Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 7 : Soal Kedua


Soal kedua

Ingat kembali peraturan Baseball berikut!
Jelaskan istilah baseball di bawah ini!
‘Touch Up’

Jawaban Sakamoto Yuuji
'Ketika Pemukul berhasil memukul bola, pelari, yang berada di luar base, harus memeriksa pergerakan bola. Pelari hanya bisa lari begitu bola mendarat di sarung tangan.'

Komentar guru
Benar

Jawaban Himeji Mizuki
Melakukan hal mesum

Komentar Guru
Aku sangat terkejut kamu tidak tahu definisi ‘Touch up’ dalam olahraga baseball, tapi kamu mengerti definisi Inggrisnya. Memang benar dalam bahasa Inggris, tapi ini memiliki arti yang berbeda dalam baseball.

Jawaban Tsuchiya Kouta
'Ketika Pemukul berhasil memukul bola, pelari, yang berada di luar base, harus memeriksa pergerakan bola dan rok mini pemandu sorak. Pelari hanya bisa melakukan hal mesum begitu bola mendarat di sarung tangan.'

Komentar guru
Tenanglah, jawabanmu bercampur antara jawaban yang benar dan pikiran mesummu.

***

Pengumuman
Festival Olahraga Akademi Fumizuki
Pertandingan persahabatan. Pertandingan Baseball guru vs murid.

Pertandingan di atas digantikan dengan pertandingan baseball versi Syokanju.

Pertanda
Kepala Sekolah Akademi Fumizuki
Todou Kaoru


***

““NENEK TUA KEPARAAAAAAAAAAAAAAT!!!””

Yuuji dan aku berteriak sambil mendobrak pintu kantor kepala sekolah.

“Apa lagi sekarang, bocah ga tahu diri? Pagi-pagi sudah berisik!”
“APA YANG KAMU MAKSUD PAGI-PAGI SUDAH BERISIK? INI BUKAN WAKTUNYA UNTUK ITU, NENEK TUA SIALAN!?”

Yuuji dan aku berlari menghampiri kepala sekolah, yang sedang memegangi kepalanya karena pusing begitu melihat kami, dengan tenaga sepuluh ribu pasukan.
Kami sudah sangat marah akibat Bible (Buku porno) kami disita dan berusaha membalas dendam di pertandingan baseball guru vs murid… tapi begitu kami sampai di sekolah pagi ini, tiba-tiba kami menemukan pengumuman kaya begitu. Sudah pasti kami bakal ribut.

“Kenapa kamu ganti format pertandingan dengan versi Syokanju? Sekarang kami sudah nggak bisa lagi membalas dendam dan memberikan pelajaran pada guru-guru sialan itu!!”
“Bocah sialan, itu alasannya…!”

Bergumam, ‘dasar, bocah ga tau diri’ , kepala sekolah mengabaikan kami dan membaca laporan di tangannya. Dia, apa dia beneran manusia?

“Kamu tidak tahu seberapa keras kami berusaha, kami sudah menyiapkan semua trik kotor dan berlatih… kenapa kamu tidak mau mengerti sih!”
“Bocah goblok, seharusnya kalian fokus dengan hal lain!”

Semua kerja keras kami jadi sia-sia. Guru macam apa dia!?

“Cih, mengganti format pertandingan dengan menggunakan Syokanju, pasti karena mau promosi Sistem Pemanggilan… Jadi Sistem Pemanggilan yang sangat hebat sekarang bisa dimanipulasi dan dikendalikan oleh manusia sesukanya?”

Begitu Yuuji bicara, kepala sekolah jadi cemberut. Kepala sekolah kami sebenarnya adalah ilmuwan bukan seorang guru. Dia tidak akan pernah membiarkan orang lain meremehkan ciptaannya.

“Lupakan soat turnamen Syokanju dan yang terjadi pas musim panas, Sistem Pemanggilan sudah sepenuhnya kukuasai. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku mengubah pertandingan menjadi pertandingan baseball Syokanju?”

Mendengar jawabannya, aku jadi berpikir. Ngomong-ngomong, dia benar, tapi ketika uji nyali, Syokanju kami berubah menjadi monster, jadi sudah jelas ada yang salah dengan sistemnya… mungkin karena kesalahan sistem kali ini Syokanju kami berubah menjadi pemain baseball.

