Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 7 : Soal Keempat

Soal Keempat

Gunakan induksi matematika untuk membuktikan rumus berikut ini:
1 + 3 + 5 + … + (2n-1) =             (1)
Kapan n adalah bilangan asli

Jawaban Himeji Mizuki :
1. Ketika n=1, persamaan (1) dihitung jadi
          Sisi kanan = 1
          Sisi kiri = 1
2. Diasumsikan kalau n=k adalah valid,
          1 + 3 + 5 + … + (2k-1) =             (2)
Ketika n=k+1, sisi kiri persamaan (1) menjadi
          1 + 3 + 5 + … + (2n-1) + (2k+1)
          =  + (2k+1)                (Didapat dari persamaan (1)
          =
Dengan kata lain,
          1 + 3 + 5 + … + (2n-1) + (2k+1)
          =
(1) Bersifat valid jika n=k+1
Dari no. 1 dan no. 2, persamaan (1) dinyatakan valid untuk semua nilai pada n.

Komentar guru :
Benar. Di Induksi matematika, kamu harus membuktikan kalau n=1 adalah valid. Juga, ketika berasumsi kalau n=k, kamu harus menyimpulkan kalau n=k+1 adalah valid. Dalam pertanyaan ini, kuncinya adalah n adalah bilangan asli. Sebagai tambahan, banyak orang yang kadang lupa menuliskan n=1, jadi perhatikan ketika menjawab.

Jawaban Tsuchiya Kouta :
“Akan saya buktikan kalau (1) adalah benar – Tsuchiya Kouta”

Komentar guru :
Meski kamu menulisnya dengan gaya tesis, itu percuma. Perintahnya adalah membuktikan lewat ‘induksi matematika’, jadi ketika mengasumsikan kalau n=k, tulis persamaan n=k=1 bersifat valid.

Jawaban Yoshii Akihisa :
“Pertimbanganku bisa ditunda dulu.”

Komentar guru :
“Tolong gunakan kata asumsi.”


***

“Oh! Akihisa, kamu sudah kembali.”
“Kerja bagus, Akihisa.”
“…Selamat datang kembali.”
“Ah, mm, aku kembali…”

Begitu aku selesai mengambil tes remedial buat mengisi kembali nilaiku untuk pertandingan Syokanju, Hideyoshi dan yang lain menyambut kedatanganku. Melihat mereka bersikap hangat seperti ini membuatku merasa diakui dalam kelompok lagi. Tapi menang atau kalah, aku berharap bisa menyaksikannya bersama semua orang…
Sambil berpikir seperti itu, aku menatap ruang istirahat kelas F yang dibatasi dengan tali. Aku baru sadar kalau anak-anak kelas F lagi ribut sambil mengerumuni sebuah kotak aneh. Ngapain mereka?

“KAMI-SAMA, BERIKAN HAMBA KEBERUNTUNGAN!”
“BERHENTI NGEBACOT! BURUAN TARIK, MASIH BANYAK YANG BELUM AMBIL!”
“OKE, OKE! NGGAK SABARAN BANGET! OKE, INI DIA – SIALAAAAAAAAAAN!!!”
“““UAHAHAHA! MAMPUS! NANGIS SANA!!!”””

“Eh, mereka lagi ngapain?”
Aku nanya ke Yuuji yang ada di sampingku. Ada beberapa orang yang kelihatan seperti sedang putus asa dan tidak senang. Kenapa sih mereka?

“Hm? Owh, mereka lagi narik undian.”
“Aku tahu itu. Aku cuma penasaran kenapa mereka narik undian.”
“Oh. Perlombaan selanjutnya adalah lomba lari 3 kaki. Ini undian buat nentuin siapa pasangan siapa.”
“Oooh, begitu.”

Memang benar kalau memilih pasangan buat lomba lari 3 kaki sangat penting. Dari pada kemampuan, yang terpenting adalah kerja sama kedua orang.

“Ada apa, Akihisa? Tumben tenang-tenang aja.”

Hideyoshi terlihat bertanya-tanya sambil menatapku, buat apa aku bersikap tidak tenang…

“Soalnya, kan nggak peduli siapa pasangannya, laki-laki dan perempuan dipisah –“
“Tapi ini lomba campuran.”
“Tidak masalah sama sekali. SUMMOOOON!!!!”

MAJU, SYOKANJU! BUNUH MEREKA SEMUA!

“TENANGLAH, GOBLOK! KAMU PIKIR KAMU BISA MEMANGGIL SYOKANJU TANPA IZIN GURU?”
“AKU NGGAK BISA TENANG!! SIAPA? SIAPA SI BERENGSEK BERUNTUNG YANG DAPAT UNDIANNYA?”
“Tenanglah, belum ada yang dapet.”
“Eh? Serius?”
“…Kalau memang sudah, kami nggak bakalan ribut seperti ini.”
“Ah, benar juga.”

Syukurlah… kunci kemenangan di lomba 3 kaki adalah jangan gugup dan samakan langkah kaki dengan pasangan. Tubuh akan saling berdempetan. Kalau ada pengkhianat yang berani melakukan hal luar biasa seperti itu dengan para gadis, orang itu bakalan dibantai oleh FFF.

“Itu sebabnya semua orang berdoa.”
“Jadi begitu.”

Semua orang berdiri sambil berdoa di depan kotak, kedua tangan mereka terkatup di depan dada dan berdoa.

“Tapi, kukira Himeji-san dan Minami nggak bakalan mau ikut lomba lari 3 kaki campuran. Kamu ngomong apa sama mereka, Yuuji?”

