Baka to Tesuto to Syokanju, Bahasa Indonesia, Volume 7 : Soal Kedelapan


Baca cerita berikut ini dan pilih pernyataan yang salah dari pilihan yang diberikan.

Jim dan Della adalah sepasang suami istri muda. Meskipun mereka miskin, mereka masih saling mencintai.
Jim memiliki sebuah harta. Itu adalah jam saku emas warisan keluarganya. Dan harta Della adalah rambut indahnya.
Natal hampir tiba, dan Della ingin membelikan hadiah untuk suami tercintanya. Dia memotong rambutnya yang indah dengan sukarela dan menjualnya ke toko rambut palsu. Kemudian menggunakan uang yang didapat dari menjual rambutnya untuk membeli rantai platinum agar Jim dapat menggantung jam saku emasnya.
Ketika Jim kembali ke rumah, dia melihat Della dengan rambut pendek... dia tidak marah, kaget, tidak bahagia atau takut, tapi bingung karena hadiah yang dia beli untuk Della adalah sisir rambut cantik yang selalu diinginkan Della.

(1) Della tidak bisa menggunakan barang yang dibelinya.
(2) Jim merasa senang karena memahami perasaan Della untuknya.
(3) Della yang awalnya cantik tampak jelek sekarang karena rambutnya dipotong pendek, dan Jim merasa itu sangat diakungkan.
(4) Jim sudah menjual jam saku emasnya, dan hadiah yang Della beli untuknya tidak dapat digunakan.

Jawaban Kirishima Shouko:
(3)

Komentar guru:
Benar. Ini adalah kisah terkenal tentang Natal. Hadiah yang diterima oleh suami dan istri untuk satu sama lain tidak dapat digunakan, tapi mereka saling memahami perasaan satu sama lain. Ini adalah kisah yang mengharukan, dan sensei berharap para siswa dapat memiliki keluarga mereka sendiri yang indah di masa depan.

Jawaban Kudou Aiko
(3) * Rambut pendek juga imut!

Komentar guru
Jawabannya benar, tetapi sensei merasa pemahamanmu sedikit berbeda.

Pokoknya, yang diperintahkan adalah 'pilih pernyataan yang salah', jadi (3) adalah jawaban yang benar.

Jawaban Sugawa Ryo
(Ku)risumasu(Natal) seharusnya menjadi perayaan kelahiran Yesus Kristus. CERITA INI SALAH KARENA ISINYA CUMA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI YANG SALING BERTUKAR HADIAH SAMBIL BERMESARAAN DI SUASANA YANG MENJIJIKAN!!

Komentar guru
Tidak ada opsi (Ku).

***

“SEMUANYA! DENGARKAN! KITA HANYA PUNYA DUA KESEMPATAN! KITA HARUS MENDAPATKAN POIN DAN HARTA KITA KEMBALI! ”

““““OOOHHHHH!!!""""

“SKOR KITA MEMANG JELEK DIBANDINGKAN MEREKA, TAPI KEMAMPUAN ATLETIK KITA PASTI TIDAK AKAN KALAH! KITA HARUS TUNJUKKAN PADA MEREKA KEKUATAN MASA MUDA!”

““““OOOHHHHH!!!””””

“TUNJUKKAN SEMUA KEMAMPUAN KITA SEKARANG! JADI… BANTU AKU SEBISA KALIAN! KITA AKAN REBUT HARTA KITA KEMBALI! MOTTO KITA ADALAH--"

“““DAPATKAN KEMBALI BUKU PORNO!!!”””

“WAKTUNYA PEMBALASAN! AYO!!”

“““OOOOOOOHHHH!!!”””

Ketika Yuuji meneriakkan orasinya di depan semua orang seperti biasa, semua jadi sangat bersemangat. Akhirnya Yuuji melakukan tugasnya. Sepertinya sekarang dia siap untuk menunjukkan kemampuannya yang sebenarnya.

"KONDOU, YOKOMIZO, HIDEYOSHI!"

Yuuji memanggil pemukul pertama, kedua dan ketiga, dan ketiga orang yang dipanggil berjalan ke Yuuji bersamaan.

“Sekarang waktunya untuk melaksanakan rencana kita. Kalian tahu kalau kita tidak bisa menang kalau kita terus seperti ini. Bahkan jika kita berhasil mendapatkan base atau terkena lemparan, tidak mungkin kita akan mendapatkan poin dari mereka. "

Kami berhasil bertahan dengan cukup baik sampai sekarang, tapi kemampuan menyerang kami sangat menyedihkan. Yuuji benar. Bahkan jika kami berhasil mencapai base entah gimana caranya, kami tidak yakin kalau kami bisa kembali ke base awal dan mendapatkan poin dari mereka.

“Jadi sekarang, satu-satunya cara adalah bertaruh pada rencana ini. Aku ingin kalian semua mengulur waktu selama mungkin.”

"Mn, dimengerti."

"Demi buku po — demi buku referensi kita, aku akan mengulur waktu selama mungkin bagaimanapun caranya."

"Tapi kali ini kita tidak boleh gagal."

Mereka bertiga menganggukkan kepala dan setuju untuk mengambil bagian dalam operasi ini. Ini adalah kesempatan langka bagi mereka untuk membuktikan diri mereka, jadi tentu saja mereka ingin memberikan hasil yang luar biasa, itu sebabnya mereka menyetujui taktik penundaan. Setiap kali ini terjadi, aku selalu merasa kalau mereka adalah anggota kelas F sejati.