“Bocah sialan, apa-apaan kalian! Ngapain kalian melihatku seperti itu!? kalian pikir aku gagal mengendalikan sistem dan tanpa sengaja mengubah sistem pemanggilan jadi versi baseball makanya aku mengubah format pertandingan jadi baseball versi Syokanju? Kalian pikir seperti itu?”

Kami memang berpikir seperti itu.

“Humph, aku tidak peduli apa yang dipikirkan otak udang kalian, tapi aku menghabiskan seluruh kemampuanku untuk mengubah sistem pemanggilan menjadi versi Baseball. Aku harus memperluas jangkuan sistem, mendesain pemukul dan sarung tangan, lalu membayangkan bola sebelum membuatnya. Bagaimana mungkin aku bisa menyiptakan itu semua kecuali aku sudah menguasai sistem seluruhnya.”

Menciptakan bola dengan imajinasi, menghitung gaya gesek udara dengan bola, lemparan bola melengkung … dengan semua isitlah yang keluar dari mulut kepala sekolah. Aku jadi semakin tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Pokoknya—

“Jadi sekarang, karena sistem pemanggilan sudah dikuasai, kamu mau menunjukkannya ke seluruh murid dan guru?”
“…”

Ah, kepala sekolah langsung diam.

“Akihisa, kamu seharusnya jaga mulutmu. Lihat, gara-gara kamu benar, si nenek jadi terdiam.”

Tebakanku benar? Orang di hadapan kami jauh lebih tua dari kami, tapi dia terkadang seperti anak kecil. Atau malah… semua ilmuwan seperti dia?

“Te, tentu saja nggak! Pokoknya, ini adalah tugasku sebagai kepala sekolah untuk memberikan pertandingan yang menyenangkan dan seru untuk semua murid dan guru.”
“Hoo~ Serius~ Keren banget~”
“Keren~ jadi makin hormat~”
“Kalian bocah sialan memang suka bikin emosi!!”

Dia bisa melihat sandiwara kami dengan mudah, heh, sepertinya kami masih belum seberapa.

“Kalau begitu, pasti bisa donk diubah formatnya ke awal, ya kan? Karena usul menggunakan Syokanju adalah ide nenek.”
“Ya, kepala sekolah. Tarik kembali pengumuman itu dan biarkan kami bermain seperti biasa!”
“Nggak!”
““KENAPA??!!””
“Kalian baru saja memperlakukan aku seperti orang bodoh. Mana mungkin aku akan mengabulkan permintaan kalian!”

Tidak bisa dipercaya. Dia  tega menolak permintaan murid-muridnya yang manis ini. Apa dia beneran kepala sekolah?

“Meski aku ingin, mustahil mengembalikan semuanya ke semula karena semua sudah diatur.”

Kepala sekolah menunjukkan tumpukan kertas kualitas tinggi ke kami.

“Kenapa jadi seperti ini… kenapa tidak meminta persetujuan kami dan memutuskan seenaknya…”
“Memangnya kalian siapa?! Kenapa aku harus meminta persetujuan kalian!?!?”

Sialan! Kalau kami tahu ini akan terjadi, kami akan menyogok panitia acara. Tapi sepertinya si nenek tua ini tidak akan mendengarkan mereka.
Saat aku sedang berpikir, mencari jalan keluar, Yuuji memasang wajah bertanya-tanya lalu menatap kepala sekolah,

“Sekarang sudah tidak bisa diubah… tapi, kalau begitu bukannya akan ada perbedaan yang terlalu jauh antara guru dan murid?”
“Perbedaan yang kamu maksud, maksudnya perbedaan kekuatan Syokanju guru dan murid? Ha! Kupikir kamu mau ngomong apa, ternyata itu.”
“Tapi kepala sekolah, Yuuji benar! Bukannya nilai para guru itu sangat tinggi? Nilai sama dengan kekuatan. Kalau ada perbedaan yang begitu jauh dalam hal kekuatan, bagaimana kami bisa men—“
“Jangan bodoh. Ini bukan pertandingan biasa. Aku menyuruh kalian untuk bermain baseball! Kalau kekuatan saja cukup untuk menang, semua pemain baseball professional bakalan diganti dengan binaragawan.”
“Tapi…”
“Lagipula, Akademi Fumizuki adalah sekolah yang fokus pada nilai untuk meningkatkan potensi belajar. Berbeda tingkat artinya berbeda kekuatan. Apa yang salah dengan itu?”

