Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 8 : Soal Pertama
"...Yuuji."
"Hm?"
"...Hotpot
malam ini sangat menyenangkan."
"Benarkah?
Baguslah kalau kamu senang. Ah, sudah terlalu malam. Buruan pulang. Nanti orang
tuamu khawatir.”
"...Yuuji,
tunggu."
"Apa?
Ada yang kelupaan?”
"...Tidak."
“Lalu
apa? Aku tidak punya waktu untuk ngobrol-“
"...
Aku... tidak ingin pulang hari ini."
"Ha?
Apa katamu?"
"...
Aku... tidak ingin pulang hari ini..."
"...Kamu
serius, Shouko?"
"...Sangat
serius."
"...Begitu.
Jadi kamu tidak ingin pulang hari ini...”
"...(Mengangguk)."
"Kalau
begitu..."
"...Yuuji."
“Rumahku
di sana. Jadi aku pulang dulu."
"...Bahkan
aku yang baik dan lembut ini tidak bisa memaafkan itu."
“ARRRRRGGGHHHH!!!
TUNGGU!!! APANYA YANG KAMU SEBUT LEMBUT, HAH!!!”
"...Sebagai
seorang suami, Yuuji sangat tidak bertanggung jawab."
“Sebagai
seorang suami? Aku belum pernah menjadi suami siapa pun. Apalagi tanggung jawab
seorang suami!”
"...Sepertinya
aku harus mendidik Yuuji dengan benar."
“ADUHDUHDUH
ADUH... me, mendidik? Omong kosong apa itu? Kamu yang harus kudidik terlebih
dahulu.”
"...Itu
sebabnya aku ingin kita tinggal bersama."
"Itu
jauh berbeda, kamu ngomong berbeda 540 derajat dari topik tadi."
"...Ini
demi anak-anak."
“BERHENTI
MENGELUS-ELUS PERUTMU! KITA TIDAK MUNGKIN PUNYA ANAK!”
"...Papa
sangat tidak berperasaan, Shouyu."
“JANGAN
NGOMONG SEAKAN-AKAN AKU INI ORANG TUA YANG TIDAK INGIN MENGAKUI ANAKNYA SENDIRI!
DAN SUDAH KUBILANG JANGAN PAKAI NAMA ITU!"
"...Kalau
begitu kita akan tetap bersama di kamar Yuuji malam ini dan memikirkan nama
yang cocok untuk anak kita."
"TUNGGU
DULU! KENAPA SEMUA YANG KAMU KATAKAN SANGAT ANEH!”
"...Itu
karena Yuuji tidak pandai bahasa modern."
"TENTU
SAJA BUKAN! KATA-KATAMU SAJA YANG ANEH, INI NGGAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN
BAHASA!”
"...Yuuji
sangat berhati dingin."
"Tidak,
kupikir aku cukup baik karena mau meladeni topik bodoh yang konyol punyamu
ini... oh iya. Kenapa kamu mau ke rumahku? Ada masalah apa di rumahmu?”
"...Tidak,
tidak ada masalah di rumahku."
"Terus
kenapa-"
"...Ciuman
waktu itu membuatku hamil, jadi aku ingin melanjutkan ke tahap selanjutnya
dengan Yuuji."
“@((*(&&&(@*&#(!*&!(&*(@&*$))@(&*)(@!!!”
“...Tenangkan
dirimu, Yuuji. Bahasamu sangat aneh."
"DASAR
GOBLOK!! MANA MUNGKIN KAMU HAMIL CUMA GARA-GARA CIUMAN DI KENING! PELAJARI AKAL
SEHAT SANA!”
"...Haaaah..."
"Kamu...
apa-apaan desahan 'si idiot ini masih saja tidak mengerti apa-apa'!"
"...Karena
Yuuji sama sekali tidak mengerti, akan kuberitahu kamu jadi dengarkan baik-baik."
“Benarkah~?
Kalau begitu katakan."
"...Ada
sesuatu yang disebut 'kehamilan palsu' di dunia ini."
