Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 7 : Soal Ketiga


Soal Ketiga

Bacalah cerita berikut dan jawab pertanyaannya:
Pasukan Raja Xiang tiba di tembok, terluka dan kekurangan makanan.
Pasukan Han dan para jendral telah mengepung mereka.
Ketika malam tiba, pasukan Han mengepung perkemahan Raja Xiang dan mulai menyanyikan lagu rakyat Chu. Jendral Chu terkejut karenanya.
Apa Chu telah jatuh ke tangan Han? Sejak kapan Chu punya pasukan sebanyak ini?”
Raja Xiang berdiri di tengah malam dan mulai minum-minum.

Tuliskan istilah yang tepat untuk menggambarkan perilaku Xiang Yu!

Jawaban Himeji Mizuki :
“Lagu Chu dari empat sisi (四面楚歌, shimensoka).”

Komentar guru :
Jawaban yang tepat. Ketika pasukan musuh mulai menyanyikan ‘lagu rakyat Chu’ yang seharusnya milik pasukannya, itu artinya pasukan Xiang Yu telah terkepung di keempat sisi dan tidak punya cara untuk melawan. ‘Terpojok dan terkurung di setiap sisi’ maka dinamakan ‘Lagu Chu dari 4 sisi’.

Jawaban Tsuchiya Kouta :
“Hajar duluan.”

Komentar guru :
Dia kalah diakhir

Jawaban Yoshiii Akihisa :
“Serang duluan.”

Komentar guru :
Dia kalah setelah menyerang, ngerti ga?


***

“Petandingan Baseball Syokanju akan dilaksanakan di gedung olahraga kedua. Kepada seluruh pemain yang berpartisipasi, harap—”

Suara pengumuman dari speaker sekolah menggema ke seluruh penjuru.
Dengan begitu, hari pertandingan telah tiba.
Setelah upacara pembukaan yang membosankan telah usai, kami bangkit berdiri dari bangku dan mulai menuju lapangan baseball.

“Yuuji, siapa lawan pertama kita?”
“Seingatku lawan pertama kita dari kelas sebelah. Nih jadwalnya, lawan kita kelas 2-E.”


Yuuji mengoper selembar kertas A4 padaku, dan terdapat diagram piramid di atasnya.
Jadi kami akan menghadapi kelas E… kami memang tetanggan, tapi kami tidak terlalu sering berhubungan dengan mereka. Kami tidak pernah bertarung melawan mereka di perang Syokanju, dan pas Uji Nyali kami juga tidak terlalu banyak bertemu mereka. Aku tidak mau mengatakannya, tapi kami berinteraksi cuma  pas rencana mengintip. Dengan kata lain, aku tidak tahu banyak tentang mereka.

“Nggak apa-apa nih kalau kita lawan kelas E? Bakalan nggak ada masalah?”

Aku nanya Yuuji yang jalan di sampingku. Soalnya, kami punya Himeji-san dan Hideyoshi, jadi aku berkewajiban untuk memastikan kalau mereka baik-baik saja.

“Hmm… kayaknya nggak bakalan ada masalah. Tadi saja aku baru bertemu ketua mereka sebentar, dan dia lumayan manis.”
“Eh? Beneran? Manis gimana?”
“Hmm, kira-kira…”

Yuuji sendiri bilang dia manis. Meski dia lawan kami, aku jadi penasaran kaya gimana ketua kelas E itu.

“… Dia bilang, ‘Halo, aku ketua kelas E, namaku Nakabayashi! Kami pasti akan memenangkan pertandingan hari ini!’”
“Orang itu, pasti dia berotot, ya kan? Dia sama sekali tidak manis!”

Manis dari mana, aku sama sekali tidak merasa perkataannya ‘manis’!

“Bercanda. Dia cuma bilang, ‘Ayo bertanding dengan sportif, kami tidak akan kalah~♪’. Yah, kira-kira begitu nada bicaranya.”
“Owh, oke~ kalau begitu aku juga tidak akan kalah!”
“Tapi dia anggota tim rugby.”
“Orang itu pasti sangat berotot, ya kan!?”

Anggota tim rugby bicara dengan nada seperti itu? Bikin kesal aja!

“Bohong. Ketua kelas E, dia ketua klub tenis cewek, Nakabayashi-Taichou. Sifatnya hampir mirip seperti Shimada.”
“Dan penampilannya?”
“Hampir seperti Tetsu—Bercanda!! Oi, kamu mau lari kemana, Akihisa!?”
“Candaanmu sama sekali tidak baik buat jantung!”

Kalau dia punya sifat Minami dan kekuatan Tetsujin, mana mungkin kami bisa menang.

“Dasar… Yuuji, berhenti mengerjai Akihisa. Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan pertandingan. Ngomong-ngomong, kelas E itu seperti apa?”

Kali ini Hideyoshi,  yang jalan di belakang kami, nanya ke Yuuji. Sepertinya dia juga tidak terlalu kenal dengan kelas E.

“Sorry sorry, yaah… Kalau dijelaskan, kelas E itu ‘kelas olahraga’.”
“‘Kelas olahraga’?”
“Ya, mereka semua fokus dengan ekstrakulikuler. Karena mereka fokus ikut ekskul, makanya nilai mereka anjlok. Tapi, kemampuan fisik dan insting mereka luar biasa.”

Jadi mereka adalah kelas yang fokus pada ekstrakulikuler? Makanya mereka sering ikut pertandingan Syokanju. Bagi mereka, fasilitas ekstrakulikuler lebih penting dari pada fasilitas kelas.

“Owh, jadi mereka cuma sekumpulan orang idiot penggemar olahraga.”

Hmm… pas aku lagi mengangguk-angguk mengerti, tiba-tiba seseorang berjalan ke arahku dari depan. Hm, siapa itu?

“AKU TIDAK INGIN DIPANGGIL IDIOT OLEH IDIOT, DASAR IDIOT!”

Gadis dengan ikat kepala menatapku dan berteriak di depan mukaku. A, aku rasa ini pertama kalinya aku bertemu dengannya…

“Yaah, soal itu…”
“KALAU KAMI IDIOT, KALIAN KELAS F YANG DIBAWAH KAMI ADALAH SUPER IDIOT! DASAR IDIOT!!”

Gadis dengan ikat kepala ini terlihat sangat marah sambil nunjuk-nunjuk ke mukaku dan mulai memarahiku. Ini…

“Akihisa, dia ketua kelas E, Nakabayashi yang baru saja kamu tanya.”

Karena tahu aku sedang kebingungan, Yuuji yang sangat jarang berbaik hati menjelaskan kebingunganku.
Ahh, begitu, jadi dia –

“Ooh, jadi dia gadis yang katanya sangat berotot dan –“
“BEROTOT? MEMANGNYA GIMANA KAMU MENJELASKANNYA!?”

Mata gadis itu terbelalak dan berteriak tidak percaya.
Ah, maaf. Salah. Seharusnya aku menyebut dia ketua kelas E.
Karena aku sudah menganggap salah penampilannya, kali ini aku memperhatikan Nakabayashi-san. Dari penampilannya, dia terlihat kuat, tapi selain itu, tidak ada hal yang aneh. Syukurlah… akhirnya, aku menemukan orang normal yang jarang kutemui akhir-akhir ini!
Tapi, tatapanku menimbulkan kesalahpahaman, jadinya Nakabayashi-san langsung menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya dan menjauhiku, sambil berteriak,

“A, APA-APAAN TATAPANMU ITU, HAH!? INI SEBABNYA AKU TIDAK SUKA KELAS F IDIOT!! SEENAKNYA MENATAP TUBUH ORANG SEPERTI INI, DASAR MESUM!!”