Aku tidak bisa membalas apapun perkataan kepala sekolah. Dia benar. Kami sudah tahu kebijakan pendidikan Akademi Fumizuki sebelum kami mendaftar, tapi kami tetap memilih sekolah ini.

“Meski beigtu, kalau kami tahu akan ada perbedaan yang begitu besar dalam hal kekuatan, kami tidak bisa fokus bermain baseball! Jadi kumohon kembalikan seperti semula!”
“Ah, Akihisa, tunggu dulu. Bukannya sudah dibilang? Itu tidak mungkin.”

Aku masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Yuuji menghentikanku. Eh? Bukannya Yuuji ngomong buat meminta kepala sekolah mengubah format ke seperti semula?

“Tapi Yuuji…”
“Mn, kamu benar. Itu bisa membuat kita susah fokus ketika bermain. Jadi kepala sekolah, bagaimana kalau begini? Kalau kamu ingin kami semangat bermain, bagaimana kalau menyiapkan hadiah untuk kami?”

Tiba-tiba Yuuji mengajukan saran ke kepala sekolah dengan percaya diri. Hadiah? Apa yang dia bicarakan?

“Saranmu itu terlalu aneh. Tapi, aku tidak bisa membuatkan hadiah yang bagus di waktu yang pendek ini.”
“Tidak, kamu tidak perlu menyiapkannya, atau pun mengeluarkan seperser pun uang untuk itu.”

Tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun? Itu artinya—

“Kalau kami bisa mengalahkan para guru, tolong kembalikan barang sitaan yang disita kemarin pas pemeriksaan ditempat. Bagaimana menurutmu?”
“…Begitu. Jadi kamu lebih memilih hadiah dari pada piala?”
“Tentu saja, kalau kami bisa membalas dendam itu lebih baik, tapi karena kami tidak bisa mengembalikan format pertandingan ke awal, jadi percuma juga kalau kami protes. Maka dari itu lebih baik kami memiliki tujuan yang lebih kuat.”

Kemudian Yuuji tersenyum. Mengabaikan piala dan mendapatkan hadiah… di satu sisi, itu terdengar seperti yang akan Yuuji lakukan, tapi entah kenapa. Aku merasakan sesuatu tidak benar. Uu, apa ya…

“Kalau masalah pemeriksaan di tempat. Aku rasa bukannya cuma dari para murid, bahkan para guru juga protes tentang itu, ya kan?”
“…Humph, kalau kamu tidak ingin barang-barang kamu disita, jangan bawa barang aneh seperti itu ke sekolah. Memangnya kalian pikir sekolah itu apa, hah?!”

Meski itu semua demi pendidikan. Pemeriksaan Akademi Fumizuki terlalu ketat dari pada sekolah lain. Sekolah biasa akan mengembalikan barang sitaan kepada pemiliknya setelah barang mereka disita. Tidak hanya murid, aku rasa tidak aneh kalau banyak guru yang bilang ke kepala sekolah kalau ‘itu semua terlalu berlebihan’.

“Karena peraturan seperti itu aku mengajukan hal ini. Kalau kamu mau memenuhi permintaan kami, kami akan ikuti format pertandingan yang baru. Kalau kamu beri kami kesempatan, kami akan berusaha sekuat tenaga menerima ketidakpuasan ini. Bagimu ini tawaran yang menarik, ya kan?”
“Jadi ketidaksenangan kalian akan meledak kalau kalian tidak punya kesempatan untuk melawan? Jadi aku hanya perlu bilang ke para murid kalau ada ‘kesempatan untuk mendapatkan barang sitaan kalian lagi’, dan jika mereka gagal mendapatkannya, mereka akan menyalahkan diri mereka sendiri dari pada menyalahkan kami, para guru.”
”Mn, benar. Tidak peduli bagaimana, semua orang benci kalah karena lemah. Tapi kalau ada kesempatan, meski mereka gagal, anehnya mereka akan terima hasilnya dengan lapang dada.”

