Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 7.5 : Aku, Kebohongan dan Harga Diri Manusia
"Akihisa-kun,
kalau aku menang, kamu pakai seragam perempuan ini ya?"
"Ahaha,
kamu suka sekali bercanda, Himeji-san."
"Akihisa-kun,
kalau aku menang, kamu pakai seragam perempuan ini ya?"
"Ahaha,
leluconmu lumayan bagus, Himeji-san."
"Akihisa-kun,
kalau aku menang, kamu pakai seragam perempuan ini ya?"
“Aha...
ha, dasar Himeji-san, kamu suka sekali becanda. Ya kan? Itu cuma bercanda, ya
kan?”
"Akihisa-kun,
kalau aku menang, kamu pakai seragam perempuan ini ya?"
“HIMEJI-SAN!
AKU MOHON, CEPAT KATAKAN KALAU KAMU CUMA BERCANDA!”
"...
Yuuji, kalau kamu kalah lagi, kamu harus lepas celana."
"Shouko!
Jangan pikir kamu bisa mengalahkanku setiap saat... kamu yang yang akan kalah
kali ini!”
Di
tangan kami hanya ada kartu, tapi suasana di sekitar kami terasa tegang bukan
main.
"Oi,
Yuuji... kenapa akhirnya jadi begini?"
"Mana
aku tahu..."
Saat
ini, Yuuji dan aku hanya bisa menatap ke atas dan menghela nafas.
***
Semuanya
berawal dari sesuatu yang sepele.
"Hei,
karena kita nggak ada pelajaran lagi, mau main kebohongan?"
Karena semua
guru sedang rapat, pelajaran berakhir dengan cepat hari ini, jadi kukeluarkan
kartu pokerku dan mengajak Yuuji, Hideyoshi dan Muttsurini main.
"Kebohongan?
Dengan poker?"
"Ya."
Aku
mengangguk. Ini tidak seterkenal cangkul atau 21, tapi 'kebohongan' bisa
dibilang permainan kartu poker yang lumayan dikenal, jadi beberapa orang pasti
tahu permainan ini.
“Ada
apa, Akihisa? Lagi punya banyak uang nih?"
“Ya
begitulah. Bulan ini nggak ada game baru yang harus aku beli.”
Alasan kenapa
Yuuji bertanya soal uang ke aku jawabannya sangat sederhana, sejujurnya, ini
bukan sesuatu yang pantas untuk dipamerkan, tapi kami selalu bertaruh ketika bermain
poker. Yang kalah satu kali harus mentraktir semua orang minuman, 3 kali kalah
traktir Gyudon, dan hamburger setelah kalah 5 kali. Tingkat hukuman akan terus
meningkat seiring berjalannya permainan. Terakhir kali aku dibuat babak belur
dan dipaksa mentraktir mereka hamburger. Kali ini aku harus menang.
"...Aku
tidak keberatan."
“Klub
drama tidak latihan hari ini. Jadi aku bisa ikut main.”
"Kalau
begitu aku ikut. Mana mungkin aku bisa membiarkanmu pergi dengan dompet penuh
tanpa memerasnya sampai kering?"
Sepertinya
mereka tidak pernah berpikir kalau mereka akan kalah jadinya mereka menerima ajakanku
tanpa pikir panjang. Mereka pasti ingin melihatku kalah telak seperti terakhir
kali, bukan? Sialan, akan kubuat senyuman kalian jadi tangisan keputusasaan!
"Kalau
begitu kita mulai. Aturannya seperti biasa, kan?”
Begitu
semua orang mengangguk setuju, aku mulai mengocok dan membagikan kartu.
Sekarang,
aku akan menjelaskan aturan permainan kebohongan terlebih dahulu.
1. Ketika
ada yang mendapatkan as sekop, dia mendapat giliran pertama. Dia harus mengatakan
'As' dan meletakkan kartu di tengah dengan posisi tertutup (tidak masalah
apakah itu benar As atau bukan).
2. Kemudian
dilanjutkan dengan mengeluarkan '2', '3', '4' sampai 'Jack'; ‘Queen’ dan 'King'
dengan posisi tertutup (contohnya, jika urutannya adalah aku → Yuuji →
Muttsurnini → Hideyoshi, aku akan mengeluarkan 'As', Yuuji akan mengeluarkan '2',
Muttsurini akan mengeluarkan '3' dan Hideyoshi akan mengeluarkan '4'. Semua
orang harus mengeluarkan kartu setiap mendapat giliran, dan setelah 'King'
keluar, kami akan mulai lagi dari 'As').
3. Kartu
yang disebutkan tidak harus sama dengan kartu yang dikeluarkan, jika seseorang berteriak
‘bohong' dan kartu itu tidak sama dengan yang disebutkan, maka yang berbohong
harus mengambil semua kartu yang sudah dikeluarkan.
4. Akan
tetapi, jika seseorang berteriak ‘bohong’ dan ternyata kartu itu sama dengan yang
disebutkan, maka orang yang berteriak 'bohong' harus mengambil semua kartu yang
sudah dikeluarkan.
5. Permainan
akan berakhir ketika salah satu pemain hanya memiliki 2 kartu lalu kartu setiap
pemain akan dihitung, pemain dengan kartu terbanyak kalah.
Jadi
begitulah intinya.
Biasanya
di aturan permainan kebohongan, pemain harus bermain sampai kartu salah satu
pemain habis, tapi kalau begitu permainan tidak akan pernah berhenti, jadi kami
buat aturan sendiri. Begitu ada orang yang kartunya tinggal 3, orang tersebut
akan menang jika salah satu kartu yang tersisa adalah kartu yang perlu dia
panggil. Bahkan jika dia berbohong, dia akan menang kalau tidak ketahuan.
"Oh,
aku akan mulai dulu kalau begitu, 'As'!"
Yuuji menaruh
kartu tertutup di tengah. Itu pasti as sekop, kan?
"Aku
akan buang ‘2’ kalau begitu."
Kemudian,
Hideyoshi membuang kartunya. Hanya ada 4 kartu dengan nomor yang sama. Kalau aku
punya empat kartu ‘2’ di tanganku, aku akan langsung teriak ‘bohong’... tapi ditanganku
sama sekali tidak ada kartu ‘2’, jadi aku tidak punya cukup bukti untuk menuduh
kalau dia berbohong.
"...‘3’."
Muttsurini
melempar kartunya dan akhirnya giliranku. Aku perlu mengeluarkan '4', ugh... aku
sama sekali tidak punya '4' di tanganku. Ya sudahlah, kurasa tidak apa-apa.
Mereka tidak mungkin menuduhku begitu saja di awal permainan, jadi aku hanya
perlu menyelipkan satu kartu. Karena aku punya tiga kartu ’10’ di tangan, aku akan
buang satu.
"‘4’."
"""BOHONG!!!"""
Aku langsung
ketahuan.
"Ugh...
humph! Ini masih bagian dari rencana, sama sekali bukan masalah."
"Dasar,
ekspresimu tidak bisa menipu siapapun."
"Ya,
rencana 'tidak apa-apa berbohong karena masih di awal' Akihisa jelas banget."
"...Kamu
sama sekali tidak cocok bermain poker."
Sialan,
bisa-bisanya kalian ngomong kaya gitu.
Tapi
tidak apa-apa. Permainan baru saja dimulai, dan aku hanya mendapatkan 4 kartu.
Masih ada waktu untuk pembalasan.
"Tidak
masalah. Aku berbeda dengan kalian. Aku tidak sebodoh itu menunjukkan kartuku
di awal permainan. Kalian semua yang akan kalah, lihat saja nanti."