Lihat di sana, para gadis kelas lain saja berpasangan dengan sesama gadis. Himeji-san dan Minami mungkin mau karena mereka ada tiga, Himeji-san, Minami dan Hideyoshi dan tidak ingin meninggalkan gadis lain sendirian?
Mendengar pertanyaanku, Yuuji memasang wajah ‘dasar, kau ini…”.

“Apa yang kamu bicarakan, idiot? Aku juga inginnya dipisah.”
“Eh? Kenapa – Oh oke, aku mengerti. Kamu bakalan dibunuh kalau sial.”
“Bagus kalau kamu mengerti.”

Begitu Kirishima-san tahu pasangan Yuuji adalah seorang gadis, tidak peduli sejauh apapun, dia bakalan langsung teleport dan membunuh Yuuji. Tidak ada yang namanya ‘mustahil’ di dalam kamus gadis yang sedang jatuh cinta – semua orang tahu itu.

“Dari pada itu, pertandingan baseball lebih penting.”
“…Setuju.”

Yuuji dan Muttsurini menganggukkan kepala mereka. Mereka berdua sudah berubah menjadi Asura demi mendapatkan buku porno mereka yang disita. Mereka lebih memilih mendapatkan kehormatan bisa merebut buku porno mereka 10.000 kali lipat dari pada mendapatkan piagam dan prestasi.

“Kalau begitu, pertandingan selanjutnya sudah ketahuan siapa lawan kita?”

Lapangan (satu) tengah dipakai untuk berbagai macam perlombaan, dan lapangan dua yang terletak di belakang gedung sekolah dipakai untuk pertandingan baseball angkatan kami… Gym dibuka untuk pertandingan kelas 3. Kami akan menghadapi kelas 3 nanti…

“…Mereka belum selesai. Sekarang lagi babak tambahan.”
“Oh, kalau beruntung, kita bisa skip langsung ke semi final.”

Karena keterbatasan waktu, pertandingan hanya dikasih 7 babak paling lama. Kalau pemenang tidak bisa ditentukan, pertandingan akan dianggap seri. Terdengar bagus, dan sekarang mereka masuk ke babak tambahan. Kalau tetap seperti itu, kami bisa masuk babak final tanpa bertanding.

“Pokoknya, kita periksa dulu mata pelajaran pertandingan selanjutnya… hmm, matematika, biologi, sastra modern, ekonomi dan geografi.”

Yuuji memeriksa jadwal pertandingan. Itu semua cuma mata pelajaran dasar, tidak ada yang istimewa.

“…Tidak ada pendidikan kesehatan.”

Muttsurini terdengar kecewa begitu melihat jadwal di tangan Yuuji. Seperti yang Muttsutini bilang, tidak ada pendidikan kesehatan di pertandingan kali ini.

“Kalau begitu, kamu mau ikut perlombaan, Muttsurini?”
“Oh iya. Benar juga.”
“…Baiklah.”

Tidak pernah terbayangkan Muttsurini akan meninggalkan garis depan. Tapi, karena tidak ada pendidikan kesehatan di pertandingan selanjutnya, mau gimana lagi. Nilai mata pelajaran Muttsurini yang lain lebih buruk dari pada punyaku.

“Kalau begitu kita ubah urutan pemukul dan susunan pertahanan kita. Pertama adalah matemarika, jadi Shimada yang akan jadi pemukul… kita kasih Sugawa kedua. Sepertinya dia bisa bunt.
“Bagaimana denganku? Aku tidak bisa menghadapi matematika.”
“Kamu tidak bisa ‘juga’. Lagipula, kalau kamu ditaruh dibelakang, nilai biologimu juga lebih ancur, jadi aku taruh kamu di urutan ketiga. Untung-untung kalau kamu bisa bunt. Kalau berhasil, kita bisa dapat 1 poin.”
“Mn, oke.”

Yuuji mengatur urutan pemukul dan susunan  pertahanan tim kami.
Lalu, di tengah-tengah diskusi –

“Um, ee, Akihisa-kun…”

-- terdengar suara dari belakang. Suara ini… Himeji-san?

“Hm? Himeji-san, ada apa?”

Begitu berbalik, aku melihat Himeji-san dan Minami sedang berdiri di belakangku. Mereka menatapku dengan serius. Ada apa ini?

“Bukan apa-apa…”
“Jadi… Akihisa-kun, kamu dapat nomor berapa?”
“Eh? Kamu nanya nomorku…”

Ah, mungkin urutan pemukul, ya kan? Himeji-san memang hebat, selalu serius setiap saat. Dia bahkan menanyai urutan pemukul dan susunan pertahanan. Padahal dia sendiri tidak terlalu paham baseball, tapi sepertinya dia sangat serius memikirkan pertandingan ini.
Uu, urutanku…

“Aku ketiga. Nomorku 3.”
““Aaah!””

Setelah menjawab pertanyaan mereka, Himeji-san dan Minami terlihat patah semangat. Apa urutanku aneh?

“Uuuh… aku tahu kesempatanku sangat tipis, tapi aku berharap mungkin saja…”
“Keterlaluan. Ini sangat menyedihkan… kesempatan untuk berdekatan. Kesempatan langka ini…”

Mereka berdua menggenggam secarik kertas kecil sambil meratap.

“AH~ jadi itu. Jangan khawatir, kalian berdua. Akihisa tadi ngomongin urutan pemukul dia. Dia belum narik undian buat lomba lari 3 kaki.”