Dia jadi sangat salah paham, aku tidak menatapmu seperti itu.

“Bukan begitu! Tadi aku mengira kalau Nakabayashi-san anggota rugby, dan terlihat seperti Tetsujin—“
“KAMU NGAJAK RIBUT, HAH!? KALAU MAU NGAJAK RIBUT, SINI!?”

Waduh, dia menatapku dengan benci.

“Aah, tenang dulu, gadis berambut kuat, Akihisa cuma asal ngomong aja.”

Untung saja Yuuji datang membantu pas aku tidak tahu harus bagaimana. Tapi apa-apaan ‘berambut kuat’?

“Berambut kuat? Maksudmu berambut pirang? Dasar bodoh, aku tidak mewarnai rambutku. Perlu buktinya?”

Nakabayashi-san terlihat kebingungan sama sepertiku ketika menatap Yuuji.

“Tidak tidak, yang aku maksud bukan ‘rambut pirang’, tapi ‘bahkan rambutmu juga sangat terlatih sampai-sampai ototnya terlihat’.”
“Kamu juga ngajak ribut…”
“—Itu kata Akhisia.”
“APA KATAMU!?”
“ITU SALAH PAHAM!!!”

Mati aku! Padahal aku nggak ngomong apa-apa!!

“Oh iya, Nakabayashi, aku lupa nanya. Kelas E mau mukul pertama atau terakhir?”
“NGGAK TAHU! TERSERAH KALIAN!”
“Oke. Karena kamu bilang begitu, kami yang melempar duluan.”
“TERSERAH! POKOKNYA, INGAT BAIK-BAIK! AKU TIDAK AKAN KALAH MELAWAN KALIAN!!”

Pergi sambil meninggalkan kata-kata terakhir, Nakabayashi-san dengan langkah yang keras jalan kembali ke ruang tunggu kelas E.

“Kerja bagus, Akihisa. Tadi itu sangat berhasil.”
“Apa-apaan yang ‘kerja bagus’? Gara-gara kamu, dia jadi membenciku! Gimana caramu memperbaiki ini?”
“Jangan khawatir Akihisa. Kalau kamu mau bekerja keras, tidak ada langit yang terlalu tinggi, tidak ada samudera yang terlalu dalam dan kita pasti bisa mendapatkan buku porno kita kembali.”
“Mendengarmu berkata seperti itu, cuma yang terakhir yang menarik!”

Haah, tapi benar kalau buku porno memang yang paling penting.

“Sepertinya pertengkaran sudah berakhir. Kalian berdua baik-baik saja?”
“Ya. Atau lebih tepatnya, semua berjalan sesuai perkiraanku. Ini sempurna.”
“Buatku, ini yang terburuk…”

Trauma mentalnya terlalu besar.

“Haah… sekarang, bertambah satu orang lagi yang berpikir kalau aku ini aneh…”

Aku selalu berusaha hidup di bawah bayang-bayang, tapi pandangan orang malah semakin jelek. Itu sama sekali tidak masuk akal.
Setelah mengeluh sejenak, aku rasa ini sudah waktunya buat memanggil Syokanju. Babak pertama diawasi oleh Mukai-sensei. Sepertinya kami akan bertanding dengan mata pelajaran sejarah.

“Baiklah, summon!”

Setelah meneriakkan kata itu, sebuah lingkaran bercahaya muncul di dekat kakiku. Kemudian, sebuah sosok yang kecil dan mirip dengan diriku muncul di atasnya. Syokanju yang biasanya memakai seragam sekolah dan membawa pedang kayu, sekarang…

“Jadi pakai seragam baseball. Dia mengganti sistem cuma untuk turnamen seperti ini, kepala sekolah suka sekali kerja keras cuma buat hal aneh-aneh.”

Syokanju milikku terlihat lebih imut dengan tongkat baseball dan sarung tangan.

“Sepertinya dia mempermudah pola gerakan Syokanju supaya mudah dikendalikan.”

Yaah, bagus juga sih, kalau nggak kita nggak bakalan bisa main.
Dilihat dari bagaimana sistemnya bekerja, kemungkinan buat memukul bola sangat sulit, apalagi melempar bola dengan akurat. Untungnya kepala sekolah sudah mengatasinya.

“Percuma kita mencari celah dari sistem. Sekarang, yang terpenting adalah kita harus fokus dan bersiap buat bertanding.”
“Benar kata Hideyoshi. Tidak peduli seperti apa situasinya atau apa yang terjadi, ini adalah kesempatan terbaik untuk merebut barang kita yang disita.”

Meski Yuuji berkata seperti itu, dia sama sekali belum mengatakan rencana briliannya.

“Oke, sekarang, aku akan umumkan susunan pertahan dan urutan pemukul. Oi, semuanya, dengerin!”

Yuuji menaikkan volume suaranya supaya semua orang yang berpartisipasi dapat mendengar. Setiap kali ini terjadi, itu tandanya Yuuji punya rencana, jadi tidak ada yang harus dikhawatirkan. Makanya semua orang mulai berkumpul dan mendengarkan.

“Jadi, ini yang akan kita pakai.”

Pemukul pertama         : Base 1, Kinoshjita Hideyoshi
Pemukul kedua             : Tengah atas, Tsuchiya Kouta (Muttsurini)
Pemukul ketiga             : Pelempar, Yoshii Akihisa
Pemukul keempat        : Penangkap, Sakamoto Yuuji
Pemukul kelima            : Penjaga kanan, Himeji Mizuki
Pemukul keenam         : Base 2, Shimada Minami
Pemukul ketujuh           : Penjaga tengah, Sugawa Ryo
Pemukul kedelapan     : Base 3, Fukumura Kohei
Pemukul kesembilan    : Penjaga kiri, Yokomizo Koji

Pemain cadangan        : Kimishima Hiroshi dan Kondou Yoshimune


Jadi aku pemukul ketiga dan pelempar? Sepertinya itu posisi yang paling bagus…

“Tapi Yuuji, nggak apa-apa aku yang lempar? Kenapa nggak kamu atau Himeji-san saja?”

Kalau kami bertarung dengan Syokanju, yang memiliki nilai tertinggi di kelas, Himeji-san atau Yuuji seharusnya yang melempar, karena itu pasti akan menyulitkan pemukul. Dan kalau aku ditaruh di area luar, nilaiku terlalu kecil buat melempar kembali bola. Jadi kurasa sebaiknya aku yang jaga area base.

“Kalau bisa, sudah aku lakukan.”

Mendengar pertanyaanku, Yuuji langsung tersenyum pahit.

“Kalau bisa? Apa maksudnya?”
“Kalau aku atau Himeji yang lempar, siapa yang akan menangkap bola?”

Mendengar itu, aku mulai berpikir.
Uuh. Benar juga…

“Hmm, benar juga, karena Syokanju tidak seperti tubuh manusia normal dan memiliki kekuatan sepuluh kali lipat dari manusia…”
“Yup. Meski itu hal sepele, karena kita tidak bisa menyentuh Syokanju, kita juga tidak akan bisa menyentuh bola, tapi masih ada power. Dan karena yang melempar adalah Syokanju, kemungkinan besar si nenek juga meningkatkan kekuatan bola.”
“O, oh, gitu..”

Mendengar jawaban Yuuji, aku jadi ngeri, tapi aku rasa aku mengerti. Meski kekuatan Syokanju adalah nilai ujian kami, mereka masih berkali lipat lebih kuat dari manusia. Dan hanya dengan nilai kelas F, kami bisa melempar dengan kekuatan seperti itu, apalagi kalau kelas A.