Kuambil
keempat kartu di tengah dan menambahkannya ke tanganku.
Kartu
yang kudapat adalah,
‘6’,
‘9’, ‘Jack’.
"...Kalian...
satu pun tidak...! Satu pun tidak ada yang jujur sama sekali!"
Setidaknya
tidak perlu berbohong untuk 'As' pertama.
“Banyak
bacot, Akihisa. Buruan jalan.”
"Ya
ya, aku tahu, nggak usah nyuruh-nyuruh, penipu."
Di
situasi seperti ini, orang yang mengambil semua kartu harus mulai duluan dan dapat
memanggil nomor apa pun yang dia mau. Kalau begitu... karena aku punya dua ‘5’,
ayo kita mulai dari 5 dulu.
"Giliranku,‘5’."
"‘6’."
"Kalau
begitu ‘7’."
"...‘8’."
Permainan
berjalan dengan lancar. Tidak ada yang muduhku bohong ketika aku menyebut '9' tapi
membuang 'Jack'.
Permainan
terus berlanjut, kartu mulai menumpuk dan tekanan makin terasa berat.
Dan skor
untuk sekarang,
Aku: 13
kartu, Yuuji: 9 kartu, Hideyoshi: 9 kartu, Muttsurini: 10 kartu, Tengah: 11
kartu.
Kalau
seseorang ketahuan bohong atau salah menuduh sekarang, dia harus mengambil 11
kartu. Ini bikin kami tidak bisa seenaknya main buang kartu atau asal tuduh.
"...‘3’."
Setelah
aku menyebut ‘King’, Yuuji menyebut ‘As’, Hideyoshi menyebut ‘2’, dan
Muttsurini menyebut ‘3’ dengan pelan. Sekarang, giliranku untuk menyebut '4'...
gawat. Aku tidak berharap permainan berlangsung selama ini. Sekarang aku harus menyebut
'4' padahal aku tidak punya satu — nn?
“Hm?
Ada apa, Akihisa?"
"Tidak,
tidak apa-apa."
Kulihat
baik-baik kartu di tangan, ternyata aku punya '4'. Aku tidak melihatnya mungkin
karena terlalu banyak kartu yang kupegang. Yes,
lucky.
"Nih,
‘4’."
"...Muu
..."
Hideyoshi
tersentak, dan mulutnya yang sedikit terbuka menutup lagi. Sepertinya dia tidak
jadi menuduh aku bohong. Meskipun dia berpikir kalau aku berbohong, gerakanku
tidak alami sama sekali, jadi dia tidak berani mengambil tindakan begitu cepat.
Hideyoshi benar-benar jeli membaca ekspresi orang lain.
"Akihisa,
bohong."
Saat
ini, Yuuji, yang berada di sampingku, menuduhku bohong. Di situasi yang
berbeda, orang ini lebih mengutamakan logika daripada insting. Mungkin dia
merasa kalau aku tidak punya '4' di tangan karena baru saja ketahuan bohong.
Fufu, dasar idiot!
"INI
HADIAH UNTUKMU!"
"APA!
TIDAK MUNGKIN!"
Yuuji
mengulurkan tangan dan membuka kartu paling atas yang tertutup. Tidak ada yang
bisa dikatakan, itu adalah kartu '4' berlian asli. Sekarang Yuuji harus
mengambil lebih dari 10 kartu.
"Sialan,
si idiot ini bisa-bisanya memakai trik seperti ini. Jadi kamu pakai umpan di awal
tadi, hah?”
Yuuji
bergumam dan mengambil semua kartu yang ada di tengah.
Sekarang,
jumlah kartu di tangan kami berubah.
Aku: 12
kartu, Yuuji: 22 kartu, Hideyoshi: 9 kartu, Muttsurini, 9 kartu. Tengah: tidak
ada.
Mari
kita bicara tentang sesuatu yang tidak berguna. Ketika permainan berlajut,
Yuuji mengatakan kepadaku kalau dia memiliki tiga ‘4’ di tangannya, jadi begitu
aku berbohong di awal, dia pikir kalau aku tidak punya ‘4’ di tangan. Adapun
yang lain, sekalipun mereka memiliki '4' di tangan mereka, dia tidak bisa
mengambil risiko terlalu tinggi, jadi dia akan langsung menuduhku bohong begitu
aku menyebut ‘4’.
“Lumayan,
Akihisa. Aku hampir kena.”
"...Sekarang
kamu sudah berkembang jadi lebih dewasa."
Kalau
begini, mana mungkin aku mengatakan kalau aku sebenarnya tidak sadar kalau
punya '4' di tanganku sejak awal.
"Bagaimanapun
juga, aku tidak ingin kalah. Aku bangkrut bulan ini. ‘10’!"
"Uangku
juga tinggal sedikit. Aku tidak boleh kalah dari kalian. 'Jack'."
"…'Ratu'."
Muttsurini
membuang kartunya tanpa bersuara.
"Muttsurini,
bohong."
"…Sial."
Mendengar
tuduhan Yuuji, Muttsurini terpaksa mengambil tumpukan kartu di tengah ke
tangannya. Yuuji punya banyak kartu, kayanya dia punya 4 'Ratu', bukan? Harus
kuingat itu.
Ketika
Muttsurini menyebut 'As', permainan dilanjutkan.
Kartu
Hideyoshi mulai berkurang satu per satu, dan sekarang tersisa 4 kartu. Aku
berikutnya dengan 6 kartu. Yuuji dan Muttsurini masih punya begitu banyak kartu
sampai jumlah kartu mereka tidak ada bedanya.
"Nih
'3'."
Ketika
Hideyoshi membuang kartu, ada 9 kartu di tengah. Jika kartu-kartu ini berakhir
di tangan Hideyoshi, aku pasti akan menjadi pemenangnya, tapi jika aku tidak hati-hati,
kartu-kartu ini bisa berakhir di tanganku, dan aku harus berjuang menghidari
posisi terakhir bersama Yuuji dan Muttsurini. Kalau ini berlanjut Hideyoshi
hanya akan memiliki 3 kartu di tangannya dan dia pasti akan berhati-hati
sebelum membuang kartu berikutnya. Jadi, sekaranglah saatnya untuk memutuskan
pemenangnya. Apa yang aku lakukan sekarang?
""
... ""
Yuuji
dan Muttsurini ragu-ragu apakah mereka harus menuduh Hideyoshi atau tidak. Jika
mereka membiarkan Hideyoshi sekarang, mereka pasti akan kalah, tapi kalau
mereka salah, mereka juga akan kalah.
"Muttsurini,
giliranmu buang '4'."
"...‘4’."
Ketika
Hideyoshi memintanya, Muttsurini, yang masih ragu, buru-buru membuang kartunya.
Uuu, teknik itu terlalu kuat! Siapa pun pasti akan membuang kartu ketika
diminta seperti itu.
"...Muu!"
Di
sampingku, Yuuji memasang wajah 'habis kita'. Dalam situasi seperti ini,
pemenang akan diputuskan.
"Kalau
begitu aku ‘5’."
Aku
melemparkan ‘5’ hati. Meski Hideyoshi memenangkan ronde ini, aku akan menempati
posisi kedua, dan setidaknya aku tidak harus mentraktir mereka.
"‘6’."
Yuuji menyebut
nomor dan membuang kartu dari tangannya. Dari situasi sekarang, Muttsurini
tidak bergerak sama sekali. Mungkin dia bertanya-tanya apakah Hideyoshi
memegang '7' di tangannya atau tidak. Hideyoshi tidak akan bertindak gegabah,
dan kira-kira akan memilih untuk mempertahankan peringkatnya saat ini.
