Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 7 : Soal Kelima


Soal Kelima

Ingatlah peraturan baseball ini!

Yuuji : “Jadi begitu. Karena Himeji nggak ngerti peraturan baseball, kita akan menjelaskan sedikit peraturannya.”
Akhisa : “Biasanya kita yang diajarin, tapi sekarang malah sebaliknya.”
Mizuki: “Mo, mohon bantuannya.”
Yuuji : “Sekarang kita akan menjelaskan pelanggaran yang disebut ‘balk’.”
Mizuki: “Balk?”
Yuuji : “Benar. Ini adalah pelanggaran yang bisa terjadi ketika pelempar sedang melempar.”
Mizuki: “Pelanggaran? Pelanggaran seperti apa?”
Akhisa : “Contohnya, pas pelempar ingin melempar bola ke base supaya pelari tidak ‘steal base’  tapi dia malah tidak melempar bolanya.”
Yuuji : “Atau melempar bola ke base pelari tapi kakinya menghadap ke pemukul.”
Akhisa : “Dan juga ada 2-tahap melempar – berhenti ditengah-tengah ketika melempar, meski cuma sebentar, itu juga termasuk pelanggaran.”
Mizuki: “Hmm, kaki menghadap ke pemukul tapi malah melempar ke base pelari, dan 2-tahap melempar…”
Yuuji : “Intinya, tidak boleh selama itu membuat pemukul kesal atau membuat pemukul salah paham.”
Akhisa : “Kaya membuat pemukul berpikir ‘bola datang’ tapi malah melempar ke base pelari, atau membuat pemukul berpikir kalau bola tidak akan datang tapi malah melempar tiba-tiba. Ini akan mempengaruhi pertandingan.”
Mizuki: “Begitu ya… jadi membuat orang salah paham itu balk…”
Yuuji : “Hm, ya, bisa dibilang begitu.”
Mizuki: “Kalau begitu, Akihisa-kun…”
Akhisa : “Hm? Ada apa?”
Mizuki: “Kamu balk!”
Akhisa : “Eh?”
Mizuki: “Kamu balk!”
Akhisa : “Apa maksudmu, Himeji-san?”
Mizuki: “Akihisa-kun balk!”
Akhisa : “Eh…”
Yuuji : “Haa… aku males banget buat ngomentarin…”


Pada akhirnya, kelas 3-E dan kelas 3-F tidak bisa mengalahkan satu sama lain, dengan begitu kami masuk ke semi final tanpa bertanding.
Lalu—

“Saatnya semi-final!”
“Yeah, saatnya melawan kelas si duo Toko-Natsu.”

Tidak lama ini kami baru saja bertanding melawan mereka di tes keberanian, dan sekarang kami bertemu dengan mereka lagi. Sepertinya kami punya semacam ikatan dengan mereka.

“Um, itu artinya kelas 2-A kalah?”
“Sepertinya begitu.”
“Mereka kalah? Padahal ada Kirishima-san yang tak terkalahkan!”

Ketua kelas 2-A, Kirishima Shouko-san adalah orang luar biasa yang nilainya lebih tinggi dari pada Himeji-san. Bagaimana mungkin dia kalah melawan duo Toko-Natsu?
“Hm… yaah, dia tidak separah Himeji tapi Shouko tidak terlalu tahu banyak tentang baseball. Sepertinya gara-gara itu dia kalah.”
“Tapi bisa saja ada orang yang lebih luar biasa dari pada Kirishima-san.”
“Yaah, mungkin saja.”

Pokoknya, karena kelas A, yang dipimpin Kirishima-san, kalah, kami harus lebih waspada kali ini.
Kayanya hanya sekali atau dua kali kami bisa menang dari kelas 3.

“Percuma kalau dipikirin sekarang. Buruan ke lapangan.”
“Benar. Kita bakalan dapat jalan keluar begitu kita melawan mereka.”

Aku penasaran bagaimana kelas 2-A bisa kalah dari mereka, tapi bagi kami, itu adalah berita bagus. Lagipula, kunci keberhasilan kami adalah rencana buatan Yuuji. Kelas 2-A punya Kirishima-san sebagai pemimpin mereka yang sangat mengerti pola pikir dan kepribadian Yuuji, jadi mereka bakalan lebih sulit dikalahkan dibandingkan kelas 3-A yang nilainya tinggi.

“Yuuji…”
“Hm? Apa?”
“Kalau kelas 2-A yang menang, apa rencanamu?”

Aku rasa Yuuji sudah menyiapkan rencana buat melawan kelas 2-A.

“Aku bakalan menyogok Kubo buat dia bekerja sama dengan kita dan bertanding 10 vs 8.”

Mendengar pertanyaanku, Yuuji langsung menjawab. 10 vs 8… kalau berhasil, perbedaan kedua kelas bakalan semakin tipis, itu bisa jadi keuntungan kami. Tapi…

“Menyogok Kubo-san? Apa maksudnya? Gimana caranya bikin Kubo mau bermain curang?”
“Dasar… kalau kamu tidak tahu, anggap saja itu berkah…”
“Kubo yang sebenarnya sudah ternodai…”
“…Ketidak tahuan adalah berkah.”
“Eh? Kenapa kalian pada menatapku seperti itu?”

Mata mereka seperti sedang melihat orang yang baru saja meninggal. Aku nggak ngerti sama sekali.

“Oh iya, Yuuji, apa rencana kita sekarang?”
“Sejujurnya, aku tidak menyangka kelas 2-A bakalan kalah karena ada Shouko dan Kubo, jadi aku sama sekali nggak bikin rencana buat melawan kelas 3-A. Tapi---“

Meski Yuuji bilang seperti itu, dia pasti sudah punya rencana lain.

“—Aku pikir sebaiknya kita hajar Syokanju mereka.”

Begitu ya, itu rencana yang sangat mudah dimengerti.

“Kalian sama sekali tidak punya jiwa sportifitas ya…”
“Itu rencana terburuk…”
“Hajar mereka? Apa kita buat mereka out semua?”

Himeji-san terlihat sangat kebingungan, seperti dia masih belum mengerti rencana Yuuji.

“Oke. Jadi kita bakalan hajar mereka pas lagi ribut supaya mereka tidak bisa ikut pertandingan?”
“…Siapa target kita?”
“Kalian ini, kenapa kalian langsung setuju tanpa pikir panjang…”

Muttsurini, yang seorang asassin handal, mengambil foto dari dalam bayangan dan operasi rahasia, sama sekali tidak tahu yang namanya jiwa sportifitas. Tentu saja, dia bakalan terima tanpa berpikir dua kali. Aku berbeda dengan Muttsurini, aku ini lumayan normal, tapi kami punya target yang harus kami capai apapun yang terjadi, jadi terpaksa kami menggunakan rencana kotor seperti ini supaya menang.

“Tidak, tidak masalah kalau tidak lagi ribut. Ada banyak cara selain menyerang diam-diam.”
“Yup, seperti selengkat kaki lawan atau melempar bola ke tubuh mereka.”
“…Atau pura-pura memukul bola tapi menghajar kepala lawan.”
“Bagus. Kalian semua cepat mengerti.”
“Kalian ini… benar-benar iblis.”