"Buku porno, buku porno, buku porno, buku porno, buku porno..."

"Bantal, foto baju renang, tirai kamar mandi..."

... Mereka benar-benar anggota kelas F.

"PLAY!"

Pemukul akan berusaha untuk menunda permainan tanpa melanggar aturan, itu sebabnya masing-masing dari mereka akan memakai teknik bunt. Sepertinya Yuuji ingin mereka mendapatkan foul untuk mengulur waktu sebanyak-banyaknya.

"Apakah kamu siap, Yuuji?"

"Tentu saja. Aku sudah memberikan instruksi kepada mereka. Sekarang kita hanya perlu menunggu waktunya tiba.”

"Begitu? Kalau begitu kita hanya bisa berdoa supaya mereka bertiga bisa menunda waktu selama mungkin. "

"Ya."

Aku bertukar kata dengan Yuuji sambil berdoa di dalam hati dan melihat situasi di lapangan. Lawan kami adalah para guru. Aku bahkan tidak tahu apakah kami bisa menunda waktu.


"STRIKE! BATTER OUT!"

"Ugh...!"


Begitu sadar, aku melihat Kondou-kun dipaksa keluar. Bahkan setelah berusaha mati-matian, dia berakhir dengan 3 lemparan.

Pemukul berikutnya Yokomizo-kun berjuang sekuat tenaga, tapi lawan berhasil melempar fastball yang sempurna ke beberapa titik yang bagus, dan akhirnya dia keluar. Kini Hideyoshi satu-satunya yang tersisa di babak ini.

Tapi, peluang kami — masih belum tiba juga.

"Kira-kira sudah waktunya..."

"Sedikit lagi. Sebentar lagi mereka akan mulai. Lakukan yang terbaik, Hideyoshi..."


"FOUL BALL!"


Tepat ketika kami membicarakannya, pertandingan berlanjut. Hideyoshi terus mengayunkan tongkat pemukulnya mencoba mengenai fastball yang dilempar guru.

Sekarang, jam di dinding sekolah menunjukkan pukul 14.28. Waktu terasa berlalu begitu lambat karena tidak ada jarum detiknya.

"Sial. Kalau saja dia melempar 4 ball..."

"Dari kepribadiannya, aku pikir dia akan melempar dengan hati-hati."

Pelempar babak ini adalah guru Bahasa Inggris, Yamada-sensei. Meskipun lemparannya tidak begitu cepat, kontrolnya lumayan bagus. Kalau begini, aku rasa kami tidak bisa mengharapkan 4 ball.

"Menurutmu Hideyoshi bisa memukulnya?"

"Yah, mungkin tapi tidak begitu. Selain itu, penjaga tengah dan base kedua adalah Terai dan Ooshima.”

Terai-sensei masih muda dan pernah bermain baseball sebelumnya, dan yang lainnya adalah guru olahraga Ooshima-sensei. Kami tidak mungkin mengalahkan mereka dengan kemampuan kami sekalipun kami berusaha sekuat tenaga. Selain itu, lawan tidak mungkin akan melempar 4 balls, jadi kami hanya bisa berdoa agar Hideyoshi melakukan yang terbaik dan bertahan...


"FOUL BALL!"


Aku tidak tahu ini foul keberapa, tapi hasil sekarang 1 ball dan 2 strike. Kami tidak boleh melakukan kesalahan. Tapi, dengan lemparan sebanyak itu, konsentrasi Hideyoshi kemungkinan sekarang sudah sampai batasnya.

"Belum, masih belum..."

"Bertahanlah, bertahanlah, Hideyoshi..."

Aku bisa merasakan rasa cemas menjalar di punggungku, tapi karena kami hanya menonton pertandingan, satu-satunya hal yang bisa kami lakukan adalah berdoa.


KLANG!

"FOUL!"


Setiap kali bola dilempar, keringat dingin keluar dari punggungku. Di situasi seperti ini, tidak aneh kalau Hideyoshi kena out sekarang.

Telapak tanganku yang terkepal erat-erat basah karena keringat ketika aku duduk sambil membungkukkan tubuhku, dan berharap waktu berlalu dengan cepat.

"…Sudah waktunya."

Tiba-tiba, Muttsurini bergumam.

"Huh!!"

Yuuji terkejut dan berbalik, menatap pengeras suara yang tergantung di gedung sekolah.


"... Zzu... zu..."


Suara statis dari pengeras suara terdengar sampai ke telinga kami.

"MEREKA SUDAH MULAI?"

Yuuji berteriak kegirangan.

Detik berikutnya, siaran audio terdengar ke seluruh arena olahraga.


“Sekarang, lomba meminjam akan dimulai di lapangan utama. Semua peserta, harap menuju lapangan— ”


"""AKHIRNYA!!!"""


Semua orang berteriak berbarengan.

Setelah itu, Hideyoshi gagal dan keluar lapangan. Sekarang, waktunya bertukar posisi, tapi meskipun begitu... kami berhasil mencapai tujuan kami!

"Yare yare... sepertinya aku berhasil."

"Ahh! Hideyoshi! Kerja bagus! Kalian juga, Kondou dan Yokomizo!”

Menepuk pundak Hideyoshi begitu dia kembali ke bangku, Yuuji tampak sangat bahagia. Ini saat-saat yang kami tunggu!


"Eh? Ada apa dengan mereka? Mereka dapat 3 out, tapi mereka malah kelihatan sangat senang.”