“Kalau begitu, mau gimana lagi. Kalau yang lempar kamu atau Himeji-san, aku rasa nggak ada orang yang bisa menangkapnya di kelas kita.”

Tentu saja, kami bisa menangkap bola dengan sarung tangan… tapi kalau ada kesalahan, lalu meleset dan kena badan, bisa langsung mati.

“Kalau begitu, gimana kalau Himeji lempar dan Yuuji yang nangkep?”

Kata Hideyoshi sambil mengangkat tangannya, tapi sebelum Yuuji menjawab, Himeji-san menjawab duluan.

“Ma, maaf, tapi aku tidak mengerti sama sekali tentang baseball… apalagi, aku belum pernah main…”
“Begitulah. Jadi untuk sekarang, aku ingin Himeji belajar bermain baseball di pertandingan pertama dan menaruh dia jadi penjaga kanan. Tapi, tergantung situasi, mungkin aku akan mengubahnya nanti.”

Buat yang suka bermain baseball pasti mudah untuk memukul bola ke kiri atau ke kanan, tapi karena kami bermain baseball dengan Syokanju, jadi itu bukan hal yang mudah. Lagi pula, ketika bola dipukul ke area luar, sangat sulit buat mengarahkannya ke sisi kanan lapangan, dan situasi di area dalam sangat ribet apalagi buat pemain pemula, jadi keputusan Yuuji sudah tepat.

“Itu saja. Ada pertanyaan?”

Yuuji menatap semua orang. Sepertinya tidak ada yang ingin bertanya.
Karena itu, kami semua langsung berkumpul di sekitar Yuuji, dan Yuuji berteriak menyemangati semua orang.

“Oke – APA KALIAN SIAAAP??!!!”
“OOSSUU!!”
“KELAS E? MEREKA ITU CUMA BATU LOMPATAN!! KITA TIDAK AKAN KALAH MELAWAN MEREKA!!”
“OOSSUU!!”
“TUJUAN KITA ADALAH FINAL DAN MEMBALAS DENDAM PADA GURU-GURU SIALAN ITU! KITA BUNUH MEREKA, PENGGAL KEPALA MEREKA DAN SERAHKAN MEREKA DI ATAS KUBURAN REKAN-REKAN (buku porno) SEJATI KITA!!”
“UOOOOOOOOOOOOOOOOHH!!!””
“SEMUANYA, INI WAKTUNYA!! INI ADALAH PERANG UNTUK SAHABAT-SAHABAT TERBAIK KITA (buku porno)!!!”
“““YEAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!!!”””

Mata semua orang membara dengan api semangat. Musuh-musuh itu yang telah merampas teman-teman kami tanpa belas kasihan – Para guru yang dipimpin oleh Tetsujin akan merasakan HUKUMAN SUCI KAMI!! LIHAT SAJA KALIAN, PARA GURU IBLIS!!!

“Minami-chan… semuanya berubah jadi begini. Rasanya seperti…”
“Ya… rasanya seperti buku-buku itu juga milik kita.”
“Padahal aku tidak bawa buku seperti itu ke sekolah…”

Kelas F kami telah bersatu. Karena kami harus bersatu dan membantai kelas-kelas yang ada di atas kami!!

***

“PERTANDINGAN DIMULAI!!”

Mukai-sensei, yang bertindak sebagai wasit, berteriak ke seluruh sisi lapangan, dan dengan begitu, pertandingan dimulai. Pertandingan dimainkan oleh Syokanju, jadi tidak masalah di manapun kami berdiri… tapi supaya mudah mengontrolnya, semua orang berdiri di belakang Syokanju mereka, jadi tidak terlalu berbeda dengan pertandingan biasa.

“Mari bermain dengan sportif! Summon!”

Pemukul pertama kelas E menyapa sambil melangkah ke kotak pemukul. Tim yang bertahan tidak perlu berdiri di titik yang ditentukan, mereka bisa saja berpindah sesuai situasi, tapi pemukul harus berada di kotak pemukul. Sepertinya untuk menghindari pemukul melihat sinyal dan posisi sarung tangan penangkap.

Sejarah
Kelas E, Sonomura Toshiya, 117 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa, 71 poin

Mata pelajaran yang dipakai berbeda-beda untuk setiap babak. Sejarah di babak pertama, matematika di babak kedua, kimia di babak ketiga, bahasa Inggris di babak keempat dan pendidikan kesehatan di babak kelima. Jadi sekarang adalah pertarungan sejarah.
Syokanju milikku sedang menggenggam bola di tangannya, menanti sinyal dari penangkap. Karena teknik pemecah kacang tidak bisa digunakan, Yuuji hanya bisa menentukan arah dan kecepatan. Jadi, bola pertama… Syokanju Yuuji mengarahkan sarung tangannya di – tengah!?
(Beneran ke tengah!?)
Kupakai mataku buat nanya ke Yuuji yang ada di belakang Syokanju miliknya. Ini cara biasa kami komunikasi satu sama lain, Yuuji pun menjawab dengan cara yang sama.
(Nggak masalah. Ini bola pertama, lawan belum terbiasa mengendalikan Syokanju. Jadi aku ingin mengetes lawan.)
(Owh, oke.)
Setelah mendapatkan jawaban dari Yuuji, aku paham kenapa dia ingin aku melempar ke tengah di awal permainan. Anggap saja ini buat nantangin lawan, jadi aku akan lempar bola lambat. Karena aku harus mendapatkan strike, ada baiknya aku menyimpan energiku.
(Bersiap, Yuuji.)
(Oke, maju sini!)

Aku hanya perlu mengikuti posisi sarung tangan Yuuji dan melempar bola. Siaaaap…
KLANG!!

“HOMERUN!!!”

“LEMPAR YANG BENER, GOBLOK!!”
“SEHARUSNYA AKU YANG MARAH! KASIH INSTRUKSI YANG BENER, TOLOL!!!”

Bola melambung dengan suara yang nyaring dan menghilang di balik langit biru.
Yuuji sialan, sudah kubilang tadi.

“Kalian berdua… melempar bola lambat di tengah buat melawan anggota klub ekstrakulikuler, kalian berdua sangat bodoh…”

Lemparan pertama langsung kena homerun, dan tertinggal 0-1.

“Mari bermain dengan sportif! Summon!”

Tidak ada yang out dan tidak ada pelari, pemukul kedua sudah berdiri di kotak pemukul. Setelah mendapatkan bola kembali, aku bertukar tatapan dengan Yuuji.
(Akihisa, sialan kamu! Sekali lagi homerun, kutusuk pantatmu dengan tongkat baseball!)
(Kamu juga, bangsat! Awas saja kalau kasih instruksi bodoh lagi, kupatahkan kakimu dengan tongkat baseball!)
Setelah memastikan sinyal lewat kontak mata, aku melempar lemparan pertamaku pada pemukul kedua.

KLANG!
“HOMERUN!”

““BERIKAN TONGKAT ITU PADAKU!!””

Yuuji dan aku langsung berlari menuju bangku pemain dan berteriak. Kami kehilangan satu poin lagi! Si berengsek nggak berguna ini… seberapa gobloknya dia, hah!?

“AARGH, AKU TIDAK TAHAN LAGI DENGAN ORANG IDIOT SEPERTI KALIAN!! SEHARUSNYA KAMI TIDAK MENYERAHKAN INI SEMUA PADA KALIAN BERDUA!!!”
“SIALAN, DARI AWAL SEHARUNYA AKU TIDAK PERCAYA DENGAN DENGAN YOSHII DAN SAKAMOTO!! MEREKA ORANG PALING TOLOL!!”
“KALAU BEGITU, AKU YANG MELEMPAR! YOSHII, GANTI!!”
“KALAU BEGITU, AKU YANG NANGKEP! YUUJI, GANTI!!”