Kasar sekali menyebut kami iblis. Anggap saja, kami itu orang yang sangat flexibel dalam mematuhi peraturan.
Minami yang dari tadi berdiri di samping kami melipat kedua tangannya dan berkata,

“Hei… kalau kalian selalu memakai cara seperti ini, kalian memang patut dibenci dan dimarahi guru.”

Dibenci? Dimarahi? Apa yang gadis ini omongin?

“Hoho, Minami, sepertinya kamu belum mengerti.”
“Ya. Sepertinya Shimada sama sekali tidak memahami jiwa sportifitas kita semua.”
“…Pemula.”

Aku, Yuuji dan Muttsurini menjawab bergantian. Terpaksa, mau bagaimana lagi. Mungkin dia tidak pintar, tapi ini sudah keterlaluan.

“Ma, maksud kalian apa? Apa yang ingin kalian katakan?”
“Dengar baik-baik, Minami…”

Melihat Minami yang kebingungan dan penuh tanda tanya, kami bertiga langsung menjawab dengan kompak,

“““KOTOR DAN CURANG ITU CUMA KATA-KATA PECUNDANG!!!”””
“KALIAN SEMUA MEMANG BUSUK!!!”

Ini adalah hal dasar dalam urusan menang atau kalah. Untuk menang, kami harus melepas semua pembatas.

“Um, tapi, meski kita menghajar semua Syokanju, bukan berarti kita akan menang, kan? Gimana kita menghadapinya? Dan dilihat dari nilai mereka, tidak mungkin nilai kita berpengaruh besar pada mereka.”

Hideyoshi mengucapkan keraguannya.
Benar. Kalau kita menghajar mereka semua, lalu apa?

“Lawan  kita adalah kelas 3. Dan pemeriksaan di tempat hanya dilakukan pada kelas 2 saja, jadi keinginan mereka untuk menang tidak terlalu tinggi, ya kan?”
“Mn, benar.”

Kami semua termotivasi untuk mendapatkan kembali barang kami yang disita, dan kami jauh berbeda dari pada kelas 3 yang berpartisipasi cuma karena ikut acara.

“Jadi kita akan manfaatkan tingkat motivasi.”
“Memanfaatkan perbedaan motivasi? Gimana caranya…”
“Yaah, lihat saja nanti. Lagipula, kita tidak punya cara lain.”
“Mn, baiklah.”
“…Dimengerti.”

Yuuji tidak menjelaskan rencananya lebih jauh, dan kami semua jalan menuju lapangan baseball tempat pertandingan diadakan.

“…Aku sama sekali tidak mengerti, apa yang bagus dari orang itu…”
“Pakai cara kotor untuk mendapatkan buku porno…”
“Ah, ah ahahaha, goblok banget…”

***

“—STRIKE! PEMUKUL OUT!”

Teriakan Wasit menggema ke seluruh lapangan pertandingan, dan pemukul pertama, Minami, berjalan kembali dengan lesu. Seperti yang kuduga dari kelas 3-A, kontrol bola dan kecepatan lemparan mereka tidak bisa diremehkan.

“Maaf, aku tidak bisa memukulnya…”
“Jangan khawatir, Shimada. Nilai mereka memang jauh berbeda.”

Yuuji menghibur Minami layaknya seorang pelatih. Kali ini, kami memakai mata pelajaran Kimia, dan itu bukan mata pelajaran keahlian Minami, jadi wajar saja kalau dia tidak bisa memukulnya. Lagipula, rencana Yuuji bukan memukul bola, tapi menyerang dengan kekerasan, jadi tidak masalah kalau kami tidak bisa memukul bolanya.

“Summon!”

Pemukul kedua, Sugawa-san, memanggil Syokanjunya. Sebagai informasi, ini susunan pemukul kami.

1. Pemukul pertama : Base 3, Shimada Minami
2. Pemukul kedua : Tengah atas, Sugawa Ryo
3. Pemukul ketiga : Pelempar, Yoshii Akihisa
4. Pemukul keempat : Penangkap, Sakamoto Yuuji
5. Pemukul kelima : Sisi kanan, Kondou Yoshimune
6. Pemukul keenam : Base 2, Tsuchiya Kouta (Muttsurini)
7. Pemukul ketujuh : Sisi tengah, Kimishima Hiroshi
8. Pemukul kedelapan : Base 1, Fukumura Hiroshi
9. Pemukul kesembilan : Sisi kiri, Yokomizo Koji


Bahaya kalau kami langsung pakai kekerasan di awal, jadi pemukul awal harus memukul dengan normal, lalu Sugawa dan aku yang akan beraksi sesuai situasi. Kalau kami rasa tidak apa-apa, Yuuji akan memberikan izin. Bagus kalau pemukul pertama, Minami, bisa membuat mereka lengah…

Kimia
Kelas A, Natsukawa Shunpei, 244 poin.
Vs
Kelas F, Sugawa Ryo, 59 poin.

Seperti yang dulu-dulu, pelempar  dan penangkap adalah botak-senpai dan Mohawk-senpai, si duo Toko-Natsu yang sangat kami kenal. Kudengar pelempar dan penangkap di pertandingan melawan kelas 2-A bukan mereka. Mungkin mereka memutuskan untuk mengambil alih kali ini karena mereka tahu kalau aku dan Yuuji berpasangan di pertandingan kali ini. Mereka berdua nggak pernah berhenti mengejar kami.

“59 poin? Nilai orang ini sangat menyedihkan.”

Berdiri di gundukan pelempar, Botak-senpai melihat nilai yang dipajang dan tertawa menghina kami. Orang ini suka banget menghina orang lain.
Tapi meski kami ditertawakan, Sugawa-san tetap bersikap tidak peduli. Syokanju miliknya mengambil posisi memukul dengan biasa, seperti yang diharapkan dari kelas F, dia tidak kehilangan kesabarannya walaupun diperlakukan seperti idiot.

“Oh, nggak punya nyali buat ngebales? Dasar bocah nggak berguna.”

Setelah mengucapkan kalimat itu dengan datar, Syokanju Botak-senpai bersiap buat melempar. Syokanju memfokuskan kekuatan di tangannya, dan sedetik kemudian, bola dilempar.

“STRIKE!”

Detik selanjutnya, bola mendarat di sarung tangan Syokanju Mohawk-senpai dengan tepat. Pas giliran Minami, aku sedikit sadar, lemparan dia kecepatannya benar-benar gila.

“Ada apa? Aku lempar ke tengah loh.”

Botak-senpai tersenyum mengejek sambil menatap rendah ke arah kami sebelum menerima bola dari penangkap. Sugawa-san tidak merespon sama sekali dan masih tetap bersiap memukul.
Melihat Sugawa-san yang bersikap biasa saja, Botak-senpai jadi merasa bosan ketika dia mendengus. Kemudian dia melempar bola kedua.

“STRIKE TWO!”

Dia tidak mengayunkan tongkatnya lagi. Sekarang, strike 2. Sugawa-san masih saja menatap ke arah lawannya, seakan-akan menganalisa situasi dengan tenang.

“Bakalan kubuat kamu out!”