"Um, siapa yang tahu."

"Anak-anak itu pasti merencanakan sesuatu."


Beberapa guru heran dengan reaksi kami. Memang benar kalau kesempatan kami menyerang telah gagal, tapi ini adalah rencana untuk babak kami berikutnya. Kami fokus pada babak terakhir dan kami harus menggunakan babak terakhir itu untuk menang!

"Yoshii, Sakamoto. Aku tidak tahu apa yang kalian rencanakan, tapi buruan masuk ke lapangan!"

Tetsujin menghampiri kami dan menyuruh kami untuk bergegas.

"Kami tahu, tapi tunggu dulu."

“Apa lagi yang kalian tunggu?"

“Aku pikir mereka akan segera datang."

Aku tersenyum ke Tetsujin yang tidak mengerti apa-apa dan melihat sekeliling. Seperti yang diharapkan, beberapa orang berlari ke arah kami. Mereka datang! Anggota kelas F kami!

“Apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka berlari begitu cepat—”

Tetsujin menatap ketiga siswa yang datang berlari kemari dan kebingungan. Tiba-tiba, seorang siswa berteriak ke guru pengawas yang berada di lapangan baseball.


“Endou-sensei! Kami ikut lomba meminjam! Maaf, tapi tolong ikut dengan kami!"

"Eh? Tapi aku harus mengawasi pertandingan ini!”

"Tolong ikut dengan kami!"

"Tapi-"

"Tidak ada tapi-tapian! Lomba ini jauh lebih penting daripada turnamen baseball!"

"""—E?"""


Aku bisa melihat beberapa guru melotot karena terkejut. Benar, acara ini sudah direncanakan sebelumnya. Pertandingan baseball ini hanya untuk mempererat hubungan, dan acara lainnya merupakan prioritas.


“Ah, baiklah… sensei maaf. Aku harus pergi dulu."

"Cepat, sensei!"


Guru yang bertanggung jawab mengawasi pertandingan ini, Endou-sensei, diseret keluar lapangan.


"Mau bagaimana lagi. Guru di bangku cadangan harus—“


“Funakoshi-sensei! Tolong ikut dengan kami!"

"Tolong, Takenaka-sensei!"


Dua guru lain di bangku cadangan dipanggil, dan yang memanggil mereka adalah anggota kelas F kami juga. Dengan begitu, para guru tidak memiliki pemain cadangan lagi.

"Sakamoto, ini rencanamu, kan?”

"Eh, kenapa begitu?"

"Berhenti main-main. Semua yang datang ke sini cuma kelas F!"

"Haha, itu cuma kebetulan!"

Tentu saja tidak. Setelah mengetahui susunan guru yang ikut pertandingan, Yuuji sudah menyuruh teman sekelas kami untuk meminjam beberapa guru. Aku rasa kertas yang mereka dapat pasti sama sekali berbeda dari apa yang mereka pinjam.

"Tetsujin, tidak ada guru lain yang tersisa sekarang, kau tahu."

“Terpaksa kalau begitu. Aku akan minta ke guru pengawas babak sebelumnya. "

"Itu akan melanggar peraturan. Aturan sudah diputuskan bahwa 'Mata pelajaran yang sama tidak dapat digunakan dua kali'. Apa kamu lupa?"

"Lalu apa yang kamu ingin aku lakukan? Tidak ada lagi guru yang bisa bertindak sebagai pengawas, dan tidak bisa menggunakan guru mana pun yang sudah menjadi pengawas babak sebelumnya. Apa kamu ingin kami bermain dengan 8 pemain?"

Mata tajam Tetsujin menatap wajah kami berdua. Dia pasti berpikir kalau kami akan menggunakan trik ini untuk membuat pertandingan jadi tidak adil. Tidak, tidak, siapa yang ingin melakukan hal merepotkan seperti itu? Selain itu, kami juga tidak akan mendapat manfaat apa pun kalau seperti itu.

"Tet— Nishimura-sensei, ada subjek lain yang bisa digunakan untuk memutuskan ini, bukan?"

"Apa yang kamu katakan, Yoshii. Para guru yang mampu mengawasi sudah diambil.”

"Tidak. Maksudku, sekalipun guru pengawas dibawa pergi, ada mata pelajaran lain yang bisa membuat kita terus bermain."

Ini adalah rencana yang Yuuji buat dari awal. Menggunakan aturan pertandingan untuk mengendalikan pertandingan ini, cara kami untuk menang.

"Untuk babak ke-5, kita akan menggunakan mata pelajaran olahraga— kami akan menang dengan kemampuan kami yang sebenarnya!"

Kami tidak akan bertanding dengan nilai ujian, tapi tubuh kami sendiri. Mata pelajaran olahraga adalah mata pelajaran lain yang perlu dipelajari siswa. Kami akan menggunakan pertandingan baseball ini untuk menghancurkan para guru.

“Baiklah, semuanya! Pakai sarung tangan kalian! Babak kelima tidak akan mudah!"

Yuuji merentangkan tangannya dan menunjuk ke sarung tangan yang kami pinjam dari klub baseball sebelumnya.

Dengan begitu, babak terakhir dimulai. Ini adalah satu-satunya pertandingan persahabatan guru-vs-siswa, dan sekarang pertandingan yang sebenarnya dimulai.

***

"OKE! WAKTUNYA BERAKSI!”

“"""UOOOOOHHHH!!!""""