--KLANG!!

“Kelas E, 3-0”
“…Aaaaaargh, hancur sudah…”
“Tidak tidak tidak, ini bukan lagi hancur. Ini namanya pembantaian…”

Sekalipun pelempar diganti, lawan masih saja dapat homerun. Sekarang, skornya 0-3. Kelas E sialan, nggak nyangka mereka lumayan juga.
Kami meminta ke wasit untuk timeout di gundukan pelempar. Saat ini, Himeji-san, yang mejaga sisi kanan lapangan berlari kecil arahku.

“Um, Akihisa-kun…”
“Hm? Ada apa, Himeji-san?”
“Memangnya tidak apa-apa mengganti pelempar seperti itu?”
“Ya, tidak apa-apa selama tidak diganti pemain cadangan.”

Ada banyak peraturan di baseball, tapi baseball versi Syokanju sepertinya tidak terlalu ketat. Tapi, kalau kami terlalu berlebihan, beberapa orang pasti akan komplain.

“Pokoknya, ayo berkumpul. Akihisa tetap jadi pelempar, dan kita harus menyerang dengan hati-hati. Akihisa, sebaiknya kali ini kamu lempar bola dengan benar.”
“Mm, oke.”

Setelah memutuskan strategi, kami semua kembali ke posisi pertahanan kami. Aku jadi pelempar lagi… untuk melempar dengan lebih serius kali ini.
Setelah kembali ke gundukan pelempar, aku menunggu pemukul buat bersiap. Sekarang, aku berhadapan dengan pemukul keempat, itu artinya—

“Yoshii Akihisa, berani-beraninya kamu sebut aku berotot… aku, aku tidak akan pernah memaafkanmu!”

Sudah kuduga, Nakabayashi-san. Seperti yang diharapkan dari pemukul keempat, auranya sangat kuat.
(Akihisa, sekarang pemukul keempat. Lempar sekuat tenaga.)
Aku mengangguk membalas sinyal mata Yuuji. Aku bukan orang bodoh yang akan main-main di saat seperti ini.
Sambil berusaha menahan rasa gugup dalam diriku, kutarik nafas dalam-dalam dan melempar.

BUK!
“PEMUKUL TERKENA LEMPARAN. PEMUKUL JALAN.”

“BIARKAN AKU MENGHAJAR DIA SATU KALI! SEKALI SAJA, BIARKAN AKU MENGHAJAR DIA!”
“Tenanglah, Nakabyashi! Kita memimpin sekarang. Usaha kita akan sia-sia kalau kamu bikin pertandingan hancur karena ngamuk!”

Murid-murid kelas E berusaha menenangkan Nakabayashi-san yang sedang mengamuk.
Karena terlalu kuat, lemparanku meleset… apa Nakabayashi-san akan memaafkan aku kalau melepaskan topiku?
Meski aku merasa terganggu dengan hubungan burukku dengan ketua kelas tetangga, pertandingan masih tetap berlanjut. Pelari di base 1 dan tidak ada out. Sekarang pemukul kelima.
(Oke, jangan bermain-main lagi. Lempar yang serius kali ini.)
(Aku sudah serius dari awal.)
Kuhela nafas dan melempar bola ke arah sarung tangan Yuuji. Mungkin pemukul merasa tertekan dengan homerun berturut-turut timnya, akibatnya pukulannya jadi kaku dan bola terlempar ke base 2, membuatnya out. Dengan begitu, kami mendapatkan out pertama kami.
(Bagus, bagus, bagus sekali. Sekarang, serang sini.)
Yuuji memposisikan sarung tangannya. Tadi aku meleset dan mengenai Nakabayashi-san, tapi sekarang, aku sudah terbiasa dengan permainan, jadi sekarang tidak akan ada masalah lagi.

“STRIKE! PEMUKUL OUT! TUKAR POSISI!”

Kemudian, pemukul keeanam dan ketujuh out, jadi akhirnya kami bertukar posisi. Kali ini, kami yang memukul.

“Baiklah! Tadi ada sedikit kesalahan komunikasi, tapi itu masih dalam rencanaku! Sekarang, ayo rebut poin dan kita bunuh kelas E!”
“““YOOOOOOOSSSSSSSSSSSHHHH!!!”””

Ngomong-ngomong, biasanya kelas kami tidak teratur. Tapi, begitu kami menyerang, saat itulah kami bisa mengeluarkan kemampuan terbesar kami.

“Hideyoshi yang mukul pertama. Kuserahkan padamu.”
“Oke.”

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Hideyoshi berbalik dan jalan menuju kotak pemukul. Lakukan yang terbaik, Hideyoshi!

“Kinoshita, akan kuhancurkan kamu dan membawa kelas kami menuju final!”

Yang bertindak sebagai pelempar dan berdiri di gundukan pelempar adalah Nakabayashi-san. Dia terlihat sangat bersemangat. Menjadi ketua dari kelas penuh dengan anggota klub ekskul, sikapnya yang sekarang memang pantas untuk posisinya.
Setelah memastikan kalau Hideyoshi sudah masuk ke kotak pemukul. Nakabayashi-san mulai melempar. Hideyoshi menatap serius bola yang melesat ke arahnya, dan membiarkan bolanya lewat.

“BALL!”

Wasit meneriakkan ‘ball’ dengan sangat kencang. Penangkap melempar kembali bola ke pelempar, dan bola ke dua dilempar.

“BALL!”

Bola kedua juga gagal mendarat di zona strike. Nakabayashi-san sepertinya terlihat kesulitanan, dan kembali ke posisi pelempar sebelum melempar bola selanjutnya.

“STRIKE!”

Kali ini, bola mendarat di zona strike. Kayanya Nakabayashi-san tidak berhasil melempar bola ke zona strike karena tidak bisa menegendalikan lemparannya dan membuatnya cemas.
Pertandingan masih berlanjut dan kini 2 ball dan 2 strike. Begitu Nakabayashi-san melempar lagi, Hideyoshi, yang dari awal tidak bergerak, akhirnya mengayunkan tongkatnya.

“FOUL BALL!”

Hideyoshi sepertinya sengaja tidak mengayunkan pemukulnya dengan serius ketika bola menyentuh  tongkat. Ini yang mereka sebut dengan ‘cut’, ya kan?

“Oi, Yuuji, si Hideyoshi, dia...”
“Ya, sepertinya dia berniat mendapatkan base dengan ball.
Pertandingan baseball ini tidak dimainkan oleh manusia tapi oleh Syokanju, tapi peraturan dasar baseball masih berlaku. Jika lawan mendapatkan strike 3 kali, maka dia out. Tapi kalau pelempar mendapatkan 4 ball, maka pemukul berhak jalan ke base 1. Tapi, sepertinya wasit tidak mengakui foul sebagai ball.

“FOUL!”

Hideyoshi menggunakan cara yang sama untuk bola selanjutnya. Cara ini berguna untuk memaksa pelempar untuk melempar berkali-kali, ini juga bisa menyebabkan tekanan buat pelempar. Belum terbiasa mengendalikan Syokanju di pertandingan ini, tapi pemukul pertama sudah sulit untuk ditangani. Pasti lawan merasa sangat kesulitan, ya kan?

“BALL!”

Ball lagi. Sekarang 3 ball dan 2 strike.

