang dewasa sepertiku.
Dan seperti janjiku tadi, ayo buat kroket spesial untuk makan malam hari ini.
“…Kamu berhasil membuat dia patuh padamu.”
“Hmhm, dia terlihat sangat manis, kan?”
“Begitu juga denganmu.”
“Hah?”
Sambil membuat es dengan 『Breath』, Zelo-sama mengatakan sesuatu yang tidak bisa kumengerti.
…Sudah kupikirkan berkali-kali, tapi tampang berkelas miliki Zelo-sama sama sekali tidak cocok untuk di dapur. Tidak, dia adalah Raja Iblis, ya kan? Aku terbiasa meminta dia membuatkan batu es dan menyalakan api akhir-akhir ini, jadi aku benar-benar lupa.
“Tetap saja, Raja Iblis itu sudah sangat lengket denganmu.”
“Yah, aku yakin kalau dia menginginkan seseorang untuk memanjakan dia. Dia juga memperlakukan aku seperti ibunya.”
“…Marie, kamu ingin memiliki anak kandungmu sendiri?”
“Bukannya aku tidak ingin. Tapi aku sudah melewati umur.”
“Jangan khawatir soal itu. Ketika kamu tidur, aku memberimu darah naga setiap malam.”
“…Apa?”
“Darah naga memiliki efek awet muda dan panjang umur. Sebagai Raja Naga, darahku lebih efektif. Kamu seharusnya masih bisa melahirkan dengan mudah untuk 40 tahun ke depan, dan tubuhmu menjadi cukup kuat sampai bayi naga pun bukan masalah.”
“Tungguuuuuu!!!? Apa yang kamu lakukan pada tubuhku tanpa ijin? Jadi alasannya kenapa setiap kali aku bangun ada rasa besi di mulutku itu adalah ulahmuuuuuuu!!!”
Aku sempat khawatir gusiku gusiku berdarah, dasar! Dan juga, bagaimana caramu masuk ke kamarku? Bagaimana dengan kuncinya!?
Kuremas kerah bajunya dan menggoyangkannya maju mundur, tapi Zalo-sama tidak melawan.
Dari pada itu, dia dengan mudah menarik tanganku, dan menggenggamnya. Kuh, pakai kekuatan naga di saat seperti ini sangat tidak adil… Eh, tunggu! Kamu terlalu dekat, Zelo-sama!?
“Tungg..!?”
“Jangan bersikap rapuh dan mengabaikan aku… bahkan di saat seperti ini, aku sedang menahan diri.”
Eeeeek? Me-me-me-menahan apa!? Apa aku membuatnya marah!?
“Aku tahu kalau kamu keras kepala, tapi seharusnya ada batasnya. Kamu yang sudah mengajarkan aku untuk melangkah di antara manusia. Kalau begitu bertanggung jawablah.”
Eeeeeh!? Tidak, maksudku kamu sendiri yang mengikutiku setelah aku memberimu biskuit… tidak, bukan. Maafkan aku. Aku tidak terlalu mengerti, tapi aku akan bertanggung jawab, dan meminta maaf, jadi untuk sekarang jangan dekatkan wajahmu terlalu dekat……!?
Ayah dan ibu di surga.
Karena kalian memaksaku belajar membuat manisan, sekarang hidupku mengalami perubahan yang sangat drastic.
Comments
Post a Comment