Sekali lagi, aku yang jadi pelempar, dan Yuuji kembali menjadi penangkap. Lawan kami kali ini adalah pemukul ketujuh Hasegawa-sensei yang bermain untuk kedua kalinya. Aku sangat takut sampai beberapa waktu yang lalu, tapi sekarang, aku tidak takut sama sekali.

(Sudut luar, tinggi, melengkung)

Aku melempar bola sesuai dengan arahan Yuuji. Meskipun kemampuan melemparku pada tingkat biasa, tapi cukup untuk berurusan dengan guru yang kurang atletis!

"Ugh..."


"STRIKE!"


Hasegawa-sensei hanya berdiri bengong ketika bola melesat ke sarung tangan penangkap. Dengan begini, kami berhasil memimpin.

(Rendah. Lurus.)

Sedikit mengangguk, kulempar bola ke tengah bawah. Sekarang, aku sudah memojokkan Hasegawa-sensei.

(Pojok bagian dalam. Rendah. Bola lambat.)

Ini adalah bola yang sangat licik dari Yuuji. Aku sedikit nyengir dan melempar bola lambat sesuai dengan instruksinya.

"O, oh tidak."

Timing hancur karena bola lambat, Hasegawa-sensei membungkuk rendah tetapi gagal mengenai bola.


"STRIKE!"


Kami dapat satu out. Ujiie-sensei berikutnya, dan setelah itu Yamada-sensei.

Yuuji dan aku mencampurkan beberapa bola lambat untuk mengacaukan irama permainan lawan. Campuran licik ini berhasil menjatuhkan Ujiie-sensei dan Yamada-sensei dengan sangat cepat.


“BATTER OUT! TUKAR POSISI!"


Wasit menyerukan tukar posisi.

"Untung kita tidak menghadapi Tetsujin atau Ooshima-sensei."

"Ya."

Aku kembali ke bangku pemain dan bicara dengan Hideyoshi di sebelahku. Untung kami tidak menghadapi Tetsujin atau Ooshima-sensei. Di pertandingan baseball asli, keduanya pasti akan jadi orang yang harus kami waspadai.

"Sebenarnya, aku berharap kita bisa meminjam mereka di lomba meminjam."

“Dibandingkan Endou-sensei. Tidak akan semudah itu meminjam Tetsujin dan Ooshima-sensei."

Hideyoshi benar. Keduanya tidak akan membiarkan kami menyeret mereka begitu mudah. Mungkin mereka bahkan akan meminta untuk melihat isi kertas mereka. Jika itu terjadi, kebohongan kami akan ketahuan. Pada akhirnya kami akan dipaksa menunjukkan isi kertas kami kalau terlalu rakus, dan itu akan menambah garam ke luka. Jadi kami harus mengambil sedikit risiko.

"Tampaknya Tetsujin dan Ooshima-sensei masih tidak mempercayai kita."

"Setelah semua hal bodoh yang kita lakukan, tidak heran kalau mereka tidak percaya dengan kita."

Kami kembali ke bangku sambil bicara.

Setelah semua pemain kembali, Yuuji menatap semua orang satu persatu dan akhirnya bicara,

"Oke... sekarang adalah kesempatan terakhir kita untuk menyerang."

Saat ini, skor 0-1. Sekarang adalah pertengahan terakhir dari babak terakhir. Ini adalah serangan terakhir kami.

“Dapat poin saja tidak cukup. Kita akan kalah kalau kita tidak menang di babak ini. Kita tidak memiliki kesempatan untuk menang di babak tambahan."

Jika kami sampai ke babak tambahan, guru yang kami ambil untuk lomba meminjam akan kembali. Dan pada saat itu, kami akan dipaksa bertanding menggunakan skor lagi. Jika itu terjadi peluang kami untuk menang akan menjadi nol.

“Babak ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan kemampuan kita yang sebenarnya. Apa pun yang terjadi, kita harus mendapatkan 2 poin. DENGAR, KALIAN SEMUA! KITA BENAR-BENAR HARUS MEMENANGKAN PERTANDINGAN INI!!!”

"""”UUUUOOHHHH!!!""""

Semangat kami sangat kuat, sangat membara sampai kami bisa melihat cahaya kemenangan. Sekarang, kami hanya bisa terus melangkah maju.

Tiba-tiba—

"Kalau begitu, boleh aku ditukar dengan Tsuchiya?"

"Eh?"

Sebagai pemukul pertama babak ini, Minami tiba-tiba mengajukan permintaan ini. Tukar? Apa yang ingin dia lakukan?

"Ada apa, Minami? Apa kamu tidak percaya diri?"

“Mn, salah satu alasannya aku tidak percaya diri. Intinya, aku tidak mungkin bisa bermain baseball sebaik laki-laki. Kemampuan fisik perempuan tidak bisa menandingi laki-laki, lagipula aku tidak terlalu berpengalaman dengan baseball."

"Begitu... memang benar kalau perempuan tidak terbiasa bermain baseball."

Dibandingkan dengan kami yang sering bolos kelas untuk bermain baseball, pengalaman Minami dengan baseball sangat minim. Tapi, aku pikir dia tidak akan kalah dari siapa pun kalau soal kekuatan...

“Jadi aku ingin bertukar dengan Tsuchiya. Tsuchiya pasti akan bermain lebih baik dariku. Dan selain itu— ”

"Selain itu?"

"Selain itu, di saat-saat seperti ini, seorang pria yang menunjukkan kemampuan terbaiknya di baseball terlihat sangat keren, bukan?"

