Short Story : Gosip! Pangeran Dan Naga, Pasangan Memalukan Itu (Chapter 1-5)

Sinopsis

Aku adalah seorang tuan putri.

Setelah repot-repot menunggu naga untuk menculikku, naga yang muncul dihadapanku malah bertanya, "Bisa kamu bantu aku melepas tutup botol ini?" Jadi kuculik naga itu, dan begitu menemukan seorang pangeran - dia malah mengayunkan pedangnya dan membawa si naga ke kastilnya.

Sialan, aku tidak mau menjadi sekedar seorang ratu.

Judul: Gossip! The Prince and the Dragon, that shameless couple.
Raw Source: 扒一扒王子和恶龙那对狗男男
Author:圆甜


[Chapter 1]

Aku adalah seorang tuan putri.

Bukan, bukan, bukan, aku bukan tipe tuan putri yang bekerja di klub malam, tapi tuan putri yang tinggal di sebuah istana, dengan ayahnya sebagai raja dan ibunya sebagai ratu, yang butuh seorang pangeran untuk menyelamatkannya dari cengkraman seekor naga.

Saat ini aku sedang menunggu naga untuk menculikku.

Kamu tanya bagaimana aku tahu kalau akan ada naga yang datang untuk menculikku?

Tentu saja aku tahu, karena itu yang mereka katakan semenjak aku kecil.

Ketika aku masih sangat kecil, seseorang menyentuh rambutku sambil memujiku, "Waaah, tuan putri ini sangat cantik, dia terlahir untuk diculik oleh seekor naga."

Ketika mendengarnya aku merasa sangat bangga dan mendengar ibuku menjawab dengan senang, "Oh, ara, ara, fufufu."

Pria yang memujiku berkata dengan terus terang, "Dia sangat cantik bak bidadari."

Ketika aku tumbuh dewasa, aku berusaha keras mempelajari tentang masyarakat... oh, bukan kehidupan masyarakat, tapi pengetahuan budaya feodal, karena aku ingin menjadi pewaris takhta yang kompeten.

Tapi semua orang di sekitarku tersenyum berkata dengan lembut, "kamu adalah perempuan, kamu tidak perlu berusaha begitu keras."

Kemudian aku bertanya dengan ragu, "Lalu, apa yang harus kulakukan kalau begitu?"

Semua orang menjawab, "Menanti naga untuk menculikmu."

"Setelah itu?"

"Setelah itu, akan ada pangeran yang menyelamatkanmu."

"Dan setelah itu?"

"Kamu bisa hidup bahagia selamanya. Ketika pangeran menjadi seorang raja, kamu bisa menjadi ratunya."

Aku berpikir sejenak, dan bertanya, "kenapa tidak kukalahkan saja naga itu sendiri dan menjadi seorang raja?"

Semua orang menatapku heran, "Dari mana kamu dapat ide seperti itu?"

Aku mencoba membela diriku, "Aku pandai menunggangi kuda, aku pandai memanah, aku juga bisa membantu ayahku menyelesaikan permasalah kerajaan, aku sangat luar biasa."

Semua orang tertawa, "Apa gunanya itu? Kalau seperti ini, tidak akan ada naga yang datang untuk menculikmu. Jangan berpikir untuk menjadi seorang raja, tidak pernah ada tuan putri yang menjadi raja. Kamu hanya perlu menunggu naga, itu saja."

Jadi, aku menahan diri.

Kupikir, karena tidak pernah ada tuan putri yang menjadi raja, maka aku akan mengikuti aturannya dan menunggu naga untuk menculikku.

Aku menunggu, menunggu dan menunggu untuk waktu yang sangat lama, tapi tidak ada satu pun naga yang datang menculikku.

Semua orang di istana bilang karena aku terlalu kuat, jadi tidak ada naga yang berani menculikku.

Aku sangat marah, sampai-sampai keesokan harinya aku pakai bedak wajah tujuh lapis untuk melembutkan wajahku, menyelipkan bawang di lengan bajuku, mondar-mandir di atas tembok yang mengelilingi kerajaan, setiap tiga langkah mengeluh dan setiap lima langkah air mata menetes.

Aku tidak percaya ini, kenapa naga masih belum juga datang untuk menculikku?

[Chapter 2]

Setelah bolak balik di atas tembok selama 15 hari, dan bawang di lengan bajuku telah diganti tujuh kali, akhirnya naga pun datang.

Itu adalah naga emas yang indah, diselimuti sisik yang berkilauan. Ketika ia terbang di atas langit, seluruh penduduk kota berteriak ketakutan dan kabur mencari tempat berlindung.

Namun aku menatapnya dengan penuh harapan.

Dia datang, dia datang untukku!

Aku sangat bersemangat sampai-sampai menghancurkan bawang di lengan bajuku dan hampir menutupi wajahku yang hampir menangis bahagia dengan kedua tanganku.

Dia mendarat di depanku.

Dan berubah menjadi seorang pemuda!