Botak-senpai melempar ketiga kalinya. Cara dia mmelempar tidak terlalu berbeda, tapi kecepatannya terasa sedikit lambat.
Apa dia gagal di timing? Tapi Sugawa-san tetap tidak mengayunkan tongkatnya dan bola mendarat ke sarung tangan penangkap. Dan…


“STRIKE THREE! PEMUKUL OUT!”

Seperti yang diprediksi Botak-senpai, dia membuat Sugawa out dengan 3 strike. Sekarang, 2 out dan tanpa pelari.

“Oi, oi, oi, tadi aku lempar pelan loh. Kenapa nggak dipukul, hah?”

Botak-senpai mengejek kami supaya  kami kesal. Sedari tadi, cara dia melempar bola memang untuk menghina kami. Pertandingan olahraga ini sudah jadi ajang buat mereka menyombongkan diri, terus kenapa mereka masih saja tidak puas?

“Ada apa, Sugawa?”

Aku bertanya ke Sugawa dengan bisik-bisik ketika aku berjalan melewatinya. Mungkin dia menemukan kelemahan dari lemparan lawan.

“Tidak mungkin bisa. Aku sama sekali tidak bisa melihat lemparannya.”
“Begitu ya…”
“Dan sekuat apa pun aku mencarinya, aku tidak melihat senpai seksi yang dulu pakai yukata…”
“Begitu ya, itu informasi yang sangat berguna.”

Kalau begitu, aku nggak perlu repot-repot mencarinya. Meski sedikit… tidak, meski sangat disayangkan tapi sekarang aku bisa konsentrasi pada pertandingan. Kalau dipikir-pikir, mungkin itu hal baik.

“Kubuat kau jadi orang ketiga yang out, Yoshii Akihisa!”

Begitu aku sampai di kotak pemukul, Botak-senpai di gundukan pelempar mengatakan itu padaku.

Kimia
Kelas A, Natsukawa Shunpei, 244 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa, 57 poin

Setelah beberapa saat, nilai kami muncul. Aku sadar kalau nilaiku bakalan bikin aku kesulitan. Meski aku berhasil memukul bola dengan tepat, bolanya tidak mungkin bisa melambung jauh. Tapi—

“Aku tidak akan menyerah, Hentakawa-senpai.”
“WOI! APA LU BARUSAN CAMPUR NAMA GW DENGAN KATA ‘HENTAI’ HAH!?”
“Ah, maaf, Hentai-senpai.”
“LU NGAJAK RIBUT, GOBLOK! NGAPAIN LU GANTI JADI ‘HENTAI’! PANGGIL GW NATSUKAWA! PANGGIL GW DENGAN NAMA YANG BENAR!”
“Sorry, sorry, soalnya namamu gampang kecampur.”
“SEJAK KAPAN NAMA GW GAMPANG KECAMPUR! SATU-SATUNYA KESAMAAN ‘NATSUKA’ DAN ‘HENTAI’ CUMA DI JUMLAH KANJI!”
“Ooooh, jangan marah, Natsukawa-hentai.”
“Sekarang kamu ganti ‘senpai’ dengan ‘hentai’ gara-gara kedengarannya sama!?”

Pertandingan yang ditakdirkan dengan Botak-senpai akhirnya tiba. Ini tidak ada bedanya dengan manga shounen baseball yang penuh gairah.

“Sialan, GW BUNUH LU, YOSHII AKIHISA!!!”

Syokanju Botak-senpai mengambil posisi dan bersiap melempar bola – yang dalam sekejap melesat ke arahku.

“STRIKE!!”

Bola pertama langsung melesat tepat di tengah. Aku sama sekali tidak bergerak buat menganalisa situasi.

“Heh, sepertinya ada pengecut yang tidak berani memukul bolanya.”

Sepertinya reaksiku membuat Botak-senpai senang, soalnya dia mendengus senang begitu menerima bola kembali.
Kemudian, bola kedua dilempar.

“STRIKE TWO!!”

Saat ini, lawan melempar bola tepat ke tengah.

“Apa-apaan ini, kenapa kamu diam saja.”

Seperti yang dikatakan Botak-senpai, aku membiarkan bola kedua melewatiku. Botak-senpai mendengus bosan.

“Aku cuma memeriksa ke mana kamu akan melempar. Selanjutnya akan kupukul.”
“Memeriksa ke mana aku melempar? HA! Jangan bohong! Kamu nggak bisa melihat lemparanku, ya kan?”
“…”

Aku tidak membalasnya dan menanti dengan tenang lemparan selanjutnya.
Sama seperti ketika dia melawan Minami dan Sugawa-san, Botak-senpai cuma melempar ke tengah. Sama seperti kepribadiannya. Dia berniat mengeluarkan aku dengan 3 strike, jadi aku pikir lemparan selanjutnya bakalan tepat di tengah lagi.

“Cih, jadi kalian cuma bisa lihat bolanya saja? Dasar lemah!”

Memang benar kalau aku dari tadi cuma memerhatikan bola saja. Tapi, tidak cuma bola, tapi juga posisi pelempar. Botak-senpai tetap berdiri di posisi yang sama seperti ketika dia melempar bola pertama dan kedua. Seperti yang diharapkan dari senpai kelas 3. Dia tahu banget caranya mengendalikan Syokanju, dan posturnya lumayan stabil.
Tapi itu bakalan jadi tumit Achilles (kelemahan).

“Baiklah, waktunya penghabisan!”

Setelah mengambil posisi, Botak-senpai melempar bola ketiga ke arahku. Kugunakan kesempatan ini buat menghajar lawan.
Bola putih melesat di udara menuju kepalaku ketika aku melempar tongkat pemukul ke wajah pelempar.

“—AWAS!!”

Lemparan lawan melesat melewati keningku, dan tongkat besi yang kulempar hampir mengenai hidung lawan.

““WOI, LEMPAR (PUKUL) YANG BENER DONK!!!””
“KALIAN BERDUA SAMA SAJA!!”

Si brengsek sialan itu membuatku berpikir kalau lemparan ketiganya bakalan di tengah dan melempar bola ke arah keningku! Kalau saja aku nggak menghindar, bisa-bisa aku masuk rumah sakit seminggu!

“STRIKE THREE! PEMAIN OUT!”

Lemparanku tadi dianggap ayunan oleh wasit, jadi aku kena out. Sekarang, dengan 3 out, waktunya tukar posisi.
Aku sama tidak bisa mendapatkan ide. Sebaiknya aku berkumpul dengan Yuuji dan yang lain di bangku pemain dan membicarakannya.

“Sorry Yuuji, mereka jadi waspada dengan kita.”
“Nggak apa-apa. Tebus kegagalanmu dengan melempar yang benar.”
“…Jangan khawatir, semua orang bakalan membantu.”
“Itu terdengar normal, tapi entah kenapa, aku berpikir yang barusan kalian bahas sangat buruk…”
“Apa orang-orang ini nggak kenal jiwa sportifitas…?”
“Kaya bersikap waspada, ambil base dengan jumlah ball kaya Hideyoshi, ada banyak teknik di baseball.”

Tentu saja aku bisa melempar. Nilaiku memang tidak tinggi, jadi kekuatan lemparanku tidak begitu kuat, tapi aku lumayan bangga dngan kontrolku. Akanku hajar lawan dengan lemparanku!

