Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 7.5 : Aku, Undian dan Panci Kegelapan
(Masih ingat soal buku referensi dan
pertandingan bisbol, ini cerita ketika paket dari sekolah tiba di rumah mereka.)
Beberapa
hari yang lalu, kami mengadakan festival olahraga.
Dalam
salah satu acara olahraga, di turnamen bisbol syokanju, kami berjuang mati-mati
dengan mempertaruhkan nyawa kami sampai akhir.
Di
pertandingan itu, Fukumura-san pingsan ketika menangkap lemparan Himeji-san, kemudian,
Fukumura-san gugur setelah terkena bola pukulan Takahashi-sensei dan setelah
itu, Fukumura-san tewas setelah terkena lagi bola pukulan Takahashi-sensei.
Setelah
mengorbankan nyawa teman kami, pada akhirnya kami berhasil memenangkan
pertandingan.
Tapi
kemenangan itu — bagi kami, adalah awal dari ujian lain.
"Aki-kun,
apa ini?"
Di
ruang tamu rumahku, ane-san menunjukkan isi paket yang dikirim oleh sekolah dan
mulai menginterogasi.
Aku
berusaha keras tidak menatap matanya dan menjawab, dengan lembut,
"...Itu
buku referensi yang agak mesum."
Serius
— ini adalah ujian terberat lainnya.
"Begitu.
Lalu, apa ini?"
"...Itu
buku referensi yang sedikit memalukan."
"Begitu.
Dan ini?"
"...Itu
buku referensi untuk menjadi dewasa."
Ketika
ritual ini sedang berlangsung, wajah ane-san sedikit demi sedikit mulai
tersenyum lembut.
Bagi orang
lain, mungkin dia terlihat sangat tenang saat ini karena dia tetap diam, tapi
sebagai adiknya, aku tahu betul kalau itu adalah ekspresi marahnya. Kalau aku
terus membuat ane-san marah, dia tidak akan ragu-ragu menghabisi nyawaku.
Kurasa, sekarang waktunya untuk tobat.
"..."
Aku
merenung sejenak. Dalam situasi seperti ini, ketika aku perlu membuat keputusan
besar, aku butuh seseorang untuk diajak bicara. Aku akan sangat bersyukur kalau
ada orang yang bisa aku ajak bicara sekarang…
"Apa
kamu ingin mendengarkan saranku?"
Astaga?
Apa itu kamu, iblis dalam hatiku? Lama tidak bertemu. Aku sedikit merasa tidak
aman kalau iblis yang datang, tapi tidak masalah selama aku punya teman bicara—
'Tunggu
sebentar. Kalau kamu tidak ingin bicara dengan iblis, kamu bisa bicara denganku,
malaikat dalam hatimu."
Sooi!
‘Uoh! Baru
aja muncul langsung dilempar ke langit kaya botol aqua!'
Malaikat
dalam hatiku, sudah kubilang jangan muncul lagi.
‘Ngo, ngomong-ngomong,
kelihatannya Ane-san sangat marah sekarang. Bagaimana kalau kita pikirkan
skenario yang masuk akal supaya emosinya reda?’
Begitu
ya. Memainkan simulasi di dalam pikiran sangat membantu. Itu ide yang bagus.
"Aki-kun,
apa yang ingin kamu katakan padaku?"
Ane-san
bertanya padaku. Bagaimana caraku menjawabnya? Aku harus pikirkan baik-baik.
Skenario 1 ‘Pura-pura bodoh’
“Itu bukan punyaku.”
"Benarkah?"
"Ya, aku tidak tahu dari mana
barang-barang itu."
"Tapi ada catatan di dalam paket 'ini
adalah barang-barang yang disita dari Yoshii Akihisa'."
Tidak. Aku
tidak bisa pura-pura bodoh dan bilang kalau ini salah para guru kalau mereka
juga mengirim catatan seperti itu.
Skenario 2 ‘Akui kesalahan sendiri’.
"Maafkan aku. Ini salahku."
"Begitu."
"Aku sangat menyesal."
"Kalau begitu, tunjukkan pipimu dan
bersiaplah untuk mati."
Ane-san
bukan orang yang akan memaafkan orang lain hanya karena mereka telah meminta
maaf.
Skenario 3 ‘Salahkan Yuuji'
"Sebenarnya, itu salah Yuuji."
"Begitu."
"Aku dijebak."
"Aku tidak ingin mendengar
alasanmu."
Jangan
tanya kalau begitu.
Tidak
peduli jika aku pura-pura bodoh, mengakui kesalahan sendiri atau menyalahkan
Yuuji, sepertinya aku tidak akan bisa melarikan diri dari cengkeraman setan
ane-san. Dengan kata lain, satu-satunya jawaban yang dapat membuatku bertahan
hidup adalah sesuatu selain ketiga jawaban itu.
Oke, kalau
begitu, aku akan menggunakan pilihan keempat untuk menjawab pertanyaan ane-san.
Aku
mengangkat kepalaku dan menatap lurus ke mata ane-san, mengambil napas
dalam-dalam, dan berkata,
"Ini
salah ane-san."
‘Sekarang
menyalahkan orang yang sedang marah!?’
‘Cuma
itu jawaban terburuk yang kamu punya?"
'Apa
yang kamu pikirkan, goblok? Kenapa malah jadi begini...'
Aku
tersadar kalau aku baru saja memilih jawaban paling buruk. Meskipun wajar panik
ketika sedang berada dalam masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya, tapi aku
masih terkejut karena memilih jawaban gila seperti ini.
Membayangkan
hukuman fisik mengerikan yang akan kuterima tidak lama lagi, aku jadi sangat ketakutan
sampai gemetaran tidak karuan—
“Eh...?"
Tidak diduga,
ane-san tidak membunuhku.
"Haa...
dasar, kamu ini..."
Kata
Ane-san sambil menghela nafas. Ah, sepertinya dia mau memaafkanku. Ini adalah kesempatan
satu banding sejuta. Ayo pakai kesempatan ini untuk meminta maaf!
“Ane-san,
maafkan aku. Aku sangat menyesal— “
"Berlutut
dan sujud."
Salah.
Dia tidak punya niat untuk memaafkan aku sama sekali.
"Eh...
ane-san, bukannya kata-kata klasik seperti 'duduk di sini', lebih cocok?
'Berlutut dan sujud' terdengar seperti orang aneh dari planet lain."
"Aku
takut aku tidak akan bisa menahan diri untuk menciummu begitu melihat bibirmu."
"..."
Lantai
terasa sangat sejuk, sangat halus, sangat nyaman.
"Aki-kun,
ane-san tidak pernah mengatakan kalau kamu tidak boleh membaca buku-buku ini
sama sekali."
Ane-san
mengambil buku referensiku dan berkata,
"Aku
hanya bilang kalau kamu ingin membacanya, kamu harus siap mati."
Aku rasa
artinya sama seperti 'Kamu tidak boleh membacanya sama sekali'.
“Haaaah,
wajar kalau laki-laki tertarik pada hal-hal seperti ini, tapi ada batasan usia
untuk membaca buku-buku semacam ini. Kamu harus tunggu sampai kamu cukup umur
untuk membacanya. Kamu harus bersabar sampai waktunya."
"Uu...
ane-san, kamu terlalu serius..."
"Tentu
saja. Aku bukan hanya kakak perempuan Aki-kun, aku juga walimu."
Karena kamu
ane-san dan waliku, seharusnya kamu tidak boleh mengatakan hal-hal seperti
'ciummu', bukan?
"Pokoknya,
apa kamu sudah merenungkan kesalahanmu?"
"Ya,
aku benar-benar menyesalinya."
"Mulai
hari ini dan seterusnya, kamu harus mengikuti aturan masyarakat dan belajar yang
rajin seperti murid yang baik, oke?"
"Ya,
aku akan belajar dengan rajin."
"Apakah
kamu akan menjalani gaya hidup normal yang sehat dan teratur?"
"Ya,
aku akan menjalani gaya hidup sehat dan teratur."
"Apakah
ane-san orang yang paling kamu cintai di dunia ini?"
"Tidak,
tidak segitunya."
"..."
"AAW!
TADI ITU SAKIT SEKALI, ANE-SAN...! KENAPA AKU DITAMPAR...!"
"Itu
salahmu... dasar, semua masalah Aki-kun selalu membuatku kerepotan..."
"Itu
tidak benar. Aku akan menjalani hidup dengan serius seperti murid yang baik."
"Benarkah?
Lalu apa yang barusan kamu ambil diam-diam?"
"Eh?
Buku referensi."
"..."
"AAAARGH!
SAKIIIIIIT! ANE-SAN...! KENAPA MULUTKU DISIKUT...!”
***
“Ini,
Aki-kun. Pegang ini juga. "
"Iya…"
Pada
hari Sabtu yang hangat dan cerah, ketika buku-buku referensiku (buku porno)
ditemukan, aku dipaksa menemani ane-san berbelanja sebagai hukuman.
"Uu...
berat banget..."
"Bukan
hukuman namanya kalau ringan."
Meskipun
kami berbelanja, tapi ane-san tidak membeli barang-barang kesukaan perempuan,
seperti pakaian atau perhiasan kecil, tapi kebutuhan sehari-hari dan peralatan
listrik. Jadi, troli di depanku sangat berat.
"Oh
iya, ane-san, kenapa kita beli oven kukus?"
Aku menatap
alat listrik terbesar di troli sambil aku bertanya ke ane-san.
Bukannya
kita sudah punya oven di rumah?
“Aku
suka desain eksteriornya. Aku tidak ada rencana menggunakannya."
Jawaban
Ane-san benar-benar membuatku bingung. Dia hanya menyukai desain eksterior? Apa
orang-orang sengaja mengeluarkan uang untuk membeli oven kukus? Ah, aku
mengerti. Ngomongin oven kukus, seingatku ada acara TV yang kulihat kemarin menayangkan
‘cara sederhana membuat ayam keju yang lezat’. Caranya adalah dengan meletakkan
keju dan pasta tomat di dada ayam, mengukusnya dan terakhir menambahkan
beberapa jeruk nipis atau jus lemon di atasnya untuk menambah rasa... Itu terlihat
sangat yang sederhana dan lezat.
"Aku
juga rasa begitu. Desain eksteriornya sangat bagus."
"Ya
kan? karena itu aku membelinya."
Sebenarnya,
resep ini tidak perlu menggunakan oven kukus, karena microwave normal di rumah
kami juga bisa melakukannya... tapi aku rasa tidak perlu memberi tahu ane-san.
Jarang-jarang dia ingin memasak.
Melihat
ane-san berusaha keras, membuatku ingin tersenyum, tapi tepat ketika aku
memikirkan itu, ane-san meletakkan jari di bawah dagunya dan bergumam sendiri
sambil merenung.
"...Bahan-bahan
yang dibutuhkan adalah jeruk nipis dan keju, lalu..."
Jadi
dia ingin membeli bahan untuk membuat ayam keju. Bahan-bahan yang kasih di
acara tv kemarin adalah jeruk nipis, keju, pasta tomat, dan dada ayam, empat bahan
utam—
"...Darah
sapi dan dada ayam..." Uoh. Orang ini pasti salah kira darah sapi dengan
pasta tomat.
"Erm,
ano... ane-san..."
"...Jeruk
nipis, keju, darah sapi, dan dada ayam..."
Ane-san
masih fokus dengan ramuannya dan mengabaikan suaraku sama sekali. Dasar, kalau
ane-san ingin memasak sesuatu dan menyembunyikannya dariku, setidaknya dia
harus mencatat bahan apa yang dia butuhkan.
"Ane-san!"
Aku
mencoba memanggil ane-san lagi. Kali ini, dia akhirnya memperhatikanku.
“Ahh,
maaf, aku sedang memikirkan sesuatu. Apa ada, Aki-kun?"
Ane-san
bersikap polos seolah-olah tidak ada yang salah.
Karena
dia ingin bekerja keras sendirian, aku harus berpura-pura dan tidak ikut campur.
Tapi, aku harus cari cara untuk memberitahunya perbedaan antara darah sapi dan
pasta tomat.
“Ini
sedikit mendadak, tapi saus daging merah terbuat dari pasta tomat. Ane-san tahu
itu?"
"Pasta
tomat?"
"Ya,
bumbu yang ketika direbus akan meresap ke dalam daging."
Sudah
pasti bukan merah karena darah sapi.
"Begitu
ya. Ane-san dapat pelajaran baru hari ini.”
"Ahaha,
itu karena ane-san tidak punya pengetahuan tentang memasak."
Aku
tertawa ringan untuk mengakhiri pembicaraan tentang makanan.
Aku
sudah kasih petunjuk; Apakah ane-san menyadari bahwa merah dari daging itu
bukan dari darah sapi tapi dari pasta tomat? Kita akan lihat.
"Owh
kalau begitu... bahan-bahannya adalah jeruk nipis, keju, darah sapi, dan —
gunting baja."
SIAL!
SEKARANG DIA SALAH KIRA DADA AYAM DENGAN GUNTING BAJA GARA-GARA DIGANGGU!
Kedengarannya
memang mirip dengan dada ayam, tapi ane-san sangat mengerikan karena tidak bisa
membedakan bahan masakan dengan baja. Sepertinya aku harus mengingatkannya
dulu. (Dada ayam [torisasami], gunting
baja [kanabasami])
“Dan,
juga, ane-san... gunting baja itu logam. Mereka bukan bahan masakan."
"Tentu
saja. Gunting baja harus digunakan untuk memotong lempengan baja atau kabel baja.
Mereka mengandung logam, tapi mereka berbeda dari jenis yang dibutuhkan
manusia. Selain itu, logam yang dibutuhkan tubuh manusia adalah zat besi, zinc
dan magnesium, dan ini tidak dapat dikonsumsi langsung melalui mulut."
“U, un,
ya, itu benar. Jadi tolong jangan anggap gunting sebagai bahan masakan."
Ah... aku
terlalu banyak ngomong. Tapi setidaknya sekarang dia akan memilih jeruk nipis,
keju, pasta tomat dan dada ayam, kan...?
"Biarku
ingat. Bahannya adalah pisau, daging sapi, darah sapi dan gunting..."
Mati aku.
Ini bukan lagi masak ayam keju, tapi adegan pembunuhan!
