Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indoensia, Volume 7 : Soal Pertama
Soal
Pertama
Baca soal di bawah ini dan jawab
pertanyaannya.
Pada akhir abad ke-19, Perdana Mentri
Jerman menerapkan Kebijakan Asuransi Kesehatan pertama di dunia dengan tujuan
untuk menolong pekerja miskin. Di waktu yang bersamaan, dia juga menerapkan
Undang-Undang Sosial. Kebijakan itu biasa disebut dengan ‘Kebijakan ( ) dan
cambuk’.
Soal 1 : Sebutkan nama Perdana Mentri
pada saat itu.
Soal 2 : Isi kolom kosong tersebut.
Jawaban
Himeji Mizuki :
‘1 : Bismarck, 2 : Kebijakan (Permen)
dan Cambuk’
Komentar
guru :
Benar. Dengan mengatas namakan politik,
Bismarck memaksakan Kebijakan Jaminan Kesehatan – dengan kata lain, dia
memberikan ‘permen’ ke rakyat. Di sisi yang lain, ‘cambuk’ undang-undang sosial
menekan rakyat. Memberikan rakyat permen dan cambuk di saat yang bersamaan.
Banyak orang yang menggunakan metode seperti ini, tidak hanya dalam politik.
Jawaban
Tsuchiya Kouta :
‘1 : Elizabeth’
Komentar
guru :
Cambuk > Yang mulia > Ratu
Elizabeth.
Akhir-akhir ini, aku mulai mengerti
jalan pikiranmu. Perasaan sensei jadi berantakkan.
Jawaban
Yoshii Akihisa :
‘2 : Kebijakan (cambuk) dan cambuk’
Komentar
guru :
Kebanyakan cambuknya.
***
Di hadapan kami, Tetsujin sedang berdiri
tegak dengan tangan terlipat sambil menatap kami tanpa bersuara. Ketua kelas
kami, Sakamoto Yuuji, saat ini sedang pidato di hadapan wali kelas kami.
“Nishimura-Sensei. Bapak pasti mengerti
kalau kami semua ini haus akan ilmu pengetahuan?”
Mata Yuuji menatap dalam-dalam orang
yang ada di hadapannya. Kata-katanya pasti mampu terdengar hingga menyentuh
hatinya.
Tapi Tetsujin masih menatap Yuuji tanpa
bersuara seakan menunggu Yuuji untuk melanjutkan.
Yuuji tersenyum, puas dengan respon
Tetsuji dan berkata,
“Semenjak jaman dahulu, semua
perkembangan memiliki sejarah kelam peperangan di baliknya. Perkembangan besi
bukan demi kepentingan industri, tapi untuk menciptakan pedang dan baju zirah.
Kuda dibiakkan bukan untuk mendukung transportasi perekonomian, tapi sebagai
kuda perang untuk para prajurit. Kalau mau pakai contoh dari jaman modern,
perkembangan teknologi nuklir bukan untuk pembangkit energi tapi untuk perang.”
“…”
Tetsujin masih diam dan tidak mengatakan
apapun.
“Meskipun teknologi telah berkembang
menjadi hal yang positif, sejarah kegelapan manusia yang saling berperang masih
tersisa. Ini mungkin agak berlebihan, tapi karena kekejaman ‘perang’, teknologi
mampu berkembang dengan pesat, dan ini fakta yang tidak bisa dibantah.”
“…”
Tetsujin masih diam.
“Teknologi awalnya dikembangkan karena
didorong oleh rasa keingintahuan. Semenjak jaman purba, tidak peduli di mana
pun, fakta ini selalu terbukti.”
“…”
“Tapi kalau kita ingin mendapatkan hasil
yang lebih memuaskan – kita harus merasakan pengalaman yang sesungguhnya,
hampir semua skenario pertempuran dengan motif yang jelas berakhir dengan
‘memenangkan peperangan’.”
“…”
“Saya tidak bermaksud kalau perang itu
diperlukan. Banyak orang yang akan mati, dan kita akan saling membunuh –
seakan-akan tidak ada bedanya antara kita dan hewan, bukankah itu adalah dosa
terberat dan perilaku terbodoh yang bertolak belakang dangan apa kita
sebenarnya?”
“…”
“Akan tetapi, meski kita tahu itu bodoh,
selama kita mampu belajar darinya, akan selalu ada makna di baliknya. Inilah
arti dari ‘Pemikiran yang dipenuhi keingintahuan selalu tepat sasaran dan
mendapatkan hasil yang bagus’ – saya harap sensei mengerti apa yang saya
maksud.”