Dia sangat tampan. Mata bundar, besar dan cerah, bulu matanya sangat panjang dan melengkung, bergerak bagaikan sepasang kipas kecil. Bibirnya merah bagaikan kelopak bunga mawar. Rambut emasnya sangat indah di bawah sinar matahari.

Dia tidak terlihat seperti naga, tapi lebih mirip seorang pangeran.

Tidak, aku tidak pernah melihat seorang pangeran secantik dia.

Aku menatapnya dan berpikir, diculik oleh naga secantik dia reputasiku akan melambung sangat tinggi.

Dan ketika kembali ke istana, aku bakalan membanggakannya ke seluruh orang yang aku temui!

Oh, Tuhan!

Dia berjalan menghampiriku!

Aku ingin tertawa hingga ke langit ketujuh. AKHIRNYA, naga yang kunanti-nanti telah datang untuk menculikku sekarang!!!!

Dia berhenti di depanku.

Aku menatapnya dengan penuh harap.

Dia terlihat sedikit gugup, wajahnya merah, dan terlihat sedikit genangan air mata di kedua matanya yang bagaikan batu mulia.

Jika saja ini terjadi di waktu dan tempat yang berbeda, aku pasti akan memeluknya dan menghibur dirinya.

Tapi tidak, aku harus membiarkan dia menculikku terlebih dahulu.

Dia meraih lenganku.

Aku rasa dia berniat mengluarkan tali, mengikatku dan membawaku.

Aku tidak sabar lagi!

Namun kulihat dia mengeluarkan sebuah botol air kulit, memberikannya padaku, dan sambil terbata-bata berkata padaku, "Ne...nee-chan... to... tolong lepaskan penyumbat botol ini!"

???

??????

Tanpa sengaja aku meremukkan bawangku, "APA KATAMU?"

Mungkin karena wajahku terlihat sangat marah, dia sangat ketakutan hingga ingin menangis. Namun dia tetap berusaha bertanya dengan gemetaran, "Bi, bisa tidak, lepaskan ini?"

[Chapter 3]

Aku sudah jalan bolak balik di atas tembok seperti penjaga perbatasan setiap hari sambil membawa bawang dan bertingkah seperti tuan putri yang lemah lembut, hanya untuk hari ini.

Dan yang kudapat adalah dia datang hanya untuk memintaku melepaskan penyumbat botolnya???

Kutatap dia dengan gigi gemeletuk.

Perlahan-lahan dia menarik kembali lengannya yang memegangi lengaku, "Ka, kalau nee-chan, tidak bisa, tidak apa-apa, aku, akan cari orang lain."

Kurebut botol air kulit dari tangannya dan membukanya dengan mudah. Kuberikan padanya dan berkata dengan sedikit kasar, "Nih, sudah."

Dia menerimanya sambil tersenyum.

Sialan.

Naga ini punya lesung pipi.

Senyumannya bagaikan permen kapas, lembut dan manis.

Menyebalkan sekali.

Tidak masalah kalau aku, seorang tuan putri, membantunya melepas penyumbat botol, tapi aku tidak terlihat manis seperti dia ketika tersenyum.

Kalau begini, kalau dia menculikku, aku tidak tahu siapa yang menculik siapa.

Aku sangat kesal sampai mondar-mandir di depannya, tapi ketika kulihat, dia sedang mengendus botol dengan ragu.

"Apa yang kamu lakukan?"

Dia mengendus botol sedikit demi sedikit dan memasang wajah cemberut, lalu menjawab dengan sedikit malu, "Aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya aku mencium bau menyengat."

Bau menyengat...

Diam-diam kuambil bawang di lengan bajuku dan membuangnya begitu dia tidak lihat. Pura-pura sedikit batuk kering dan berkata tanpa bersalah, "Mungkin airmu sudah buruk?"

Dengan polos dia membalas dengan 'oh', tapi masih terlihat bingung.

Buru-buru kuganti topik pembicaraan, "Kamu adalah naga, apa kamu pernah menculik seorang tuan putri?"

Akhirnya dia mengalihkan perhatiannya dari botol air dan menggelengkan kepala, "Tidak. Tapi aku keluar untuk mencari seorang tuan putri."

Mataku berbinar, "Aku adalah seorang tuan putri!"

Matanya terbelalak tidak percaya dan bertanya dengan lembut, "Nee-chan adalah tuan putri?"

"Apa maksudmu? Apa aku tidak terlihat seperti tuan putri?"

Dia langsung mengayun-ayunkan tangannya di depan, "Bukan, bukan, hanya saja aku tidak pernah bertemu dengan tuan putri mana pun. Ayahku selalu berkata, semua tuan putri sangat cantik."

Lalu menambahkan, "Ayahku bilang, mereka semua sangat cantik dibandingkan diriku."

"..."

Aku merasa harga diriku seperti sedang diinjak-injak dan diludahi.

[Chapter 4]

Meski aku merasa seperti sudah dihina habis-habisan, tapi ketika kutatap wajahnya, aku sama sekali tidak bisa membantahnya.

Aku hanya bisa merendahkan suaraku dan berdiskusi dengannya, "Dengar, kamu harus menculik tuan putri. Aku adalah tuan putri. Dan aku butuh naga untuk menculikku, kamulah naga itu. Kita akan bekerja sama dan kamu bisa menculikku, dengan begitu kita saling diuntungkan."