Yuuji masih membicarakan hal-hal yang rumit dengan kepala sekolah. Jadi intinya, kalau kami tidak mendapatkan kesempatan untuk melawan, semua orang akan marah. Begitu, kan?

“Jadi begitu. Menurutmu gimana, nenek sialan?”

Yuuji kembali menghadap ke kepala sekolah. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya aku harus mendukung Yuuji.

“Kumohon, nenek sialan.”

Aku berdiri di samping Yuuji dan menirunya.
Mendengar perkataan kami, kepala sekolah mengelus-elus dagunya dan berkata,

“Jadi… bukannya meminta kesepakatan, kalian malah memohonnya, ya? Tapi mendengar kalian memohon seperti itu, aku jadi males.”

Uu… aku mencoba sekuat tenaga supaya  kata ‘nenek tua sialan’ tidak keluar dari mulutku, tapi aku mencoba memahami apa yang dia maksud.

“Maaf… tapi apa maksudmu?”
“Memanggil orang yang lebih tua dari kalian ‘nenek tua’… bagaimana aku akan menyetujui permintaan kalian, bocah tidak tahu diri?”

Begitu. Karena dia tidak suka kami memanggilnya ‘nenek tua’, aku akan mengulangi perkataanku.

“Maaf soal itu, sialan.”
“Seperti si ‘sialan’ bilang, kita harus lebih hati-hati kalau ngomong.”
“KENAPA KALIAN CUMA MENGHILANGKAN KATA ‘NENEK TUA’-NYA SAJA!!!??”

Wajah kepala sekolah berkerut marah. Dari dulu dia sangat keras kepala. Bagaimana mungkin kami bisa menuruti begitu banyak permintaan.

“Jadi, menurutmu bagaimana?”
“Humph… ketika pertandingan, akan ada tamu dari luar negeri. Sebaiknya kalian jaga sikap kalian… Pertandingan Syokanju Baseball antara kelas 2-A dan 3-A akan ditunjukkan kepada mereka. Dan untuk kalian bocah-bocah idiot, fokus saja pada pertandingan baseball. Saat itu aku akan membawa para tamu untuk menyaksikan pertandingan olahraga yang lain. Begini jadi lebih aman…”

Sepertinya kami diperlakukan seperti pembawa masalah. Tapi masih lebih baik terima meski berat hati dari pada melawan dengan sia-sia.

“Dasar, kalian. Baiklah, aku terima.”
“Benarkah? Terima kasih banyak.”

Yuuji dan kepala sekolah saling mengangguk tanda setuju.
Dengan begini, meski tujuan kami untuk mengembalikan format pertandingan jadi seperti semula telah gagal, setidaknya kami berhasil mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan barang kami kembali. Itu tidak terlalu buruk.

“Karena sudah diputuskan, kita akan buat ini jadi kesepatakan di atas kertas, dan hadiahnya harus ditulis, kami akan kerepotan kalau kamu berkata ‘aku tidak pernah dengar itu’.”
“Bocah sialan, itu kata-kataku.”

Lalu Yuuji dan kepala sekolah mulai saling cekcok, dan menuliskan peraturan pertandingan.

“Jadi cuma satu mata pelajaran untuk setiap pertandingan?”
“Aku tidak masalah. Tapi apa kalian tidak merasa kesulitan kalau cuma satu mata pelajaran?”
“Ya. Kalau bisa, aku ingin mata pelajaran yang berbeda untuk setiap babak.”
“Oke, aku setuju. Itu masih berhubungan dengan pelajaran.”
“Itu sangat membantu. Kalau begitu, bagaimana kalau ditulis ‘Pemain harus memilih mata pelajaran yang akan digunakan pada setiap babak’?”
“Boleh saja selama itu tidak mengubah esensi peraturan.”