Sambil mengatakan itu, Minami tersenyum manis.

Minami terlihat sangat manis ketika mengatakan itu. Meskipun dia bersikap menakutkan di depan kami, tapi mungkin dia memiliki hati seorang gadis lebih dari siapa pun. Pikiran itu tiba-tiba muncul dalam kepalaku.

"…Aku pergi."

Muttsurini mengambil tongkat pemukul dan berjalan menuju kotak pemukul. Setelah menjelaskan ke wasit kalau dia bertukar tempat dengan Minami, dia memasuki kotak pemukul.


"PLAY!"


Wasit meneriakkan pertengahan akhir babak ke-5 dimulai. Pemukul Muttsurini, dan pelempar yang akan kami hadapi adalah guru olahraga, Ooshima-sensei.

"Penangkapnya si Tetsujin... sepertinya mereka sangat waspada kalau kita akan bermain curang."


"Yah, kita sendiri yang bilang kalau kita ingin balas dendam."

Kemungkinan besar, mereka takut setelah kami memukul bola, pelari yang berlari ke home base akan menambrak penangkap. Kalau Tetsujin yang menjaga home base, kami akan dihadang olehnya atau bahkan terlempar tidak peduli seberapa keras kami menabrak tubuhnya.

Ooshima-sensei melempar bola pertama dengan kuat begitu lengannya terayun ke bawah. Bola melesat membelah angin dan terbang ke sarung tangan.

"...(BUK!)"


"STRIKE!"


Muttsurini mengayunkan tongkatnya dan gagal. Kalau dia mengayunkannya setelah bola lewat, itu berarti lemparan lawan jauh lebih cepat dari yang dia kira. Seperti yang diharapkan dari Ooshima-sensei. Dia benar-benar guru olahraga.

"... (fuu)"

Muttsurini menyiapkan tongkatnya lagi. Ooshima-sensei dan Tetsujin sejenak sibuk dengan sinyal mereka, dan bola kedua dilempar.

Lemparan ini awalnya terbang dengan begitu cepat, tapi di detik terakhir bola melengkung ke samping. Apa itu... slider!? Ini hanya pertandingan persahabatan guru-vs-siswa tapi apa-apaan lemparannya itu! Itu bukan sikap orang dewasa!


"STRIKE!"


Muttsurini melewatkan ayunan kedua. Sekarang, dua strike, dan dia terpojok sekarang.

"Lemparan yang bagus, Ooshima-sensei."

Tetsujin melempar bola ke arah Ooshima-sensei sambil mengatakan itu. Saat ini, Muttsurini sedang menatap pergelangan tangan Ooshima-sensei saat ia bersiap untuk memukul.

Ooshima-sensei kali ini akan melempar bola melengkung. Apa Muttsurini bakalan out kali ini?


"BALL!"


Wasit memutuskan kalau ini ball. Melihat di mana sarung tangan Tetsujin, aku pikir tadi itu bakalan strike lagi... sepertinya kontrol Ooshima-sensei kurang sempurna.

Ooshima-sensei mengayunkan lengannya dan melempar bola keempat. Bola ini... apa akan dia pukul...!?

"…HA…!"

Bola melambung dan bergulir ke base ketiga. Hasegawa-sensei yang menjaga base ketiga dan aku tidak pernah mendengar kalau dia atletis. Seharusnya tidak ada masalah.

"Oh, oh ."

Setelah mendapatkan bola, Hasegawa-sensei buru-buru melemparnya ke base pertama, tapi Muttsurini sudah sampai di base pertama sebelum bola tiba.


"SAFE!"

"""WOOOOOHHHH— !!"""


Bagus! Sekarang kami tinggal lari ke home base. Tidak ada yang out, satu orang di base pertama, dan pemukul berikutnya adalah—

"AKU AKAN IKUTI TSUCHIYA DAN MENDAPATKAN BASE!"

Pemimpin FFF — Sugawa-kun.

Sugawa-kun mengambil tongkat pemukul dengan bersemangat dan menunggu bola. Ooshima-sensei melempar bola cepat lurus ke Sugawa-kun.

"...Ugh...!"


"STRIKE!"


Sugawa-kun hanya berdiri di sana dengan mata terbelalak. Dia mungkin tidak pernah mengira lemparan Ooshima-sensei sangat hebat.

Selanjutnya Ooshima-sensei melempar beberapa bola cepat lagi, dan Sugawa-kun kena out. Setelah keluar lapangan, Fukumura-kun melewatinya dan masuk ke kotak pemukul.

“...Lemparannya sangat cepat. Hati-hati.”

"Mn, aku mengerti."

Setelah kembali ke bangku, Sugawa-kun memperingatkan aku. Aku belum pernah melihat Sugawa-kun terlihat begitu serius, meski itu untuk buku porno.

"Ugh...!"

Fukumura-kun mengayunkan tongkat pemukul, dan bola meluncur ke depan pelempar. Sepertinya ayunannya kalah kuat dari lemparan lawan.

Ooshima-sensei segera mengambil bola, memeriksa kondisi di base kedua, dan melihat Muttsurini yang gesit hanya berjarak beberapa centimeter dari base kedua.

Menyerah dengan base kedua, Ooshima-sensei kemudian dengan santai melempar bola ke base pertama untuk mengeluarkan Fukumura-kun. sekarang, dua out dengan satu pelari di base kedua.

Sekarang, waktunya untuk aku tampil.