Kata Yuuji sambil terdengar seperti sedang menceramahi mereka.

“Eh?”

Himeji-san dan Minami, yang barusan dilanda kesedihan, tiba-tiba mengangkat wajah mereka bersamaan. Hm? Jadi yang mereka maksud nomor undian lomba lari 3 kaki?

“Oh iya, aku lupa soal itu. Aku akan ambil nomorku!”

Siapa yang tidak mau mendapatkan kesempatan paling langka untuk berdempetan dengan para gadis?!

“Ah, tunggu… Akihisa-kun!”
“Tunggu, Aki!”

Begitu aku ingin berlari ke kotak nomor. Himeji-san dan Minami tiba-tiba menahanku. Uu… kalau aku tidak buru-buru, kebahagiaanku akan direbut orang lain.

“Ada apa?”
“Tidak… Um… ee… a, aku… nomor 7…”
“Aku nomor 6…”

Himeji-san dan Minami terbata-bata ketika menyebutkan nomor mereka. 7 dan 6? Oke. Jadi kalau aku dapat salah satu dari kedua nomor itu artinya jackpot, ya kan—

““(KUMOHON) JANGAN TARIK NOMORKU!!””

Sepertinya mereka sangat membenciku.

“O, oke… baiklah, a, aku akan pergi sekarang…”

“Hei, kalian berdua. Kata-kata kalian membuat dia salah paham tahu…”
“I, itu karena Akihisa-kun… kalau kami bilang ‘kumohon tarik nomor kami’—“
“Be, benar! Kalau begitu, ujungnya bakalan berbeda dari yang diharapkan. Entah kenapa, dari tadi aku merasa dia akan menarik nomor Sakamoto…”
“… Kalian terlalu berusaha keras…”

Haah, keberuntunganku dari awal tidak pernah tinggi, jadi aku tidak mungkin bisa mendapatkan jackpot. Tapi rasanya sangat menyakitkan begitu ada orang yang mengatakannya… kuseret kaki beratku dan berhenti di depan Sugawa, yang mengawasi kotak nomor itu.

“Baiklah, Yoshii, ukir takdirmu.”
“Uu, oke…”

Sugawa terus menatapku ketika aku memasukkan tanganku ke dalam kotak. Aku akan mendapatkan surga kalau dapat 6 atau 7, jadi aku harus berusaha sebaik mungkin. Uu… baiklah, ini dia!
Aku langsung menarik nomorku. Angka yang tertulis adalah –

“Ah, 6…”
“BUNUH DIA!!!”
“““SIAP, BAPAK!!!”””
“ADA APA INI? KENAPA AKU DIKEPUNG!”

Aku bahkan belum mengumumkan nomorku, tapi sekelompok orang dengan jubah hitam sudah mengelilingiku. Sial, aku lengah! Menyebutkan nomorku di depan orang-orang ini begitu saja, kali ini aku bakalan mati…

“6, 6… begitu, jadi Aki berpasangan denganku…”
“Uu… Minami-chan terlihat sangat senang…”
“Eh, be, benarkah? Emangnya aku terlihat senang…”
“Bohong! Wajahmu berbinar seperti itu…”
“Uu…”
“Jadi Minami-chan akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menyentuh dada dan pantat Akihisa-kun… curang…”
“A, apa yang kamu bicarakan, Mizuki! Bagaimana mungkin aku berani – eh, apa? Apa katamu? Menyentuh… Mizuki, apa yang kamu bicarakan…”
“Ah! Tidak, bukan apa-apa! Aku tidak ngomongin soal menyentuhnya diam-diam. I, itu… aku cuma membicarakan cara mempererat hubungan dengan Akihisa-kun. Aku cuma salah ngomong!”
“Mizuki… Apa yang kamu rencanakan pada Aki…”

Dalam sekejap, aku ditindih ke lantai oleh mereka dan nomorku direbut paksa dari tanganku. Orang-orang ini… gerakan mereka sama sekali bukan gerakan amatiran!

“Baiklah, nomor 6 ini akan dilelang.”
“BAGUS, BERAPA PUN HARGANYA MIHARU AKAN BELI!”
“““KENAPA SHIMIZU-SAN ADA DI SINI!?”””
“Maaf, tapi ini urusan kelas jadi – hm?”
“Ada apa, ketua?”
“Tidak, ini… ini bukan 6. Ini 9. Yoshii salah baca.”

Sugawa membuka kertas di tangannya. Nomor 9 ada garis di bawahnya untuk menentukan bagaimana caranya itu dibaca.

“Apa-apaan, jadi cuma 9. Bikin kaget saja…”
“Yoshii suka banget bikin masalah.”
“Cih, bikin repot aja.”
“Ini semua salah Yoshii gara-gara nggak bisa baca nomor gampang kaya gitu. Goblok banget.”

Seluruh anggota FFF menggerutu sambil bubar. Nyaris saja. Kalau aku benar-benar dapat 6, aku sudah mati dari tadi…

“Um, Aki…”

Ketika aku sedang meregangkan persendianku, Minami datang menghampiriku.

“Hm? Ada apa, Minami?”
Gimana ngomongnya ya? Itu… sebelum perlombaan, bagaimana kalau kita latihan dulu? Kita harus melatih ikatan kita, jadi kita harus melatih irama nafas dan langkah kita…”

Minami mulai pemanasan ketika bilang begitu.
Latihan untuk lomba lari 3 kaki? Begitu. Jadi bagi Minami ini sangat penting dan serius ingin berkontribusi untuk kelas. Bagus sekali. Sebaliknya, orang-orang yang ngaku teman sekelasku tapi berani mengeksekusiku cuma karena cemburu adalah sampah, sampai-sampai aku ingin menenggelamkan mereka semua ke dalam lumpur.