“ITU
SALAAAAAAH! ITU BUKAN SESUATU YANG PATUT KAMU BANGGAKAN! KESALAH PAHAMAN HAMIL
HANYA KARENA KEKUATAN CINTA TANPA MELAKUKAN APA PUN BUKAN SESUATU YANG PANTAS
DI BANGGAKAN!”
"..."
"Oi,
kenapa kamu diam?"
"...Itu
sebabnya kita harus tinggal bersama untuk membuatnya jadi nyata..."
"Tunggu,
Shouko! Ayo kita bicara dulu."
"...Tentang
anak kita?"
“Tidak,
bukan itu. Ini tentang kamu ke rumah sakit."
"...Aku
sangat bahagia."
"O,
orang ini pikir dia akan bertemu dokter kandungan..."
"...Kalau
begitu kita harus hidup bersama."
"Bukannya
sudah aku bilang kita tidak bisa?"
"...Tapi..."
"Tidak
ada tapi-tapian!"
"...Tapi
Yuuji, kamu sendiri yang bilang kamu akan menjadi pacarku ketika perang syokanju
di semester pertama."
"Uu...
Me, meski begitu, itu tidak ada hubungannya dengan tinggal seatap!"
"...Itu
tidak benar. Yuuji adalah pacarku.”
“Omong
kosong apa yang kamu katakan? Memangnya kamu pernah lihat anak SMA yang tinggal
bersama?”
"...Jadi
kamu mau tinggal bersamaku jika ada anak SMA yang tinggal bersama?"
“Ah,
oke oke. Tapi mereka harus dari sekolah kita, Akademi Fumitzuki."
"...Baiklah.
Aku akan berusaha mencarinya."
"Oke
oke, terserah, tapi kurasa tidak mungkin ada orang yang seperti itu di
sekolah."
***
Pertanyaan Pertama
Pertanyaan: Tolong baca bagian berikut dan
isi frasa bahasa Indonesia yang tepat di bagian yang kosong.
Dia adalah murid yang sangat rajin. Namun
ketika ujian, dia mengumpulkan lembar jawaban kosong. Teman-teman sekelas yang
melihatnya mengatakan: _________
Jawaban Himeji Mizuki:
"Kenapa
dia melakukan hal seperti itu?"
Komentar guru:
Itu
benar. Bagian depan dan belakang berarti bahwa 'dia adalah murid yang sangat
rajin. Namun ketika ujian, dia mengumpulkan lembar jawaban kosong. Teman-teman
sekelas yang melihatnya bertanya-tanya, "kenapa dia melakukan hal seperti
itu?"
Jawaban Yoshii Akihisa:
"YEAH!
AYO PESTA!"
Komentar guru:
Kenapa kamu
merayakannya?
Jawaban Tsuchiya Kouta:
"Oh...
ayo kita pesta..."
Komentar guru:
Itu
bukan sesuatu yang bisa tanggapi hanya dengan sedikit merasa kecewa!
***
Chip
chip chip chip. Terdengar suara burung-burung berkicauan dari luar jendela.
Sepertinya
aku lupa menutup tirai jendela semalam. Karena sinar matahari pagi menyinari
kamar, tubuhku memaksa untuk bangun meski nyawaku masih belum terkumpul, tapi
aku masih ingin kembali tidur.
"Pagi,
Akihisa-kun..."
Ketika
burung-burung masih berkicau, terdengar suara lembut nan halus yang gemerincing
bagaikan bel kecil di sampingku. Rasanya aku sedang berada di antara dunia
nyata dan alam mimpi, itu sebabnya kesadaranku yang kabur tercampur dengan mimpi
yang tidak realistis. Makanya aku tidak curiga meski mendengar suara Himeji-san
walaupun dia tidak mungkin ada di kamarku sekarang.
"Un...
Himeji-san, biarkan aku tidur sedikit lebih lama..."
"Eh?
Ah iya, ini hari minggu, jadi kamu ingin tidur sedikit lebih lama ya?”
Dia
bahkan mau menjawab igauan melanturku dengan serius.
"Aku
selalu ingin melihat wajah tidur Akihisa-kun..."
Himeji-san
memang gadis yang sangat lembut.
“Tapi
kamu bilang berkali-kali 'aku ingin membuat sarapan jadi bangunkan aku besok
pagi'... Akihisa-kun, cepat bangun. Sudah pagi.”
Himeji-san
kedengaran cemas saat dia menggoyang-goyangkan kepalaku.
Ini
seharusnya untuk membangukan aku dari tempat tidur, tapi bagiku, rasanya
seperti ditepuk-tepuk dalam buaian, karena rasanya sangat nyaman.
"Uu,
biarkan aku tidur selama 3 tahun cahaya."
"Uu...
apa yang harus kulakukan sekarang... Akihisa-kun belum juga bangun, bahkan dia mengira
tahun cahaya sebagai satuan waktu bukannya jarak... A, Akihisa-kun, kalau kamu
tidak bangun-"
"—Nee-san
akan memeluk dan terus menciummu selama sisa hidupku."
"RATU
IBLIS TELAH MUNCUL!!"
Aku
langsung bangun, membalikkan tubuh dan menutupi wajah dengan kedua tanganku,
tidak membiarkan satu celah pun ada. Aku juga menyiapkan kakiku supaya aku bisa
melarikan diri kapan pun jika perlu. Apakah ini mimpi? Atau itu cara baru
membangunkan orang? Tapi firasat buruk apaan tadi!
Tepat di
depanku, yang sedang dalam posisi bertahan—
"Dasar,
siapa yang kamu panggil ratu iblis?"
Nee-san
menatapku dengan dingin.
"Terus
apa yang ingin nee-san lakukan padaku? Coba katakan lagi!!”
Kutanya
kakakku, yang sedang menyipitkan matanya dan terlihat seakan-akan tidak ada
yang aneh. Mungkin agak berlebihan menyebutnya ratu iblis, tapi aku rasa itu
tidak salah, kan?
“Setelah
mencium Aki-kun, aku akan merenggut kebebasan Aki-kun dan membuatmu melakukan hal-hal
yang memalukan, dan setelah mengambil fotomu, aku akan menggunakannya untuk
memerasmu selama sisa hidupmu. Itu saja."
"Lupakan
soal ratu iblis, kamu lebih pantas disebut kriminal!"
Aku
ingin menarik kata-kataku tadi. Itu bukan ratu iblis. Lebih cocok menyebutnya
'kriminal'.
"Hai...
Akihisa-kun, selamat pagi."
"Ah,
selamat pagi, Himeji-san."
Salam
pagi yang ceria datang dari sampingku. Ini pertama kalinya aku menoleh ke arah
Himeji-san.
Di
bawah sinar matahari pagi, rambut panjangnya yang lembut tampak berkilauan. Rok
panjangnya terlihat cocok dengan rambutnya, dan dia dua kali lebih mempesona
dengan senyum indahnya itu. Dia benar-benar ada di rumahku, dan aku bisa
melihat perawakan imutnya yang menyembuhkan hatiku. Kebahagiaan seperti itu...
eh? Tunggu sebentar!
"Himeji...
san?"
"Iya."
"Ap..."
Kenapa
kamu ada di sini — aku buru-buru menarik kata-kata itu sebelum mengucapkannya
dengan keras. Aku langsung teringat Himeji-san tinggal di rumahku sementara ini.
Himeji-san sudah sangat berhati-hati. Jika aku mengatakan hal seperti itu, dia
akan merasa sangat tidak nyaman. Itu sangat berbahaya. Aku harus berhati hati.
"Hm?
Akihisa-kun, ada apa?”
“Ah,
tidak ada apa-apa, tidak ada apa-apa. Oh iya, apa kamu tidur nyenyak tadi
malam?"
Himeji-san
memiringkan kepalanya karena bingung melihatku berhenti bicara dan tiba-tiba mengganti
topik pembicaraan.
"Ya,
aku mimpi indah semalam!"
Membicarakan
soal mimpi membuat Himeji-san tersenyum bahagia. Aku jadi ikut merasa bahagia. Aku
khawatir dia tidak bisa tidur nyenyak di tempat asing, jadi syukurlah kalau dia
bisa tidur nyenyak.
"Hehe,
syukurlah."
“Mimpi
semalam sangat indah. Sangat manis sampai-sampai aku ingin melihatnya di dunia
nyata.”
Manis...
apa itu mimpi tentang binatang mungil seperti anak kucing dan anak anjing?
"Benarkah?
KALAU BEGITU, AYO KITA WUJUDKAN SUPAYA HIMEJI-SAN BISA MELIHATNYA DI DUNIA
NYATA!”
"Eh...
Akihisa-kun, kamu mau mewujudkannya?"
“Ya, kalau
itu benar-benar manis dan imut, aku pasti akan bantu."
"Iya!
Sangat imut! Jika Akihisa-kun mau membantu, aku pasti akan bisa melihatnya!”
"Aku
sama sekali tidak tahu mimpi seperti apa itu, tapi aku juga ingin melihatnya."
"Baiklah!
Aku akan memanggilmu lagi setelah pakaiannya siap!"
Pakaian?
Kenapa pakaian? Tapi karena Himeji-san bilang begitu, aku pikir aku pasti akan
melihat hal lucu yang dia katakan.
"Begitu.
Jadi begitu caranya Aki-kun menggali kuburannya sendiri.”
"Hm?
Nee-san, apa yang kamu katakan?"
"Tidak
ada. Itu bukan sesuatu yang buruk bagiku. Aki-kun tidak perlu khawatir soal
itu."
"?"
Apa
yang terjadi? Kenapa aku merinding.
"Ya
sudah, aku mau cuci muka dulu."
Aku
tidak peduli dengan nee-san, tapi karena Himeji-san ada di rumahku, aku tidak
mungkin menunjukkan wajah mengantukku padanya. Jadi lebih baik cuci muka supaya
melek.
Kutinggalkan
nee-san dan Himeji-san di kamar dan menuju wastafel. Di saat yang bersamaan, tiba-tiba
aku mendengar percakapan Himeji-san dan nee-san.
“Ngomong-ngomong,
Mizuki-chan. Tadi itu sangat berbahaya, tahu? Mana ada seorang gadis muda
seusiamu masuk ke kamar lelaki seperti itu.”
"Eh?
Itu berbahaya? Aku kira tidak ada yang perlu dikhawatirkan kalau itu
Akihisa-kun. ”
"Tidak
tidak tidak. Coba lihat ini. kalau kamu tidak hati-hati, Aki-kun akan melakukan
sesuatu yang terlarang pada Mizuki-chan!”
"WA...
WAWAWAWA!!"
Aku
buru-buru balik ke kamarku dan menemukan Himeji-san dengan wajah merona karena
tidak bisa mengalihkan pandangannya dari buku referensi (buku porno), dan pada
akhirnya aku buang-buang waktu cuma untuk berurusan dengan kakakku yang ingin memarahiku.
Tapi
ngomong-ngomong, mereka berdua enggan keluar kamar saat aku ingin ganti baju,
mungkin mereka tinggal di dunia lain dengan akal sehat yang berbeda...
***
"Dan
sekarang, untuk laporan berita mancanegara hari ini. Kami akan berikan Anda
laporan terbaru dari anggota kami, reporter Nakanishi, mengenai pemogokan
besar-besaran yang terjadi di bandara internasional di luar negeri.
Nakanishi-san, apakah ada perkembangan terbaru mengenai pemogokan?"
“Ya,
ini Nakanishi. Setelah aksi mogok tiba-tiba di bandara kemarin, tampaknya masih
ada kesenjangan besar antara serikat pekerja dan serikat keuangan, dan belum
ada tanda-tanda perbaikan segera. Banyak turis yang terpaksa tinggal di hotel terdekat
sampai bandara mulai beroperasi kembali, tetapi banyak hotel yang sudah penuh,
dan beberapa wisatawan hanya bisa tinggal di hotel— ”
Salmon
goreng, telur dadar, sup miso dan nasi. Di atas meja tertata sarapan yang sangat biasa, dan suara reporter
berita terus bergema di dalam ruangan.
"Sepertinya
bandara masih belum bisa beroperasi untuk saat ini."
Kata
nee-san yang sedang menggali tulang salmon dengan sumpitnya.
"Sepertinya
begitu... semoga papa dan mama baik-baik saja..."
Di sisi
lain, Himeji-san tampak khawatir ketika meletakkan sumpitnya dan menatap layar.
Kenapa
Himeji-san sarapan di rumah kami? Jawabannya sederhana. Orang tua Himeji-san
tidak ada di rumah, jadi nee-san mengajaknya untuk tinggal di rumah kami untuk
sementara waktu karena dia khawatir sesuatu akan terjadi jika seorang gadis
tinggal di rumah sendirian.
Orang tua
Himeji-san sedang menghadiri pernikahan seorang teman, dan berakhir di
tengah-tengah pemogokan bandara tepat ketika mereka akan pulang. Karena pesawat
tidak bisa lepas landas, orang tua Himeji-san tidak bisa pulang. Himeji-san
mengetahui berita ini setelah pesta hotpot di rumahku semalam. Pada akhirnya,
dia tinggal di rumah kami untuk sementara waktu.
"Kamu
pasti khawatir kalau mereka tidak bisa kembali, kan?"
"Iya..."
Himeji-san
menganggukkan kepalanya dengan wajah agak sedih. Karena pesawat tidak bisa
lepas landas, ibu Himeji-san bilang kalau mereka akan jalan-jalan selama beberapa
hari sampai bandara mulai beroperasi lagi, tapi situasi ini benar-benar
mengkhawatirkan.
"—Aku
harap mama tidak terlalu bersenang-senang dan bilang tidak ingin kembali ke
Jepang..."
Eh?
Himeji-san khawatir soal itu?
“Tapi syukurlah
kalau mereka ada di tempat yang cukup aman. Setidaknya mereka tidak akan merasa
bosan tinggal di sana."
"Tapi
itu sangat mengkhawatirkan... dalam situasi seperti ini, lebih baik menunggu di
bandara atau hotel sampai bandara kembali beroperasi..."
“Ahaha,
lebih baik bersenang-senang daripada khawatir. Sebenarnya, aku sangat suka
sifat ibu Himeji-san yang seperti itu.”
"Eh...?"
Dalam
situasi seperti ini, wajar kalau dia sangat khawatir, tapi jika suatu musibah
terjadi, lebih baik melakukan sesuatu untuk membuat dirimu tetap positif. Aku
sangat suka pemikiran yang lugas dan optimis.
"Y,
yah, Akihisa-kun..."
"Hm?
Ada apa?"
"Banyak
orang bilang aku seperti mama..."
"Heh~
begitu ya. Ibumu pasti sangat baik dan sopan, ya kan?”
"Ya,
betul. Sudah kuduga Akihisa-kun akan bilang seperti itu.”
Himeji-san
menatapku sambil tersenyum... meskipun aku bilang seperti ini, entah kenapa,
aku merasa matanya tidak tersenyum.
"Oh
iya, Himeji-san, apa yang ingin kamu lakukan hari ini? Apa kamu ada rencana keluar
hari ini?"
“Tidak,
aku tidak punya rencana. Bagaimana denganmu, Akihisa-kun?”
"Aku?
Tentu saja aku akan bermain game sepanjang hari—”
"Bibir
nee-san tiba-tiba terasa sangat kesepian."
"—Tidak.
Aku ingin membersihkan rumah dan mencuci pakaian juga! Jarang sekali dapat
cuaca secerah ini!”
Melihat
nee-san menyipitkan matanya, buru-buru kutarik kembali kata-kataku.
Tapi
cuacanya sangat bagus hari ini. Karena Himeji-san ada di sini juga, sepertinya membersihkan
rumah adalah pilihan yang tepat. Kalau rumahku terlalu berdebu, Himeji-san
mungkin akan jatuh sakit lagi. Dan juga, ada beberapa benda yang harus
kusembunyikan.
"Membersihkan
rumah? Kalau begitu, biar aku bantu."
"Hm?