Setelah Yuuji selesai pidato, Tetsujin,
yang dari tadi diam, akhirnya merespon,
“Sakamoto, aku mengerti apa yang ingin
kamu sampaikan. Seperti yang kamu bilang, memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi memberikan hasil yang tinggi pula, dan aku tidak meragukan itu. tapi—“
Tetsujin membukan lipatan tangannya dan
berkata dengan tegas ke seluruh isi kelas.
“—aku tetap tidak akan mengembalikan
buku porno itu ke kalian!”
“““SIALAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN!!!”””
Kata-kata kejam Tetsujin membuat seluruh
isi kelas F menangis histeris.
Semester kedua tahun kedua kami baru
saja dimulai, dan sekelompok guru tanpa hati nurani dan kejam berbaris di depan
gerbang dan menahan kami yang masih bau iler. Kami hanya bisa pasrah melihat
barang-barang pribadi kami disita, tanpa bisa melakukan perlawanan, itu
sebabnya kenapa kami berpidato di depan Tetsujin.
“KENAPA, NISHIMURA-SENSEI!? SENSEI TIDAK
MENDENGARKAN PIDATO MENGGEBU YUUJI!? KAMI INGIN BELAJAR ‘PENDIDIKAN KESEHATAN’
LEBIH DALAM DAN MEMUASKAN RASA KEINGINTAHUAN KAMI, KAMI HARUS ‘MEMAHAMI ISI BUKU
PORNO’!!”
“Berhenti membaca buku porno mewah yang
nggak ada hubungannya dengan pelajaran. Memangnya umur kalian berapa?”
“JANGAN TANYA UMUR KAMI!? BISA-BISA
SENSEI MENANYAKAN ITU!? RASA HAUS AKAN KEINGINTAHUAN TIDAK ADA HUBUNGANNYA
DENGAN UMUR!”
“Lihat baik-baik, jelas-jelas tertulis
’18 ke atas’!!?”
Uuuh… guru sialan ini menggunakan logika
seperti itu untuk melawan kami!
“SAYA MOHON NISHIMURA-SENSEI! KEMBALIKAN
BUKU-BUKU ITU PADA KAMI!!”
“KAMI… TIDAK BISA HIDUP TANPA BUKU
ITU!!!”
“TOLONG! JANGAN JAUHKAN KAMI DARI
PENDIDIKAN KESEHATAN!!”
“KAMI MOHON, NISHIMURA-SENSEI!!”
“““KAMI MOHON!!!”””
“DIAM! BERHENTI BERTERIAK SEPERTI DI
SINETRON AZAB KUBUR CUMA BUAT MENDAPATKAN BUKU PORNO!!”
Jerit tangisan seisi kelas tidak
berhasil melunakkan hati Tetsujin. Bagaimana mungkin ada guru sekejam dan tidak
berkeprimanusiaan seperti dia di dunia ini!?
“Kalau begitu, Sensei, bagaimana kalau
begini?”
“Apa, Yoshii? Aku tidak punya waktu
untuk mendengarkan omong kosongmu.”
“Buku-buku itu bukan buku porno. Itu
adalah buku referensi kami untuk pendidikan kesehatan.”
“Semuanya keluarkan buku paket kalian.
Pelajaran akan dimulai. Waktu belajar pribadi sudah habis.”
Mati kami! Kalau begini, harta karun
paling berharga kami akan…
“SIALAN! KALAU BEGINI JADINYA, KAMI AKAN
REBUT DENGAN PAKSA! DEMI BUKU REFERENSI (PORNO), PERTARUHKAN NYAWA KALIAN!!”
“““UOOOOOOOOOOOOOOOH!!!”””
Semua orang berdiri dan mengelilingi
Tetsujin. Kami punya keuntungan dalam jumlah, meski musuh kami adalah maniak
otot super, kami tidak mungkin akan kalah.
“Kukuku… kalian bocah tengik punya nyali
juga.”
Sekalipun menghadapi situasi berbahaya
seperti ini, Tetsujin sama sekali tidak gentar.
“MAJU KALIAN SEMUA!!!”
“YAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH!!!”
Kami semua, murid kelas F, mengepalkan
kedua tangan kami dan menghadapi musuh bebuyutan kami.
