Loner and Juliet, Bahasa Indonesia Chapter 36-40

Chapter 36 – Zina


“Inchou! A-apa yang kamu maksud!?”
“Aa, dengarkan dulu. Tentu saja itu cuma [pura-pura], kutonjok kamu kalau beneran disentuh, oke?”
“O-oke…”

Hampir saja! Jadi itu cuma [pura-pura]. Aku hampir saja menyentuhnya… karena dadanya Inchou lebih ‘menonjol’ dari pada punya Asakura-san. (Andou)

“Tapi apa tujuannya?”
“Ini untuk memastikan perasaanmu. Lihat aku, dadaku besar, ya kan? Nn, ukurannya [C] cup. Tapi, dada Asakura-san – kira-kira [B], ya kan?”
“Ya.”

Berdasarkan penilaianku setelah menyentuhnya. (Andou)

“Karena itu, walau cuma pura-pura, aku akan membiarkanmu menyenthu dadaku. Dengan begitu, kita bisa tahu [perbedaan] ketika kamu menyentuh dadanya Asakura-san. Kalau jantungmu berdetak kencang seperti kemarin, itu artinya, kamu orang mesum. Tapi, kalau jantungmu tidak bertedak kencang seperti kemarin ketika kamu menyentuh dadaku, yang lebih besar dari Asakura-san, itu artinya kamu [jatuh cinta] padanya. Karenanya, jantungmu berdetak dengan kencang ketika menyentuh dada Asakura-san, apakah itu pertanda kalau kamu jatuh cinta?”
“Oh begitu!”

Inchou sangat jenius! (Andou)

“Kalau kamu paham, ayo mulai.”
“Y-ya… Oke, aku mulai.”
“Oke, tapi tersentuh sedikit saja, kubunuh kamu!”
“Iya!”

Yah, masih bisa kuterima kalau itu Andou-kun, tapi pasti bakal serem kalau ini ketahuan Asakura-san. Untuk menyiasatinya, membuatnya sebagai sandiwara adalah cara teraman. (Inchou)

Tanganku – dekat – dada Inchou! (Andou) *deg deg deg deg*

“… … … …”
“… … … …”

*Deg deg deg deg*

“… … … … Andou-kun, apa yang kamu – lakukan?”



Se-sempurna banget timing-nya! (Inchou)

Asakura-san ada di siniiiiiiiiiiiii! (Andou)

=========================================================



Chapter 37 – Payudara


“Jadi… bisa kamu jelaskan apa yang terjadi?”
“Ya.”

Andou-kun… setelah menyentuh da-dadaku… ja-ja-jangan-jangan dia juga mau nyoba nyentuh dada Inchou. Sama sekali tidak bisa dimaafkan – (Asakura)

Hiiiiiii! Kenapa aku duduk ‘seiza’ di perpus di depan Asakura-san?! Sialan… Si biang kerok, Inchou malah – [Andou-kun, kuserahkan ini padamu. Aku pergi dulu! Tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku… karena aku tidak peduli pada apa pun termasuk dirimu!] – berkata seperti itu dan langsung menghilang… wanita sialan itu! (Andou)

“Sekarang, aku pernasaran apa yang sebenarnya terjadi! Aku lihat kamu ingin menyentuh dada Inchou –“
“I-itu salah!”
“Apa – yang salah?”
“Aku Cuma ingin memastikan!”
“Memastikan? Apa?”
“Itu-“

Sialan! Bagaimana jawabnya? Aku nggak mungkin asal jawab ‘untuk memastikan perasaanku padamu’… YA KAN! (Andou)

“Itu – untuk memastikan ‘apakah jantungku berdebar-debar ketik berhadapan dengan dada Inchou’!”
“HAH?!”
“Hiiiiiiiii! Ma-maaf!”

