Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indoensia, Volume 7 : Soal Pertama



Soal Pertama

Baca soal di bawah ini dan jawab pertanyaannya.
Pada akhir abad ke-19, Perdana Mentri Jerman menerapkan Kebijakan Asuransi Kesehatan pertama di dunia dengan tujuan untuk menolong pekerja miskin. Di waktu yang bersamaan, dia juga menerapkan Undang-Undang Sosial. Kebijakan itu biasa disebut dengan ‘Kebijakan ( ) dan cambuk’.
Soal 1 : Sebutkan nama Perdana Mentri pada saat itu.
Soal 2 : Isi kolom kosong tersebut.

Jawaban Himeji Mizuki :
‘1 : Bismarck, 2 : Kebijakan (Permen) dan Cambuk’

Komentar guru :
Benar. Dengan mengatas namakan politik, Bismarck memaksakan Kebijakan Jaminan Kesehatan – dengan kata lain, dia memberikan ‘permen’ ke rakyat. Di sisi yang lain, ‘cambuk’ undang-undang sosial menekan rakyat. Memberikan rakyat permen dan cambuk di saat yang bersamaan. Banyak orang yang menggunakan metode seperti ini, tidak hanya dalam politik.

Jawaban Tsuchiya Kouta :
‘1 : Elizabeth’

Komentar guru :
Cambuk > Yang mulia > Ratu Elizabeth.
Akhir-akhir ini, aku mulai mengerti jalan pikiranmu. Perasaan sensei jadi berantakkan.



Jawaban Yoshii Akihisa :
‘2 : Kebijakan (cambuk) dan cambuk’

Komentar guru :
Kebanyakan cambuknya.

***

Di hadapan kami, Tetsujin sedang berdiri tegak dengan tangan terlipat sambil menatap kami tanpa bersuara. Ketua kelas kami, Sakamoto Yuuji, saat ini sedang pidato di hadapan wali kelas kami.

“Nishimura-Sensei. Bapak pasti mengerti kalau kami semua ini haus akan ilmu pengetahuan?”

Mata Yuuji menatap dalam-dalam orang yang ada di hadapannya. Kata-katanya pasti mampu terdengar hingga menyentuh hatinya.
Tapi Tetsujin masih menatap Yuuji tanpa bersuara seakan menunggu Yuuji untuk melanjutkan.
Yuuji tersenyum, puas dengan respon Tetsuji dan berkata,

“Semenjak jaman dahulu, semua perkembangan memiliki sejarah kelam peperangan di baliknya. Perkembangan besi bukan demi kepentingan industri, tapi untuk menciptakan pedang dan baju zirah. Kuda dibiakkan bukan untuk mendukung transportasi perekonomian, tapi sebagai kuda perang untuk para prajurit. Kalau mau pakai contoh dari jaman modern, perkembangan teknologi nuklir bukan untuk pembangkit energi tapi untuk perang.”
“…”

Tetsujin masih diam dan tidak mengatakan apapun.

“Meskipun teknologi telah berkembang menjadi hal yang positif, sejarah kegelapan manusia yang saling berperang masih tersisa. Ini mungkin agak berlebihan, tapi karena kekejaman ‘perang’, teknologi mampu berkembang dengan pesat, dan ini fakta yang tidak bisa dibantah.”
“…”

Tetsujin masih diam.

“Teknologi awalnya dikembangkan karena didorong oleh rasa keingintahuan. Semenjak jaman purba, tidak peduli di mana pun, fakta ini selalu terbukti.”
“…”
“Tapi kalau kita ingin mendapatkan hasil yang lebih memuaskan – kita harus merasakan pengalaman yang sesungguhnya, hampir semua skenario pertempuran dengan motif yang jelas berakhir dengan ‘memenangkan peperangan’.”
“…”
“Saya tidak bermaksud kalau perang itu diperlukan. Banyak orang yang akan mati, dan kita akan saling membunuh – seakan-akan tidak ada bedanya antara kita dan hewan, bukankah itu adalah dosa terberat dan perilaku terbodoh yang bertolak belakang dangan apa kita sebenarnya?”
“…”
“Akan tetapi, meski kita tahu itu bodoh, selama kita mampu belajar darinya, akan selalu ada makna di baliknya. Inilah arti dari ‘Pemikiran yang dipenuhi keingintahuan selalu tepat sasaran dan mendapatkan hasil yang bagus’ – saya harap sensei mengerti apa yang saya maksud.”