“Ah… tapi seharusnya kamu latihan dengan pasanganmu, ya kan? Itu lebih efektif dari pada denganku.”
“Aku bukannya sengaja ingin dekat denganmu – eh? Kamu bilang apa?”
“Aku dapat 9. Kamu 6, ya kan, Minami?”

Kubuka kertas nomorku supaya Minami bisa melihat angkanya.
Sayang sekali. Kalau saja aku bisa berpasangan dengan Minami yang atletik, aku bisa lari 3 kaki dengan baik. Dan juga, pasti bakalan banyak hal-hal menyenangkan yang akan terjadi…

“Oh, begitu. Jadi begitu ya… kalau begitu, lupakan yang tadi…”

Setelah mendengar kata-kataku, Minami menjadi lesu dan berbalik menjauh. Apa dia merasa berpasangan denganku lebih mudah? Dia pikir kami bisa berkerja sama dengan baik. Kalau dia berpikir seperti itu, aku merasa sangat senang.

“Maaf, Minami-chan. Sebenarnya, aku sedikit merasa lega tadi.”
“Jangan khawatir, Mizuki… aku rasa aku juga akan merasakan hal yang sama kalau posisi kita tertukar…”

Minami berjalan menuju Himeji-san, lalu mereka berdua membicarakan sesuatu. Sepertinya itu percakapan antar gadis. Sebaiknya aku tidak mencuri dengar, lagipula, ini waktunya buat kembali ke Yuuji dan yang lain.
Setelah melipat kertas dan menyimpannya ke dalam kantong, aku kembali ke kelompokku. Yuuji dan yang lain sepertinya baru saja selesai diskusi, jadi begitu aku sampai Yuuji langsung ngasih kertas urutan pemukul padaku.

“Ada apa, Akihisa? Nggak dapat jackpot?”

Yuuji seenaknya nyindir. Kalau aku dapat jackpot, aku bakalan dikubur hidup-hidup, kan? Jadi kalau dipikir-pikir, mungkin ini juga termasuk beruntung.
Ngomong-ngomong, siapa pasanganku?

“Oh, iya, Yuuji, kamu nomor berapa?”
“Hm? Aku belum narik. Rencananya aku bakalan narik pas anak-anak sudah tenang, tapi malah lupa.”
“Aku juga.”
“…Aku juga.”

Sepertinya orang-orang ini belum mendapatkan pasangan lomba lari 3 kaki. Karena pasangan nomor 9 belum muncul, salah satu dari mereka bergita bakalan jadi pasanganku. Kalau begitu…

“Kumohon, Hideyoshi! Kamu harus dapat 9!”
“Hm? Kenapa? Kamu ingin berpasangan denganku?”
“Sudah pasti, lah! Aku pengen banget berpasangan dengan Hideyoshi!”

Antara Yuuji, Muttsurini dan Hideyoshi, sudah pasti aku akan pilih Hideyoshi. Kalau mempertimbangkan ikatan kelas, aku pilih Yuuji atau Muttsurini, tapi nggak semudah itu. Di dunia ini ada yang lebih penting dari pada nyawa.

“Kita harus narik nomor juga. Lagipula, perlombaan antar kelas lebih penting dari pada baseball bagi sekolah.”
“…Tidak baik kalau kita tidak ikut perlomban.”
“Aku juga merasa begitu.”

Mereka bertiga pergi menuju kotak. Sekarang cuma mereka bertiga yang belum narik nomor. Yang tersisa tanpa pasangan adalah aku, Himeji-san dan Minami. Dengan kata lain, begitu mereka narik nomor, akan langsung ada pertumpahan darah di sini.
Ketika semua orang sedang menahan nafas mereka, Hideyoshi menghampir kotak.
Ayo, Hideyoshi, ambil 9!

“Um, 9…!”


“MAJU SINI KALIAN SEMUA! AKAN KULINDUNGI KERTAS INI DENGAN NYAWAKU!!!”
“““JANGAN PIKIR BISA MELIHAT MATAHARI TERBIT BESOK, IDIOT!!!”””

Aku tidak mau kalah dari niat membunuh mereka, jadi aku kepalkan kedua tanganku dan berteriak sekuat tenaga. Hanya tinggal beberapa menit lagi sampai lomba lari 3 kaki dimulai, aku hanya perlu bertahan hidup sampai saat itu!

“—Ah, maaf, salah. Ini nomor 6.”
“““…”””

Aura membunuh langsung lenyap, begitu juga dengan semangatku. Kalau itu 6, berarti Hideyoshi berpasangan dengan Minami… sayang sekali, tapi terasa sedikit lega…
Kalau begitu, yang tersisa adalah 7 dan 9. Selanjutnya bakalan jadi pasanganku atau pasangan Himeji-san.

“…(ssst).”

Tangan Muttsurini masuk ke dalam kotak. Baginya ini adalah pertarungan hidup dan mati, ya kan? Kalau dia berpasangan dengan Himeji-san, dia bisa menyentuh bagian tubuh montok Himeji-san. Orang ini, dia tahu dia bakalan mati, tapi dia tetap memilihnya. Aku tidak ingin dia mati dengan cara yang membuat iri!
Muttsurini akhirnya menarik secarik kertas yang menentukan takdirnya dan perlahan-lahan membukanya. Sekarang, apa yang…

“…9—“
“DADAAAAH!!”
“JANGAN KABUR KAMU!! SEMUANYA, TANGKAP SAKAMOTO DAN JADIKAN DIA TUMBAL!!!”
“““OSUUU!!”””

Dalam sekejap, begitu Yuuji tahu kalau Muttsuini berpasangan denganku, dia langsung sadar kalau dia bakalan berpasangan dengan Himeji-san tanpa perlu narik undian,  dan seluruh anak kelas F langsung ganti mode, menjadi mode berburu. Mn, aku mengerti banget perasaan semua orang yang ingin menangkap dia hidup-hidup lalu membunuhnya.
Ketika melihat Yuuji dan yang lain sedang berlari dengan kecepatan pelari olimpik, Hideyoshi dan Muttsurini kembali dengan membawa kertas undian mereka.

“Waw, semua orang bersemangat banget.”
“…Mereka sangat berisik.”
“Ada apa, Akihisa? Kamu tidak ikut mengejar Yuuji?”

Mungkin karena heran dengan sikap tenangku, Hideyoshi jadi bertanya. Uugh, aku juga ingin menghajar dia…

“Tidak perlu. Karena walaupun aku tidak ikut—“

“…Tidak akan kumaafkan kamu, tukang selingkuh!”
“GUUUAAHHH!!! SHOUKO!? DARI MANA KAMU MUNCUL!!??”

“—Kirishima-san bakalan menggantikan aku.”
“Owh begitu. Tapi, menurutku, sepertinya Yuuji tidak punya sisa nyawa lagi…”

Kirishima-san, yang tiba-tiba muncul entah dari mana, menggenggam wajah Yuuji dengan jari-jari lentiknya. Pasti sakit banget itu…

“…Oh iya, Yuuji.”
“Oi, Shouko, tunggu dulu! Kamu pengen ngobrol santai seperti ini? Biasanya orang bakalan ngelepasin tangan mereka dulu, ya kan?”
“…Tante kasih sesuatu ke kamu?”
“Hm? Maksudmu ibuku? Ahh, iya, benar…”

Yuuji, yang wajahnya masih terkunci tangan Kirishima-san, sedang bicara dengan Kirishima-san, menggumamkan ‘tunggu sebentar’. Tapi menurutku, Yuuji bisa ngomong dengan situasi seperti itu saja sudah sangat luar biasa.

“…Lalu?”
“Pemeriksaan waktu itu, aku taruh benda pemberian ibuku di tasmu.”
“…Tas?”
“Eh, tas dengan buku hipnotis.”
“…Benarkah?”
“Ya.”
“…Kamu tidak bohong padaku?”
“Tidak.”
“…”
“Shouko, ada apa denganmu? Apa yang terjadi dengan tas itu?”
“…Aku… apa…”
“Hm, kamu ngomong sesuatu—“
“…Apa… yang sudah kamu lakukan!”
“UWAAAAAAHHH!! SAKIT, SAKIIIIIIIT!!! AAAAAAAAAAA!!!!”
“…Semua isi tas itu disita…”
“UWAAAAAHHH!!!”

Samar-samar aku mendengar suara sesuatu patah. Kemudian, aku menemukan tubuh Yuuji tergeletak di lantai.

“…Yuuji… baka!”

Lalu Kirishima-san berlari meninggalkan Yuuji yang tidak sadarkan diri.

Haah, mau gimana lagi. Sekarang aku harus bantu Yuuji berdiri. Kalau aku biarkan dia tiduran di lantai seperti itu, dia cuma bakalan merepotkan orang lain.

“Apa yang sudah kamu lakukan, Yuuji?”

Kubungkukkan tubuhku dan menarik tangan Yuuji, sambil menanyai apa yang barusan terjadi. Yuuji menggelengkan kepalanya. Memang bukan hal yang mengejutkan, tapi tetap sadar setelah menerima serangan seperti tadi itu, aku rasa dia bukan manusia normal.

“Yaah… mungkin itu karena kesalahanku. Ibuku ingin memberikan sesuatu padanya, dan majalah-majalah itu kena sita juga.”
“Ibumu ingin memberikan Kirishima-san sesuatu…”

Melihatnya begitu marah pasti itu sesuatu yang sangat penting.

“Soal barang yang ingin ibuku kasih, jangan-jangan… formulir pernikahan!?”

Aah, begitu ya. Karena Yuuji dan Kirishima-san masih di bawah umur, wali kedua calon harus menyetujui pernikahan mereka. Formulir pernikahan yang sudah dia perjuangkan setengah mati malah disita. Tidak heran kalau dia sangat marah.

“Nyaris saja… kalau begini, aku sangat bersyukur dengan pemeriksaan di—UGH!”

Tiba-tiba Yuuji terjatuh ke lantai lagi. Di belakangnya, anak cowok dari kelas kami sedang berdiri mengelilinginya sambil membawa alat setrum.

“Bawa dia!”
“““Siap!”””

Mereka mengangkat tubuh lemas Yuuji dan berjalan menuju pojok gelap lapangan sekolah. Kali ini Yuuji bakalan dieksukusi… tapi bodo lah. Orang itu kalau terus hidup cuma bawa masalah buatku. Yang lebih penting, aku harus fokus lomba lari 3 kaki.

“Jadi, pasanganku adalah Muttsurini. Ayo berjuang bersama-sama.”
“…Ayo.”

