Kusoge chap 2 (5) vol 2 B. Indonesia
Chapter 2 (5)
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Kita melompat 30 menit ke masa depan.
Setelah petualangan mereka, Sasaraki menuju ke teleporter yang kebanjiran. Untuk kembali ke ruang debugging. Jika dia menggunakan 'Layar Utama' dirinya bisa segera melakukan teleportasi, namun itu bahkan menggunakan 'Poin G', jadi lelaki ini harus menggunakan metode yang tidak diketahui dan tidak populer tersebut.
Di tengah-tengah itu, Sasaraki menyuarakan, "Hmm...."
"Sepertinya mereka kurang lebih sudah bersenang-senang, ya....?"
Ketika tatapannya mengarah ke 'Poin G' di Master Screen, tertulis disana angka 500. Dia tidak tahu siapa dan bagaimana itu dihitung, tapi tampaknya Sasaraki telah memenuhi tugas dengan membiarkan Rigel dan kelompoknya mati dalam kondisi {Happy Death}.
Hanya saja, apa ini sungguh baik-baik saja?
Dengan keraguan dalam benak, dia tiba di alun-alun sihir.
Adegan di depan matanya bergeser dan dirinya kembali ke kamar hitam---ruang debugging.
"Aku kembali"
Ketika dia tiba, terdapat Azrael disana menghadap konsol dan berkutat dengan pemrograman, seperti biasa.
Lizna tengah berbaring sambil menyambar hidung dan mulutnya sendiri.
"...Apa yang sedang kau lakukan?"
"Eh? Hanya mencekik diri sendiri"
"....Kenapa?"
"Tidakkah mereka berkata bahwa tercekik itu terasa bagus?"
Terkadang, dia khawatir tentang Lizna yang benar-benar harus kembali ke kenyataan.
"Tidak, lupakan itu....Ngomong-ngomong, di mana Alice?"
"Di ruang pemantauan~"
"Baiklah"
Ada sejumlah kamar kecil yang terhubung ke ruang debugging. Salah satunya adalah ruang pemantauan, sebuah ruangan seukuran kamar mandi rata-rata di mana kau bisa menonton kegiatan para pemain. Alice ada di sana cukup sering.
Sasaraki membuka pintu yang tersembunyi dan masuk.
Gadis itu dikelilingi oleh layar yang berkilauan.
Dia duduk di kursi dan menatap layar sambil tersenyum.
Tampak seperti menikmati dirinya sendiri ya, sangat.
"Nfufufufufufufufuhehe...."
Itu adalah suara jorok yang normalnya tak mampu kau bayangkan berasal darinya.
Ketika mengintip ke wajah gadis ini, dia ternyata meneteskan air liur.
"Funya?"
Matanya yang menatap layar dalam ekstasi terfokus pada Sasaraki.
Dan percikan intellektual segera kembali ke dalam pandangannya.
"Ara, ternyata Sasaraki. Selamat datang kembali"
"....Ya, aku kembali"
Dia bisa cepat sekali berubah, ya? Pikirnya sambil memberi jawaban.
"Jadi? Bagaimana hasilnya?"
Alice bertanya sambil tersenyum.
"Kami tewas"
Sasaraki menjawab, juga dengan senyum.
Mereka langsung dilenyapkan menjadi abu oleh semburan api si naga yang berlevel 30.
Keputusan kelompoknya di sana tak membuat perbedaan sama sekali. Sungguh kusoge.
"Tapi....yah, sepertinya mereka bersenang-senang"
Setelah dibakar sampai mati, ketiga gadis dengan sungguh-sungguh mengutuk game ini. Terutama Rigel. Seperti, "Seimbangkan game ini" atau "Kenapa mereka malah menempatkan naga level 30 di lantai pertama?!" atau "Bukannya semua diskusi strategi kita tidak berguna dari awal?!" Dia benar-benar marah.
Diiringi perasaan sangat menyesal, Sasaraki bertanya kepada mereka apa yang gadis-gadis itu pikirkan tentang petualangan barusan, Rigel-pun berucap....
"Hm? Yah, terlepas dari bagian terakhir, ini tidaklah buruk"
Dia berbalik ke arahnya dan mengedipkan mata.
"Berpetualang denganmu sangat menyenangkan"
Begitulah.
"Aku mengerti! Selamat!"
Alice bertepuk tangan, (prok-prok-prok).