Tidak, tidak perlu repot-repot. Kamu bisa istirahat, Himeji-san.”
"Kalau
begitu, aku yang masak untuk makan siang..."
"Himeji-san,
kamu bertanggung jawab membersihkan ruang tamu, aku akan membersihkan koridor
dan kamarku."
"Eh?
Ah, Baiklah aku mengerti."
Fiuh...
hampir saja.
Lebih
baik membiarkan Himeji-san fokus membersihkan daripada membiarkannya masak.
Lebih baik kalau dia terlalu sibuk sampai lupa soal masak.
"Nee-san
yang masak untuk makan siang."
"ITU
SAMA SEKALI BUKAN JALAN KELUAR!"
Meskipun
tidak mematikan seperti masakan Himeji-san, masakan nee-san tidak bisa
diremehkan juga.
“Nee-san
dan Himeji-san, biarkan aku yang masak, oke? Nee-san juga lagi sibuk karena
dapat banyak kerjaan, bukan? Dari pada masak, bukannya lebih baik nee-san fokus
sama kerjaan?"
“Aki-kun,
tidak perlu berbelit-belit dengan alasan seperti itu. Nee-san mengerti kalau
Aki-kun tidak akan mengizinkan nee-san ke dapur."
Nee-san
menatapku dengan sedih.
Oke,
baiklah. Karena dia mengatakan itu, aku akan kasih pertanyaan gampang.
"Kalau
begitu, nee-san, apakah kamu tahu cara mencuci beras?"
"...Aki-kun,
apa kamu kira nee-san ini idiot?"
Terakhir
kali aku meminta nee-san untuk mencuci sayuran, dia langsung mengeluarkan
deterjen! Tidak ada yang percaya, kan?
"Dasar.
Untuk apa kamu tanya itu, padahal sudah ada batu asah di dapur..."
"ITU
UNTUK MENGASAH PISAU!"
Meskipun
orang bilang 'batu asah untuk membuatnya bersinar', itu bukan sesuatu yang
cocok untuk mencuci beras!
“Akira-san,
itu tidak boleh. Kalau ingin mencuci beras, harus pakai ‘pemut – haciiih!”
"'PEMUTIH'!?
HIMEJI-SAN, APA KAMU BARUSAN BILANG 'PEMUTIH'!?”
Pemutih
itu untuk memutihkan baju! Bukan untuk mencuci beras!
Gila. Bakalan
ada tragedi besar kalau aku membiarkan dua orang ini ke dapur...
“Pokoknya,
ayo mulai membersihkan! Aku yang bertanggung jawab soal makan siang!"
Kukeraskan
nada suaraku ketika mengatakan itu.
“Dasar,
Aki-kun. Karena Aki-kun ingin memasak untuk kami seperti pelayan imut, nee-san
harus menahan diri.”
"Iya.
Mau bagaimana lagi.”
“Ahh,
sial! Bukannya kedua orang ini seharusnya sangat pintar?”
Aku ingin
sekali ujian sekolah punya tes tambahan yang bernama tes 'akal sehat'.
***
"Oke.
Aku bilang akan membersihkan kamar... tapi apa yang harus kulakukan?"
Aku
melihat-lihat seisi kamarku dan bergumam pada diriku sendiri. Akhir-akhir ini,
karena aku tinggal bersama nee-san, kamarku agak rapi. Karena tidak perlu
merapikan, aku akan bersihkan lantai dan meja.
Kuambil
kain untuk membersihkan kusen jendela dan rak buku beberapa kali. Wow, tidak
disangka sangat kotor. Sepertinya aku harus lebih serius membersihkannya.
Setelah
berganti mode ke mode bersih-bersih, aku mulai mengatur barang-barang di rak
buku dan di bawah tempat tidur, lalu mengambil penyedot debu untuk menyedot
debu yang menumpuk di tempat-tempat yang sulit sebelum menyeka permukaan sampai
bersih. Setelah melihat kamarku rapi, rasa puas mulai terasa.
Tepat
ketika aku baru saja selesai bersih-bersih.
Tok tok
tok.
"Akihisa-kun?"