Setelah Yuuji selesai pidato, Tetsujin, yang dari tadi diam, akhirnya merespon,

“Sakamoto, aku mengerti apa yang ingin kamu sampaikan. Seperti yang kamu bilang, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi memberikan hasil yang tinggi pula, dan aku tidak meragukan itu. tapi—“

Tetsujin membukan lipatan tangannya dan berkata dengan tegas ke seluruh isi kelas.

“—aku tetap tidak akan mengembalikan buku porno itu ke kalian!”
“““SIALAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN!!!”””

Kata-kata kejam Tetsujin membuat seluruh isi kelas F menangis histeris.
Semester kedua tahun kedua kami baru saja dimulai, dan sekelompok guru tanpa hati nurani dan kejam berbaris di depan gerbang dan menahan kami yang masih bau iler. Kami hanya bisa pasrah melihat barang-barang pribadi kami disita, tanpa bisa melakukan perlawanan, itu sebabnya kenapa kami berpidato di depan Tetsujin.

“KENAPA, NISHIMURA-SENSEI!? SENSEI TIDAK MENDENGARKAN PIDATO MENGGEBU YUUJI!? KAMI INGIN BELAJAR ‘PENDIDIKAN KESEHATAN’ LEBIH DALAM DAN MEMUASKAN RASA KEINGINTAHUAN KAMI, KAMI HARUS ‘MEMAHAMI ISI BUKU PORNO’!!”
“Berhenti membaca buku porno mewah yang nggak ada hubungannya dengan pelajaran. Memangnya umur kalian berapa?”
“JANGAN TANYA UMUR KAMI!? BISA-BISA SENSEI MENANYAKAN ITU!? RASA HAUS AKAN KEINGINTAHUAN TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN UMUR!”
“Lihat baik-baik, jelas-jelas tertulis ’18 ke atas’!!?”

Uuuh… guru sialan ini menggunakan logika seperti itu untuk melawan kami!

“SAYA MOHON NISHIMURA-SENSEI! KEMBALIKAN BUKU-BUKU ITU PADA KAMI!!”
“KAMI… TIDAK BISA HIDUP TANPA BUKU ITU!!!”
“TOLONG! JANGAN JAUHKAN KAMI DARI PENDIDIKAN KESEHATAN!!”
“KAMI MOHON, NISHIMURA-SENSEI!!”
“““KAMI MOHON!!!”””
“DIAM! BERHENTI BERTERIAK SEPERTI DI SINETRON AZAB KUBUR CUMA BUAT MENDAPATKAN BUKU PORNO!!”

Jerit tangisan seisi kelas tidak berhasil melunakkan hati Tetsujin. Bagaimana mungkin ada guru sekejam dan tidak berkeprimanusiaan seperti dia di dunia ini!?

“Kalau begitu, Sensei, bagaimana kalau begini?”
“Apa, Yoshii? Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan omong kosongmu.”
“Buku-buku itu bukan buku porno. Itu adalah buku referensi kami untuk pendidikan kesehatan.”
“Semuanya keluarkan buku paket kalian. Pelajaran akan dimulai. Waktu belajar pribadi sudah habis.”

Mati kami! Kalau begini, harta karun paling berharga kami akan…

“SIALAN! KALAU BEGINI JADINYA, KAMI AKAN REBUT DENGAN PAKSA! DEMI BUKU REFERENSI (PORNO), PERTARUHKAN NYAWA KALIAN!!”
“““UOOOOOOOOOOOOOOOH!!!”””

Semua orang berdiri dan mengelilingi Tetsujin. Kami punya keuntungan dalam jumlah, meski musuh kami adalah maniak otot super, kami tidak mungkin akan kalah.

“Kukuku… kalian bocah tengik punya nyali juga.”

Sekalipun menghadapi situasi berbahaya seperti ini, Tetsujin sama sekali tidak gentar.

“MAJU KALIAN SEMUA!!!”
“YAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH!!!”

Kami semua, murid kelas F, mengepalkan kedua tangan kami dan menghadapi musuh bebuyutan kami.