Namun,
tepat ketika Hideyoshi akan melemparkan kartu terakhir,
"Eh?
Akihisa-kun dan yang lain masih di kelas?"
Himeji-san
tiba-tiba masuk ke dalam kelas, dan dia sepertinya membawa sesuatu. Aku tidak
tahu apa yang baru saja dia lakukan.
"Himeji-san,
kamu tidak pulang dengan Minami?"
"Tidak.
Sensei tadi minta tolong, jadi aku belum pulang.”
Himeji-san
tersenyum ketika menjelaskan. Membantu guru itu merepotkan, tapi dia sama
sekali tidak keberatan. Himeji-san benar-benar gadis yang baik dan pengertian.
“Sebagai
imbalan, sensei memberiku cokelat. Semuanya, mau?”
Himeji-san
membuka kotak cokelat di depan kami. Karena ini Himeji-san, kemungkinan besar dia
setuju untuk membantu, makanya sensei sangat baik padanya. Kalau Yuuji dan aku
(terpaksa) membantu, kami tidak pernah mendapat imbalan.
"Terima
kasih. Tapi tolong tunggu sampai kami selesai main ini, oke?”
"Oke...
oh iya, apa yang kamu mainkan?"
"Ahh,
kami bermain kebohongan, dengan taruhan."
Bahkan
sebelum kami lanjut, aku merasa ada sesuatu yang bergerak di koridor. Perasaan
lembab, sunyi dan menekan ini... apakah itu Tetsujin?
Yang
lain juga menyadari keberadaan musuh dan memberiku tatapan peringatan. Bahaya
kalau Tetsujin tahu kita taruhan pakai uang, dan itulah yang mereka katakan
dengan mata mereka.
“Taruhan…?
Apa yang kamu pertaruhkan?"
"Tentu
saja, ini tidak pakai uang. Eh, ini lebih mirip hukuman, dan hukumannya..."
Untuk
sesaat, aku bingung hukuman apa yang bagus dan akibatnya aku tergagap.
Ayo pikirkan
baik-baik... tidak pakai uang, menghibur dan hukuman yang tidak kejam...
“…Yang
kalah harus melepas dua potong pakaian, dan peringkat ketiga harus melepas satu’.”
“SESEORANG
TOLONG PANGGIL AMBULAN! MUTTSURINI KEHILANGAN BANYAK DARAH!!”
Kata-kata
mematikan Hideyoshi dalam sekejap membuat Muttsurini berada di ujung jurang
kematian.
"Bu-buka
baju... itu tidak boleh! Hukuman itu sangat tidak baik!"
Meskipun
tidak taruhan pakai uang, melepas pakaian sepertinya juga tidak pantas. Tetsujin
sepertinya tidak jadi masuk ke kelas, tapi hukaman ini sangat tidak bagus. Apa
Hideyoshi salah kira?
“Kenapa
kamu panik, Himeji? Meskipun hukuman ini tidak pantas, hukuman ringan seperti ini
tidak seberapa. Karena aku ini adalah lelaki sejati.”
“““HIDEYOSHI,
BOHONG!”””
“HEI,
TUNGGU DULU! KENAPA KALIAN KASIH SEMUA KARTU KE AKU!?”
Sekarang,
Hideyoshi punya 15 kartu, dan pemenangnya tidak bisa diputuskan sekarang.
“Lagipula,
kami tidak taruhan pakai uang, dan ini bukan penalti yang berbahaya. Ini hanya
permainan kartu poker biasa. Tidak masalah, kan?"
"Ta,
tapi..."
Himeji-san
tampaknya masih tidak setuju.
Mau
bagaimana lagi kalau dia merasa seperti itu. Meskipun yang main di sini
tercatat di akte sebagai laki-laki, tapi Himeji-san, yang memperlakukan
semuanya dengan serius, jelas tidak mungkin menerima kalau kami bermain poker
telanjang.
"Tapi,
Akihisa-kun suka laki-aki telanjang..."
"BOHONG!!
HIMEJI-SAN, BOHONG!! OI, HIDEYOSHI! KENAPA KAMU DORONG SEMUA KARTU KE ARAHKU!?
KENAPA AKU YANG SALAH MENYEBUT HIMEJI-SAN BOHONG!?”
"Hentikan,
Hideyoshi. Kartu-kartu ini sudah jadi milikmu begitu kamu berbohong. Dan pas
Akihisa membuang kartunya, tidak ada kartu di tengah, jadi percuma saja menuduh
dia bohong sekarang."
“TUNGGU
DULU, YUUJI! ITU SAMA SAJA KAMU SETUJU DENGAN HIMEJI-SAN!”
Apa-apaan
rumor nggak jelas dan negatif ini. Dasar, dari mana mereka dapat informasi
kalau aku suka laki-laki?
"Tapi,
tapi, aku masih merasa kalau hukuman ini tidak baik..."
"Tidak,
tidak, tidak, ini tidak seburuk yang kamu pikirkan."
"Benar
sekali. Hukuman ini tidak ada apa-apanya bagi kami, laki-laki.”
"Semua
orang di sini adalah laki-laki. Jadi tidak masalah meski telanjang bulat."
“EHH!? SEJAK
KAPAN KALIAN MASUK KE KELAS!?”
Mendengar
kalau akan ada yang telanjang, tanpa ada yang sadar, diam-diam semua murid kelas
F berkumpul di dalam kelas. Bahkan petugas pemadam kebakaran yang dilatih
secara khusus pasti akan kagum dengan kemampuan berkumpul kami yang unik.
“YOSHII!
AKU AKAN MEMBENCIMU SELAMANYA KALAU KAMU SAMPAI KALAH!”
“SAKAMOTO,
KAMU PASTI BISA MENANG MUDAH, YA KAN!?”
“MUTTSURINI,
INI CUMA MIMISAN, JANGAN KALAH! KEMAMPUANMU TIDAK HANYA SEGINI, KAN!?”
Semua
orang berharap Hideyoshi kalah. Supaya mencegah permainan berakhir karena
kecelakaan, beberapa murid bahkan membentuk tim penyelamat dan memberikan
tranfusi darah untuk Muttsurini. Seberapa terlatihnya mereka?
“JANGAN
JANGAN JANGAN! SUDAH KUBILANG JANGAN! AKIHISA-KUN, BERHENI MAIN DAN MAKAN
COKELAT SINI!”
Supaya
kami berhenti bermain poker, Himeji-san sengaja mengganti topik, membuka kotak
cokelat dan melempar sepotong cokelat ke mulutnya.
“Akihisa-kun,
cokelat ini sangat enak. Kamu harus coba… ini…”
Tiba-tiba,
Himeji-san terdiam. Ada apa? Apa cokelatnya tidak enak?
““““LANJUT!
LANJUT! LANJUT!””””
Semua
orang berteriak berbarengan, meminta permainan dilanjutkan.
Mungkin
karena situasi seperti ini, Hideyoshi mengatakan “de, delapan” dan membuang
kartu. Hideyoshi terbiasa dengan tekanan yang tinggi ketika diatas panggung,
jadi melihat dia begitu paniknya, siapapun tahu kalau murid kelas F sangat
mesum dan mengerikan.
“…’9’.”
“Kalau
begitu, aku ‘10’”
“’Jack’.”
“Aku
‘Queen’.”
“Hideyoshi,
bohong.”