***
“Orang itu… sudah pasti bukan manusia…”
Sahabat terburukku yang barusan
berpidato dengan menggebu-gebu, Sakamoto Yuuji, kini bergumam kesal. Dia
memiliki perawakan yang kuat dan terbiasa berkelahi, tapi setelah terkena
tonjokkan Tetsujin yang sangat kuat, berdiri saja dia tidak bisa.
“Ya… bagaimana dia bisa menghadapi 47
murid SMA seperti itu…”
Sebelum aku sempat memanggil Syokanju
milikku, leherku ditonjok lalu aku jatuh pingsan. Teman sekelasku yang gugur
disampingku ada yang kena cekik atau terbanting ke lantai. Bahkan setelah
dikepung dengan ketat, Tetsujin masih bisa mengalahkan kami dengan berbagai
macam teknik judo. Dia masih bisa menang dengan mudah melawan kami yang menang
jumlah, bahkan dia juga masih menahan diri supaya kami tidak terluka. Tetsujin
bukan manusia normal sama sekali, dia pasti orge! Apa semua orang yang ikut
lomba lari Ironman sehebat ini?
“…Semua gerakannya setara dengan
terminator.”
Teman sekelasku yang lain, Muttsurini,
nama aslinya Tsuchiya Kouta, menurunkan pundaknya dan bergumam kesal. Siapa pun
bisa tahu dari nama panggilannya kalau dia ini orang yang tidak peduli dengan
apa pun kecuali hal-hal yang berbau PORNO. Begitu tahu buku-buku pornonya
disita semua, dia pasti orang yang paling putus asa dari pada orang lain. Buat
informasi, Muttsurini berniat menyerang Tetsujin dengan alat setrum, tapi
sebelum berhasil menyerang, senjatanya diambil dan dia sendiri yang terkena
setrum. Mampu merebut senjata dari si gesit Muttsurini, itu sama sekali
mustahil kecuali sudah jadi master bela diri.
“Kalian ini. Kenapa giliran hal bodoh
seperti ini kalian sangat kompak…”
Menatap kami dengan tatapan ‘dasar, yang
benar saja’ adalah salah satu gadis di kelas F, Shimada Minami. Dia gadis yang
cukup tinggi dengan rambut dikuncir dan dada yang lebih rata dari pada umumnya…
tapi aku bakalan mati kalau mengatakan itu. Sebaiknya tidak kukatakan. Kalau
aku terus-menerus mendapatkan rasa sakit dan perasaan bersalah, aku nggak bisa
hidup normal lagi.
“Kompak? Apa kami terlihat kompak?”
“Yah, dari pada kompak… aku heran,
kenapa kalian sekelas… bawa barang seperti itu ke sekolah…”
Wajah Minami sedikit merona. Pasti dia
melihat sampul salah satu buku itu.
“Yaaa, anak cowo punya beberapa hal yang
harus mereka lakukan.”
“Untuk apa kalian semua membawa barang
seperti itu ke kelas…”
Begitu liburan musim panas berakhir, CV
Muttsurini mengerjakan ‘Koleksi Laporan Festival (Musim Panas)’, yang berakhir
disita oleh para guru. Jangan-jangan ada yang membocorkan informasi itu ke para
guru? Berhasil mendeteksi jaringan informasi bawah tanah kami, para guru itu
tidak bisa dianggap remeh.
“Tapi mau bagaimana lagi kalau sudah
disita. … dan Akihisa-kun, aku rasa masih terlalu cepat bagimu untuk menyentuh
buku-buku itu, yang lain juga sama.”
Ngomongin gadis pelipur lara kami – yang
ini, Himeji Mizuki-san. Menurut rumor yang tersebar di kelas 2, keberadaannya,
dengan rambut panjang yang halus dan tubuhnya yang montok, seperti mengeluarkan
ion negatif. Dan suara merdunya membangkitkan diriku yang tadi sedang putus
asa.
“Uu… meski kamu benar, aku tetap tidak
menerimanya…”
ITU ADALAH KOLEKSI TERBAIKKU!! AKU
BAHKAN BERHASIL MENYEMBUNYIKANNYA DARI KAKAKKU, DAN SEKARANG DISITA OLEH GURU
KARENA AKU TIDAK WASPADA… APA TIDAK ADA TEMPAT DI DUNIA INI YANG AMAN UNTUK
BERSEMBUNYI!!??
“Pemeriksaan di tempat? Belum begitu
lama semenjak mereka terakhir melakukan pemeriksaan. Tidak heran banyak yang
tidak waspada.”