***

“Orang itu… sudah pasti bukan manusia…”

Sahabat terburukku yang barusan berpidato dengan menggebu-gebu, Sakamoto Yuuji, kini bergumam kesal. Dia memiliki perawakan yang kuat dan terbiasa berkelahi, tapi setelah terkena tonjokkan Tetsujin yang sangat kuat, berdiri saja dia tidak bisa.

“Ya… bagaimana dia bisa menghadapi 47 murid SMA seperti itu…”

Sebelum aku sempat memanggil Syokanju milikku, leherku ditonjok lalu aku jatuh pingsan. Teman sekelasku yang gugur disampingku ada yang kena cekik atau terbanting ke lantai. Bahkan setelah dikepung dengan ketat, Tetsujin masih bisa mengalahkan kami dengan berbagai macam teknik judo. Dia masih bisa menang dengan mudah melawan kami yang menang jumlah, bahkan dia juga masih menahan diri supaya kami tidak terluka. Tetsujin bukan manusia normal sama sekali, dia pasti orge! Apa semua orang yang ikut lomba lari Ironman sehebat ini?

“…Semua gerakannya setara dengan terminator.”

Teman sekelasku yang lain, Muttsurini, nama aslinya Tsuchiya Kouta, menurunkan pundaknya dan bergumam kesal. Siapa pun bisa tahu dari nama panggilannya kalau dia ini orang yang tidak peduli dengan apa pun kecuali hal-hal yang berbau PORNO. Begitu tahu buku-buku pornonya disita semua, dia pasti orang yang paling putus asa dari pada orang lain. Buat informasi, Muttsurini berniat menyerang Tetsujin dengan alat setrum, tapi sebelum berhasil menyerang, senjatanya diambil dan dia sendiri yang terkena setrum. Mampu merebut senjata dari si gesit Muttsurini, itu sama sekali mustahil kecuali sudah jadi master bela diri.

“Kalian ini. Kenapa giliran hal bodoh seperti ini kalian sangat kompak…”

Menatap kami dengan tatapan ‘dasar, yang benar saja’ adalah salah satu gadis di kelas F, Shimada Minami. Dia gadis yang cukup tinggi dengan rambut dikuncir dan dada yang lebih rata dari pada umumnya… tapi aku bakalan mati kalau mengatakan itu. Sebaiknya tidak kukatakan. Kalau aku terus-menerus mendapatkan rasa sakit dan perasaan bersalah, aku nggak bisa hidup normal lagi.

“Kompak? Apa kami terlihat kompak?”
“Yah, dari pada kompak… aku heran, kenapa kalian sekelas… bawa barang seperti itu ke sekolah…”

Wajah Minami sedikit merona. Pasti dia melihat sampul salah satu buku itu.

“Yaaa, anak cowo punya beberapa hal yang harus mereka lakukan.”
“Untuk apa kalian semua membawa barang seperti itu ke kelas…”

Begitu liburan musim panas berakhir, CV Muttsurini mengerjakan ‘Koleksi Laporan Festival (Musim Panas)’, yang berakhir disita oleh para guru. Jangan-jangan ada yang membocorkan informasi itu ke para guru? Berhasil mendeteksi jaringan informasi bawah tanah kami, para guru itu tidak bisa dianggap remeh.

“Tapi mau bagaimana lagi kalau sudah disita. … dan Akihisa-kun, aku rasa masih terlalu cepat bagimu untuk menyentuh buku-buku itu, yang lain juga sama.”

Ngomongin gadis pelipur lara kami – yang ini, Himeji Mizuki-san. Menurut rumor yang tersebar di kelas 2, keberadaannya, dengan rambut panjang yang halus dan tubuhnya yang montok, seperti mengeluarkan ion negatif. Dan suara merdunya membangkitkan diriku yang tadi sedang putus asa.

“Uu… meski kamu benar, aku tetap tidak menerimanya…”

ITU ADALAH KOLEKSI TERBAIKKU!! AKU BAHKAN BERHASIL MENYEMBUNYIKANNYA DARI KAKAKKU, DAN SEKARANG DISITA OLEH GURU KARENA AKU TIDAK WASPADA… APA TIDAK ADA TEMPAT DI DUNIA INI YANG AMAN UNTUK BERSEMBUNYI!!??

“Pemeriksaan di tempat? Belum begitu lama semenjak mereka terakhir melakukan pemeriksaan. Tidak heran banyak yang tidak waspada.”