Apa? Kenapa Asakura-san marah banget padahal aku sudah jujur?! (Andou)

A-a-a-a-a-apa! Sudah kuduga! Andou-kun pencinta dada besar! Pa-padahal dia sudah menyentuh dadaku! Karena punyaku kecil, jantungnya tidak ‘berdebar-debar’. Itu maksudnya?! (Asakura)

“Fu---n, begitu… kamu sangat suka dada besar. Hmm, dadaku kecil sih… karena kamu sudah menyentuhnya. Kamu pasti kecewa dengan punyaku dibandingkan dengan Inchou, ya kan?”
“… … … … Eh.”

Ma-mati akuuuuu!  Gitu! Yang barusan aku katakan terdengar seperti ‘Hei, dada rata’! Gawat banget ini! Dari pada membuat Asakura-san salah paham, jujur mengatakan ‘untuk memastikan perasaanku padamu’ malah 100 kali lebih baik! (Andou)

“A-asakura-san, bukan begitu! I-itu Cuma – “
“Apa? Kamu masih mau beralasan… bilang saja, aku sadar kok kalau dada kecilku ini – “

Katakan! Ayo, katakan! Katakan padanya kalau aku menyentuh dada Inchou untuk memastikan [perasaan]-ku! Ketika aku (hampir) menyentuh dada Inchou jantungku berdebar-debar, tapi sudah jelas berbeda ketika aku menyentuh punya Asakura-san. Saat aku menyentuh dadanya, jatungku tidak berdebar begitu saja karena menyentuh ‘dada’… tapi karena menyentuh Asakura-san, ‘gadis tercantik’ dan menyentuh bagian ‘itu’, sekarang aku sadar!
Aku--- (Andou)

“Aku menukai dada Asakura-san!”
“FUE!? A, Andou-kun?”

Apa yang barusan dia katakan - - Andou-kun… Dia me-me-menyukai dadaku?! Dada itu payudara… yak an? Payudara juga bagian tubuh, yak an… dan tubuhku adalah diriku. Kalau begitu dada = aku dan aku = dada. Kalau begitu, yang dikatakan Andou-ku tadi - - [Aku menyukai (dada) Asakura-san!]! (Asakura)

“- - Eh, ah… Bukan! Tunggu, yang barusan salah, aku salah ngomong…”
“Kamu… lebih suka… dadaku… dari pada dada yang lebih besar?”
“Eh, aa… ya.”
“Benarkah? Dibandingkan dada Inchou?”
“Mmhmm.”
“Ka-kalau begitu! Dibandingkan dada Inchou, pu-punyaku… kamu lebih suka dadaku?”
“Ya!”
“Fueeeeeee---“
“A, Asakura-san?”

Andou-kun menyukai… aku! Aku – dia bilang [suka] aku! (Asakura)

“Nnn, ahem!”
“?”
“Dasar. Ku-kulepaskan kamu kali ini.”
“Su-sungguh?”
“Ya, tapi dengan satu syarat!”
“Syarat… katakan! Aku akan ikuti persyaratanmu!”

Kalau Asakura-san mau melepaskan aku, satu atau dua syarat, akan kulakukan! (Andou)

“Kalau begitu… Syaratnya adalah…”
“Oke!”
“Syaratnya… Ka-kamu – [Mulai sekarang, dilarang menyentuh dada perempuan lain, selain dadaku!]”

A- apa? (Andou)

“A-apa? Jangan bilang… kalau kamu keberatan?”
“Bukan… tapi, aku nggak ngerti kenapa kamu kasih persyaratan seperti itu.”
“Nggak ngerti?! Andou-kun, kamu pernah menyentuh dadaku, ya kan?”
“Y-ya!”
“Karena itu, kamu harus bertanggung jawab!”
“Tanggung jawab?”
“Tentu saja! Aku bukan wanita murahan yang membiarkan siapa pun menyentuh tubuhku - - Terlebih dadaku! Jika kamu, yang pernah menyentuh dadaku, dengan seenaknya menyentuh dada gadis lain di sekolah, bukankah [nilai dadaku] jadi hancur?!”