“Sialan… KINOSHITA, JANGAN JADI PENGECUT KAMU!”

Berteriak dari atas gundukan pelempar, Nakabayashi-san melampiaskan amarahnya. Di jaman sekarang, yang mengutamakan kemenangan dan kekalahan, ini adalah taktik yang biasa dipakai, tapi Nakabayashi-san sepertinya tidak terima itu.

“PUKUL YANG KUAT, KINOSHITA! INI WAKTUNYA UNTUK MENYELESAIKAN INI!”
“Maaf, tapi aku tidak bisa. Kami sekarang tertinggal 0-3, dan pertandingan ini cuma ada 5 babak. Kami harus mendapatkan poin darimu.”

Karena keterbatasan waktu, pertandingan baseball hanya memiliki 5 babak. Sebagai penyerang, keputusan Hideyoshi sangat tepat.

“APA! KAMU TAKUT MELAWANKU? ABAIKAN JUMLAH BALL, PUKUL YANG KUAT!”
“Mau ngomong gimana pun percuma. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.”
“SIALAN! BERHENTI JADI PENGECUT DAN PUKUL – BERSIKAPLAH SEPERTI PRIA JANTAN!”
“…Kamu ingin aku bersikap seperti pria jantan?”

“—STRIKE! PEMUKUL OUT!”

“Maaf. Aku gagal.”
“Jangan khawatir, itu tidak apa-apa… tapi kenapa kamu bermain serius di akhir?”
“Bukan apa-apa, hanya saja terkadang aku tidak boleh mundur.”
“Eh? Mm…”

Aku tidak terlalu mengerti, tapi pokoknya, Hideyoshi sudah dipaksa keluar. Sekarang, pemukul kedua adalah Muttsurini. Orang ini sangat pandai dalam olahraga, dan terbiasa mengendalikan Syokanju. Dia pasti tidak akan mengecewakan kami.

Sejarah
Kelas E, Nakabayashi, 105 poin.
Vs
Kelas F, Tsuchiya Kouta, 22 poin.

“Gimana nih, Yuuji? Aku rasa Muttsurini bakalan dibantai!”
“Kebetulan sekali, Akihisa, kita sepemikiran.”

Meski dia bisa memukul bola, dengan perbedaan poin yang sangat jauh, dia tidak mungkin bisa memukul bola dengan jauh, ya kan?

“Tapi Akihisa, kamu terlalu khawatir.”
“Tetap saja, kamu tidak memikirkan perbedaan mereka…”

Apa dia punya rencana lain?

“KITA HARUS PERCAYA! KALAU KITA PERCAYA, BAHKAN IBLIS PUN BAKALAN MEMIHAK PADA KITA!”
“AH, SEKARANG KITA HANYA BISA BERDOA PADA DEWA!”

Dan kini kami semua berkomat kamit.

“Kumohon, wahai raja iblis…”
“Lihat! Dia menyebutkan nama-nama raja iblis!!”

Kalau doa kami terkabulkan, apa dewa jahat bakalan meminta pengorbanan dari kami?

“OUT!”

Di saat kami sedang menjampi-jampi, Muttsurini memukul bola dan mendarat tepat di sarung tangan penjaga base 2. Sekarang, 2 orang out. Selanjutnya, pemukul ketiga – aah, sekarang waktunya aku beraksi.

“Oke, akan kupukul sampai ke ujung lapangan!”
“Oh! Akihisa, kami serahkan padamu!”
“OKE!”

Dum dum! Terdengar bunyi detak jantungku ketika aku bejalan ke kotak pemukul. Tidak masalah, akan kulakukan yang terbaik!

BUK!
“—terkena lemparan, pemukul jalan.”
“GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH! SAKIT GILAAAAAAAAAAAAA! TENGKORAKKU PECAAAAAAAAAAAAAH! AAAAAAAAAAGGHH!!”

Bola pertamaku langsung meluncur ke wajah Syokanjuku, dan rasa sakit yang diterima tersalur padaku. KAMU NGGAK PERLU SESADIS ITU!
Nakabayashi-san, yang sedang berdiri di gundukan pelempar, menatapku, yang sedang berguling kesakitan di kotak pemukul, dan berteriak,

“MULAI SEKARANG, SETIAP KALI KAMU YANG MEMUKUL, AKU AKAN MELEMPAR BOLA KE TUBUHMU!”
“DEKLARASI PAYAH APAAN TUH! BILANG SAJA KAMU MEMBENCIKU KARENA YANG TADI, KAN?”

Seseorang tolong gantikan aku?
Kuseret tubuhku yang kesakitan ke base 1, Uu… itu cuma kesalahpahaman…

“Baiklah, sekarang waktunya buat Ace beraksi.”

Sekarang, pemukul keempat, Yuuji.

Sejarah
Kelas E, Nakabayashi Hiromi, 105 poin.
Vs
Kelas F, Sakamoto Yuuji, 196 poin.

Seperti biasa, poin kedua pemain ditunjukkan ke semua orang.
Nilai ujian Yuuji sangat tinggi, pandai mengendalikan Syokanju, dan dia sangat atletis, jadi tidak akan ada masalah. Menghadapi lawan dari kelas E, dia pasti bisa mengalahkan mereka.

“Ugh… dia sangat mengerikan. Tapi pemukul selanjutnya adalah Himeji… sebaiknya kuselesaikan di sini.”

Nakabayashi-san menatap poin Yuuji sambil bergumam.
Kalau pemain setelah Yuuji cuma ikan teri, mungkin Nakabayashi-san bakalan pilih melempar bola ke tubuh pemain supaya menghindari konfrontasi, tapi sayangnya, setelah Yuuji adalah peringkat kedua di angkatan, Himeji-san. Tentu saja, dia tidak ingin berhadapan dengan Himeji-san ketika ada pelari di base, jadi dia memilih menghadapi Yuuji.

“Ketua kelas F, bersiaplah!”

Dengan 2 pemain out dan 1 pelari, Nakabayashi-san bersiap-siap dan melempar bola ke Yuuji. Bola putih melesat menuju sarung tangan—

“HA!”

KLANG – Suara nyaring terdengar, dan bola putih melambung tinggi ke udara. Nggak usah tahu kemana, karena itu sudah pasti homerun.
Kelas E 3-2 Kelas F
Yuuji dan aku kembali ke base utama, dan kami mendapatkan 2 poin. Sekarang kami cuma tertinggal 1 poin dari kelas E.

“Sialan… seharusnya aku serang dia dengan bola…”
““PAKAI JUMLAH BALL SAJA!!!””

Yuuji dan aku meneriakki Nakabayashi-san. Kami pikir dia orang normal. Hanya setelah kami mulai bertanding satu sama lain, kami mulai sadar kalau dia gadis yang agak aneh.

“Kerja bagus, Sakamoto.”
“…Tadi itu pukulan yang bagus.”
“Lumayan, Yuuji.”

Begitu kami kembali ke bangku pemain, semua orang menyambut Yuuji dengan ceria. Apa nggak ada orang yang peduli denganku yang terkena bola?

“Baiklah, sekarang waktunya Himeji tampil. Perkiraanku, kita akan dapat satu lagi homerun.”
“Uu… itu sedikit sulit buat Himeji, bukan? Nilai dia memang bagus, tapi dia tidak pandai di olahraga.”

Minami tersenyum pahit. Himeji-san memiliki tubuh yang sangat lemah, dan dia tidak diperbolehkan berolahraga, jadi mau bagaimana lagi.