Dia terlihat ragu-ragu, "Tapi... tapi..."

Kukatakan dengan nada memaksa, "Tidak ada tapi-tapian! Cepat culik aku!"

Dia merendahkan wajahnya yang memerah dan berkata, "Tapi, aku tidak kuat membawa nee-chan!"

"..."

Hei, kawan, seorang gadis setinggi 168 cm dan berat 50 kg, kamu bilang berat?

Ah?

Kutanya dengan putus asa, "Tidak bisakah kamu gendong aku dalam bentuk nagamu?"

Dia menggelengkan kepalanya dan berkata dengan lirih, "Kami tidak boleh menggendong orang lain kecuali pasangan kami dalam bentuk naga."

Meski aku hampir saja berkata 'aku akan jadi pasanganmu', tapi kutatap wajahnya dan mengurungkan niatku.

Lupakan saja.

Jalan, ya kan?

Aku cuma perlu jalan, ya kan?

Kuberikan dia seutas tali, "Buruan ikat aku."

Dia terkejut bukan main dan bertanya, "Kenapa? Kenapa Nee-chan mau ikut aku dengan sukarela?"

Kubalas dengan nada datar, "Ini cuma formalitas, mengerti?"

Dia langsung sadar, dan menganggukkan kepalanya seperti anak ayam yang mematuk tanah, "Aku mengerti, aku mengerti."

Dia mengikatku seperti instruksiku, dan dengan malu-malu menarik ujung tali, "Kalau begitu... ayo?"

Kujawab dengan senang, "Ayo!"

Ini sama sekali tidak mudah!

Akhirnya aku menempuh rute diculik seekor naga.

Akhirnya aku berhasil menyelesaikan salah satu tugas terpenting dalam hidupku.

Aku sangat bahagia sampai ingin menangis, dan berniat menatap balik kota tempatku lahir.

Eh?

Kenapa dia ada di belakangku?

Si naga muda menatapku sambil terengah-engah, dan berkata dengan mata berkaca-kaca, "Nee-chan, bisa jalan lebih lambat? Aku tidak kuat."

[Chapter 5]

Sesaat aku jadi 'mager'. Aku berpikir, mungkin ketika aku kembali, aku akan mengubah cerita yang telah diceritakan turun temurun selama beberapa generasi.

Mengubahnya menjadi tuan putri yang menculik naga.

Kutatap naga lamban dari kejauhan dan akhirnya kehilangan kesabaran.

"Kamu, kemari!"

Naga muda mencoba sekuat tenaga berlari ke arahku, "Nee... Nee-chan?"

Dengan perasaan kesal, kuputuskan tali yang mengikatku dan kuangkat badannya dengan satu tangan.

Gila!

Ringan banget!

Dan dia juga terasa sangat empuk!

Oke, aku maafkan dia ketika dia bilang dia tidak bisa menggendongku.

Si naga muda menutupi wajahnya dengan kedua tangan, telinganya merah merona, "Nee...-chan... Nee-chan, apa yang kamu lakukan?"

Kugendong dia dan berjalan, dan merasa puas dengan kecepatan kami. Dengan santai kujawab pertanyaannya, "Kamu sangat lelet, jadi aku akan gendong kamu. Kamu tahu pangeran terdekat ada di mana?"

Naga muda menunjuk ke suatu arah.

Kuperhatikan jari-jari tangan terulurnya.

Seputih salju, lurus, kurus, rapuh dan rapih.

Kuperhatikan tanganku yang sedang menggendongnya.

.........

Lupakan, jangan lihat, jangan lihat.

Naga dan manusia punya kelebihan dan kekurangan mereka, membandingkannya cuma bikin stress.

Naga muda berbisik, "Aku tahu sebuah negara, dan kudengar mereka punya seorang pangeran."

Hatiku sudah mantap, "Yang itu kalau begitu." Lalu berjalan ke arah yang dia tunjuk.

Sambil menggendong naga muda, aku berjalan dengan langkah lebar dan menanyakan tentang si pangeran di perjalanan, "Kamu kenal dengan pangeran itu?"

Dia menggelengkan kepala, "Tidak."

"Kalau begitu, apa dia tampan?"

"...Lumayan."

Ketika naga muda menjawab pertanyaanku, dia terdengar sedikit ragu, karena penasaran maka kutanya dia, "Ada apa?"

Katanya, "Kudengar pangeran ini berambut panjang dan suka memakai gaun cantik, dan sering membawa bunga dan menangis, dan tidak bisa tidur hanya karena ada sebiji kacang tanah di bawah kasurnya."

"Aku sebenarnya berencana ke negara itu untuk menculik pangeran itu." Lanjutnya.

.........

Wajahku berubah menjadi tanpa ekspresi dan menghentikan langkahku, berbalik dan mengubah arah.

Dia bertanya dengan terkejut, "Kenapa kita ganti arah?"

"Tidak apa-apa, kamu tahu di mana lagi ada pangeran?"


Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]