Be-benar juga! *mendapat pencerahan* (Andou)

“Karena itu, kamu harus bertanggung jawab melindungi [nilai dadaku] karena kamu pernah menyentuhnya, kamu tidak boleh seenaknya menyentuh dada gadis lain!”
“Ja-jadi itu maksudnya!”
“Lagipula… A, Andou-kun, kamu sangat suka [dadaku], ya kan?! Kalau memang benar, kamu tidak ingin dada orang lain karena kamu sudah pernah menyentuh yang terbaik!”
“Seperti yang kamu katakan!”

Asakura-san! Kamu salah! Tidak ada namanya dada tidak bernilai di dunia iniiiiiiiiiiii! Ta-tapi supaya tidak membuat dia semakin marah, aku cuma bisa mengiyakan perkataannya… lagi pula, meski aku tidak berjanji, mustahil ada perempuan lain yang mau membiarkan [Penyendiri] sepertiku menyentuh dada mereka! Hhahahaha, menyedihkan sekali ketika aku sendiri yang mengatakannya! (Andou)

“Bagus! Ja-jadi janji ya!”
“Ya…!”
“Melihat dada perempuan lain juga ‘Ga Boleh’!”
“Ya…”

“… … … …”

Dari semenjak aku kabur, aku tetap mendengarkan pembicaraan mereka berdua dari luar perpus, tapi…
Andou-kun dan Asakura-san, kenapa kalian berdua tidak pacaran saja? (Inchou)

(TLN: berapa banyak kata dada & payudara yang muncul di chapter ini?)

=========================================================



Chapter 38 – Nilai 100


“Sekarang, setelah berhasil mengahadapi ujian semester dan nilai kita sudah keluar… Asakura-san dan Andou-kun akan mengumumkan nila yang berhasil mereka dapatkan di sini, di perpustakaan!”
“Siap, Inchou!”
“Wa—h” *tepuk tangan*

Kenapa Inchou yang memimpin pertemuan? Yah, bodo amat. (Andou)

“Yang terpenting, kalau Asakura-san berhasil mendapatkan nilai sempurna di ujian matematika kali ini, dia akan mendapatkan hadiah dari Andou-kun!”
““Waah”” *tepuk tangan*

Hadiah dari… Andou-kun. (Asakura)

Sial, aku belum menyiapkan apapun… Apa kupon diskon dari Matsuya cukup? (Andou)

“Kalau begitu, pas aku menyebutkan mata pelajaran, kalian berdua akan menjawab dengan nilai kalian! Oke, kita mulai dari [Bahasa Jepang]!”

“99!”
“67!”

“Andou-kun, bukannya Asakura-san sudah membantumu belajar? Setidaknya berusahalah lebih keras…”
“Tunggu, Inchou! Meski begitu, nilaiku naik, kan?”

“Kalau begitu, mata pelajaran selantunya adalah yang paling mudah dari kelima mata pelajaran, [Ilmu Sosial]!”

“97!”
“56!”

“… … Andou-kun, apa kamu belajar?”
“Sudah! Lihat baik-baik! Nilaiku di atas 50, kan?”

“Selanjutnya, yang paling dibenci dari kelima mata pelajaran, [Sains]!”
“Oi, Inchou! Berhenti mencari musuh dengan semua murid IPA!”

“92!”
“83”

“Oo… Andou-kun, nilaimu hampir sama dengan milik Asakura-san. Sepertinya kamu sudah berusaha sangat keras, ya kan?”
“Ingat, sains kali ini kebanyakan tentang arus listrik, ya kan?”

Aa, benar juga… (Inchou)

“Oke, selanjutnya mata pelajaran kelemahan Andou-kun, [Inggris]! Hasil usaha Asakura-san mengajarimu adalah!?”

“97!”
“41!”

“… … Andou-kun.”
“Aku sudah berusaha… tapi, ANdou-kun masih belum bisa membaca semua kata yang ada di buku paket…”
“Ini naik! Walaupun cuma segini, nilaiku naik! Lihat, ini bahkan tidak gagal! Apa lagi kalau dibandikan nilai 12 yang kudapat terakhir kali, bukannya ini bisa dibilang peningkatan yang mengagumkan!”

“Sekarang kita masuk ke acara utama!”
“… … … …”
“… … … …”

Akhirnya… waktunya untuk hadiah Andou-kun. (Andou)

Oke, aku akan bersujud dan meminta maaf begitu mendengar nilainya… Atau, aku akan mengaku bersalah dan memberikannya kupon makan di toko Gyudon… (Andou)

“Yang terakhir! [Matermatika]!”

“98”
“100”

“… … Eh.”
“He? A, Asakura-san?”

Hadiah dari Andou-kun… pengen bangeeeeet. (Asakura)

“Maaf. Aku… aku gagal dapat 100.”
“Tidak mungkin… kalau begitu Asakura-san, kenapa kamu minta aku mengumumkannya di perpus? Kenapa kamu tidak kasih tahu? Kukira aku bakal melihat Andou-kun dipermalukan di hadapan kita berdua?”
“Oi, Inchou, apa katamu!”
“Maaf… karena Inchou dan Andou-kun sudah sangat membantuku buat belajar, aku tidak bisa mengatakannya…”
“Begitu… Aku tidak habis pikir kalau Asakura-san bakalan gagal juga, maaf…”
“Aku… benar-benar minta maaf.”

Asakura-san gagal dapat nilai 100 di tes kali ini? Guru sialan itu… sejujurnya, tes kali ini tidak terlalu sulit. Aku juga sudah mengajari Asakura-san isi yang kupikir bakal muncul di tes… (Andou)

“Asakura-san. Boleh aku lihat lembar jawaban matematikamu? Aku ingin lihat di mana salahnya.”

“E, eeh… … di sini.”
“Tunggu, Andou-kun! Melakukan hal seperti ini… Asakura-san tidak keberatan?”
“Ga apa-apa, Inchou. Lagi pula, Andou-kun sudah susah payah membantuku belajar demi diriku…”

Ini – (Andou)

“Asakura-san, kesalahannya ada di soal ini?”
“Ya.”
“Ini… soal terakhir? Tapi jawabannya benar 0… … Tunggu, ‘X’ nya dikurangi?!”
“Ya… Itu benar. Pas lagi mengerjakan soal terakhir, aku pakai tanda [ - ] bukannya [ + ]… tapi jawabannya benar. Makanya nilaiku dikurangi dua.”
“Aa, aku jadi ingat, ga tau kenapa, cuma soal terakhir yang mewajibkan kita untuk menuliskan rumus di lembar jawaban. Karena nilainnya dipisah antara jawaban dan rumus, makanya nilai di soal terakhir lumayan tinggi…”
“Itu sebabnya aku dapat 98.”

Tapi, bukan berarti… Ini Asakura-san yang mengerjakan, itu artinya – (Andou)

“Andou-kun, aku minta maaf meski kamu sudah susah payah mengajariku…”
“Kamu sudah melakukan yang terbaik, Asakura-san.”
“Ue!”

Ap-apa?! Andou-kun mengelus kepalaku… (Asakura)

“Aku mengerti. Asakura-san, kamu cuma salah tulis rumusnya , ya kan? Kamu tanpa sengaja salah menulis rumusnya, padahal kamu sudah memikirkannya di dalam kepalamu. Karena di rumus ini, ketika kamu menulis min [ - ] di dalam tanda kurung [( )], min [ - ] tidak akan berubah menjadi plus ( + ). Tapi, biasanya jawabannya akan berbeda juga. Tapi karena kamu berhasil menjawab dengan benar, itu buktinya kalau Asakura-san sudah menhitungnya dengan benar di kepalamu. Aku yakin kalau kamu orang yang butuh waktu untuk menyelesaikan pertanyaan seperti ini, karena kamu tidak sabaran, makanya kamu salah menulis rumus.
Tapi, menurutku, dari pada bilang ‘kamu gagal dapat 100’… lebih pantas ‘kerja bagus mendapatkan nilai 98’. Karena, walaupun kamu salah menulis rumus, Asakura-san berhasil menyelesaikan soal, dan menjawab dengan benar dengan batas waktu yang kamu punya!”