Dia membiarkan kakinya menjuntai di udara dan tampak turut gembira.
"Apa kau juga memahaminya?"
Sambil menjelaskan detailnya, Alice mengedipkan mata lagi.
"Ketika kau telah paham sifat seseorang, kau bisa membiarkan mereka bersenang-senang dengan menawarkan petualangan yang membuat masing-masing memperoleh apa yang mereka cari"
"Hm, begitu ya?"
Namun, ketiganya mudah dibaca.
Tentu saja, jika itu adalah sesuatu yang ditujukan untuk sejumlah pemain yang lebih banyak, dia juga harus mencoba dan membaca semuanya.
"Jadi, apa yang kau lakukan, Alice?"
"Hm? Hal yang sama yang kau lakukan"
"Hal yang sama....?"
Melihat sekitar, Alice dikelilingi oleh ribuan layar.
"Aku menyaksikan para pemain bersenang-senang"
Alice tersenyum.
"Ehehe. Ini membuatku benar-benar bahagia, kau tahu?"
"Jadi?"
"Yah. Kau juga menikmati petualangan dengan Rigel dan teman-temannya, kan?"
"Hm, benar, kurasa"
"Dan aku sudah bergembira 3000 kali"
"Eh---?"
"Kau tahu, karena aku menonton 3000 pemain"
Alice merentangkan kedua tangan.
"Semua orang menikmati game yang kubuat---Apa ada kegembiraan yang lebih besar dari ini?"
"...."
Alice tampaknya tidak berakting atau berbohong.
Entah bagaimana---dia mulai cemburu pada gadis di depan mata yang tersenyum begitu bahagia.
Sangat menyenangkan melihat Rigel bersenang-senang. Dan Alice tampak lebih gembira.
"Kau akan segera memahami kebahagiaan ini"
"Begitukah?"
"Ya"
Seperti biasa, tidak ada dasar apa pun, namun aneh baginya, kata-kata Alice selalu sangat meyakinkan.
"Jadi, maukah kau membiarkan aku mendengar detailnya?"
Alice bertanya, Sasaraki kemudian mulai menjelaskan rincian petualangan mereka. Bermula ketika dia bertemu ketiga gadis, momen dimaba dirinya menyatukan bagian tentang gadis penyihir, Assassin, dan naga di dalam dungeon tersembunyi, hingga bagaimana mereka akhirnya bergegas ke ruangan naga untuk mengalahkannya.
"....Aku jadi penasaran, apa keputusan terakhir yang terbaik?"
"Maksudmu ketika kau membuat Sarapi berkompromi? Kenapa?"
"Aku hanya ingin tahu mungkin saja ada pilihan yang lebih baik"
"Hm, hm...."
Alice melipat lengan dan meletakkan tangan di pipinya.
"Ini adalah kesempatan bagus, jadi---ingin mendengar tentang ubin pemain?*"
{Player Tiles}
"Ubin pemain?"
Alice menjentikkan jari, layarpun seketika bergeser.
Ini menunjukkan grafik dengan sumbu x dan y, di sumbu x tertulis 'RP' sedangkan sumbu y 'Efisiensi'.
"Aku tahu pengertian efisiensi, tapi....RP?"
"Roleplaying---singkatan untuk memerankan karakter"
Alice melompat ke atas meja lalu memakai suatu kacamata.
"Apa itu?"
"Kacamata penjelasan milikku"
"Jadi, ada penjelasan yang lebih luas?"
"Ya, ini roleplaying, kau tahu?"
Dia diberitahu sambil tersenyum.
"Dengan kata lain, memerankan karakter---adalah pertanyaan apa kau menganggap aspek emosional itu penting atau tidak"
"Ini RPG, jadi tidakkah semua orang menganggapnya penting?"
"Itu benar-benar berbeda untuk masing-masing individu. Seperti bagaimana Azrael dan kau menilai suatu hal penting sangat berbeda, kan?"
Aku memang tak bisa membenamkan diri ke dalam game seperti yang dia lakukan.
"Jadi, lihat grafiknya. Anggap saja demi kemudahan, kita akan menyebut kelompok orang yang rendah di bidang efisiensi dan RP sebagai 'Sederhana' (secara harfiah: 'Grup Penikmat'), kelompok yang mencetak skor tinggi dalam efisiensi sebagai 'Pemain Game Inti' (secara harfiah: 'Grup Serius'), satu lagi yang mencetak skor tinggi dalam bermain peran sebagai 'Roleplayer' (secara harfiah: 'Grup Akting'), dan yang mencetak skor tinggi di keduanya adalah 'Penyempurna' (secara harfiag: 'Grup Ideal')"
"Yang lainnya aku mengerti, tapi apa maksudnya 'Penyempurna' ini?"