Tiba-tiba,
Yuuji menuduh Hideyoshi bohong. Saat ini, Yuuji punya 4 ‘Queen’ di tangannya,
jadi harus sangat hati-hati. Dan juga tidak pernah kukira, Hideyoshi akan mulai
dari 8 dan akhirnya dia harus mengeluarkan ‘Queen’. Sepertinya tekanan ini
sangat menekan dia.
Sekarang,
jumlah kartu ditangan sebagai berikut: aku, 4 kartu; Yuuji, 14 kartu;
Hideyoshi, 18 kartu dan Muttsurini, 16 kartu. Kartuku paling sedikit dan
Hideyoshi paling banyak.
“KINOSHITA
PALING BANYAK! DIA BAKALAN LEPAS 2 PAKAIAN!? DIA BAKALAN SETENGAH TELANJANG!?”
“JANGAN
KALAH, YOSHI! MAJU SAMPAI AKHIR!”
“““YOSHI!
YOSHI! YOSHI!”””
Setelah
kubuang 2 kartu, aku pasti akan menang, dan Hideyoshi bakalan lepas 2 pakaian.
Jadi wajar kalau sekarang suasananya sangat panas.
“Uuuuuh…”
Hideyoshi
mengerang kesal. Dilihat dari manapun, dia akan kalah, dan karena dia tahu itu,
makanya dia memasang wajah kesal.
“Mau
bagaimana lagi… karena kita semua laki-laki, melepas 2 pakaian…”
Hideyoshi
bergumam sambil menarik kartu dari tangannya. Lalu –
“…(buk).”
Hideyoshi
pingsan di lantai tanpa bergerak sama sekali. Apa yang terjadi?
“Ara
ara, Kinoshita-san pasti sangat kelelahan.”
Himeji-san
duduk di samping Hideyoshi, sambil memegang sapu tangan.
‘Kelelahan?’
jelas-jelas dia buat Hideyoshi pingsan dengan cara yang mengerikan…
“Wah,
karena Kinoshita-san tidur, aku yang akan menggantikannya.”
Himeji-san
mengangkat Hideyoshi dengan lembut dan menidurkan di tempat yang bersih. Seperti
biasa dia sangat perhatian…
“Oi,
oi, Himeji, sapu tanganmu pasti ada obatnya, kan?”
“Tidak,
Kinoshita-san cuma kelelahan.”
“Ta,
tapi Hideyoshi baik-baik saja tadi.”
“Tidak,
Kinoshita-san cuma kelelahan.”
Ketika
Himeji-san menjawab barusan, sekilas aku melihat matanya seperti mati.
Yuuji
dan aku merasakan keringat dingin merembas di punggung kami. Muttsurini mengendus-endus
dan bergumam,
“Aroma
manis ini… trichloro—“
Sqoosh – BUK.
“Ara
ara, Tsuchiya-kun pasti kelelahan.”
““MUTTSURINI!!””
Sapu
tangan Himeji-san melesat dan dengan sempurna mencuri kesadaran Muttsurini.
Sapu tangan itu sangat mematikan!
“Ya
ampun, bukan cuma Kinoshita-kun, bahkan Tsuchiya-kun juga kelelahan. Mau
telanjang di depan Akihisa-kun? Itu bukan sesuatu yang orang normal lakukan.”
“Tidak…
aku pikir Himeji-san sekarang yang lebih aneh.”
Kalau
Himeji-san yang normal, dia pasti tidak akan melakukan itu, ya kan? Aku tidak
tahu apa yang membuat dia jadi seperti ini.
Tiba-tiba
mataku melihat ke arah kotak cokelat. Di atasnya tertulis dengan besar ‘Bonn
Whiskey’.
Oh,
Bonn Whiskey… sepertinya aku pernah dengar—tunggu, Bonn Whiskey!? Bukannya itu
cokelat yang dicampur dengan wiski? Itu artinya Himeji-san sedang mabuk?
“Akihisa-kun,
ada apa?”
Tanya
Himeji-san sambil meraih satu cokelat wiski dan melemparnya ke dalam mulut.
Wajahnya sangat merah, sudah pasti dia mabuk. Alasan kenapa Himeji-san tidak
bisa mengontrol dirinya karena kotak cokelat berisi wiski itu.
Karena
situasi berubah jadi seperti ini, kalau permainan tetap berlanjut akan jadi
sangat buruk. Harus kuhentikan sekarang.
“Eh,
tidak ada kok. Ngomong-ngomong, karena Muttsurini tidur, sekarang cuma ada 3
orang. Karena permainan nggak bisa lanjut, aku rasa kita harus akhiri di sini-“
“Eh?
Selesai? Apa yang kamu bicarakan, Akihisa-kun? Bukannya ada 4 orang?”
“Eh?”
“…Aku
akan main.”
“Shouko!
Dari kapan…”
Posisi
Muttsurini di ambil Kirishima-san. Kenapa bisa jadi begini!?
“…Tugas
istri adalah melepaskan baju suaminya.”
“Ahh,
sialan! Aku bahkan tidak tahu harus komentar apa.”
Pemain
diganti dan tanpa sadar, permainan kebohongan berakhir menjadi aku, Yuuji,
Himeji-san dan Kirishima-san.
Melirik
satu sama lain karena kemunculan mereka yang tiba-tiba, Yuuji dan aku kebingungan.
Himeji-san dan Kirishima-san hanya duduk di tempat mereka dan mulai ngobrol.
"Ah,
Shouko-chan, apa kamu mau cokelat?"
"…Terima
kasih."
""ARRGGHHHH!!""
Bahkan
sebelum kami sempat menghentikannya, Himeji-san memberikan cokelat ke
Kirishima-san.
"...Enak."
"Syukurlah
kalau kamu menyukainya. Silakan makan yang banyak."
"...Un."
Cokelat
pertama langsung masuk ke mulut Kirishima-san. Seperti yang diharapkan dari
seorang gadis, dia tidak menolak manisan sama sekali. Bukan hal yang buruk
untuk menyukai manis-manisan, tapi...
"Um,
Kirishima-san, kamu baik-baik saja?"
Aku
bertanya dengan sedikit cemas.
Masalahnya
ada pada alkohol di dalam cokelat. Meskipun cokelat tidak mengandung alkohol begitu
banyak, makan yang banyak akan meningkatkan rasa mabuk. Selain itu, wiski yang
ada dalam cokelat itu adalah alkohol yang kuat. Jangan bilang kalau
Kirishima-san mabuk...
"…Maksudmu
apa?"
"Bukan,
yah, cokelat itu, itu mengandung alkohol di dalamnya, kan?"
Mendengar
kata-kataku, Kirishima-san sedikit menganggukkan kepalanya dan berkata,
"...Tidak
apa-apa. Kandungan alkohol wiski hanya 40%. Jika cokelat ini mengandung alkohol
40%, itu hanya akan mengisi 0,07% darahku, jadi tidak akan ada masalah."
“Benarkah
begitu? Syukurlah."
Seperti
yang diharapkan dari perwakilan angkatan, dia sangat cepat dalam berhitung. Dia
jelas tidak mabuk,
"...Tidak
bisa menghitung hal semudah itu, kamu tidak seperti Yoshii pintar yang aku tahu."
""DIA
MABUK!!!""
DIA MABUK!
KIRISHIMA-SAN MABUK!
(Gimana
nih, Yuuji? Situasinya sangat berbahaya!)
(Jangan
tanya, aku juga tidak tahu...)
Aku berbisik
ke Yuuji.