Terdengar
ketukan lembut di pintu. Suara ini, pasti Himeji-san, ya kan?
"Hm?
Ya, ada apa?"
Aku
berhenti bersih-bersih dan berbalik. Seperti yang sudah kuduga, aku melihatnya
berdiri di pintu. Pintunya terbuka, tapi dia mengetuk pintu terlebih dahulu.
Itu sesuatu yang hanya akan dilakukan Himeji-san yang serius.
“Jarang-jarang
dapat hari yang begitu cerah, jadi aku ingin menjemur selimut. Boleh kuambil
selimutmu?”
Kata Himeji-san
sambil menunjuk selimut di tempat tidurku.
"Itu
ide yang bagus. Selimut yang dijemur di bawah sinar matahari terasa nyaman.”
Aku
tidak mengerti kenapa, tapi selimut yang dijemur di bawah sinar matahari akan
terasa nyaman ketika ditiduri. Ini ide yang sangat bagus.
"Aku
bakalan bisa mencium bau matahari ketika tidur nanti malam."
“Aroma
matahari bisa membuatku tenang. Akan terasa lebih nyaman ketika tidur~”
Memikirkannya,
membuatku tidak sabar untuk tidur malam ini.
"Kalau
begitu, kujemur selimut dulu."
"Tunggu.
Selimut ini tidak berat. Biar aku saja yang bawa. Hup~!”
"Terima
kasih, Himeji-san."
“Ah,
tidak perlu. Ini tidak berat. Aku akan membersihkannya juga~”
Himeji-san
membawa selimut dengan tertatih-tatih keluar kamar.
Membersihkan
dengan cermat dan berkerja dengan cepat ketika melakukan sesuatu. Himeji-san
pasti akan menjadi istri yang hebat... kalau suaminya benar-benar bisa masak.
"Baiklah
kalau begitu..."
Kulihat
ke sekeliling ruangan dan berpikir kalau aku harus membersihkan laci.
Demikian,
aku lanjut membersihkan kamar.
Setelah
mencuci ember dan kain pel, rasanya ingin ke balkon buat—
"Uwa..."
"?"
Akan
tetapi, aku menemukan Himeji-san sedang membenamkan wajahnya ke selimut yang
baru saja dia ambil dari kamarku.
"Hai...
Himeji-san?"
"KYAAAAAAAAH!!??"
Dia menjerit,
mengejutkan aku padahal aku cuma menyapanya. Eh? Apa yang barusan terjadi? Apa aku
baru saja melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan?
“AHHHH!!
AKIHISA-KUN!? INI, INI... KAMU SALAH PAHAM!”
Himeji-san
menggoyang-goyangkan tangannya untuk menyangkal sesuatu dengan panik... eh?
Apakah Himeji-san... diam-diam menangis barusan?
“I,
itu, Akihisa-kun! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan! Ini bukan alasanku
meminjam selimutmu. Itu, hanya saja aku tidak sengaja— ”
Jadi
begitu... Yah, Himeji-san mungkin terlihat kuat di luar, tapi meski mendengar kalau
orang tuanya tidak dalam bahaya karena mereka berada di negara dengan keamanan
yang cukup baik, itu tidak bisa mengubah fakta bahwa orang tuanya tidak bisa
kembali. Dia pasti merasa cemas sekarang, ya kan? Berusaha kuat di depan dan
menangis di belakang kami...
"Himeji-san..."
"Y,
ya!"
"Kalau
kamu mau, mulai malam ini dan seterusnya ... mungkin kamu bisa tidur bersama dengan—"
"Eh?
EHHH! Ke, kenapa kamu tiba-tiba mengatakan itu? Kita mungkin tinggal bersama,
tapi langsung ke tahap ini dari awal... yaa... aku merasa itu agak agresif!”
"-kakakku."
"Eh...
Akihisa-kun, kamu salah paham apa lagi..."
Kalau
dia tidak mau menunjukkan sisi lemahnya di hadapanku, tidak masalah kalau
membicarakannya dengan nee-san, kan? Jangan lihat tingkah laku nee-san yang
tidak bertanggung jawab seperti itu, dia adalah orang dewasa, jadi dia pasti
bisa meringankan perasaan sedih Himeji-san.