“Aku juga berpikir seperti itu, jadi aku bilang ke Himeji kalau dia nggak usah serius mendapatkan homerun.”
“Jadi maksudmu… kamu ingin dia ke base pakai jumlah ball?”
“Benar, lagipula, nilai Himeji tidak bisa dianggap remeh. Mungkin nggak masalah kalau basenya terisi, tapi sekarang aku ragu lawan ingin bertanding dengannya.”

Benar. Selain Yuuji dan Himeji, semua orang di sini setingkat dengan kelas F, jadi ketika tidak ada pelari di base, lebih baik biarkan dia jalan ke base 1 dan melawan orang lain.

“4 ball, pemukul jalan.”
“Ah, baik, terima kasih banyak.”

Sekarang Himeji dapat base 1. Situasi terakhir, 2 out, 1 pelari di base 1 dan pemukul selanjutnya adalah—
“Uu… giliranku…”

Pemukul keenam adalah Minami, tapi sepertinya dia tidak terlihat percaya diri…

“Eh? Minami, kamu tidak tahu cara bermain baseball?”

Padahal dia pandai di olahraga.

“Bukan begitu, aku tahu cara bermainnya. Hanya saja…”
“?”

Minami menghela nafas dan berjalan ke kotak pemukul dengan perasaan sedih. Ada apa?

Sejarah
Kelas E, Nakabayashi Hiromi, 105 poin
Vs
Kelas F, Shimada Minami, 6 poin

“OKE SEMUANYA, WAKTUNYA BERTAHAN! KITA HARUS BERTAHAN DENGAN BAIK!!”
“““OOOOOOOOOOOOOOHHH!!!””
“AKU BELUM MUKUL!!!”

Minami berteriak sedih. Dalam sekejap, bola terpental menuju penjaga base 3 dan Minami langsung keluar.
Haaah, sayang sekali mata pelajaran babak ini adalah sejarah. Minami sama sekali tidak pandai dalam mata pelajaran yang menggunakan kanji, jadi mau gimana lagi.

“Tunggu, Akihisa. Bukan kamu pelempar babak ini.”
“Eh? Bukan aku?”

Ketika aku sedang berniat pergi ke gundukan pelempar, Yuuji tiba-tiba menahanku. Sekarang apa lagi?

“Kali ini kita menggunakan matematika. Shimada yang melempar.”
“Matematika… ah, begitu ya.”

Matematika adalah salah satu pelajaran yang dikuasai oleh Minami, dan Yuuji juga lumayan pintar di matematika, jadi tidak ada masalah kalau Minami yang melempar. Kalau dilihat, mereka seharusnya setingkat dengan kelas B.

“Kalau begitu, Aki, serahkan babak ini padaku. Aku akan berjuang menahan mereka.”

Kata Minami sambil menepuk pundakku,

“Mn, kalau begitu, kuserahkan padamu, Minami.”
“Oke, serahkan padaku.”

PA! Minami dan aku saling tos ketika aku turun dari gundukan pelempar. Minami telah digembleng oleh perang dan turnamen Syokanju, dan dia juga pandai dalam olahraga, jadi aku bisa percayakan posisi pelempar padanya. Kalau begitu, kali ini aku akan mengisi base kedua yang tadi dijaga oleh Minami.
Ketika aku sedang memikirkan ini sambil berjalan ke base 2, aku melihat Himeji-san berlari ke baseku, menatapku entah kenapa.

“Hm? Himeji-san, ada apa?”
“Ah… ya, soal itu…”

Himeji berlari kecil kearahku. Ada apa?
Ketika aku bertanya, Himeji-san mengangkat tangan kanannya seakan-akan memanggil taksi. Eh, apa aku harus ikuti gerakan dia?

“Ka, kaya gini?”

Kuikuti apa yang dia lakukan dan mengangkat tangan kananku. Himeji-san langsung tersenyum ceria –

“Ya!”

Pa, dia tos denganku.


“Ayo kita berjuang, Akihisa-kun.”
“Ah… mn… ayo berjuang, Himeji-san.”
“Oke!”

Himeji-san berlari ke area luar sambil tersenyum. Aku  tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya dia ingin menyemangatiku dengan tos. Jadi dia juga sepikiran dengan kami?
Benarkah? Kalau begitu, Himeji-san…

“Dia benar-benar ingin melihat buku porno berharga kami…”

Gawat. Itu bukan benda yang seharusnya dilihat oleh gadis.

“…Ada apa ini? Kenapa aku merasakan ada sebuah kesalahpaham?”

Oke, waktunya untuk bertahan. Nilai matematika Minami dan Kelas E, kemungkinan besar mereka tidak akan begitu kuat melawannya. Bolanya tidak akan terlempar ke luar area, bukan? Kalau begitu, penjaga base sangat penting sekarang.

Matematika
Kelas E, oumura Shintarou, 65 poin
Vs
Kelas F, Shimada Minami, 193 poin

Terlihat perbedaan nilai yang sangat jauh, lawannya adalah pemukul kedelapan, jadi seharusnya tidak akan ada masalah.
Setelah lemparan pertama dan kedua, kombinasi antara pelempar dan penangkap jadi semakin bagus. Tapi Yuuji gagal di lemparan ketiga dan mengenai dadanya. Lemparan Minami dengan nilai sebesar itu sangat cepat, jadi meleset bukan hal yang aneh.

Matematika
Kelas F, Shimada Minami, 193 poin
&
Kelas F, Sakamoto Yuuji, 175 poin

Nilai Minami dan Yuuji terpapang di hadapan kami. Tadi, nilai Yuuji sekitar 200-an, dan lemparan tadi membuatnya kehilangan 25 poin. Meski Syokanju Yuuji dapat bertahan dari serangan seperti itu, aku rasa orang lain tidak akan bisa bertahan. Kalau aku yang nangkep, rasa sakit bakalan terasa di tubuhku, jadi aku tidak ingin menjadi penangkap apa pun yang terjadi.
Ketika aku sedang memikirkan ini, pertandingan masih berlanjut. Setelah itu, Yuuji gagal menangkap 1 lemparan lagi, tapi mereka berdua berhasil menahan 3 pemukul. Matematika Minami sangat kuat.

“Kerja bagus, Minami, lemparan yang kuat.”
“Makasih, Aki.”
“Lemparanmu tadi sangat cepat, luar biasa.”
“Fufu, itu karena aku tidak berhasil memukul dengan baik tadi. Tentu saja aku harus membayarnya dengan bertahan.”

Minami mengedipkan matanya sambil berkata seperti itu padaku. Uu, dia keren sekali, tapi—

“ONEE-SANA! ONEE-SAMA MEMANG YANG TERBAIK! MELIHAT ONEE-SAMA SEPERTI INI, MIHARU… MIHARU MAKIN JADI…”

Seorang gadis dari kelas D berteriak dari bangku penonton.

--Bukannya dia bisa membuat gadis lain jatuh cinta padanya?

“Sekarang waktunya kita menyerang.”
“Sekarang giliran pemukul ketujuh, giliran Sugawa.”
“Osu! Akan kukirim bola sampai ujung lapangan.”

Setelah mengatakan itu, Sugawa berlari menuju kotak pemukul sambil membawa jimat keberuntungan. Sayangnya, dia malah langsung out. Meski pemukul selanjutnya, Fukumura-san, berhasil berlari ke base 1, Yokomizo-san dan Hideyoshi gagal, dan babak kedua berakhir tanpa memperoleh satu poin pun.
Di dabak ketiga dan keempat, tidak ada satupun yang berhasil mencetak poin dan skor masih tetap 3-2.
Sekarang adalah babak terakhir. Mata pelajaran pada babak ini adalah Pendidikan kesehatan, jadi –

“Muttsurini, kami serahkan pelempar padamu.”
“…Oke.”