“Aki. Waktunya sangat pas. Kamu bakalan jadi pahlawan kalau kamu bisa mengalahkannya!"

“Um, tolong lakukan yang terbaik, Akihisa-kun! Aku akan mendukungmu dari sini!"

Kedua gadis di kelasku bersorak untukku dengan penuh semangat. Tentu saja, aku sangat senang karena mereka mendukungku, dan aku berharap bisa tampil baik kali ini. Tapi-

"Terima kasih. aku tidak tahu apakah aku bisa memenuhi harapan kalian, tapi aku akan melakukan yang terbaik."

Pokoknya, aku hanya bisa menjawab seperti itu, kemudian berbalik dan jalan ke kotak pemukul.

"Jadi, kamu pemukul berikutnya, Yoshii. Sepertinya permainan jadi  sangat menarik.”

Tetsujin mengatakan itu kepadaku ketika aku menginjak kotak pemukul.

Ya. Aku merasa ini sangat menarik.

"Ya. Jika aku bisa mendapatkan base, kami akan menyusul, dan aku akan menjadi pahlawan kelas kami."

“Gadis-gadis itu hanya bersorak untukmu, bukan? Aku tahu kamu ingin mendapatkan homerun — tapi sebagai seorang guru, aku memiliki kebanggaan yang tidak akan membiarkan aku kalah. Aku tidak akan membiarkan kamu melakukannya."

"Aku tidak pernah berharap sensei memberiku peluang untuk menang."

Aku menjawab Tetsujin dan mengangkat tongkat pemukulku.

Ooshima-sensei sudah bersiap-siap untuk melempar bola. Setelah itu, lemparan dari Ooshima-sensei melesat ke arahku dan mendarat langsung ke sarung tangan Tetsujin.


"BALL!"


Bola pertama adalah ball. Lemparannya tidak mendarat di strikezone. Mungkin dia waspada denganku.

"Kupikir kamu akan memukul lemparan pertama."

"Karena sensei mengira aku akan bersikap keren di depan para gadis?"

"Mn, bisa dibilang begitu."

Tetsujin melempar bola kembali ke Ooshima-sensei. Aku sedikit meregangkan pundak dan leherku, mengetuk-ketuk tanah di bawahku dengan ringan untuk meratakannya dan memegang tongkat pemukul dengan erat.

Ooshima-sensei memeriksa Muttsurini yang masih di base kedua, dan melempar bola ke arahku. Kali ini bola cepat rendah di strikezone.


"STRIKE!"


Aku tetap diam membiarkan bola terbang melewatiku. Melihatku seperti ini, Tetsujin sepertinya merasa ada yang aneh. Sepertinya dia mengira kalau aku sedang merencankan hal buruk lagi.

Setelah melihat sinyal dan posisi sarung tangan Tetsujin, Ooshima-sensei melempar lemparan ketiga.


"BALL!"


Lemparan ketiga pun aku masih tidak berniat memukul. Barusan bola terasa seperti berada di luar strikezone. Sepertinya mereka menjadi lebih waspada menghadapiku sekarang.

"Ada apa, Yoshii? Tidak akan memukul?"

"Yaah. Gimana bilangnya... banyak yang sedang kupikirkan."

Aku sengaja menjawab dengan nada mengejek untuk membuat Tetsujin lebih waspada padaku.

Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Tetsujin sekarang, tapi aku bisa merasakan sarung tangan Tetsujin baru saja sedikit pindah di belakangku.


"BALL!"


Ball lagi. Sekarang 3 ball dan 1 strike. Sekarang, lawan hanya bisa menghadapiku langsung.

"..."

Tetsujin mengubah posisi sarung tangan untuk lemparan kelima, dan aku diam-diam mempererat genggamanku untuk menghadapi lemparan Ooshima-sensei.

Bola melesat mulus ke tengah strikezone. Berbeda dengan empat lemparan kuat sebelumnya, lemparan kali ini fokus pada kontrol. Aku rasa itu bukan bola melengkung, jadi sekarang waktunya untuk mengayunkan tongkat pemukul. Dengan lemparan seperti ini, aku yakin kemungkinan aku bisa mengenainya adalah 50/50. Tapi…


"STRIKE!"


Aku masih tidak mengayunkan tongkat pemukul. Meski aku yakin kalau aku bisa memukul bola dengan setengah kemungkinan, itu artinya aku akan meleset setengah kemungkinan.

"Kamu yakin, Yoshii? Apa kamu tidak ingin menjadi pahlawan dan memenangkan pertandingan ini?"

"Tidak, aku ingin menjadi pahlawan."

Melihat aku membiarkan bola lewat, Tetsujin jadi penasaran dan menanyaiku. Baginya, aku seperti tidak ingin mendapatkan base. Yah, tidak heran kalau dia berpikir seperti itu karena aku tidak memukul bola dari tadi.

Ketika aku memegang tongkat pemukul ke posisi yang lebih pendek, lemparan keenam langsung mendatangiku. Seperti lemparan sebelumnya, lemparan ini fokus pada kontrol karena mengarah tepat ke tengah. Kali ini, aku tidak bisa membiarkan bola ini lewat.

KLANG! Terdengar suara nyaring yang bagus dan ringan begitu aku mengayunkan tongkat pemukul, dan bola meluncur ke base pertama.


"FOUL!"


Sekarang, 2 strike dan 3 ball.

"...Apa kamu berencana mendapatkan base dengan ball? Itu cara berpikir yang pasif."