Kami berjabat tangan dengan erat. Dalam hal kecepatan, Muttsurini lebih cepat dibandingkan Yuuji. Jadi untuk perlombaan, dia adalah pasangan terbaik.

“Kinoshita denganku, ya kan? Ayo berusaha yang terbaik.”
“Ya, ayo berusaha yang terbaik.”

Minami jadi lebih percaya diri. Mungkin dia sudah pernah latihan dengan Hideyoshi. Di sebelahnya, Ada Himeji-san yang terlihat sangat khawatir.

“Bersama Sakamoto-kun… Aku takut kalau aku cuma menyusahkan dia…”
“Aah, Himeji-san, kamu tidak perlu khawatir.”

Begitu Yuuji kembali, tubuhnya sudah tidak mungkin lagi bisa berlari.
Sekarang, kelompok kami adalah ‘aku dan Muttsurini’, ‘Minami dan Hideyoshi’ dan ‘Himeji-san dan Mayat-kun’. Aku gagal ikut lomba campuran tapi setidaknya ini masih bisa disyukuri.

“Ada apa, Aki? Pasanganmu bukan Kinoshita… tapi kamu terlihat senang!”
“Eh? Be, benarkah?”

Alasan kenapa aku senang berpasangan dengan Muttsurini adalah karena kalau aku berpasangan dengan gadis aku bakalan jadi mayat… tapi aku tidak mau menjawab seperti itu. Lebih baik aku jawab dengan sedikit candaan.

“Mungkin benar. Soalnya berpasangan dengan Muttsurini lebih baik dari pada dengan Yuuji.”
“Heh~ kenapa?”
“Bukannya Muttsurini terlihat lebih imut?”
““…EH?””

Minami dan Muttsurini terlihat sangat terkejut.

“Muttsurini pernah pakai pakaian perempuan pas di lomba di pantai, ya kan? Aku merasa dia terlihat sedikit imut waktu it—Ow!”

Sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku, aku merasa ada orang yang memukul kepalaku dari belakang. Siapa itu!?

“…Maaf, Akihisa.”

Berbalik, aku menemukan Hideyoshi sedang terlihat tidak senang di belakangku. Eh? Apa Hideyoshi barusan memukulku?

“Ada apa, Hideyoshi?”
“Uu… sebenarnya, aku tidak tahu, cuma tidak bisa kutahan…”
“Eh? Begitu? Yaah, tidak masalah sih, karena tidak sakit juga…”

Mungkin Hideyoshi tidak sengaja? Tidak mungkin Hideyoshi bakalan asal memukul kepalaku dengan sengaja, pasti itu tidak sengaja… tapi kalau dipikir-pikir, sepertinya aku salah…

“Akhir-akhir ini, selera Akihisa-kun jadi berubah. Aku merasa risih…”
“…Hentai…”
“KALIAN BERUDA, KALIAN SALAH! AKU TIDAK SERIUS TERTARIK DENGAN MUTTSURINI YANG CROSSDRESS, AKU CUMA SENANG KARENA AKU BAKALAN MENANG MUDAH BERSAMA MUTTSURINI!!”

Aku terus berteriak menyakinkan Himeji-san dan Muttsurini, yang sedang berdiri menjauh dariku. Ngomong-ngomong, AKU NGGAK MAU DIPANGGIL HENTAI OLEH ORANG KAYA MUTTSURINI!!!

“He~ Aki, kamu yakin banget.”

Sepertinya kata ‘menang mudah’-ku membuat Minami tidak senang. ‘Yakin banget’? Aku tidak terlalu yakin sih…

“Uu, semua orang tahu Muttsurini itu mengagumkan, dan aku lumayan jago di olahraga.”

Kalau kami lomba lari 100m, aku bakalan kalah dari Muttsurini, tapi catatan waktuku tidak biasa juga. Kalau aku dan Muttsurini bisa bekerja sama dengan baik, tidak sulit mengalahkan orang lain.

“Humph … kalau begitu—“
“Hm?”
“Gimana kalau kita bertanding?”
“Eh? Bertanding?”
“Ya. Timmu dengan timku. Kalau nggak salah setiap kelas boleh kirim 2 perwakilan, ya kan?”

Mendengar perkataan Minami, sepertinya aku baru teringat. Setiap angkatan ada perlombaan antar angkatan, dan seluruh kelas dari kelas A-F, harus mengirimkan perwakilan mereka. Jadi ada 12 perwakilan.
Karena Minami sudah menangtangku, sayang kalau tidak diambil.

“Mn, OK, kita akan bertanding kalau begitu.”

Kupikirkan sebentar sebelum menjawab.

“Kalau begitu, yang kalah harus dihukum.”
“Eh?”

Minami langsung ngasih taruhan.
Hukuman… kalau Minami yang kasih, hukuman seperti apa yang bakalan dia kasih? Membayangkannya saja bikin merinding.

“Ada apa, Aki? Kamu tidak percaya diri melawan tim perempuan?”
“Shimada, aku ini laki-laki loh!”

Minami memanas-manasiku.
Woah, berani juga Minami bilang kaya begitu. Aku memang nggak yakin kalau soal pelajaran, tapi aku tidak mungkin kalah di olahraga!

“Te, tentu saja! Oke, aku terima taruhanmu!”

Aku selalu bertanding dengan Yuuji dalam berbagai hal. Dibandingkan hukuman kotor dan keji orang itu, ini nggak ada apa-apanya. Siapa takut!?

“Dan hukumannya—“
“Mn, katakan, lagi pula aku yang akan menang!”
“Kalau aku menang—“
“Um, hm? Kalau kamu menang—“
“--Kamu harus kencan denganku.”
“Eh? Kencan denganmu… kencan hari minggu? Kamu ingin pergi belanja?”

Minami berencana mengajak aku kencan supaya aku bisa membawakan barang-barang belanjaannya? Kudengar,  perempuan kalau belanja bakalan lama banget, jadi Minami mau hukumannya ini? Mungkin dia ingin aku membawa barang yang sangat banyak.

“Uu… yah, pokoknya gitu lah. Belanja, makan, nonton… dan lain-lain.”
“Itu, itu… bisa seharian, kan?”

Sepertinya jadwalnya sangat padat. Sepertinya hukuman yang diberikan Minami memang benar-benar hukuman.

“…Siapa yang bilang ‘satu hari’, hah!?”


Minami mengatakannya dengan suara gemetar. Apa dia merencanakan sesuatu?

“Mn… aku bisa pergi buat satu hari. Kalau begitu, kalau aku menang, aku ingin makan makanan enak.”
“Oke, aku janji.”
“Jadi sudah fix nih?”
“Ya, kalau aku menang—kamu harus pergi kencan denganku!”

Minami sepertinya sangat serius. Mungkin dia ingin makan makanan mahal dan aku yang bayar, atau membawaku sampai kelelahan, atau mungkin dia ingin mempermainkan aku dengan menyeretku ke toko celana dalam…

“Lomba lari 3 kaki akan segera dimulai. Semua murid kelas 2, harap berkumpul di lapangan.”

Tiba-tiba terdengar suara pengumuman dari speaker sekolah.
Mn, aku cuma perlu menang di lomba ini! Karena sudah ditentukan, seorang pria tidak akan mengingkari janjinya.

“Oke! Oi, Muttsurini, ayo kemari, kita akan mulai! Kita harus menang di lomba ini!”
“…Akihisa, jangan dekat-dekat denganku.”
“SUDAH KUBILANG ITU CUMA SALAH PAHAM!”

Aku harus berusaha meyakinkan Muttsurini, yang dari tadi menjaga jarak denganku, sambil berjalan menuju lapangan tempat lomba lari 3 kaki diadakan.

***

Di titik awal tempat para peserta lomba lari berkumpul. Berdasarkan perjanjian, aku berbaris dengan tim ‘Minami dan Hideyoshi’ buat bertanding dengan mereka.

“SEMUA ORANG BERSIAP! SIAP—“
DOR!

Suara pistol terdengar kencang, dan pelari di barisan terdepan mulai berlari. Kami ada di barisan ketiga, jadi ini saatnya kami menyiapkan mental kami.
Kucoba melenturkan otot-otot dan persendianku, kuayunkan tangan dan kaki dan membayangkan situasi ketika aba-aba berbuyni. Begitu dimulai, aku harus memperhatikan langkah dan nafsku dan perlahan-lahan mempercepat lariku.

“…”

Berdiri di sampingku, Minami juga terlihat sedang menanti waktu giliran kami. Dia terlihat gugup, sekaligus terlihat sangat serius.

“Kamu sangat gugup, Minami.”
“Eh? Be, benarkah? Aku biasa-biasa aja.”
“Haha, kenapa pakai gugup segala?”
“Se, sejak kapan aku gugup?”
“…Kamu, kamu terlihat, sedikit…”
“Ya kan, sudah kubilang. Sangat bagus jika kamu berjuang demi kelas, tapi kalau kamu tidak santai, yang seharusnya bisa menang malah jadi kalah.”

Dari kejauhan, aku bisa melihat Minami sangat tegang gara-gara gugup. Kenapa dia sangat antusias dengan lomba lari 3 kaki ini?

“…Tapi aku harus menang, apapun yang terjadi…”

Minami bergumam lirih, tapi kata-katanya terdengar kuat di telingaku.
Dia menatap garis awal dengan sangat serius. Aku tidak mengerti kenapa Minami sangat antusias, tapi karena dia bersikap sangat serius, sebagai lawannya, aku harus hadapi lomba ini dengan serius juga. Ini yang namanya hormat.

“SEMUANYA! BERSIAP—“

DOR! Suara pistol terdengar. Barisan di depan kami mulai berlari dengan kencang. Selanjutnya adalah kami.

“Ayo, Muttsurini, kita akan menang urutan pertama!”
“…(ngangguk).”
“Kinoshita, aku berharap padamu.”
“Mn, aku akan lakukan yang terbaik.”
“Oke. Miharu juga akan lakukan yang terbaik.”

Kutelan ludahku, lalu menanti aba-aba. Ini waktunya untuk menentukan siapa pemenangnya.

“BARISAN SELANJUTNYA, BERSIAP! SIAAAAP---“

DOR – Suara nyaring terdengar. Muttsurini dan aku melesat dengan cepat. Kiri, kanan, kiri, kanan, kuhitung setiap langkah ketika kami berlari. Rasanya sangat menyenangkan.
Kemudian, perlahan-lahan kami meningkatkan kecepatan lalu berlari dengan kecepatan penuh. Di tahap ini, kami hampir lupa kalau ini adalah lomba lari 3 kaki ketika kami berlari seakan-akan tidak terikat oleh siapa pun. Berpasangan dengan seseorang yang bisa bernafas dan bergerak sama denganku, aku bahkan lupa kalau ada orang lain di sampingku.