"Singkatan untuk 'Orang yang melambangkan ideal'"
"Ideal, ya?"
"Begitulah. Bagaimanapun, bisa menikmati kedua dunia adalah yang terbaik, kan?"
"....Sekarang kau menyebutkannya...."
RPG memiliki dua cara untuk bersenang-senang.
Bisa memanfaatkan keduanya mungkin memang yang terbaik.
"Ngomong-ngomong, menurut penyelidikanku sendiri, para pemain dalam game ini dibedakan jadi seperti ini"
Alice menjentikkan jari lagi. Diagram lingkaranpun muncul.
Pemain Game Inti: 8
Sederhana: 9830
Roleplayer: 698
Penyempurna: 0
Nol?
"Yap. Lagipula, tak mungkin ada pemain ideal di sebuah kusoge, kan?"
"Bukannya kita sudah tamat?!"
"Kita yang akan melakukan sesuatu untuk merubahnya"
Kami jelas sudah tamat disini.
"Selain itu, kau sepertinya telah mendapatkan beberapa 'Poin G', kan?"
"Aku mendadak lemas, tapi....ya, aku sudah mendapatkan beberapa"
"Azrael, Sasaraki memberikan yang terbaik demi kita, kau tahu~?"
Alice menjentikkan jari. Dinding kemudian menghilang dan kamar itu terhubung ke ruangan lain.
Di sana ada Azrael, menghadap ke sebuah meja. Saling bertatapan dengan kami, dan terlihat agak lelah.
"....Bagaimana hasilnya di sana?"
"Di sana artinya kau, Azrael"
"Eh...."
Azrael harusnya mencari cara untuk mengatasi banjir melalui pemrograman.
Ternyata, tak berjalan dengan baik.
"Ji-Jika kau ingin menertawakanku, tertawa saja....Katakan, 'Kau cuma buang-buang waktu', 'Malaikat tak berguna'...."
Dia jadi sangat pemalu. Apa yang telah terjadi?
Alice mengerang sambil melipat tangannya, "Hmm"
"Depresinya terlihat masih tinggi, ya kan?"
Dia bergumam pada Sasaraki secara diam-diam.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Ini tugas seorang gamemaster untuk melakukan sesuatu"
"Ini tugas seorang gamemaster untuk melakukan segalanya, bukannya begitu?"
"Aku senang kau paham"
Bahkan sarkasme tidak berhasil pada gadis ini.
Meskipun demikian, sepertinya dia harus melakukan sesuatu tentang pemandangan di depan.
Sasaraki berjalan mendekat ke arah Azrael yang telah meregangkan tubuh bagian atasnya di permukan meja.
"Azrael, aku akan pergi dan memperbaiki banjir sekarang, bagaimana kalau ikut denganku?"
"Tidak mau"
Langsung di tolak.
"Begitu ya, sangat buruk....Kupikir akan meyakinkan kalau kau ikut"
"Heh?"
Sekarang adalah kesempatan untuk mendorongnya.
"Jika kau bersamaku, akan lebih mudah untuk berurusan dengan bug yang tak terduga dan sebagainya"
"Eh....? Tapi orangnya tidak harus aku juga"
"(Setelah Alice)* Kaulah yang paling memahami game ini, kau tahu?"
{Ini diucapkan dalam hati}
Dia benar-benar mempertimbangkan hal itu---mungkin. Azrael adalah orang yang paling sering menghadapi bencana dalam game ini.
"Jadi, kumohon"
Dan akhirnya, si lelaki membungkuk dalam-dalam.
Di sisi lain, Azrael tersenyum, merasa agak canggung.
"H-Hmm, jika kau seingin itu, apa boleh buat, kan!"
"Oooh~!"
Alice menyuarakan kekagumannya. Dia bertepuk tangan dalam gerakan kecil.
"Sasaraki, kau benar-benar pandai mengarahkan Azrael ke jalur yang benar, ya?"
"Jangan mengatakannya seolah aku ini semacam mobil!!"
☆☆☆☆
Ke Halamam utama Kusoge Online (BETA)
Ke Halaman selanjutnya
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Kita melompat 30 menit ke masa depan.
Setelah petualangan mereka, Sasaraki menuju ke teleporter yang kebanjiran. Untuk kembali ke ruang debugging. Jika dia menggunakan 'Layar Utama' dirinya bisa segera melakukan teleportasi, namun itu bahkan menggunakan 'Poin G', jadi lelaki ini harus menggunakan metode yang tidak diketahui dan tidak populer tersebut.
Di tengah-tengah itu, Sasaraki menyuarakan, "Hmm...."
"Sepertinya mereka kurang lebih sudah bersenang-senang, ya....?"
Ketika tatapannya mengarah ke 'Poin G' di Master Screen, tertulis disana angka 500. Dia tidak tahu siapa dan bagaimana itu dihitung, tapi tampaknya Sasaraki telah memenuhi tugas dengan membiarkan Rigel dan kelompoknya mati dalam kondisi {Happy Death}.
Hanya saja, apa ini sungguh baik-baik saja?
Dengan keraguan dalam benak, dia tiba di alun-alun sihir.
Adegan di depan matanya bergeser dan dirinya kembali ke kamar hitam---ruang debugging.
"Aku kembali"
Ketika dia tiba, terdapat Azrael disana menghadap konsol dan berkutat dengan pemrograman, seperti biasa.
Lizna tengah berbaring sambil menyambar hidung dan mulutnya sendiri.
"...Apa yang sedang kau lakukan?"
"Eh? Hanya mencekik diri sendiri"
"....Kenapa?"
"Tidakkah mereka berkata bahwa tercekik itu terasa bagus?"
Terkadang, dia khawatir tentang Lizna yang benar-benar harus kembali ke kenyataan.
"Tidak, lupakan itu....Ngomong-ngomong, di mana Alice?"
"Di ruang pemantauan~"
"Baiklah"
Ada sejumlah kamar kecil yang terhubung ke ruang debugging. Salah satunya adalah ruang pemantauan, sebuah ruangan seukuran kamar mandi rata-rata di mana kau bisa menonton kegiatan para pemain. Alice ada di sana cukup sering.
Sasaraki membuka pintu yang tersembunyi dan masuk.
Gadis itu dikelilingi oleh layar yang berkilauan.
Dia duduk di kursi dan menatap layar sambil tersenyum.
Tampak seperti menikmati dirinya sendiri ya, sangat.
"Nfufufufufufufufuhehe...."
Itu adalah suara jorok yang normalnya tak mampu kau bayangkan berasal darinya.
Ketika mengintip ke wajah gadis ini, dia ternyata meneteskan air liur.
"Funya?"
Matanya yang menatap layar dalam ekstasi terfokus pada Sasaraki.
Dan percikan intellektual segera kembali ke dalam pandangannya.
"Ara, ternyata Sasaraki. Selamat datang kembali"
"....Ya, aku kembali"
Dia bisa cepat sekali berubah, ya? Pikirnya sambil memberi jawaban.
"Jadi? Bagaimana hasilnya?"
Alice bertanya sambil tersenyum.
"Kami tewas"
Sasaraki menjawab, juga dengan senyum.
Mereka langsung dilenyapkan menjadi abu oleh semburan api si naga yang berlevel 30.
Keputusan kelompoknya di sana tak membuat perbedaan sama sekali. Sungguh kusoge.
"Tapi....yah, sepertinya mereka bersenang-senang"
Setelah dibakar sampai mati, ketiga gadis dengan sungguh-sungguh mengutuk game ini. Terutama Rigel. Seperti, "Seimbangkan game ini" atau "Kenapa mereka malah menempatkan naga level 30 di lantai pertama?!" atau "Bukannya semua diskusi strategi kita tidak berguna dari awal?!" Dia benar-benar marah.
Diiringi perasaan sangat menyesal, Sasaraki bertanya kepada mereka apa yang gadis-gadis itu pikirkan tentang petualangan barusan, Rigel-pun berucap....
"Hm? Yah, terlepas dari bagian terakhir, ini tidaklah buruk"
Dia berbalik ke arahnya dan mengedipkan mata.
"Berpetualang denganmu sangat menyenangkan"
Begitulah.
"Aku mengerti! Selamat!"
Alice bertepuk tangan, (prok-prok-prok).
Dia membiarkan kakinya menjuntai di udara dan tampak turut gembira.
"Apa kau juga memahaminya?"
Sambil menjelaskan detailnya, Alice mengedipkan mata lagi.
"Ketika kau telah paham sifat seseorang, kau bisa membiarkan mereka bersenang-senang dengan menawarkan petualangan yang membuat masing-masing memperoleh apa yang mereka cari"
"Hm, begitu ya?"
Namun, ketiganya mudah dibaca.
Tentu saja, jika itu adalah sesuatu yang ditujukan untuk sejumlah pemain yang lebih banyak, dia juga harus mencoba dan membaca semuanya.
"Jadi, apa yang kau lakukan, Alice?"
"Hm? Hal yang sama yang kau lakukan"
"Hal yang sama....?"
Melihat sekitar, Alice dikelilingi oleh ribuan layar.
"Aku menyaksikan para pemain bersenang-senang"
Alice tersenyum.
"Ehehe. Ini membuatku benar-benar bahagia, kau tahu?"
"Jadi?"
"Yah. Kau juga menikmati petualangan dengan Rigel dan teman-temannya, kan?"
"Hm, benar, kurasa"
"Dan aku sudah bergembira 3000 kali"
"Eh---?"
"Kau tahu, karena aku menonton 3000 pemain"
Alice merentangkan kedua tangan.
"Semua orang menikmati game yang kubuat---Apa ada kegembiraan yang lebih besar dari ini?"
"...."
Alice tampaknya tidak berakting atau berbohong.
Entah bagaimana---dia mulai cemburu pada gadis di depan mata yang tersenyum begitu bahagia.
Sangat menyenangkan melihat Rigel bersenang-senang. Dan Alice tampak lebih gembira.
"Kau akan segera memahami kebahagiaan ini"
"Begitukah?"
"Ya"
Seperti biasa, tidak ada dasar apa pun, namun aneh baginya, kata-kata Alice selalu sangat meyakinkan.
"Jadi, maukah kau membiarkan aku mendengar detailnya?"
Alice bertanya, Sasaraki kemudian mulai menjelaskan rincian petualangan mereka. Bermula ketika dia bertemu ketiga gadis, momen dimaba dirinya menyatukan bagian tentang gadis penyihir, Assassin, dan naga di dalam dungeon tersembunyi, hingga bagaimana mereka akhirnya bergegas ke ruangan naga untuk mengalahkannya.
"....Aku jadi penasaran, apa keputusan terakhir yang terbaik?"
"Maksudmu ketika kau membuat Sarapi berkompromi? Kenapa?"
"Aku hanya ingin tahu mungkin saja ada pilihan yang lebih baik"
"Hm, hm...."
Alice melipat lengan dan meletakkan tangan di pipinya.
"Ini adalah kesempatan bagus, jadi---ingin mendengar tentang ubin pemain?*"
{Player Tiles}
"Ubin pemain?"
Alice menjentikkan jari, layarpun seketika bergeser.
Ini menunjukkan grafik dengan sumbu x dan y, di sumbu x tertulis 'RP' sedangkan sumbu y 'Efisiensi'.
"Aku tahu pengertian efisiensi, tapi....RP?"
"Roleplaying---singkatan untuk memerankan karakter"
Alice melompat ke atas meja lalu memakai suatu kacamata.
"Apa itu?"
"Kacamata penjelasan milikku"
"Jadi, ada penjelasan yang lebih luas?"
"Ya, ini roleplaying, kau tahu?"
Dia diberitahu sambil tersenyum.
"Dengan kata lain, memerankan karakter---adalah pertanyaan apa kau menganggap aspek emosional itu penting atau tidak"
"Ini RPG, jadi tidakkah semua orang menganggapnya penting?"
"Itu benar-benar berbeda untuk masing-masing individu. Seperti bagaimana Azrael dan kau menilai suatu hal penting sangat berbeda, kan?"
Aku memang tak bisa membenamkan diri ke dalam game seperti yang dia lakukan.
"Jadi, lihat grafiknya. Anggap saja demi kemudahan, kita akan menyebut kelompok orang yang rendah di bidang efisiensi dan RP sebagai 'Sederhana' (secara harfiah: 'Grup Penikmat'), kelompok yang mencetak skor tinggi dalam efisiensi sebagai 'Pemain Game Inti' (secara harfiah: 'Grup Serius'), satu lagi yang mencetak skor tinggi dalam bermain peran sebagai 'Roleplayer' (secara harfiah: 'Grup Akting'), dan yang mencetak skor tinggi di keduanya adalah 'Penyempurna' (secara harfiag: 'Grup Ideal')"
"Yang lainnya aku mengerti, tapi apa maksudnya 'Penyempurna' ini?"
"Singkatan untuk 'Orang yang melambangkan ideal'"
"Ideal, ya?"
"Begitulah. Bagaimanapun, bisa menikmati kedua dunia adalah yang terbaik, kan?"
"....Sekarang kau menyebutkannya...."
RPG memiliki dua cara untuk bersenang-senang.
Bisa memanfaatkan keduanya mungkin memang yang terbaik.
"Ngomong-ngomong, menurut penyelidikanku sendiri, para pemain dalam game ini dibedakan jadi seperti ini"
Alice menjentikkan jari lagi. Diagram lingkaranpun muncul.
Pemain Game Inti: 8
Sederhana: 9830
Roleplayer: 698
Penyempurna: 0
Nol?
"Yap. Lagipula, tak mungkin ada pemain ideal di sebuah kusoge, kan?"
"Bukannya kita sudah tamat?!"
"Kita yang akan melakukan sesuatu untuk merubahnya"
Kami jelas sudah tamat disini.
"Selain itu, kau sepertinya telah mendapatkan beberapa 'Poin G', kan?"
"Aku mendadak lemas, tapi....ya, aku sudah mendapatkan beberapa"
"Azrael, Sasaraki memberikan yang terbaik demi kita, kau tahu~?"
Alice menjentikkan jari. Dinding kemudian menghilang dan kamar itu terhubung ke ruangan lain.
Di sana ada Azrael, menghadap ke sebuah meja. Saling bertatapan dengan kami, dan terlihat agak lelah.
"....Bagaimana hasilnya di sana?"
"Di sana artinya kau, Azrael"
"Eh...."
Azrael harusnya mencari cara untuk mengatasi banjir melalui pemrograman.
Ternyata, tak berjalan dengan baik.
"Ji-Jika kau ingin menertawakanku, tertawa saja....Katakan, 'Kau cuma buang-buang waktu', 'Malaikat tak berguna'...."
Dia jadi sangat pemalu. Apa yang telah terjadi?
Alice mengerang sambil melipat tangannya, "Hmm"
"Depresinya terlihat masih tinggi, ya kan?"
Dia bergumam pada Sasaraki secara diam-diam.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Ini tugas seorang gamemaster untuk melakukan sesuatu"
"Ini tugas seorang gamemaster untuk melakukan segalanya, bukannya begitu?"
"Aku senang kau paham"
Bahkan sarkasme tidak berhasil pada gadis ini.
Meskipun demikian, sepertinya dia harus melakukan sesuatu tentang pemandangan di depan.
Sasaraki berjalan mendekat ke arah Azrael yang telah meregangkan tubuh bagian atasnya di permukan meja.
"Azrael, aku akan pergi dan memperbaiki banjir sekarang, bagaimana kalau ikut denganku?"
"Tidak mau"
Langsung di tolak.
"Begitu ya, sangat buruk....Kupikir akan meyakinkan kalau kau ikut"
"Heh?"
Sekarang adalah kesempatan untuk mendorongnya.
"Jika kau bersamaku, akan lebih mudah untuk berurusan dengan bug yang tak terduga dan sebagainya"
"Eh....? Tapi orangnya tidak harus aku juga"
"(Setelah Alice)* Kaulah yang paling memahami game ini, kau tahu?"
{Ini diucapkan dalam hati}
Dia benar-benar mempertimbangkan hal itu---mungkin. Azrael adalah orang yang paling sering menghadapi bencana dalam game ini.
"Jadi, kumohon"
Dan akhirnya, si lelaki membungkuk dalam-dalam.
Di sisi lain, Azrael tersenyum, merasa agak canggung.
"H-Hmm, jika kau seingin itu, apa boleh buat, kan!"
"Oooh~!"
Alice menyuarakan kekagumannya. Dia bertepuk tangan dalam gerakan kecil.
"Sasaraki, kau benar-benar pandai mengarahkan Azrael ke jalur yang benar, ya?"
"Jangan mengatakannya seolah aku ini semacam mobil!!"
☆☆☆☆
Ke Halamam utama Kusoge Online (BETA)
Ke Halaman selanjutnya
Comments
Post a Comment