"Ah tidak. Aku tidak, itu bukan— "

"Huh. Berhenti berbohong. Dari cara kamu mengayunkan tongkat, bahkan idiot pun tahu apa yang kamu pikirkan."

Setelah melihat caraku mengayunkan tongkat, Tetsujin tahu apa yang kulakukan. Dia benar, aku mengincar ball. Aku berencana memukul semua lemparan ke wilayah foul sampai mendapatkan ball terakhir.

"Jarang-jarang kamu dapat kesempatan seperti ini, tapi kamu malah menyia-nyiakannya."

"Yah... sebenarnya, aku juga berpikir seperti itu..."


KLANG!

"FOUL!”

Lemparan ketujuh juga foul. Ooshima-sensei harusnya jengkel sekarang, ya kan?

"Tapi karena ini adalah kesempatan langka, aku ingin membalas semua yang kuterima."

"Membalas? Apa yang kamu maksud?"


KLANG!

"FOUL!"


"Umm... bagaimana bilangnya ya? Aku jadi bingung. Aku mempertaruhkan segalanya pada pertandingan penting ini, tapi aku tidak akan dapat apapun sebelum ini berakhir."

"Hm? Apa yang ingin kamu katakan?"

“Aku hanya berharap orang lain bisa mewujudkan harapan yang tidak akan pernah aku lepaskan ini. Apakah aku depresi, atau marah, ini perasaan yang tidak bisa dijelaskan..."

"Aku tidak tahu apa yang ingin kamu katakan."


KLANG!

"FOUL!"


Aku memukul bola ke samping, melewati garis pembatas.

Kugenggam tongkatku sekali lagi, dan melihat lawan melempar bola.

"Aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya, tapi aku cuma—"

"Cuma apa? Apa yang ingin kamu coba katakan?"

Bola melesat ke sudut luar.

Aku tidak mengayunkan tongkat pemukul kali ini, tapi dengan santai menjawab pertanyaan Tetsujin.

"—AKU CUMA KESAL KARENA AKU BUKAN TOKOH UTAMA HARI INI!"


"BALL! BASE ON BALLS! ”


Konsentrasi Ooshima-sensei habis karenaku dan akhirnya kehilangan kendali. Sekarang aku bisa jalan ke base pertama.

“Ngomong-ngomong, sensei. Apa tidak apa-apa?"

"Apanya?"

"Kalau sensei benar-benar ingin mengalahkan kami, seharusnya sensei mengirimku dan Yuuji ke pangkalan, dan fokus pada Himeji-san, ya kan?"

Tetsujin serius menghadapiku. Kalau begitu, dia akan menghadapi Yuuji dengan serius juga. Kalau para guru ingin memenangkan permainan, mereka akan fokus pada Himeji-san yang maju setelah kami.

Mendengar itu, Tetsujin yang diam, dan tiba-tiba tertawa.

“APA YANG KAMU KATAKAN, YOSHII!? DENGARKAN-"

Tetsujin menunjukku dan mengatakan dengan jelas ke arahku.

“Kami, para guru harus menjadi panutan bagi para murid. Kalau kami tidak bisa menghadapi kalian semua, apa yang bisa kami ajarkan kepada kalian!"

Mendengar jawabannya, aku tidak bisa berkata apapun. Guru ini selalu memberi kami hukuman fisik, jadi kenapa tidak ada satu orangpun yang menuntutnya ke departemen pendidikan. Sekarang aku mengerti alasannya.

Percakapan kami berakhir. Aku berbalik dan melihat Yuuji. Yuuji balas menatapku.

"Ini pembalasanku untuk tes keberanian, Yuuji."

“...Jangan bercanda. Jangan kira aku berutang padamu begitu saja. "

Kuberikan tongkatku ke Yuuji, yang mencengkeramnya erat-erat. Baiklah, sekarang aku pelari di base pertama, dan sekarang aku hanya bisa menyerahkan segalanya kepada Yuuji.

"Kuserahkan sisanya kepadamu kalau begitu."

"Oke. Akan kupukul sampai homerun."

Mendengar jawabannya, aku mengangguk serius dan jalan ke base pertama.

Kelas F kami tidak ingin mengejar ketinggalan satu poin. Saat ini, ada dua orang pelari di base pertama dan kedua. Jika Yuuji bisa memukul bola jauh, kami bisa menang dengan 2-1, tapi jika hanya satu orang yang kembali ke home base, kami pasti akan kalah di inning tambahan. Ini situasi yang sangat mudah dipahami.

Saat ini, tubuhku kaku karena tegang, dan aku hanya bisa berdiri di base pertama dan menyaksikan duel antara pelempar dan pemukul. Begitu bola berhasil terpukul, aku harus berlari sekuat tenaga. Kalau aku berhasil sampai di home base, itu akan menjadi kemenangan kelas F kami.

Setelah Ooshima-sensei memeriksa pelari di base pertama dan kedua, ia bersiap untuk melempar.

Bola pertama melesat dari tangan Ooshima-sensei.


"ST— STRIKE!!"


Teriakan strike terdengar ke seluruh arena. Dari yang kulihat, bola ini sangat cepat. Rasa lelah akibat melempar begitu banyak bola masih ada, tapi Ooshima-sensei terlihat seakan itu bukan apa-apa. Lemparannya kuat seperti biasa, dan tidak heran Muttsurini hanya dapat bola pendek.