Salah satu lawan jenis di kelas F, Hideyoshi, bicara padaku. Dia memiliki tubuh yang kurus, rambut mengkilap dan halus, dan ditambah senyuman manisnya. Meski dia terus-terus bilang kalau dia adalah cowok, aku rasa seharusnya Hideyoshi membuka mata dan menerima kenyataan.

“Memang benar itu tidak terduga. Beberapa barangku juga disita, seperti DVD, majalah, dan bantal kecilku…”
“Ya… barangku juga ada yang disita… seperti CD, light novel dan bantal kecil…”

Apa-apaan ini? Aku sepertinya mendengar sesuatu yang murid biasa tidak akan bawa ke sekolah.

“Wah, jadi Himeji dan Shimada juga kena sita. Kalau kamu, Hideyoshi?”
“Um… beberapa barang yang kuperlukan untuk drama juga disita, dan game konsolku juga ikut disita…”

Hideyoshi menjawab dengan sedih pertanyaan Yuuji.
Ngomong-ngomong, Hideyoshi sepertinya sedang latihan drama dengan setting jaman modern sekarang. Karena kostumnya disita, mustahil meminta Tetsujin buat mengembalikannya.

“…Aku juga lupa waspada dengan pemeriksaan…”

Muttsurini, yang dari awal sudah terlihat kecil, sedang menekuk punggungnya, membuatnya terlihat semakin kecil. Kalau orang ini serius menganalis situasi, dia pasti sudah menyadari kalau para guru berniat melakukan pemeriksaan di tempat. Kali ini, semua orang sepertinya terlalu santai. Aku rasa salah satu alasan kenapa kami terlalu santai karena kami sedang fokus dengan ‘Koleksi Laporan Fastival (Musim Panas)’ yang baru kami beli.
“Melakukan pemeriksaan di awal semester khusus kelas 2… para guru itu pasti sudah merencanakan ini pas rapat ketika kita sedang berlibur.”
“Sialan, metode mereka sangat licik.”

Dan itu terjadi di hari setelah upacara pembukaan. Itu keterlaluan. Kalau itu terjadi di hari upacara, semua orang bakal waspada, tapi semua orang pasti tidak curiga di hari kedua. Memang benar kalau di peraturan sekolah tertulis ‘Dilarang membawa barang yang tidak berhubungan dengan kurikulum,’ tapi ini keterlaluan ketat.

“Haah. Untungnya handphone kita nggak disita. Cuma itu yang patut disyukuri…”
“Tapi bakalan disita langsung kalau berbunyi pas lagi belajar.”

Mungkin sekolah mempertimbangkan kemungkinan adanya panggilan darurat, jadi guru tidak menyita handphone meski mereka menemukannya. Tapi benar kata Yuuji. Kalau bunyi pas lagi belajar, itu pasti langsung disita.

“Oh iya, Akihisa, apa saja barangmu yang disita selain album foto itu?”

Hideyoshi bertanya sambil menunjuk ke arah punggungku. Aku merasa kesal mendengar dia bicara seperti sudah pasti bukan cuma album foto itu saja yang disita. Tapi fakta tetap fakta, aku tidak akan membantahnya. Apa yang disita Tetsujin…

“Yaa, buku, CD, game dan foto (Himeji-san, Minami dan Hideyoshi dengan pakaian renang)…”
“Jadi bukan cuma album foto saja yang disita, bahkan foto biasa juga… guru-guru itu sama sekali tidak memiliki belas kasihan.”
“Ya… aku baru saja beli dari CV Muttsurini hari ini, dan belum sempat melihatnya sama sekali…”

Dan aku datang pagi-pagi sekali cuma buat beli itu. Sial, sayang banget…

“Sayang sekali… aku selalu berharap bisa memeluk foto itu… bahkan aku ingin membingkai fotonya dengan pakaian renang.”
“Aku juga. Aku pikir bakalan mimpi indah malam ini…”

Eh, kenapa Himeji-san dan Minami ikut-ikutan setuju denganku?

“Kalau kamu, Yuuji? Apa aja yang disita?”

Kalau aku bertanya lebih dalam ke Himeji-san atau Minami, aku yakin aku bakalan depresi berat, jadi aku nanya ke Yuuji.

“MP3 milikku disita. Aku baru saja masukin beberapa lagu baru kemarin. Sialan! Bikin kesal aja!”