Aturan
permainan ini sekarang berubah dan yang kalah harus buka baju. Tidak peduli kalau
ini ide Hideyoshi, dan entah kenapa, Himeji-san dan Kirishima-san duduk sebagai
pemain. Hukuman ini benar-benar menakutkan, dan selain itu, kami ditonton oleh murid
kelas F.
(Mau
gimana lagi. Ayo buruan buat mereka kalah dan akhiri sebelum mereka buka baju.)
(Ya.
Lebih baik menangkan permainan dan langsung bubar.)
Ketika
mereka harus terima hukuman (buka baju), mereka akan tersadar karena rasa malu.
Setelah mereka sadar, tidak akan terlalu sulit untuk meminta mereka berhenti.
Oke.
Karena sudah diputuskan, ayo main!
"Himeji-san,
bohong!"
"Sayang
sekali, Akihisa-kun."
"Shouko,
bohong."
"…Salah."
"Himeji-san,
kamu pasti bohong!"
"Aku
tidak berbohong."
"Ini
pasti bohong, Shouko!"
"...Aku
selalu jujur."
BELUM
BERAKHIR!!
"Akihisa-kun,
bohong."
"Uuugh...."
"...
Yuuji, bohong."
"DARI
MANA KAMU TAHU!"
""
... "" Set, set, set, satu per satu pakaian kami dilepas.
“Akihisa-kun,
itu kaus kaki. Kamu sangat licik. "
"...Yuuji,
jangan pakai dasi untuk kabur, kamu pria atau bukan?"
Yang
tersisa di tubuh kami cuma kaos, celana dan boxer kami, sekarang kami terpojok.
"Yoshii
dan Sakamoto tidak akan bisa mengalahkan Kirishima dan Himeji..."
"Ini
cuma buang-buang waktu..."
"Ayo
main di taman?"
Teman
sekelas kami, yang tidak sabar ingin melihat Kirishima-san dan Himeji-san
telanjang, bergumam dan pergi begitu begitu saja ketika melihat kemampuan luar
biasa mereka. Memang benar, bahkan jika mereka tetap menonton, mereka hanya
akan melihat Yuuji dan aku yang sedang dipermalukan. Tidak ada orang gila yang
begitu tertarik melihat hal seperti itu.
Tepat
sekali! Bahkan jika kami telanjang, tidak ada manfaatnya sama sekali! Lebih
baik mengakhiri permainan ini sekarang!
"Himeji-san,
um... bukankah sebaiknya kita akhiri ini sekarang?"
“Apa
yang kamu katakan, Akihisa-kun? Acara utama baru dimulai."
"Shouko,
ini sudah cukup, bukan?"
"…Aku
ingin lebih banyak."
Tidak
mungkin! Mereka tidak punya niat untuk berhenti sama sekali!
"Tapi
Akihisa-kun, tidak apa-apa jika kamu tidak ingin buka baju, loh?"
"Eh?"
"Jika
kamu benar-benar tidak ingin buka baju—"
“AKU
TIDAK MELIHATNYA! AKU TIDAK MELIHAT HIMEJI-SAN MENGELUARKAN SERAGAM PEREMPUAN
DARI DALAM TAS! BAGAIMANA BISA HIMEJI-SAN YANG RAJIN DAN PEKERJA KERAS MEMINTAKU
UNTUK MELAKUKAN HAL SEPERTI ITU! INI TIDAK MUNGKIN!"
Situasi
perlahan mulai tak terkendali. Jika aku tahu ini akan terjadi, aku akan biarkan
Tetsujin mengetahui kalau kami main poker dengan taruhan uang dan membiarkannya
menceramahi kami.
“Fufu,
ini semua salahmu, Akihisa-kun. Kamu tidak akan berhenti tidak peduli berapa
kali aku katakan untuk berhenti."
Himeji-san
mengatakan ini sambil mengocok kartu.
"Oke,
sekarang babak selanjutnya."
Apa aku
terlalu banyak berpikir? Entah kenapa, aku merasa kalau perilaku Himeji-san
jauh lebih aneh daripada biasanya ketika dia mabuk.
***
Himeji-san
sedang membagikan kartu, dan tirai permainan kartu poker ‘kebohongan’ ini dibuka
sekali lagi.
Saat
ini, aku hanya memakai boxer, celana dan kaus. Jangankan sepatu, aku sudah
melepas 2 kaos kaki. Sekarang aku dalam status berbahaya.
(Akihisa,
karena sudah berakhir seperti ini, kita harus melakukan apa pun.)
Yuuji
situasinya sama sepertiku, berbisik ke arahku. Dia melirik tasku.
(Apa
kita akan melakukannya?)
(Tidak
ada jalan lain.)
Yuuji
benar. Kami cuma memiliki beberapa potong pakaian sekarang, dan situasinya
tidak bisa dikendalikan lagi. Terpaksa. Jika ini taruhan biasa, kami tidak akan
menyerah begitu saja, tapi sekarang bukan taruhan biasa! Kami harus melakukan
ini untuk melindungi diri kami sendiri meskipun kami tidak mau. Oke, ayo kita
lakukan!
(Akihisa,
ayo!)
(Oke
Yuuji.)
Untuk
menyamai gerakan, kami berdua saling melirik... sekarang!
"Astaga…"
Kartu
Yuuji secara tidak sengaja jatuh ke meja, dan kartu Himeji-san dan
Kirishima-san juga jatuh ke atas meja. Oke! Mereka teralihkan!
Aku langsung
mengambil setumpuk kartu yang sama dari dalam tasku. Supaya mudah, aku
menyembunyikan di dalam sakuku—
PAK!
"Akihisa-kun,
curang."
““AAARGH!
BAGAIMANA KAMU TAHU!!!””
Begitu aku
mau menyembunyikan kartu ke dalam sakuku, Himeji-san tiba-tiba meraih tanganku
tanpa melihat ke arahku. Bagaimana mungkin! Bagaimana ini bisa terjadi!
"Kalian
berdua kerja sama, kan? Bisa dimengerti jika Akihisa-kun menjatuhkan
kartu-kartu itu, tapi bagaimana Sakamoto-kun bisa membuat kesalahan kecil
dengan menjatuhkan kartu-kartu itu ke atas meja ketika permainan sedang
berlangsung?"
"…Terlalu
naif."
Ketika
mengatakan ini, Kirishima-san menunjukkan sesuatu yang dia pegang di tangannya.
Itu... cermin rias? Apa mereka melihat Yuuji dan aku mencoba menipu, dan
menggunakan cermin untuk melihat rencana kami?
"Kalian
berdua suka sekali bermain licik."
"...Anak-anak
nakal."
Meski
Yuuji dan aku ketahuan curang, Himeji-san dan Kirishima-san sama sekali tidak
menyalahkan kami tapi mereka menyeringai. Itu menakutkan! Mereka sangat
menakutkan ketika tersenyum seperti ini!
"Kalau
begitu, aku akan mulai. 'As'."
Seolah
tidak ada yang terjadi, Himeji-san melanjutkan permainan. Tadi itu hanya kecelakaan
kecil, jadi tidak terlalu dipermasalahkan.
"...‘
2 ’."
Kirishima-san
mengatakan ini sambil menaruh '2' dengan posisi terbuka. Kemudian aku
melemparkan ‘3’ tertutup... permainan terus berlanjut meski penuh dengan
tekanan.
"Akihisa-kun,
bohong."
"Ya…"
"...Yuuji,
bohong."
"Kenapa
aku merasa kita tidak akan bisa menang..."
Seiring
berjalannya permainan, kami kembali menyadari kalau mereka benar-benar cerdas.