“MEREKA... KENAPA MEREKA BERTIGA LARI 4 KAKI?”

Baru saja Minami sadar kalau selain Hideyoshi, kakinya juga terikat dengan kaki Shimizu-san.

“Eh? Ap, APA YANG KAMU LAKUKAN, MIHARU!? KENAPA KAMU DI SINI?”
“Aah, onee-sama… Miharu bahkan sudah menempel denganmu, tapi tetap saja Miharu tidak bisa merasakan dada kecilmu yang terlalu melekat di tubuhmu. Miharu jadi tidak tahan lagi…”
“BERHENTI MENYENTUHKU! PERGI! AKU HARUS MENANG!”
“Apa yang onee-sama bicarakan? Miharu juga melakukan ini demi kebaikan onee-sama!”
“SEJAK KAPAN INI DEMI KEBAIKANKU! KALAU KAMU LAKUKAN INI DEMI KEBAIKAN—OI, TU, TUNG, TUNGGU DULU! NGAPAIN KAMU BUKAN TALI BH-KU!?”
“Tidak apa-apa! Bahkan tanpa BH pun, tidak ada bedanya!”
“AWAS SAJA KAMU! JANGAN LUPAKAN INI!”
“YA! MIHARU TIDAK AKAN PERNAH MELUPAKAN PERASAAN INI!”
“BUKAN ITU YANG KUMAKSUD!”
“Apa yang harus kulakukan di situasi seperti ini…”

Kami fokus kembali ke perlombaan, dan selesai diurutan pertama. Sepertinya tim kami menang.

“Haa, haa, haa… Miharu, kamu…”
“Tadi itu sangat luar biasa, onee-sama!”
“Tidak kusangka, lomba lari 3 kaki (?) ternyata sangat melelahkan…”

Kami melepas ikatan di kaki kami, dan langsung menghampiri tim Minami yang datang setelah kami.
Tim 3 orang 4 kaki berhasil diurutan kedua. Dilihat bagaimanapun, mereka yang lebih luar biasa dibandingkan kami.

“MIHARU! KAMI KALAH GARA-GARA KAMU!!”
“Miharu akan pamit sekarang. Sampai nanti, onee-sama!”
“AH! MIHARU, SIALAN KAMU!!”

Setelah membungkuk ke arah Minami, Shimizu-san memelototiku lalu kabur melompat seperti kelinci.

“…Dasar, dia itu…”
Meski marah, Minami tersenyum pahit. Aneh? Pertandingan ini berantakkan dan Minami tetap terlihat baik-baik saja.

“Kamu tidak apa-apa, Minami?”
“Eh? Apa maksudmu?”
“Tidak, itu… Kalau saja Shimizu-san tidak ikut campur, kalian berdua pasti bisa dapat juara pertama.”
“Yah… mungkin saja.”

Mereka bertiga bisa lari 4 kaki secepat itu. kalau ini lomba lari 3 kaki, sulit mengetahui hasilnya. Tapi –

“Kalau dipikirkan baik-baik, mungkin ini hasil yang terbaik.”

Minami terlihat seperti tidak peduli, tapi bukannya dia sangat ingin menang di awal tadi?

“Um? Apa maksudmu… ‘ini yang terbaik’?”
“Kalau aku pakai cara licik seperti itu – meski aku baik-baik saja sekarang, mungkin aku akan menyesalinya suatu hari nanti. Mungkin ini agak terlambat, tapi itu yang kurasakan saat ini.”

Cara licik? Apa yang dia maksud? Mengatakan kata-kata seperti itu padaku yang sering bermain dengan bocah tidak tahu malu dan keji seperti mereka, apa dia ngomong kaya gitu artinya dia berencana melakukan hal yang lebih kejam sampai-sampai aku bakalan menyesal? Memikirkannya saja membuatku merinding. Kalau memang begitu, aku mungkin harus berterima kasih pada Shimizu-san.

“Kalau begitu taruhan kita batal karena ini tidak dihitung.”
“Eh? Tidak perlu. Aku kalah kali ini, jadi aku akan traktir kamu makan.”
“Tidak perlu, aku jadi merasa canggung. Lagipula, kita belum bertanding dengan serius.”
“Aku memaksa! Apa? Jangan-jangan kamu tidak mau kutraktir?”
“Uu… karena kamu maksa, aku akan terima dengan senang hati kalau begitu.”
“Hm, bagus!”

Minami tersenyum senang.

“Oh iya, Shimada…”

Tiba-tiba Hideyoshi, yang sedari tadi diam, bicara dengan sedikit ragu.

“Hm? Ada apa, kinoshita?”
“Tidak, aku cuma mau bilang… ‘itu’ masih kebuka. Kamu tidak ingin memperbaikinya?”
“Eh?”

Tuk tuk, Hideyoshi mengetuk dadanya.
Sejujurnya, aku sudah memikirkannya dari tadi…


“Ah… tidak, bukan begitu! Aku tidak lupa karena aku tidak merasa ada yang berbeda kalau BHku terbuka!”

Minami menutupi dadanya dengan kedua tangannya dan berlari menuju sudut sekolah. Begitu… jadi Minami tidak sadar karena dia tidak merasakan apa pun bahkan tanpa BH…

“…(pingsan).”

Di sudut yang lain, tanpa ada satu pun orang yang sadar, Muttsurini pingsan akibat kehilangan darah.

<<Prev                          Next>>

Comments

Popular posts from this blog

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]