Salah satu lawan jenis di kelas F,
Hideyoshi, bicara padaku. Dia memiliki tubuh yang kurus, rambut mengkilap dan
halus, dan ditambah senyuman manisnya. Meski dia terus-terus bilang kalau dia
adalah cowok, aku rasa seharusnya Hideyoshi membuka mata dan menerima
kenyataan.
“Memang benar itu tidak terduga.
Beberapa barangku juga disita, seperti DVD, majalah, dan bantal kecilku…”
“Ya… barangku juga ada yang disita…
seperti CD, light novel dan bantal kecil…”
Apa-apaan ini? Aku sepertinya mendengar
sesuatu yang murid biasa tidak akan bawa ke sekolah.
“Wah, jadi Himeji dan Shimada juga kena
sita. Kalau kamu, Hideyoshi?”
“Um… beberapa barang yang kuperlukan
untuk drama juga disita, dan game konsolku juga ikut disita…”
Hideyoshi menjawab dengan sedih
pertanyaan Yuuji.
Ngomong-ngomong, Hideyoshi sepertinya
sedang latihan drama dengan setting jaman modern sekarang. Karena kostumnya
disita, mustahil meminta Tetsujin buat mengembalikannya.
“…Aku juga lupa waspada dengan
pemeriksaan…”
Muttsurini, yang dari awal sudah
terlihat kecil, sedang menekuk punggungnya, membuatnya terlihat semakin kecil.
Kalau orang ini serius menganalis situasi, dia pasti sudah menyadari kalau para
guru berniat melakukan pemeriksaan di tempat. Kali ini, semua orang sepertinya
terlalu santai. Aku rasa salah satu alasan kenapa kami terlalu santai karena
kami sedang fokus dengan ‘Koleksi Laporan Fastival (Musim Panas)’ yang baru
kami beli.
“Melakukan pemeriksaan di awal semester
khusus kelas 2… para guru itu pasti sudah merencanakan ini pas rapat ketika
kita sedang berlibur.”
“Sialan, metode mereka sangat licik.”
Dan itu terjadi di hari setelah upacara
pembukaan. Itu keterlaluan. Kalau itu terjadi di hari upacara, semua orang
bakal waspada, tapi semua orang pasti tidak curiga di hari kedua. Memang benar
kalau di peraturan sekolah tertulis ‘Dilarang membawa barang yang tidak
berhubungan dengan kurikulum,’ tapi ini keterlaluan ketat.
“Haah. Untungnya handphone kita nggak
disita. Cuma itu yang patut disyukuri…”
“Tapi bakalan disita langsung kalau
berbunyi pas lagi belajar.”
Mungkin sekolah mempertimbangkan
kemungkinan adanya panggilan darurat, jadi guru tidak menyita handphone meski
mereka menemukannya. Tapi benar kata Yuuji. Kalau bunyi pas lagi belajar, itu
pasti langsung disita.
“Oh iya, Akihisa, apa saja barangmu yang
disita selain album foto itu?”
Hideyoshi bertanya sambil menunjuk ke
arah punggungku. Aku merasa kesal mendengar dia bicara seperti sudah pasti
bukan cuma album foto itu saja yang disita. Tapi fakta tetap fakta, aku tidak
akan membantahnya. Apa yang disita Tetsujin…
“Yaa, buku, CD, game dan foto
(Himeji-san, Minami dan Hideyoshi dengan pakaian renang)…”
“Jadi bukan cuma album foto saja yang
disita, bahkan foto biasa juga… guru-guru itu sama sekali tidak memiliki belas
kasihan.”
“Ya… aku baru saja beli dari CV
Muttsurini hari ini, dan belum sempat melihatnya sama sekali…”
Dan aku datang pagi-pagi sekali cuma
buat beli itu. Sial, sayang banget…
“Sayang sekali… aku selalu berharap bisa
memeluk foto itu… bahkan aku ingin membingkai fotonya dengan pakaian renang.”
“Aku juga. Aku pikir bakalan mimpi indah
malam ini…”
Eh, kenapa Himeji-san dan Minami
ikut-ikutan setuju denganku?
“Kalau kamu, Yuuji? Apa aja yang
disita?”
Kalau aku bertanya lebih dalam ke
Himeji-san atau Minami, aku yakin aku bakalan depresi berat, jadi aku nanya ke
Yuuji.
“MP3 milikku disita. Aku baru saja
masukin beberapa lagu baru kemarin. Sialan! Bikin kesal aja!”
Jawab Yuuji dengan perasaan kesal.
Begitu, jadi MP3 Yuuji kena sita lagi. Aku ingat hal yang sama pernah terjadi
dulu.
“Ngomong-ngomong, Muttsurini, kameramu
kena sita lagi, ya kan?”
“…(Ngangguk)”
Muttsurini terlihat sedih sambil
menganggukkan kepalanya. Kalau dia bergabung dengan klub fotografi dia pasti
diperbolehkan membawa kamera – TIDAK! Karena dia selalu mengambil foto seperti
itu…
“…Bahkan kartu memori yang berisi
foto-foto itu kena sita. Aku tidak bisa menjualnya sementara ini.”
“““EHHHHHHHHHH!!!???”””
Bagaimana, bagaimana mungkin ini bisa
terjadi? Dia tidak bisa menjual foto-foto itu? Tidak bisa mengagumi keindahan
foto-foto itu meski mereka ada di depan mata, itu sama saja dengan penyiksaan!!
“LAKUKAN SESUATU, MUTTSURINI! KAMU PASTI
SUDAH MENYIAPKAN BACK-UP, YA KAN?”
“BENAR, TSUCHIYA-KUN! KAMU PUNYA BACK-UP
DATANYA, KAN?”
“Kamu bisa menemukannya di komputermu,
kan?”
Mana mungkin Muttsurini melakukan
kesalahan pemula seperti itu! Tidak bisa menjualnya, itu pasti bohong!!
“…Aku punya, tapi butuh waktu yang lama
buat mencarinya.”
“““Ba, bagaimana mungkin jadi seperti
ini…”””
Begitu mendengar jawabannya, Minami,
Himeji dan aku pada terjatuh ke lantai putus asa. Memang benar kalau Muttsurini
punya foto yang sangat banyak. Kalau dia ingin mengumpulkan semua foto yang
kami inginkan, pasti butuh waktu yang sangat lama. Dengan kata lain, kami harus
menunggu dia mencari foto-foto itu dan mencetaknya sebelum kami bisa
mendapatkan hasil akhirnya, dan kami hanya bisa menunggu dan berkarat.
“Oi, kamu dengar itu?”
“Ya!Kayaknya dia bilang butuh waktu lama
sebelum dia bisa menjualnya lagi… aku mungkin bakalan mati kalau harus menunggu
sampai aku bisa melihat Himeji, Minami dan Kinoshita dengan pakaian renang!”
“Bukan itu doank! Aku dengar ada foto
Kirishima dan Kudou dan kakak-kakak cantik lainnya… kalau aku nggak bisa
mendapatkan foto-foto itu, aku akan, aku akan…”
Erangan putus asa terdengar dari setiap
sudut kelas. Bagi kami anak cowok yang
tidak populer di kalangan anak cewek, koleksi foto Muttsurini satu-satunya
oasis pelarian kami.
“Oi, Yuuji, sekarang bagaimana? Apa kita
harus lakukan ‘itu’?”
“Benar… kalau kita cuma diam saja
diperlakukan semena-mena seperti ini, kehidupan sekolah kita bakalan hancur di
masa depan… oke, ayo, Akihisa! Kita tunggu guru-guru itu, terutama Tetsujin
keluar dari ruangan guru pas istirahat makan siang. Kita akan menyusup dan
mengambil mimpi dan harapan kita kembali!!”
“YOSHAAAA!!”
Demi mendapatkan kembali barang-barang
sitaan itu, Yuuji kembali bersemangat.
“…Aku tidak akan membiarkan Yuuji dan
Akihisa bertarung sendirian ke medan perang.”
Muttsurini bangkit kembali. Matanya
menyala-nyala seperti biasanya. Namanya juga Muttsurini, julukan ‘si cabul
pendiam’ bukan isapan jempol!
“Tunggu dulu, kalian!”
“Kalian tidak akan boleh pergi tanpa
kami!”
“Hehe, bukankah kita ini sahabat?”
“Se, semuanya…”
Sebelum aku sadar, semua anggota kelas F
sudah berdiri.
Benar, meski harta berharga kami disita,
kami tidak akan menangis seperti bayi. Begitu kami mendapatkan kesempatan, kami
akan merebut kembali barang kami dengan berani, tanpa ragu dan kompak! Bahkan
jika cuma ada setitik harapan, kami tidak akan pernah menyerah!
“Semuanya, tolong tenang…”
Saat ini, sebuah suara menghentikan
kami. Yang berani berdiri menghalangi kami –
“…Himeji-san?”
- adalah Himeji-san, yang kedua
tangannya tekatup di depan dadanya seakan berdoa.
Setelah semua orang menengok ke arahnya,
Himeji-san akhirnya mengatakan apa yang ingin dia katakan.
“Akihisa-kun, Sakamoto-kun… aku rasa itu
tidak baik.”
“Yang kamu maksud… menyelinap ke ruangan
guru?”
“Benar.”
Himeji-san mengangguk sedikit. Yaaah…
walaupun kamu bilang itu buruk, tapi…
“Tapi kalau kita nggak lakukan ini,
barang-barang sitaan itu nggak bakalan kembali. Himeji-san, kamu ingin barang
yang disita Tetsujin kembali, ya kan?”
Kami sudah mencoba memelas untuk
dikembalikan, tapi gagal. Kalau begitu, kami tidak punya pilihan lain selain
mengambil dengan paksa barang-barang milik kami dengan kedua tangan kami.
“Ka, kalau itu, kalau sensei berniat
mengembalikannya, aku akan sangat bahagia… tapi dari awal, bukankah kita yang
melanggar peraturan sekolah…”
Setelah mengatakan itu, Himeji-san
mengangkat kepalanya dan menatapku. Uu… jangan menatapku seperti itu, aku jadi
merasa seperti orang buruk sekarang…
“Haah, Mizuki benar. Siapa yang menyuruh
kita melanggar peraturan? Kalau kita tidak menerima hukuman kita dan bikin
masalah baru, itu namanya bodoh…”
Minami setuju dengan Himeji-san.
“Benar, sekarang aku merasa menyelinap
ke ruangan guru itu buruk… Itu perbuatan yang licik.”
Licik, ya… memang benar kami sendiri
yang melanggar peraturan dan akhirnya barang kami disita. Dan menyelinap ke
ruangan guru untuk merebut barang kami kembali bukan hal yang jantan.
“…Yuuji, apa yang kita lakukan sekarang?
Himeji-san benar. Menyelinap ke ruangan guru itu terlalu…”
Benar, rasa percaya diriku langsung
jatuh,
“Ha… apa yang kamu maksud. Karena Himeji
dan Shimada sudah bilang begitu, kita hanya perlu memikirkan cara lain…”
Tidak, tidak cuma Yuuji. Aku rasa semua
orang di kelas juga memikirkan hal yang sama, karena mereka semua terlihat
canggung.
“Akihisa-kun, Sakamoto-kun, semuanya…
kalian mengerti apa yang kumaksud kan?”
“Ya. Kami mengerti apa yang Himeji dan
Shimada maksud. Jadi harus itu, ya?”
Menarik kembali perkataannya, Yuuji
berteriak,
“—INI BUKAN WAKTUNYA BUAT TRIK MURAHAN!!
KITA AKAN BUNUH TETSUJIN DAN REBUT KEMBALI BARANG KITA, KALIAN SETUJU!!?”
“BUKAN ITU YANG KUMAKSUD!!”
Menyelinap ke ruangan guru di
hadapan para gadis, itu sama sekali
tidak jantan. Bagaimana mungkin kami membiarkan mereka melihat kami bersikap
seperti pengecut. Kalau kami akan melakukannya, kami akan lakukan seperti
berpesta!!
Maka dari itu, kami, kelas F memutuskan untuk melakukan serangan
kejutan ketika istirahat makan siang.
***
“Kenapa kalian semua sangat bodoh…”
Setelah itu, kami semua duduk dengan
kaki terlipat di bawah di atas lantai keras di ruangan hukuman (tanpa bangku).
Kami hanya bisa duduk dan menjawab soal-soal hukuman dengan patuh di bawah
pengawasan Tetsujin.
“Sial, curang banget! Sudah menyita
barang-barang kita, membuat kita babak belur, sekarang mereka juga menyiapkan
Syokanju bersenjata di dalam ruangan guru… guru-guru itu mereka semua sangat
rendah!!”
“Ya. Berani-beraninya mereka memasang
perangkap untuk menghadapi serangan jantan kita… itu sama sekali tidak pantas
dilakukan oleh orang dewasa!!”
“Yoshii, Sakamoto. Kalian berdua punya
waktu buat bicara ya. Kalau begitu, aku kasih hadiah.”