“Oke, waktunya beraksi. KALIAN SEMUA, BUNUH MEREKA!!!”
“““YOOOSSSH!!!”””

***

“Kamu yang bernama Yoshii? Pertandingan baseball dan juga tes keberanian… akan kubuat kamu menyesal karena berani menantang kelas 3! Summon!”

Pemukul pertama dari kelas 3-A masuk ke kotak pemukul sambil melempar ancaman. Sepertinya akibat tes keberanian banyak senpai yang membenciku sekarang.

Kimia
Kelas A, Hotta Masatoshi, 217 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa, 57 poin

Begitu Syokanju kami muncul, nilai kami juga. Sudah kuduga, nilai kelas A memang nggak bisa dianggap remeh.
(Ayo lawan dia langsung. Aku ingin lihat seberapa jauh dia bisa memukul dengan nilai setinggi itu.)
Itu yang Yuuji katakan lewan matanya. Yuuji benar. Sekarang kami sedang menghadapi kelas A, jadi kami harus tahu seberapa kuatnya mereka. Kalau semua berjalan dengan mulus, kami akan menghadapi para guru yang lebih kuat dari pada kelas A. kami harus tahu seberapa jauh kami bisa melangkah sebelum mundur. Mengetahui tentang kemampuan musuh dan diri sendiri adalah hal yang penting.
Aku mengangguk sedikit supaya Yuuji tahu kalau aku mengerti, dan memasang posisi melempar. Sarung tangan Yuuji berada sedikit di ujung bawah zona strike. Jadi walaupun kena pukul, setidaknya itu tidak akan terlalu kuat, ya kan?
Dibandingkan lemparan Botak-senpai di pertengahan babak sebelumnya, lemparanku melessat lebih lambat.

“STRIKE!”

Senpai membiarkan lemparanku lewat. Apa dia ingin memeriksa kecepatan dan kontrolku? Nilai sudah dipampang di atas sana, sudah pasti dia tahu kalau aku tidak berbahaya. Kalau bola selanjutnya tepat di zona strike, aku rasa dia bakalan memukulnya.
Setelah Yuuji melempar kembali bola. Kali ini, sedikit di ujung atas. Apa dia mencoba membuat lawan kesulitan memukul bola? Yah, aku tidak tahu kenapa itu dianggap sulit.
Kuikuti arahan Yuuji, dan kali ini, lawan mengayunkan pemukulnya.
KLANG—nada nyaring terdengar.
Antara meleset atau tidak terbiasa bermain baseball bola tidak terpukul dengan sempurna. Bola melambung tidak terlalu jauh.

“OUT!”

“SIALAN!”

Senpai kembali  ke bangku cadangan dengan wajah kesal dan kecewa.

Begitu. Meski nilai berbeda jauh, jika bola tidak dipukul dengan sempurna bola tidak akan melambung terlalu jauh. Sedangkan ketika melawan kelas E, meski nilai kedua kelas hampir sama, bola bisa melambung jauh. Kuat saja tidak cukup untuk memenangkan pertandingan, sama seperti pertandingan baseball biasa. Tapi, kelas yang kuat masih memiliki keuntungan yang sangat tinggi.

“Oke, oke. Summon!”

Terdengar suara yang sangat kukenal begitu pemukul kedua memanggil Syokanjunya.

Kimia
Kelas A, Tsunemura Yuusaku, 223 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa, 57 poin

Kali ini anggota duo Toko-Natsu yang lain, Mohawk-senpai yang tadi berperan menjadi penangkap. Meski dia orang yang sangat busuk, tapi dia pantas menjadi murid kelas A dengan nilai begitu tinggi.

“MAJU SINI, YOSHII! SAKAMOTO! KUBALAS PERBUATAN KALIAN BERKALI LIPAT PLUS BUNGANYA!!”

Mohawk-senpai memelototi kami. Sepertinya dia agak bersemangat. Apa yang harus kulakukan…
(Lempar saja dulu.)
Yuuji memposisikan sarung tangannya jauh di sudut zona strike. Sepertinya dia ingin aku melempar jauh.
Kulebarkan kedua tanganku dan melempar bola pertama. Saat ini, Mohawk-senpai mengayunkan tongkatnya. Yosh, kali ini kami dapat strike—

“Ah, maaf!”

Pas kupikir begitu, Syokanju Mohawk-senpai yang mengayunkan tongkatnya, masih terus mengayunkan tongkatnya sampai berputar dan mengenai Syokanju Yuuji yang sedang menerima bola.

Kimia
Kelas A, Tsunemura Yuusaku, 223 poin
Vs
Kelas F, Sakamoto Yuuji, 109 poin

Setelah terkena pukulan keras di kepala, Syokanju Yuuji kehilangan begitu banyak poin akibat terkena serangan. Poin yang awalnya 200+ sekarang berkurang setengah.

“Maaf, Sakamoto. Tadi tidak sengaja.”

Kata Mohawk-senpai sambil melirik sebentar ke arah wasit.
Kalau tadi dianggap sengaja, dia bakalan dikeluarkan dari permainan. Senpai mungkin khawatir soal itu, bisa jadi dia benar-benar sengaja.

“…Tidak, tidak perlu khawatir. Banyak kecelakaan yang terjadi pas pertandingan.”

Yuuji terlihat tidak terganggu dan memasang senyuman di wajahnya. Syokanjunya membungkuk mengambil bola yang tadi terjatuh akibat terkena serangan.

“Begitu, tidak kuduga ternyata Sakamoto sangat pemaaf.”
“Tidak  tidak. Aku tidak sebaik itu.”

Mereka berdua berbincang sambil terus tersenyum. Kemudian Yuuji melempar bola dengan sangat kencang—
--ke arah Syokanju senpai yang sedang berdiri di depannya.
BUK! – terdengar suara tumpul. Bola lemparan Yuuji mengenai kepala Syokanju Mohawk-senpai.

Kimia
Kelas A, Tsunemura Yuusaku, 191 poin
Vs
Kelas F, Sakamoto Yuuji, 109 poin

“Aduh, maaf senpai. Sepertinya aku tidak pandai mengendalikan Syokanjuku.”

Kali ini, nilai Mohawk-senpai yang berkurang. Nilai Yuuji berkurang 100, tapi senpai cuma berkurang 30. Sepertinya Syokanju Yuuji telah melemah akibat perbedaan nilai yang telah berubah.

“Tapi mau gimana lagi. Banyak kecelakan yang terjadi pas pertandingan, kan!?”
“Ugh… y-ya. Akan kumaafkan kamu. Lagipula itu tidak terlalu sakit…”

Mohawk-senpai tersenyum sambil mengatakan itu, tapi urat nadinya berkedut di keningnya. Sepertinya dia ingin menghajar Yuuji saat ini juga. Tapi,

“KALIAN BERDUA, KONSENTRASI PADA PERTANDINGAN! ATAU KALIAN BERDUA AKAN DIKELUARKAN KALAU KALIAN MENGULANGINYA LAGI!!”
““…””

Seteleh diomeli oleh wasit, mereka berdua langsung diam seribu bahasa dan kembali ke posisi mereka. Kali ini, Yuuji melempar bola ke sarung tanganku. Aku bersiap-siap melempar bola selanjutnya.
Sebelum melempar, mataku menangkap sinyal mata Yuuji.
(Sekarang, Akihisa.)
(Oke.)
Akhirnya aku mendapatkan sinyal menyerang dari Yuuji. Sarung tangan ada di tengah, tapi sasaranku adalah kepala pemukul. Incar kepala musuh dan lempar. Hancurkan kepalanya!