Jawab Yuuji dengan perasaan kesal. Begitu, jadi MP3 Yuuji kena sita lagi. Aku ingat hal yang sama pernah terjadi dulu.

“Ngomong-ngomong, Muttsurini, kameramu kena sita lagi, ya kan?”
“…(Ngangguk)”

Muttsurini terlihat sedih sambil menganggukkan kepalanya. Kalau dia bergabung dengan klub fotografi dia pasti diperbolehkan membawa kamera – TIDAK! Karena dia selalu mengambil foto seperti itu…

“…Bahkan kartu memori yang berisi foto-foto itu kena sita. Aku tidak bisa menjualnya sementara ini.”
“““EHHHHHHHHHH!!!???”””


Bagaimana, bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Dia tidak bisa menjual foto-foto itu? Tidak bisa mengagumi keindahan foto-foto itu meski mereka ada di depan mata, itu sama saja dengan penyiksaan!!

“LAKUKAN SESUATU, MUTTSURINI! KAMU PASTI SUDAH MENYIAPKAN BACK-UP, YA KAN?”
“BENAR, TSUCHIYA-KUN! KAMU PUNYA BACK-UP DATANYA, KAN?”
“Kamu bisa menemukannya di komputermu, kan?”

Mana mungkin Muttsurini melakukan kesalahan pemula seperti itu! Tidak bisa menjualnya, itu pasti bohong!!

“…Aku punya, tapi butuh waktu yang lama buat mencarinya.”
“““Ba, bagaimana mungkin jadi seperti ini…”””

Begitu mendengar jawabannya, Minami, Himeji dan aku pada terjatuh ke lantai putus asa. Memang benar kalau Muttsurini punya foto yang sangat banyak. Kalau dia ingin mengumpulkan semua foto yang kami inginkan, pasti butuh waktu yang sangat lama. Dengan kata lain, kami harus menunggu dia mencari foto-foto itu dan mencetaknya sebelum kami bisa mendapatkan hasil akhirnya, dan kami hanya bisa menunggu dan berkarat.

“Oi, kamu dengar itu?”
“Ya!Kayaknya dia bilang butuh waktu lama sebelum dia bisa menjualnya lagi… aku mungkin bakalan mati kalau harus menunggu sampai aku bisa melihat Himeji, Minami dan Kinoshita dengan pakaian renang!”
“Bukan itu doank! Aku dengar ada foto Kirishima dan Kudou dan kakak-kakak cantik lainnya… kalau aku nggak bisa mendapatkan foto-foto itu, aku akan, aku akan…”

Erangan putus asa terdengar dari setiap sudut kelas. Bagi kami anak cowok  yang tidak populer di kalangan anak cewek, koleksi foto Muttsurini satu-satunya oasis pelarian kami.

“Oi, Yuuji, sekarang bagaimana? Apa kita harus lakukan ‘itu’?”
“Benar… kalau kita cuma diam saja diperlakukan semena-mena seperti ini, kehidupan sekolah kita bakalan hancur di masa depan… oke, ayo, Akihisa! Kita tunggu guru-guru itu, terutama Tetsujin keluar dari ruangan guru pas istirahat makan siang. Kita akan menyusup dan mengambil mimpi dan harapan kita kembali!!”
“YOSHAAAA!!”

Demi mendapatkan kembali barang-barang sitaan itu, Yuuji kembali bersemangat.

“…Aku tidak akan membiarkan Yuuji dan Akihisa bertarung sendirian ke medan perang.”

Muttsurini bangkit kembali. Matanya menyala-nyala seperti biasanya. Namanya juga Muttsurini, julukan ‘si cabul pendiam’ bukan isapan jempol!

“Tunggu dulu, kalian!”
“Kalian tidak akan boleh pergi tanpa kami!”
“Hehe, bukankah kita ini sahabat?”
“Se, semuanya…”

Sebelum aku sadar, semua anggota kelas F sudah berdiri.
Benar, meski harta berharga kami disita, kami tidak akan menangis seperti bayi. Begitu kami mendapatkan kesempatan, kami akan merebut kembali barang kami dengan berani, tanpa ragu dan kompak! Bahkan jika cuma ada setitik harapan, kami tidak akan pernah menyerah!

“Semuanya, tolong tenang…”

Saat ini, sebuah suara menghentikan kami. Yang berani berdiri menghalangi kami –

“…Himeji-san?”