Kalau ngomongin pendidikan kesehatan, dia yang pertama kali disebut. Nilai orang ini paling tinggi bahkan melebihi nilai guru pendidikan kesehatan, dan kini waktunya bagi dia untuk tampil. Kalau orang ini melempar bola, aku rasa tidak ada orang yang bisa menyentuh bolanya.

“Tidak tidak, tahan dulu. Muttsurini yang akan jadi penangkap. Aku yang melempar.”

Tapi Yuuji menghancurkan harapanku.

“Eh? Kenapa?”

Nilai pendidikan kesehatan Yuuji mungkin tidak buruk, tapi itu tidak sebanding dengan Muttsurini. Kita masih tertinggal 1 poin, jadi seharunya Muttsurini yang melempar, ya kan?

“Sudah kubilang… ingat nggak? Kalau Muttsurini melempar dengan sekuat tenaga dengan nilai dia, penangkap bakalan langsung mati kalau kena.”

Benar. Hampir sama seperti ketika Minami yang melempar.

“Memang benar… tapi kamu cuma perlu menangkap bolanya dengan benar. Nggak bakalan terkena serangan kan? Kalau berhasil ditangkap.”
“Iya, tapi sekali kena, mati!”

Buat informasi, Syokanju yang bertindak sebagai penangkap di pertandingan ini tidak memakai peralatan bertahan. Jadi kalau Yuuji terkena lemparan Muttsurini, bahkan Syokanju Yuuji bakalan terluka sangat parah.

“Dasar, Yuuji… pengecut banget. Kalau kamu pria, pertaruhkan nyawamu dan menangkan pertandingan ini.”
“Begitu ya, ya sudah, lebih baik kamu saja yang jadi pelempar dan tunjukkan kejantananmu.”
“Maaf, nggak jadi.”

Kalau aku menangkap bola itu dengan Syokanju lemah milikku, itu namanya bunuh diri. Meski aku bisa menangkapnya dengan benar, efek yang kuterima bakalan sangat mengerikan.

“Ada apa, Akihisa? Katanya kamu jago mengendalikan Syokanjumu? Jangan pedulikan soal perbedaan nilai, aku pikir kamu lebih cocok menangkap lemparan Muttsurini.”
“Tidak, itu tidak semudah yang kamu kira.”

Melihat kekuatan Minami yang cuma 200 saja sudah membuatku ngeri. Dibandingkan itu, lebih mudah memukul bola dengan kecepatan 130 km/jam. Meski kami tidak bisa melakukan lemparan melengkung, mampu melempar lurus dengan kecepatan gila seperti  itu saja sangat mengerikan. Ditambah, kalau lemparannya mengenaiku, rasa sakit yang diterima Syokanju milikku bakalan disalurkan padaku. Ini sangat beresiko. Meski aku terbiasa mengendalikan Syokanju, aku tidak bisa mengambil resiko sebesar ini.

“Apalagi, lawannya adalah kelas E, jadi aku saja cukup buat menahan mereka. Dari pada bertahan, sekarang, kita harus lebih fokus menyerang. Ingat, kita masih tertinggal 1 poin.”

Setelah Yuuji mengatakan itu, dia berbalik dan jalan menuju gundukan pelempar. Dia benar. Meski kami bisa menahan lawan, kami kalah kalau tidak bisa mendapatkan poin. Dari pada bertahan, kami harus fokus mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan poin di pertengahan babak.

Pendidikan kesehatan
Kelas E, Yumata Hirofumi, 52 poin
Vs
Kelas F, Sakamoto Yuuji,147 poin

Poin pemukul dan pelempar muncul. Seperti Yuuji bilang, nggak perlu mengkhawatirkan soal perbedaan nilai.

“STRIKE! PEMUKUL OUT! TUKAR POSISI!”

Dalam sekejap, Yuuji berhasil mengeluarkan ketiga pemain lawan, dan sekarang pertengahan babak. Meski Muttsurini gagal menangkap bola dua kali, pendidikan kesehatan adalah keahlian dia, jadi dia tidak terkena serang terlalu besar, dan kami berhasil mengakhiri pertengahan babak ini dengan selamat.

“Baiklah, sekarang waktunya kita membalas! Siapa yang mulai?”
“Kayanya aku.”

Kami sudah melakukan 2 putaran giliran pemukul, jadi sekarang giliran Hideyoshi untuk tampil sebagai pemukul pertama lagi. Baiklah, kita akan selesaikan ini.

“Hideyoshi, berusahalah sekuat-kuatnya.”
“Nggak bakalan ada masalah kalau Hideyoshi. Lakukan yang terbaik.”
“…Aku berharap padamu.”
“Kinoshita, apapun yang terjadi, pukul bolanya keluar!”
“Tunjukkan pada mereka dirimu yang sesungguhnya! Kami semua berahap padamu!”
“Benar! Lakukan yang terbaik! Dan usahakan dapat homerun!”
“U, uu, a-aku akan beru—“

“““INI SEMUA DEMI BUKU PORNO!!!”””
“…”

STRIKE! PEMUKUL OUT!”
“Ada apa, Hideyoshi? Kenapa nggak pukul dengan kuat?!”
“Kalimat-kalimat penyemangat kalian membuat tenagaku terkuras…”

Kenapa Hideyoshi terlihat kelelahan? Aneh, meski Syokanju Hideyoshi kelelahan atau terluka atau semacamnya, itu nggak bakalan tersalurkan ke tubuhnya.

“Baiklah, semuanya, jangan berkecil hati. Selanjutnya Muttsurini. Kali ini pasti berhasil!”

Kata Yuuji menyemangati semua orang. Benar, mengirim Muttsurini dengan nilai pendidikan kesehatan, bakalan ada hal luar biasa terjadi.

“…Aku berangkat.”

Muttsurini jalan ke kotak pemukul. Nilai dia –

Pendidikan kesehatan
Kelas E, Furukawa Ayumi, 102 poin
Vs
Kelas F, Tsuchiya Kouta, 589 poin

Perbedaan yang begitu mengejutkan. Kalau dia bisa memukul bola, Muttsurini sudah pasti bisa mendapatkan homerun.

“Tsuchiya-san luar biasa. Kalau begini dia bisa dapat homerun.”
“Mn. Kalau dia bisa.”

 Himeji-san yang sedang berdiri di sampingku mengepalkan tangannya dan membuat pose kemenangan. Sepertinya kami sepemikiran. Tapi sayangnya…

“Tapi, aku rasa itu tidak akan terjadi. Tsuchiya tidak akan bisa memukulnya.”

Minami menghancurkan harapan tinggi Himeji-san.
Benar. Muttsurini nggak bisa tampil kali ini.

“Eh? Kenapa?”

Kata-kata Minami membuat Himeji-san, yang masih belum paham baseball, dipenuhi tanda tanya.

“Karena perbedaan nilai mereka begitu tinggi. Tebakanku dia akan dipaksa untuk jalan.”
“Jalan – ah, maksudmu lawan akan membuat ball dan memaksa Tsuchiya-san jalan?”
“Mn, benar.”

Kalau mereka berniat untuk menghadapi Muttsurini, sudah pasti dia akan mencetak homerun. Tapi kalau dia dipaksa jalan ke base, mereka tidak akan kehilangan poin. Musuh akan menang kalau bisa mempertahankan poin mereka saat ini, jadi mereka akan menghindari Muttsurini.