“Maju sini, Yoshii!”

Mohawk-senpai memasang postur memukul bebas… itu postur paling bagus, untuk pemukul ataupun penangkap – pasti dia mengincar Yuuji, ya kan? Lemparan Yuuji tadi pasti membuat dia kesal. Kalau begitu, sekarang, waktunya meledakkan kepala musuh.
Di tengah-tengah situasi tegang ini, Syokanjuku melempar lemparan keduanya.
Bola yang melesat ke kepala pemukul dan tongkat besi yang berayun sengaja ke kepala penangkap menenai sasaran mereka seperti magnet.

“—TERKENA LEMPARAN!”

BUK, DUK… terdengar dua suara tumpul di saat bersamaan, dan hasil serang kedua pihak muncul.

Kimia
Kelas A, Tsunemura Yuusaku, 177 poin
Vs
Kelas F, Sakamoto Yuuji, 7 poin

“AKIHISA, GOBLOK! SERANG YANG KUAT, KAMPRET!!”
“KAMU SENDIRI TIDAK BERGUNA! KENAPA KENA SERANGAN MELULU, HAH! LINDUNGI DIRIMU SENDIRI, IDIOT!!”

Nilai Yuuji berkurang 100, tapi si Mohawk-senpai Cuma berkurang 10+. Kalau begini terus, kami yang bakalan mati di tangan mereka.

“OI, BERENGSEK! TADI ITU SENGAJA, YA KAN? LUPADA BERANI JUGA MELAWAN KELAS 3, YA!?”
“BACOT, DASAR SAMPAH! LU PADA SEMUA CUMA MARAH, KAN? GARA-GARA KALAH MELAWAN KELAS 2 DI TES KEBERANIAN!!??”
“NGOMONG APA LU, ANJ*NG!? KALAU LU MAU BERANI, LUPAKAN SOAL BASEBALL, SINI MAJU—“
“OKE! GUE DAH GA TAHAN DENGAN LU PADA KELAS 3. MAJU—“

Seluruh pemain di kursi cadangan mulai bikin keributan. Memang benar kalau kami benci satu sama lain, jadi bukan hal aneh kalau ada pertikaian seperti ini. Apa ini keributan yang tadi Yuuji bicarakan?
Di posisi penangkap, Yuuji nyengir. Kalau jadi ribut, aku harus cepat-cepat cari targetku supaya begitu ada kesempatan aku bisa hajar sekuat tenaga.

“HENTIKAN!! KALIAN MURID-MURID IDIOOOOT!!!”

Tiba-tiba seseorang dengan suara nyaring muncul di lapangan yang hampir menjadi medan perang. Siapa itu? Kenapa dia datang begitu rencana kami hampir berhasil!

“Dasar kalian, bocah-bocah sialan, suka sekali bikin keributan… kenapa kalian tidak bisa nurut? Padahal aku sudah kasih izin menggunakan Syokanju untuk bertanding?”

Kata si nenek tua sialan yang suka mengganggu kami, dia berkata sambil memegangi keningnya.

“CIH, NENEK TUA, NGAPAIN KESINI!!? NENEK CUMA MENGGANGGU SAJA”

Yuuji mendecakkan lidahnya dengan tidak senang dan bertanya. Karena rencananya sekarang jadi berantakkan, jadi aku mengerti kenapa dia tidak senang.

“PANGGIL AKU KEPALA SEKOLAH, BOCAH SIALAN!!!”

Kepala sekolah mendengus ke arah Yuuji. Kemudian dia memelototi kami semua dan berkata,

“Dasar… begitu aku dengar kalau kelas kalian bakalan bertanding, aku langsung datang buat melihat situasi. Dan ternyata memang berakhir seperti yang kukhawatirkan. Pertandingan baseball Syokanju sekolah kita berhasil menarik minat para tamu, itu hal yang sangat sulit didapat. Dan aku tidak ingin kalian para idiot merusak reputasi sekolah dan kerja kerasku.”

Sepertinya si nenek tua sialan datang buat nonton pertandingan kami begitu tahu kalau kelas 2-F dan 3-A bertanding… dia benar-benar bisa meramal segalanya.

“Tolong jangan hentikan kami, kepala sekolah! Kami harus menggunakan mata pelajaran olahraga buat mengajari sampah-sampah idiot dari kelas 2-F arti dari hormat dan akal sehat!”
“Malah kami yang tidak tahan dengan kalian! Memandang remeh orang lain dan memperlakukan mereka seperti idiot! Kepala sekolah, izinkan kami membunuh senpai-senpai sampah yang suka sekali bersikap sombong!”
“SUDAH KUBILANG DIAM!!! KALIAN MURID-MURID SIALAN!!!”

Si nenek tua mengaum lagi buat menutup mulut-mulut berisik itu. Seperti yang diharapkan, orang tua memang pandai dalam mengambil keputusan di saat genting. Semua orang langsung kicep ketika nenek mengaum bagai singa.

“Kalian ini memang idiot ya… kalian menggunakan cara seperti ini karena kalian nggak merasakan rasa sakit, ya kan?”

Kepala sekolah menggelengkan kepalanya berkali-kali, berpikir sambil menatap kami.
Kemudian, sambil memasang pose tangan di pinggul, dia berkata,

“Sudah kuputuskan untuk mengubah setting Syokanju di pertandinganini.”
“““Huh?”””

Semua orang memasang wajah bingung.
Mengganti setting Syokanju? Apa maksudnya?

“Kali ini saja, hanya untuk pertandingan ini. Aku akan membuat kalian semua merasakan rasa sakit yang diterima oleh Syokanju. Dengan begitu, kalian tidak akan membuat rencana bodoh dan bermain dengan serius, mengerti?”

Membuat kami semua merasakan rasa sakit yang diterima Syokanju – intinya, dia mengubah semua Syokanju jadi seperti milikku?

“Oke, itu saja. Sekarang bermain dengan serius!”

Setelah berkata seperti itu, kepala sekolah melambaikan tangannya dan berbalik ke gedung sekolah.

“Eh, jadi..”

Semua terjadi begitu saja, dan sejenak, aku tidak tahu harus apa. Mengganti setting Syokanju sih tidak masalah, tapi kalau begitu, bagaimana dengan rencana kami?

“Maaf, kami minta timeout.”

Yuuji meminta timeout ke wasit, lalu pertandingan ditunda sementara. Setelah meminta timeout, kami mulai rapat strategi.
Yuuji dan semua pemain aktif berkumpul di gundukan pelempar. Oke, sekarang apa yang akan kita lakukan?

“Sekarang gimana, Yuuji? Rencana kita berantakkan.”