- adalah Himeji-san, yang kedua tangannya tekatup di depan dadanya seakan berdoa.
Setelah semua orang menengok ke arahnya, Himeji-san akhirnya mengatakan apa yang ingin dia katakan.

“Akihisa-kun, Sakamoto-kun… aku rasa itu tidak baik.”
“Yang kamu maksud… menyelinap ke ruangan guru?”
“Benar.”

Himeji-san mengangguk sedikit. Yaaah… walaupun kamu bilang itu buruk, tapi…

“Tapi kalau kita nggak lakukan ini, barang-barang sitaan itu nggak bakalan kembali. Himeji-san, kamu ingin barang yang disita Tetsujin kembali, ya kan?”

Kami sudah mencoba memelas untuk dikembalikan, tapi gagal. Kalau begitu, kami tidak punya pilihan lain selain mengambil dengan paksa barang-barang milik kami dengan kedua tangan kami.

“Ka, kalau itu, kalau sensei berniat mengembalikannya, aku akan sangat bahagia… tapi dari awal, bukankah kita yang melanggar peraturan sekolah…”

Setelah mengatakan itu, Himeji-san mengangkat kepalanya dan menatapku. Uu… jangan menatapku seperti itu, aku jadi merasa seperti orang buruk sekarang…

“Haah, Mizuki benar. Siapa yang menyuruh kita melanggar peraturan? Kalau kita tidak menerima hukuman kita dan bikin masalah baru, itu namanya bodoh…”

Minami setuju dengan Himeji-san.

“Benar, sekarang aku merasa menyelinap ke ruangan guru itu buruk… Itu perbuatan yang licik.”

Licik, ya… memang benar kami sendiri yang melanggar peraturan dan akhirnya barang kami disita. Dan menyelinap ke ruangan guru untuk merebut barang kami kembali bukan hal yang jantan.

“…Yuuji, apa yang kita lakukan sekarang? Himeji-san benar. Menyelinap ke ruangan guru itu terlalu…”

Benar, rasa percaya diriku langsung jatuh,

“Ha… apa yang kamu maksud. Karena Himeji dan Shimada sudah bilang begitu, kita hanya perlu memikirkan cara lain…”

Tidak, tidak cuma Yuuji. Aku rasa semua orang di kelas juga memikirkan hal yang sama, karena mereka semua terlihat canggung.

“Akihisa-kun, Sakamoto-kun, semuanya… kalian mengerti apa yang kumaksud kan?”
“Ya. Kami mengerti apa yang Himeji dan Shimada maksud. Jadi harus itu, ya?”

Menarik kembali perkataannya, Yuuji berteriak,

“—INI BUKAN WAKTUNYA BUAT TRIK MURAHAN!! KITA AKAN BUNUH TETSUJIN DAN REBUT KEMBALI BARANG KITA, KALIAN SETUJU!!?”
“BUKAN ITU YANG KUMAKSUD!!”

Menyelinap ke ruangan guru di hadapan  para gadis, itu sama sekali tidak jantan. Bagaimana mungkin kami membiarkan mereka melihat kami bersikap seperti pengecut. Kalau kami akan melakukannya, kami akan lakukan seperti berpesta!!
Maka dari itu, kami,  kelas F memutuskan untuk melakukan serangan kejutan ketika istirahat makan siang.

***

“Kenapa kalian semua sangat bodoh…”

Setelah itu, kami semua duduk dengan kaki terlipat di bawah di atas lantai keras di ruangan hukuman (tanpa bangku). Kami hanya bisa duduk dan menjawab soal-soal hukuman dengan patuh di bawah pengawasan Tetsujin.

“Sial, curang banget! Sudah menyita barang-barang kita, membuat kita babak belur, sekarang mereka juga menyiapkan Syokanju bersenjata di dalam ruangan guru… guru-guru itu mereka semua sangat rendah!!”
“Ya. Berani-beraninya mereka memasang perangkap untuk menghadapi serangan jantan kita… itu sama sekali tidak pantas dilakukan oleh orang dewasa!!”
“Yoshii, Sakamoto. Kalian berdua punya waktu buat bicara ya. Kalau begitu, aku kasih hadiah.”
““AH!!””