““AH!!””
Bum! Sebuah buku tebal ditaruh dihadapan
kami. Aku rasa tidak mungkin bisa menjawab itu semua dalam sehari.
“SIALAN!! KAMU PASTI BUKAN MANUSIA,
DASAR GORILA HITAM!!”
“DASAR GORILA HITAM!! BILANG SAJA KAMU
TIDAK INGIN MEMBIARKAN KAMI PULANG HARI INI, YA KAN??!!”
“Ngomong-ngomong, kalian berdua
sepertinya belum menyerahkan tugas liburan musim panas, ya kan?”
Bum! Satu buku lagi turun di depan kami.
“Itu bunga hutang akibat telat
mengumpulkan tugas kalian. Kalau kalian masih belum mengumpulkan tugas kalian
minggu depan, aku akan kasih tambahan satu buku lagi.”
““AAAAAARRRGGGGGHHHH--!!””
Nggak tahan lagi! Gorila hitam ini cuma
ingin menghancurkan mental kami sebelum membunuh kami!!
“Yoshii dan Sakamoto, mereka berdua itu
idiot… mereka sama sekali tidak nyawa nyawa pas berhadapan dengan gorilla itu.”
“Bukannya lebih baik kita turuti saja si
gorilla itu?”
“Itu karena mereka menghabiskan tenaga
mereka cuma buat melawan si gorilla yang selalu mengawasi mereka berdua.”
“Ngomong-ngomong, aku baru ingat. Kalian
semua juga belum menyerahkan tugas liburan. Tenang, tenang, aku ini orang yang
adil, jadi akan kuberikan semua orang bunga hutang yang sama.”
“““UUUUUUUAAAAAAAANNJJJJJJJJIIIIIIIIRRRRRRR---!!!”””
Tugas liburan yang belum dikumpulkan,
soal hukuman dan soal tambahan… tugas kami baru saja bertambah. Memaksa kami
bekerja sampai segininya, seberapa tinggi bunga tugas mereka!!
“Sialan kau, Tetsujin… akan kubalas
kau!”
“Si sialan itu, tunggu saja!”
“…Aku tidak akan pernah melupakan dendam
ini!”
“Awas saja kalau jalan lewat gang gelap
pas malam hari!”
“Awas, kutaruh paku payung di dalam
sepatumu!”
“Kalau begitu, akan kusebar rumor kalau
si Tetsujin homo!”
“Ini satu buku lagi!”
“““BBBBBBBUUUUAAAAAANGGKKEEEEEEEEEEE--!!!”””
Ketiga gadis yang tidak ikut penyerangan
sedang belajar bersama kelas E, dan 47 murid kelas F sedang dipenjara di
ruangan hukuman. Ini sangat menyedihkan. Seluruh anak kelas F gagal membalas
dendam dan gadis-gadis mereka direbut, dan diawasi oleh Tetsujin, amarah kami
naik melebihi ambang batas.
“Dasar, kenapa kalian tidak pernah
belajar dari kesalahan… kalau kalian bisa menghabiskan energi untuk hal-hal
tidak berguna seperti itu, gunakan untuk olahraga. Festival olahraga sudah
tinggal beberapa hari lagi.”
Keluh Tetsujin.
Semester kedua baru saja dimulai, dan
acara besar – Festival Olahraga Akademi Fumitzuki sudah di depan mata.
Tujuan acara ini adalah untuk memastikan
semua murid yang baru saja menghabiskan liburan musim panas mereka dengan
bersantai-santai mampu bersemangat untuk belajar lagi. Karena semua orang jadi
tumpul setelah liburan dan tidak bisa konsentrasi ketika pelajaran, bagaimana
kalau diadakan acara olahraga supaya semua orang kembali bersemangat – aku rasa
seperti itu yang sekolah pikirkan. Aku yakin itu yang dipikirkan oleh si kepala
sekolah.
“Oke, aku harus kembali ke ruangan guru
dan membersihkan akibat ulah kalian, jadi tinggal di sini dan kerjakan tugas
kalian. Kalau kalian berani melarikan diri… akan kutunjukkan seperti apa itu
neraka.”
Tetsujin pergi dengan meninggalkan
ancaman mematikan, dan bahkan mengunci ruangan dari luar sebelum pergi. Jangankan
kabur, dia sendiri sudah mengunci ruangan ini.
“Oh iya, sebentar lagi festival
olahraga. Kalau ngomongin itu… artinya ‘itu’, ya kan?”