Setelah membagikan kartu, mereka sepertinya ingat kartu apa yang mereka miliki,
dan kapan mereka harus membuang kartu mereka. Juga, mereka tahu siapa yang
mengambil kartu yang sudah dibuang, dan berapa banyak kartu yang ada untuk setiap
nomor.
"Shouko,
itu '3' bohong, ya kan?"
"...Un."
Kadang-kadang,
Yuuji dan aku berhasil menebak dengan benar, seperti ketika kami memiliki
keempat kartu dengan nomor yang sama di tangan, tapi itu sudah mereka duga,
kan? Adapun alasannya, itu karena ketika mereka dituduh bohong, tidak banyak
kartu yang ada di tengah. Mereka membuat kami menuduh bohong meski kami tidak
yakin, seakan-akan mereka bisa memahami apa yang kami pikirkan dan
menghancurkan kami dengan mudah.
"Lalu,
'7'."
Himeji-san
berkata sambil melemparkan kartu ke tengah.
Sekarang
dia memiliki 5 kartu di tangannya, begitu juga dengan Kirishima-san. Yuuji dan aku
memiliki jumlah kartu yang sama, dan sekarang saatnya untuk bertindak. Tapi
jika tuduhan kami salah, itu akan jadi malapetaka. Apa yang harus kami lakukan…
Tepat
ketika aku ragu-ragu dengan apa yang harus kulakukan, terdengar sebuah suara di
telingaku.
(Dia
berbohong, Yoshii-kun.)
Suara
ini? Kubo-san? Apa Kubo-san sedang menonton?
(Terima
kasih, Kubo-san! Hanya kamu yang ada di sisiku!)
(Tidak,
tidak perlu berterima kasih padaku, Yoshii-kun.)
Setelah
Kubo-san memberitahuku, aku sengaja menutup mulut untuk berterima kasih pada
Kubo-san tanpa membiarkan yang lain tahu.
Bahkan
ketika anak-anak dari kelas kami pergi dengan perasaan sedih dan kecewa, dia
tetap di sini untuk menonton pertandingan karena dia mengkhawatirkan diriku.
Kenapa Kubo-san begitu baik padaku? Terima kasih! Kamu memberiku kesempatan
untuk hidup kembali. Aku pasti akan menjalani hidup ini dengan lebih baik!
Aku
mengambil napas dalam-dalam, dan berteriak dengan keras sambil menunjuk kartu
yang dibuang Himeji-san,
“’7’
BOHONG!”
"Maaf,
ini benar ‘7’."
"KUBO-SAANNN!!"
"MAAF,
YOSHII-KUN!"
Kubo-san
buru-buru kabur ke koridor, tapi masih bersembunyi di balik pintu dan menonton
kami dari luar kelas, bahkan memegang kamera. APA YANG SEDANG DIPIKIRKAN!
(Akihisa,
brengsek! Apa yang kamu lakukan!?)
(Tadi
itu saran dari Kubo-san si peringkat 2. Biasanya orang akan percaya. bukan?)
(JANGAN
PERCAYA ORANG ITU! ORANG ITU ADALAH MUSUH KITA PAS KITA BILANG KALAU HUKUMANNYA
ADALAH TELANJANG!)
Kuh...!
Bagaimanapun, Kubo-san itu dari kelas A, Sudah pasti dia akan memihak
Kirishima-san dari pada aku...
Tepat
ketika Yuuji dan aku saling berbisik, Himeji-san tiba-tiba berkata dengan dengan
sedih,
"Aku
tidak tahu harus berbuat apa..."
Dan dia
terdengar sangat kebingungan.
Mendengar
Himeji-san berkataka demikian, aku tidak bisa menahan diri untuk berempati
dengan apa yang dia rasakan sekarang.
Sebagai
anggota kelas F, dia pasti akan mendapatkan konflik karena dia selalu berjuang
bersama kami. Tidak, Himeji-san yang lebut dan sangat pengertian tidak akan
pernah mau memainkan permainan hukuman yang kejam ini. Dia hanya ingin bermain
bersama kami, tapi permainan ini ada hukumannya. Dia tidak ingin kalah, tapi
dia ragu apakah dia harus menghukum teman-teman sekelasnya. Dia merasa galau
gundah gu-
"Mulai
besok dan seterusnya, Akihisa-kun yang kukenal akan menjadi ‘Aki-chan’ sang
artis internet, lalu dia akan semakin jauh dariku..."
“TUNGGU
DULU, HIMEJI-SAN! AKU TIDAK PERNAH SETUJU MAU PAKAI SERAGAM PEREMPUAN ATAU DIFOTO
BUAT DIUPLOAD!!"
SIAPA!
SIAPA YANG MEMBERIKAN COKELAT SIALAN ITU KE HIMEJI-SAN! LIHAT, DIA MENGATAKAN HALYANG
MENAKUTKAN PAS MABUK! AH, BENAR! DIA LAGI MABUK, PASTI... PASTI DIA TIDAK
SERIUS! AKU YAKIN ITU!
"Dasar...
Himeji, itu benar-benar sangat kejam. Bukan begitu, Shouko?"
“...Un.
Jika itu membuat pihak lain merasa malu, kita harus berpikir dari sudut pandang
pihak tersebut."
Kata-kata
Kirishima-san sepertinya sangat menyentuh hati Yuuji. Karena Kirishima-san
tidak mabuk, dia masih bisa berpikir seperti itu.
"...Jadi
Yuuji."
"Apa?"
"...Kalau
kamu merasa malu — tidak apa-apa jika kamu menutup matamu."
"DIAM,
IDIOT!!!"
Aku,
tidak, kami belum kalah! Kalau kami berhasil menang sekarang, mereka mungkin
tidak ingin melepas pakaian mereka dan menyarankan untuk mengakhiri permainan
ini! Masih ada harapan!
"Oh
ya, Akihisa-kun."
"A,
apa?"
"Sekalipun
aku harus melepas seluruh pakaianku, aku tidak akan mengakhiri permainan ini~"
DIA BENAR-BENAR
SUDAH RUSAK!!!
"Shouko,
kamu—"
"...Aku
lumayan percaya diri dengan pakaian dalam yang kukenakan hari ini."
"Gawat...
gadis-gadis ini sama sekali tidak ragu-ragu buat melepas pakaian mereka!"
Kenapa mereka
berdua lebih lebih jantan dari pada kami!? Gadis mana pun biasanya tidak ingin
membiarkan orang lain melihat pakaian dalam mereka, kan!?
"Luar
biasa... biasanya, aku tidak akan merasakan apa pun pas melepas boxer..."
"Ya...
tapi begitu tahu mereka dengan antusias menunggu kita melepas pakaian aku jadi
tidak ingin melepasnya..."
Di sisi
lain, Yuuji dan aku, kami berdua, merasa sangat khawatir karena harus melepas
pakaian kami. Ini sangat aneh. Semuanya terasa sangat aneh. Kenapa posisi kami
tertukar?
"Buruan.
Sekarang giliran Akihisa-kun. "
Himeji-san
mendorongku untuk lebih cepat, tapi aku hanya bisa terdiam. Yuuji punya empat
‘3’. Dengan kata lain, begitu Himeji-san menyebut '3', aku bisa menuduhnya.
—kalau
berhasil, semua akan baik-baik saja...!
(Eh,
aku bahkan tidak punya 'As'...!)
(Sialan,
aku tidak punya 'Jack'...!)