Rencana kami adalah membuat keributan dengan Kelas 3, tapi berakhir seperti ini, semuanya jadi berantakkan. Kami tidak mungkin bisa menang kalau melawan mereka secara adil!

“Tidak masalah. Ini memang berbeda jauh dari yang kukira, tapi kalau begini, kita bisa meluncurkan senjata rahasia kita sekarang.”
“Senjata rahasia?”
“Ya. Untungnya pemukul selanjutnya adalah si botak, jadi kita nggak perlu menahan diri.”

Setelah mengatakan itu, Yuuji berjalan ke wasit dan bangku cadangan, meminta untuk pergantian pemain.

“Himeji bakalan menggantikan Yoshii jadi pelempar, Yoshi jadi penangkap, dan aku akan menggantikan Shimada di base 3.”

Jadi susunan pertahanan dan pelempar berubah? Himeji-san jadi pelempar, aku jadi penangkap, Yuuji di base 3 dan Minami duduk di bangku cadangan?
Kami semua mengikuti rencana Yuuji dan menuju posisi kami. Himeji-san yang keluar dari bangku pemain cadangan, berlari ke arah Yuuji dan mengatakan sesuatu. Gara-gara jauh aku jadi nggak bisa dengar. Apa yang mereka bicarakan?

“Sakamoto-kun, aku, aku tidak bisa jadi pelempar. Aku tidak pernah bermain baseball sebelumnya…”
“Tenanglah, Himeji. Dengarkan aku.”
“Tidak, tidak! Aku tidak bisa! Aku tidak bisa.”
“Baseball itu permainan kerja sama, jadi ikatan antar pemain sangat penting – terutama pelempar dan penangkap, yang sangat spesial.”
“Oh, begitu… tapi…”
“Seorang pelempar dan penangkap yang cocok akan membuat sebuah kombinasi yang sangat indah – biasanya itu disebut ‘suami istri’ di baseball.”
“Eh? Suami istri…”
“Benar. Mulai sekarang, aku bukan lagi penangkap, tapi Akihisa. Hasil dari pertandingan ini akan membuktikan apakah kamu dan Akihisa bisa membuat sebuah ikatan ‘suami istri’.”
“…”
“Kamu harus percaya dengan Akihisa, jadi lempar bola itu dan buktikan. Akihisa akan menggunakan segenap kekuatannya untuk menangkap cintamu. Itulah ‘pasangan’—bukan, itulah ikatan ‘suami istri’.”
“A-aku mengerti!”
“Ingat ini, Himeji. Gunakan seluruh kemampuanmu. Jangan pikirkan kemana bolanya akan pergi. Gunakan saja seluruh kemampuanmu untuk menyampaikan perasaanmu ke Akihisa. Kalau kamu menahan diri atau ragu-ragu, ikatan kalian tidak akan bisa terbentuk.”
“Baiklah!”

Ada apa ini? Kenapa aku merinding.
Begitu aku merasakan bulu kudukku berdiri, Himeji-san, yang tadi sedang bicara dengan Yuuji, berlari mendekatiku. Dia terlihat sangat bersemangat.

“Um… Akihisa-kun, mohon arahannya!”
“Mn, aku juga, Himeji-san.”

Himeji-san terlihat sangat gugup.

“Aku percaya dengan Akihisa-kun, akan kulempar bola dengan sekuat tenaga!”
“Haha, senang mendengarnya. Ayo lakukan yang terbaik.”
“Oke! Ayo lakukan yang terbaik. Ayo buat keluarga yang harmonis! Um… su, suamiku…”

Eh? Apa? Apa yang sudah Yuuji katakan pada Himeji-san?

“Akihisa-kun, tangkap lemparanku, ya!?”

Setelah berlari kecil ke arah gundukan pelempar, Himeji-san berdiri di posisi pelempar. Yah, nggak usah dipikirkan. Aku cuma perlu melakukan tugasku.

Kini aku berdiri di tempat Yuuji biasanya berdiri dan memposisikan Syokanju milikku jongkok di tempat penangkap.
Oke, baiklah, sekarang 1 out, 1 pelari dan pertandingan masih berlanjut.

“Heh, aku tidak tahu rencana bodoh apa yang kalian pikirkan, itu semua akan sia-sia! Akan kutunjukkan kekuatanku. Summon!”

Pemukul ketiga, si Botak-senpai, masuk ke kotak pemukul dan memanggil Syokanju.

“A, aku akan lakukan yang terbaik… summon!”

Nilai pelempar dan pemukul langsung dipampang.

Kimia
Kelas A, Natsukawa Shunpei, 244 poin
Vs
Kelas F, Himeji Mizuki, 437 poin

“Ap! Apa-apaan nilai perempuan itu…”

Melihat nilai Himeji-san, Botak-senpai langsung gemetaran. Mau gimana lagi. Seperti yang orang lihat, nilai Himeji-san adalah yang terbaik dari yang terbaik, bahkan Botak-senpai dari kelas A tidak mungkin bisa mengalahkannya.

“Sialan. Seharusnya aku tidak meninggalkan Takashiro…”

Botak-senpai terlihat kesal ketika bergumam sendiri.
Takashiro? Kenapa terdengar familiar? Di mana aku pernah mendengar nama itu…

“Ba, baiklah, mohon arahannya!”

Ketika aku sedang berpikir sendiri, Himeji-san bersiap untuk melempar. Aku seharusnya yang meminta arahannya—TUNGGU DULU! AKU NGGAK SADAR TADI, TAPI SEKARANG HIMEJI-SAN YANG MELEMPAR DAN AKU YANG NANGKEP!!?? AKU BAKALAN MATI DALAM SEKEJAP KALAU GAGAL!!

“Oke, pertama, injak papan karetnya, lalu…”
“Tu, tu, tu, tunggu dulu, HIMEJI-SAN!”
“Hm? Ada apa, Akihisa-kun?”

Aku langsung memanggil Himeji-san yang baru saja mau melempar. Himeji-san sangat lembut dan perhatian. Aku rasa dia mau menahan diri untukku, karena perbedaan nilai kami begitu jauh, aku tidak tahu apa yang akan terjadi, jadi sebaiknya aku tes dulu.

“Kamu lihat pelari di base 1? Coba lempar bola pickoff supaya dia tidak mencuri base. Bisa?”

Pelari di base 1 tidak lari terlalu jauh. Jadi aku ingin Himeji-san mencoba melempar bola pickoff supaya dia jadi terbiasa. Pokoknya aku ingin melihat Himeji-san melempar bola dulu.

“Pickoff—ah, oke. Aku cuma perlu melempar bola ke base 1, kan?”
“Benar. Bisa kamu lempar ke Fukumura-san di base 1?”
“Baiklah. Kalau begitu—“

Syokanju Himeji-san mengangkat tangannya dan bersiap melempar.

“Ei!”

“…………Ah?”

Kimia
Kelas A, Tsunemura Yuusaku, MATI
Vs
Kelas F, Himeji Mizuki, 437 poin

Kimia
Kelas F, Fukumura Kohei, MATI
Vs
Kelas F, Himeji Mizuki, 437 poin

--Dalam sekejap dua orang mati.