Bum! Sebuah buku tebal ditaruh dihadapan kami. Aku rasa tidak mungkin bisa menjawab itu semua dalam sehari.

“SIALAN!! KAMU PASTI BUKAN MANUSIA, DASAR GORILA HITAM!!”
“DASAR GORILA HITAM!! BILANG SAJA KAMU TIDAK INGIN MEMBIARKAN KAMI PULANG HARI INI, YA KAN??!!”
“Ngomong-ngomong, kalian berdua sepertinya belum menyerahkan tugas liburan musim panas, ya kan?”

Bum! Satu buku lagi turun di depan kami.

“Itu bunga hutang akibat telat mengumpulkan tugas kalian. Kalau kalian masih belum mengumpulkan tugas kalian minggu depan, aku akan kasih tambahan satu buku lagi.”
““AAAAAARRRGGGGGHHHH--!!””

Nggak tahan lagi! Gorila hitam ini cuma ingin menghancurkan mental kami sebelum membunuh kami!!

“Yoshii dan Sakamoto, mereka berdua itu idiot… mereka sama sekali tidak nyawa nyawa pas berhadapan dengan gorilla itu.”
“Bukannya lebih baik kita turuti saja si gorilla itu?”
“Itu karena mereka menghabiskan tenaga mereka cuma buat melawan si gorilla yang selalu mengawasi mereka berdua.”
“Ngomong-ngomong, aku baru ingat. Kalian semua juga belum menyerahkan tugas liburan. Tenang, tenang, aku ini orang yang adil, jadi akan kuberikan semua orang bunga hutang yang sama.”
“““UUUUUUUAAAAAAAANNJJJJJJJJIIIIIIIIRRRRRRR---!!!”””

Tugas liburan yang belum dikumpulkan, soal hukuman dan soal tambahan… tugas kami baru saja bertambah. Memaksa kami bekerja sampai segininya, seberapa tinggi bunga tugas mereka!!

“Sialan kau, Tetsujin… akan kubalas kau!”
“Si sialan itu, tunggu saja!”
“…Aku tidak akan pernah melupakan dendam ini!”
“Awas saja kalau jalan lewat gang gelap pas malam hari!”
“Awas, kutaruh paku payung di dalam sepatumu!”
“Kalau begitu, akan kusebar rumor kalau si Tetsujin homo!”
“Ini satu buku lagi!”

“““BBBBBBBUUUUAAAAAANGGKKEEEEEEEEEEE--!!!”””

Ketiga gadis yang tidak ikut penyerangan sedang belajar bersama kelas E, dan 47 murid kelas F sedang dipenjara di ruangan hukuman. Ini sangat menyedihkan. Seluruh anak kelas F gagal membalas dendam dan gadis-gadis mereka direbut, dan diawasi oleh Tetsujin, amarah kami naik melebihi ambang batas.

“Dasar, kenapa kalian tidak pernah belajar dari kesalahan… kalau kalian bisa menghabiskan energi untuk hal-hal tidak berguna seperti itu, gunakan untuk olahraga. Festival olahraga sudah tinggal beberapa hari lagi.”

Keluh Tetsujin.
Semester kedua baru saja dimulai, dan acara besar – Festival Olahraga Akademi Fumitzuki sudah di depan mata.
Tujuan acara ini adalah untuk memastikan semua murid yang baru saja menghabiskan liburan musim panas mereka dengan bersantai-santai mampu bersemangat untuk belajar lagi. Karena semua orang jadi tumpul setelah liburan dan tidak bisa konsentrasi ketika pelajaran, bagaimana kalau diadakan acara olahraga supaya semua orang kembali bersemangat – aku rasa seperti itu yang sekolah pikirkan. Aku yakin itu yang dipikirkan oleh si kepala sekolah.

“Oke, aku harus kembali ke ruangan guru dan membersihkan akibat ulah kalian, jadi tinggal di sini dan kerjakan tugas kalian. Kalau kalian berani melarikan diri… akan kutunjukkan seperti apa itu neraka.”

Tetsujin pergi dengan meninggalkan ancaman mematikan, dan bahkan mengunci ruangan dari luar sebelum pergi. Jangankan kabur, dia sendiri sudah mengunci ruangan ini.

“Oh iya, sebentar lagi festival olahraga. Kalau ngomongin itu… artinya ‘itu’, ya kan?”

Cengir Yuuji.