Setelah
kami saling melirik, aku mengetahui kalau Yuuji punya tiga 'As' di tangannya,
dan aku memiliki tiga 'Jacks' di tanganku. Yang benar saja…!
Untuk
menjebak Himeji-san, kami harus memaksanya mengatakan '3' bagaimanapun caranya,
dan aku harus membuang 'As'. Tapi aku tidak punya 'As', jadi aku pasti akan dituduh
bohong. Lalu Himeji-san atau Kirishima-san akan menyadari kalau aku hanya
menggertak. Jadi kami tidak bisa memaksa Himeji-san mengatakan ‘3’. Dan juga,
semua kartu akan berakhir di tanganku.
Selain
itu, aku benar-benar ingin tahu kartu apa yang dimiliki Yuuji...
“Akihisa-kun,
kenapa kamu terus melihat ke arah Sakamoto-kun? Itu tidak boleh."
Himeji-san
tersenyum sambil menekanku, membuatku tidak bisa mengirim pesan ke Yuuji.
Sepertinya dia sudah melihat trik kami.
"Kalau
begitu, '5'..."
Pada
akhirnya, karena aku punya tiga ‘jack’ dan ingin menjebak Himeji-san mengucap
‘jack’, terpaksa aku membuang '5'. Sialan, ini tidak baik!
"‘6’!"
"Kalau
begitu ‘7’."
"...’8’."
Kartu Himeji-san
dan Kirishima-san tinggal sedikit, tapi entah kenapa, aku merasa kalau mereka
jujur. Eh? Tunggu sebentar, kenapa aku berpikir seperti ini? Apakah aku kalah di
perang psikologis?
"Kalau
begitu...'9'!"
Untuk
menghilangkan perasaan buruk ini, aku sengaja meningkatkan volume suaraku.
Yuuji kemudian menyebut '10', dan sekarang giliran Himeji-san untuk menyebut
'Jack'.
"Kalau
begitu, aku 'Jack'."
Himeji-san
melemparkan kartu ke tengah. Sekarang tinggal 3 kartu di tangannya. Meskipun aku
tidak yakin apakah Himeji-san menggertak, tapi ini akan berakhir jika kami
tidak menyelesaikannya di sini. Terpaksa. Tidak peduli bagaimana caranya, aku hanya
bisa meyakinkan diriku sendiri kalau Kirishima-san memiliki 'Jack' terakhir dan
menuduh Himeji-san—
(Tunggu,
Akihisa!)
Tepat
ketika aku ingin menuduh Himeji-san bohong, Yuuji menghentikanku. Apa yang dia
pikirkan?
(Lihat,
Akihisa. Himeji cuma umpan. Aku pikir yang mereka rencanakan adalah melindungi
Shouko!)
Setelah
Yuuji menghentikan aku, aku langsung tersadar. Himeji-san tidak memiliki banyak
kartu tersisa, tapi Kirishima-san masih punya 4 kartu. Jika Himeji-san mengambil
semua kartu di babak ini, kartu di tangannya hanya akan bertambah 10. Pada
akhirnya, Yuuji dan aku akan kalah dan dia akan dapat peringkat kedua di babak
ini. Bagi Himeji-san dan Kirishima-san, ini adalah hasil terbaik. Jika aku menuduh
Himeji-san, Himeji-san akan memulai babak berikutnya, dan dia pasti akan
memulai babak berikutnya dengan nomor yang menguntungkan Kirishima-san!
(Ah, tadi
itu hampir saja! Terima kasih Yuuji.)
(Bukan
apa-apa. Kita sudah kalah, tapi siapa yang tahan terus kalah berturut-turut...!)
Sepertinya
mereka tidak keberatan selama mata kami tidak membicarakan apa pun tentang
kartu. Himeji-san tidak banyak bicara dan hanya menunggu dengan tenang
tuduhanku.
"Akihisa-kun,
Sakamoto-kun, tidak apa-apa aku dibiarkan lewat?"
"Ahh,
tidak apa-apa."
Mengabaikan
saran Himeji-san, sekarang giliran Kirishima-san. Alasan kenapa Himeji-san
bertanya kemungkinan besar karena dugaan Yuuji tepat.
"Oi,
Shouko, giliranmu untuk buang 'Queen'."
Seru
Yuuji. Kemungkinan besar, dia ingin menuduh Kirishima-san ketika dia menyebut
‘Queen’.
"..."
Kirishima-san
hanya terdima memegang kartu tanpa bergerak.
Begitu.
Himeji-san adalah umpan karena Kirishima-san tidak memiliki 'Queen'. Nyaris
saja. Kami hampir dibodohi oleh mereka, dan nyaris kalah.
Berbeda
dengan Yuuji, yang dapat membaca rencana mereka dan percaya pada kemenangannya
sendiri, Kirishima-san tidak bergerak sama sekali seperti yang dia katakan.
"...Sakamoto
Yuuji."
“Apa
yang ingin kamu katakan?"
Apa dia
akan bikin jebakan? Yuuji langung menguatkan dirinya.
"...Sakamoto
Yuuji suka perempuan."
"Boho--!?"
Yuuji
langsung terdiam.
I, ini
terlalu licik! Bisa-bisanya dia memancing Yuuji mengatakan ‘bohong’ sambil
membuang kartu? Kalau kami tidak hati-hati, rumor aneh bakalan muncul!
Jika
Yuuji tidak bisa mengatakannya, terpaksa aku yang mengatakannya. Meski aku bilang
kalau Yuuji suka perempuan itu bohong, toh itu tidak akan merugikan aku.
Aku
akan menuduh Kirishima-san bohong.
Ketika
aku menarik nafas panjang,
"Oke
Akihisa-kun, giliranmu mengluarkan 'King'!"
"Eh?
Ah, tunggu. ”
Himeji-san
tersenyum ramah ketika mengingatkan, dan aku hanya menjawab dengan bengong.
Eh? Aku
tidak ada waktu untuk ini! Dasar Yuuji idiot! Sekarang aku harus membuang kartu
berikutnya tanpa sempat menuduh Kirishima-san!
"Eh,
tu, tunggu, aku, aku belum."
Aku
buru-buru mencoba memperbaiki kesalahanku.
"Kalau
begitu aku janji, jika Akihisa-kun membuang kartu berikutnya, aku akan menuduhmu
bohong~"
Himeji-san
mengatakan itu dengan nada centil. Ini, ini sangat licik! Sekarang aku harus
membuang kartu. Kalimatnya seakan-akan membuat seluruh situasi berada di tanganku.
Sekarang sudah terlambat bagiku untuk menuduh Kirishima-san.
"Uu,
'King'..."
Aku
ingin menangis ketika membuang 'King' dari tanganku. Setelah Himeji-san membuka
kartuku untuk memeriksa nomornya, dia mengambil semua kartu yang ditengah tanpa
mengatakan apapun.
"Giliranku,
aku mulai dari ‘5’."
"...‘6’."
Dan hal
yang paling kejam adalah Kirishima-san lolos.
"Shouko,
bohong."
"…Salah."
Karena
itu adalah kartu terakhir, Yuuji terpaksa menuduh bohong, tapi kartu yang Kirishima-san
buang pasti kartu ‘6’ asli. Sekarang permainan ini berakhir. Peringkat pertama
Kirishima-san, kedua Himeji-san, aku ketiga dan yang terakhir Yuuji.
"Sayang
sekali, Akihisa-kun peringkat ketiga, jadi dia hanya perlu melepas satu pakaian."
"...Yuuji
harus lepas dua."
Himeji-san
dan Kirishima-san menatap Yuuji dan aku dengan penuh harap. Ini sangat aneh...