A, Andou-kun… dia tidak kecewa denganku? Meski aku gagal dapat nilai 100? Apa aku bermimpi? (Asakura)

“Ta-tapi… aku tidak berhasil dapat… nilai 100.” *hiks*
“Haaaah, apa maksudmu? Kamu lebih pintar dariku… dasar [bodoh].”
“Fua!”

Ap-apa?! Andou-kun, aku bisa nangis kalau kamu berkata seperti – ( Asakura)

“Dengar Asakura-san. Dapat nilai 100 di tes itu percuma, itu cuma angka. Yang terpenting adalah [memastikan] apakah kamu sudah bisa memahami pelajar yang kamu pelajari sejauh ini. Karena itu, kamu ga usah peduli dengan [angka] di atas selebar kerta. Lagipula, tidak ada satu pun soal yang tidak kamu tidak mengerti di ujian kali ini kan?
“Y-ya…”
“Bagus kalau begitu. Karena dari tes ini sudah ‘dipastikan’ kalau kamu sudah menguasai semua yang kamu pelajari di kelas! Anggap saja ini cuma dalih dari guru matematika tidak berguna itu, supaya kamu tidak dapat nilai 100. Kan sudah kubilang kalau menuliskan rumus pas menjawab soal matematika itu cuma buang-buang waktu, dan sudah dibuktikan di tes ini! Kamu sudah berusaha dengan sangat baik, Asakura-san. Luar biasa…”
“Andou-kun…”

Tangan Andou-kun… lembut. Setiap kali dia mengelus kepalaku, ada perasaan [hangat] di dadaku. (Asakura)

“Asakura-san, mungkin… kamu masih belum yakin dengan kata-kataku. Kalau kamu masih sedih dengan nilaimu, sini! Biarku kasih yang baru!”
“Eh?!”
“Andou-kun?! Apa yang kamu tulis di lembar jawaban… Aaah!!”

Andou-kun, dia menulis angka ‘100’ di kolom nilaiku dengna pulpen merah – (Asakura)

“Lihat, sekarang kamu mendapatkan nilai 100! Tidak peduli apa kata orang lain, aku akui kalau jawabanmu pantas mendapatkan nilai sempurna, 100. Jangan ragu, karena aku, yang mendapatkan nilai 100, sendiri yang bilang! Kalau ada orang yang complain, sekalipun itu guru, akan kuhajar mereka!
Karena tiu, Asakura-san… jangan pedulikan itu lagi, oke?”
“Andou-kun… aku sangat bahagia! Ini pertama kalinya aku mendapatkan nilai 100!”

Syukurlah. Asakura-san kembali ceria. (Andou)
Andou-kun… ternyata memang benar. Aku sangat menyukaimu! (Asakura)

“… … … …”

Kenapa ya… seharusnya ini pembicaraan yang menyejukkan hati, tapi kalau kamu membandingkan nilai mereka berdua ----

Asakura-san → Peringkat 1 dari 123 murid
Andou-kun → peringkat 49 dari 123 murid

Andou-kun… tidak sopan bagi orang dengan posisi sepertimu mengatakan hal seperti itu, tahu? (Inchou)

=========================================================



Chapter 39 – Hadiah


“Selamat, Asakura-san! Kamu dapat nilai 100 dari Andou-kun.”
“Ya, aku sangat senang!”

Syukurlah. Dengan begini, senyum Asakura-san akan terus – (Andou)

“Soalnya, aku kira aku ga bakal dapat ‘hadiah’ dari Andou-kun!”
“Ah… …”

Si-siaaaaaaaal! Benar juga! Aku harus kasih hadiah kalau dia dapat nilai 100! Aku benar-benar lupa! Soalnya, kalau aku nggak kasih nilai 100, aku nggak perlu kasih hadiah! Apa yang sudah kulakukaaaan?! Sial… kalau saja aku nggak kasih nilai 100 – ‘Aaah, saying sekali. Mau bagaimana lagi, aku akan kasih 1 nilai tambahan supaya jadi 99’ – dan mengatakan itu, aku bakalan selamaaaaaaaaaaat! (Andou)

“A, Andou-kun… tadi kamu bilang [Ah], jangan-jangan kamu…”
“Eh, hadiahnya… Andou-kun belum punya?” *depresi*

Ga-gawat! Kayaknya Inchou sudah menyadari kecemasanku dan langsung tahu kalau aku belum menyiapkan ‘hadiah’! Apa lagi, Asakura-san, kenapa kamu sangat depresi begitu tahu kalau hadiahnya tidak ada?! (Andou)

“Tidak tidak tidak tidak! Te-tentu saja, aku punya ‘hadiah’ untuk Asakura-san sekarang, tapi aku harus menyiapkannya dulu!”
“Apa coba maksudnya? Kalau nggak punya, bilang saja.”
“Bacot! Aku sedang berpikir keras sekarang!”
“A, Andou-kun, aku tidak terlalu berharap mendapatkan ‘hadiah’ jadi tidak apa-apa kalau kamu tidak memberikanku hadiah.”
“A, Asakura-san…”

Asakura-san! Kamu gadis yang paling lembut! (Andou)

Bohoooong! Sebenarnya aku pengeeeeeeen banget ‘hadiah’ dari Andou-kun! Ta-tapi… dalam hatiku, kata-kata Andou-kun tadi sudah seperti hadiah bagiku, jadiiiii, akan kumaafkan kamu kali ini! (Asakura)

…Tapi, itu tidak bisa diterima! Aku sudah janji aku akan memberikannya ‘hadiah’ kalau dia dapat nilai 100. Ditambah, karena aku sendiri yang kasih nilai 100, aku ingin memberikannya ‘hadiah’ yang akan membuatnya bahagia!
Tapi, ‘hadiah’ seperti apa yang membuat dia sangat senang… Berpikirlah, diriku! Contohnya, kalau Asakura-san ingin memberikanku ‘hadiah’, aku akan senang dengan –
-         Cium pipi!
-         Membaca light novel kesukaan kami bersama
-         Hadiahmu, adalah, aku♪
GUOBLOOOK! Tidak mungkin Asakura-san akan senang dengan itu! Mana bisa Asakura-san, gadis tercantik di sekolah, senang dengan ‘cium pipi’, ‘baca light novel bersama’ atau ‘hadiahmu adalah aku!’ dari [penyendiri] sepertiku!
Sialan! Kalau begitu – (Andou)

“Asakura-san, maaf! Aku belum menyiapkan ‘hadiah’ yang akan membuatmu senang!”

Jalan terakhirku! Dogeza! (Andou)

“Tunggu! A, Andou-kun! Kamu tidak perlu meminta maaf sambil bersujud! Aku tidak marah. Lagi pula, nilai 100 dari Andou-kun bagaikan hadiah terbaik bagiku.”
“Asakura-san…”

Betapa baik hatinya… lembar jawaban yang kunilai sendiri sama sekali tidak berharga, tapi dia menganggapnya seperti hadiah – (Andou)

“Yaah, karena itu darimu makanya dia menganggapnya seperti itu… fufufu, Andou-kun! Inchou yang baik hati akan memberikanmu saran yang sangat bagus!”
“Saran bagus…?”
“Benar. Andou-kun, kamu tidak bisa menyiapkan ‘hadiah’ untuk Asakura-san karena kamu tidak tahu apa yang akan membuatnya bahagia, kan?”
“Mhm.”
“Kalau begitu, kamu hanya perlu minta Asakura-san pilih ‘hadiah’-nya sendiri, ya kan?”
“Hoo~…”
“Eh, Inchou?”
“Andou-kun, pikirkan. Dari awal sudah salah meminta [penyendiri] sepertimu untuk memilih hadiah yang akan membuat Asakura-san senang.”
“… … … … Benar sekali.”
“Eeeeeeeeeeeh, Andou-kun?!”