Mereka berdua masih diskusi (atau lebih tepatnya, Yuuji yang sedang bernegosiasi, dan rancangan untuk peraturan baseball sudah jadi. Beruntung sekali semua berjalan lancar sesuai rencana Yuuji, tapi aku masih merasa ada yang ganjil…

***

Peraturan Pertandingan Baseball Syokanju (Peraturan Sekolah)

1. Setiap babak, satu mata pelajaran akan digunakan.
2. Di setiap pertandingan, kalau mata pelajaran sudah digunakan di babak sebelumnya, maka tidak bisa digunakan lagi di babak selanjutnya.
3. Guru yang tidak berpartisipasi bertindak sebagai wasit. Juga, guru yang bertugas mengawasi pertandingan dilarang meninggalkan lapangan.
4. Begitu bola yang terpukul keluar dari batas area pemanggilan (lapangan baseball versi Syokanju), maka itu akan dianggap homerun.
5. Akan ada 5 babak menyerang dan bertahan. Kalau diakhir pertandingan skor masih sama, maka pertandingan akan diperpanjang menjadi 7 babak. Kalau pertandingan masih belum bisa ditentukan pemenangnya, itu akan dianggap sebagai seri.
6. Setiap pemain harus menyerahkan daftar pemain sebelum pertandingan. Bagi yang namanya tidak terdaftar tidak diperbolehkan mengikuti pertandingan. Dan juga, peraturan ini berlaku bagi pemain cadangan dan guru yang bertugas.
7. Satu pemain untuk setiap posisi pertahanan dan 2 pemain cadangan, dengan total 11 pemain.
8. Ketika pertandingan dimulai, festival olahraga adalah yang utama. Kalau pertandingan diperpanjang, setiap tim boleh mengubah susunan pemain sebelum babak perpanjangan dimulai.
9. Selain peraturan di atas, peraturan dasar baseball resmi berlaku.


***

Setelah negosiasi kami selesai, kami kembali ke kelas F. Di perjalanan, aku baru sadar apa yang mengganjal dari tadi.

“Yuuji, soal tadi…”
“Hm? Tentang pertandingan baseball Syokanju?”
“Um, itu terdengar seperti keputusan yang masuk akal… tapi itu kalau – kita punya kesempatan untuk menang, kan?”

Tadi, Yuuji bilang ‘kalau kami menang, guru akan mengembalikan barang kami yang disita’. Dalam arti lain – kecuali kami ‘memenangkan pertandingan’, kami tidak akan bisa mendapatkan barang kami kembali. Kalau kami bisa mendapatkan barang kami kembali dengan melupakan dendam kami, itu masih masuk akal, tapi kenyataannya bukan begitu. Ini adalah pertandingan yang harus dimenangkan menggunakan nilai. Bagaimana mungkin kami bisa menang melawan guru!? Kalau begini, sebaiknya aku mencari kesempatan buat melampiaskan semua dendamku pada mereka.
Mendengarku berkata seperti itu, Yuuji memasang wajah ‘jarang sekali kamu bisa menyadari itu’ sambil menatap ke arahku,

“Kamu benar. Jadi kalau kita tidak bisa memenangkan pertandingan, ini semua kan sia-sia. Karena dia tahu itu, makanya si nenek tua sialan itu setuju.”
“Jadi begitu. Tapi lawan kita adalah guru. Kemungkinan kita menang melawan mereka sangat rendah…”
“Ya, memang benar. Kita tidak akan pernah menang dengan cara normal…”

Ada perbedaan nilai yang sangat jauh antara guru dan kami. Selain mata pelajaran yang diujikan, tingkat kemampuan mereja juga jauh.

“Jadi Yuuji, apa rencana kita?”
“Hm? Apa yang kamu bicarakan?”
“Jangan bercanda. Kamu pasti punya suatu rencana ketika kita di ruangan kepala sekolah, kan? Dan kamu sendiri yang membuat peraturannya, bukan? Pasti kamu mempunyai sebuah rencana!”
“Yup, itu dia. Bagaimana mungkin aku bertanding di pertandingan yang mustahil dimenangkan.”
“Ya, jadi? Apa rencanamu?”
“Seperti yang kamu bilang, aku berniat memanfaatkan peraturan itu – tapi yang hanya menarik jika kita yang menggunakannya. Lagi pula, kalau aku memberi tahu kamu sekarang, pasti kamu akan lupa.”

Kasar sekali, cuma kadang-kadang aku tidak bisa mengingat.

“Tapi Yuuji, kenapa kamu tiba-tiba jadi bersemangat? Sepertinya bukan cuma MP3-mu saja yang disita?”
“Dan tiga foto album edisi spesial.”
“Kamu berhasil menyembunyikan tiga album di dalam rumahmu… bukannya itu luar biasa?”