Cengir Yuuji.
“Ya, itu.”
Aku juga ikut menyengir. Setelah
dilihat, semua orang juga ikut nyengir. Sepertinya kami semua sepemikiran.
“Mengingat semua yang kita lalui dalam 5
bulan ini… tidak, 1 tahun 5 bulan semenjak kita masuk sekolah ini, semua guru
sudah membuat kita semua tersiksa.”
“Kaya duduk di koridor, dikurung di
ruang hukuman, lalu merampas Bible (buku porno) kita, kemudian melempar kita ke
ruangan dengan fasilitas bobrok, ditambah men-skors semua anak cowok kelas 2.
Dan juga… kita melihat kepala sekolah telanjang!!”
Semua yang ada di ruangan mulai berkata
‘ya, benar’ dan mengluh, setuju dengan berat hati. Semua orang di kelas adalah
rekan seperjuangan yang telah melalui berbagai situasi bersama-sama. Sampai
sekarang, kami sudah dibully dan dipandang remeh. Tidak ada ada yang berubah.
“Tapi festival olahraga mau tiba. Saat
itu – kita akan membalaskan dendam kita ke guru-guru itu!!”
Kalimat ini sepertinya membakar semangat
di dalam diri Yuuji, karena itu dia berdiri dan berpose sambil berteriak,
“OKE!! WAKTUNYA PESTA!!”
“KAMI TIDAK TAHU APA YANG TERJADI TAHUN
LALU, TAPI TAHUN INI AKAN BERBEDA!!”
“GURU-GURU SIALAN ITU… KITA BUAT MEREKA
SEMUA MENYESAL KARENA TELAH MEREMEHKAN KITA!!”
Teriakan semangat teman-teman sekelasku
menggema di dalam ruangan. Sepertinya semua orang memiliki dendam yang sama
terhadap para guru. Termasuk hari ini, guru-guru kasar itu sudah membuat kami
bersumpah dalam diri kami kalau kami semua akan membalas dendam.
“KALIAN SEMUA, DENGAR! TIDAK ADA YANG
NAMANYA KESEMPATAN KEDUA DI MASA DEPAN! SAMPAI SEKARANG, SEMUA YANG TERJADI DI
SEKOLAH, SEMUA KEBENCIAN AKIBAT DIPERMALUKAN DAN DIRENDAHKAN, KAPAN LAGI KITA
AKAN MEMBALAS DENDAM KECUALI SEKARANG!!!”
“BENAR! KITA HARUS BALAS DENDAM!!”
“KITA GUNAKAN KESEMPATAN INI UNTUK
MEMBAYAR SEMUA YANG TERJADI PADA KITA DARI DULU!”
“KITA HARUS MANFAATKAN KEKACAUAN PAS
FESTIVAL OLAHRAGA UNTUK MEMBUAT GURU-GURU ITU TERSIKSA!!!”
Benar. Kesempatan untuk membalas dendam
seperti ini sayang sekali kalau tidak dipakai. Musuh bebuyutan kami adalah para
guru, dan kami bisa menggunakan festival olahraga sebagai kesempatan utnuk
membalas dendam. Ini adalah kesempatan emas.
“MULAI SEKARANG, SEMUA ORANG HARUS
BERSIAP-SIAP! BAHKAN JIKA KITA HARUS MERANGKAK DI LANTAI UNTUK BERTAHAN KARENA
DILECEHKAN, KITA HARUS MENYIMPAN TENAGA UNTUK KESEMPATAN BESAR INI! KITA YANG
TIDAK PERNAH MENDEKLARASIKAN PERANG PADA MEREKA, KINI ADALAH KESEMPATAN TERBAIK
UNTUK BERPERANG DAN MEMBALAS DENDAM PADA MEREKA KETIKA FESTIVAL OLAHRAGA.
DIBAWAH NAMA KOMPETISI, KITA AKAN BERSIKAP ITU ADALAH KECELAKAAN DAN MEMBALAS
DENDAM. DENGAR, TUJUAN TERBESAR KITA ADALAH…”
“““PERTANDINGAN BASEBALL GURU VS
MURID”””
Semua orang mengepalkan tangan mereka
dan berteriak bersama-sama.
Tunggu saja Tetsujin, nenek tua sialan
dan semua guru! Ketika pertandingan baseball guru vs murid, kami pasti akan
melimpahkan semua kebencian kami semua pada kalian…!!
Comments
Post a Comment