"Sial!
Kita adalah laki-laki! Kita tidak perlu merasa malu!"
“Itu
benar, Akihisa! Ini cuma melepas satu, dua pakaian. Anggap saja kita mau
berenang!"
Saat mengatakan
ini, kami langsung melepaskan pakaian. Aku telanjang dada dan Yuuji hanya pakai
boxer.
"Ah,
Akihisa-kun dan Sakamoto-kun pasti sudah berlatih keras..."
"...Kerennya."
Lupakan
Yuuji, alasan kenapa aku terkesan kurus mungkin karena kurang gizi...
Himeji-san
nampak kaget, tapi sepertinya dia sedikit sadar sekarang. Dasar... gara-gara
Himeji-san gampang mabuk, semua berakhir jadi seperti ini...
"Yuuji...
ga usah main lagi dengan Himeji-san dan Kirishima-san..."
"Ya...
aku tidak ingin menderita karena penghinaan konyol seperti ini lagi..."
Yuuji
dan aku menghela napas keras-keras dan menyesali tindakan kami. Kami
benar-benar bodoh karena membuat mereka berdua sebagai musuh kami...
Tapi di
saat aku ingin mengambil pakaianku, Himeji-san merapihkan kartu poker yang
berserakan di atas meja dan berkata dengan lembut sambil tersipu malu,
"Akhirnya,
akhirnya aku bisa menelanjangi Akihisa-kun di ronde berikutnya."
"...Jantungku
berdegup kencang."
""KALIAN
BERDUA MASIH MAU LANJUT!!!???""
***
“LARI,
AKIHISA! MEREKA AKAN MENANGKAP KITA KALAU BEGINI!"
"AKU
TAHU ITU, SIALAN! KENAPA HIMEJI-SAN BISA LARI CEPAT DI SITUASI SEPERTI INI!”
"Oi...
Yoshii, Sakamoto!? Bukannya sudah kubilang jangan berlari di kori — dor... Ha???”
"AH!
TETSUJIN! TOLONG! TOLONG SELAMATKAN KAMI!”
"TOLONG!
TES REMEDIAL ATAU APAPUN ITU! TOLONG SELAMATKAN KAMI!!!”
"Kalian
berdua... kalian bahkan tidak pakai seragam. Apa sedang terjadi…"
“KAMI
AKAN JELASKAN NANTI! CEPAT BAWA KAMI PERGI!"
"BENAR!
BAWA KAMI KEMANAPUN! TIDAK MASALAH SEKALIPUN KAMI HARUS REMEDIAL — UWAAAAAHHHH!
MEREKA DISINI!!!"
“Akihisa-kun,
tungguuuu! Kamu belum pakai seragam gadis ini!"
"...Yuuji,
kamu belum melepas pakaian terakhirmu."
""TOLONG
SELAMAT KAMI, NISHIMURA-SENSEI!!!""
"Dasar,
kalian berdua... apa yang kalian berdua lakukan sampai jadi begini?"
***
[2-D,
Tamano Miki-san – Saksi mata]
"Ya,
benar sekali. Sepulang sekolah, aku tidak sengaja bertemu dengan Aki-ch —
Yoshii-kun dan Sakamoto-kun yang setengah telanjang ketika sedang jalan di
koridor, mereka memohon ke Nishimura-sensei kaya orang kesurupan... aku sangat
terkejut, jadi tanpa sadar aku langsung mengambil foto mereka..."
Di
koran sekolah yang diterbitkan oleh klub surat kabar, memuat berita utama dengan
foto Yuuji dan aku setengah telanjang. Berita ini melahirkan banyak rumor
mengerikan di sekolah.
Penghinaan
ini... tidak akan pernah kami lupakan...!
***
TETSUJIN:
Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjawab permasalah setiap siswa.
Masalah S-moto Y-ji-san
Tetsujin-sensei,
tolong dengarkan masalahku.
Ibuku
benar-benar tidak punya akal sehat, dan tidak memiliki kemampuan untuk bertahan
hidup sama sekali. Lebih spesifiknya, dia sama sekali tidak bisa membedakan
antara Lobster dan Crayfish dan bahkan kadang-kadang mencampur kopi dengan saus
mie. Bagaimana caranya supaya aku bisa mengajarkan akal sehat ke ibuku tentang
dunia ini?
Saran Nishimura-sensei
Maaf.
Ini pertama kalinya seorang siswa menanyakan hal ini kepadaku. Sejujurnya, aku
benar-benar tidak tahu bagaimana menjawabnya. Bahkan, aku ingin bertanya kepada
semua orang bagaimana caranya mengajarkan akal sehat untuk mendidik sekelompok
siswa berandalan di kelas kami. Dasar, ngomongin tentang anak-anak itu, tidak
peduli seberapa banyak aku menceramahi mereka - tidak, jangan khawatir, hal
sepele ini tidak ada hubungannya denganmu.
Kembali
ke poin utama, sehubungan dengan masalahmu... setiap kali ibumu salah, aku kira
cara terbaik adalah bersabar dan perbaiki kesalahannya satu per satu. Akal
sehat adalah tentang bertahan hidup di masyarakat. Dengan sedikit waktu, kurasa
dia akan ingat. Seperti kata pepatah 'tergesa-gesa tidak akan hasil'. Alih-alih
mencoba memperbaiki cara hidupnya sekaligus, lebih baik mendidiknya dengan
perlahan. Memang sulit, tapi sensei berharap kamu dapat melakukan yang terbaik.
Masalah Y-shi A-hisa-san
Tetsujin-sensei,
tolong dengarkan aku. Aku punya kakak perempuan, dan aku benar-benar terganggu
karena dia tidak memiliki akal sehat sama sekali. Karena dia akan jalan-jalan hanya
dengan mengenakan jubah mandi hanya karena 'dia sangat berkeringat', bahkan dia
berniat mencium adik laki-lakinya dengan 'ciuman yang membuatku tidak bisa
menikah'. Dia bahkan memberi tahu teman-temanku, 'aku mencintai adik laki-lakiku
sebagai seorang wanita'. Sensei, apa yang harus aku lakukan untuk mengajari
kakak perempuanku ini akal sehat?
Saran Nisihmura-sensei
Sejujurnya,
aku harap kamu bisa mengajariku apa yang harus aku lakukan. Kenapa semua
masalah yang dikirim ke sini jauh berbeda dari masalah yang aku tahu seharusnya
dimiliki siswa? Aku akan kehilangan kepercayaan diri sebagai seorang guru. Jika
aku selalu menerima masalah seperti ini, aku mungkin akan mengakhiri buletin
ini - tidak, aku minta maaf. Seharusnya aku tidak mengeluh di sini, jadi tolong
lupakan apa yang baru saja aku katakan.
Adapun
untuk masalahmu, kenapa kamu tidak membicarakannya dengan kakak perempuanmu?
Mungkin dia bahkan tidak menganggapmu sebagai adik laki-lakinya. Dalam situasi
seperti itu, yang terbaik adalah membicarakan semuanya dengan jelas.
Masalah K-bo Y-mitsu-san
Tetsujin-sensei,
aku menemukan guling dengan foto seorang laki-laki di kamar kakak laki-lakiku
yang pekerja keras. Tolong selamatkan aku.
Saran Nishimura-sensei
- Nishimura-sensei
tiba-tiba mengundurkan diri dari posisi ini, buletin ini akan berakhir di sini.
-
Terima kasih untuk semua murid atas cinta dan dukungannya.
Comments
Post a Comment