“Ya, itu.”

Aku juga ikut menyengir. Setelah dilihat, semua orang juga ikut nyengir. Sepertinya kami semua sepemikiran.

“Mengingat semua yang kita lalui dalam 5 bulan ini… tidak, 1 tahun 5 bulan semenjak kita masuk sekolah ini, semua guru sudah membuat kita semua tersiksa.”
“Kaya duduk di koridor, dikurung di ruang hukuman, lalu merampas Bible (buku porno) kita, kemudian melempar kita ke ruangan dengan fasilitas bobrok, ditambah men-skors semua anak cowok kelas 2. Dan juga… kita melihat kepala sekolah telanjang!!”

Semua yang ada di ruangan mulai berkata ‘ya, benar’ dan mengluh, setuju dengan berat hati. Semua orang di kelas adalah rekan seperjuangan yang telah melalui berbagai situasi bersama-sama. Sampai sekarang, kami sudah dibully dan dipandang remeh. Tidak ada ada yang berubah.

“Tapi festival olahraga mau tiba. Saat itu – kita akan membalaskan dendam kita ke guru-guru itu!!”

Kalimat ini sepertinya membakar semangat di dalam diri Yuuji, karena itu dia berdiri dan berpose sambil berteriak,

“OKE!! WAKTUNYA PESTA!!”
“KAMI TIDAK TAHU APA YANG TERJADI TAHUN LALU, TAPI TAHUN INI AKAN BERBEDA!!”
“GURU-GURU SIALAN ITU… KITA BUAT MEREKA SEMUA MENYESAL KARENA TELAH MEREMEHKAN KITA!!”

Teriakan semangat teman-teman sekelasku menggema di dalam ruangan. Sepertinya semua orang memiliki dendam yang sama terhadap para guru. Termasuk hari ini, guru-guru kasar itu sudah membuat kami bersumpah dalam diri kami kalau kami semua akan membalas dendam.

“KALIAN SEMUA, DENGAR! TIDAK ADA YANG NAMANYA KESEMPATAN KEDUA DI MASA DEPAN! SAMPAI SEKARANG, SEMUA YANG TERJADI DI SEKOLAH, SEMUA KEBENCIAN AKIBAT DIPERMALUKAN DAN DIRENDAHKAN, KAPAN LAGI KITA AKAN MEMBALAS DENDAM KECUALI SEKARANG!!!”
“BENAR! KITA HARUS BALAS DENDAM!!”
“KITA GUNAKAN KESEMPATAN INI UNTUK MEMBAYAR SEMUA YANG TERJADI PADA KITA DARI DULU!”
“KITA HARUS MANFAATKAN KEKACAUAN PAS FESTIVAL OLAHRAGA UNTUK MEMBUAT GURU-GURU ITU TERSIKSA!!!”

Benar. Kesempatan untuk membalas dendam seperti ini sayang sekali kalau tidak dipakai. Musuh bebuyutan kami adalah para guru, dan kami bisa menggunakan festival olahraga sebagai kesempatan utnuk membalas dendam. Ini adalah kesempatan emas.

“MULAI SEKARANG, SEMUA ORANG HARUS BERSIAP-SIAP! BAHKAN JIKA KITA HARUS MERANGKAK DI LANTAI UNTUK BERTAHAN KARENA DILECEHKAN, KITA HARUS MENYIMPAN TENAGA UNTUK KESEMPATAN BESAR INI! KITA YANG TIDAK PERNAH MENDEKLARASIKAN PERANG PADA MEREKA, KINI ADALAH KESEMPATAN TERBAIK UNTUK BERPERANG DAN MEMBALAS DENDAM PADA MEREKA KETIKA FESTIVAL OLAHRAGA. DIBAWAH NAMA KOMPETISI, KITA AKAN BERSIKAP ITU ADALAH KECELAKAAN DAN MEMBALAS DENDAM. DENGAR, TUJUAN TERBESAR KITA ADALAH…”
“““PERTANDINGAN BASEBALL GURU VS MURID”””

Semua orang mengepalkan tangan mereka dan berteriak bersama-sama.
Tunggu saja Tetsujin, nenek tua sialan dan semua guru! Ketika pertandingan baseball guru vs murid, kami pasti akan melimpahkan semua kebencian kami semua pada kalian…!!



<<Prev                          Next>>


Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]