Dia berhasil menghindari radar Kirishima-san dan insting ibunya! Yuuji sangat luar biasa…

“Aku menyembunyikan mereka di bawah rak buku, atau di atas loteng, atau bahkan menyegel mereka dengan kotak anti air dan meleparnya ke dalam kolam ikan. Aku berusaha keras untuk itu semua…”
“Tapi kamu tidak bisa langsung baca ya...”

Jadi ini yang dimaksud dengan pengorbanan mati-matian.

“Kalau tidak, aku tidak akan bisa melindungi harta karunku. Lagi pula, ketiga album itu sudah memeras kantongku.”
“Begitu. Kalau memang segitu bagusnya, aku jadi ingin baca.”
“…Aku juga.”

Aku mengangguk bersama Kirishima-san yang berada di sampingku. Seberapa hebatnya album foto itu, ya? Sampai-sampai Yuuji berkata seperti itu, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk merebutnya dari para guru dan menikmatinya.

“Oke, kurasa itu sudah cukup. Sekarang Yuuji dan Kirishima-san bisa memperdalam hubungan mereka.”
“TUNGGU DULU, AKIHISA! BAGAIMANA MUNGKIN KAMU TEGA MENINGGALKAN AKU DI SAAT SEPERTI INI!?”

Yuuji langsung menahan pergelangan tanganku, tapi kalau aku tetap di sini, aku bakalan menyaksikan pemandangan yang mengerikan…

“…Aku benar-benar meremehkan Yuuji. Mulai sekarang, tidak peduli di dalam kolam, di bawah pot tanaman atau pun di dalam bathtub ketika Yuuji mandi. Aku akan memeriksa itu semua dengan teliti.”
“OI, TUNGGU DULU. YANG TERAKHIR TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN PEMERIKSAAN!!”
“…Karena aku harus memeriksa pertumbuhan Yuuji.”

Begitu ya, jadi dia harus memeriksa pertumbuhan Yuuji.

“—Hm?”

Tunggu dulu. Ngomong-ngomong soal ‘perumbuhan’… jangan-jangan—

“Kirishima-san, boleh aku nanya…”
“…Apa?”
“Kirishima-san, kamu… pernah mandi bareng Yuuji?”
“…Sebelum SMP.”
“HYAAAAAAAHHHHHHHH!!!”
“BAHAYA!!”

Cih! Dia menghindar! Berhasil menghindari tendangan memutar penuh power milikku, orang ini refleknya nggak main-main…

“DENGARKAN DULU, AKIHISA! ITU SEBELUM SMP, TAPI KAMI TIDAK PERNAH MAIN BARENG LAGI SEMENJAK KELAS 5/6 SD—“
“…Dan beberapa kali setelah dadaku tumbuh sedikit.”
“HHHHHYYYYYYAAAAAAAAAAAHHHHHHH!!!”
“WOOOOOOOH! KAMU INGIN MEMBUNUHKU, HAH!!??”
“DIAM KAU ORANG KAFIR… BERANI-BERANINYA KAMU ORANG SESAT MENGOTORI TANAH SUCI INI!!... KAMU HARUS MENEBUS PENGHUJATAN INI DENGAN KEMATIAN!!! DAN JUGA—“

“““—KAU AKAN DIADILI DI MAHKAMAH AGUNG FFF!!!”””

“TUNGGU, TUNGGU DULU! SEJAK KAPAN KALIAN ADA DI SINI!? AKU TIDAK MELIHAT KALIAN TADI!!! DENGARKAN AKU DULU, MESKI AKU PERNAH MANDI BARENG SHOUKO PAS SD, BUKAN BERARTI AKU PERNAH MELAKUKAN SESUA—GWWWOOOOAAAAHHHH!!!”
“…Ah… Yuuji.”

Inkuisitor Yoshii, terima kasih atas usahamu menangkap orang sesat ini. Kerja yang bagus.”
“Tidak tidak, aku seharusnya yang berterima kasih, ketua Sugawa.”

“…Aku cuma ingin tanya… tentang ‘kalau kita menang di pertandingan baseball, kita bisa mendapatkan barang kita kembali’…”




<<Prev                          Next>>

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]