BUAK… terdengar suara benda berat menabrak sesuatu.
Syokanju pelari di base 1 milik Mohawk-senpai dan Syokanju Fukumura-san yang menjaga base 1 menghilang bagaikan debu tertiup angin.

““GYAAAAAAAAA!!! SAKIIIIIIIIIIIIIIT!!! SAKIT BANGET GILAAAAAAAAA!!! AAAAAAARGH!!!””

Kedua pengendali kedua Syokanju tadi menjerit kesakitan.

Sepertinya perubahan setting berlaku buat bola juga, jadi otomatis mereka berdua terkena efek rasa sakit yang diterima Syokanju, yang bikin mereka berdua guling-guling di tanah karena kesakitan.

“Ah! Ma, maaf! Maaf! Maaf! Aku tidak tahu caranya mengontrol kekuatan bola, jadi aku minta maaf…”

Himeji-san berkali-kali membungkukkan badannya buat meminta maaf ke mereka berdua yang masih guling-gulingan di lantai. Tapi, aku rasa saat ini mereka berdua nggak peduli soal ucapan maaf Himeji-san.

“Ayo pemain cadangan, buruan gantikan pemain yang cidera supaya kita bisa melanjutkan pertandingan!”

Wasit memberikan instruksi dengan nada dingin. Kedua pemain yang terluka berat sudah tidak bisa lagi bergerak akibat kesakitan dan kini di bawa dengan tandu. Lawan mengirim seorang senpai, sedangkan Hideyoshi, yang tadi duduk di bangku cadangan, menggantikan Fukumura buat menjaga base 1.

“Uh… aku gagal…”

Meski dia berhasil membunuh 2 orang sekaligus, Himeji-san sepertinya menyesalinya. Kalau bisa aku ingin menyemangatinya, tapi kalau dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya dan tanpa sengaja menggunakan seluruh kekuatannya, bola selanjutnya bakalan mengenaiku, sang penangkap. Sekali saja kena bola sekuat itu, bisa-bisa aku dikirim ke isekai dalam sekejap. Aku merasa kasihan padanya, tapi sekarang bukan saatnya—

“Jangan khawatir, Himeji. Lempar saja sekuat tenaga.”
“Tapi…”
“Nggak usah dipikirin. Itu tugas penangkap.”
“Tapi kalau begitu, Akihisa-kun akan…”
“Oi, oi, oi, kenapa kamu ngomong kaya gitu? Kamu nggak percaya Akihisa?”
“Ah… bukan, bukan begitu! Aku tidak pernah meragukan Akihisa-kun!”

SI BRENGSEK ITU, DIA BERNIAT MEMBUNUHKU!

“Akihisa-kun, bersiaplah!”

TIDAAAAAAK!!! HIMEJI-SAN, JANGAN LEMPAR BOLANYA KE ARAHKU!!!

“E, ei!”

“Hm? Eh? Kok—“

Himeji-san mengeluarkan suara imut sambil memberikan lemparan yang sama sekali tidak imut. Lemparannya yang sama sekali tidak bisa dilihat dengan mata telak mengenai senpai yang sedang berdiri di luar lapangan karena sedang menanti giliran memukul.

Kimia
Kelas A, Kindaichi Shinnosuke, MATI
Vs
Kelas F, Himeji Mizuki, 437 poin

Pemukul keempat kelas 3-A yang bahkan belum tampil sudah jadi mayat di pinggir lapangan dan tidak pernah muncul lagi. Dengan begitu, dia menjadi korban ketiga.

“WA, WASIT! ITU TADI SANGAT BERBAHAYA, BUKAN!!?? DIA SEHARUSNYA DIKELUARKAN!!”

Berdiri di kotak pemukul, Botak-senpai jadi sangat ketakutan ketika meneriakkan keberatannya ke wasit. Tapi Yuuji, yang berdiri di base 3, menyahut duluan sebelum wasit,

“Oi, senpai! Kenapa kamu kejam sekali? Lihat Himeji! Tidak mungkin dia sengaja melakukannya!”

“Ma, maaf! Ini pertama kalinya saya melempar. Jadi saya sangat gugup…”

Himeji-san berlari ke bangku pemain kelas 3-A dan berkali-kali membungkukkan tubuhnya sambil meminta maaf. Melihat Himeji-san yang sangat merasa bersalah, aku rasa tidak ada satu pun orang yang mencurigai dia melakukannya dengan sengaja.

“JA, JANGAN MAIN-MAIN, SAKAMOTO!! ADA BEBERAPA HAL YANG TIDAK BISA DIMAAFKAN, MESKI ITU TIDAK SENGAJA!!”
“DIAM LU, SAMPAH!! Sensei, coba pikirkan baik-baik. Di satu sisi ada murid manis yang berusaha keras buat berpartisipasi dalam acara kelas meski dia tidak pandai. Di sisi yang lain ada senpai jahat, bodoh dan jelek yang berniat mengotori arti jiwa sportifitas. Sebagai seorang guru, siapa yang akan Anda pilih?”
“MULAI!”
“Wa, wasit?”

Wasit tanpa rasa belas kasihan berteriak untuk melanjutkan pertandingan. Dibandingkan taktik pengecut kami, apa yang dilakukan Himeji-san sama sekali tidak ada sedikitpun niatan buruk. Kalau begitu, keputusan wasit sudah tepat, tapi rasanya wasit sudah tidak peduli lagi.

“OI, YOSHI! BURUAN USIR PEREMPUAN ITU! LU SENDIRI JUGA BAKALAN MATI!”
“GI, GIMANA CARANYA? JANGAN BEGITU, HIMEJI-SAN SAMA SEKALI TIDAK SEGILA ITU PIKIRANNYA!!”

Aku masih adu bacot dengan Botak-senpai di kotak pemukul. Kalau memang bisa aku sudah mengeluarkan Himeji-san dari permainan!

“Uu… susah sekali… mungkin kalau aku lempar lebih kuat…”

Himeji-san kembali ke gundukan pelempar sambil mengatakan itu, yang menyebabkan aku keringat dingin.
APA-APAAN ITU!! BUKANNYA DIA LEMPAR BOLA TADI DENGAN SEKUAT TENAGA!!
Seseorang yang bisa dipilih sebagai perwakilan pembaca pidato perpisahan angkatan kami mampu melempar bola seperti itu tanpa sadar. Sepertinya bangku pemain adalah posisi paling cocok buat dia. Kalau itu jadi kenyataan, itu bisa membuatku bermain tanpa sadar kalau kami sedang bertanding. Ini bukannya pertandingan, ini namanya pembantaian.

“Ka, kali ini… aku harus melempar ke Akihisa-kun!”
““EEIIIYAAAAAAAAAA!!””

Syokanju Botak-senpai dan aku langsung melempar sarung tangan dan tongkat mereka sambil berusaha melindungi kepala mereka sambil tiarap. Sebuah lemparan supersonic mematikan melesat di atas kepala Syokanju kami.

“BALL!”

Wasit memutuskan kalau itu termasuk ball, TAPI SIAPA YANG PEDULI APA ITU STRIKE ATAU BALL DI SAAT SEPERTI INI!!?

“GANTIKAN DIA, SAKAMOTO! SURUH PELEMPAR ITU KELUAR!!”
“Ngomong apa sih, senpai? Lemparan Himeji semakin tajam. Kamu nggak lihat?”
“DIA SAMA SEKALI TIDAK MENGINCAR SARUNG TANGAN PENANGKAP!!!”

Aku setuju.
Tidak mempedulikan pertengkaran Botak-senpai dan Yuuji, Himeji-san yang berdiri di atas gundukan bergumam.

“Uu… mungkin karena aku kurang percaya pada Akihisa-kun, makanya lemparanku sangat buruk… aku harus lebih percaya dengan Akihisa-kun…”

Setelah itu, dia menggenggam bola di tangannya lebih kuat sambil melakukan hal mengejutkan lainnya. Eh? Apa? Apa yang dia lakukan?

“TU, TUNGGU DULU!! KENAPA DIA MENUTUP MATANYA SEKARANG!!??”
“Jangan khawatir, ini adalah ikatan kepercayaan antar pasangan. Karena dia percaya dengan bimbingan dari dewa baseball makanya dia memejamkan matanya.”
“JANGAN OMONG KOSONG, APA-APAAN DEWA BASEBALL!! APA LU SUDAH GILA!!??”
“Oh jangan-jangan, dia sudah membuka mata batinnya. Pemain yang handal tidak memerlukan mata untuk melihat, dia hanya perlu mendeteksi keberadaan mang—lokasi musuh.”
“TERUS UNTUK APA DIA MENCARI LOKASI GUE, HAH! TARGET LEMPARAN ITU SARUNG TANGAN PENANGKAP, BUKAN!!? DAN JUGA LU MANGGIL GUE ‘MANGSA’, YA KAN?”
“Tolong jangan berlebihan, oke? Mangsa-senpai?”
“APA LU BILANG!!? LU BARUSAN ASAL MANGGIL GUE ‘MANGSA-SENPAI’, YA KAN!!??”

Yang terpenting sekarang adalah apakah mangsa yang dimaksud Yuuji juga termasuk aku atau tidak.

“Ano… Himeji-san! Kamu bisa dengar? Sebenarnya, kamu tidak perlu begitu serius…”
“Huu… haa… huu… haa… jangan khawatir, aku bisa mendapatkan strike jika aku percaya pada Akihisa-kun…”
“Himeji-san?”

Sepertinya Himeji-san baru saja meditasi, dia bahkan tidak mendengar suaraku atau melihat sinyalku. Pokoknya… aku harus bergantung pada diriku kalau ingin melihat mata hari terbit esok hari.

“Si, sial. Kalau begini, aku bakalan melompat ke samping pas Himeji-san melempar. Kalau beruntung, mungkin aku masih bisa hidup.”
“CURANG, CURANG BANGET LU, YOSHII!! LU CUMA PENGEN SELAMAT SENDIRIAN!!”
“Maaf, senpai. Aku masih mencintai nyawaku!”

Sebagai informasi, peraturan dasar baseball tercantum kalau pemukul dilarang meninggalkan kotak pemukul. Aku sedikit merasa kasihan dengan Botak-senpai di depanku karena harus menghindari lemparan Himeji-san di tempat yang begitu sempit.

“Aku lempar sekarang, Akihisa-kun!”
“KUMOHON, BUKA MATAMU, HIMEJI-SAN!!”

Mendengar deklarasi Himeji-san, aku cuma bisa memohon padanya  untuk mengampuni nyawaku. Tapi sepertinya permohonanku tidak sampai padanya karena Himeji-sam tetap menutup matanya dan melempar bola dengan segenap kekuatannya.
Sebuah bola yang sangat berat
Dengan kekuatan yang sangat mengerikan
Melesat menuju kepala Syokanju Botak-senpai.

“……………..Uaa………”

Kalian tahu buah delima  yang hanya berbuah di musim panas? Buah itu memiliki rasa manih asam dan berwarna merah terang. Buah itu berbuah di atas pohon, ketika matang dan tidak ada seorang pun yang memetikanya, buah itu akan jatuh karena terlalu matang. Begitu jatuh dan menyentuh tanah, cairan dan daging buah yang berwarna merah mengkilap meledak berhamburan ke mana-mana.
Saat ini, bayangan yang kudapatkan tentang kondisi pemukul mengingatkanku pada pemandangan mengerikan ketika buah delima jatuh dari atas pohon.

Kimia
Kelas A, Natsukawa Shunpei, MATI
Vs
Kelas F, Himeji Mizuki, 437 poin

“Perempuan… itu… dia… iblis…”

Berdiri di samping Syokanju yang terlihat sangat terluka, Botak-senpai terjatuh pingsan sambil kejang-kejang karena kesakitan. Melihatnya seperti ini… aku jadi merasa sangat kasihan.
Setelah makan siang, semuanya akan kembali sehat, ya kan? Tapi Syokanju Botak-senpai tetap bertahan dengan kondisi mengerikan hingga lenyap tertiup angin.

“Ano… Akihisa-kun, lemparanku tadi bagus tidak?”

Akhirnya Himeji-san membuka matanya. Karena dia terus menutup matanya dia tidak sempat menyaksikan peristiwa buah delima. Mungkin itu yang terbaik.

“Yaah… itu tadi tepat sasaran, lemparan yang bagus…”

Tapi, ada emosi dalam diriku yang mencegahku merasa senang.

“Pemukul selanjutnya.”

Wasit memanggil pemukul selanjutnya dengan nada dingin.
Di bangku pemain kelas 3-A, semua orang di sana terlihat sedang menundukkan kepala mereka, tidak berani menatap mata wasit.

“HEHE!! KELAS 3 PENGECUT!!”

Aku tidak tahu dari mana hinaan itu datang.
Hmm… aku rasa bukan cuma kelas 3 saja yang takut.

“SENSEI! KAMI KEHABISAN PEMAIN CADANGAN!!”

Kelas 3-A melaporkan kalau mereka kehabisan pemain cadangan. Karena selain baseball, ada juga perlombaan lain yang diadakan, makanya hanya ada 2 pemain cadangan. Jadinya gimana? Apa dia bakalan suruh murid yang tidak terdaftar untuk ikut?
Tiba-tiba aku teringat peraturan turnamen baseball Syokanju. Yuuji menambahkan peraturan ‘Setiap pemain diwajibkan untuk menyerahkan daftar pemain. Murid yang tidak terdaftar dalam daftar pemain dilarang mengikuti pertandingan’. Si sialan itu bikin peraturan buat situasi seperti ini…?

“Tidak cukup? Kalau begitu… pemain yang sudah siap langsung maju. Yang lain buruan ambil tes remedial.”

Wasit langsung membuat keputusan dingin. Itu terdengar masuk akal, tapi bukannya itu berarti semua pemain yang mengambil tes remedial harus menghadapi lemparan maut Himeji-san ‘lagi’…?

“Oke, jadi sekarang pemukul—kelima, buruan maju. Pemain yang gugur segera ambil tes remedial.”

“““KELAS 3-A MENGUNDURKAN DIRI!!!”””

Dengan begitu, dengan 4 pemain gugur dan daya serang 200%, pelempar kelas F, Himeji Mizuki, menjadi legenda di festival olahraga.

<<Prev                          Next>>

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]