"Aki-kun,
apa yang kamu bicarakan tentang aku?"
"Ah,
nee-san."
Nee-san
kebetulan melihat kami dari ruang tamu. Aku masuk ke dalam dan menjelaskannya ke
nee-san sambil berbisik.
“Himeji-san
agak kurang nyaman tidur sendirian di rumah kita. Kalau boleh, Himeji-san boleh
tidur bersamamu, nee-san?”
Himeji-san
tidur sendirian di kamar tamu tadi malam. Mungkin dia bisa tenang kalau ada
seseorang yang menemani dia tidur?
"Oke,
aku mengerti."
Balas Nee-san
sambil berbisik.
Lebih
baik tidak membicarakan alasannya sekarang, ya kan? Jika ada orang yang bilang 'Ayo
tidur bareng karena kamu kelihatannya sangat kesepian', kurasa tidak mungkin
ada orang yang akan menjawab 'Baiklah. Terima kasih'.
"Mizuki-chan,
bagaimana kalau kamu tidur denganku malam ini?"
"Ah,
tidak... Aku tidak begitu mengerti apa yang terjadi, tapi kurasa Akihisa-kun
pasti salah..."
"Salah...
benarkah? Salah di mana?"
"Eh...
itu... aku sebenarnya... itu, punya Akihisa-kun..."
"Aku?"
"Selimut...
itu..."
"Selimutku?"
"...Tidak...
tidak apa-apa..."
""?”"
Sepertinya
Himeji-san ingin mengganti topik dan membuat alasan tapi tidak ada yang cocok.
Dia tidak perlu khawatir soal itu.
“Kalau
begitu kamu tidak apa-apa tidur di kamarku bersamaku, kan? Aki-kun tidak akan
tidur denganku sekarang. Terakhir kali, dia senang sekali ketika bisa tidur
dengan nee-san..."
"Aku
sama sekali tidak mau, oke? Nee-san yang memaksaku tidur denganmu!”
Dia pernah
memutar pergelanganku ke posisi yang aneh sampai aku kehilangan kesadaran! Itu
sama sekali tidak bisa disebut 'tidur manis'!
"Selain
itu, kalau kamu tidur denganku, aku bisa pastikan kalau kamu akan aman dari
nafsu jorok Aki-kun."
"Tunggu
dulu! Jangan sebut itu sebagai nafsu jorok! Kalau mau menyebutnya, pakai
sebutan... gairah besar anak muda atau— "
"—Nafsu
melecehkan ibu rumah tangga."
"—Sesuatu
seperti itu... OI, BUKAN ITU!"
Gairah
besar anak muda dan nafsu melecehkan ibu rumah tangga? Ungkapan ini bisa
membuatku diseret oleh polisi!
“Jadi
begitu, Mizuki-chan. Demi perlindungan, kamu akan tidur denganku di kamar yang
sama.”
"Oh
baiklah..."
Entah
kenapa, rasanya aku sangat direndahkan, tapi supaya Himeji-san bisa sedikit
tenang, aku hanya bisa menerimanya bulat-bulat.
“Kalau
begitu sudah diputuskan. Nee-san, bisa tolong pindahkan selimut Himeji-san ke
kamarmu? Aku pikir sudah waktunya makan siang.”
"Oke."
"Yah,
Akihisa-kun, kalau makan siang, kurasa aku..."
“Tidak,
tidak, tidak, kamu tidak perlu khawatir tentang itu! Selain itu, bukannya kamu
mau menjemur selimut di bawah sinar matahari, Himeji-san?”
Kutolak
tanpa memberinya kesempatan untuk merespons.
"Baiklah..."
Himeji-san
terlihat sangat tidak senang, tapi masih mengangguk.
Baiklah,
karena aku harus menyiapkan makan siang, ayo sekalian kita siapkan untuk makan
malam juga. Aku harus serang duluan sebelum Himeji-san ingin merebut pekerjaan
dapur.
Comments
Post a Comment