“Ane-san…
a, aku ingin makan ayam malam ini. Bisa beli jeruk nipis, keju, pasta tomat,
dan dada ayam..."
"Oke,
tapi kamu mau bikin apa?"
Seharusnya
aku yang tanya itu!
“Ngomong-ngomong,
bisa kita pergi ke supermarket sekarang?”
"Oke,
tapi sebelum pergi, aku ingin pergi ke area peralatan rumah tangga dulu."
“Tidak
udah. Kita pasti tidak akan memerlukan itu semua. "
Kugenggam
kuat-kuat tangan ane-san dengan satu tangan dan mendorong troli yang sangat
berat dengan tangan yang lain lalu jalan ke kasir.
Meskipun
ane-san benar-benar idiot dalam memasak, setidaknya dia tidak akan memasukkan perangkat
keras ke dalam makanan... tapi tidak ada salahnya sedikit berjaga-jaga. Selain
itu, ini menyangkut nyawaku.
“Oh ya,
Aki-kun. Setelah kita selesai belanja di supermarket, ikuti ane-san beli
pakaian dalam ya?"
"Eh...
itu, itu sedikit..."
Meskipun
kami keluarga, aku tidak bisa menemani ane-san ke toko pakaian! Tidak, karena
kami keluarga makanya aku tidak bisa pergi ke sana bersamanya. Bagi kakakku yang
tidak memiliki akal sehat ini, toko pakaian dalam mungkin hanya satu dari
sekian pemberhentian ketika pergi belanja, tapi bagiku, itu adalah hal yang sangat
memalukan. Aku tidak akan pergi apa pun yang terjadi.
"Kamu
tidak mau?"
"Karena
aku ini laki-laki. Jika tidak mendesak, ane-san bisa pergi sendiri."
"Maaf,
tapi aku benar-benar membutuhkannya."
"Heh?
Benarkah?"
"Ya,
sebenarnya, sebelum aku mandi pagi ini, aku mencuci semua pakaian dalamku."
Dia
mencuci semua pakaian dalamnya sebelum mandi? Dan sekarang dia perlu beli
celana dalam. Jangan-jangan dia...
“Tu,
tunggu dulu! Jangan bilang, ane-san nggak pakai— "
"Maksudmu
pakaian dalam? Tentu saja aku — Oooh!”
"LALU
APA!? ‘TENTU SAJA AKU’ APA!?”
"Ara,
jam alarm ini imut sekali."
“AKU
TIDAK PEDULI DENGAN JAM ALARM! CEPAT JAWAB PERTANYAANKU! KAMU ‘PAKAI’ ATAU‘
TIDAK’!? AKU HARUS TAHU JAWABANNYA SUPAYA AKU BISA MEMUTUSKAN UNTUK
MEMPERLAKUKANMU SEBAGAI SEORANG KAKAK ATAU ORANG MESUM!!”
Ane-san,
ini permohonanku. Kumohon jawab ‘Aku pakai’! Kalau tidak, aku akan dicap
sebagai 'adik laki-laki yang cabul'!
"Tentu
saja ‘aku pakai, sebelumnya'."
“ADA
ORANG MESUM DI SINI!!!”
SEBELUMNYA!
KENAPA HARUS PAKAI KATA SEBELUMNYA! UNTUNG SAJA DIA PAKAI CELANA SEKARANG, ATAU
AKU AKAN PINGSAN KALAU DIA PAKAI ROK!
“Kamu
berisik sekali, Aki-kun. Apa kamu tidak malu sama sekali?"
"SEHARUSNYA
ANE-SAN YANG MALU!?”
AKU
INGIN KABUR! KABUR DARI ORANG INI!
"Aki-kun,
aku hanya bercanda."
"Eh...
bercanda?"
"Iya.
Karena aku sering memarahimu akhir-akhir ini, aku pikir aku harus sedikit
mengerjaimu supaya kamu lebih santai."
Ane-san
tersenyum ketika mengatakan itu. Jadi tadi itu bercanda? Aku sama sekali tidak
bisa menertawakannya... aku hampir percaya!
"Apa
aku membuatmu takut?"
"Bukan
takut, tapi lebih seperti ‘jadi begitu ya’..."
"Jahat
sekali. Ane-san kedengarannya seperti orang cabul kalau begitu?"
"Bukan
'seperti' lagi, tapi itu tidak penting sekarang..."
Yang
terpenting akhirnya aku bisa menghela nafas lega dan lanjut belanja.
Setelah
membeli semua yang aku butuhkan dan membayar, petugas kasir memberiku beberapa
kupon. Apa ini?
“Apakah
ini kupon undian? Kerja bagus, Aki-kun. "
"Ah,
iya."
Sepertinya
ini adalah ulang tahun ke 7 toko ini, jadi aku bisa dapat tiket undian setelah
membeli beberapa barang. Rasanya seperti aku berhasil mendapatkan sesuatu pencapaian
tanpa aku sadari.
"Kalau
begitu ayo kita coba."
"Semoga
saja kita bisa mendapatkan sesuatu yang bagus."
Setelah
menitipkan barang ke asisten toko, ane-san dan aku jalan menuju area undian
dekat kasir. Ada sekitar 10 orang yang antri untuk menarik undian, dan para
pelayan toko yang mengenakan pakaian tradisional di depan meja undian,
berteriak dengan penuh semangat.
“Selamat!
Anda mendapatkan hadiah ke-4, 'Tongkat bisbol besi seharga 3.000 yen'!”
Aku rasa
siapapun yang mendapat hadiah ini akan berpikir kalau mereka tidak memenangkan
apa pun.
“Pelanggan
yang terhormat, tolong jangan berkecil hati. Hadiah tertinggi 'Tongkat bisbol besi
seharga 100.000 yen' dan hadiah spesial 'Tongkat bisbol besi seharga 500.000
yen' belum ada yang dapat!”
Ada apa
dengan toko ini? Apa hadiahnya tidak ada lagi selain tongkat bisbol besi? Apa
mereka tidak memeriksa kebutuhan pelanggan? Bahkan preman pasar tidak butuh tongkat
bisbol besi semahal itu. Begitu aku ingin meninggalkan antrian, aku melihat daftar
hadiah lainnya.
Hadiah
ke-5: tiket hotel pemandian air panas untuk 2 orang
Hadiah
ke-6: 1 set bahan seafood mewah.
Hadiah ke-7:
voucher belanja senilai 10.000 yen.
Bukannya
hadiah ini yang seharusnya ada di paling atas.
“Sepertinya
ada banyak hadiah yang bagus.”
"Seandainya
kita bisa mendapatkan voucher belanja itu sebelum kita membeli ini."
Tiket hotel
pemandian air panas yang dipasang sebagai hadiah ke-5 tampaknya adalah hadiah
utama. Itu sebabnya pelanggan yang mendapatkan hadiah ke-4 hanya tersenyum
masam dan pergi tanpa menerima hadiahnya.
"Semoga
kita bisa dapat tiket pemandian air panas."
"Itu
seharusnya untuk pasangan, kan?"
"Benarkah?
Aku pikir tidak masalah kalau kakak-adik pergi bersama.”
Jalan-jalan
ke pemandian air panas dengan ane-san? Boleh juga. Berendam di air panas, makan
makanan lezat, pasti akan terasa sangat nikmat. Aku juga ingin membawa ane-san yang
selalu bekerja keras setiap hari ke pemandian air panas.
"Ini
kupon undiannya, ane-san."
"Tidak.
Aki-kun, kamu saja yang ambil undiannya. Ane-san akan menonton dari sini.
"
"Eh?
Tidak apa-apa?"
"Ya."
Karena
ane-san menolak, 10 undian ada di tanganku. Oke, aku harus mendapatkan hadiah
ke-5 bagaimanapun caranya!
Setelah
mengantri sebentar, orang di depanku hanya mengambil tisu dan pergi. Sekarang
giliranku.
"Pelanggan
berikutnya silakan maju~"
"Ini
kuponnya."
Kukasih
kupon ke penjaga meja undian, dan meletakkan tanganku di gagang kotak undian
putar.
“1, 2,
3... 10 tiket sekaligus. Anda bisa mencoba 10 kali."
Aku
menutup mata dan berkonsentrasi. Ini dia!
Tisu, tisu,
tongkat, tisu, tisu, tisu, tisu, tongkat, tisu...
Apa
apaan! Mendapatkan hadiah ke-4 berkali-kali membuatku sangat kesal.
Aku berdiri
di depan tumpukan tisu (tentu saja, aku menolak tongkat bisbol besi) dan
mengambil napas dalam-dalam.
"Kesempatan
terakhir... Haaaaaa!"
Kuputar
kotak undian untuk terakhir kalinya dengan sangat kuat, dan dari dalam terdengar
suara bola-bola kecil bertabrakan. Aku memutarnya dengan sangat keras, dan
melihat bola biru keluar dari lubang. Oh, aku dapat apa dari bola ini?
“Selamat,
pelanggan yang terhormat! Anda telah memenangkan hadiah ke-6, 1 set bahan
seafood mewah!"
Asisten
toko mengambil bel yang ada di sebelah meja undian dan mengocoknya. OH! Oh! 1 Set
bahan seafood mewah! Kali ini aku dapat hadiah besar!
“Set
seafood mewah dapat disiapkan sekarang juga. Anda ingin membawanya sendiri atau
dikirim ke rumah Anda?"
Tanya
si karyawan toko. Sebaiknya gimana?
Set
seafood mewah terlihat sangat berat, dan kalau bisa, aku mau ini dikirim ke
rumah. Tapi kalau begitu, aku harus menunggu sampai besok baru dapat. Jarang
sekali ane-san ada di rumah besok. Kalau aku bawa pulang sekarang, aku bisa
menyiapkan makanan mewah untuk ane-san.
"Aku
akan membawanya sendiri."
"Baiklah."
Aku
sudah meminjam troli dari toko untuk membawa oven kukus ke rumah. Jadi aku bisa
sekalian bawa pulang set bahan seafood mewah.
"Wow,
hadiah ke-6 lumayan bagus."
Seorang
pelanggan yang menonton dari jauh mengatakan itu. Owh begitu, jadi ini trik
toko. Jika pelanggan itu mengantri dan melihat daftar hadiah, dia akan
merasakan hal yang sama sepertiku. Sambil memikirkan hal-hal yang tidak berguna
ini, aku memasukkan semua yang kami beli ke troli dan meninggalkan toko.
***
"Akihisa-kun?"
"Hm?"
Dalam
perjalanan pulang, ketika aku sedang mendorong troli, seseorang di belakangku
memanggil namaku. Siapa itu?
"Ara,
Mizuki-san? Halo."
"Halo,
Akira-san, Akihisa-kun."
"Halo,
Himeji-san."
Aku
berbalik dan melihat Himeji-san, dia memancarkan aura seorang gadis dengan atasan
dan bawahan hijau terang. Pakaian kasual yang nyaman membuatnya terlihat manis.
"Akihisa-kun,
apa kamu baru selesai belanja?"
"Ah
iya."
Troli
yang aku dorong sekarang berisi oven kukus, beberapa kebutuhan sehari-hari dan 1
set bahan makanan seafood mewah. Ngomong-ngomong, kami benar-benar beli banyak
barang hari ini.
“Wow...
banyak sekali barang yang kamu beli. Apa kamu mau bikin pesta?"
"Tidak.
Aki-kun habis menang undian.”
Kata
Ane-san sambil menunjuk ke kotak-kotak Styrofoam yang berisi segala macam
makanan laut di dalamnya. Siapa pun pasti akan berpikir kalau kami akan
mengadakan pesta atau semacamnya begitu melihat belanjaan kami.
"Oh
iya, Mizuki-san, kamu mau ke mana?"
"Aku
ingin beli bahan untuk makan malam."
Ketika
dia mengatakan itu, Himeji-san sedikit mengangkat tas yang ada di tangannya.
Ini benar-benar seperti Himeji-san, bahkan dia menyiapkan tasnya sendiri ketika
belanja.
"Berarti
kamu yang bertanggung jawab untuk makan malam hari ini, Mizuki-san?"
"Iya,
tapi mama dan papa sedang keluar, jadi aku masak untukku sendiri.”
Oh iya,
aku baru ingat sekarang. Himeji-san adalah anak semata wayang.
“Kamu
makan malam sendirian, Mizuki-san? Orang tuamu pulang larut malam?"
"Iya.
Papa mama pergi ke pesta pernikahan teman jauh, jadi mereka akan pulang larut."
Kalau
begitu, Himeji-san sendirian di rumah sampai orang tuanya kembali. Aku sering
mendengar beberapa berita yang mengejutkan akhir-akhir ini, jadi khawatir
mendengar seorang gadis tinggal sendirian di rumah.
Tepat
ketika aku memikirkan hal itu, ane-san sepertinya memikirkan hal yang sama. Dia
bertanya pada Himeji-san,
"Mizuki-san,
kalau begitu, kenapa kamu tidak makan malam bersama kami?"
"Eh?"
Mata Himeji-san
berkedip.
“Sangat
bahaya kalau seorang gadis tinggal sendirian. Bagaimana mungkin aku akan membiarkanmu
tinggal di rumah sendirian begitu mendengarnya?”
"Eh?
Tapi itu..."
"Ayo,
Himeji-san. Aku kebetulan dapat satu set bahan seafood mewah. Tidak mungkin
ane-san dan aku bisa menghabiskan semuanya.”
Hadiah
dari undian memang luar biasa, satu set bahan seafood mewah terlalu banyak
untuk kami berdua. Ditambah makanan laut mentah tidak bisa disimpan terlalu
lama. Jika Himeji-san mau datang dan membantu kami menghabiskannya itu akan
sangat membantu.
"Aku
akan merepotkanmu kalau begitu..."
"Jangan
khawatir. Kami sama sekali tidak keberatan.”
"Benar
sekali. Kami berdua tidak akan bisa menghabiskan semua ini, jadi mampir ke
rumah dan bantu kami menghabiskannya.”
Ane-san
dan aku berusaha membujuk Himeji-san, yang sudah menolak kami,
"Ka,
kalau begitu dengan senang hati..."
Akhirnya
Himeji-san mengangguk setuju. Bagus, sangat bagus. Jarang-jarang bisa
mendapatkan bahan mahal seperti ini. Kalau Himeji-san mau datang dan makan
makanan ini, ini akan jadi kesempatan emas untuk memamerkan keahlianku. Aku
harus lakukan yang terbaik hari ini dan membuat makanan paling lezat untuk
ane-san dan Himeji-san.
Benar
sekali, itulah rencanaku.
"Um,
Akihisa-kun ..."
"Hm?
Ya, Himeji-san?”
"Karena
aku akan makan di rumahmu, kalau begitu, setidaknya biarkan aku menyiapkan
makan malam untuk malam ini."
Tapi
situasi berubah menjadi malapetaka.
"A,
apa yang kamu katakan, Himeji-san? Bababa, bagaimana mungkin aku membiarkan
tamu yang masak?"
"Tapi
kalau tidak, aku akan merasa sangat bersalah..."
Tapi
jika aku membiarkanmu menyiapkan makan malam, nyawaku yang akan dalam masalah!
"Pikirkan
ini, kamu pasti tidak terbiasa dengan peralatan dan barang-barang di rumahku,
jadi bisa saja kamu terluka tanpa sengaja... Jadi lebih baik kamu serahkan
padak—"
"Kalau
begitu, aku akan membawa peralatan dari rumahku."
"Tidak
tidak Tidak. Tidak perlu repot-repot. Aku yang akan masak malam ini."
“Tidak,
ketika kita semua pergi ke rumahmu untuk belajar kelompok Akihisa-kun yang masak.
Jadi sekarang giliranku yang masak.”
Himeji-san
terlihat seperti orang yang sangat lembut, tapi tidak ada yang bisa menggoyahkan
tekadnya.
Tepat
ketika aku sangat jengkel dan bertanya-tanya bagaimana caranya supaya dia
mengerti—
“Oke,
oke, kalian berdua, hentikan itu. Aku punya ide..."
Kata-kata
Ane-san menghentikan kami. Apa dia punya ide bagus?
“—kedua
belah pihak harus mengalah. Karena makan malam malam ini akan disiapkan oleh
Mizuki-san dan aku. Bagaimana?”
"ITU
MALAH JADI SEMAKIN BURUK!!!"
SEKARANG
KOKI PALING MEMATIKAN BERTAMBAH JADI DUA!
Apa
yang harus kukatakan? Sekarang situasi tidak bisa kukendalikan lagi!
“Akira-san
dan aku akan membuat makan malam malam ini? Itu..."
Himeji-san
tidak menolak proposal ane-san. Aku mohon, Himeji-san! Kalau kamu ingin masak,
masaklah sendiri!
"Tu,
tunggu, kalian berdua... yang aku inginkan bukan seperti itu..."
"Kalau
begitu sudah diputuskan, Mizuki-san, mohon bantuannya."
"Y,
ya. Mohon bantuannya juga, Akira-san. ”
Gawat.
Mereka sama sekali tidak mendengarkan aku.
"Aku
akan beli bumbunya sekarang."
"Ahh!
Himeji-san tunggu!"
Himeji-san
tidak mau mendengarkanku ketika aku mencoba menghentikannya, dan buru-buru lari
ke apotek terdekat. EEEHHH!? BUKANNYA DIA AKAN MEMBELI BUMBU!? KENAPA DIA MASUK
KE APOTEK!? Bukannya itu sangat aneh!?
"Oke,
aku juga harus membeli beberapa bahan."
Setelah
mengatakan itu, ane-san pergi ke toko. Ini sangat aneh! Kenapa akal sehat mereka
berdua soal 'makanan' benar-benar salah!?
"..."
Setelah
mereka berdua pergi, aku ditinggal sendirian dengan troli.
Kombinasi
Himeji-san dan ane-san... jujur saja, kurasa aku tidak akan bisa menghentikan
mereka berdua.
Pikiranku
tiba-tiba teringat kenangan mengerikan ketika aku dipaksa makan onigiri
Himeji-san.
Adegan
Yuuji dan Muttsurini yang berkhianat dan memasukkan racun ke mulutku melintas
di benakku.
Kenapa aku
selalu terjebak dalam pengalaman menyakitkan? Seharusnya aku bukan satu-satunya
korban, ini saatnya Yuuji dan Muttsurini menderita.
Setelah
berpikir sejenak, akhirnya aku membuat keputusan.
Kalau
situasi berakhir seperti ini, aku akan,
"Uu,
handphone, handphone..."
Kukeluarkan
ponsel dari saku dan mencari nomor sahabat-sahabat terburukku.
"Halo?
Yuuji? Aku memenangkan hadiah dari undian, tapi tidak mungkin bisa menghabiskannya
kalau cuma kami berdua, jadi— ”
Setidaknya
aku bisa membawa beberapa orang yang kurang beruntung mati bersamaku. Sahabat terbaik
harus bersama-sama dalam suka dan duka.
***
"Akihisa,
kami sudah sampai~"
Suara
Yuuji terdengar sari speaker. Aku benar-benar terharu mendengar dia datang
seperti janjinya.
"Selamat
datang, semuanya.”
Aku
membuka pintu masuk dan menyambut semuanya. Begitu pintu terbuka, aku menemukan
sahabat baikku yang biasa, Yuuji, Hideyoshi, dan Muttsurini, sedang berdiri di depan
pintu.
"Jarang-jarang
kamu dapat bahan masakan seperti itu. Aku agak menyesal karena datang ke sini hanya
untuk makan.”
"Aku
merasa merepotkan, tapi aku lumayan senang kalau bisa menikmati semangkuk
sup."
"...Aku
tidak sabar untuk makan."
"Aku
dapat terlalu banyak, jadi akan sangat membantu kalau kalian bisa
menghabiskannya."
Bahkan
dengan begitu banyak orang, masih ada makanan yang cukup untuk semua orang.
Mereka tidak perlu merasa keberatan sama sekali.
"Maaf
mengganggu."
"Aku
juga, maaf mengganggumu."
"...Permisi."
"Ayo
buruan masuk."
Kugeser
tubuhku ke samping dan membiarkan mereka masuk ke dalam, kudorong pintu untuk
menutupnya, dan tidak lupa untuk menguncinya.
"Eh?
Ada apa? Kenapa pintunya dikunci?"
"Ahaha,
akhir-akhir ini banyak kejadian mengerikan."
Supaya
aman, kukaitkan kunci rantai di pintu. Ini sangat penting untuk menunda mereka
cukup lama ketika melarikan diri.
"...Akihisa,
aku mulai punya firasat buruk soal ini."
Yuuji,
yang berdiri di lorong, mulai ragu-ragu apakah dia harus melangkah maju atau
tidak.
"Seperti
yang diharapkan dari Yuuji, insting liarmu masih setajam dulu."
“Apa
maksud kalian, Akihisa, Yuuji? Bukannya kita datang ke sini untuk makan seafood?
Kita tidak makan racun-”
Ketika
Hideyoshi sedang bicara, pintu ruang tamu terbuka.
Yang
muncul di depan kami adalah...
"Ah,
Sakamoto-kun, Kinoshita-kun, Tsuchiya-kun, hai."
Sambil
mengenakan celemek, sang koki maut, Himeji-san berdiri di sana.
"...UGH!!"
"Mau
melarikan diri?"
Yuuji
segera berbalik dan mencoba lari ke pintu, tapi karena sudah kuduga, kuangkat
kakiku dan, BAM, menendang dinding teras depan untuk menghalangi rute pelarian
Yuuji.
"A,
Akihisa, kamu bajingan!"
“Yuuji,
ini adalah rute perjalanan satu arah ke Neraka. Jangan pikir kamu bisa
melarikan diri!”
Tidak
ada yang berpikir untuk melarikan diri dari perjalanan ke Neraka ini. Jika
harus mengutuk, kutuklah diri kalian sendiri yang datang ke sini dengan ceria
karena berpikir kalian bisa menikmati makanan lezat gratis!
“A,
Akihisa! Melakukan ini pada temanmu sendiri, itu sangat kejam!? Aku salah menilaimu!"
"...(Mengangguk-angguk
dengan panik)!"
Hideyoshi
dan Muttsurini tampak sedih dan marah. Itu benar, setiap laki-laki yang ada di
sini tahu teror dari masakan Himeji-san, jadi sudah kuduga kalau mereka akan bereaksi
seperti ini. Tapi...
"Tidak
apa-apa, aku mengerti. Meskipun kalian berkata seperti itu, kalian tidak mau
melihatku menderita sendirian, kan? Karena sahabat selalu bersama-sama dalam
suka maupun duka!”
Aku percaya
dengan kelompok pria ini.
"Kalau
mau mati, mati saja sendirian!"
"Tidak
ada teman yang tega melakukan ini pada temannya sendiri!"
"...Iblis!"
Teman-temanku
yang suka sekali berbohong demi diriku mengucapkan kata-kata yang kejam. Bodoh
sekali. Meski kalian berkata seperti itu, aku sudah tahu niat suci kalian yang
sebenarnya tanpa perlu kalian sembunyikan.
(((Akihisa,
kami akan membunuhmu...)))
(KALIAN
YANG AKAN MATI BERSAMAKU!)
“Akihisa,
kamu bajingan. Kamu berencana untuk membalas dendam karena insiden selama festival
olahraga, bukan?”
"...Sangat
kejam!"
"Itu
tidak ada hubungannya denganku, kan?"
Sejujurnya,
aku ragu-ragu apakah aku harus melibatkan Hideyoshi atau tidak, tapi, kami
adalah empat laki-laki satu geng dengan persahabatan bagai kepompong. Jadi aku
tidak tega meninggalkan Hideyoshi.
"Ara?
Sakamoto dan yang lain ada di sini? Cepat masuk!"
Tepat
ketika aku sedang bertengkar dengan Yuuji dan yang lain, ane-san keluar dari
dapur.
"Karena
terlalu banyak, jadi aku panggil semua ke sini untuk bantu menghabiskannya."
"Ide
yang bagus."
Dengan
begitu banyak orang yang makan, porsi setiap orang akan berkurang banyak. Jika beruntung,
mungkin aku bisa menyelamatkan nyawaku yang berharga ini.
“Oh, bagaimana
kalau sekalian kita undang Minami-san, Shouko-san dan Aiko-san untuk makan
malam? Kita pernah jalan-jalan ke pantai sebelumnya. Jadi tidak apa-apa
mengundang mereka, kan?”
"Eh?
Boleh?” Ane-san mengatakan begitu banyak kata-kata kejam belakangan ini, jadi aku
pikir dia akan marah kalau aku memanggil para gadis, terutama karena buku referensi
rahasiaku baru saja ketahuan. Makanya aku sangat berhati-hati sekarang.
"Boleh.
Setelah melihat Aki-kun, aku rasa... mungkin ane-san terlalu mengekangmu dan memberikan
efek buruk padamu. Kamu boleh mengundang gadis-gadis main ke rumah selama
ane-san ada.”
Ohh! Hal
baik terjadi tanpa diduga bahkan setelah banyak buku referensiku yang ketahuan.
Ini sangat hebat!
"Tapi
hidupmu akan berakhir kalau kamu melakukan hal-hal cabul seperti kontak fisik
atau mengintip. Kamu harus ingat itu."
"Un,
aku sudah tahu itu tanpa perlu ane-san ingatkan."
Tentu
saja, aku tahu kalau ane-san tidak akan mengatakan hal-hal baik seperti itu
tanpa pengecualian.
"Yuuji,
bisa kamu ajak Kirishima-san?"
"Ah,
aku ingat dia bilang ada acara hari ini..."
“Aku
sudah menelepon Shouko-chan. Dia bilang dia akan datang sebentar lagi.”
"Cepat
sekali, Himeji!"
Setelah
itu, kami berhasil mengajak Minami dan Kudou-san makan malam bersama. Dengan
begitu, seluruh anggota jalan-jalan ke laut 2 hari 1 malam akan berkumpul
sekali lagi.
***
"Oi,
Akihisa, bagaimana ini?"
"Jangan
tanya aku, aku juga tidak..."
Yuuji,
yang duduk di sofa di ruang tamu, mengangkat dagunya ke arah dapur. Aku ingin
masuk ke dapur supaya mencegah mereka menambahkan benda berbahaya ke dalam
makanan, tapi ane-san dan Himeji-san langsung menyuruhku keluar dengan alasan 'dapur
adalah medan perang wanita'. Itu perumpamaan yang tepat untuk mereka berdua
karena akan ada banyak korban.
"Um,
Akihisa-kun..."
"Hm?
A, ada apa, Himeji-san?”
Himeji-san
menjulurkan kepalanya keluar dari dapur. Apa yang terjadi?
"Aku
mencari sesuatu..."
Sesuatu?
Ahh, aku mengerti. Karena ini dapur orang lain, Himeji-san mungkin tidak tahu
di mana peralatan atau tempat bumbu. Dan juga, ane-san jarang masak, jadi wajar
kalau dia tidak tahu.
"Oke,
apa yang kamu cari?"
Aku
menganggukkan kepala dan bangun dari sofa lalu menuju ke dapur. Apa yang dia butuhkan?
Pengukus untuk mengukus udang atau tiram? Atau panci besar untuk merebus sup—
"Sebenarnya...
aku mencari lem besi."
Tiba-tiba,
definisi dasar makanan hancur seluruhnya.
"Oh
tidak... Aku pasti akan mati di sini hari ini..."
"Sialan...
masih ada banyak hal yang ingin kulakukan..."
"...Aku
masih ingin hidup lebih lama!"
Mendengar
kata-kata Himeji-san, suasana di sekitar teman-temanku berubah jadi seperti
suasana pemakaman. Kalian semua, jangan menyerah dulu! Karena kita tahu tentang
lem besi, kita bisa mencari cara untuk menghindari tragedi ini!
Karena
itu, aku beri tahu Himeji-san dengan nada peringatan.
"Y,
yah... Himeji-san, kurasa kamu pasti tahu kalau kamu bisa membunuh orang lain
kalau kamu menambahkan lem besi ke dalam makanan. Itu sangat berbahaya— ”
“Apa
yang kamu katakan, Akihisa-kun? Jelas-jelas bahaya kalau memasukkan lem besi ke
dalam makanan, bukan?"
Himeji-san
memasang pose bingung ketika menjawab. A, apa, jadi itu bukan untuk ditambah ke
dalam makanan...
“I, itu
benar. Berbahaya kalau kamu menambahkan lem besi ke dalam makanan! Semua orang
tahu itu!"
"Iya.
Fufufu, Akihisa-kun benar-benar aneh.”
Ketika
melihat Himeji-san tersenyum, suasana pemakaman di ruang tamu berangsur-angsur
menghilang. Bagus. Karena Himeji-san masih punya akal sehat, seharusnya tidak
ada masalah, kan?
Aku
menghela nafas lega, dan sekarang, masih ada sedikit keraguan di kepalaku. Yaitu...
"Lalu
kenapa kamu butuh lem besi?"
"Ahh,
aku ingin membuat sup seafood Prancis, tapi panci prestonya kebelah dua,
jadi—"
"""AKU
MAU PULANG!!!"""
"ARGH!
TUNGGU! JANGAN COBA-COBA KABUR KALIAN”
Sialan,
para idiot ini meninggalkanku!!
Kukejar
mereka, tidak akan kubiarkan mereka kabur dari perjalanan ke Neraka ini. Tapi,
Yuuji sudah berhasil membuka pintu dan akan lari keluar—
"...Kenapa
kamu mau pergi padahal aku baru saja tiba?"
“UWAAAHHH!!
TOLONG, SHOUKO! LEPASKAN AKU!"
Begitu
melangkah keluar dari rumah, wajah Yuuji dicengkeram erat-erat oleh
Kirishima-san, yang baru saja tiba.
"Kinoshita,
Tsuchiya, mau pergi ke mana?"
"Muttsurini-kun,
meski aku ada di sini, kamu tidak perlu malu sampai kabur dariku, kan?"
Hideyoshi
dan Muttsurini juga gagal kabur. Dasar idiot, meninggalkanku dan melarikan
diri? Tidak akan semudah itu.
“Minami,
Kirishima-san, Kudou-san, selamat datang. Sini sini, cepat masuk."
"""Maaf
mengganggu.”""
Kutarik
tangan Hideyoshi dan Muttsurini supaya kembali masuk ke rumah bersama Yuuji yang
dari tadi terperangkap dalam genggaman Kirishima-san. Mereka terlihat seperti trio
narapidana yang dibawa kembali ke penjara setelah gagal melarikan diri.
"Aki,
ini untukmu."
"...Ini
untuk Akira-san."
"Aku
juga bawa sesuatu."
Masing-masing
dari mereka membawa hadiah yang berbeda. Sebenarnya, mereka tidak perlu repot-repot
bawa hadiah untuk kami, tapi dilihat dari situasinya, mereka belum terbiasa
datang ke sini seperti Yuuji yang sudah kukenal cukup lama.
"Terima
kasih semuanya."
Kuucapkan
terima kasih dan menerima hadiah mereka. Kulihat isi dalam plastik penuh
buah-buahan seperti jeruk dan anggur, namun Kirishima-san memberikan sesuatu
yang mirip dengan wine anggur mewah dalam kotak kayu. Aku harus berhati-hati, jangan
sampai Himeji-san atau Kirishima-san minum anggur ini...
Semuanya
masuk ke ruang tamu. Bukannya terlalu padat kalau orang sebanyak ini duduk di
ruang tamu?
"Ah,
selamat datang."
"Semuanya,
halo."
Ane-san
dan Himeji-san menyambut para gadis. Minami dan yang lainnya membalas sapaan
mereka dan memilih tempat duduk secara acak.
"Mizuki,
apa yang kamu lakukan?"
Minami
duduk di sofa dan bertanya ke Himeji-san.
"Aku
ingin membuat sup seafood Prancis, tapi..."
"Tapi
apa?"
"Aku
gagal sedikit, jadi aku harus mengulanginya lagi..."
Himeji-san
bergumam dengan sedih.
Siapa
yang akan berpikir kalau 'kegagalan kecil' yang Himeji-san katakan bisa
menghancurkan panci presto?
“Arre,
Mizuki, jangan berkecil hati. Siapa pun bisa gagal."
"...Kegagalan
adalah ibu dari kesuksesan."
"Aku
sama sekali tidak mengerti soal masak, tapi kamu pasti akan berhasil lain
kali."
Semua
gadis menyemangati Himeji-san dengan penuh perasaan. Aku benar-benar ingin menyemangatinya
juga, tapi kalau soal masak, aku mungkin berakhir membahayakan hidupku sendiri
jika aku mengatakan sesuatu yang salah. Lebih baik aku diam dan melindungi
diriku sendiri.
“Tapi
tidak ada waktu. Bagaimana kita bisa menyiapkan seafood yang butuh waktu lama
untuk memasaknya..."
Kata Himeji-san
dengan nada menyesal. Saat ini, Kudou-san menatap ke semua orang dan
menyarankan,
"Kalau
begitu, kita makan hotpot saja?"
"Eh?
Hotpot?”
Oh iya.
Di sini ada banyak orang, jadi hotpot seafood pasti enak. Tidak memakan terlalu
banyak waktu untuk membuatnya, dan semua orang bisa menikmatinya. Tapi
masalahnya-
"Hotpot?
Oke, aku akan menyiapkannya sekarang.”
Masalahnya
adalah hotpot ini dibuat dari tangan koki maut.
“Ah,
Himeji. Hotpot adalah keahlianku, jadi biar aku saja— "
"Jangan,
Sakamoto-kun, kamu dan yang lain tunggu saja di sini!”
Usulan
Yuuji langsung ditolak.
"Tapi
Himeji, kamu hanya perlu merebus sup untuk hotpot."
“Kenapa
Kinoshita-kun berkata seperti itu? Sup itu sangat penting."
Sepertinya
dia sudah bertekad untuk menyiapkan makan malam, dia sama sekali tidak ingin
kami membantunya. Yuuji, Hideyoshi, dan Muttsurini diusir dari dapur oleh
Himeji-san. Uugh... sekarang, apa yang harus kita lakukan...
"Bagaimana
kalau hotpot gelap?"
Tiba-tiba
ane-san memberi usul misterius ini tanpa pikir.
"Hotpot
gelap?"
"Yup.
Aku dengar dari semua jenis hotpot, hotpot gelap adalah yang terbaik.”
"Tidak,
ane-san, itu..."
Itu
tidak benar — tepat ketika aku hendak mengatakan ini, tiba-tiba aku berpikir.
Tunggu...
ini mungkin ide yang bagus!
Sekalipun
kami semua bilang kalau kami bisa membuat makanan dengan cepat, Himeji-san akan
merasa kebingungan dan tetap bersikeras untuk memasaknya sendiri. Selama
Himeji-san ada di sini, tidak peduli apapun yang kami katakan itu semua sia-sia.
Tapi berbeda
kalau hotpot gelap. Karena kami semua akan menambahkan bahan-bahan kami sendiri,
jadi Himeji-san tidak perlu memasaknya sendiri. Karena tidak bisa memamerkan
keterampilan memasak, jadi dia tidak perlu membuat masakan berbahaya. Mungkin...
mungkin kami bisa bertahan hidup!
Aku
melirik ke Yuuji, Hideyoshi, dan Muttsurini. Sepertinya pemikiran mereka sama
denganku karena tatapan mereka semua sama. Bagaimanapun caranya, kita harus buat
hotpot gelap ini jadi menu makan malam malam ini. Bagus! Sudah diputuskan!
"Um...
Akira-san, hotpot gelap sedikit berbeda dari hotpot normal..."
“Itu
ide yang bagus! Aku rasa hotpot gelap itu ide yang bagus!”
"Benar
banget! Hotpot gelap adalah hotpot yang paling enak!”
"...Um,
terbaik!"
“Seperti
yang diharapkan dari ane-san! Itu ide yang cemerlang!”
Kami
berteriak setuju dan sengaja menutupi suara Minami. Hotpot gelap adalah pilihan
paling tepat untuk malan ini. Itu bukan soal niat buruk kami; ini juga demi nyawa
berharga Minami!
"Aku
juga tertarik dengan hotpot gelap karena aku belum pernah mencobanya."
"...Aku
juga. Sepertinya bukan ide yang buruk untuk mencobanya.”
Kudou-san
dan Kirishima-san mendukung kami. Kalian berdua sangat membantu!
"Ah,
tapi rumah kami tidak punya kompor gas portabel..."
Tiba-tiba
aku teringat sesuatu yang penting. Kompor gas portabel rumahku rusak beberapa
waktu yang lalu dan kami belum membeli kompor baru. Tapi ini adalah urusan
hidup dan mati. Terpaksa aku harus minta ane-san untuk beli kompor baru...
“Akihisa-kun,
aku bisa ambil kompor gas portable dari rumahku. Lagi pula rumahku dekat.”
"Eh?
Benarkah?"
"Ya.
Aku ingin bawa beberapa hal lain juga, jadi sekalian.”
Himeji-san
memberi saran dengan semangat. Kalau begini, aku bisa minta tolong dia untuk
membawanya.
"Kalau
begitu, sebelum Mizuki kembali, aku akan bikin hidangan pembuka. Aki, boleh aku
pakai bahan-bahan ini?"
"Mn,
boleh."
Minami
bertanya sambil menunjuk ke kotak styrofoam berisi bahan makanan seafood. Ini ide
yang sangat aku inginkan. Jarang-jarang punya banyak bahan yang bagus dan sayang
sekali itu akan dipakai untuk hotpot gelap.
"...Kalau
begitu, aku akan membantu juga."
"Aku
akan membantu juga~"
Setelah
Minami meminta izin, Kirishima-san dan Kudou-san ikut ke dapur. Aku tidak tahu
bagaimana kemampuan Kirishima-san dalam memasak, tapi karena Yuuji tidak
menghentikannya, setidaknya itu tidak berbahaya. Kudou-san juga pasti tidak
akan menambahkan hal-hal yang aneh ke dalamnya, jadi kupikir mungkin tidak akan
ada masalah jika kubiarkan mereka masak.
"Minami-chan,
aku mungkin akan sedikit lama, jadi kamu bisa mulai duluan."
"Benarkah?
Baiklah. "
"Aku
akan kembali."
Setelah
Himeji-san mengatakan itu, dia berlari kecil ke pintu masuk.
"Aku
akan menyiapkan sup dasar untuk hotpot gelap."
“A,
ane-san! Aku sendiri yang akan membuatnya nanti, jadi duduk saja dan istirahat
sebentar!”
Aku
terus mencoba menghentikan ane-san yang ingin ke dapur.
Pada
akhirnya, Minami, Kirishima-san dan Kudou-san semuanya masuk ke dapur.
Himeji-san pulang untuk mengambil beberapa barang, dan sisanya sedang menunggu
eksekusi di ruang tamu.
***
“Semuanya,
maaf membuatmu menunggu. Hidangan pembuka sudah selesai."
"...Maaf
karena membuatmu menunggu begitu lama."
Di saat
kami menunggu di ruang tamu, Minami dan Kirishima-san datang membawa sebuah
piring besar saat jalan ke arah kami. Hidangan pembuka seperti apa yang mereka
buat untuk kami?
"Karena
ada wine anggur, kami coba membuat menu seafood dingin."
"""OOOOHHH!!!""""
Seluruh
piring dipenuhi dengan ikan segar dan dikelilingi oleh sayuran hijau segar. Ada
juga benang saus yang indah di atasnya. Potongan ikan seperti ini bukan hanya
ada di restoran sashimi? Aku ingat kalau ikan ini tidak dipotong...
"Minami,
apakah kamu yang mengiris ikan ini?"
"Tidak,
aku yang membuat saus dan menatanya. Ikan itu— “
“…Aku yang
mengirisnya."
"Wow,
jadi Kirishima-san yang membuatnya?"
Hidangan
ini tidak kalah dengan sashimi yang dijual di restoran, karena setiap bagian
diiris dengan sempurna. Aku tidak pernah tahu kalau Kirishima-san pandai
memasak.
"...Karena
ini adalah keterampilan yang harus dipelajari seorang istri."
Jawab
Kirishima-san dengan malu-malu.
Jadi
begitu. Dia selalu bermimpi menjadi seorang istri sejak kecil, makanya dia
belajar dengan giat untuk menjadi seorang istri yang baik. Kirishima-san
benar-benar pekerja keras dan penuh pengabdian.
"Ada
sashimi, tiram kukus, dan salad seafood~!"
Kemudian,
Kudou-san menaruh sebuah piring besar. Piring ini berisi tiram kukus dengan
cangkang dan salad yang dicampur dengan udang.
"Tapi
aku cuma di bagian mencuci sayuran dan mengatur hidangan~"
"Tidak,
tidak, tidak, ini sudah cukup mengesankan."
Ada
makanan yang menggugah selera di atas meja. Hal terpenting tentang seafood adalah
kesegaran, dan kita harus menikmati makanan sebelum kesegaran dan dinginnya
hilang.
"Yah,
sayang sekali Mizuki belum datang, tapi sebaiknya kita makan sekarang."
Minami
melepas celemek dan kemudian duduk di atas karpet. Kirishima-san dan Kudou-san mengambil
tempat duduk mereka juga.
"Bukankah
sebaiknya kita menunggu Himeji-san."
"Kita
bisa menunggunya... tapi kalau begitu, Mizuki akan merasa bersalah karena dia
membuat kita menunggu. Seperti itu sifatnya.”
"Benar.
Himeji-san sudah bilang 'kamu bisa mulai dulu' sebelum pergi. Jadi aku rasa
kita harus ikuti apa kata Minami.”
"Baiklah,
aku merasa sedikit kasihan pada Mizuki, tapi ayo makan."
"Mari
kita bersulang dulu. Kirishima-san barusan memberi kita sebotol wine anggur?
Kenapa tidak diminum, ane-san?”
Aku sama
sekali tidak mengerti anggur, tapi karena wine anggur putih pakai es,
seharusnya cocok dengan hidangan ini.
"Aku
mau, tapi agak canggung kalau hanya aku yang minum."
"Mau
bagaimana lagi. Kami semua belum cukup umur."
“Oh. Kalau
begitu, kita ganti wine dengan jus?"
“Ah,
Kinoshita, tunggu sebentar! Kami juga membuatkan minuman. Aku akan membawanya."
Kata
Minami sambil berdiri. Omong-omong, tadi Minami meminjam blender. Jadi untuk
membuat jus buah.
“Ini
dia. Jus buah segar buatanku.”
Minami membawa
beberapa gelas jus buah dari dapur. Itu terlihat enak. Minami bilang kalau dia
tidak percaya diri dalam memasak, tapi dia seharusnya cukup pandai dalam hal
itu, bukan?
"Oke,
bersulang!"
"""Bersulang!"""
Setelah
semua orang menyahut 'bersulang', perlahan-lahan kudekati bibir gelas ke mulut.
Rasa manis dan asam dari jus yang baru saja diperas hampir mencapai lidahku.
Segelas jus buah ini seharusnya mengandung banyak buah-buahan, dan aku mencium
banyak aroma berbeda di hidungku. Jarang-jarang bisa minum jus segar. Aku harus
menikmati jus ini.
Kumiringkan
gelas, kuseruput jus buah dan mengaduknya dengan lidah dua kali. Jus buah di
mulutku mengeluarkan rasa yang agak akrab, tapi ini rasa yang seharusnya tidak
ada di jus buah.
Rasa
kuat yang kental.
"...."
Rasa kental
dari... saus Tabasco.
"PEDAAAAAAAAS!
PEDAAAAAAS! APA KAMU SENGAJA MENGERJAIKU!?”
Ini
sangat pedas, saking pedasnya aku sampai berguling-guling di lantai. Kenapa
Minami bisa begitu kejam!?
"Karena
tanganku tanpa sadar mengambil saus Tabasco ketika aku memikirkan Aki."
"Apa?
Jadi cuma minuman Akihisa yang spesial.”
"Shimada
suka sekali memikirkan Akihisa."
"...Mau
bagaimana lagi kalau tanganmu tanpa sadar mengambil saus."
“APA
MAKSUDNYA ‘MAU BAGAIMANA LAGI’! KEJADIAN ROMANTIS ALA PEREMPUAN INI SAMA SEKALI
TIDAK MANIS!”
Aku lengah!
Jadi musuh malam ini bukan hanya Himeji-san!
Pokoknya,
berikan aku minuman! Cepat beri aku sesuatu yang bisa kuminum!
“Yuuji!
Berikan jus buahmu!”
“Tidak
boleh, Akihisa. Ini termasuk ciuman tidak langsung kalau aku membiarkanmu minum
jus buahku!”
“Apa
katamu!? Padahal dari dulu kamu tidak peduli soal itu!?”
Bajingan
sialan ini! Dia pasti merasa bahagia setelah melihatku kesakitan, kan!?
“Ka,
kalau begitu, Muttsurini!”
"...Tidak
mau."
"Tunggu
sebentar! Muttsurini, apa kamu sengaja menjaga jarak dariku akhir-akhir ini!?”
Itu
salah paham! Aku bercanda ketika aku bilang kalau Muttsurini terlihat manis dengan
pakaian perempuan ketika festival olahraga!
Bagaimana
dengan Hideyoshi... tapi ini akan menjadi ciuman tidak langsung. Ini tidak boleh.
Dan aku tidak boleh minum dari gelas perempuan!
"Aki-kun,
ada apa?"
Kemudian,
ane-san bertanya ke arahku dengan nada tenang yang sama seperti sebelumnya.
Sial, aku tidak peduli kalau dia kakakku! Sekarang aku dalam keadaan darurat!
"Ane-san,
aku butuh sesuatu untuk diminum!!"
"Minum?
Oke."
Setelah
mengatakan itu, ane-san menenggak segelas wine anggur di tangannya. Tidak,
tunggu, kamu salah, ane-san! Aku tidak meminta wine — eh?
"Tidaaaaaak!!!"
Ane-san
tiba-tiba menahan kepalaku, dan wajahnya perlahan mendekati wajahku. Tunggu dulu!
Apa yang akan dia lakukan!
"(Telan)
Katanya kamu mau minum?"
"AKU
TIDAK MINTA DIKASIH LEWAT MULUT!!!"
Apa
yang dipikirkan ane-san! Apa dia serius ingin memberiku minuman lewat mulutnya kalau
aku tidak menolak?
"Oh...
Oh begitu... minum dari mulut ke mulut..."
"Oi,
Shouko, berhenti! Jangan tuang saus Tabasco ke minumanku."
Terpaksa,
aku hanya bisa mengerang sambil berlari ke dapur dan meneguk air bersih untuk
menghilangkan rasa saus Tabasco yang mengerikan. Serius, Minami berani juga
melakukan hal yang mengerikan seperti itu! Sekarang aku tidak bisa mencicipi
hidangan yang kelihatannya lezat itu!
Setelah
berkumur beberapa kali, aku menunggu rasa pedas di mulutku memudar. Dari
belakang, Minami datang membawa gelas.
"Ini,
Aki, ini jus buahmu yang asli."
"Eh?
Oh, terima kasih."
Aku
menerima gelas dari Minami dan dengan waspada menyeruputnya. Jus ini tidak ada rasa
aneh di dalamnya; ini jus buah dengan rasa manis yang segar.
Minami
memperhatikanku saat aku menikmati jus buah, dan tersenyum centil.
"Aki,
apa kamu sudah menyesalinya?"
"Hm?
Apa?"
Menyesal?
Apa aku melakukan sesuatu yang buruk? Aku tidak ingat melakukan apa pun pada
Minami...
"Dasar,
dari ekspresimu jelas sekali kamu tidak mengerti apa yang aku maksud, ya kan?"
"Umm...
maaf."
“Yah, Aki
lamban bukan hal yang aneh. Kalau begitu, aku akan memberitahumu. Yang
membuatku marah adalah— ”
Minami
menunjuk ke arahku, menggelembungkan pipinya sedikit dan cemberut,
"—Kamu
mengajak Mizuki duluan, bukan aku!"
"Eh?"
Tidak
diduga, jadi ini yang Minami maksud. Sesaat, aku hanya terdiam tidak mengerti
apa yang sedang terjadi.
Apakah
dia mengira aku memberikan dia prioritas terakhir dari daftar teman baikku?
Tapi aku tidak berencana mengajak Himeji-san. Aku kebetulan bertemu dengannya
dalam perjalanan pulang setelah pergi belanja.
"Jadi
begitu. Tidak masalah juga sih. Ayo kembali."
"Eh?
Ah, un... oke.”
Akhir-akhir
ini, Minami sepertinya selalu mengatakan beberapa hal dengan makna tersembunyi
di baliknya. Apa yang harus aku katakan? Itu seperti... beberapa kata yang
membuatku merasa memiliki harapan... mungkin aku yang terlalu banyak berpikir.
Aku
memikirkan hal ini sambil jalan kembali ke ruang tamu. Melihat mataku
berkaca-kaca, Yuuji hanya bisa tertawa.
“Akihisa,
bagaimana jus buah spesialnya? Sepertinya kamu agak bersemangat AAAAAARGH
PEDAAAAAAS!!!”
Tapi,
tepat ketika Yuuji mengangkat gelas dan meminum isinya, dia langsung
memuntahkannya.
"...Yuuji,
kamu mau minum?"
“SI, SIALAN,
SHOUKO! APA KAMU MENUKAR JUS BUAHKU DENGAN PUNYA AKIHISA!?”
Kerja bagus,
Kirishima-san!
"Dasar,
kalian, kenapa kalian selalu saja berisik."
"...Tidak
bisa tenang."
"Tapi
aku suka ini. Aku suka yang seperti ini~”
Di sisi
lain, Hideyoshi, Muttsurini dan Kudou-san semuanya menyaksikan kami. Kudou-san,
kamu tahu alasan kenapa kamu begitu bahagia adalah karena kamu hanya menonton.
Hal-hal buruk belum terjadi padamu.
Aku
menyaksikan Yuuji menderita sambil berguling-guling di lantai dengan perasaan
puas dan jalan ke tempat dudukku. Pas mau ke tempat dudukku, ane-san
mengulurkan tangannya dan menarik lengan bajuku.
"Aki-kun,
duduk di sini."
"Eh?
Ane-san?"
Sialan,
apa dia akan menceramahiku lagi? Apa aku membuatnya marah karena keributan ini?
"Aki-kun,
duduk di sini."
Lalu
aku ditarik duduk di atas pangkuannya... TUNGGU DULU!
“A, APA-APAAN
INI, ANE-SAN! AKU SUDAH SMA. KENAPA KAMU PERLAKUKAN AKU SEPERTI... fuu..."
"Bagus,
bagus, Aki-kun anak yang baik."
Begitu
aku dipeluk oleh ane-san, aku langsung kehilangan semua kekuatanku.
"""..."""
Melihataku
tidak berdaya seperti ini, semua orang yang ada di sini terkejut tidak bisa
berkata apa-apa. Bukan, bukan begitu! Semuanya, jangan lihat aku seperti itu! Aku
tidak jatuh cinta dengan kakakku sendiri!!!
"Makanannya
enak dan anggurnya enak."
Ane-san
terus memasukkan wine dan makanan ke dalam mulutnya tanpa menghiraukan tatapan
orang lain. Apa yang terjadi? Aku tidak memperhatikannya tadi, tapi bagaimana
mungkin botol wine itu hanya setengah terisi...
"Ane-san,
jangan-jangan kamu mabuk?"
"Hm,
aku mungkin sedikit mabuk."
Tidak,
ini bukan 'sedikit'. Meskipun dia kakakku, dia tidak mungkin melakukan ini
dalam keadaan sadar di depan semua orang. Dia tidak akan melakukan hal bodoh seperti
ini kecuali dia mabuk berat.
"Mau
aku ambilkan segelas air untukmu?"
"Boleh,
ide bagus."
Aku
melompat dari pangkuannya, pergi ke dapur untuk mengisi segelas air, dan
kembali ke ruang tamu.
"Ane-san,
ini."
"Terima
kasih."
Setelah
menyerahkan segelas air ke ane-san, aku memilih tempat duduk paling jauh dari
ane-san dan duduk lagi. Aku tidak bisa menerimanya kalau dia melakukan sesuatu
yang konyol lagi di depan semua orang.
Hup
(suara saat ane-san bangkit dari tempat duduknya)
Taptaptap
(suara saat ane-san jalan ke arahku)
Oumph
(suara ane-san memelukku)
"""..."""
Semua
orang menatapku dengan tatapan dingin.
Gawat...
mulai besok dan seterusnya, nama panggilanku akan berubah menjadi 'siscon'.
"Maaf,
aku terlambat — Akihisa... kun?"
"Maaf,
Himeji-san. Aku mengerti kalau kamu punya banyak pertanyaan, tapi tolong anggap
saja kamu tidak melihat apa-apa.”
Himeji-san
datang membawa kompor gas portabel, dan membelalakkan matanya karena terkejut
ketika dia melihatku dipeluk oleh ane-san.
Sampai
pada akhirnya ane-san tidur, semua orang terus menatapku.
***
"Baiklah,
sudah waktunya menyiapkan bahan untuk hotpot."
Himeji-san
meletakkan kompor gas portable yang dia bawa dari rumah di atas meja.
Setelah
menghabiskan makanan pembuka, sekarang saatnya untuk hidangan utama makan malam
malam ini — hotpot gelap.
Seperti
biasa, izinkan aku menjelaskan aturan hotpot gelap ini.
1.
Bahan harus bisa dimakan
2. Setiap
makanan yang diambil dengan sumpit harus dimakan
3. Setiap
orang bebas memilih makanan yang akan dimasukkan ke dalam hotpot (kecuali rumput
laut karena sudah digunakan untuk bahan dasar sup)
Biasanya,
peserta harus menyiapkan bahan-bahan mereka sendiri dari luar dan memasukkannya,
tapi kami tidak punya banyak waktu hari ini. Jadi, kami akan menggunakan semua bahan
yang kami miliki di rumahku. Setidaknya tidak akan ada sesuatu yang mematikan
di dalamnya.
Dengan
kata lain, satu-satunya hal yang akan membahayakan hidup kami adalah—
"Oh
iya, aku sudah membawa bahan untuk hotpot dari rumah~"
—Hal mengerikan
yang akan membahayakan hidup kami ada di depan mata.
Jangan
lengah, tetap konsentrasi. Permainan ini menyangkut nyawa kami semua!
Himeji-san
tersenyum sambil membuka kotak persegi 10cm. Apa itu bahan (?) yang dia bawa...
“Setiap
orang harus memilih bahan dan memasukkannya ke dalam hotpot. Kita hanya perlu
memastikan agar orang lain tidak melihat apa yang kita masukkan. Mengerti?”
"...Un,
tidak akan menarik jika ada yang melihatnya."
"Dimengerti.
Aku akan mulai duluan kalau begitu~”
Setelah
mengatakan itu, Kudou-san, yang pertama memasukkan bahan ke dalam hotpot, pergi
ke dapur. Setelahnya adalah Minami dan Kirishima-san.
"Aku
selanjutnya."
Hideyoshi
terlihat sedikit gugup ketika bangun. Setelah beberapa saat, dia kembali sambil
membawa sesuatu.
"...Giliranku."
Berikutnya
adalah Muttsurini dan Yuuji. Mereka memilih bahan-bahan mereka sebelum kembali
ke tempat mereka.
Dan
sekarang, giliranku.
"...Rasanya
seperti apa ya?"
"Aku
merasa sedikit takut."
"Benarkah?
Aku malah tidak sabar ingin mencobanya~ ”
Ketika
para gadis bicara dengan gembira tanpa menyadari bahaya yang menanti, aku
memunggungi para laki yang kelihatan sangat tegang, dan jalan menuju dapur.
"Ayo
kita lihat. Apa yang harus aku pilih...?"
Aku
merenung sendirian sejenak sambil berdiri di depan mangkuk.
Saat
ini, kami semua harus menghadapi hotpot gelap, dan rencana yang kupunya sangat sederhana.
Yaitu menemukan cara supaya bahan (?) yang dimasukkan Himeji-san masuk ke perut
Yuuji atau perut Muttsurini, itu saja. Setelah itu, aku bisa membiarkan orang
lain bertahan hidup.
"Tapi
mereka pasti memikirkan hal yang sama denganku."
Tidak
peduli apakah Yuuji atau Muttsurini atau bahkan Hideyoshi, mereka pasti
berpikir untuk mengorbankan orang lain demi melindungi nyawa mereka sendiri.
Mereka tidak akan pernah menyesal karena melindungi nyawa mereka sendiri bahkan
jika itu berarti mengorbankan nyawa teman-teman mereka. Itu adalah pelajaran terpenting
yang kami pelajari ketika memilih untuk menapaki jalan ini.
"Oke,
pertama... aku harus cari tahu apa yang mereka pilih."
Meskipun
semua bahan yang dipilih adalah rahasia, tapi kalau barang yang kemarin ada di
sini lalu menghilang, aku akan tahu apa yang semua orang pilih. Pokoknya, mari
kita mulai dari rak.
—Setelah
memeriksa rak, di bawah baskom, di rak bumbu... hmm, oke.
Bumbu
yang menghilang adalah—
1. Saus
Tabasco (baru, belum dibuka)
2. Saus
Tabasco (sudah dibuka)
3. Saus
Tabasco (dapat dari pizza pesanan)
“MEREKA
SEMUA BENAR-BENAR IDIOT!!!”
Siapa
yang sangka, semua orang ternyata sangat menyukai cabai, dan saking gilanya aku
hanya bisa memegangi kepalaku dan berteriak.
Kenapa mereka
pilih saus Tabasco!? Apa tidak ada bahan lain untuk dipilih!? Merebus sup merah,
siapa yang punya selera seperti itu!!!
"Akihisa-kun,
ada apa?"
Mendengar
teriakan mengerikanku, Himeji-san memanggil dari ruang tamu. Gawat, kalau aku
panik sekarang, aku akan ketahuan oleh mereka.
"Tidak
ada. Aku baik-baik saja."
Setelah
pulih, aku menenangkan kembali pikiranku dan berdiri di depan kulkas.
"Yuuji
dan yang lainnya pasti memilih bahan-bahan dari kulkas..."
Aku rasa
yang memilih saus Tabasco adalah Minami, Kirishima-san dan Kudou-san. Memasukkan
saus Tabasco ke hotpot gelap akan membuatnya menjadi makanan pedas yang
mengerikan. Pilihan mereka sangat mengejutkan... kemungkinan besar, mereka
tidak mengerti kalau hotpot gelap ini adalah permainan hidup dan mati, dan merasa
pilihan mereka sangat aman dan normal. Adapun orang-orang seperti Yuuji dan
aku, yang selalu dipaksa menahan siksaan dari berbagai masakan buatan koki maut
setiap harinya, kami tidak akan meremehkan permainan ini. Adapun alasannya, itu
karena jika kami menambahkan saus Tabasco, nyawa kami dalam bahaya. Orang-orang
ini pasti membuat keputusan dengan tujuan untuk membuat orang lain selain
mereka sendiri memakan bahan yang dimasukkan Himeji-san. Jika aku tidak
mempertimbangkan itu, aku pasti tidak akan bisa bertahan hidup setelah makan
hotpot gelap ini.
Aku
menghela napas dalam-dalam dan meraih gagang pintu lemari es dan membukanya langsung. Mari kita
lihat, apa saja yang berkurang?
"—Bawang,
daun bawang, dan tahu."
Kalau
soal bahan, ini terlihat seperti pilihan yang logis, tapi ada niat untuk
menyakiti orang lain dari pilihan ini.
Untuk
bawang... Aku ingat kalau bawang ada efek obat. Dengan kata lain, orang yang
memilih bawang ingin menggunakannya sebagai pertahanan untuk melindungi nyawanya
sendiri. Meski itu untuk bermain aman, jika sesuatu benar-benar terjadi, dia
akan berharap untuk efek anti-toksin yang terkandung dalam bawang. Begitu
rupanya. Pilihan ini menunjukkan bahwa meskipun hanya berpeluang 1%, dia akan
mencoba yang terbaik untuk meningkatkan peluangnya untuk bertahan hidup. Dari
pilihan ini yang tidak membahayakan orang lain ini, aku kira Hideyoshi yang memilih
bawang.
Dan
sekarang, mari kita pikirkan daun bawang yang diambil orang lain. Dilihat dari
posisi pisau sayur dan talenan, sepertinya mereka tidak tersentuh. Dengan kata
lain, daun bawang yang diambil akan dimasukkan dalam bentuk utuh. Daun bawang
di rumahku berkurang dua. Apa rencananya? Bagaimana caranya aku bisa
menggunakan daun untuk menyelamatkan hidupku jika aku memilihnya?
"Daun
bawang ... utuh... panjang... jika aku menggunakannya..."
Aku
mengerti! Dia ingin menggunakan panjang baun bawang supaya bahan yang
dimasukkan Himeji-san tidak tercampur dengan bahan lain! Memperkirakan panci
hotpot terletak di tengah meja, Himeji-san tidak mungkin menjangkau terlalu
jauh, dia pasti akan meletakkan bahan tidak jauh dari dirinya. Lalu bahan tidak
akan tercampur dengan bahan lain karena tertahan daun bawang yang panjang. Orang
ini mungkin berpikir kalau kami anggota kelas memasak mematikan akan mencoba
yang terbaik supaya tidak menyentuh bahan berbahaya seperti itu dan memilih
untuk mengambil bahan — benda-benda di wilayah kami, hanya untuk berharap bahan
berbahaya yang dimasukkan Himeji-san tidak masuk ke wilayah kami. Peraturan
kedua dengan jelas mengatakan bahwa apa pun yang kita ambil dengan sumpit harus
dimakan. Kalau begitu, orang ini hanya ingin bahan berbahaya Himeji-san diurus
orang lain. Orang ini... bagaimana caranya dia membuat strategi yang berbahaya
dan cerdas seperti itu? Metode ini hanya akan membahayakan kami, orang-orang yang
tahu tentang teror masakan Himeji-san, dan memungkinkannya untuk bertahan hidup
sendirian. Orang yang membuat rencana ini pasti sedang tertawa di dalam hati.
Sayangnya,
"Cara
berpikir itu terlalu naif..."
Memikirkan
metode seperti itu terlalu naif, dan sangat bodoh. Kenapa itu bodoh, karena
strategi ini hanya berguna jika benda yang akan Himeji-san masukkan ke dalam
hotpot adalah benda yang memiliki bentuk padat.
Tapi aku
ragu kalau benda itu berbentuk. Bukannya Himeji-san baru saja mengatanya
sebelum dia pergi untuk mengambil kompor gas? 'Yang paling penting tentang hotpot
adalah kuah dasar'. Berdasarkan kepribadian Himeji-san yang terus terang,
kemungkinan besar dia akan menambahkan cairan yang akan menambah rasa di kuah
sup bukannya sesuatu yang tidak akan mempengaruhi hotpot. Dengan kata lain, apa
yang Himeji-san akan masukkan mungkin tidak jauh berbeda dari rumput laut yang
digunakan untuk sup dasar. Aku bisa tahu itu dari dari wadah yang dibawa
Himeji-san dari rumahnya. Orang yang memikirkan strategi sedalam itu masih
terlalu naif... jadi daun bawang tidak mungkin diambil oleh Yuuji. Tebakanku
yang ambil adalah Muttsurini.
"Kalau
begitu, Yuuji memilih tahu."
Kalau
begitu, aku tahu bahan yang dipilih musuh terbesarku, Yuuji. Begitu aku tahu
ini, aku bisa memahami strategi dan menebak apa yang dipikirkan orang itu.
"Kalau
begitu, aku akan memilih ini."
Kukeluarkan
benda itu dari lemari es dan mengirisnya beberapa kali dengan pisau sayur.
Selanjutnya,
aku hanya perlu menemukan tempat yang cocok untuk meletakkan benda ini.
***
Hotpot
mengeluarkan suara 'pss pss' membangkitkan selera.
Kompor
gas yang terletak tepat di tengah meja memiliki panci tanah liat besar di
atasnya. Tidak ada apa pun di dalam panci selain rumput laut yang digunakan
sebagai dasar sup. Aku pikir... rasa paling indah dari pot ini adalah pada saat
ini.
"Lampunya
kumatikan sekarang ya~"
Ketika
Himeji-san mengatakan itu, tak,
ruangan menjadi gelap. Di dalam ruang tamu dengan tirai tertutup, hanya api dari
kompor gas yang berayun dengan lembut. Perang sebentar lagi akan pecah.
"Aku
akan meletakkan bahanku pertama~"
Kudou-san
berkata dengan ceria, dan pada saat yang sama, dia menjatuhkan sesuatu ke panci
yang mengeluarkan suara 'celepuk celepuk' yang bergema di ruang tamu. Biasanya,
aku harus berpikir dengan cemas “apakah dia menaruh mochi ke dalam panci.
Tidak, itu terdengar seperti cairan, pasti itu bukan mochi..." tapi aku
tidak keberatan hari ini. Selain itu, aku akan sangat senang jika itu mochi.
"Selanjutnya
giliranku."
"...Aku
juga..."
Lalu,
giliran Minami dan Kirishima-san. Melihat situasi saat ini, tidak ada yang aneh
di dalam panci tanah liat. Tabasco? Itu tidak menakutkan, tidak peduli berapa
kali aku melihatnya ditambahkan!
"Sekarang
giliranku menaruhnya."
"...Aku
berikutnya."
Setelah
itu, giliran Hideyoshi dan Muttsurini. Tampaknya Hideyoshi memakai sumpit ketika
menaruh satu per satu bahannya, dan Muttsurini diam-diam menambahkan sesuatu
yang lain ke dalam panci. Aku benar!
"Aku
selanjutnya."
Lalu Yuuji
mengeluarkan sesuatu. Sepertinya dia mengatur mereka dalam baris dengan
tangannya. Karena dia menaruhnya dengan tangan, kemungkinan yang dia pilih
adalah tahu. Aku yang menang kali ini!
"Selanjutnya
giliranku."
Setelah
melihat Yuuji selesai memasukkan semua bahannya dan menarik kembali tangannya,
aku memasukkan apa yang aku pilih ke dalam panci. Alasan aku menunggu Yuuji sampai
selesai sepenuhnya adalah agar aku bisa memastikan bahwa posisi bahan tidak akan
berubah oleh manusia manapun.
"Aku
yang terakhir."
Jika bisa,
aku ingin sekali menutup panci dan berpura-pura seakan-akan itu tidak pernah
terjadi. Aku rasa anggota laki-laki kelas memasak pembunuh ini pasti memikirkan
hal yang sama. Tapi tidak peduli bagaimana kami menangis atau memohon dalam
hati, Himeji-san memasukkan apa yang dia pilih ke dalam panci tanah liat tanpa
belas kasihan.
Ploop,
ploop ...
Mendengar
suara itu, Himeji-san mungkin memilih sesuatu yang lebih mirip cairan atau
jeli.
"...Uugh!"
Aku
bisa merasakan Muttsurini menegang sesaat. Terlambat untuk menyesalinya
sekarang! Pergilah ke neraka karena melakukan sesuatu yang begitu sembrono
tanpa memikirkannya!
"Oke.
Sekarang, mari kita perbesar apinya dan biarkan kuahnya mendidih."
Yuuji
memutar sakelar kompor gas.
Hanya
ada cahaya kecil di ruangan itu, dan suasana hening menyelimuti kami sekali lagi.
Seperti
yang kuharapkan, Hideyoshi hanya peduli pada dirinya sendiri. Muttsurini gagal.
Jadi, Yuuji adalah satu-satunya musuh yang tersisa.
Kupandangi
api di bawah panci dan mengulangi strategi perangku di dalam kepala.
~
Akihisa ~
Yuuji
mungkin berpikir seperti ini ketika dia memilih tahu. Begitu bahan Himeji-san larut
ke dalam kuah, itu akan mengancam hidup kami. Kalau begitu, dia hanya perlu
memblokir kuah sup dan membiarkan orang lain yang jadi korban. Supaya berhasil,
dia menggunakan tahu dan meletakkannya seperti benteng tertutup untuk mengahalangi
bahanku dan Himeji-san keluar. Rencananya adalah membuat semua racun berkumpul
di wilayahku. Alasan kenapa dia bersikeras untuk tidak memasukkan terlalu
banyak kuah ke dalam panci adalah karena dia takut tahu yang dia masukkan akan
mengambang dan membentuk celah.
Kalau
begitu, aku akan pakai strategi Yuuji untuk melawannya!
Yuuji menggunakan
tahu itu untuk menyegel Himeji-san dan aku. Jadi, begitu bahan X ini masuk, itu
akan meracuni wilayahku dan Himeji-san. Karena itu, aku akan menggunakan konnyaku
dan tahu milik Yuuji di depannya untuk membentuk benteng lain. Ini strategi
balasan untuk Yuuji.
Tentu
saja, jika aku melakukan ini, sup yang mengalir ke wilayah Yuuji hanya sup
biasa, dan ini semua akan sia-sia begitu bahan beracun itu masuk ke wilayahku.
Sehingga,
aku harus menggunakan aturan hotpot gelap. Meskipun setiap orang hanya boleh memasukkan
satu bahan, tapi ada bahan lain di dalam panci— yaitu rumput laut yang dipakai sebagai
bahan kuah dasar.
Supaya
bahan beracun ini masuk ke area Yuuji, kuambil rumput laut yang telah direbus dan
meletakkannya di depan wilayah Himeji-san. Dengan begitu, bahan X (berbentuk
jeli) akan mengalir ke area Yuuji, dan dapat mencegah orang lain terluka! Yuuji
kamu idiot! Nikmatilah senjata makan tuan milikmu ini!
Dalam
pertarungan survival ini, yang akan bertahan hidup adalah—
~ Yuuji
~
Tertipu
kamu, idiot! Akihisa sialan, jadi dia serius membuat benteng tertutup dengan
konnyaku seperti yang kukira. Dia bahkan tidak berpikir kenapa aku memilih tahu
yang mudah hancur bukannya konnyaku, dan kenapa aku tetap diam meskipun rumput
laut sudah matang? Itu karena Akihisa tidak memikirkan ini sama sekali makanya
kupanggil dia idiot!
Akihisa
yang bertanggung jawab soal dapur, jadi sudah pasti dia tahu apa yang aku pilih.
Karena dia tahu, si idiot ini akan melakukan sesuatu padaku, dan karena itu,
aku harus menskak balik dia.
Pertama,
kuabaikan konnyaku di kulkas, memilih tahu, dan menusuk beberapa lubang di
dalamnya. Tahu kotak ini untuk memisahkan Akihisa dan aku. Akihisa pasti
berpikir di luar benteng tahu itu adalah zona aman dan menurunkan penjagaannya.
Dia tanpa merasa curiga akan mengambil sumpitnya dan meletakkan konnyaku di wilayahku
tanpa tahu kalau benteng tahu itu berlubang, dan aku hanya perlu mengambil
makanan dari luar wilayah Akihisa dan wilayahku.
Dalam
pertempuran survival ini, yang akan tertawa terakhir adalah—
‘--AKU!’
‘--AKU!’
***
Ketika
kami menunggu hotpot mendidih, waktu mengalir dengan lambat.
"Sudah
waktunya. Matikan apinya.”
Setelah
beberapa saat, ketika Yuuji mengatakan ini, api kompor gas mati, dan ruang tamu
kembali menjadi gelap lagi.
"Akhirnya..."
"...Aku
sangat gugup."
"Aku
tidak tahu rasanya seperti apa~"
Meski
gugup, suara para gadis masih terdengar penuh harapan.
"Kalau
begitu ayo kita buka."
Minami
meraih tutup panci dan membukanya. Seketika rasa pedas Tabasco menyebar di
udara dan sampai ke hidung kami.
"""Ugh
..."""
Para
gadis langsung mengerutkan kening ketika baunya tercium. Ini akan menjadi
makanan terakhir mereka.
"Sekarang,
permainan hotpot gelap dimulai secara resmi!"
“““OKE!
MARI MAKAN!”””
Untuk
memotivasi diri, kami sengaja berteriak. Kutancapkan sumpitku ke dalam panci
untuk mengambil makanan. Sekarang bagian yang paling penting. Aku harus
berhati-hati supaya tidak menyodok tahu dan konnyaku yang dipakai sebagai
dinding pelindung.
"Huh,
Akihisa, kita sedang main hotpot gelap, tapi kamu terlihat agak santai."
“Ngomong-ngomong,
kamu juga sama, Yuuji? Sepertinya kamu tidak tahu nasib tragis apa yang akan
menimpamu?”
Aku
terus mencari makanan di dalam hotpot sambil adu mulut dengan Yuuji. Fufufu, dasar
idiot. Apa kamu pikir dinding tahu itu bisa melindungi nyawa tidak berhargamu,
hah? Di hadapan tembok konnyaku yang kubuat, kamu hanya bisa merasakan keputusasaan
yang tak berujung!
Ketika
membayangkan wajah tersiksa Yuuji, ujung sumpitku sepertinya menyentuh sesuatu.
Ini sepertinya ada di zona aman, ayo kita ambil.
"Akihisa,
apa kamu serius akan memakannya?"
"Kamu
juga, Yuuji. Jangan menyesal begitu kamu mengambilnya.”
Saat
kami sudah mendapatkan makanan kami, Yuuji dan aku saling adu mulut lagi. Aku
harus pegang sumpitku erat-erat supaya makananku tidak jatuh kembali ke dalam
panci.
Karena
tidak ingin makananku jatuh, aku berniat untuk langsung memasukkannya ke mulut
sekaligus. Siap-
Dloop ←
Konnyaku meleleh.
""
... ""
.................................................................................Apa?
Otakku
langsung konslet.
Tidak,
tidak, tidak, itu tidak mungkin. Pasti ada yang salah. Mungkin karena ruang
tamu terlalu gelap jadinya aku tidak bisa melihat dengan jelas. Selain itu, apa
pun itu, hal seperti itu tidak mungkin!
Kuputuskan
untuk berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan mengembalikan konnyaku ke dalam
panci.
Fuu...
Aku menarik napas dalam-dalam dan sekali lagi mengambil benda itu ke dalam
mangkuk dengan sumpit.
Dloop ←
Konnyaku meleleh.
""DINDING
PERTAHANANNYA...!”"
"A,
apa yang terjadi? Aki, Sakamoto? Kenapa kalian berteriak!?”
Di
tengah kegelapan, teriakanku dan Yuuji membuat Minami ketakutan.
Kenapa konnyaku
meleleh? Reaksi kimia macam apa itu? Ini cuma hotpot. Kenapa ada reaksi kimia!?
“Himeji
sangat mengerikan! Trik kecil kita tidak akan bisa menang…"
Dinding
pertahanannya telah hancur. Pemikirannya tidak bisa dibandingkan dengan trik
kekanak-kanakan kami yang mencoba bertahan hidup! Dari awal dia bukan lawan
yang bisa kami hadapi!
"Aki,
apa yang terjadi?"
"Tidak...
Minami, jangan terlalu dipikirkan... kami sudah siap dipanggil..."
"Aku
serius! Apa yang terjadi?"
Minami
tidak perlu tahu ini. Pada titik ini, sudah terlambat untuk mengetahuinya.
"Ba,
baiklah, kalau kamu tidak ingin mengatakannya, kalau begitu aku akan...”
Tepat
ketika sumpit Minami hendak masuk ke panci tanah liat—
"Shimada,
tunggu sebentar."
Yuuji
menghentikan Minami, lalu menggenggam tangannya dan berkata dengan suara yang
sangat keras namun dalam,
"Bapa
kami di Surga..."
"Lelucon
apa yang kamu buat, Sakamoto!"
"Minami!
Kamu harus berdoa dengan sungguh-sungguh juga! Aku sama sekali tidak ingin
melihat ada temanku yang mati!”
Hideyoshi
dan Muttsurini tampaknya telah menggenggam tangan mereka masing-masing dan
berdoa dalam hati. Kami melakukan hal yang sama.
"--Amin."
"""--Amin."""
Semua
orang mengukir salib di depan dada mereka. Sekarang saatnya penghakiman.
Perlahan-lahan
mataku mulai terbiasa dengan kegelapan di sekitarku, kuambil mangkuk dan sumpit,
dan menatap menembus kegelapan.
Bau
menyengat yang sangat kuat tercium dari uap panas yang melambung. Ada apa ini?
Mataku terasa sakit saat terkena uap panas yang keluar dari panci. Aku bahkan
tidak bisa menghentikan air mataku.
“A,
Akihisa! Kenapa aku merasa uap yang keluar dari hotpot kelihatan berwarna
ungu!?”
“UWOOOAAHHH
!! MATAKU! MATAKUUUUUUUU!!”
“Tenang,
Akihisa! Kalau tidak bencana akan semakin besar!”
Yuuji
berseru sambil memegangi tanganku.
Benar
juga, kalau aku tanpa sengaja menendang panci, teror di dalamnya bisa tumpah
mengenai tubuh manusia atau bahkan menyebabkan hal mengerikan yang tidak dapat
disembuhkan. Yuuji benar. Benda yang seharusnya tidak ada di sini adalah hotpot
ini.
"Dasar,
kenapa kamu bermain-main, Aki?"
"...Kamu
terlalu berisik."
"Kalian
itu suka sekali bersenang senang ya, Yoshii-kun dan yang lain~"
Gadis-gadis
di meja kami sepertinya tidak menyadari situasi abnormal yang terjadi di panci.
Tidak, sepertinya bukan begitu...
"Kalau
kamu kesulitan pakai sumpit, kenapa tidak pakai sendok saja?"
Begitu
tahu ada tahu dan konnyaku di panci, Himeji-san menyarankan menggunakan sendok,
jadi semua orang pada akhirnya memakai sendok untuk menyendok makanan dari
panci, dan langkah pertama dalam perjalanan menaiki tangga surga dimulai.
"...Aku
duluan."
Kirishima-san
mengangkat mangkuknya dan menyesapnya. Sekarang, reaksi macam apa yang akan dia
buat?
"...Rasanya tidak seaneh
baunya."
“SHOUKO!
SUARAMU LANGSUNG TERDENGAR DI OTAKKU! APA NYAWAMU MASIH DI DALAM TUBUHMU!?”
Sepertinya
aku melihat bayangan putih di belakang Kirishima-san. Itu sangat berbahaya!
“Berhentilah
bermain-main, Aki! Lebih baik makan sekarang, kan? Aku akan makan."
"Aku
juga ~"
Kali
ini, Minami dan Kudou-san memasukkan senjata kimia ke mulut mereka.
""AARRRRGGGGHHHHHHH!!!""
Keduanya
langsung jatuh di atas meja, tidak bergerak sama sekali. Gawat, mereka
kehilangan kesadaran!
“Mi,
Minami-chan !? Shouko-chan !? Aiko-chan !? Bangun!"
Himeji-san
memanggil mereka dengan nada panik.
"Ugh...
ap, apa-apaan ini. Rasanya..."
"...Tidak
terasa seperti makanan sama sekali."
"Ba,
bahkan aku tidak bisa..."
Ketiga
gadis itu menggelengkan kepala dan perlahan-lahan bangun. Bagus, sepertinya
mereka masih hidup.
"Ugh...
sungguh, pengalaman yang mengerikan..."
"...Apa
ini yang namanya sakaratul maut?"
"Ini
pertama kalinya aku merasakan ini~"
Minami
dan yang lainnya mengambil minuman mereka dan menyiram rasa kematian dari mulut
mereka.
Setelah
mereka sedikit tenang—
"Oke,
sekarang giliranmu untuk mencobanya, Muttsurini-kun~"
Kata
Kudou-san.
"...Uu
(Menggelengkan kepala dengan keras)!"
Begitu
tahu niat Kudou-san, Muttsurini langsung panik. Tentu saja dia akan sangat
ketakutan setelah melihat ketiga temannya kehilangan kesadaran di saat yang
bersamaan.
“Ahaha,
kamu tidak perlu takut, Muttsurini-kun. Ini tidak berbahaya."
"...Itu
berbahaya!"
"Jika
terjadi sesuatu, aku akan memberimu nafas buatan☆!"
"...Uu!"
“Jadi
cepatlah makan. Aa~”
"...Uu(Menggelengkan
kepala dengan keras)!"
Kudou-san
berniat menyuapi semangkuk sup ke mulut Muttsurini, dan di sampingku—
"...Yuuji,
aa~"
“JANGAN
BERCANDA! AKU TIDAK AKAN MAKAN ITU! DAN AKU TIDAK INGIN KAMU MEMBERIKU NAFAS
BUATAN MESKI AKU PINGSAN!”
"...Tidak
perlu malu, kita sudah pernah ciuman, bukan?"
“A, APA
YANG KAMU KATAKAN !? ITU CUMA DI KENING, JADI ITU TIDAK DIHITUNG! DAN ITU
KARENA KAMU YANG MINTA SEBAGAI PERMOHONAN MAAF DARIKU!”
"...Jangan
bicara terus, ah~"
Yuuji,
yang duduk di sampingku, mencoba yang terbaik untuk melawan Kirishima-san.
Ngomong-ngomong, untuk ciuman yang baru saja kudengar, aku akan minta
penjelasan lebih panjang tentang itu di pengadilan FFF kami nanti, karena…
"Hei,
Aki..."
…Aku harus
fokus dengan malaikat maut yang perlahan mendekatiku.
"Aa~"
Minami menyodorkan
semangkuk kuah ke mulutku. Sialan... dia ingin aku pingsan karena dia sudah merasakan
neraka yang mengerikan itu!
“Ja,
jangan, Minami! Aku belum mau mati!”
"Apa
yang kamu katakan! Jangan kira kamu bisa lolos! Aku tidak akan membiarkan itu
terjadi!"
"Tetap
saja, aku..."
"Berhenti
bicara dan buka mulutmu!"
Aku
mencoba melawan Minami. Melihatnya seperti ini... apa dia pikir yang memasukkan
bahan menjijikkan itu ke dalam hotpot adalah kami, laki-laki? Itu salah! Kami
yang melindungi semua orang!
"Oke.
Ini, aa~ ”
Kuah
sup mengerikan itu perlahan-lahan mendekati mulutku. Kalau terus seperti ini
bisa gawat!
"Tidak,
tunggu dulu, Minami! Jika aku pingsan, apa kamu akan memberiku nafas buatan?"
Aku
lengah sedikit dan kata-kata konyol itu keluar dari mulutku. Mati aku!
Aku
reflek bersiap-siap menerima serangan Minami (atau lebih tepatnya, hinaan), tapi
yang muncul adalah respon tidak terduga.
"Eh?
Y, yah, itu, um, bagaimana bilangnya ya..."
Aneh
sekali. Minami kelihatan sedikit panik. Ah, aku tahu! Dulu pernah ada sedikit
kesalahpahaman antara Minami dan aku.
Merasa
situasi ini terlalu canggung, aku tidak bisa mengatakan apa-apa dan tetap diam di
tempat sambil bengong.
Kemudian,
Minami berkata dengan wajah malu-malu,
"...Y,
yah... kalau... kalau Aki mau..."
Hm? Kalau
aku mau?
"—Ba,
bahkan jika kamu tidak pingsan, aku bisa kasih..."
“Ehhh!?
Minami, apa yang kamu katakan?"
Tunggu
sebentar! Biarkan aku tenang dulu. Jika aku merasa sangat bahagia sekarang,
mungkin aku akan kehilangan semua petunjuk penting. Nafas buatan... itu benar.
Minami tidak pernah mengatakan dia akan melakukannya dari mulut ke mulut.
Mungkin dia akan membalik tubuhku ketika aku pingsan dan menghajar punggungku...
"M,
Minami-chan sangat licik! Kamu curang!"
“Sini,
Aki, buka mulutmu lebar-lebar. Aaa!”
"UGH!"
Tepat
ketika aku sedang berpikir, Minami langsung menuang kuah sup hotpot ke mulutku secepat
kilat. Sial, aku kena!
"Ini,
Muttsurini-kun, makanlah."
"...
U... gh...!"
"...Yuuji,
buka yang lebar."
"UGH!"
Yuuji
dan Muttsurini gagal melindungi diri. Alhasil kuah sup berhasil masuk ke mulut
mereka.
Gawat...
kesadaranku...
"Um...
Minami-chan, ayo suit. Pemenang akan memberikan nafas buatan untuk
Akihisa-kun..."
"Ti,
tidak bisa. Aki yang bertanya padaku. Kamu sendiri dengar, kan?”
"Curang...
Minami-chan, kamu pernah mencium Akihisa-kun dulu..."
Gawat...
kesadaranku...
"...Yuuji,
sekarang giliranku untuk menyelamatkanmu."
“Muttsurini-kun.
Bagaimana rasanya hotpot gelap ini?"
Kesadaranku
...
--Tidak
hilang.
"Aneh.
Aku baik-baik saja."
"Apa-apaan
ini. Kita semua baik-baik saja."
"...Aku
juga merasa baik-baik saja."
"Hm?
Benar. Hotpot ini pedas, tapi aku merasa ini tidak mematikan."
Yuuji
dan Muttsurini, yang dipaksa makan hotpot gelap ini, dan Hideyoshi, yang sukarela
memakannya sendiri, tampaknya baik-baik saja tanpa kelainan. Apa apaan ini. Untuk
apa kami takut?
"Ternyata
begitu. Kita tanpa sadar membuat penangkal racun dalam tubuh kita!"
"Karena
kita sudah menelan begitu banyak hal mengerikan ke dalam perut kita?"
"...Ini
perasaan yang sangat rumit."
Aku
menyendok sesendok sup merah, terlihat beberapa kotak tahu dan konnyaku yang menyatu
dengan saus Tabasco, lalu makan bersamaan dengan bawang di dalamnya. Berkat bahan
semua orang, efek bahan mengerikan Himeji-san menjadi lemah.
Tingkat
memasak ini bisa dianggap lucu. Ini hanya membuat lidah, tangan dan kaki mati
rasa.
“Ke,
kenapa kalian semua baik-baik saja!? Rasa hotpot ini sangat mengerikan!"
"...Aku
tidak mengerti sama sekali."
"Yoshii-kun,
apa kalian punya masalah soal selera?"
Melihat
kami semua baik-baik saja, Minami dan yang lain terkejut bukan main.
***
“Arre?
Kemana semua orang pergi?"
“Ah,
nee-san, sudah bangun? Sudah larut, jadi semua orang pulang."
Setelah
acara hotpot gelap selesai dan aku sedang mencuci piring di dapur, nee-san yang
tadi tidur di kamar masuk ke rumah tamu. Sejujurnya, aku tidak mengira ane-san akan
tidur nyenyak gara-gara mabuk. Karena orang tuaku kuat minum, jadi aku pikir
toleransi ane-san sama kuatnya... mungkin karena dia baru sembuh dari sakitnya tidak
lama ini?
"Akira-san
sudah bangun? Apakah kepalamu sakit?”
"Terima
kasih, Mizuki-san. Mabuknya sudah hilang. Aku baik-baik saja."
Himeji-san
yang sedang membantu mencuci piring, menuangkan segelas air dan memberikannya
ke ane-san. Setelah meminumnya, ane-san menoleh ke Himeji-san.
“Ngomong-ngomong,
tidak apa-apa kamu pulang selarut ini, Mizuki-san? Apa orang tuamu tidak
khawatir?"
"Tidak
apa-apa. Rumahku dekat, dan orang tua aku belum pulang, jadi aku tidak perlu
khawatir soal waktu."
Tepat
ketika Himeji-san hendak meraih gelas kosong yang dihabiskan ane-san—
Drrrt!!
Drrrt!!
Terdengar
nada dering handphone dari sakunya.
"Ah
maaf. Sepertinya ada telepon."
Himeji-san
sedikit mengangguk, lalu berbalik untuk mengangkat telepon.
"Halo
halo? Okaa-san, bagaimana dengan acara pernikahannya? Aku? Aku baik-baik saja
di sini — eh? Jadi, begitu. Apa Okaa-san baik baik saja? Un, un...”
Dari
suara Himeji-san, sepertinya dia kaget. Apa yang terjadi? Dari nada suaranya,
apa ada kecelakaan atau semacamnya?
"Benarkah?
Tidak, jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Un, un, ya... memang
kesempatan langka. Okaa-san ceria seperti biasa... oke, baiklah. Dadah."
Setelah
mematikan telepon, Himeji-san berbalik. Sepertinya panggilan telepon tadi bukan
kabar baik...
"Himeji-san,
apa yang terjadi?"
"Ah,
tidak apa-apa. Hanya saja orang tuaku tidak bisa kembali hari ini."
"Eh?
Benarkah? Apa yang terjadi?"
"Aku
dengar ada serangan di bandara, dan pesawat tidak bisa terbang..."
"Penerbangan
dihentikan... Aki-kun, bisa kamu menyalakan TV."
"Oke."
Kunyalakan
TV di ruang tamu, mengganti saluran, dan menemukan berita langsung dari luar
negeri.
"Nakanishi-san,
ini artinya bandara saat ini tidak bisa digunakan?"
"Iya,
benar. Banyak penumpang yang tidak senang, mereka menuntut kinerja yang lebih
baik. Dan sepertinya bandara tidak dapat beroperasi dengan normal untuk saat
ini, tapi tidak ada kekhawatiran soal kerusuhan."
Layar
memperlihatkan para wisatawan yang bingung karena mereka tidak bisa
meninggalkan negara dan para pekerja yang mengibarkan spanduk sebagai protes.
"Apa
orang tuamu di sana?"
"Iya.
Orang tua aku pergi ke pernikahan teman lama..."
Himeji-san
mengatakan bahwa orang tuanya pergi untuk pesta. Tapi mereka pergi ke luar
negeri.
"Setidaknya
situasinya tidak berbahaya. Keamanan negara itu lumayan bagus."
Ane-san
mengatakan ini sambil menonton berita. Benarkah? Syukurlah jika keamanannya bagus.
Mungkin ini berita bagusnya.
"Iya.
Okaa-san juga bilang 'ini kesempatan langka, jadi sebelum bandara mulai
beroperasi, okaa-san akan tinggal dan jalan-jalan dengan otou-san.'"
"Ahaha,
ibu Himeji-san sangat positif."
"Okaa-san
orang yang periang..."
Kalau begitu,
mereka hanya bisa menunggu sampai krisis mereda. Syukurlah kalau orangtua
Himeji-san baik-baik saja.
Kalau
begitu, masalahnya sekarang adalah—
"Kalau
begitu, Mizuki-san, apa yang akan kamu lakukan?"
"Yah,
aku tidak bisa membantu apa pun dari Jepang... jadi aku hanya bisa menunggu
mereka kembali. Tapi semua penerbangan dihentikan. Jadinya aku tidak tahu kapan
mereka akan kembali. "
"Ahh,
bukan itu, Himeji-san. Ane-san tidak menanyakan itu. "
"???"
"Mizuki-san,
kamu akan tinggal sendirian sampai orang tuamu kembali, kan?"
"Ah
iya. Aku akan sendirian di rumah sampai mereka pulang."
Himeji-san
harus tinggal sendirian. Itu sedikit, tidak, sangat mengkhawatirkan... sangat tidak
aman bagi seorang gadis muda untuk tinggal sendirian, terutama karena keamanan akhir-akhir
ini buruk...
Tepat
ketika aku sedang memikirkan apa yang harus dilakukan,
"Bagaimana
kalau kamu tinggal di rumah kami sampai orang tuamu kembali?"
Ane-san
tiba-tiba memberi saran. EH? EEEEHHHHHH !!!???
(Tu,
tunggu sebentar, ane-san! Apa ini boleh?)
Karena panik
aku langsung meraih bahu ane-san dan berbisik ke telinganya. Tentu saja, aku
ingin Himeji-san tinggal bersama kami untuk sementara sampai orang tuanya
kembali— tapi aku tidak pernah berharap ane-san akan mengatakan ini. Bukannya
dia sendiri yang sering bilang kalau dia tidak ingin hubungan kotor atau semacamnya?
Tapi sekarang dia malah mengundang Himeji-san. Tidak apa-apa nih?
(Apanya
tidak boleh? Ini untuk kebaikan Mizuki-san.)
Ane-san
langsung menjawab tanpa ragu, lalu menambahkan,
(Atau
Aki-kun lebih suka ane-san duduk diam dan diam saja meski tahu situasinya seperti
ini?)
Ane-san
menyeringai nakal saat mengatakan ini.
(Itu
tidak benar! Aku paling suka ane-san yang ini!)
(Ane-san
senang mendengarnya.)
Kalau
bukan karena Himeji-san ada di depan kami, aku bisa beri pelukan yang erat pada
ane-san. Akal sehat kakakku mungkin sedikit aneh, tapi dia adalah orang yang
baik dan pengertian!
Di saat
aku sedang terharu dengan keputusan ane-san, Himeji-san dengan malu-malu berkata
kepada kami,
"Um...
aku mengerti niat baikmu, tapi aku tidak ingin merepotkan. Aku tidak bisa..."
"Tidak,
kami sama sekali tidak merasa direpotkan karena Mizuki-san adalah gadis yang
baik."
"Ya
dan juga, kalau Himeji-san tinggal sementara bersama kami, orang tuamu akan
lebih tenang."
"Meskipun
begitu..."
Himeji-san
pasti khawatir jika harus tinggal sendirian di rumah, tapi dia tidak langsung
mengangguk setuju.
“Dan masih
ada banyak bahan seafood. Jika kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kamu menghabisi
mereka bersama kami, Himeji-san?"
"Ma,
mana mungkin aku bisa menolaknya?"
"Ya
kan? Oke, kalau begitu sudah sudah diputuskan."
Setelah
mendapatkan jawaban dari Himeji-san, semuanya sudah diputuskan.
Mungkin
pertanyaan ane-san agak curang, tapi aku akan biarkan kali ini. Bakalan jadi
masalah yang besar kalau dia tidak ingin tinggal bersama kami, tapi Himeji-san
tidak terlihat keberatan.
"Ah,
ka, a, aku..."
Himeji-san
sepertinya dia tidak tahu harus mengatakan apa karena dia terlihat ragu-ragu untuk
waktu yang lama sebelum mengatakannya dengan nada rendah,
"Kalau
begitu... maaf, aku akan merepotkanmu beberapa hari ini..."
Setelah
mengatakan itu, Himeji-san membungkuk pada kami. Gadis yang sangat sopan!
“Kami
juga sama, Himeji-san. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kamu bisa memberi
tahu kami."
"Mizuki-san,
kamu mungkin khawatir tinggal dengan anak laki-laki, tapi aku yang bertanggung
jawab untuk menjaga Aki-kun, jadi kamu bisa tenang."
"Ah,
tidak, tidak perlu. Jika itu Akihisa-kun, aku tidak..."
"Untuk
lebih jelasnya, jika ada insiden, aku akan mematahkan salah satu jari
Aki-kun."
"Tu,
tunggu sebentar, ane-san!"
"Kalau
tidak ada lagi jari yang bisa dipatahkan, aku akan mematahkan
punggungnya."
“JANGAN
BICARA SEPERTI ITU, ANE-SAN! ITU BISA MEMBUNUHKU!"
Dan
dengan demikian, setelah festival olahraga berakhir, aku akan tinggal bersama
dengan Himeji-san.
Himeji-san
masuk ke dalam kehidupan sehari-hariku; siapa yang akan menyangka...
“A, aku
akan bersikap sopan dan baik. Tolong jaga aku!”
Ngomong-ngomong,
setidaknya aku tahu kalau Himeji-san orang yang mudah gugup.
***
Mulai
sekarang, izinkan aku, Kubo Toshi — tidak, 'Otak pintar' menjawab masalah semua
orang.
Siswa tahun ke-3, masalah T-mura Y-saku
Otak
Pintar-sensei, tolong dengarkan masalahku.
Ada
orang yang aku sukai. Selama tes keberanian, aku mengumpulkan keberanianku dan
membacakan puisi cintaku kepadanya dengan keras, tapi dia berteriak dan tidak
menanggapiku secara langsung. Apakah aku ditolak?
Sudah
waktunya untuk ujian nasional, dan aku harus mengubah suasana hatiku dan bersiap
untuk ujian. Tolong beri aku saran.
Saran Otak Pintar-sensei
Pertama,
Kamu harus mengubah pemikiranmu. Jika kamu mulai memiliki pikiran negatif dari
awal, tidak ada hal baik yang akan terjadi apa pun yang kamu lakukan. Kamu
tidak perlu takut untuk melangkah maju. Sangat penting untuk menghadapi hal-hal
dengan sikap positif. Terlebih sebagai peserta ujian, bukan?
Mengenai
pengakuan cintamu, aku akan mengatakan sesuatu dari pengalaman pribadiku. Dia
hanya berteriak dan aku tidak berpikir dia menolakmu. Dia bisa saja malu karena
itu. Ini butuh waktu. Hal terpenting tentang cinta adalah menunjukkan
perasaanmu yang sebenarnya, dan kamu tidak boleh menyerah sebelum berakhir. Jadi
aku harap kamu tidak merasa sedih ketika hal seperti itu terjadi dan bekerja
keras untuk mengejarnya.
Siswi tahun ke-2, masalah S-mizu M-haru
Halo, Otak
Pintar-sensei. Ini adalah pertama kalinya aku menulis padamu. Aku selalu
mencintai onee-sama sejak tahun pertama kami, tapi onee-sama tidak akan menatapku.
Aku sudah mencoba yang terbaik untuk menyerang, tapi dia akan memperhatikan orang
lain dan mengabaikan aku. Apa yang harus aku lakukan supaya Onee-sama hanya
melihatku? Tolong ajari aku.
Saran Otak Pintar-sensei
Sebelum
aku menyarankan ini, aku harus bertepuk tangan atas sikap dan keberanian tanpa
rasa takutmu itu. Aku kagum karena kamu mencintai seseorang dengan sepenuh
hati.
Adapun
cara membuat dia hanya memperhatikan dirimu, aku kira kamu hanya perlu
melakukan apa yang telah kamu lakukan. Ngomong-ngomong, yang kupelajari dari
pengalaman pribadiku, kamu harus mengekspresikan cintamu kepadanya dengan
antusias. Aku harap kehidupan percintaanmu semakin berkembang.
Otak
Pintar-sensei, tolong dengarkan aku. Aku menyukainya, dia laki-laki dari kelas
2-F dan keberadaannya sangat dikenal, tapi dia terlihat seperti idiot. Apa yang
harus aku lakukan?
Saran Otak Pintar-sensei
Menyerah
saja!
Comments
Post a Comment