Tetsujin melempar bola ke arah Ooshima-sensei. Keduanya memutuskan lemparan berikutnya, dan Ooshima-sensei kembali bersiap-siap untuk melempar.


"BALL!"


Kali ini, bola rendah. Yuuji tidak mengayun dan membiarkan bola lewat begitu saja. Sekarang, satu strike dan satu ball.

Semua orang hanya bisa menelan ludah mereka dan menunggu lemparan ketiga yang krusial.

Ooshima-sensei mengistirahatkan tangan kanannya dan menyeka keringat.

Yuuji memfokuskan berat badannya ke kaki belakang, terlihat sedang mengumpulkan energi supaya bisa memukul dengan kuat kali ini.

Ooshima-sensei memiringkan tubuhnya ke depan dan melempar bola dengan kuat.

Itu adalah fastball yang sangat cepat.

Mengayunkan kaki belakang yang fungsi sebagai pusat gravitasi, Yuuji memutar tubuhnya dan mengayunkan tongkat dengan keras.


--KLANG!


Suara nyaring bergema ke seluruh arena.

""—U!!""

Sedetik kemudian, Muttsurini dan aku mengerahkan semua kekuatan kami untuk berlari ke base berikutnya.



Bola mendarat tepat di tengah lapangan, dan gelandang tengah yang berdiri agak jauh berlari ke depan untuk mendapatkan bola memantul itu.

Muttsurini, yang berada di base kedua, dengan cepat sampai di base ketiga dan lanjut lari ke home base. Dan aku sampai di base kedua dan berlari ke base ketiga.

Aku bisa merasakan guru yang menjaga di tengah lapangan berhasil mendapatkan bola.

"Ooshima-sensei!"

Aku mendengar suara guru yang masih muda. Terai-sensei mengambil bola dan dengan cepat memberikan bola ke Ooshima-sensei yang ada di gundukan pelempar.

Saat itu, Muttsurini berhasil menginjak home base. Sekarang 1-1. Kami seimbang!

Pelatih pangkalan ketiga menyuruhku untuk berhenti.

Instruksi ini tepat. Selain itu, aku tidak akan berhasil jika terus berlari. Tapi, meski begitu—


"""YOSHIIIIII!!"""


Aku melangkah ke pangkalan ketiga dan terus berlari ke home base.

Sekarang waktunya. Aku harus sampai ke home base!

Aku berlari dengan panik. aku hampir sampai. Tinggal lima meter lagi.

Di depanku, Tetsujin menerima bola dari Ooshima-sensei dan langsung memblokir rute menuju home base, meregangkan tangannya untuk menahanku dalam pertandingan jarak dekat. Saat kami bertabrakan, jika bola lepas dari sarung tangan Tetsujin, aku akan menang. Tapi, Tetsujin akan menang kalau aku diblokir total.

"—Ugh!"

Kugertakkan gigiku dan merendahkan tubuhku ketika aku bersiap untuk menabrak. Sama sepertiku, Tetsujin segera menurunkan pusat gravitasinya untuk menghalangi aku.

Sekarang,

"—Ha!"

Aku memiringkan tubuhku ke samping dan memutari Tetsujin.

"Uh? Kuh—! ”

Untuk meminimalisir dampak dari tabrakan, Tetsujin menurunkan pusat gravitasinya, tapi karena itu dia tidak dapat mengikuti gerakan tiba-tibaku. Ketika tubuhnya melambat setengah langkah, aku melompat ke depan dan mencoba meraih home base.

Debu berhamburan, dan semua orang yang menyaksikan menahan napas mereka.

Dan kemudian, wasit dengan keras meneriakkan hasil pertandingan ini.


"-SAFE!!!"


"""UUOOOOOOOOOOHHH!!”""

Semua murid kelas F melompat dari bangku penonton dan menyorakkan kemenangan mereka.

"...Tadi itu cukup menyenangkan, Yoshii."

Pa pa. Tetsujin menepuk-nepuk debu dari kemejanya dan mengatakan itu padaku.

"Karena aku pikir itu pasti berhasil."

“Itu pasti berhasil? Bahkan jika aku lawanmu?”

"Tidak, karena aku akan melawan Nishimura-sensei, makanya aku merasa itu pasti berhasil. Sensei sendiri yang mengatakannya, bukan?"

Aku meniru nada Tetsujin,

“‘Kami, para guru harus menjadi panutan bagi para murid. Kalau kami tidak bisa menghadapi kalian semua, apa yang bisa kami ajarkan kepada kalian!'"

Ketika aku memahami kepribadian Tetsujin, aku merasa itu akan berhasil. Karena dia orang yang sepenuhnya akan ​​memblokirku, jadi aku merasa rencana menerobos ini bisa berhasil.

Mendengar jawabanku, Tetsujin terkejut, lalu membalas dengan senang,

"Begitu ya! Begitu rupanya, sepertinya aku harus merubah sikapku padamu nanti."


“PERTANDINGAN BASEBALL GURU-VS-MURID ANTARA KELAS 2-F DAN GURU BERAKHIR! SKOR AKHIR 2-1. KELAS 2-F MENANG!”

"""TERIMA KASIH ATAS PERTANDINGANNYA!!"""


Akhirnya, turnamen baseball kami berakhir.


<<Prev                      Next>>

Comments

Popular posts from this blog

Kusoge Online (BETA) Bahasa Indonesia

Short Story: [Katanya Kalau Perjaka Sampai Umur 30 Kamu Bisa Jadi Penyihir!]