“4 ball. Pemukul jalan.”
“…(Ngangguk)”

Sudah kuduga, Muttsurini dipaksa jalan. Kalau begini, kami tidak akan bisa mencetak poin.

”Perkiraanku, Kelas E berniat menyingkirkan Akihisa dan memaksa Yuuji dan Himeji jalan ke base lalu menghadapi Shimada.”

Sepertinya lawan sudah memeriksa nilai kami sebelumnya. Tentu saja mereka tidak akan berani menghadapi Yuuji atau Himeji-san, tapi menyerang Minami. Kalau begitu, meski aku berhasil bunt, aku cuma akan membiarkan lawan membuatku out

“Oh iya, Akihisa, aku tidak tahu nilaimu.”
“Seingatku 23.”
“Menyedihkan.”
“I, itu karena, karena… Buku referensiku disita…”
“MEMANGNYA SELAMA INI KAMU BACA APA, GOBLOK!”

Dengan nilai seperti itu, tanpa keajaiban, aku tidak mungkin bisa memukul bola keluar lapangan. Tapi kalau aku berhasil mendapatkan base, aku bisa membantu Yuuji atau Himeji-san.

“Jangan terlalu dipikirkan, Akihisa. Santai saja. Kita sudah pasti akan menang.”

Meski posisi kami tidak menguntungkan, Yuuji masih terlihat tenang.

“Apa maksudmu? Kamu punya rencana?”
“Tidak, aku tidak punya rencana atau semacamnya… berhenti mengkhayal. Buruan ke sana, wasitnya bakalan marah nanti.”
“Ah, oke. Aku pergi kalau begitu.”
“Akihisa-kun, ganbate.”
“Makasih, Himeji-san.”

Dengan Himeji-san yang mengantarkan kepergianku, aku beranjak menuju kotak pemukul. Melihat Yuuji yang begitu percaya diri, aku tahu dia merencanakan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa itu. Apa yang orang itu rencanakan?

“Yoshii, buruan.”
“Ah, oke, maaf.”

Wasit memelototiku dari tadi, dan aku buru-buru lari ke kotak pemukul. Begitu Syokanjuku sudah siap, lawan memastikan posisi Muttsurini sebelum mengambil pose melempar.

“Oh iya, Sakamoto, tadi Aki nanya. Memangnya kamu sudah menyiapkan sebuah rencana?”
“Nggak – lihat saja ke lapangan. Kamu bakalan ngerti, kita nggak akan kalah di pertandingan ini.”
“Tidak akan kalah? Tapi situasinya tidak menguntunkan bagi kita.”
“Salah. Yang tidak diuntungkan adalah mereka. Pikirkan, sekarang adalah pertengahan babak terakhir, kita tertinggal 1 poin, dan mata perlajaran yang dipakai adalah pendidikan kesehatan.”
“Aku tahu itu. Tapi Tsuchiya ada di base…”
“Dan yang ada di base – adalah Muttsurini itu.”

“STEAL!”

Terdengar teriakan dari kelas E.
Setelah memastikan kalau pelempar tidak akan melempar bola ke base 1, Muttsurini langsung berlari ke base 2. Begitu! Jadi itu rencananya!

Pelempar melempar bola menuju sarung tangan penangkap. Supaya Muttsurini berhasil mencuri base, aku berusaha mengayunkan tongkat pemukul segila mungkin. Kalau aku bisa menghalangi penglihatan penangkap, aku bisa meningkatkan peluang Muttsurini.

“Sialan.”

Setelah menangkap bola, penangkap langsung melempar bola ke base 2. Sialan! Kalau begini bakalan sulit bagi Muttsurini buat mencuri base –

“…Eh? Sulit? Buat Muttsurini?”

Tentu saja tidak! Ini pendidikan kesehatan, Muttsurini tidak akan terkalahkan! Kalau lawannya kelas A, mungkin masih bisa diperdebatkan, tapi poin lawannya cuma 100, bagaimana mungkin itu sulit baginya?
Ketika aku berpikir seperti itu –
Begitu penangkap melempar bola ke base 2, aku melihat kilatan di mata Muttsurini.

“…Kena kalian.”

Tiba-tiba Muttsurini berlari ke base 2 lebih cepat dari sebelumnya, dan terus berlari ke base 3. Sebelumnya, ketika penangkap melempar bola ke base 2, Muttsurini sengaja berlari pelan buat menipu mereka, jadinya penangkap melempar bola ke base 2 bukan base 3! Kalau dia dari awal sudah berlari dengan kecepatan penuh, penangkap akan melempar ke base 3 dari awal. Itu ide yang sangat cemerlang!

“BASE 3!”
“OKE!”

Penangkap langung memberi instruksi, lalu penjaga base 2 langsung melempar bola ke base 3. Apa Muttsurini bakalan dikeluarkan?
Pasti sulit baginya buat berlari dari base 2 ke base 3. Sekarang, apa yang akan…

“…Akselerasi.”

Samar-samar terdengar Muttsurini menggumamkan sebuah kata. Ini perintah aktivasi spesial yang hanya dimiliki Syokanju dengan nilai di atas 400. Muttsurini punya kekuatan unik ini, dan seperti kata yang dia ucapkan – itu berfungsi untuk meningkatkan kecepatan Syokanju.

“TIDAK MUNGKIN!?”

Semua murid kelas E berteriak tidak percaya.
Muttsurini menginjak base 3 dengan kecepatan tinggi sampai meninggalkan bayangan dibelakangnya, dan bola masih ada di udara.

“BERHENTI SIALAN!”

Penajaga base 3 akhirnya berhasil mendapatkan bola dan melemparnya kembali ke base awal. Tapi—

“…Akselerasi terakhir.”

Syokanju Muttsurini melesat lebih kencang dari bola dan dalam sekejap berhasil kembali ke base utama, merebut poin dengan aksi yang sangat keren.

“““YEAAAAAAAAH!!!”””

Semua murid Kelas F bersorak-sorak  dengan heboh! Sekarang 3 sama! Seri!

“Baiklah! Kembali ke pertandingan!”

Bersiap-siap untuk lemparan selanjutnya, kuperintahkan Syokanjuku bersiap di posisi. Semoga saja aku bisa memanfaatkan keraguan lawan akibat pertunjukan Muttsurini tadi –

BUK!
“TERKENA LEMPARAN. PEMUKUL JALAN!”
“Kenapa… kenapa aku selalu kena lemparan…”

Kalau kamu tidak terpengaruh oleh permainan Muttsurini, seharusnya kamu kasih aku ball!

Pendidikan kesehatan
Kelas E, Furukawa Ayumi, 102 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa, 0 poin

“Yoshii Akihisa, gugur!”

“Eh? Tunggu! Pertandingan belum berakhir! Apa yang terjadi kalau nilaiku jadi 0?”

Apa itu artinya…

“Akihisa, pergi ambil ujian remedial. Aku akan suruh Kondou menggantikanmu jadi pelari.”
“Sialan! Kenapa aku selalu berahir menyedihkan kaya gini!?”

Kenapa aku harus mengambil tes remedial di acara setahun sekali ini? Aku rasa ada yang tidak beres dengan sistem Syokanju!

“Yah, kamu tidak perlu khawatir soal pertandingan. Dengan situasi seperti ini, kita sudah pasti akan menang.”
“Uuh… keterlaluan…”

Kuseret kakiku menuju ruang guru.
Pada akhrinya, ketika aku sendang mengambil tes remedial, kelas F berhasil memulangkan kelas E. Tapi bagiku, yang tidak berhasil mengambil bagian di pertandingan, merasa sangat tidak diakui…


<<Prev                          Next>>

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia