Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 7 : Soal Ketujuh
Pilih simbol elemen yang
tepat berdasarkan ciri-ciri berikut!
‘Mn
O S Na I Pb Ne’
1. Ini memiliki struktur
kisi kristal. Ini akan bereaksi kuat dengan air untuk membentuk nyala
kekuningan.
2. Ia memiliki titik didih
184,26 derajat Celcius dan titik leleh 113,75 derajat Celcius. Bereaksi dengan
pati untuk membentuk senyawa biru.
3. Memiliki massa atom
relatif 54. Bahan oksida biasanya digunakan sebagai katalis untuk menguraikan
oksida menjadi oksigen dan air.
4. Unsur langka. Itu dalam
periode kedua. Dapat dicairkan dan digunakan sebagai pendingin.
Jawaban Himeji Mizuki
"1 - Na (Sodium), 2 - I
(Yodium), 3 - Mn (Mangan), 4 - Ne (Neon)"
Komentar guru
Jawaban yang benar. Setelah kamu
mengingat semua nama elemen ini, kamu bisa menjelaskan reaksi setiap elemen.
Jadi, kamu harus mengingat dasar-dasarnya.
Jawaban Shimada Minami
"Aku tidak mau jawab"
Komentar Guru
Ada apa? Sensei sangat sedih
karena kamu tidak ingin menjawab soal tes. Sensei selalu berpikir bahwa
Shimada-san adalah gadis pekerja keras. Sensei kecewa kamu tidak mau menjawab
pertanyaan ini. Sensei mengerti jika kamu tidak tahu jawabannya, tapi itu bukan
alasan. Sebelum kita berbicara soal belajar, kamu memiliki masalah besar dengan
sikapmu. Jika kamu tidak memperbaiki ini sekarang, itu akan sulit bagimu ketika
kamu pergi ke masyarakat.
Jawaban Tsuchiya Kouta
"1 - Na (ナ), 2
- I (イ),
3 - Mn (ム), 4 - Ne (ネ)"
[Naimune-tidak ada dada]
Komentar Guru
Sensei benar-benar harus meminta
maaf ke Shimada-san.
***
Meski ini hanya salah satu
dari jadwal pertandingan di festival olahraga, acara yang paling penting bagi
kami adalah pertandingan baseball. Sebelum pertandingan final hidup dan mati,
kami semua berkumpul di bangku pemain di dekat base 1 sambil memeriksa urutan
pemukul.
“Jadi, Kinoshita yang
ketiga. Mata pelajaran pertama adalah kimia, bukan?”
“Mn. Selain kimia, mata
pelajaranku yang lain sangat parah, jadi ini urutan memukul yang bagus bagiku.”
Kali ini, lawan kami adalah
tim guru. Karena mereka jauh lebih tua, kemampuan atletik dan pengambilan
keputusan mereka pasti sudah menurun jauh dari saat masa muda mereka, tapi skor
mereka yang membuat mereka menjadi lawan yang sangat berat. Itu sebabnya kami
mngecek ulang struktur pertahanan kami dan memastikan rencana kami untuk nanti.
“Tidak masalah kalau Yuuji
pemukul kedelapan?”
“…Skor sejarah dan bahasa
inggrisku lumayan bagus.”
Jawab Yuuji dengan singkat.
Sepertinya dia tidak terlihat senang sekarang, mungkin dia sedang banyak
pikiran.
“Benarkah… mau bagaimana
lagi kalau Yuuji marah, tapi jangan bawa emosi pribadi ke pertandingan ini.”
Kucoba menenangkan Yuuji
sebelum pertandingan. Tiba-tiba, aku merasa seseorang menarik-narik lengan
bajuku. Siapa itu?
(Ano, Akihisa-kun…)
(Hm? Himeji-san? Ada apa?)
(Pas Akihisa-kun bisa ‘mau
bagaimana lagi’, apa itu karena kamu merasa aneh kalau Sakamoto-kun marah?)
Himeji-san merendahkan
suaranya supaya Yuuji tidak bisa dengar.
Meski dia menanyai
pendapatku…
(Tidak juga. Cuma dari yang
kutahu, sekalipun Kirishima-san marah ke Yuuji, itu tidak akan merubah apapun…)
Kesimpulannya, aku mendukung
Kirishima-san dari pada Yuuji, tapi ini tidak bisa diselesaikan dengan cara
seperti itu.
(Aku pikir Sakamoto-kun
membalas seperti itu karena apa yang dikatakan Shouko-chan, jadi itu tidak
sepenuhnya salah Sakamoto-kun, tapi…)
Nada suara Himeji-san
terdengar sedikit sedih.
(Tapi kalau dia sudah
tenang, aku harap Sakamoto-kun meminta maaf ke Shouko-chan, atau Shouko-chan
akan sangat sedih.)
Setelah mengatakan itu,
Himeji-san menatap ke bawah.
Sepertinya Himeji-san
mendukung Kirishima-san sepenuhnya, tapi aku memahami perasaan Yuuji… Uuu… apa
pola pikir laki-laki berbeda dengan perempuan di situasi seperti ini?
“Sekarang kita akan memulai
pertandingan baseball guru vs murid, seluruh peserta silakan berbaris.” Kata wasit.
“Oi, berhenti ngobrol. Sudah
waktunya, Akihisa.”
“Ah, oke.”
Pokoknya, aku akan abaikan
urusan ini sekarang, semua orang, termasuk pemain cadangan berjalan menuju
tengah-tengah arena sambil berbaris. Para guru juga berjalan santai ke base 3,
dan berbaris menghadap kami.
“PERTANDINGAN DIMULAI!”
““““Yoroshiku
onegaisimas!”””
Setelah saling menghormat,
kami berjalan ke posisi bertahan.
Di pertandingan ini, kami
akan melempar duluan dan memukul kemudian, jadi aku berdiri di gundukan
pelempar. Mata pelajaran pertama adalah kimia. Aku pelempar dan Yuuji
penangkap.
1. Pemukul
pertama : Penjaga base 3, Kondou Yoshimune
2. Pemukul
kedua : Penjaga sisi kiri, Yokomizo Koji
3. Pemukul
ketiga : Penjaga base 1, Kinoshita Hideyoshi
4. Pemukul
keempat : Penjaga base 2, Shimada Minami
5. Pemukul
kelima : Penjaga area tengah, Sugawa Ryo
6. Pemukul
keenam : Penjaga atas, Fukumura Kohei
7. Pemukul
ketujuh : Pelempar, Yoshii Akihisa
8. Pemukul
kedelapan : Penangkap, Sakamoto Yuuji
9. Pemukul
kesembilan : Penjaga sisi kanan, Himeji Mizuki
Pemain cadangan : Kimishima
Hiroshi dan Tsuchiya Kouta (Muttsurini)
Setelah memanggil Syokanju,
aku tinggal menunggu lawan muncul.
“Baseball, ya… sudah 20
tahun tidak bermain – Summon.”
Pemukul pertama tim guru,
Fuse-sensei melangkah ke kotak pemukul dan memanggil Syokanju miliknya.
Guru kimia, Fuse Fumihiro,
Kimia, 501 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa,
Kimia, 57 poin
Meski sudah diduga, bukannya
perbedaan skor ini terlalu jauh! Kalau sensei mengenainya, bola lemparanku
bakalan melayang jauh keluar lapangan.
Baru awal pertandingan, tapi
aku sudah menghadapi lawan yang mengerikan. Sekarang apa yang harus kulakukan…
Berdiri di gundukan pelempar
sambil menunggu instruksi Yuuji. Kami tidak bisa menggunakan bola melengkung,
jadi Yuuji hanya bisa memberikan instruksi arah bola dan kecepatan lemparan.
(Sudut luar, rendah, lambat.)
Karena para guru yang
mengadakan seluruh acara olahraga, mereka hanya main dengan kami ketika waktunya
pertandingan. Dengan kata lain, ini adalah pertandingan pertama mereka. Yuuji
pikir kalau mereka akan membiarkan bola pertama lewat, ini sudah diduga.
Aku mengangguk sedikit dan
melempar bola pertama. sudut luar, rendah dan lambat…!
“STRIKE!”
Fuse-sensei sama sekali
tidak bergeming. Sudah diduga, dia mengamati bola dengan serius. Para guru
tidak bermain baseball begitu sering, sudah pasti mereka bersikap waspada.
(Sudut dalam, tinggi, pelan)
Yuuji memberikan instruksi
selanjutnya. Apa dia berniat melihat reaksi lawan?
Kuayunkan tanganku
lebar-lebar dan melempar bola kedua.
“…”
“BALL!”
Fuse-sensei terlihat sedikit
bergerak, tapi dia tidak mengayunkan pemukulnya. Dengan begini 1 ball 1 strike.
(Sudut rendah pojok, cepat)
Ini lemparan ketiga, dan
lawan pasti akan mencoba memukul sekarang. Aku harus hati-hati dengan lemparan
kali ini.
Kuayunkan tanganku
lebar-lebar dan melempar bola sekuat mungkin. Makan nih, Fuse-Sensei! Ini
adalah kekuatan kelas F kami…--!
“Kamu lempar bola kemana?”
Sial, aku lempar terlalu
kuat.
Lemparanku lurus menuju zona
strike, gawat, kalau begini lemparanku bakalan kena pukul.
“U!? Oh, eh…”
Begitu melihat bola,
Fuse-sensei terlihat kehilangan keseimbangan dan mengayunkan pemukul. Aneh
sekali? Apa yang terjadi?
Bola menyentuh pemukul dan
langsung melambung ke udara. Sangat mengejutkan, cuma kesenggol sedikit, bola
langsung melesat dengan kuat, tapi akung pukulannya tidak sempurna.
“OUT!”
Pada akhirnya, bola
melambung ke atas dan mendarat di sarung tangan penjaga sisi kiri. Kami berhasil
menyingkirkan pemukul pertama dengan aman. Tadi itu benar0benar membuatku
ketakutan, tapi untuk saja berakhir bagus.
“Yare yare… aku jadi gugup
gara-gara lemparannya tiba-tiba mudah…”
Fuse-sensei cekikikan ketika
kembali ke bangku pemain. Begitu, karena lemparanku menjadi mudah dipukul
berbeda dari yang dia kira, Fuse-sensei jadi terkejut dan panik. Mungkin ini
cuma keberuntungan, tapi bisa menghadapi guru kimia di babak kimia adalah
permulaan yang bagus.
“Aku pemukul selanjutnya.
Summon.”
Kali ini suara pria muda.
Ini bukan suara Takeuchi-sensei yang sering mengajar di kelas kami, akan tetapi
guru sejarah modern kelas 2, Terai-sensei.
Guru Sejarah Modern, Terai
Shinsuke, Kimia, 211 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa,
Kimia, 57 poin
211 poin? Aku kira karena
dia guru sejaran modern, dia tidak pkamui di kimia. Tapi, setidaknya dia
setingkat dengan kelas A.
(Paling rendah, cepat)
Aku mengangguk ke instruksi
Yuuji, memastikan kali ini tidak gagal. Jalur lemparan – Locked On. Giama
dengan ini?
“…Ha!”
KAN! Dengan suara hantaman,
bola melesat begitu rendah sampai hampir menyentuh tanah. Melesat ke cela base
pertama dan kedua. Kuh…! Dia langsung bermain…!
“Kupikir aku berhasil
memukul bola tepat di tengah. Sepertinya ini berbeda dari baseball yang asli.”
Terai-sensei senyum canggung
setelah berdiri di base pertama. ngomong-ngomong, kudengar Terai-sensei dulu
main baseball di sekolah… mungkin sebaiknya kuberi Ball saja?
Sekarang, 1 out 1 di base
pertama, dan pemukul ketiga adalah—
“Mari bersenang-senang.”
Wanita berbakat diluar
tingkatan kami, Takahashi Yoko-sensei, masuk ke lapangan. Hari ini, dia tidak
pakai jas kantoran, tapi seragam olahraga yang cocok untuk acara hari ini. Kali
ini dia terlihat baik dan mudah didekati.
“Yoshii-kun, berikan aku
lemparan mudah – summon.”
Takahasi-sensei biasanya
tidak akan mengajak kami bicara, jadi ini adalah pengalaman yang berharga dan
langka. Ngomong-ngomong, terakhir kami bicara dengannya ketika peristiwa
mengintip kelas 2. Setelah dipikir-pikir, aku rasa acara ini bertujuan untuk
meningkatkan ikatan antara murid dan guru, tapi sebenarnya – SIAPAPUN TOLONG
AKU!!!
Koordinator guru, Takahasi
Yoko, Kimia, 801 poin
VS
Kelas F, Yoshii Akihisa,
Kimia, 57 poin
“““GUHOOOO!!!”””
Aku nggak perlu menengok
kebelakang, semua orang di tim bertahan pasti teriak terkejut begitu melihat
skor. 800 poin!! Apa-apaan ini orang? Kenapa skor dia lebih tinggi dari guru
yang mengajar kimia!!
(Kita tidak akan bisa
melawannya. Kirim dia ke base.)
Yuuji mengirim pesan lewat
matanya supaya mengirim dia ke base. Tentu saja, aku setuju dengan
keputusannya. Bagaimana mungkin aku bisa menang melawan skor mengerikan seperti
dengan skorku sendiri? Terpaksa kami harus mengirim dia ke base. Jadi,
begitulah. Semua lawan kami pasti merasakan hal yang sama ketika mereka
menghadapi Himeji-san – Hm?
“Aneh, ada apa ini…”
Syokanju Takahasi-sensei
yang sedang berdiri di kotak pemukul terlihat ada yang salah. Aku tahu dia
kikuk, tapi bukan itu saja… ah! Cara dia pegang pemukul salah. Tangan kanan
yang seharusnya di atas tangan kiri malah tertukar posisinya. Kalau begitu…
(Ayo hadapi dia, Yuuji.
Sepertinya Takahashi-sensei tidak bisa berbaim baseball.)
Kusuruh Yuuji periksa tangan
Takahashi-sensei dengan mataku. Setelah kupanggil, Yuuji sadar posisi tangan
Takahashi-sensei salah, dan langsung mengubah posisi sarung tangannya.
“Takahashi-sensei, posisi
tangan Kamu salah. Kamu tidak akan bisa memukul dengan baik kalau seperti itu.”
“Ah, benar… terima kasih
sudah mengingatkan, Nishimura-sensei.”
Sudah bersiap, Tetsujin
ngasih saran ke Takahashi-sensei dan dia langsung memperbaiki posisi tangannya.
Sekarang dia memegang pemukul dengan benar, tapi itu membuktikan kalau
Takahashi-sensei tidak bisa bermain baseball. Kalau begitu, tidak mustahil
mengeluarkan dia dari permainan.
(Sudut luar, tinggi, cepat)
Begitu menyadari posisi
tangan dan tingkah laku Takahashi-sensei ketika memegang pemukul, Yuuji sedikit
mengubah posisi sarung tangan. Pancing dia dengan bola… aku pikir sensei tidak
bisa bermain baseball, jadi ada baiknya kalau biarkan sensei mangayunkan
pemukul dan meleset.
Kuikuti arahan Yuuji dan
bersiap melempar. Begitu kulempar
“Hmm, begini?”
Takahashi-sensei tiba-tiba
mengganti postur memegang pemukulnya lagi.
“STRIKE!”
Begitu aku melempar bola ke
luar zona strike, Takahashi-sensei tidak memukul bola yang melesar ke sarung
tangan Yuuji. Apa dia mencoba bunt…?
Un… (gaya memukul dengan membiarkan bola menghantam pemukul tanpa
mengayunkannya)
(Biarkan dia kalau mau bunt. Lempar lagi yang sama.)
Yuuji melempar kembali bola
dan memberikan instruksi. Yuuji benar. Kalau Takahashi-sensei mau pakai bunt buat mendapatkan base, kami tinggal
lempar keluar lagi. Alasannya sederhana. Pemukul selanjutnya adalah pemukul
keempat, dan guru dengan nilai sangat tinggi. Kami akan buat dia jalan ke base.
Dengan kata lain, pelari di base pertama dipaksa jalan ke base 2. Dengan 1
orang out, keputusan yang bagus untuk membiarkan sensei bunuh diri.
Aku bersiap melempar lalu
melempar dengan kuat. Benarkah, apa sensei terlali naif? Bunt di situasi seperti ini, itu terlihat seperti dia sudah
menyerah. Kalau kupikir-pikir—
“Tunggu! Bukan begitu!”
Lawan tidak pernah bermain
baseball dan salah satu guru! Bagaimana mungkin dia begitu naif sampai membuat
kami percaya! Bahkan aku bisa membacanya, dia pasti tahu itu…!
Tapi ketika aku sadar, itu
sudah terlambat. Tanpa sadar, bola lemparanku melesat ke depan pemukul.
“Ke sini, seperti ini…”
DONK! Suara keras mengingang
di telinga. Takahashi-sensei tidak mengganti posisinya, tapi—
“Drag-Bunt?”
Bunt
adalah bunt, tapi ini drag-bunt. Itu berbeda dari bunt bunuh diri. Itu untuk mencetak
angka. Sialan! Jadi itu rencana dia!
Bola melambung rendah
melematiku dan penjaga base ketiga. Gawat!
Ketika aku hampir menyerah,
dewa mengirim bantuan.
“Serahkan padaku!’
“Fukumura-kun!? Syukurlah!”
Bola melompat-lompat menuju
penjaga atas Fukumura-kun.
Fukumura-kun memasang sarung
tangan di depan bersiap menangkap bola. Sekarang, Fukumura-kun tinggal
menangkap bola dan melemparnya ke base pertama.
“GUAAAAAAAAH!”
“““KENAPA BISA GITU!!!”””
Syokanju Fukumura-kun
terpental bersamaan dengan bola.
Tunggu, tunggu dulu! Apa
yang sebenarnya terjadi? Tadi itu cuma bunt
biasa! bola tidak kena di tengah. Lalu bagaimana mungkin itu punya kekuatan
sampai syokanju ikutan terpental!
“TAKAHASHI-SENSEI, KAMU BISA
LANGSUNG KE BASE 2!”
Seseorang diantara para guru
berteriak. Syokanju Fukumura-kun dan bola terpental ke tengah lapangan luar,
dan berguling-guling. Sialan, Takahashi-sensei dapat base kedua!
“Base 2? Oke!”
Takahashi-sensei mengangguk
dengan tenang.
Kemudian, Syokanju-nya
berlari ke base 2, langsung ke base 2, bahkan melewat gundukan pelempar
tempatku berdiri.
“““Ha…?”””
Termasuk Terai-sensei di
base pertama, semua orang menganga lebar.
“…Out.”
Wasit mengeluarkan
Takahashi-sensei. Peraturan baseball mengharuskan pelari untuk berlari di jalur
yang sudah dibuat, dan tidak boleh ke base kedua tanpa melewati base pertama.
sepertinya Takahashi-sensei tidak paham peraturan baseball sama sekali.
“Takahashi-sensei… Kamu out,
tolong kembali ke bangku…”
“Eh, kenapa?”
“Pokoknya, begitu…”
Mata di balik kacamatanya
menyipit, tapi Syokanju Takahashi-sensei hanya bisa berjalan kembali ke bangku
pemain. Tadi Himeji-san sekarang Takahashi-sensei… mereka jago belajar tapi
kenapa mereka tidak paham peraturan olahraga...
“Um… Sensei, sensei out.”
“Eh?”
Tanpa sadar, Terai-sensei,
yang sedang berdiri melongo di antara base 1 dan base 2, kena out. Ketika semua
orang sedang terkejut, Sugawa-kun memungut bola yang menggelinding dan
melakukan penyelamatan yang heroic, tapi… ada apa dengan situasi tidak
bersemangat ini?
Koordinator guru, Takahashi
Yoko, Kimia, 801 poin
Vs
Kelas F, Fukumura Kohei,
Kimia, GUGUR.
Dan Syokanju Fukumura-kun
dipanggil ke hadapan sang pencipta.
***
“Aku pergi dulu.”
“Kami serahkan semua padamu,
Kondou-kun.”
“Serahkan padaku. Akan
kubuat home run.”
Pemukul pertama kami adalah
kondou-kun, yang sudah bersiap di posisi. Pertengahan babak ini tetap
menggunakan kimia sebagai mata pelajaran. Pelempar adalah Fuse-sensei, Tetsujin
penangkap. Dan Takahashi-sensei, koordinator guru menjaga sisi kanan lapangn.
Mereka tidak memperbolehkan dia melempar. Kelembutan Takahashi-sensei saat ini
bagaikan Himeji-san kami.
“Mungkin kita bisa punya
kesempatan kalau bola melambung ke kanan lapangan.”
Kataku ke Yuuji di
sebelahku. Kalau bola menuju Takahashi-sensei, mungkin dia bakalan membuat
kesalahan.
“Ah, mungkin.”
Jawab Yuuji singkat.
Sepertinya moodnya sama sekali tidak berubah.
“Bagaimana pertandingan ini
akan berakhir…”
Gumamku.
Seperti rencana—
“STRIKE!””
--Yang kudengar,--
“STRIKE DUA!”
--kesempatan kami menang—
“STRIKE TIGA! STRIKEOUT!”
--Akan ditentukan di babak
akihr. Bagi Yuuji—
“STRIKE!”
--Pertempuran kami sekarang—
“STRIKE TWO!”
--Sama sekali tidak penting—
“STRIKE THREE! STRIKEOUT!”
--Tapi bagaimnapun juga—
“STRIKE!”
--Karena kelas kami di tim
penyerang—
“STRIKE TWO!”
--kami harus memberikan
semangat pada mereka.
“STRIKE THREE! STRIKEOUT!”
Oh, waktunya bertahan. Ayo.
Kondou-kun, Yokomizo-kun dan
Hideyoshi kena strike tiga kali berturut-turut. Dibandingkan dengan pertengahan
babak pertama, giliran kami tampaknya berakhir begitu saja...
Kelas F kembali berjaga di
lapangan saat kami semua berdiri di posisi yang telah ditentukan. Di babak ini,
mata pelajaran yang dipakai adalah sejarah dunia, dan aku yang jadi pemukul.
Sejak turnamen Syokanju terakhir, sejarah Jepang dan sejarah dunia telah
menjadi keahlianku. Aku pikir aku pasti bisa bermain dengan baik di babak ini.
"Baiklah, ayo! Tidak
akan kubiarkan kalian mencetak skor semudah itu."
Aku berdiri di atas gundukan
pelempar dan menunggu pemukul berikutnya. Baiklah, siapa selanjutnya?
"Kamu benar-benar
percaya diri, Yoshii."
Te, Tetsujin... apa yang
terjadi? Semangatku langsung mereda dalam sekejap... ah, terpaksa. Yang paling
menakutkan dari Tetsujin bukan nilainya, tapi kemampuan atletiknya. Selain itu,
karena dia mengajar kelas F kami, tidak mungkin otaknya bisa--
Guru Redemial, Nishimura
Sochi, Sejarah Dunia, 741 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa, 121
poin.
(Kirim dia ke base.)
(Oke, Yuuji.)
Aku langsung tahu apa yang
dipikirkan Yuuji tanpa melihatnya. Menghadapi monster seperti itu, hanya orang
bodoh yang akan menantangnya secara jujur.
Yuuji memasang sarung tangan
di luar strikezone. Eh? Dia tidak berdiri? Apa dia berpikir untuk membiarkan
Tetsujin berpikir kalau itu adalah foul ball tapi ingin aku mencetak strike?
Atau dia malas bangun?
Ada ribuan tkamu tanya di
atas kepalaku, tapi aku tetap melempar bola sesuai arahan Yuuji.
Setelah bola dilempar,
Tetsujin mengerutkan kening, tapi dia tidak mengayunkan pemukulnya.
"BALL!"
Begitu wasit menyatakan
ball, Yuuji melempar bolanya kepadaku tanpa berkata-kata.
Melihatnya sikapnya itu,
Tetsujin bergumam dengan suara kasar.
"...Apa itu instruksi
darimu, Sakamoto?"
"Benar. Masalah?"
Setelah menjawab Tetsujin,
Yuuji meletakkan sarung tangan di tempat yang sama lagi.
"Begitu..."
Tetsujin bergumam tidak
senang dan kembali menatapku. Apa yang Tetsujin maksud? Apa dia kesal karena
kami berniat mengirimnya ke base?
"Aku pikir kalian tidak
bisa belajar, tapi setidaknya kalian tahu apa yang harus dilakukan dalam
situasi seperti ini... sepertinya aku berhasil mendidik kalian."
"Eh? Apa yang kamu
katakan? Kami hanya mengirimmu ke base? Itu biasa dalam permainan. Apa kamu
pikir kami tidak tahu?"
"Tidak, aku tidak
bicara soal mengirimku ke base... dengarkan, Sakamoto, sebagai seorang guru,
ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."
Mengabaikan Yuuji dan Tetsujin
yang sedang ngobrol, kulempar bola ke sarung tangan Yuuji. Aku cuma perlu
mengirimnya ke base. Tidak peduli kalau mereka mengobrolin apa, toh aku tetap
saja akan melempar bola.
"--TIDAK PEDULI APA PUN
YANG TERJADI, KALAU KALIAN INGIN MELAKUKANNYA, LAKUKAN DENGAN BENAR!"
KLANG!! Dengan nada nyaring,
bola yang melesat ke sarung tangan menghilang. Bagaimana mungkin? Apa Tetsujin
baru saja memukul bola?
Dalam sekejap mata, bola
menghilang dari pkamunganku. Tubuhku tidak bisa mengejar bola itu. Bola yang
dipukul barusan sudah menghilang dari arena pertandingan.
"HO... HOMERUN!!!"
"...Cih!"
Syokanju Tetsujin dengan
santai berlari melewati semua base. Kami ceroboh...! Kalau kami ingin mengirim
lawan ke base, seharusnya kusuruh Yuuji berdiri meski merepotkan dan melempar
bola ke tempat yang tidak mungkin bisa dipukul...!
"Kuh…"
Berdiri di gundukan
pelempar, aku dengan jelas mendengar Yuuji menggigit bibirnya dan terlihat
sangat kesal. Benar-benar, ini tidak seperti dia yang biasanya. Tetsujin tidak
perlu menceramahi dia; Yuuji adalah oranga yang tidak akan gegabah ketika
saatnya untuk bertindak, tapi dia benar-benar bertingkah aneh ssat ini. Ini
bukan Yuuji yang aku kenal.
Melihat ini, aku harus
bicara.
"Time!"
Aku segera meminta timeout
ke wasit, dan turun dari gundukan pelempar menuju ke posisi Yuuji.
"...Apa, Akihisa? Kamu
mau memarahiku sekarang?"
Yuuji memelototiku dengan
sedih dan berbicara di hadapanku.
"Mn, kurasa."
"Keh, kamu tidak harus
mengatakannya. Aku tahu itu."
Yuuji menjawabku dengan nada
kesal.
Sepertinya Yuuji sendiri
mengerti kalau dia tidak fokus pada pertandingan. Ketika kami harus mengirim
Tetsujin ke base, atau ketika menghadapi Takahashi-sensei, Yuuji biasanya akan
langsung tahu kalau cara Takahashi-sensei memegang pemukul salah, dan dia akan
menyimpulkan kalau dia akan melakukan drag bunt. Bagaimana bisa orang yang
selalu menyadari hal kecil seperti itu tidak sadar meski aku menyadarinya?
"Aku tidak akan bawel
kalau kamu mengerti. Kita menghadapi lawan yang tidak bisa kita kalahkan hanya
dengan asal-asal."
"Cukup mengomelnya.
Kalau sudah selesai kembalilah ke gundukan. Pertandingan masih berjalan."
Setelah mengatakan itu, aku
tidak ingin berbicara lagi dan berbalik kembali ke posisi pelempar.
Tapim meskipun aku berkata
begitu,
"Aku menyuruhnya
konsentrasi, tapi jelas banget kalau Yuuji sangat marah..."
Sejujurnya, aku rasa aku
hanya memberinya satu masalah besar lagi.
Yare yare... kalau tuh orang
tetap seperti ini, tidak mungkin kami bisa memenangkan pertandingan...
"PLAY!!"
Setelah aku kembali ke
gundukan, wasit menyatakan pertandingan berlanjut.
Saat ini, tidak ada yang out
dan tidak ada pelari di base. Sekarang, kami menghadapi pemukul ke-5, yaitu
Ooshima-sensei, guru Pendidikan Kesehatan.
"Jadi kita bermain
baseball dengan Syokanju melawan siswa alih-alih belajar... Summon."
Guru Pendidikan Kesehatan,
Ooshima Takeshi, Sejarah Dunia, 233 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa, 121
poin.
Jenis mata pelajaran ini
sebagian besar akan diadakan di luar ruangan, dan pendidikan kesehatan adalah
satu-satunya pelajaran yang kami ikuti di dalam kelas. Tapi apa-apaan dengan
skor itu? Lupakan kemampuan atletiknya, kami harus punya banyak nyali kalau
ingin menghadapinya.
(Pojok dalam, sangat rendah,
cepat.)
Instruksi Yuuji adalah
lemparan dalam yang biasanya lebih sulit untuk dipukul, dan menjaganya agar
tetap rendah akan mencegah bola melambung jauh. Ini mungkin tampak pasif, tapi
terpaksa.
Aku bersiap-siap ketika
mataku melihat sarung tangan Yuuji. Kemudian kulempar bola pertama.
KLANG
"FOUL!"
Bola yang terpukul melewati
base 3, melewati garis samping lapangan dan berhenti di rerumputan di sudut
lapangan. Mengayunkan pemukul tanpa banyak pikir, Ooshima-sensei benar-benar
percaya diri.
"Begitu. Jadi berbeda
dengan mengayunkannya sendiri."
Ooshima-sensei bergumam
pelan. Untung para guru hanya bermain satu kali. Kalau saja ini pertandingan
kedua dan mereka selesai pemanasan, ini bakalan menjadi pertandingan yang
sangat mengerikan.
Setelah menerima bola, aku
menunggu instruksi lemparan kedua dari Yuuji.
(Sudut di dalam, tinggi.)
Bola dalam lainnya. Yuuji
pasti berniat menggunakan peluang bagus ketika lawannya belum melakukan
pemanasan dan dengan sengaja melempar bola ke sudut dalam yang merupakan titik
paling sulit untuk dipukul.
Aku menganggukkan kepalaku
pada instruksi Yuuji dan bersiap untuk melempar. Kali ini, karena dia tidak menunjukkan
kecepatan bola, aku cuma perlu melemparnya seperti sebelumnya?
(--Slowball.)
"—Eh?"
Di saat aku mau melempar,
tiba-tiba dia memberi perintah begitu saja. Si idiot itu, kenapa sekarang...!
Begitu bola hampir
terlempar, aku mengubah gerakanku. Apa masih sempat... !?
Syokanju milikku melempar
bola dengan kikuk, dan bola perlahan-lahan terbang ke sarung tangan penangkap.
Adapun jalurnya — itu tidak ke arah yang diarahkan Yuuji! Bola lemparanku masuk
ke titik paling mudah untuk dipukul!
“—Uh!”
Syokanju Daishima-sensei
mengayunkan tongkat pemukul dengan keras, dan bola melayang tinggi ke udara.
Bola mendarat di pangkalan ke-3. Sepertinya bolanya terkena di bagian bawah
tongkat, itu sebabnya bola tidak melambung jauh.
"Aku dapat—eh!"
Syokanju Yokomizo-kun terus
mengejar bola dan akhirnya berhasil menangkapnya di sarung tangan. Jika tidak
ada masalah, pemukul akan keluar.
"..."
Tapi wasit tidak menyatakan
pemukul keluar. Mungkin dia menganggap aku melempar dengan dua pose. Meskipun
tidak ada pelari, tetap saja, aku melanggar aturan melempar.
Tapi Ooshima-sensei kembali
ke bangku pemain, bahkan mengatakan kepada wasit, "Anggap saja saat aku
out."
Apakah dia tidak terlalu
peduli karena ini masih di awal pertandingan? Sejujurnya, aku benar-benar tidak
suka sikap santai Ooshima-sensei — tapi kali ini dia membantu kami.
Yuuji si bangsat itu belum
pulih juga. Kemana perginya dia yang dipuji-puji sebagai orang yang paling
berani dalam mengambil keputusan?
(...Aku terlalu lambat
ngasih instruksi. Sorry.)
Yuuji mengernyit kesal, tapi
setidaknya dia mengerti dan meminta maaf.
Di situasi yang tidak stabil
ini, pertandingan berlanjut.
Sekarang, 2 out dan semua
base penuh. Setelah Hasegawa-sensei memukul bola dan out, dua orang memukul
bola dan mendapatkan base, dan 1 orang kubuat jalan ke base dan berakhir
seperti ini. Kami menjaga bola tetap rendah, tapi itu sudah cukup menyebabkan
krisis.
Dengan begitu, urutan
pemukul kembali ke urutan pertama, yaitu Fuse-sensei. Ini adalah kedua kalinya
dia berada di kotak pemukul, jadi dia seharusnya kurang lebih sudah terbiasa
mengendalikan Syokanju. Sekarang aku tidak bisa berharap dia akan membuat
kesalahan seperti terakhir kali.
Mungkin Hideyoshi melihat
kalau aku terlalu gugup, Hideyoshi melambaikan tangannya ke arahku, sepertinya
dia mencoba mengatakan sesuatu kepadaku. Apa dia menyuruhku untuk melemparkan
pickoff untuk menenangkan diri di situasi yang buruk ini?
Pelari di base pertama
sepertinya tidak akan mencuri base, jadi tidak perlu melemparnya, tapi untuk
mengulur waktu, kulempar bola ke Hideyoshi.
PAKN. Bola yang tidak
terlempar terlalu keras segera mendarat di sarung tangan Syokanju milik
Hideyoshi. Tentu saja, pelari di base pertama tidak out karena dia dengan
santai kembali ke base.
"SAVE!"
Teriak Wasit. Tentu saja,
aku tidak berpikir kalau aku bisa mengeluarkan orang ketiga tadi, dan aku cuma
melemparkan pickoff untuk menenangkan diri — setidaknya itu yang kupikirkan.
Tapi Hideyoshi tampak kesulitan entah kenapa. Hm? Apa? Apa bola lemparanku aneh
atau semacamnya.
"Time."
Hideyoshi memanggil wasit
dan meminta timeout, lalu berlari kecil bersama Syokanjunya ke arahku.
Kemungkinan besar, Hideyoshi ingin memberiku saran sambil mengembalikan bola
kepadaku.
"Hm? Hideyoshi, ada
apa? "
"Uu, sebenarnya—"
Hideyoshi mencondongkan
tubuhnya ke arahku seakan-akan ingin membisikkan sesuatu kepadaku. Di samping
kami, Syokanju kami juga berpose sama seperti kami.
"Sebenarnya apa?"
"Sebenarnya, setelah
pertandingan ini — aku ingin mandi."
"—Uu!"
Dalam sekejap, aku lupa
segalanya tentang baseball, dan imajinasiku mulai menjadi liar.
Hideyoshi ... ingin ...
mandi ...?
Kenapa dia mengatakan hal
seperti itu tiba-tiba? Apa tujuan Hideyoshi mengacaukan hatiku? Atau ada makna
yang lebih dalam tentang ini? Jangan-jangan itu ada hubungannya dengan payudara
Hideyoshi sedikit membesar?
“Aku hanya ingin mengatakan
itu. Maaf kalau aku mengganggu."
Tampaknya ada suatu maksud
tersembunyi ketika Hideyoshi memberiku senyum manis yang jahat sebelum kembali
ke posisi bertahannya, tapi aku tidak bisa menyingkirkan pikiran liar ini dari
pikiranku.
Aku tidak mengerti. Kenapa
Hideyoshi menyinggung soal mandi denganku? Apa yang harus kulakukan setelah
mendengar dia mengatakan itu? Apa aku harus menjaga Hideyoshi pas dia mandi?
"PLAY!"
Panggilan wasit untuk
melanjutkan pertandingan sampai ke telingaku.
Benar. Masih ada
pertandingan basesball. Saat ini, aku seharusnya tidak memikirkan kenapa
Hideyoshi tiba-tiba menyebutkan soal mandi. Aku perlu memikirkan bagaimana cara
melewati situasi berbahaya ini, dan mandi bersama Hideyoshi! Jika kami bisa
mengalahkan para guru, aku bisa tersenyum lega dan mandi bersama dengan
Hideyoshi. Tapi jika kami kalah dari para guru, aku harus menangis dan mandi
dengan Hideyoshi. AKU TIDAK MAU ITU!
"... Hmm, aku merasa
Akihisa-kun sedang mengeluarkan aura yang benar-benar jahat."
"... Aku juga tidak
tahu apa yang sedang terjadi, tapi melihatnya seperti ini membuatku benar-benar
marah."
Oke! Sekarang aku sangat
bersemangat. Pokoknya, sekarang aku harus mengeluarkan orang ke-3 — eh, tunggu,
aneh?
"Hm? Kemana bolanya
pergi?"
Tepat ketika aku hendak
melempar, aku sadar kalau Syokanju milikku tidak memegang bola. Aneh, pas
Hideyoshi datang ke gundukan bareng Syokanju miliknya, aku yakin dia membawa
bola... tapi apa aku menerima bolanya?
Aku mulai mencari-cari bola.
Tiba-tiba,
"Oke, sensei out."
"…Apa?"
Suara Hideyoshi terdengar
dari base pertama. Kena? Apa maksudnya?
Bola itu tidak ada padaku,
dan Hideyoshi yang menjaga base pertama masih memegang bola yang kucari-cari
tadi. Kemudian, Hideyoshi mengulurkan tangannya yang memakai sarung tangan dan
menyentuh pelari di base pertama yang agak jauh dari base dan siap lari. Apa
ini teknik bola tersembunyi yang terkenal itu?
“RUNNER OUT! TUKAR
POSISI!"
Wasit menyatakan tukar
posisi. Eh? Benarkah? Kami baru saja lolos dari setengah babak berbahaya ini?
"Bagus,
Kinoshita!"
"Trik menggunakan bola
tersembunyi itu sangat bagus!"
"…Kerja bagus."
"Setidaknya aku berguna
sekarang."
Setelah berjalan kembali ke
bangku, semua orang memuji Hideyoshi untuk triknya yang brilian. Dia
benar-benar menyelamatkan kami tadi. Beneran, aku pikir kami bakalan mati tadi.
Kalau begini—
"Aku bisa mandi bahagia
bersama Hideyoshi!"
"... Akihisa, ada apa
dengan otakmu yang kacau itu?"
Hideyoshi memberiku tatapan
'apa kepalamu sehat'. Hm? Sepertinya ada yang aneh.
"Eh? Tapi bukannya kamu
baru saja mengatakan di gundukan kalau kamu ingin mandi bersamaku,
Hideyoshi?"
"Apa yang kau
bicarakan? Aku tidak mengatakan itu tadi—"
Dia berhenti setengah jalan,
Hideyoshi tiba-tiba teringat sesuatu dan langsung ingat,
“Tidak, tunggu! Benar, aku
baru saja mengatakannya tadi! Tepat sekali! Mandi! Akihisa, kamu harus mandi
bersamaku di kamar mandi laki-laki — Kuu!"
"Ya ampun, Kinoshita,
bagaimana mungkin itu boleh? Kamar mandi dipisahkan berdasarkan jenis kelamin,
tahu.”
"Itu benar
Kinoshita-kun. Kalau kamu ingin mandi bareng teman-temanmu, kamu bisa mandi
bersama kami nanti.”
“Sh, Shimada, Himeji!?
Tenang dulu! Jangan bilang kalau kalian berpikir tidak ada salah aku mandi
dengan kalian."
Himeji-san dan Minami
memegangi kedua tangan Hideyoshi sambil tersenyum manis. Uu, benar. Bahkan aku
juga merasa bersalah kalau mandi bersama lawan jenis, dan itu tidak bisa
dimaafkan. Itu sama seperti ketika dia menyembunyikan bola tadi, Hideyoshi
hanya berckamu. Ya, ya, hanya lelucon. Aku tahu itu, aku tahu itu, aku tidak
merasa sangat kecewa...
"... Akihisa, ceritakan
secara spesifik tentang mandi barusan."
Tanpa sadar, Muttsurini
sudah berdiri disampingku sambil memegang alat perekam. Begitu sesuatu yang
mesum terjadi, penciuman dan gerakan orang ini sangat menakjubkan.
Uu, aku akan abaikan hal ini
seakan tidak pernah terjadi.
"Oke, waktunya kita
menyerang!'
"""OOOOOHHH!!"""
***
“Oke, semuanya. Saatnya kita
bertahan lagi. Lakukan yang terbaik."
"Oh..."
Itu cepat, sangat cepat.
Kenapa giliran kami berakhir dalam sekejap?
Tiga pemukul dengan cepat
gugur, dan sekarang bertukar posisi. Kami bahkan tidak bisa melihat bola,
apalagi memukulnya. Kami baru saja dibantai.
Kami menyerang di akhir
pertengahan setiap babak, dan saat babak kedua berakhir, itu menjadi setengah
pertama babak ketiga. Subjek berubah dari sejarah dunia menjadi biologi.
Pemukul pertama,
Fuse-sensei, berhasil memukul denga bagus, dan pemukul kedua Terai-sensei
berniat untuk melakukan pengorbanan, tapi tanpa diduga, itu berakhir jadi tidak
ada out dan pelari di base pertama dan kedua. Sebelum aku sadar, bahaya
mengintai di depan kami lagi.
Dan pemukul ketiga — adalah
dia lagi.
"Mohon
kemudahannya."
Wanita berbakat Wali
Angkatan — Takahashi Yoko-sensei berdiri lagi di kotak pemukul.
(Tidak perlu mengirimnya ke
pangkalan?)
(Tentu saja tidak.)
Jawaban Yuuji sudah kuduga.
Jika kami biarkan Takahashi-sensei ke base sekarang, kami harus menghadapi
Tetsujin dengan semua base penuh.
Takahashi-sensei menakutkan,
tapi giliran Tetsujin berikutnya bahkan lebih menakutkan. Dengan skor dan
kemampuan atletis yang anehnya, dia bukan seseorang yang bisa kami kalahkan,
sekeras apa pun kami berusaha.
"Aku akan memukulnya
dengan baik kali ini."
Takahashi-sensei memegangi
tongkat pemukul dengan pose yang rendah, dia bermaksud untuk bunt. Yah, dia
kelihatan seperti ingin memukul. Seseorang di antara para guru pasti telah
mengajarinya pose itu.
(Sudut luar, tinggi, bola
cepat.)
Yuji ingin aku melempar ke
titik terjauh dari jangkauan Syokanju Takahashi-sensei. Ini pasti keputusan
yang dibuat untuk melawan bunt sensei.
Kukerahkan semua kekuatanku
dan melempar bola sesuai dengan yang diarahkan Yuuji. Kalau dia belum siap, dia
pasti kesulitan memukul bola—
"Yah, seperti yang aku
harapkan."
""
—Apa?""
Tiba-tiba, Takahashi-sensei
mengulurkan tangannya. Sial! Aku dengan ceroboh berpikir kalau Takahashi-sensei
amatir dalam bisbol, tapi dia masih yang paling cerdas dari semua guru!
Ketika terlihat, bola yang
kulempar dengan sekuat tenaga terpukul dan terbang dengan sangat rendah.
“Tidak, JANGAN DATANG KE
SINI! JANGAN DATANG KE AAHHHHHHHH!!"
Syokanju Fukumura-kun sekali
lagi terbang dan berguling ke tengah lapangan. K-uh! Dia dikalahkan lagi!
“Takahashi-sensei! Lari
berurutan, mulai dari base pertama!”
Terdengar instruksi dari
para guru. Che! Mereka sangat cerewet!
"Mengerti. Aku tidak
akan membuat kesalahan yang sama dua kali. "
Syokanju Takahashi-sensei
berlari ke base pertama, base kedua dan base ketiga dengan kecepatan yang
sesuai dengan skornya. Sungguh menakjubkan melihat dia bisa secepat itu, sangat
cepat.
Dan karena dia terlalu
cepat—
"Takahashi-sensei...
out..."
"Kenapa?"
Dia berlari melewati pelari
lain di depannya karena dia terlalu cepat.
"""..."""
Semua orang yang melihat ini
kaget.
Dalam baseball, salah satu
aturan menyatakan bahwa pelari di belakang, jika tidak out, akan dikeluarkan
jika dia menyalip pelari di depannya. Intinya, dia akan keluar jika dia berlari
melewati pelari di depan.
Ya, yaah, aku bisa mengerti
kalau dia tidak tahu aturan baseball ini... em, mugnkin...? Aku pikir karena
SyokanjuTakahashi-sensei terlalu kuat sehingga terjadi tragedi seperti itu,
tapi itu keberuntungan bagi kami.
"Ngomong-ngomong, Kamu
out, Takahashi-sensei. Silakan kembali ke bangku. "
"Aku tidak bisa
menerimanya."
"Yah begitulah..."
Takahashi-sensei menyipitkan
matanya dengan sedih, tapi dia kembali ke bangku pemain dengan patuh. Yah,
pertandingan persahabatan ini membuatku tiba-tiba merasa jarakku dengan
Takahashi-sensei semakin pendek... dia benar-benar mirip kakakku dalam beberapa
hal.
"Eh... hai, sensei
kena. Hai, Shimada!”
"Eh?"
"(PA) OK — sensei juga
kena."
"Ah!"
Dua pelari lain yang terpana
oleh aksi Takahashi-sensei kena out oleh Sugawa-kun dan Minami. Yup, kami
berhasil dapat 3 out seperti ini...
"... 3 out,
ganti."
Wasit berseru dengan lemah
seolah-olah dia bergumam sendiri. Aku tidak bisa bilang kalau aku tidak
mengerti perasaannya. Mengeluarkan 3 orang seperti ini benar-benar tidak pernah
terdengar, jadi kuakira wasit merasa sangat lesu.
"Aku tidak percaya
Takahashi-sensei akan melakukan hal-hal yang konyol kaya tadi..."
"Sebenarnya, aku sangat
menghormati Takahashi-sensei..."
Fuse-sensei dan Terai-sensei
terlihat sedih ketika mereka kembali ke bangku pemain. Takahashi-sensei
biasanya pekerja keras, cerdas, dan berpengetahuan luas ketika berada di ruang
guru, jadi aku kira mereka agak terkejut melihat dia seperti ini.
“Pokoknya, kita berhasil
melewati krisis lain. Saatnya balas dendam sekarang! Siapa pemukul selanjutnya
— ha?"
"Ternyata kamu,
Akihisa."
Ah, oh ya. Jadi tanggung
jawabku benar-benar berat. Aku harus memenuhi harapan semua orang, apa pun yang
terjadi.
"...Aku sangat percaya
padamu, Sakamoto."
"Sakamoto, kami hanya
bisa menyerahkan semua harapan kami padamu."
"Tolong cetak
homerun."
Untuk beberapa alasan, teman
sekelasku mulai menyerukan dukungan mereka ke pemukul setelahku.
“Apa semua orang melakukan
itu supaya aku tertekanan?”
""... Ah ...yah,
bisa dibilang begitu ... Pokoknya, Yoshii ... ""
“LUPAKAN ITU! AKU TIDAK
BUTUH DUKUNGAN SEPERTI INI!"
Cara semua orang menunjukkan
harapan mereka padaku membuatku tidak bisa menyembunyikan ekspresi kekecewaan
diwajahku. Bahkan hatiku menangis sekarang.
"Yah ... Akihisa-kun,
tolong lakukan yang terbaik!"
Tiba-tiba, aku mendengar
suara malaikat menyembuhku.
"Ya, Himeji-san...!
Terima kasih! Aku akan melakukan yang terbaik!"
"Ya, aku akan
mendukungmu!"
"Oke! Aku harus
dapatkan base! Itu akan menjadi hadiahku untuk Himeji-san!"
Sudah waktunya untuk
menunjukkan sisi jantanku. Aku harus menunjukkan sisi kerenku supaya semua
orang berpikir lebih baik tentangku. Aku pergi ke kotak pemukul dengan percaya
diri dan melihat lawan melemparkan bola tepat di tengah-tengah penglihatanku.
"TERKENA
LEMPARAN!"
“GYYYAHHH !!!!!
TANGAANKUUUUU! TANGAN KIRIKU MATI RASAAAAAAAAAAA!! AAAHHHHHH!"
"Ma, maaf Yoshii-kun...
Ada sedikit masalah dengan kekuatan yang kugunakan barusan."
Tepat ketika aku bersikap
percaya diri, lawan malah ngasih lemparan buruk... itu lemparan buruk, tapi
kenapa terasa sangat menyakitkan!!
"Ya, yah... Akihisa-kun
mengatakan kalau dia akan menghadiahkan ini untukku, tapi bagaimana aku
menerimanya..."
"Mizuki, abaikan saja
dia dan salahkan dia karena berusaha bersikap keren."
"Ha, oke ..."
"Uu... aku ingin pamer,
tapi aku malah mempermalukan diriku sendiri..."
Susah payah kutarik tubuhku
yang sakit luar biasa ke base pertama. Syokanju milikku sepertinya baru saja
melarikan diri dari gerbang neraka.
Tapi meski begitu, aku
berhasil sampai di base, dan tanpa ada yang out. Sangat tepat kalau ini
dibilang kesempatan terbaik kami. Aku hanya harus menunggu pemukul berikutnya
tampil dengan baik.
"Baiklah,
giliranku."
Pemukul berikutnya, Yuuji
memasuk ke kotak pemukul. Dengan skor Yuuji dan kemampuan atletiknya, mungkin kami
bisa memimpin setengah babak ini.
Guru kimia, Fuse Fumihiro,
Biologi, 269 poin
Vs
Kelas F, Sakamoto Yuuji, Biologi,
188 poin.
Meskipun biologi adalah
subjek yang digunakan dalam babak ini, pelempar masih Fuse-sensei, guru Kimia,
karena hanya ada satu guru Biologi yang cukup bebas untuk berada di sini dan
mengawasi pertandingan. Fuse-sensei, yang mengambil alih sebagai pelempar,
memiliki skor yang lebih baik dari Yuuji, tapi dengan kemampuan atletik dan
refleks Yuuji sendiri, pertarungan ini layak ditonton. Aku harus bersiap-siap dan
langsung lari begitu Yuuji memukul bola.
"Aku harus
berhati-hati, jangan sampai salah sasar..."
Syokanju Fuse-sensei
bersiap-siap untuk melempar dan melempaskan bola dari tangannya. Bola berada
tepat di tengah dengan kecepatan biasa. Mungkin dia dengan sengaja
mengendalikan kekuatan pada bola karena lemparannya sudah memakan korban. Kalau
begitu... ini peluang bagus!
"—Uu."
Yuuji melihat bola lewat - tapi
dia tidak mengayun.
"STRIKE!"
Pada akhirnya, lawan
mendapat awal yang bagus. Mungkin Yuuji tidak memukul bola karena dia sedang
memikirkan sesuatu, atau dia melewatkan kesempatan.
Tepat ketika aku sedang
bertanya-tanya, Fuse-sensei kemudian melempar bola kedua. Kali ini sudut luar
rendah. Tampaknya bola nyaris tidak bisa masuk ke strikezone. Bagaimana caranya
berurusan dengan bola ini?
"Sial!"
Barusan, Yuuji gemetar, tapi
kali ini, dia benar-benar mengayunkan tongkatnya.
Kang! Yang bergema bukan
suara nyaring dan bola bergulir ke depan pelempar. Si tolol itu! Dia tidak
memukul dengan benar karena dia ragu-ragu!
Si pelempar mengambil bola
yang bergulir dan melemparkannya langsung ke base kedua. Sial! Aku tidak bisa sempai
tepat waktu!
"OUT!"
Bola sudah mendarat di
sarung tangan pejaga base kedua bahkan sebelum Syokanjuku berhasil sampai ke
sana, kemudian penjaga base kedua melemparkan bola ke base pertama.
"OUT!"
Yuuji out, dan dalam sekejap
mata, dua orang out. Ini adalah kesempatan langka, dan sialnya, kami tidak bisa
memanfaatkannya dengan baik.
"SIAL!"
Setelah kami kembali ke
bangku, aku mendengar Yuuji berteriak kesal.
Aku bawa Syokanjuku kembali
ke bangku, kemudian Minami mencondongkan tubuh ke arahku.
(Aki, apa yang salah dengan
Sakamoto?)
Minami menatap Yuuji dengan
khawatir dan berbisik kepadaku dengan rendah. Ngomong-ngomong, tadi Minami sedang
sibuk berusaha meyakinkan Hideyoshi untuk memakai kostum pemandu sorak, jadi
dia tidak melihat Yuuji bertengkar dengan Kirishima-san.
(Dia sedang sedikit bertengkar
dengan Kirishima-san...)
(Fu... jadi sesuatu terjadi...)
Aku tidak menjelaskannya lebih
detil ke Minami, tapi sepertinya dia menangkap sesuatu. Mungkin dia merasa tidak
baik ikut campur masalah pribadi seperti itu karenanya dia tidak bertanya lagi
dan kembali ke duduk.
“STRIKE THREE! BATTER OUT! TUKAR
POSISI!!"
"Uu... maafkan aku..."
Saat aku sedang berbicara
dengan Minami, Himeji-san out dan kembali. Sama seperti sebelumnya, sekali lagi
kami bertukar posisi.
Babak ketiga berakhir, dan
kami kalah 0-1. Kami baru saja kalah satu poin, tapi pertandingan ini pada
dasarnya adalah pembantaian!
Aku merasa sudah waktunya
untuk melakukan serangan balik seperti biasa, tapi yang paling penting adalah
Yuuji masih badmood...
Sepertinya kami bisa hanya
menyerah. Selain itu, mencoba mengalahkan para guru pada dasarnya sama seperti
bermimpi. Sekarang, aku harus melakukan sesuatu untuk menghibur Yuuji.
"Yuuji,
perasaanmu—"
"Ahh?"
Sebelum aku selesai, Yuuji
memelototiku dengan marah. Sepertinya batinnya masih mengamuk.
"Dasar... Yuuji, kamu
harus lebih dewasa! Kirishima-san kadang-kadang juga marah.”
“APA YANG KAMU MAKSUD DENGAN
KESAL! AKU TIDAK NGERTI SAMA SEKALI!"
Sepertinya aku barusan
menyiram bensin ke api, karena amarah Yuuji makin membesar.
Dia mengepalkan tinjunya dan
gemetar karena marah.
“ITU HANYA KERTAS TIDAK
BERGUNA! KENAPA AKU TIDAK BOLEH MARAH!”
Baiklah, kita lanjut lagi.
Berapa kali dia berteriak hari ini? Tidak akan pernah beres kalau seperti ini.
Yare yare, dasar, kamu ini...
tepat ketika aku menghela nafas—
"Eh? Yang kamu maksud
adalah kertas?"
Himeji-san memiringkan
kepalanya, bingung. Aneh sekali, apa dia tahu apa yang disita dari Kirishima-san?
"Ada apa, Himeji? Apa kamu
akan menceramahiku dan memberi tahu aku untuk tidak memperlakukan dokumen
penting orang lain seperti sampah?"
Meskipun dia tidak marah pada
Himeji-san, Yuuji terdengar sangat tidak ramah.
Himeji-san menatap Yuuji
dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan,
"Tidak, bukan itu. Aku
tidak berbicara tentang itu... kertas yang baru saja kamu sebutkan... berbeda
dari apa yang aku dengar..."
Eh? Berbeda dari yang dia
dengar? Apa yang berbeda?
Kali ini, Yuuji dan aku memiliki
tanda tanya di atas kepala kami.
"Apa maksudmu dengan
itu, Himeji-san—"
"Um... aku dengar kalau
yang disita dari Shouko-chan adalah hiasan kepala gaun pernikahan yang dia
dapatkan dari Sakamoto-kun di Taman Impian Kisaragi..."
""…Ha?""
Untuk beberapa alasan,
bahkan aku balas bertanya ketika mendengar kata-katanya.
Hiasan kepala gaun pernikahan.
Dia bicara soal hiasan kepala gaun pernikahan... bukannya itu selembar kain
tipis yang menutupi wajah saat mengenakan gaun pengantin. Bukannya itu dikenakan
dengan gaun pengantin ketika pengantin wanita akan menikah? Berbicara tentang Taman
Impian Kisaragi, apa itu yang dari percobaan pernikahan? Apa sertifikat
pernikahannya yang disita?
Dengan kepala kami yang
penuh tanda tanya, Himeji-san terus menjelaskan.
"Shouko-chan pernah bercerita
kepadaku dengan bahagia kalau Sakamoto-kun memberikan itu padanya setelah dia
ditertawakan di depan umum. Itu adalah hiasan kepala gaun pernikahan yang penuh
kenangan yang penting.”
“Ah, aku juga ingat itu. Dia
bahkan tampak bahagia pas dia menceritakan itu waktu kami bersama. Itu
meninggalkan kesan mendalam pada aku. Jadi hiasan kepala itu yang disita...
tidak heran dia terlihat sangat terkejut."
Berdiri di samping kami,
Minami menunduk dengan simpati.
"" ...
"" Setelah mendengar fakta dari mulut Himeji-san, Yuuji dan aku tidak
bisa mengatakan satu hal pun.
Itu satu-satunya mimpi milik
Kirishima-san sejak kecil. Pasti menyakitkan baginya mendengar begitu banyak
orang mengejeknya seperti itu. Tapi,
"‘Tapi, aku tidak akan
menertawakan mimpimu’..."
Ketika Yuuji mengatakan hal
seperti itu, itu akan menjadi kenangan terpenting dalam hidupnya.
"Jadi aku merasa itu
terlalu berlebihan ketika Sakamoto-kun mengatakan bahwa hiasan kepala itu
sesuatu yang 'tidak berharga'."
Tidak heran Kirishima-san sangat
terkejut setelah mendengar kata-kata itu, karena Yuuji sama sekali tidak peduli
dengan hiasan kepala itu. Yuuji mengatakan bahwa 'Aku tidak akan menertawakan
mimpimu', tapi kata-katanya yang kejam mengejek mimpi Kirishima-san.
"Jika itu Shouko-chan,
dia seharusnya bisa mendapatkan hiasan kepala itu kembali jika dia menjelaskan
kepada para guru dengan benar..."
Himeji-san dan Minami
melihat ke bawah dengan simpati. Para guru tidak akan mengejek kisah
Kirishima-san. Semua orang tahu itu, tapi meskipun begitu — dia takut akan
peluang satu dari sejuta kemungkinan.
Pikiranku teringat dengan kata-kata
Yuuji.
Benda itu.
Sampah tak berguna itu.
Aku akan membuangnya.
Mimpi yang selalu dia simpan
begitu berharga telah dihina oleh Yuuji seperti itu. Kata-kata itu terdengar
sangat kejam bagi Kirishima-san.
"... Yuuji... apa yang
telah kamu lakukan..."
Meski ini tidak ada
hubungannya denganku, bahkan aku ingin menutupi wajahku dan mendesah. Tidak
heran Himeji-san mendukung Kirishima-san.
"Sakamoto-kun... itu
hadiah yang kamu berikan pada Shouko-chan. Kamu tidak tahu itu disita...?
"
"... Aku benar-benar
tidak tahu."
Yuuji menjawab dengan lirih
dan jujur.
Pokoknya, Yuuji yang salah.
Kirishima-san pikir kalau Yuuji tahu apa itu karena Yuuji yang memberikannya
padanya. Itu sebabnya dia tidak bisa menerima kalau itu adalah sesuatu yang
'tidak berharga'.
"..."
Baru sekarang kita semua
menyadari bahwa kita memikirkan hal-hal yang berbeda.
Tidak ada yang bisa
disalahkan karena semua orang salah. Tapi jika ada pihak yang patut merasa dikasihani,
itu adalah Kirishima-san. Meskipun dia tidak tahu apa yang sedang terjadi,
Yuuji menyakitinya. Karena itu, Yuuji menunjukkan ekspresi terkejut ketika dia
menyadari semuanya.
Mencoba membangunkan orang
yang sedang melamun, aku sengaja mengeraskan suaraku dan bertanya kepadanya,
“Oke, Yuuji, apa yang akan
kamu lakukan? Jika ini terus berlanjut, kita tidak bisa mendapatkan kembali
barang-barang yang disita itu. "
Jika kami kalah dalam pertandingan
ini, kami tidak akan bisa mendapatkan barang yang disita, baik barang berharga
kami atau kenangan seseorang.
“Apa lagi yang bisa kita
lakukan lakukan... kita hanya bisa bertahan dengan baik dan mendapatkan poin untuk
memenangkan pertandingan."
Tapi, dia sama sekali tidak
punya rencana. Sepertinya pikiran Yuuji masih tidak bisa bergerak.
"Meski begitu, Yuuji, pemukul
berikutnya adalah Tetsujin. Kita harus memikirkan sesuatu atau babak ini tidak
akan mudah. "
Yang dari tadi tetap diam, kini
Hideyoshi bergabung dalam percakapan. Seperti yang dikatakan Hideyoshi, urutan
pemukul berikutnya adalah Tetsujin dan ini yang kedua kalinya. Jika kami
menggunakan taktik yang sama, para guru pasti akan mencetak angka. Selain itu,
kami tidak bisa berharap para guru membuat kesalahan sekarang.
Aku melirik Yuuji. Kali ini,
si idiot itu mencoba menggerakkan otaknya dan memikirkan cara untuk melewati babak
berikutnya.
--Ini pertama kalinya aku
melihatnya begitu serius sejak aku mengenalnya.
"..."
Karena dia tidak bersikap
normal sampai sekarang, Yuuji baru mulai memikirkan sebuah rencana.
Dasar, karena orang ini bisa
menunjukkan ekspresi seperti itu... sepertinya kali ini aku harus membantunya.
"Yuuji."
"...Ada apa,
Akihisa?"
Yuuji mendongak. Aku
mengarahkan jariku ke diriku sendiri dan ke Yuuji sambil berkata,
"Ganti posisi."
"""...
Eh?"""
Mendengar kata-kataku, semua
orang memberi aku tatapan ‘apa yang orang ini pikirkan’, tapi di antara mereka,
Yuuji adalah satu-satunya yang menyadari arti dibalik saran itu. Dia menatap
lurus ke mataku dan bertanya,
"…Kamu bisa melakukannya?"
Kata-kata Yuuji lebih
seperti konfirmasi daripada pertanyaan.
Kamu nanya itu di saat
seperti ini?
"Ayo kita coba. Kita
tidak boleh kalah di pertandingan ini, kan?"
"…Ya."
Mendengar jawabanku, Yuuji
menyeringai.
"Apa yang terjadi,
Akihisa? Tidak apa-apa kalau Yuuji yang jadi pelempar, tapi siapa yang menjadi penangkap
di kelas kita? Apa yang kamu maksud adalah Himeji?"
"Haha, Hideyoshi, apa
yang kamu bicarakan? Bagaimana aku bisa membiarkan Himeji-san melakukan tugas
yang begitu sulit?"
Penangkap memiliki banyak
hal yang harus dihadapi. Terlalu kejam untuk membiarkan Himeji-san menanggung
beban ini.
"Kalau begitu, siapa
yang bisa menangkap lemparan Yuuji?"
"Ya. Di sini, masih ada
satu orang yang bisa menjadi penangkap."
Itu mudah. Jika aku tidak
ingin dikeluarkan dari pertandingan karena aku tidak memiliki poin, aku hanya
perlu menangkap setiap lemparan. Di depan tubuhku, tepat di tengah-tengah
sarung tangan. Aku hanya perlu menangkap setiap lemparan tanpa menimbulkan
cedera pada tubuhku. Hanya sesederhana itu. Dan satu-satunya orang dengan
tingkat kontrol seperti itu... hanya aku.
"Ayo, Yuuji. Akan
kutangkap setiap lemparanmu! "
“Oke, Akihisa. Jangan
menyesal karena kamu mengucapkan kata-kata itu. Syokanjumu akan terbang jika kamu
tidak menangkap lemparanku."
Sekarang pertengahan pertama
babak keempat. Pertandingan yang sebenarnya dimulai sekarang.
***
"PLAY!"
Pertandingan dimulai lagi.
Yuuji pelempar dan aku penangkapnya. Kami menghadapi pemukul keempat Tetsujin.
(Tepat di tengah. Aku akan
melemparnya lurus.)
(Mengerti.)
Aku menyiapkan sarung
tanganku pada posisi yang ditunjuk Yuuji melalui kontak mata. Bola pertama akan
menjadi lemparan tepat di tengah. Ini langkah yang berani bagi seseorang yang
melangkah untuk pertama kalinya.
Syokanju Yuuji bersiap untuk
melempar dan melempar bola pertama dengan sekuat tenaga.
PAM! Sarung tangan
mengeluarkan suara renyah, ditambah lengan dan pundakku terasa pindah posisi akibat
lemparannya. Sakit banget gila-! Bajingan itu menyerangku dengan tanpa menahan
diri!
Kelas F, Sakamoto Yuuji, Bahasa
Inggris, 281 poin
Vs
Kelas F, Yoshii Akihisa, Bahasa
Inggris, 75 poin
Aku menangkap bola dari
depan, tapi masih terkena cidera. Sepertinya aku harus mengerahkan lebih banyak
kekuatan dan menangkap bola tepat di tengah sarung tangan dengan lebih mulus.
Konsentrasi. Aku harus berkonsentrasi dan menangkap setiap lemparan yang Yuuji
lempar supaya tidak mencegah terluka.
"STRIKE!"
Wasit ragu-ragu sejenak
sebelum membuat keputusan.
Tetsujin bahkan tidak bisa
bereaksi terhadap lemparan Yuuji. Tentu saja, karena sudah terbiasa dengan lemparan
lemahku, bahkan mata Tetsujin tidak bisa mengikuti bola cepat itu.
"Lemparan yang
bagus."
"Tentu saja."
Aku melempar bolanya kembali
ke Yuuji dan memberikan pujian padanya. Aku melihat Yuuji menyeringai. Sungguh,
orang ini sama sekali tidak lucu bahkan ketika aku memberinya pujian yang sangat
jarang kulakukan.
(Tepat di tengah. Lurus. Aku
akan lempar sekarang.)
Saat menangkap bola, Yuuji
memberiku sinyal itu melalui kontak mata. Si bajingan ini... dia akan melempar
tanpa jeda?
Dengan panik aku langsung menyiapkan
sarung tanganku.
Yuuji menangkap bola, dan
tanpa memberikan sinyal tangan seperti biasa, dia tiba-tiba melebarkan
tangannya dan melempar ke arahku.
Bola melesat dan dalam
sekejap dampak lemparannya terhantar ke tubuhku lagi.
"S... STRIKE!"
Aku melemparkan bola kembali
ke Yuuji dan memperingatkannya dengan mataku,
(Itu berbahaya! Apa yang
akan terjadi jika aku tidak bisa menangkapnya!)
Aku berhasil menangkapnya, tapi
lemparan tadi itu benar-benar berbahaya. Kalau aku tidak hati-hati, Syokanjuku
bisa berakhir di daftar korban perang, dan mungkin tidak bisa melanjutkan
pertandingan lagi.
Tapi, itu Yuuji,
(Berhenti mengoceh. Bukannya
kamu sendiri yang bilang kamu akan menangkap setiap lemparanku?)
Yuuji memberi respon seperti
itu dengan matanya.
…Si bajingan itu…! Sombong
banget! Skorku cukup jauh dari Yuuji, tapi kontrol syokanjuku pasti lebih baik
dari dia! Tunggu dan lihat saja!
Mungkin pikiranku sampai ke
Yuuji, karena dia langsung bersiap untuk melempar bola tanpa menunggu jawabanku.
Arah bola kali ini adalah —
karena ini dia, aku bisa tahu tanpa melihat.
“Baiklah, sensei. Aku minta maaf
karena begitu keras kepala... karena banyak hal terjadi hari ini."
BTS vol 07 293c.jpg
Syokanju Yuuji melempar bola
ketiga.
Detik berikutnya, bola terbang
dengan kecepatan yang sangat tinggi dan berakhir tepat di tengah-tengah sarung
tanganku. Aku berhasil menangkapnya dengan baik, tapi dampaknya membuat lenganku
mati rasa.
"STRIKE THREE, BATTER
OUT!"
Sekarang, tiga lemparan dan
tiga strike, dan kami berhasil mendapatkan out pertama kami.
"Mulai sekarang, kalian
tidak akan mendapatkan satupun poin dari kami!"
Inilah kemampuan kami yang
sebenarnya ketika kami bertarung, dan itu artinya para guru tidak akan kami
beri kesempatan memukul bola lagi!
mantul min. lanjutkeun (kalo senggang aja)
ReplyDelete