Jangan setuju dengannya, Andou-kun! Aku akan senang dengan apa pun ‘hadiah’ yang kamu berikan untukku! (Asakura)

“Jadi, karena besok libur, bagaimana kalau kalian berdua pergi ke kota bersama? Sembari jalan, kalau Asakura-san menemukan sesuatu yang dia suka, berikan itu sebagai hadiah untuknya.”
“Oooo! Inchou, itu ide bagus! Asakura-san, kamu tidak keberatan?”
“Eh? Ah, ya.”
“Oke! Jamnya?”
“Biasanya jam 12, pas makan siang!”
“Aku tidak paham maksud dari ‘biasanya’, tapi, OKE!”

“Ummmmm…”

Andou-kun, itu… bukannya itu yang dinamakan ‘kencan’?! Hou?! Itu artinya… besok aku pergi kencan dengan Andou-kuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuun!!!!!!!!! (Asakura)

=========================================================



Chapter 40 – Sampah


“Onii-chan… itu namanya kencan.”

Ketika aku sampai rumah dan menceritakan apa yang terjadi hari ini ke adikku, tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang bodoh… (Andou)

“Tidak tidak! Kamu bodoh, Onii-chan! Dengar, pikirkan deeeeengan seirus. Ketika ada seorang pria pergi ke kota di hari libur dengan seorang wanita yang dekat dengannya dan membelikan hadiah untuknya, itu disebut apa?”

Ummmmmmmmm… (Andou)

“… … … … Bukannya itu sudah pasti ‘kencan’.”
“Itu yang kubilang tadi!”
“Sial! Ini beneran kencan! Tapi kalau begitu, kenapa Asakura-san tidak keberatan?! Tidak, tunggu dulu… Inchou! Inchou juga ada! Dia sendiri yang ngasih ide, jadi tidak cuma aku dan Asakura-san. Dia juga ikut!”
“Onii-chan… Si Inchou ini, bukannya dia bilang kalau cuma Onii-chan dan Asakura-san yang pergi?”
“Eh?”

Kalau tidak salah – (Andou)

[Jadi, karena besok libur, bagaimana kalau kalian berdua pergi ke kota bersama? Sembari jalan, kalau Asakura-san menemukan sesuatu yang dia suka, berikan itu sebagai hadiah untuknya.]

“Ah, benar juga…”
“Onii-chan, kamu bodoh sekali.”
“Gimana nih?! Meski kencannya besok, aku sama sekali tidak tahu apa yang harus kupersiapkan!!”
“… … … …”

Nn, mungkin Asakura-san juga merasakan hal yang sama dengan Onii-chan. (Imouto)

“Untuk pertama, bagaimana kalau beli baju baru dulu?”
“Baju? Huh? Kenapa? Oh adikku, sudah pasti aku punya baju yang cocok.”
“Haaah… Onii-chan, sorry tapi kemeja dan celana serba hitam yang biasa kamu pakai pas liburan, aku tidak akan pernah menganggap itu ‘pakaian’.”
“Yang kupakai pas liburan bukan ‘pakaian’?! Terus, yang kupakai selama ini buat keluar itu apa?”
“Nnnm bukannya itu cuma ‘kain’?”
“Adik kandungku sendiri secara tidak langsung mengatakan kalau yang kupakai itu ‘sampah’?!”

Tidak, malahan yang ‘sampah’ itu gaya bepakaian Onii-chan! Lagi pula… (Imouto)

“Hei… tidak masalah walaupun seleran fasionmu seperti orang goa, tapi Onii-chan, kamu mau pergi kencan dengan Asakura-senpai besok, ya kan? Menurutmu apa tidak masalah melihat ‘Asakura-senpai’ berjalan bersama ‘orang goa’?”
“Apa….? Aku dianggap seperti orang goa oleh adik kandungku sendiri? Padahal aku tidak bisa membuat tembikar tanah!”



Tapi dia benar juga. Memang, pasanganku pergi kencan adalah Asakura-san. Kalau aku jalan bareng sama dia dengan pakaian biasaku pas liburan…
Ah, ga bisa. Bisa-bisa aku malah pengen mati. (Andou)

“Wahai adikku! Tolong aku!”

Mungkin agak terlambat, tapi sekarang aku menyadari situasi gawatku! Sekarang, aku tidak punya baju yang pantas untuk ‘kencan’! Tapi, kalau adikku! Kalau dia, dia pasti bisa membantuku mencarikan baju yang pantas supaya aku tidak mempermalukan diriku hadapan Asakura-san! (Andou)

“Haaah… mau bagaimana lagi~~ aku tidak bisa membiarkanmu sendiri, Onii-chan… Aaah, merepotkan dan menyebalkan, tapi aku adalah ‘adikmu’! Sebagai seorang ‘adik’, aku akan menemanimu mencarikan baju yang cocok untukmu.”
“Terima kasih banyak! Sudah kuduga, hal yang paling terpenting yang harus dimiliki adalah ‘Imouto-sama’. Hehe~~”
“Ngomong-ngomong, Onii-chan, berapa budget-mu?”
“Buat besok… bisa kamu carikan satu set baju seharga 5000 yen?”
“Sedikit banget! Tidak mungkin! Bagaimana mungkin kamu cuma punya uang segitu?! Biasanya beli baju habis 20.000 sampai 30.000 yen buat satu set!”
“Haaaah?! Jangan bohong! 20.000 sampai 30.000… Itu total pengeluarkanku buat beli light novel sebulan!”
“Onii-chan… peduli sedikit buat baju, bisa ga…”

Adikku, kamu tidak mengerti~~ Buku adalah nutrisi untuk otak. Itu sebabnya, kalau membahas light novel uang tidak penting… (Andou)

--- Karena ini Onii-chan, punya pola pikir seperti itu bukan hal yang mengejutkan. Tapi, gara-gara dia tanpa peduli memberikan nutrisi ke otaknya dia berubah menjadi [penyendiri]… Haa, Asakura-senpai harus buru-buru mendapatkan Onii-chan sebelum terlambat. (Imouto)

“Sebelum kita pergi ke toko buat beli baju, kita harus tahu apa yang akan kita beli dan dari toko mana. Onii-chan, pilih yang mana yang kamu suka dari model baju pria ini.”
“Apa? Kenapa kamu tiba-tiba kasih smarthphone mu… apa ini foto model baju? Hei… Umm, wahai adikku… apa aku harus memilih salah satu dari gambar ini? Mereka semua baju yang sangat berkelas yang cuma cocok dipakai oleh Ikemen..”
“Semua laki-laki zaman sekarang pakai baju seperti ini.”
“Eeh – Serius?”

Tapi, baju mewah seperti ini sama sekali BUKAN pilihan bagi [penyendiri] sepertiku… baju gaya orang pintar seperti ini tidak cocok dipakai anak SMA sepertiku. Yang lain… Apa-apaan ini? Kenapa yang ini cuma punya satu lengan panjang? Eh, baju ini, bukannya lengan belakangnya terlihat seperti robek? Baju lengan panjang ini terlihat seperti sayap burung, seperti baju tradisional zaman purba? Yang lain… kenapa dia pakai selendang?! Apa lagi yang ini, pundak jaketnya runcing banget?! Sepatunya punya ujung yang sangat tajam seperti bor?! Apa-apaan model ini, semuanya terlihat seperti ingin menembus Tengen*?! (Andou)

“Wahai a-adikku… Aku bakalan ditertawakan kalau aku pakai pakaian seperti ini.”
“Haaaaaaah? Onii-chan, kamu serius ngomong seperti itu?”
“Eh, ah… Nn, ya.”
“Onii-chan, aku kasih tahu hal bagus.”
“Oke, apa?”
“Sudah pasti, siapa pun pasti akan merasa malu kalau pakai pakaian seperti model tadi. Tapi… … Tidak ada gaya yang lebih memalukan dari pada ‘kain polos’ yang biasa dipakai Onii-chan.”
“… … … … Kamu serius?”

Setelah itu, aku disuruh oleh adikku untuk membeli satu set pakaian yang dipajang di boneka model di toko UNIQLO. (Andou)

(TLN: *Tengen, referensi dari Gurren Lagann.)

=========================================================


Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]